Dosa di Dalam Perkemahan, Bagian 1 Keluaran 32:1-6 (kecuali disebutkan lain, ayat-ayat di sini menggunakan Alkitab LAI Terjemahan Baru) Mari kita buka 1 Korintus pasal 10. Pada pagi ini saya akan membahas kekudusan Tuhan dan kebutuhan kita yang sangat dalam untuk melihat kekudusan-Nya dipulihkan dalam gereja-Nya. Kita mulai dengan melihat gambaran secara luas mengenai dosa di dalam gereja. Pertama-tama, mari kita buka 1 Korintus pasal 10, karena dari sini kita dapat membaca dan memahami Keluaran pasal 32. Di dalam 1 Korintus 10:6-7, di dalam Perjanjian Baru yang ditulis oleh Paulus disebutkan, “Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: ‘Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.’” Paulus mengutip ayat ini dari Perjanjian Lama. Apakah ada yang tahu dari mana Paulus mengutip ayat-ayat ini? Keluaran 32:6. Paulus mengutip dari perikop yang menjadi pembahasan kita pagi ini. Ada beberapa hal lagi yang dia sampaikan, kemudian di 1 Korintus 10:11, dia menulis, “Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba”. Mari mengingat kembali saat kita bersama pagi ini, kita akan mempelajari Keluaran 32, sebagai contoh bagi kita. Keluaran 32 merupakan suatu peringatan bagi kita. Kisah klasik awal Perjanjian Lama ini ditujukan sebagai catatan untuk kehidupan rohani kita, kehidupan sehari-hari kita, kehidupan saya, dan hubungan kita dengan Allah. Dengan pemahaman seperti itu, mari kita membuka Keluaran 32. Kita mulai dari ayat 1. Masih ingat di mana letak Keluaran, ‘kan? Itu kitab kedua setelah Kejadian ya. Sambil Anda membuka bagian ayat tersebut mari kita lihat konteks Keluaran 32 ini. Kita sudah membahas Keluaran 33 beberapa minggu yang lalu. Untuk mengingatkan saja, umat Israel telah menjadi budak di Mesir pada awal kitab Keluaran, lalu Allah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir melalui mukjizat 10 tulah, membelah laut Teberau untuk diseberangi, menyertai mereka selama di padang gurun, memberi mereka makan manna 1 surgawi dan minum dari batu, kemudian membawa mereka ke Gunung Sinai, di mana Dia memberikan 10 Perintah-Nya, hukum Taurat, menjalin hubungan persekutuan dengan umatNya, yang ditegaskan kembali di Keluaran 24. Allah telah memberikan hukum dan peraturanNya, lalu Musa kembali ke gunung untuk bertemu Tuhan. Ketika Musa, sang perwakilan umat Israel ada di puncak gunung, mereka yang ada di kaki gunung melakukan ini (Keluaran 32:110): Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir – kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.” Lalu berkatalah Harun kepada mereka: “Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga istrimu, anakmu lakilaki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku.” Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawa kepada Harun. Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!” Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: “Besok hari raya bagi TUHAN!” Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum, kemudian bangunlah mereka dan bersukaria. Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kupimpin keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: ‘Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir.’ Lagi firman TUHAN kepada Musa: “Telah Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.” Bapa, kami berdoa agar Engkau membimbing kami memperhatikan peringatan yang tertera di dalam Keluaran 32. Bapa, tolong kami melihat penyebab murka-Mu. Tolong kami, 2 agar kami tidak hanya melihat dosa mereka tetapi juga melihat diri kami sendiri tercermin pada firman-Mu ini. Tolong kami melihat dosa kami, tolong kami melihat penyelamatan-Mu yang agung melalui Kristus. Di dalam nama-Mu kami berdoa, belajar, berkhotbah, dan menyembah. Amin. Fokus pembahasan ayat ini bukanlah dosa per individu, tetapi pada dosa di antara umat Allah. Ketika Allah