Mengapa Harus Belajar FORTRAN.

advertisement
Mengapa [ Harus ] Belajar FORTRAN ?
images-computerscience-main1Genap dua kali sudah, saya sedikit berkecimpung
dalam membantu mata kuliah Bahasa Pemrograman di Teknik Sipil UGM. Dua
periode itu, membuat saya sedikit banyak mengetahui permasalahan yang kerap
dihadapi mahasiswa baru di semester I, yang begitu beberapa bulan masuk kuliah
langsung dijejali dengan logika-logika pemrograman. Bagi mahasiswa yang telah
mendapatkan pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) semasa SMA,
hampir dipastikan akan segera menyerap logika-logika tersebut dengan lancar.
Termasuk saya yang ketika SMA, sekolah kami mempekerjakan mahasiswamahasiswa Teknik Elektro Universitas Brawijaya sebagai pengajar di pelajaran TIK.
Sedikit nostalgia, waktu itu ada 5 sekawan : Pak Ryan, Pak Bison, Pak Galih, Pak
Fariz, dan juga Pak Aswin. Sengaja saya panggil Pak, karena saya menghormati
mereka, walau keseharian kami biasa memanggil beliau-beliau dengan sebutan Mas
saja. Karena yang mengajar mahasiswa, kami langsung saja diberi berbagai materi
seputar jaringan, hardware (ketika SMP bahkan ada ujian merakit PC), dan tentu
saja pemrograman berbasis C++. Bahkan, waktu itu kurikulum TIK kami disebutsebut adalah yang paling maju di kota Malang. Dengan dasar seperti itulah, tidak
sulit bagi saya untuk memahami 2 SKS mata kuliah Bahasa Pemrograman di Teknik
Sipil UGM.
Sementara bagi mereka yang kurang beruntung, dan tidak mendapatkan dasardasar materi Pemrograman semasa SMA (termasuk yang mengherankan adalah
terkadang dari SMA-SMA favorit di Jogja), harus berjuang sedikit lebih keras untuk
bisa memahami logika-logika percabangan, perulangan (looping), algoritma,
flowchart, dan tetek bengek pemrograman lainnya.
Bagi mereka yang kritis, biasanya ada dua pertanyaan seputar mata kuliah Bahasa
Pemrograman yang kerap ditanyakan :
Mengapa di jurusan seperti Teknik Sipil harus belajar Bahasa Pemrograman ?
Mengapa harus mempelajari bahasa FORTRAN ?
Untuk pertanyaan yang pertama, biasanya akan segera terjawab dengan sendirinya
jika telah memasuki perkuliahan di semester-semester 4 dan 5. Terutama ketika
berhadapan dengan kasus-kasus Hidrolika, peninggian muka air yang harus
diselesaikan dengan selembar penuh hitungan iterasi, penyelesaian debit perpipaan
dengan sistem looping, perancangan dimensi saluran drainase perkotaan dengan
software DUFLOW, dan juga yang paling legendaris dalam hal struktur,
penyelesaian dengan Finite Element Method dan juga penyelesaian dengan Metode
Matriks. Ruwetnya hitungan-hitungan tersebut akan dapat diselesaikan dengan
program sederhana, yang dapat dibuat di kalkulator programmable sekalipun. Belum
jika kita menemukan kasus-kasus lokal dalam proyek, yang memaksa kita untuk
membuang software yang telah ada, dan membuat sendiri software yang sesuai
dengan kasus tersebut.
Sementara untuk pertanyaan yang kedua, mengapa harus FORTRAN ? Perlu
diketahui, biasanya dalam tengah semester awal, mata kuliah Bahasa Pemrograman
murni mengajarkan program FORTRAN. Sebuah bahasa yang boleh dibilang kuno,
yang dibuat di periode 1960-an saat awal munculnya komputer IBM. Jenis
FORTRAN yang digunakan adalah WATFOR77, versi FORTRAN yang sesuai
dengan namanya, dirilis pada tahun 1977. Lebih dari 30 tahun lalu.
Bahasa FORTRAN, ketika pertama kali mempelajarinya, terlihat sebagai bahasa
yang lebih dulu diciptakan daripada C++, Pascal, dan bahasa pemrograman lainnya.
Hal ini terasa dari beberapa poin :
Tidak adanya operator “>” (lebih dari), “<” (kurang dari) dan “=” (sama dengan)
pada perintah IF. Sebagai gantinya, digunakan LT (Less Than “<“), GT (Bigger Than
“>”), dan EQ (Equal “=”)
Sangat Case Sensitive, terutama ketika kita menyimpan file, harus dengan huruf
kapital, jika tidak, jangan harap bisa dibaca oleh Compiler.
Aturan penggunaan column yang ketat. Semua penulisan isi program harus
diawali pada kolom ke 7. Setahu saya, ini berguna bagi penyimpanan data untuk
Punch Card (“Kartu Plong”) yang menjadi cikal bakal disket pipih nan lebar, sebagai
media penyimpanan pada jaman doeloe.
Pangkat ditulis dalam ** dan bukan ^
dan kekunoan-kekunoan lainnya
Semua kekunoan di atas membuat banyak mahasiswa berpikir : Mengapa harus
FORTRAN ? Iseng-iseng, hal ini saya tanyakan kepada Pak Wir, sebutan akrab Dr.
