Kontrol Sekresi Lambung

advertisement
Definisi Pencernaan
Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan
(mekanis/enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul
besar) menjadi sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna.
Tujuan dari pencernaan itu sendiri adalah untuk mengubah bahan
komplek menjadi sederhana. Dan kegunaanya adalah unuk
mempermudah penyerapan oleh vili usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui
pencernaan adalah karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang
langsung diserap berupa vitamin, mineral, hormon, air.
Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi
(mengambil makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan
air ludah), dan deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus
mendorong bolus ke arah lambung), tekanan buccopharyngeal
(mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi (membantu memudahkan
jalannya bolus).
Pada pencernaan terdapat lambung tunggal untuk hewan carnivora
dan omnivora, lambung komplek untuk hewan herbivora, dan
pencernaan pada unggas.
Alat-Alat Pencernaan (Apparatis Digestivus)
Pada hewan lambung tunggal pencernaannya terdiri dari : mulut ,
tekak (pharyng), kerongkongan (esofogus), gastrium (lambung),
intestinum tenue (usus halus : duodenum, ileum, dan jejenum).
Instestinum crasum (usus besar = calon, keaekum, rektum), dan anus.
Sedangkan pada hewan lambung komplek alat pencernaannya
terdiri dari : mulut, faring, esophagus, lambung (rumen, retikulum,
omasum, abomasum), usus halus (duodenum, ileum, jejenum), usus
kasar (kaekum, rektum) dan anus.
Pencernaan pada lambung tunggal terjadi di mulut, prosesnya
dilakukan secara mekanis oleh gigi, makanan dicampurkan dengan air
ludah, menggunakan lidah sebagai alat pengecap dan mulut sebagai alat
prehensi.
Sedangkan pada lambung komplek, prosesnya terjadi di rumen.
Rumen mempunyai beberapa spesifikasi, yaitu : berbentuk elastis,
ukuran besar (4 x omasum dan abomasum), terbagi beberapa ruang :
ventral dorsal, anterior, dan posterior, dibatasi dengan pilar-pilar, seperti
rumah laba-laba dan tidak berkelenjar, banyak terdapat mikroba (bak,
jamur, protozoa, amuba) sebagai “fermentator”, tempat terjadi
pencernaan mikroba melalui proses fermentasi, terbentuknya vitamin
B12 dengan bantuan Co.
Kelenjar Getah Cerna (Kelenjar Pembantu)
Pada kelenjar getah cerna terdapat 5 buah kelenjar, diantaranya
adalah : glandula (kelenjar) salivarius, kelenjar lambung, kelenjar usus,
kelenjar empedu, pankreas dan hati.
Faring
Faring merupakan persimpangan saluran nafas dengan saluran
cerna, jalan makan harus cepat pada faring bolus tidak akan berubah.
Kerongkongan (Oesophagus)
Kerongkongan berfungsi sebagai penyalur bolus ke lambung
melalui peristaltik, bukofaringeal, gaya berat (gravitasi). Pada
kerongkongan terdapat kelenjar sekretoris, makanan tidak berubah dan
tersusun oleh otok longitudinal dan sirkuler.
Lambung
Lambung terdiri dari : “kardia, fundus, badan” (sekresi pepsin dan
HCl) dan “pylorus” (sekresi mucus : gastrin). HCl mempunyai beberapa
fungsi, diantaranya adalah : sebagai aktifator pepsinogen dan renin,
dengan pepsin dapat mencerna protein, dapat menghidrolisis sukrosa,
dan sebagai bahan antiseptik lambung. Lambung berfungsi sebagai
tempat menyimpan bahan makanan sementara, lambung mengalami
proses mekanis dan kimiawi, adanya gerakan lambung dan cairan
lambung bersifat asam. Dengan pH maksimal = 1,0.
Kontrol Sekresi Lambung
Pada lambung terdapat 3 fase untuk mengontrol sekresi yaitu, fase
sefalik (cephalic phase) melihat makanan, fase gastrik yang menstimuli
mekanis (fungsi dan fagus) = apabila tersentuh makanan maka sekresi
akan meningkat, lalu ada juga homoral (bekerja melalui peredaran
darah), Pavlov (sekresi pylorus) gastrin yang berhubungan langsung
dengan sekresi lambung akan meningkat, dan yang terakhir adalah fase
intestinal = hasil cerna pada usus akan meningkatkan sekresi lambung.
Terdapat juga inhibisi (penghambatan) sekresi lambung, sefalik yang
berefek marah dan kesakitan akibat sekresi lambung meningkat.
Sedangkan, pada gastric HCl lambung akan menyebabkan gastrin
menurun dan berakibat sekresi lambung menurun. Saat interogastron
meningkat maka sekresi lambung akan menurun. Dan usus berhadapan
langsung dengan gastrin adalah duodenum.
Gerak Lambung
Gerak pada lambung dipengaruhi oleh otot polos, dan bekerja
secara otomatis, bersifat ritmis = kontraksi dan relaksasi (peristalsis dan
tonis) diatus oleh pacemaker dikardia dan pilorus. Berguna untuk
menghancurkan, mencampur, dengan getah lambung dan mendorong ke
usus.