memerintahkan Musa untuk turun (pada ayat 7), Dia berkata agar Musa turun karena bangsa Israel telah jatuh ke dalam dosa. Karena itulah, fokus kebersamaan kita pagi ini bukanlah dosa per individu di dalam gereja, atau dosa individu di dalam ruangan ini. Fokus kita adalah dosa kita sebagai gereja. Kita bersama di dalam hal ini – kita telah membahasnya beberapa minggu terakhir, kita adalah komunitas di dalam iman, kita bersama sebagai umat-Nya. Dan fokus pembahasan di dalam Keluaran 32 adalah tentang dosa umat. Pengakuan Kita Secara Jemaat… Saya akan menunjukkan empat poin yang menunjukkan saat ini kita merefleksikan bangsa Israel di dalam Keluaran 32. Kebenaran yang pahit memang. Saya bahkan tidak ingin kita mengatakan bahwa kita merefleksikan hal ini di dalam gereja saat ini. Saya percaya kita merefleksikan hal ini di Gereja Brook Hills. Saya percaya dosa di dalam persekutuan umat yang disebut dalam Keluaran 32 direfleksikan di dalam dosa di perkemahan Gereja Brook Hills pada tahun 2008. Beberapa dari Anda akan mengatakan, kami tidak patung punya anak lembu emas. Bapak, Ibu yang terkasih, gereja masa kini dipenuhi dengan patung anak lembu emas dan saya yakin Gereja Brook Hills dipenuhi dengan patung anak lembu emas bahkan juga di dalam ruangan ini pada pagi ini. Sebagai gembala dari gereja ini saya ingin mengajak kita untuk bersama-sama secara jemaat mengakui dosa kita bercermin dari Keluaran 32. Ada empat pengakuan yang perlu kita lakukan bercermin pada pengalaman bangsa Israel dalam teks ini. Kita Memilih Pemimpin Tanpa Keyakinan Pengakuan pertama: Sebagai umat Allah (sekali lagi saya tegaskan, bukan per individu), kita sebagai umat Allah telah memilih pemimpin tanpa keyakinan. Kita telah memilih pemimpin tanpa keyakinan. Musa dan Yosua sedang berada di puncak gunung. Yosua menanti dibawah, 3 berjaga, sedangkan Musa berdialog dengan Tuhan. Mereka mempercayakan Harun yang bertanggungjawab memimpin umat. Pada Keluaran 24:14 Musa berkata, “Harun akan memimpinmu saat aku tidak ada.” Di dalam Keluaran 32:1 Alkitab berkata, “Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: ‘Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami…’” Mereka mengatakan “Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu,” Musa menghabiskan waktu di puncak gunung selama 40 hari. Ya sebulan lebihlah. Mengejutkan sekali! Mereka adalah umat Allah yang telah dibebaskan dari perbudakan, telah melewati semua tulah, melihat laut dibelah, melihat mukjizat Tuhan menyertai perjalanan mereka, melihat Tuhan dalam hadirat-Nya di depan mata mereka sendiri saat di gunung, telah membuat perjanjian dengan-Nya, hanya dalam waktu sebulan lebih, mendatangi Harun, mengatakan mereka memerlukan ilah. Mereka mau Harun membuatkan semacam ilah yang dapat mereka percayai. Harun kemudian melakukan tepat apa yang diinginkan oleh bangsa itu. Sang pemimpin memberikan bangsa berdosa itu apa yang mereka inginkan. Saya yakin, saat ini kita menciptakan budaya gereja yang hampir sama dengan gambaran tersebut. Kita mencari pemimpin yang memberikan apa yang kita inginkan. Kita menginginkan pemimpin yang dapat mengumpulkan dan menyenangkan jemaat. Bila dia dapat melakukannya, dia dianggap sukses. Kita menginginkan pemimpin memberikan apa yang kita harapkan berhasil, tanpa menghiraukan kehidupan doanya, pengetahuannya tentang Firman Tuhan, kekudusan atau kesuciannya, kita malah menginginkan kepopulerannya. Kita menginginkan mereka menuruti keinginan kita. Tidak perlu waktu lama mengenali bahwa sekarang gereja berfokus pada pemenuhan kebutuhan jemaat. Pada kenyataannya, sekarang banyak pemimpin gereja yang akan mengatakan, “Jangan membuat judul khotbah Dosa di dalam perkemahan Gereja.” Apa menurutmu khotbah ini akan membuat jemaat bersemangat di Minggu pagi? Kau akan berkhotbah tentang dosa di dalam gereja? Berkhotbahlah