pengaruh sikap rasional dan lingkungan wajib pajak terhadap

advertisement
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
PENGARUH SIKAP RASIONAL DAN LINGKUNGAN
WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PAJAK
DENGAN PREFERENSI RISIKO SEBAGAI VARIABEL
MODERASI
(Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
yang terdaftar di KPP Pratama Singaraja)
1
Luh Rahajeng Kusuma Dewi
Ni Luh Gede Erni Sulindawati,S.E.M.Pd,CA,Ak, 2Ni Kadek
Sinarwati, SE., M.Si.,Ak
1
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap rasional dan
lingkungan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dengan preferensi risiko
sebagai variabel moderating. Subjek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Singaraja.
Teknik sampel yang digunakan adalah incidental sampling yaitu
menggunakan individu-individu yang termasuk populasi penelitian dan kebetulan
dijumpai oleh peneliti secara proporsional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sikap rasional dan lingkungan wajib pajak berpengaruh parsial dan simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Preferensi risiko sebagai variabel moderating
memoderasi (memperkuat) hubungan sikap rasional dan lingkungan wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Kata kunci: sikap rasional, lingkungan wajib pajak, kepatuhan wajib pajak,
preferensi risiko
Abstract
This research aimed at finding out the effect of tax payers’ rational attitude
and environment on their compliance with risk preference as moderating variable.
The subjects of this research were the individual taxpayers registered at KPP
Pratama (Tax Office) Singaraja.
The sampling technique applied in this study was incidental sampling
technique which proportionally used the individuals included in the research
population and incidently met by the researcher. The results of the analysis
showed that taxpayers’ rational attitude and environment had partial and
simultaneous efffect on their compliance. Risk preference as moderating variable
moderates (strengthens) the relationship between taxpayers’ rational attitude and
environment and their compliance.
Key words: rational attitude, taxpayers’ environment, taxpayers’ compliance, risk
preference
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
PENDAHULUAN
Pembiayaan belanja negara yang
semakin lama semakin bertambah besar
memerlukan penerimaan negara yang
berasal dari dalam negeri tanpa harus
bergantung pada bantuan dan pinjaman
dari luar negeri. Hal ini berarti bahwa
semua pembelanjaan negara harus
dibiayai dari pendapatan negara, yaitu
penerimaan dari pajak dan penerimaan
bukan pajak (Jatmiko, 2006).
Penerimaan
bukan
pajak
merupakan penerimaan yang berasal dari
pemanfaatan sumber daya alam (migas),
pelayanan oleh pemerintah, pengelolaan
kekayaan negara dan lain-lain, yang
sifatnya tidak stabil. Oleh karena itu, saat
ini negara banyak menggantungkan
sumber pembiayaan belanja yang berasal
dari pajak (Muliari dan Setiawan, 2009).
Pajak merupakan sumber penerimaan
negara yang pasti dan mencerminkan
kegotongroyongan masyarakat dalam
membiayai negara.
No
1
2
3
4
diberlakukannya self-assessment system
dalam pemungutan pajak sejak tahun
fiskal 1984 (Yulianty, 2015).
Sistem
self-assessment
memberikan kepercayaan penuh kepada
wajib
pajak
untuk
menghitung,
memperhitungkan,
menyetor,
dan
melaporkan seluruh pajak yang menjadi
kewajibannya (Tarjo dan Kusumawati,
2006). Dengan kata lain, wajib pajak
menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang. Kelebihan dari sistem selfassesment ini adalah WP diberi
kepercayaan
oleh
fiskus
untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.
Namun, sistem self assesment
dalam praktiknya sulit dijalankan sesuai
harapan, bahkan sering disalahgunakan.
Menurut Devano dan Rahayu (2006:113)
pada umumnya masyarakat cenderung
untuk meloloskan diri dari setiap pajak.
Tabel 1 Peran Pajak terhadap Pendapatan Negara
Jumlah (Triliyun)
Presentase
Tahun
Pendapatan
Pajak
Pendapatan
Anggaran
Negara
Negara:Pajak
2013
1.438,9
921,4
63%
2014
1.550,6
985,1
64%
2015
1.761,6
1.294,3
73%
2016
1.822,5
1.360,2
74%
Menurut Departemen Keuangan
(www.kemenku.go.id), besarnya peran
pajak dalam membiayai pembangunan
juga tercermin dari sumber penerimaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) tahun 2016 yang 74%
dari total penerimaan negara bersumber
dari penerimaan pajak dan terus
meningkat tiap tahunnya.