Ir. Wiryanto Dewobroto, dosen teknik sipil Universitas Pelita Harapan, dan juga
alumni Teknik Sipil UGM. Beliau mengasuh sebuah blog yang amat ramai di
http://wiryanto.wordpress.com Saya mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
Pak Wir, iseng saya ingin bertanya, mengapa di kurikulum teknik sipil kami (UGM),
diharuskan mempelajari bahasa FORTRAN? Bukankah beralih ke C++ atau Java
akan lebih baik mengingat sebagian besar program dasarnya adalah dua bahasa
itu? Sampai sekarang saya masih belum bisa menemukankelebihan FORTRAN
dibanding C++
Terima kasih ^^
Keesokan harinya, ternyata pertanyaan saya langsung dijawab :
@yhouga
Lihat penjelasan atau pernyataan dari sdr Jedliem di atas. Saya kira saya
sependapat dengannya. Karena bagi mahasiswa teknik sipil, penguasaan bahasa
pemrograman hanya untuk melatih logika. Jadi gunakan saja bahasa pemrograman
yang paling dikuasai dosennya. Kami di UPH tidak memakai Fortran tetapi memakai
Visual Basic, alasan utamanya karena saya sebagai dosennya menikmati memakai
bahasa program tersebut. Nggak usah mikir lagi.
Kalau ternyata nanti saya juga menguasai bahasa lain, misalnya C++ atau Java,
maka ada kemungkinan saya pakai juga untuk mengajar. Pokoknya nggak ada yang
kaku dengan bahasa program tersebut.
O ya, selain pemikiran tersebut ada baiknya suatu saat nanti dikaitkan dengan
lisensi. Apakah kita sudah memakai program berlisensi. Jadi ada kemungkinan
pakai yang versi “open”.
Sebuah pemikiran yang bagus. Jadi, alih-alih harus belajar dua kali jika ingin
mempelajari Visual Basic (dengan graphical user interface yang sangat friendly),
mengapa tidak langsung saja diajarkan Visual Basic agar mahasiswa dapat
membuat program yang lebih kreatif, dengan tampilan yang menarik pula? Namun,
jika memang ingin melatih logika semata, boleh lah dengan FORTRAN. Hanya,
meminjam bahasa ibu, itu hal yang mindhogaweni menurut saya, membuat
pekerjaan menjadi dobel. Namun, pemikiran untuk menggunakan bahasa yang
“open” juga perlu dipertimbangkan. Bukankah saat ini dicanangkan program UGOS
(UGM Goes Open Source) ?
Semoga bermanfaat!
Update : Iseng-iseng lagi, hal yang sama saya tanyakan kepada dosen matakuliah
Bahasa Pemrograman S1 Teknik Sipil UGM, Ir. Adam Pamudji Rahardjo, MSc, PhD,
dan ada beberapa poin yang beliau sampaikan, tentang mengapa kita masih
mempelajari bahasa FORTRAN ? Salah satunya adalah berbagai inovasi, utamanya
dalam kasus hitungan masalah-masalah seputar keteknisipilan, telah
didokumentasikan dengan apik dalam bentuk bahasa FORTRAN. Oleh karena itu,
seseorang yang ingin menggunakannya untuk berbagai keperluan, entah untuk
dikembangkan lagi atau sekedar menggunakannya saja, mau tidak mau harus
mengerti alur bahasa FORTRAN. Ini dilakukan demi mencegah terjadinya
pengulangan penemuan, atau istilah prank-nya adalah “Inventing The Wheel”. (Saya
lupa, namun masih sedikit ingat cerita seorang dosen bahwa hal ini memang pernah
terjadi di lembaga paten Australia. Ada seseorang yang mengajukan penemuan, dan
disetujui patennya oleh lembaga paten tersebut. Namun setelah diamati dan dibolakbalik gambar cetak birunya, ternyata tidak lebih dari sebuah roda yang mengalami
sedikit modifikasi). Nah, untuk mencegah pengulangan tersebut, kita diharapkan
menguasai bahasa FORTRAN agar dapat mempelajari source program-program
yang telah dibuat, untuk selanjutnya tinggal kita kembangkan saja. Tanpa harus
mengulang dari awal, dan hasilnya ternyata sama saja dengan apa yang telah
ditemukan oleh pendahulu kita.
Tambahan komentar pada blog sipil ugm, dari Dr. Akhmad Aminullah, S.T, M.T staf
pengajar di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada,
spesialisasi pemrograman untuk bidang struktur :
Fortran bukanlah bahasa yg kuno, banyak compiler fortran yg baru2.
Mungkin anda masih menggunakan File watcom jaman dulu. silahkan cari lagi yang
lain. salah satunya anda masih anggap fortran harus dimulai kolom 7, silahkan cari
compiler yg terbaru dimana tidak butuh kolom 7.
Fortran juga bukan kuno bahkan sangat bagus contohnya ABAQUS menggunakan
fortran sebagai bahasa pemrograman. (mungkin masih banyak yang belum kenal
ABAQUS karena biasanya hanya tau sap2000 saja padahal utk FEM masih byk lagi
lainnya).
Hal utama tentang bahasa pemrograman adalah anda harus mengetahui logikanya,
sehebat apapun bahasa pemrograman tanpa mempunyai logika yang bagus tidak
menghasilkan sesuatu yang diharapkan, karena hanya menggunakan Tools yang
sudah ada tanpa inovasi sendiri.
Download