Ringkasan Khotbah - 13 Oktober 2013 Eksposisi kitab Mazmur 46 Ev. Gito T. Wicaksono Sekarang kita akan membuka sebuah kitab yang menjadi tema dari lagu nomor kedua yang tadi kita nyanyikan. Lagu nomor kedua “Allah jadi Benteng Kukuh” diambil dari Mazmur 46. Mazmur ini dikenal dengan sebagai mazmurnya Martin Luther. Ini bukan berarti Martin Luther yang menciptakan Mazmur ini, tetapi karena lagu tadi “Allah jadi Benteng Kukuh” secara prinsip diambil dari Mazmur 46 walaupun ia bahasakan ulang dalam bahasa Jerman, dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa-bahasa lainnya. Mazmur ini bukan ditulis oleh Daud tetapi oleh bani Korah. Korah di sini berbeda dengan Korah dalam kitab lainnya. Jadi, intinya Daud memiliki banyak musisi, salah satunya bani Korah. Dengan lagu Alamot secara harafiah artinya suara gadis, yaitu suara tinggi. Seperti waktu kita menyaksikan pertandingan sepak bola kita berteriak tinggi ketika pemain mencetak gol. Ekspresi dalam diri kita tidak pernah diajarkan oleh siapapun tetapi secara otomatis bisa muncul dalam kondisi tertentu. Ekspresi kita diberikan oleh Tuhan agar kita tahu tempat di mana kita harus takut yaitu takut kepada Tuhan. Mazmur ini bersifat proklamasi dan kita tahu bahwa proklamasi melambangkan suatu keteguhan/ kekukuhan. Mazmur ini adalah suatu penghiburan, namun penghiburan yang realistis. Mengapa demikian? Karena Mazmur ini menceritakan tentang bagaimana dunia ini tidak bersahabat dengan kita, bahkan beritikad menghancurkan kita. Mazmur ini memiliki suatu nada yang optimis namun realisits. Isi yang terkandung dalam Mazmur ini berat atau susah kita tanggung, namun realistis. Mazmur ini menggambarkan dua prinsip yang saling bertentangan namun satu kesatuan (paradoks), yaitu Allah sebagai tempat perlindungan. Jika kita melihat suatu tempat pasti yang tergambar dalam pikiran kita adalah sifat statis atau tak bergerak. Namun Allah sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Hal ini menjelaskan bahwa Allah itu dinamis. Jadi yang benar yang mana dari antara dua hal ini? Pertanyaannya yang salah. Allah itu statis, namun dinamis. Ketika kita dilanda berbagai macam kesusahan Allahlah tempat perlindungan serta kekuatan kita, namun Tuhan juga mau menolong kita dalam kesesakan. Beberapa orang berpendapat bahwa kita pasrah saja akan keadaan yang ada, seperti lagu Que sera sera, mau terjadi seperti apa itu semua adalah kehendak Tuhan, karena Allah juga tidak bisa mengubah rencana-Nya. Sedangkan pendapat yang lain berkata bahwa Allah tidak lain seumpama seorang pelupa yang harus kita ingatkan terus dengan doa-doa kita. Benarkah doa kita bisa mengubah Tuhan? Banyak orang berdoa berlama-lama hanya agar kehendak Tuhan dirubah, namun semakin panjang doa kita semakin membuat Tuhan sakit hati karena kita sering kali bukan berdoa kepada Allah tetapi mendoakan Allah. 1/3 Ringkasan Khotbah - 13 Oktober 2013 Allah bukan ekstrim kanan atau ekstrim kiri seperti pernyataan demikan. Namun, Allah adalah Allah. Allah itu diam, tetapi bergerak. Allah itu bedaulat, tetapi berdinamika. Itulah sebabnya kita bisa berdoa kepada-Nya. Ini adalah bentuk dari cinta kasih Allah. Di sini kita belajar tentang kedaulatan Allah, tetapi Allah juga bukan Allah yang statis dan mati. Pemazmur mengatakan bahwa sekalipun bumi berubah kita tidak akan takut. Bersama Allah kita tidak akan takut sekalipun realita di sekitar kita alam bergoncang. Alam tidak ramah kepada kita. Beberapa tahun lalu Porong masih menjadi tempat perdagangan yang banyak dilewati banyak orang namun sekarang Porong menjadi tempat lumpur merajalela dan ditinggalkan orang. Sekalipun kita ikut Tuhan tetapi kita bisa mengalami musibah bahkan kematian. Antara ayat 4 dan 5 ada kata ‘sela’ yang berarti semacam tanda baca. Dalam not itu ada nol, yang artinya berhenti. Pemazmur mengajak kita untuk merenung. Perenungan pertama bahwa Allah adalah Allah yang demikian kukuh walaupun kita mengalami gejala alam yang demikian parah. Bagian perenungan kedua adalah tentang kota Allah pada ayat 5. Kota Allah atau sering disebut Yerusalem atau sering disebut juga Sion, sebenarnya adalah sebuah bukit atau gunung. Kota Allah, kediaman Yang Maha Tinggi bukan berarti Allah tinggal di tempat itu. Ini adalah penggambaran bahwa Allah bertahta di sana yaitu sentral pemerintahan Allah dulunya di sana, yang nantinya