mengenai hal-hal yang membuat jemaat tenang dan senang. Bapak, Ibu sekalian, saya kira saya bisa saja berbuat dosa Harun bila saya berdiri di hadapan jemaat Allah, di tengah-tengah kekristenan yang penuh berhala, yang mencintai uang, seks, kekuasaan, posisi, kesuksesan, olahraga, dan keluarga, melebihi kasih kita kepada Tuhan. Jika saya tergoda membimbing kita kepada kekristenan yang nyaman dan tentram, 4 dipenuhi khotbah mengenai hati yang hancur dan kasih anugerah yang memberikan kenyamanan kepada kita di dalam keberdosaan kita, namun tidak pernah menghadapkan kita dengan dosa kita sendiri; jika saya menuntun kepada kekristenan kultural, menomorsatukan tradisi yang berpusat pada manusia di atas kebenaran yang berpusat pada Allah; jika saya menuntun kepada kekristenan yang murahan, menjanjikan Anda akan mendapatkan segalanya namun tanpa berkorban apapun – ini semua yang kita inginkan, dan kita memprioritaskan apa yang kita inginkan di atas apa yang Tuhan katakan mengenai kebutuhan kita, maka kita telah memilih pemimpin tanpa keyakinan. Bapak, Ibu yang terkasih, kita telah membangkang kepada Tuhan dan kita telah memilih pemimpin yang tidak memiliki keyakinan tentang itu – entah di dalam kehidupan pribadinya atau di dalam kepemimpinannya di dalam gereja Tuhan. Jangan kira mudah untuk menyampaikan hal ini – mengetahui bahwa saya akan ditempatkan di hadapan standar Kitab Suci yang sudah dijelaskan. Kita harus bertobat dari sikap ini: memilih pemimpin tanpa keyakinan ketika berhubungan dengan kesucian, kemurnian dan kewenangan Firman Tuhan. Kita telah memilih pemimpin tanpa keyakinan. Kita Menciptakan Keselamatan Tanpa Dedikasi Pengakuan kedua: Kita menciptakan keselamatan tanpa dedikasi. Kita menciptakan keselamatan tanpa dedikasi. Kita harus menyadari, saat bangsa Israel menjadi budak di Mesir, patung semacam inilah menjadi semacam dewa yang disembah. Sangat umum saat itu untuk memanifestasikan dewa ke dalam bentuk hewan – sebuah berhala. Apakah itu benar-benar dewa atau perwakilan dewa, ini merupakan praktik umum di Mesir. Gambaran ini menjadi sebuah ironi tersendiri, di mana umat Tuhan yang telah diselamatkan dari Mesir malah melakukan pemujaan terhadap dewa-dewa Mesir. Mereka yang sudah dijauhkan dari pemujaan seperti itu, malah melakukan hal yang sudah dijauhkan. Menarik sekali pada ayat 4 ini, dikatakan bahwa Harun memerintahkan mereka menyerahkan perhiasan, membuat patung berhala berbentuk anak lembu, dan menghiasnya. Perhatikan lagi apa yang dikatakan setelahnya, “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!” Ingat perkataannya, kita akan kembali ke Keluaran 20, perhatikan ayat 1 dan 2. Ini terjadi ketika Allah membuat perjanjian dengan umat-Nya melalui Hukum Taurat. Kita lihat di dalam Keluaran 20 sebagai awal dari 5 pembacaan Kesepuluh Firman, “Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: ‘Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan,” Ungkapan yang sama digunakan oleh mereka di Keluaran 32:4 “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!” Yang membedakan adalah, di Keluaran 32:4 mereka menghubungkannya dengan patung anak lembu emas dan kepada banyak dewa, apa yang sudah TUHAN Allah, Yahweh, lakukan untuk mereka. Hal yang menarik adalah mereka mengakui keselamatan saat mereka sendiri tenggelam dalam keberdosaan mereka. Bahkan, mereka menggunakan keselamatan sebagai pembenaran atas dosa mereka. Anda dapat memahaminya? Mengakui keselamatan padahal mereka berbuat dosa – menggunakan keselamatan dan pembebasan yang mereka dapatkan sebagai pembenaran saat berbuat dosa. Sekarang, keselamatan hanyalah cara mereka dapat menikmati dosa. Bila kita bercermin dari Firman ini, kisah ini terulang kembali sekarang. Kita dapat hidup sesuka hati kita karena kita pikir, kita sudah diselamatkan. Kita berkata kepada jemaat, “Berdoalah