Menyadari akan besarnya peranan
pajak
untuk
menggerakkan
roda
perekonomian negara, Direktorat Jenderal
Pajak telah melakukan berbagai upaya
untuk memaksimalkan penerimaan pajak.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui reformasi peraturan perundang
undangan di bidang perpajakan dengan
Kecenderungan
melakukan
kecurangan oleh wajib pajak dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya
lebih banyak terjadi dalam sistem
pemungutan self-assessment.
Sikap
rasional
seperti
pertimbangan WP atas untung ruginya
memenuhi
kewajiban
pajaknya,
ditunjukkan dengan pertimbangan WP
terhadap
keuangan
apabila
tidak
memenuhi kewajiban pajaknya dan risiko
yang akan timbul apabila membayar dan
tidak membayar pajak (Hadi, 2004). Jika
WP merasa terbebani dan tidak
merasakan secara langsung manfaat dari
membayar
pajak, WP cenderung
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
mencoba untuk mengurangi atau bahkan
menyembunyikan kewajiban membayar
pajaknya.
Selain itu, apabila lingkungan
sekitar wajib pajak yang tidak kondusif
seperti lingkungan bisnis WP berada yang
sulit menerapkan/mengikuti peraturan
yang berlaku, prosedur yang berbeliti-belit
dan harus mengeluarkan biaya untuk
urusan di kantor pajak, para pemimpin
dan para wakil/tokoh rakyat yang tidak
patuh terhadap peraturan perpajakan juga
memberi contoh yang tidak baik terhadap
masyarakat.
Wajib pajak juga harus dihadapkan
oleh risiko yang harus dipertimbangkan
ketika wajib pajak akan melakukan
kewajibannya dalam membayar pajak.
Peningkatan kepatuhan wajib pajak juga
dapat dipengaruhi oleh preferensi wajib
pajak akan risiko-risiko yang terjadi.
Keputusan seorang wajib pajak dapat
dipengaruhi oleh perilakunya terhadap
risiko yang dihadapi. Dalam menghadapi
risiko-risiko tersebut setiap wajib pajak
harus memiliki suatu keputusan untuk
menghadapi atau menghindari risiko
tersebut (Torgler, 2003).
Kepatuhan perpajakan menurut
Nurmantu (2003) adalah suatu keadaan
dimana WP memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakan. Kepatuhan tersebut dapat
diidentifikasi dari kepatuhan WP dalam
mendaftarkan diri, kepatuhan untuk
menyetorkan
kembali
surat
pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam
perhitungan dan pembayaran tunggakan
(Nasucha, 2006). Kepatuhan perpajakan
merupakan bentuk perilaku sosial.
Mengingat bahwa perpajakan merupakan
suatu bentuk interaksi pemerintah dengan
masyarakat yang diatur oleh undangundang, maka kepatuhan perpajakan
merupakan tanggapan individu mengenai
segala hal yang bersumber dari interaksi
antara pemerintah dengan masyarakat
mengenai perpajakan. Oleh karena itu,
masalah kepatuhan pajak merupakan
masalah diseluruh dunia.
Theory of Planned Behavior (TPB)
TPB menerangkan bahwa perilaku
yang ditampilkan oleh individu timbul
karena adanya niat untuk berperilaku.
Teori ini menjelaskan bahwa perilaku
wajib
pajak
yang
tidak
patuh
(noncompliance) sangat dipengaruhi oleh
variabel dari sikap, norma subyektif, serta
kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.
Perilaku yang ditimbulkan oleh individu
muncul karena adanya niat untuk
berperilaku. Sedangkan munculnya niat
untuk berperilaku ditentukan oleh tiga
faktor yaitu: (a) Behavioral Beliefs
merupakan keyakinan individu akan hasil
dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil
tersebut; (b) Normative Beliefs
yaitu
keyakinan tentang harapan normative
orang lain dan motivasi untuk memenuhi
harapan tersebut. Atau (normative belief)
adalah
kepercayaan-kepercayaan
mengenai harapan-harapan yang muncul
karena pengaruh orang lain dan motivasi
untuk
menyetujui
harapan-harapan
tersebut.
Dari
pengertian-pengertian
tersebut dapat disimpulkan (normative
beliefs) adalah dorongan atau motivasi
yang berasal dari luar diri seseorang
(orang lain) yang akan mempengaruhi
perilaku seseorang tersebut; dan (c)
Control Beliefs merupakan keyakinan
tentang
keberadaan
hal-hal
yang
mendukung atau menghambat perilaku
yang akan ditampilkan dan persepsinya
tentang seberapa kuat hal-hal yang
mendukung dan menghambat perilakunya
tersebut (perceived power). Sanksi pajak
terkait dengan control beliefs.