Pengosongan Lambung
Pengosongan pada lambung terjadi terus selama pencernaan
lambung berlangsung, sering kali pada interval yang tak teratur, ingesta
lambung didorong ke arah usus oleh kontraksi lambung sehingga
menyebabkan tekanan pada lambung meningkat. Pada lambung juga
terdapat sphincter pylori yang berfungsi untuk mencegah regurgitasi
(alur balik) duodenum dan kurang berarti dalam pengaturan
pengosongan lambung.
Faktor pengosongan lambung bermacam-macam, diantaranya :
fisik makanan = jika makanan kasar maka pengosongan akan lambat,
tekanan osmose lambung meningkat maka pengosongan akan cepat.
Apabila viskositas lambung meningkat (misalnya : lemak) maka
pekosongan akan lambat. Karena lemak mengakibatkan empedu
meningkat sehingga enterogastron meningkat dan gerak lambung turun.
Apabila volume meningkat (semakin asam) maka pengosongan akan
lambat sebab kontak usus dengan asam lambung akan terjadi reflek
inhibisi gerak lambung, komponen ingesta usus = asam dan lemak
dalam ingesta meningkat maka pekosongan lambung berjalan lambat.
Rumen
Gerak rumen terbagi menjadi 2 tipe : Tipe A, merupakan gerak
lambung berhubungan dengan retikulum (retikulum menuju rumen lalu
ke omasum). Sedangkan Tipe B, merupakan gerakan lambung yang
tidak berhubungan dengan retikulum, rumen bagian ventral menuju
bagian dorsal.
Omasum
Omasum memeras ingesta sehingga menjadi padat, terjadi absorsi
vitamin dan mineral (naik), dan mempuyai kadar VFA dan HCO turun,
sedangkan Cl meningkat.
Usus Halus
Pada monogastsik usus kecil / halus sangat penting dalam
penecahan dan absorpsi. Terjadi pemecahan bahan makanan secara
sempurna dan penyerapan sari makanan secara besar-besaran di
duodenum, yeyenum, dan ileum. Sedangkan pada lambung komplek
tidak begitu penting, karena absorpsi secara besar-besaran terjadi di
rumen, mengandung sedikit gula, asam amino, Na, Cl, Ca, Mg diserap
disini, kadar VFA pada lambung komplek sedikit.
Gerak Usus
Pada gerak usus terdapat 3 gerakan, yaitu:
Segmentasi : gerakan memotong / ovoid (makanan diam)
Penduler : gerakan berayun ( makanan diam )
Peristaltik : mendorong ingesta kearah relaksasi (makanan berjalan ke
anus)
Usus Kasar
Usus kasar (intestinum crasum = colon) mempuyai ciri-ciri sbb:
Ukuran lebih besar daripada usus halus dan terdapat sakulasi (kantongkantong)
Pada usus kasar terjadi fermentasi dan absorpsi air dan elektrolit secara
intensif
Usus kasar hanya sedikit menggunakan gerakan peristaltik.
Usus Buntu (Caecum)
Usus buntu atau yang di sebut dengan caecum terdapat pada hewan
herbivora dan karnivora, sedangkan pada kuda ( non ruminansia ) usus
buntu hanya berperan sebagai tempat fermentasi. Terdapat gerakan
penduler (mencampur) penyerapan dapat maksimal.
Kelenjar Getah Cerna
Kelenjar ini terjadi di dua tempat yaitu : di usus tubuler dan di luar
usus. Untuk di usus tubuler terdapat kripta liberkuhni, mukosanya =
kelenjar brunneri, sel goblet, dan diatur oleh hormone dan saraf.
Sedangkan diluar usus dipengaruhi oleh kelenjar ludah, pankreas dan
hati.
Kelenjar salivarius ( kelenjar ludah )
Kelenjar ini pada carnivora bersifat serous, sedangkan pada
herbivora bersifat serous sedangkan pada herbivora bersifat mukos.
Kelenjar salivarius diatur oleh refteks karena makan.
Pankreas
Pankreas berfungsi sebagai “endokrin” (sekresi hormon pada sel
langerhans, misalnya insulin). Selain berfungsi sebagai “endokrin”,
pankreas juga memiliki fungsi eksokrin (sekresi setah pankreas) di
dalam gerah pankreas terdapat enzim (HCO3)2 dan Cl-. Fungsinya
adalah untuk memproduksi enzim dan solubilitas (pelarut) lemak atau
minyak. Fungsi eksokrin di kontrol oleh hormone skretin dan
pakreozimin (meningkat), saraf fagus (menurun), pH ingesta yang
ingestanya bersifat asam, sehingga sekresi getah pangkreas meningkat.
Hati
Hati berfungsi sebagai sekresi cairan empedu. Dalam hal ini
terdapat 3 komponen, yaitu : pada humoral = skretin dan kolesistokini,
maka sekresi meningkat, pada kimiawi = garam empedu meningkat
maka sekresi empedu menurun, pada saraf vagus sekresi akan menurun.