seperti ini, kemudian Anda dapat hidup sesuka hati. Berdoalah seperti itu, Anda akan masuk surga.” Hasilnya, banyak orang berbuat dosa, lalu setelah sekian lama, mereka pikir, ”Ah, saya sudah berdoa seperti itu waktu muda, jadi saya selamat selama-lamanya.” Bapak, Ibu yang terkasih, ini bukan keselamatan yang dimaksudkan oleh Alkitab. Jangan salah sangka dulu, saya tidak mengatakan keselamatan kita bergantung kepada perbuatan baik yang kita lakukan. Sebaliknya, keselamatan kita bergantung kepada karya Kristus, dan hanya Kristus saja, kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, yang dapat menghapus dosa kita. Hanya karya penyelamatan Kristus saja, seperti yang tertera di dalam Alkitab pada Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri.” Hal ini sudah sangat jelas dikatakan oleh Alkitab, saya tidak akan mengatakan hal lain yang bertentangan dengan Alkitab. Namun kita harus menyadari, kita diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman, iman yang bukan dari diri sendiri tetapi pemberian Allah secara cuma-cuma. Salah satu bagian dari pemberian yang Allah berikan kepada kita pada saat kita diselamatkan adalah hati yang baru. Hati yang tidak ingin kembali berbuat dosa. Hati yang merasa tidak senang saat kita berbuat dosa. Di dalam hati kita, kita 6 mulai diperbaharui dari dalam hingga di titik saat kita menginginkan apa yang Kristus inginkan, mulai menghendaki apa yang Kristus kehendaki. Ini adalah masalahnya ketika kita hanya mendoakan sebuah doa keselamatan dan kemudian hidup sekehendak hati yang jelas-jelas melanggar keselamatan yang sudah kita klaim. Kita telah diberi hati yang baru! Saudara yang terkasih, kita memiliki hati yang baru di dalam Kristus. Dan kita sudah dibebaskan dari dosa! Anda tidak dibebaskan dari Mesir agar dapat tinggal di sana seumur hidup. Anda sudah dibebaskan dari Mesir! Anda sudah dibebaskan dari Mesir! Anda sudah dibebaskan dari dosa! Anda sudah dibebaskan dari kuasa dosa! Inilah keselamatan itu! Anda tidak akan pernah menemukan di manapun juga di dalam Alkitab bahwa Kristus memberikan keselamatan tanpa menuntun Anda ke dalam hidup yang berdedikasi kepada-Nya dan berpusat dari karya penyelamatan Kristus. Di titik inilah saat kita diselamatkan, bahwa Kristus di dalam diri kita memampukan kita untuk hidup memuliakan nama-Nya. Anda telah dibebaskan! Anda tidak hidup bebas semaunya lagi, Anda tidak berhak hidup semaunya, hai orang Kristen. Anda mengorbankan hak untuk hidup seenaknya saat Anda mengaku beriman kepada Kristus – Dialah pemilik hak itu sekarang. Anda bukanlah penguasa hati Anda sekarang. Kristuslah raja di hati Anda. Hal yang baik karena Anda akan mengalami semua rencana yang sudah disiapkan Tuhan untuk hidup Anda. Jadi keluarlah dari Mesir dan berhentilah menciptakan gereja menurut kehendak Anda sendiri. Berhenti menciptakan keselamatan yang tidak membutuhkan dedikasi apapun. Injil ini yang sedang dipertaruhkan. Kita memilih pemimpin tanpa keyakinan dan menciptakan keselamatan tanpa dedikasi. Kita Menyusun Penyembahan Tanpa Kerendahhatian Pengakuan ketiga: Kita menyusun penyembahan tanpa kerendahhatian. Kita menyusun penyembahan tanpa kerendahhatian. Kita buka Keluaran 32:5. Menarik sekali di sini. Saat Harun melihat apa yang terjadi, dia mendirikan mezbah di depan patung anak lembu emas. Sebuah mezbah, dia mendirikan mezbah. Lalu dia mengumumkan besok akan diadakan hari raya. Hari raya untuk siapa? Untuk Tuhan. Untuk Tuhan! Keesokan harinya, mereka bangun pagi-pagi sekali, mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Bisa kita lihat apa yang terjadi di sini? Mereka menggunakan aturan atau petunjuk dari Tuhan tentang cara penyembahan, dan mereka ikut di dalam penyembahan itu tanpa mengikutsertakan Tuhan. 