Definisi Pajak
Menurut P.J.A Andiani dalam
Waluyo (2011 : 2) pajak adalah iuran
kepada Negara (yang dapat dipaksakan)
yang
terutang
oleh
yang
wajib
membayarnya
menurut
peraturanperaturan, dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat
ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai
pengeluaran-pengeluaran
umum berhubung dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
Wajib Pajak Orang Pribadi
Menurut Undang-Undang No. 16
Tahun 2009 Pasal 1, wajib pajak adalah
orang pribadi atau badan, meliputi
membayar pajak, pemotong pajak dan
pemungut pajak yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Wajib pajak mempunyai kewajiban
untuk mendaftarkan diri agar memperoleh
NPWP, membayar dan menyetor pajak,
melunasi utang pajak, menyampaikan
SPT, menyelenggarakan pembukuan atau
catatan (Supriyati dan Hidayati, 2008).
Kepatuhan Pajak
Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (KUBI) istilah kepatuhan berarti
tunduk atau patuh pada ajaran atau
aturan. Kiryanto (2000) berpendapat
bahwa kepatuhan perpajakan adalah
memasukkan dan melaporkan pada
waktunya informasi yang diperlukan,
mengisi dengan benar jumlah pajak yang
terutang, dan membayar pajak pada
waktunya,
tanpa
ada
tindakan
pemeriksaan.
Nurmantu
(2003)
kepatuhan
perpajakan adalah suatu keadaan dimana
WP
memenuhi
semua
kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakan. Menurut Direktorat Jenderal
Pajak (2003), kepatuhan perpajakan
adalah tingkat dimana wajib pajak
mematuhi
undangundang
dan
administrasi perpajakan tanpa perlunya
kegiatan penegakan hukum.
Pada tahun 2008 dikeluarkan SE02/PJ/2008 tentang Tata Cara Penetapan
Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu
sebagai turunan dari Peraturan Menteri
Keuangan
No.
192/PMK.03/2007.
Karakteristik Wajib Pajak Patuh menurut
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
192/PMK.03/2007 sebagai berikut: (1)
Tepat
waktu
penyampaian
Surat
Pemberitahuan (SPT) dalam 3 tahun
terakhir; (2) Penyampaian SPT Masa
yang terlambat dalam tahun terakhir untuk
Masa Pajak dari Januari sampai
Nopember tidak lebih dari 3 masa pajak
untuk setiap jenis pajak dan tidak berturutturut; (3) SPT Masa yang terlambat
seperti dimaksud dalam huruf b telah
disampaikan tidak lewat batas waktu
penyampaian SPT Masa untuk masa
pajak berikutnya; (4) Tidak mempunyai
tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali telah memperoleh izin untuk
mengangsur atau menunda pembayaran
pajak, meliputi keadaan pada tanggal 31
Desember tahun sebelum penetapan\
sebagai Wajib Pajak Patuh dan tidak
termasuk utang pajak yang belum
melewati batas akhir pelunasan; (5)
Laporan keuangan diaudit oleh akuntan
publik
atau
lembaga
pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat
wajar tanpa pengecualian selama tiga
tahun berturut-turut dengan ketentuan
disusun dalam bentuk panjang (long form
report) dan menyajikan rekonsiliasi laba
rugi komersial dan fiskal bagi wajib pajak
yang menyampaikan SPT Tahunan dan
juga pendapat akuntan atas laporan
keuangan yang diaudit ditandatangani
oleh akuntan publik yang tidak dalam
pembinaan
lembaga
pemerintah
pengawas akuntan publik; dan (6) Tidak
pernah
dijatuhi
hukuman
karena
melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasar pada putusan
pengadilan yang memiliki kekuatan hukum
tetap dalam jangka waktu 5 tahun terakhir.
Sikap Rasional
Hadi (2004) menyatakan sikap
rasional adalah pertimbangan WP atas
untung ruginya memenuhi kewajiban
pajaknya,
ditunjukkan
dengan
pertimbangan WP terhadap keuangan
apabila tidak memenuhi kewajiban
pajaknya dan risiko yang akan timbul
apabila membayar dan tidak membayar
pajak. Dalam interaksi sosial, individu
cenderung memilih berinteraksi dengan
orang yang memberikan rewards (pujian,
hadiah, perhitungan). Dalam kaitannya
dengan peraturan perpajakan WP memilih
hal-hal yang dapat meringankan beban
pajaknya.
Hadi (2004) juga menyatakan
bahwa perilaku kejahatan telah dipandang
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
oleh ilmuwan sosial sebagai tindakan
yang
rasional
ketika
seseorang
mempertimbangkan
keuangan
yang
diharapkan dari kegiatan kriminal dan
bukan kriminal, dan kemudian memilih
alternatif yang mempunyai penghasilan
yang lebih besar. Beberapa studi
informasi potensial kejahatan telah
diberikan,
diperkirakan
diperlukan
mengevaluasi
tentang
kesempatan
kejahatan dan menguji aturan pemilihan,
pelanggar
hukum
mengumpulkan
informasi yang relevan tentang risiko dan
keuangan, bilamana mereka melanggar
hukum pajak, informasi dikumpulkan, dan
dipertimbangkan
mengenai
jumlah
keuangan yang didapat; kemungkinan
untuk mendapatkan keuangan; kerasnya
hukuman; kemungkinan untuk mendapat
hukuman.