Kristus akan datang di sana, ke tanah Israel dan ibu kotanya Yerusalem. Kota Allah disukakan oleh aliran-aliran sungai. Di peta Israel, di kota Yerusalem tidak ada sungai satu pun, lalu apa arti sungai di sini? Ini adalah penggambaran bahwa di kota yang gersang itu Allah ada. Di kehidupan kita yang gersang itu Allah ada. Di kota yang tidak ada air harafiah tetapi ada air kehidupan, yaitu penyertaan Allah. Sering kali kita merasa Allah meninggalkan kita, tetapi tidak. Justru sungai itulah yang menyukakan kita, tanda di mana Allah ada bersama-sama dengan kita. Itulah sebabnya penghiburan dalam Mazmur ini bersifat realistis tetapi optimis. Bahkan Mazmur 73:21-23 memberikan gambaran yang jelas bagaimana kita berada di dekat Allah walaupun kita mengalami kondisi kekeringan yang luar biasa, karena Allah yang memegang tangan kanan kita. Di dalam ayat 6 Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. Kota Allah itu memang tidak akan goncang selama Allah tinggal di dalamnya. Dan Allah akan menolongnya menjelang pagi berarti bahwa Allah menolong kita sesuai dengan waktunya, sesuai dengan cara-Nya. Ini berarti di dalam kesesakan kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan, namun tetap Allah akan menolong kita sesuai dengan waktu dan cara-Nya. Dalam Keluaran 14:19 ada peristiwa tiang awan yang muncul yang berjalan di depan bangsa 2/3 Ringkasan Khotbah - 13 Oktober 2013 Israel pada siang hari. Kel.14:21 Musa mengulurkan tangannya ke atas laut semalam-malaman dan pada ayat 24 pada waktu jaga pagi Allah menurunkan tiang api. Ayat 27 mengatakan bahwa menjelang pagi Allah menolong bangsa Israel. Hal ini mengajar kita bahwa kita sering kali kita berdoa pada masa kesesakan tetapi pertolongan tetap dalam waktu-Nya. Ada seorang misionaris wanita bernama Helen Roseveare. Ia lulusan Oxford dan berprofesi sebagai seorang dokter di Afrika. Singkat cerita ia diperkosa oleh tentara pemberontak dan mengalami kekecewaan. Ini karena ia profesinya dokter namun yang ia kerjakan di sana adalah membangun rumah, lebih-lebih lagi ia diperkosa. Ia disekap bersama-sama seorang biarawati Katolik yang juga telah diperkosa. Di dalam kesesakannya, seolah-olah Tuhan berbicara kepadanya bahwa mereka bukan memperkosanya tetapi memperkosa Tuhan. Ia menjelaskan bahwa Tuhan membiarkan hal itu terjadi untuk menunjukkan hati-Nya kepadanya, paling tidak untuk membagikan hal itu kepada biarawati tersebut. Ia berkata kepada biawarati tersebut jika mereka tidak memperkosa kita mereka akan memperkosa orang lain. Ayat 2-4 berbicara tentang alam, ayat 5-6 tentang di dalam dinamika hidup ini Allah berdaulat, ayat 7-8 berbicara tentang politik. Bangsa-bangsa ribut, Negara-negara goncang, tetapi ketika Allah bersuara bumipun hancur. Ini menjelaskan bahwa kita sedang berhadapan dengan Allah yang maha dahsyat. Ayat 8 menjelaskan tentang Allah semesta alam menyertai kita dan kota benteng kita ialah Allah Yakub, kita tahu bahwa Allah adalah Allah yang memiliki sifat eksklusif karena Allah hanya bekerja di jalur keturunan Yakub. Tentu saja hal ini dihubungkan dengan generasi-generasi seterusnya hingga Kristus. Setelah itu ada tanda ‘Sela’ lagi, dari sini kita menyimpulkan dari ayat 2-8 kita disuruh memandang pekerjaan Tuhan yang mengadakan pemusnahan di bumi hingga ayat 9. Seharusnya kita takut kepada Tuhan tetapi nyatanya tidak, kita seringkali lebih takut kepada Setan. Ayat 9 mengatakan Pergilah, padanglah pekerjaan Tuhan yang mengadakan pemusnahan di bumi. Ayat 10 menjelaskan bahwa Allahlah yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, di sini kita mengerti bahwa Allah berdaulat akan segal sesuatu. Tuhan Yesus ketika tidur di perahu dan ombak dahsyat menggoncang perahu itu beserta para murid, mereka pun berusaha membangunkan Tuhan. Ketika Yesus tidur, Ia sedang mengajar kita untuk diam. Ini bukan berarti bertapa tetapi menggunakan otak kita dan mengingat Tuhanlah benteng yang kukuh itu. Walaupun alam goncang dan bangsa-bangsa ribut tetapi Allahlah yang berkuasa dan berada di atas segalanya. Ayat 11 mengajar kita mengingat Allah, kita disuruh diam dan mengetahui siapakah Allah yang mengadakan pemusnahan di bumi. Ketika kita di dalam kondisi yang kering kita tetap disuruh tetap optimis dengan mengingat siapakah Allah. (Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah. Transkrip: KN). 3/3