7 Memang mereka berkata, “Besok hari raya bagi TUHAN!” namun dari bukti-bukti di dalam ayat-ayat ini menyatakan ini bukan sebuah penyembahan. Sebuah Gambaran tentang Tuhan – siapakah yang sebenarnya mereka sembah? Ayat 6 membantu kita memahami ini. Dikatakan, keesokan harinya setelah mereka mempersembahkan korban, mereka duduk, makan dan minum, lalu bersukaria, berpesta-pora. Di bagian lain pada Perjanjian Lama, “bersukaria” juga digunakan untuk merujuk aktivitas seksual yang tidak berkenan di hadapan Allah. Kenyataannya, mereka tidak menyembah Allah, lalu siapakah atau apakah yang sebenarnya mereka sembah? Mereka menyembah diri mereka sendiri. Mereka menyembah diri mereka sendiri di bawah muslihat penyembahan kepada Tuhan. Nah, itu dia. Menyembah diri mereka sendiri di bawah muslihat penyembahan kepada Tuhan. Apakah mungkin ternyata kita melakukan dosa yang sama? Kita tahu bagaimana melakukan penyembahan. Kita menyanyi, berdoa, menyimak khotbah, memberi persembahan, kemudian pulang. Kenyataannya, lebih dalam daripada itu. Kita menyanyikan lagu yang menyenangkan hati kita, kalau tidak menyenangkan, kita akan menunjukkannya kepada orang lain bahwa kita suka dengan lagunya. Kita berdoa tapi sebentar dan tidak dengan cara yang membuat kita tidak nyaman, tidak dengan cara yang membuat kita keluar dari zona nyaman. Kita berdoa karena itu bagian dari kewajiban kita. Kita menyimak khotbah selama kita menyukai apa yang disampaikan sang pengkhotbah. Setelah selesai, ya sudah kita pulang. Kita memberi persembahan, tetapi sedikit, sepertinya kurang dari 10%, yang diberikan untuk persembahan ke Gereja Brook Hills. Setelah itu kita pulang dan beraktivitas seperti biasa. Siapa yang kita sembah? Siapa yang telah kita sembah? Kita telah menyediakan segala sesuatunya di sekeliling kita! Bahkan kita menyingkirkan segala sesuatu yang dapat menyebabkan perselisihan, kesulitan, dan persengketaan. Menyembah diri sendiri di bawah muslihat penyembahan kepada Tuhan. Bapak, Ibu terkasih, pertanyaan saya, “Di mana hati yang hancur dan kerendahhatian di dalam penyembahan kita?” Di mana jemaat yang disebutkan di Nehemia 8, yang saat Firman dibuka, mereka bangkit berdiri, mengangkat tangannya, dan menyambut Amin! Amin! Lalu mereka sujud menyembah hingga menyentuh tanah. Di mana kita dapat menemukan seperti ini pada penyembahan pada zaman ini? Di mana Ezra yang berdiri dan berkata dari kerendahhatiannya, mengoyak jubah dan pakaiannya, berlutut, menadahkan tangannya kepada Tuhan, berseru, “Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani 8 menengadahkan mukaku kepada-Mu.” Bapak, Ibu, di mana jemaat yang ada di Ezra pasal 10, berkumpul bersama dan menangis di hadapan Tuhan, berseru berjam-jam, karena mereka tidak setia dengan perjanjian yang diikat Tuhan? Pemandangan semacam itu akan terlihat terlalu ekstrim bagi kita sekarang. Tuhan, tolong kami, remuk hati dan kerendahhatiaan jauh dari kata ekstrim di dalam penyembahan. Tetapi firman Tuhan di dalam Yesaya 66:2 menyebutkan bahwa Dia memandang kepada orang yang tertindas dan patah semangat serta gentar kepada firman-Nya. Mazmur 51:19 menyatakan, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk, tidak akan Kau pandang hina, ya Allah.” Pada 2 Tawarikh 7:14, “dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.” Kita telah melihat gambaran hati yang remuk dan kerendahhatian di dalam penyembahan (disebutkan di seluruh Kitab Suci). Hari ini saya ingin mengingatkan kita, bila tidak ada ruang untuk hati yang remuk dan kerendahhatian di dalam penyembahan kita, maka tidak ada ruang untuk Tuhan di dalam penyembahan kita. Tidak ada ruang bagi Tuhan karena kita mendominasi diri kita sendiri. Kita menyusun penyembahan tanpa kerendahhatian, tanpa merendahkan diri di hadapan Tuhan, di hadapan Firman-Nya, yang seharusnya kita gentar. Kita memilih pemimpin tanpa keyakinan, menciptakan keselamatan tanpa dedikasi, menyusun