Apabila sikap rasional WP lebih
mementingkan
keuangan
dan
kepentingan diri sendiri bertambah, maka
WP tersebut lebih tidak patuh dalam
memenuhi kewajiban pajak. WP pada
dasarnya selalu ingin menguntungkan
dirinya
sendiri
apabila
penerapan
peraturan pajak tidak tegas, sanksi
administrasi yang relatif ringan dan fiskus
yang sampai diajak kompromi, hal-hal
tersebut oleh WP dianggap tidak
menimbulkan risiko yang berat, maka
sikap rasional WP untuk menguntungkan
diri sendiri bertambah dan kepatuhan WP
berkurang.
Lingkungan Wajib Pajak
Lingkungan
terdiri
keluarga,
teman, jaringan sosial dan perdagangan,
nilai pelaksanaan pajak yang dihubungkan
dan informasi tentang WP, termasuk
didalamnya jumlah nominal dan komposisi
penghasilan dan pengeluaran WP,
peraturan perpajakan yang diikuti dan
syarat/permintaan biaya yang sesuai.
Lingkungan
yang
mempengaruhi
seseorang
untuk
compliance
dan
noncompliance tidak dapat ditinjau dari
hanya satu variabel penyebab (Santi,
2012).
Menurut Daroyani (2010) tipe-tipe
lingkungan yang compliance tersebut
yang pada akhirnya membuat WP patuh
dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Lazy
compliance, yaitu tipe lingkungan yang
berkaitan erat dengan tipe atau komponen
perilaku
WP
sendiri,
dengan
mengharuskan untuk belajar kerumitan
atau perubahan peraturan, formulir yang
susah dimengerti. Pencatatan yang
mendetail,
permintaan
palaporan
penghasilan yang bermacam-macam
sehingga banyak orang yang gagal untuk
meluangkan waktu dan energi dalam
melaporkan pajaknya; (2) Brokered
compliance, yaitu tipe lingkungan yang
kepatuhan WP yang timbul ketika
seseorang
mendapat
anjuran
dari
professional; dan (3) Social compliance,
yaitu kepatuhan seseorang terhadap
hukum adalah hasil secara langsung
maupun tidak langsung tekanan dan
pengharapan orang-orang disekitar dan
komunitas.
Apabila lingkungan yang tidak
kondusif akan lebih mendukung WP untuk
tidak patuh. Lingkungan yang tidak
kondusif seperti: lingkungan bisnis WP
berada yang sulit menerapkan/mengikuti
peraturan yang berlaku, prosedur yang
berbeliti-belit dan harus mengeluarkan
biaya untuk urusan di kantor pajak, para
pemimpin dan para wakil/tokoh rakyat
yang tidak patuh terhadap peraturan
perpajakan juga memberi contoh yang
tidak baik terhadap masyarakat.
Preferensi Risiko
Preferensi risiko merupakan salah
satu karakteristik seseorang dimana akan
mempengaruhi perilakunya (Sitkin &
Pablo, 1992, dalam Aryobimo, 2012).
Dalam konseptual preferensi risiko
terdapat tiga cakupan yaitu menghindari
risiko, netral dalam menghadapi risiko,
dan suka mencari risiko. Sebuah
penelitian
mengungkapkan
bahwa
perilaku wajib pajak dalam menghadapi
risiko tidak dapat dianggap remeh dalam
kaitannya dengan kepatuhan. Keputusan
seorang wajib pajak dapat dipengaruhi
oleh perilakunya terhadap risiko yang
dihadapi (Torgler, 2003). Preferensi risiko
seseorang
merupakan
salah
satu
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
komponen dari beberapa teori yang
berhubungan
dengan
pengambilan
keputusan termasuk kepatuhan pajak
Dasar teoritis yang tepat untuk
preferensi risiko memoderasi hubungan
antara sikap rasional dan lingkungan wajib
pajak terhadap kepatuhan pajak yaitu
theory of planned behavior. Teori ini
menerangkan bahwa ketika wajib pajak
mempunyai tingkat risiko yang tinggi maka
akan dapat mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak. Oleh karena itu, ketika
kepatuhan pajak memiliki hubungan yang
kuat dengan preferensi risiko maka tingkat
kepatuhan wajib pajak tinggi artinya wajib
pajak yang memiliki berbagai risiko yang
tinggi akan dapat menaikkan tingkat
kepatuhan wajib pajak.
Klasifikasi risiko
Dalam dunia asuransi yang
dimaksud risiko adalah, apabila risiko
tersebut diartikan sebagai ketidak pastian
yang menimbulkan kerugian (Uncertainty
of loss), yang dimaksud disini kerugian
daIam arti financial (financial risk), dimana
kerugian tersebut dapat dinilai secara
financial atau dinilai dengan uang (Yasa,
2012). Berikut beberapa klasifikasi risiko
sebagai berikut: (1) Speculative Risks
(Risiko Spekulatif) adalah risiko yang
memberikan kemungkinan untung (gain)
atau rugi (loss) atau tidak untung dan
tidak rugi (break even). Risiko Spekulatif
disebut juga risiko dinamis (dynamic risk).
Contoh misalnya seperti risiko dalam
dunia perdagangan (kemungkinan untung
atau rugi); (2) Pure Risks (Risiko murni)
yaitu r5isiko yang hanya mempunyai satu
akibat yaitu kerugian sehingga tidak ada
orang yang akan menarik keuntungan dari
risiko ini; (3) Fundamental Risk (Risiko
fundamental) yaitu risiko yang sebab
maupun akibatnya impersonal (tidak
menyangkut seseorang). dimana kerugian
yang timbul dari risiko yang bersifat
fundamental
biasanya
tidak
hanya
menimpa seorang individu melainkan
menimpa banyak orang; dan (4) Particular
Risks (Risiko khusus) yaitu risiko khusus
dimana risiko ini disebabkan oleh
peristiwa-peristiwa
individual
akibatnya tak terduga.
dan
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini penulis akan
melakukan penelitian tentang Pengaruh
Sikap Rasional dan Lingkungan Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Pajak dengan
Preferensi Risiko sebagai Variabel
Moderasi. Rancangan penelitian ini
digunakan untuk menjawab rumusan
masalah yang selanjuttnya disajikan serta
diinterpretasikan dan langkah terakhir
adalah penarikan kesimpulan.
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2013:389),
populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdirti atas objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian
daitarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah para
WPOP yang ada di Kota Singaraja.
Berdasarkan data dari KPP Pratama
Singaraja, hingga tahun 2015 tercatat
sebanyak 71.321 Wajib Pajak Orang
Pribadi yang terdaftar.
Supaya jumlah sampel yang
digunakan proporsional dengan jumlah
populasi maka jumlah sampel dihitung
dengan rumus tertentu. Selanjutnya
jumlah sampel pada penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus Slovin.
Berdasarkan perhitungan maka
jumlah sampel minimal yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 100 sampel,
tetapi
untuk
mengantisipasi
tidak
kembalinya kuesioner penelitian dan tidak
lengkapnya pengisian kuesioner oleh
responden maka ditetapkan jumlah
sampel (kuesioner) yang akan disebar
dalam penelitian ini adalah sebanyak 130
kuesioner
dengan
asumsi
tingkat
responden rate sebesar 70%.
Sampel
diperoleh
dengan
menggunakan teknik sampling tertentu
yaitu incidental sampling. Teknik ini
menggunakan
individu-individu
yang
termasuk
populasi
penelitian
dan
kebetulan dijumpai oleh peneliti di Kota
Singaraja secara proporsional (Sugiyono,
2009).
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
Jenis dan Sumber Data
Berikut jenis dan sumber data
penikitian ini sebagai berikut: (1) Data
Subyek yaitu data yang diperoleh peneliti
melalui
pembagian
kuesioner
dan
wawancara langsung kepada WPOP yang
terdaftar di KPP Pratama Sinagaraja; (2)
Data Fisik yaitu data yang diperoleh
peneliti dari buku atau literature yang
dapat mendukung penelitian ini; dan (3)
Data Dokumenter yaitu data diperoleh
peneliti dari jurnal atau artikel yang dapat
mendukung penelitian ini.