penyembahan tanpa kerendahhatian. Kita Menciptakan tuhan Tanpa Retribusi Pengakuan keempat: Kita menciptakan tuhan tanpa retribusi. Kita menciptakan tuhan tanpa retribusi. Retribusi merupakan tugas patung anak lembu emas. Anda dapat mendirikan mezbah di hadapan patung anak lembu emas, Anda dapat memberi persembahan kepadanya, dan Anda dapat bersukaria di hadapannya, toh patung anak lembu emas itu hanya diam saja, tidak akan melakukan apapun terhadap Anda. Patung anak lembu emas itu tidak akan merespon, dia akan diam saja. R.C. Sproul menyimpulkan, “Patung anak lembu emas itu tidak memberikan peraturan atau hukum apapun dan tidak menuntut kepatuhan. Dia tidak dapat marah, tidak memiliki keadilan, atau kekudusan untuk ditakuti. Patung itu tuli, dungu, dan tidak memiliki kuasa; tapi setidaknya patung itu tidak mengganggu kesenangan mereka dan menghakimi 9 mereka. Ini yang disebut agama yang dirancang oleh manusia, dipraktikkan oleh manusia, dan pada akhirnya sia-sia bagi manusia.” Inikah yang kita inginkan? Allah yang memaklumi gaya hidup kita, yang tidak mengganggu kesenangan kita, yang mengizinkan kita bersenang-senang dengan nafsu daging, lalu kita masih dapat menyembahnya? Ini allah yang kita inginkan, bukan? Ini isu utama, bukan? Fakta, kita menciptakan tuhan penuh kasih dan pengampunan, namun tidak memiliki kekudusan atau murka atau keadilan untuk ditakuti? Apakah kita telah menciptakan allah yang tidak akan mendisiplinkan atau menghukum kita atau orang-orang di sekitar kita karena berbuat dosa? Apakah kita telah menciptakan allah yang tidak akan mengirim atau membiarkan siapapun masuk ke dalam siksaan kekal, selama mereka hidup dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya saat di dunia? Kita telah menciptakan allah tanpa retribusi. Bapak dan ibu yang terkasih, hal seperti itu bukanlah Allah tetapi patung anak lembu emas. Ya, patung anak lembu emas. Karena Allah di dalam Alkitab adalah Allah yang memberikan penghukuman kepada mereka yang melanggar, Allah yang memiliki kekudusan-Nya harus ditakuti, Allah yang memiliki murka yang nyata, amarah kudus-Nya nyata di dalam kekudusan-Nya. Dia memiliki kewajiban melenyapkan para pendosa. Nah, tentunya hal itu tidak menyenangkan untuk didengar. Pesan ini kedengarannya keras sekali, namun saya ingatkan di dalam ayat 10, “Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka.” Tidak ada ungkapan yang lebih tegas daripada itu! Bapak, Ibu yang terkasih, “mereka” itu adalah kita! Ya, kita! Jelas kita tidak memiliki patung anak lembu emas di tengah-tengah kita tetapi kita adalah mereka! Semua hal ini yang lazim di dalam diri kita, sebagai jemaat, sebagai bangsa. Kita adalah mereka! Tuhan, tolong kami menyadari bahwa kami seperti mereka! Tuhan, tolong kami menyadari betapa seriusnya arti dari semuanya ini! Dan tolong kami menyadari dalamnya maksud memilih pemimpin tanpa keyakinan, menciptakan keselamatan tanpa keyakinan, tanpa dedikasi, menyusun penyembahan tanpa kerendahhatian dan menciptakan allah yang tidak menerapkan penghukuman. Saat kita mendapat gambaran keseluruhan mengenai dosa itu, itulah saat di mana kita menyadari kita membutuhkan apa yang umat Israel butuhkan di dalam Keluaran 32. Mereka tidak membutuhkan pemimpin baru, atau peristiwa keluaran baru, atau cara penyembahan yang baru. Mereka membutuhkan Juru Selamat! 