Berikut sumber data penelitian ini
sebagai berikut:
(1) Data Primer
merupakan data yang diperoleh peneliti
melalui pengamatan langsung dari hasil
kuesioner
dan
wawancara
peneliti
terhadap objek penelitian; dan (2) Data
Sekunder merupakan data yang diperoleh
peneliti dari hasil dokumentasi dan
penelitian yang dilakukan oleh pihak lain
yang memiliki relevansi dengan penelitian
yang digunakan.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh informasi dan
data yang diolah untuk penelitian ini,
beberapa teknik pengumpulan data
sebagai berikut: (a) Tinjauan Kepustakaan
yaitu dengan mempelajari dan membaca
literatur
yang
memiliki
keterkaitan
permasalahan dengan objek penelitian;
(b) Wawancara
yaitu dengan proses
komunikasi berupa tanya jawab langsung
kepada pegawai KPP Pratama Singaraja;
(c)
Dokumentasi
yaitu
dengan
mengumpulkan data dari KPP Pratama
Singaraja; dan (d) Angket (Kuesioner)
Merupakan daftar pertanyaan yang
diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang tersebut bersedia
memberikan respon sesuai permintaan
pengguna. Penelitian ini menggunakan
konsep
sebagai
berikut:
Variabel
independen dan dependen yaitu Sikap
Rasional (X1), Lingkungan Wajib Pajak
(X2)
serta
Kepatuhan
Pajak
(Y)
menggunakan kuisioner penelitian Anisa
(2012),
sedangkan
untuk
Variabel
Moderasi yaitu Preferensi Risiko (Z)
menggunakan kuisioner penelitian Yasa
(2012).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa terdapat pengaruh secara parsial
antara variabel sikap rasional terhadap
kepatuhan wajib pajak pajak. Hal ini
dapat diketahui dari hasil regresi pada
tabel 4.9, variabel sikap rasional (X1)
memiliki nilai thitung sebesar 3,192 > dari
nilai ttabel sebesar 0,1661 dan nilai
signifikan sebesar 0,002 < dari 0,05. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel sikap
rasional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak pajak. Hal
ini berati Wajib Pajak Orang Pribadi yang
terdaftar di KPP Pratama Singaraja
menganggap sikap rasional itu penting
sesuai dengan indikator sikap rasional.
Semakin rasional seorang wajib pajak
maka
semakin
tinggi
kepatuhan
perpajakannya.
Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa terdapat pengaruh secara parsial
antara variabel lingkungan wajib pajak
terhadap kepatuhan pajak. Hal ini dapat
diketahui dari hasil regresi pada tabel 4.9,
variabel lingkungan wajib pajak (X2)
memiliki nilai thitung sebesar 5,846 > dari
nilai ttabel sebesar 0,1661 dan nilai
signifikan sebesar 0,000 < dari 0,05.Hal ini
menunjukkan bahwa variabel lingkungan
wajib pajak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Hal ini berati Wajib Pajak Orang Pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Singaraja
menganggap lingkungan itu berperan
penting
sesuai
dengan
indikator
lingkungan wajib pajak. Semakin baik
lingkungan yang berarti lingkungan
mendukung
pelaksanaan
kewajiban
perpajakan maka semakin tinggi pula
kepatuhan perpajakan.
Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa terdapat pengaruh secara simultan
antara variabel sikap rasional dan variabel
lingkungan
wajib
pajak
terhadap
kepatuhan pajak.
Dari hasil hasil uji
ANOVA diperoleh Fhitung sebesar 43,432.
Oleh karena Fhitung > Ftabel yaitu 43,432 >
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
2,70 dengan tingkat signifikan <0,05 maka
terdapat pengaruh secara simultan antara
sikap rasional dan lingkungan wajib pajak
terhadap kepatuhan pajak. Hal ini berati
wajib pajak yang memiliki sikap rasional
yang tinggi dan kondisi lingkungan yang
kondusif (baik) akan mendorong wajib
pajak tersebut untuk semakin patuh
terhadap kewajiban perpajakan, sehingga
kepatuhan wajib pajak akan tinggi.
Interaksi variabel sikap rasional
dan preferensi risiko terhadap kepatuhan
wajib pajak ( X1*Z) diproleh nilai thitung
sebesar 5,022 > dari nilai ttabel sebesar
0,1661 dan nilai signifikan 0,000 <0,05. Ini
menunjukkan bahwa variabel preferensi
risiko
memoderasi
(memperkuat)
hubungan
sikap
rasional
terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Semakin
tinggi sifat rasional seorang wajib pajak,
maka semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan wajib pajak tersebut. Begitu
pula dengan tingkat preferensi risiko yang
tinggi yang dimiliki wajib pajak maka wajib
pajak cenderung menghadapi risiko
tersebut. Jika wajib pajak menerima dan
membiarkan risiko terjadi maka tingkat
preferensi risiko akan rendah.
Interaksi X2*Z diproleh nilai thitung
sebesar 4,054 > dari nilai ttabel sebesar
0,1661 dan nilai signifikan 0,000 < dari
0,05. Ini menunjukkan bahwa variabel
preferensi
risiko
memoderasi
(memperkuat)
hubungan lingkungan
wajib pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak. Semakin kondusif atau baik
lingkungan seorang wajib pajak, maka
semakin tinggi pula tingkat kepatuhan
wajib pajak tersebut. Begitu pula dengan
tingkat preferensi risiko yang tinggi pada
suatu lingkungan tempat tinggal wajib
pajak,
maka wajib pajak cenderung
menghadapi risiko tersebut. Jika wajib
pajak menerima dan membiarkan risiko
terjadi maka tingkat preferensi akan
rendah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: (1) Variabel sikap
rasional (X1) memiliki nilai thitung sebesar
3,192 > dari nilai ttabel sebesar 1,661 dan
nilai signifikan sebesar 0,002 < dari 0,05
sehingga dapat dikatakan variabel sikap
rasional berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak pajak; (2)
Variabel lingkungan wajib pajak (X2)
memiliki nilai thitung sebesar 5,846 > dari
nilai ttabel sebesar 1,661 dan nilai signifikan
sebesar 0,000 < dari 0,05 sehingga dapat
dikatakan variabel lingkungan wajib pajak
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak; (3) Dari
hasil hasil uji ANOVA diperoleh Fhitung
sebesar 43,432. Oleh karena Fhitung >
Ftabel yaitu 43,432 > 2,70 dengan tingkat
signifikan < 0,05,
maka terdapat
pengaruh secara simultan antara sikap
rasional dan lingkungan wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak;
(4)
Interaksi X1*Z diproleh nilai thitung sebesar
5,022 > dari nilai ttabel sebesar 1,661 dan
nilai signifikan 0,000 < dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel preferensi
risiko
memoderasi
(memperkuat)
hubungan
sikap
rasional
terhadap
kepatuhan wajib pajak; dan (5) Interaksi
X2*Z diproleh nilai thitung sebesar 4,054 >
dari nilai ttabel sebesar 1,661 dan nilai
signifikan 0,000 < dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel preferensi
risiko
memoderasi
(memperkuat)
hubungan
lingkungan
wajib
pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Saran
Adapun saran yang peneliti
berikan berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
(1) Bagi Pemerintah (Dirjen Pajak)
melaluii penelitian ini diharapkan Dirjen
Pajak
mampu mengubah
persepsi
masyarakat terkait dengan sikap rasional
wajib pajak yang masih rendah seperti
dengan cara melakukan seminar atau
pelatihan
yang
berkaitan
dengan
perpajakan dan memberikan hadiah atau
cendera mata bagi masyarakat yang telah
membayar pajak sebagai bentuk apresiasi
telah
melaksanakan
kewajibannya
sebagai wajib pajak, sehingga persepsi
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
masyarakat untuk membayar pajak
meningkat; (2) Bagi Wajib Pajak dari hasil
analisis diketahui bahwa variabel sikap
rasional dan wajib pajak memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap
kepatuhan pajak, maka disarankan
sebaiknya wajib pajak lebih memperluas
wawasan tentang peraturan perpajakan
yang berlaku guna mempermudah
memenuhi kewajibannya sebagai wajib
pajak serta mempertimbangkan segala
risiko yang akan dihadapi dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan; dan
(3) Bagi Peneliti Selanjutnya jika tertarik
meneliti di bidang yang sama dapat
menggunakan variabel-variabel yang tidak
digunakan dalam penelitian ini, hal ini
dilakukan
karena
koefesien
dalam
koefesien determinasi dalam penelitian ini
masih dapat ditingkatkan dengan adanya
penambahan variabel bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Adiasa. 2013. Pengaruh Pemahaman
Peraturan Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib
Pajak
dengan Preferensi Risiko sebagai
Variabel
Moderating.
Skripsi.
Program
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Negeri Semarang.
Alabede, J. O., Affrin, Z. Z., Idris, K, M.
2011. Tax Service Quality and Tax
Compliance
in
Nigeria:
Do
Taxpayer’s Financial Condition and Risk
Preference Play Any Moderating
Role.
European
Journal
of
Economics, Finance
and
Administrative Sciences, (35), 90 –
108.
Aryobimo, Putut Tri dan Cahyonowati,
Nur.2012. Pengaruh Persepsi
Wajib Pajak tentang
Kualitas
Pelayanan
Fiskus
terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak dengan
Kondisi Keuangan Wajib Pajak
dan Preferensi Risiko sebagai
Variabel
Moderating
(Studi
Empiris
terhadap
Wajib
Pajak Orang Pribadi di Kota
Semarang).Jurnal Akuntansi Vol.1
No.2.
Semarang:
Fakultas
Ekonomika dan
Bisnis
Universitas Diponegoro Semarang.
Devano, Sony dan Rahayu. 2006.
Perpajakan: Konsep, Teori dan
Isu. Jakarta: Kencana.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate
dengan
program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Harahap, Abdul Asri. 2004. Paradigma
Baru
Perpajakan
Indonesia
Perspektif Ekonomi.