10 Mereka memerlukan seseorang untuk menyelamatkan mereka dari penyembahan berhala. Mereka memerlukan seseorang untuk menyelamatkan dari dosa yang paling dalam. Mereka memerlukan seseorang untuk mengubah hati mereka. Bapak, Ibu yang terkasih, kita punya orang itu! Puji Tuhan, kita punya! Keluaran 32 memang kurang menyenangkan untuk dipelajari sepanjang minggu. Tolong, jangan mengira saya hanya duduk dan mempelajari ini semua sepanjang minggu dan berpikir bahwa saya tidak sabar untuk menghardik Anda dengan khotbah ini. Sukacita Kita Secara Jemaat… Yesus Menanggung Hukuman Kita Saya juga menjadi bagian dari ini sama seperti Anda. Kita bersama-bersama dalam situasi ini! Saya akan memberitahukan keindahan yang tertera di dalam Keluaran 32. Ya, keindahan dari Tuhan yang berkata akan membinasakan umat Israel. Sisi keindahan Keluaran 32 adalah saat kita mengakui dosa kita di hadapan Tuhan, saat kita jujur, tersungkur di hadapan-Nya, pengakuan kita akan diubahkan menjadi perayaan karena kita memiliki Juru Selamat. Dari pengakuan kita secara jemaat menjadi perayaan kita secara jemaat, Bapak, Ibu terkasih, Yesus menanggung beban kita. Jangan menganggap remeh murka Tuhan karena dengan demikian, Anda menilai rendah tujuan salib Kristus. Bapak, Ibu terkasih, ya memang Tuhan memiliki murka ilahi terhadap dosa. MurkaNya mutlak terhadap dosa. Ya, upah dosa adalah kebinasaan dan kematian. Dan ya, Yesus telah menanggung itu semua atas-Nya sehingga Anda dan saya tidak lagi menanggungnya. Dia telah mengambil tempat Anda, tempat saya, tempat kita semua. Yesus telah menanggung beban hukuman yang harusnya ditimpakan kepada kita. Itu salah satu alasan kita bersukacita. Yesus Meninggikan Kita Dalam Kerendahhatian Kita Dia tidak hanya menanggung beban kita, tetapi Yesus juga meninggikan kita dalam kerendahhatian. Sukacita ini jangan sampai terlewat! Ketika kita menyusun penyembahan tanpa kerendahhatian, kita menyombongkan diri sendiri. Kita kehilangan gambaran besarnya. Firman Tuhan di dalam Matius 23:12, “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Ia akan ditinggikan. 11 Yesus sendiri yang mengatakannya. Saat Anda merendahkan diri, Tuhan akan meninggikanmu. Biarlah Tuhan yang meninggikan kita, biarlah Tuhan yang mengangkat kita. Inilah penyembahan yang benar itu! Kita dianugerahi kemuliaan Allah saat Dia mengangkat kita dari dosa kita. Yesus Memampukan Dedikasi Kita Yesus menanggung beban kita, meninggikan kita dalam kerendahhatian, dan Yesus memampukan dedikasi kita. Jangan terjebak dengan gambaran ini - Anda berdoa dan hidup semaunya, Anda tidak mendapatkan keselamatan, jadi harus berbuat lebih baik lagi di kehidupan. Tentu saja tidak. Inti keselamatan adalah Anda sudah berada di batas akhir dari diri Anda, lalu Anda menyadari bahwa Anda tidak dapat melakukannya. Tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk menunjukkan kehidupan Kristus dalam diri Anda dengan kekuatan diri Anda sendiri. Kristus sendirilah yang melakukannya di dalam diri Anda. Kristus di dalam diri Anda - memampukan Anda - dan menguatkan Anda untuk membimbing keluarga Anda. Kristus di dalam diri Anda memampukan dan menguatkan Anda untuk menyembah-Nya di dalam kekudusan dan kemurnian, untuk hidup di kota Anda atau di tempat lain di belahan bumi ini dimana Yesus ditinggikan. Hanya Kristus sendiri yang dapat melakukannya di dalam diri kita. Dia memampukan dedikasi kita ketika kita mempercayai-Nya. Itulah arti yang sebenarnya dari keselamatan. Ini bukanlah berbicara mengenai saat ketika Anda diselamatkan tetapi berbicara mengenai sesuatu yang bersifat selama-lamanya. Seumur hidup didedikasikan untuk kemuliaan-Nya, dan Dia bekerja di dalam diri kita, demi kemuliaan nama-Nya. Yesus menanggung beban kita, meninggikan kita di dalam kerendahhatian, dan memampukan dedikasi kita. Yesus Memulihkan Keyakinan Kita Ketika kita di dunia ini dikelilingi oleh pemimpin yang tidak memiliki keyakinan tentang keagungan Tuhan, Yesus memulihkan keyakinan kita karena Kristus ada di dalam diri kita, mengangkat pemimpin di dalam gereja yang menunjukkan kekudusan-Nya, kemurnianNya, kekuasaan-Nya dan siapa yang dapat dipercaya memimpin umat-Nya. Kristus melakukan semua itu, Dia melakukan semua itu. 12 Arti keseluruhan dari Keluaran 32 adalah untuk menunjukkan kepada kita bahwa kita membutuhkan Kristus. Bapak, Ibu