Hadi, Tiono Kesuma. (2004). Determinan
yang
Mempengaruhi
Kepatuhan
Wajib Pajak dalam
Menerapkan Akuntansi
Pajak.
Thesis.
Universitas
Airlangga. Pemikiran, Konsep dan
Implementasi. Jakarta: Kompas.
Hidayat, Widhi dan Argo Adhi Nugroho,
(2010),”Studi Empiris Theory of
Planned Behavior dan Pengaruh
Kewajiban Moral pada Perilaku
Ketidakpatuhan Pajak Wajib Pajak
Orang Pribadi”, Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, Vol.12 No.2,
November 20120, pp 82-93.
Jatmiko,
Agus
Nugroho.
2006.
Pelaksanaan
sanksi
denda,
Pelayanan
fiskus,
dan
kesadaran perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak (studi
empiris terhadap wajib pajak orang
pribadi di Kota Semarang). Tesis.
Semarang:
Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Julianti, Murni. 2014. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Orang
Pribadi
untuk
membayar Pajak dengan Kondisi
Keuangan dan
Preferensi
Risiko
sebagai
Variable
Moderating Studi Kasus pada
Wajib Pajak yang Terdaftar di
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
KPP
Pratama
Candisari
Semarang.
Skripsi.
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponogoro. Semarang
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Singaraja. (2016). Data Wajib Pajak
dan
Kepatuhan Pajak
tahun
2012-2016
Kiryanto. (2000). “Analisis Pengaruh
Penerapan Struktur Pengendalian
Intern terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Badan dalam Memenuhi
Kewajiban Pajak Penghasilannya,”
EKOBIS, Vol. 1 No. 1, p. 41 – 52.
Mardiasmo. 2011.Perpajakan. Edisi revisi.
Andi. Yogyakarta.
Muliari dan Setiawan, 2009. Pengaruh
Persepsi, Sanksi Perpajakan dan
Kesadaran
Wajib Pajak pada
Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak
Orang Pribadi di Kpp Denpasar
Timur. Jurnal. Fakultas Ekonomi
Universitas Udaya
Nasucha, Chaizi. 2004. Reformasi
administrasi public: teori dan
praktik. Jakarta:
PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Nurmantu,
Safri.
2005.
Pengantar
Perpajakan Edisi ke 3. Granit:
Jakarta
Republik Indonesia. No 28. Tahun 2007.
Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan: Jakarta
No. 16 Tahun 2009 Pasal
1 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan:
Jakarta
Santi, Anisa Nirmala. 2012. Analisis
Pengaruh Kesadaran perpajakan,
Sikap Rsional,
Lingkungan,
Sanksi Denda, dan Sikap Fiskus
terhadap kepatuhan Wajib Pajak
Studi Empiris pada Wajib Pajak
Orang Pribadi di Wilayah KPP
Pratama
Semarang.
Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas
Diponogoro.
Semarang
Santoso, Wahyu. 2008. Analisi Risiko
Ketidakpatuhan
Wajib
Pajak
Sebagai Dasar
Peningkatan
Kepatuhan Wajib Pajak; Penelitian
terhadap Wajib Pajak Badan di
Indonesia Vol. 5, Nomor 1.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Supriyati dan Hidayati, 2008.”Pengaruh
Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal
Akuntansi
dan
Teknologi
Informasi, Vol. 7 No. 1, Mei 2008,
hal 41-50.
Tarjo
dan Indra Kusumawati. 2005.
Analisis Perilaku Wajib Pajak
Orang
Pribadi
Terhadap
Pelaksanaan Self Assessment
System: Suatu Studi Di Bangkalan.
Jurnal. Madura: Fakultas Ekonomi
Trunojoyo.
Waluyo. 2002. Perpajakan Indonesia.
Salemba Empat: Jakarta
Widayati dan Nurlis. 2010. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kemauan
Membayar
Pajak Wajib Pajak
Orang Pribadi Yang Melakukan
Pekerjaaan Bebas (Studi Kasus
Pada KPP Pratama Gambir Tiga).
Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto.
Yasa, I Nyoman Putra (2012). Pengaruh
Persepsi, Etika, Self Esteem,
Preferensi
Risiko terhadap
Budgedtary Slack Pimpinan pada
BPR di Provinsi Bali. Thesis.
Universitas Udayana
Yulianty, Eka. 2015. Pengaruh Pemahan
Peraturan Perpajakan terhadap
kepatuhan
Formal. Wajib Pajak
dengan Preferensi Risiko sebagai
Variabel
Moderating. Skripsi.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 7 No. 1 Tahun 2017)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin. Makassar
Kementerian Keuangan. Tahun 2016.
http://www.kemenku.go.id/informas
iAPBN
Download