terkasih, kita membutuhkan Kristus. Kita memerlukan Kristus! Pagi hari ini saya ingin kita mengungkapkan kebutuhan kita akan Kristus. Setelah pembahasan kita selesai, kita akan berdoa. Saya harap setelah kita lihat apa yang ada di dalam Alkitab, kita berdoa mengakui dosa kita. Ketika kita berpikir tentang pengakuan dosa, kita berpikir, “Tuhan, saya tahu saya berdosa. Saya berdoa semoga Engkau mengampuniku. Ya, sudah, itu aja,” lalu selesai, pulang. Saat seperti ini, bisakah Anda melihat dalamnya kata-kata yang Anda ungkapkan? Jelas-jelas tidak! Pengakuan dosa memerlukan waktu untuk dilaksanakan. Kita berseru kepada Tuhan. Mari kita lihat di Nehemia 9 dan 10. Mereka mengakui dosa-dosanya selama berjamjam. Berjam-jam mereka mengakui dosa-dosa mereka. Kita menguranginya hanya menjadi 15 detik saja. Kita berseru kepada Tuhan berulang-ulang. Anda berkata, “Apa Tuhan tidak mendengarnya saat pertama kali aku berdoa?” Ya! Tuhan mendengarnya! Tapi pengakuan dosa adalah kesempatan kita mengungkapkan bahwa kita benar-benar membutuhkan Tuhan. Kita benar-benar memerlukan pengampunan dan kasih karunia-Nya! Kita mengakui dosa kita. Saya ingin kita menyisihkan waktu untuk pengakuan dosa, beri tambahan waktu saat pengakuan dosa. Dan nanti, entah Anda duduk atau bersujud, atau rebah ke tanah, saya ingin kita, sebagai umat Allah, datang ke hadirat-Nya dalam pengakuan dosa secara bersama-sama. Anda dapat berdoa di dalam hati, atau berdoa bersuara, bersama, bukan hanya bersuara sendiri. Kita semua bebas melakukannya. Allah mendengar doa kita. Kita akan menghadap hadirat Tuhan di dalam pengakuan dosa bersama-sama sebagai jemaat-Nya. Bukan, bukan karena apa yang sudah dilakukan oleh orang ini atau itu, atau karena apa yang dibutuhkan oleh anak kita, atau untuk apa yang dapat dilakukan ibu kita. Kita bersama-sama di sini. Ini adalah pengakuan dosa jemaat, dan pengakuan dosa ini akan membawa kita ke dalam sukacita bersama. Kita akan membuat pengakuan dosa ini menuntun kita kepada kebutuhan kita akan Yesus Kristus. Bapa, kami berdoa, agar beberapa saat lagi Engkau mengubah pemahaman kami mengenai dosa kami. Bapa tolong kami agar kami tidak menganggap saat-saat nanti hanyalah kondisi biasa saja. Kami berdoa bagi jemaat-Mu di dalam ruangan ini, agar kami dituntun ke dalam kesadaran yang lebih, lebih, lebih dalam lagi mengenai kebutuhan kami akan Engkau. Kami juga berdoa bagi mereka yang hadir saat ini, yang tidak mengenal Engkau, yang bukan 13 termasuk ke dalam umat-Mu saat ini. Bapa, saya berdoa. Engkau akan memberikan pengampunan yang luar biasa terhadap dosa mereka, dan penyertaan yang luar biasa di dalam hidup mereka. Bapa, di dalam ruangan ini kami akan merasakan kebutuhan kami akan Engkau, dan Engkau akan memberikan kasih karunia agar kami dapat mengungkapkannya, untuk berseru memohon pengampunan-Mu. Bapa, kami meyakini kasih karunia-Mu saat kami mengakui dosa-dosa kami, Engkau setia dan adil untuk mengampuni dosa-dosa kami, menyucikan kami dari hal-hal yang tidak benar, membawa pengakuan dosa kami, menuntun kami ke hadapan tahta Yesus Kristus. Dan kami akan bersukacita karena Dia telah menanggung beban kami. Kami akan bersukacita bagi Dia yang telah meninggikan kami dalam kerendahhatian, memampukan dedikasi kami, dan memulihkan keyakinan kami. Bapa, kami menghadap hadirat-Mu, saat ini, sebagai umat-Mu. Kami berdoa Engkau akan mengampuni kami dari dosa-dosa yang disebutkan di dalam Keluaran 32 pagi ini. Saya mengundang Anda di dalam ruangan ini untuk mengakui dosa-dosa Anda. Roma 6:16-18 berkata, “Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran? Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang yang telah diteruskan kepadamu. Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” Roma 6:22-23 berkata, “Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. 14