Selain sebagai cairan empedu hati juga berfungsi sebagai metabolisme =
protein, karbohidrat, dan lemak, sebagai detoksifikasi (menghilangkan
racun), sebagai pemecah eritrosit dan pembentuk protein, darah, dan
sebagai penyimpan vitamin.
Getah Empedu
Bentuk empedu merupakan cairan kental warna hijau (biliverdin),
kuning (bilirubin), dan rasanya pahit. Sedangkan komposisi empedu,
berupa : 3% padat, 97% cair, yang cair berupa garam atau asam empedu,
pigmen, elektrolit (Na, Cl, HCO3), lesitin, dan kolesterol. Getah empedu
merupakan hasil destruksi (pecah) eritrosit, fungsinya untuk solubilitas
lemak atau minyak. Getah empedu juga mensekresikan secara aktif dan
sinambung tergantung aliran darah ke hati, status pencernaan, komposisi
makanan dan kadar garam empedu, getah empedu dikontrol oleh saraf,
kimia, dan hormon.
Pencernaan Enzimatis
Pencernaan enzimatis disebut dengan pencernaan pada lambung
tunggal, letaknya dimulut. Misalnya tepung yang akan diubah menjadi
gula sederhana dengan bantuan enzim amilase. Pialin dan enzim lisozim
(sebagai penghancur bakteri yang tidak berguna) kemudian diubah
menjadi bolus yang akan masuk ke esophagus dan berakhir di lambung.
Lambung
Pada lambung terdapat bolus (bahan makanan berbentuk bulat).
Yang sudah dicerna oleh enzim ptialin atau lipase, dan menghasilkan
getah lambung (HCl, Renin, Pepsin) dengan aksi mengaduk pylorus.
Pada lambung hasil akhirnya berupa proteose, peptone dan gula
sederhana.
Lemak yang masuk ke lambung disertai dengan air ludah dan bolus
dengan bantuan HCl yang menyebabkan kontraksi otot lambung. Pada
kantong empedu dan pankreas (enzim lipase) menghasilkan asam lemak
dan gliserol yang diabsorpsi oleh usus.
Usus
Pada usus terdapat enzim tripsin, lipase, amylase dan karboksi
pepridase yang masuk kedalam chymus (lemak, protein dan karbohidrat)
kemudian menjadi bahan penyusun (sari makanan) yang siap diserap.
Karbohidrat akan diubah menjadi gula dengan bantuan enzim
amylase, sedangkan protein diubah menjadi asam amino dengan bantuan
enzim pepsin, tripsin dan reptidase. Sedangkan lemak diubah menjadi
gliserol atau asma lemak dengan bantuan enzim lipase lalu diubah
menjadi lemak dan terakhir diubah menjadi kilomikon dengan bantuan
protein.
Pencernaan Mikroba
Pencernaan mikroba pada herbivora berfungsi sebagai pemecah
bahan makanan (fermentasi) lalu diserap dan menjadi sumber energi.
Pada karnivora pencernaan mikroba tidak penting, sedangkan usus
kecil penting kemudian degradasi dan penyerapan zat makanan.
Pada ruminansia (sapi) pencernaan mirkoba terletak di rumen
untuk difermentasi lalu hasil VFA (asam asetat, butirat, propianat)
berubah menjadi sumber energi dan CO2 + CH4.
Pada hewan non-ruminansia (kuda) pencernaan mikroba terletak di
kolon dan usus buntu (tempat fermentasi) untuk penyerapan zat
makanan.
Pencernaan Ruminansia
Pencernaan pada ruminansia terjadi didalam mulut dengan proses
mastikasi, kemudian makanan ditelan kedalam lambung (rumen,
reticulum, omasum, dan abomasum). Didalam rumen terjadi fermentasi
oleh mikroba secra intensif.
Mikroba pada rumen terdapat bakteri (anaerob-patogen, misalnya :
streptofokus, laktobasilus, bukinvibrio, bakterioides ruminikola). Selain
bakteri juga terdapta protozoa (siliata entodinium, diplodinium,
epidinium dan aphry colex dan flagelata).
Rumen
Bahan makanan seperti amilum, rumput, gula, urea, dan lemak
difermentasi oleh mikroba menjadi VFA dan gas (CH 4, CO2, NH3, H25)
lalu diserap oleh tubuh.
VFA (volatile fatty alid) adalah asam lemak yang mudah menguap
(asam asetat = 60-70%; asam butirat = 10-15%; asam propionate = 1520%). Pada rumput tinggi = asam asetat meningkat dan propionate
menurun, pada gula dan karbohidrat = asam asetat menurun dan
propionate meningkat, pada tetes (molasses) = asam asetat menurun dan
butirat meningkat. Kecepatan fermentasi pada gula halus, pada
karbohidrat lobus dan muda pada selulosa tua.
HCl dari abomasum masuk ke rumen, mikroba yang masuk mati
(protein sebagai sumber protein hewan). Dirumen makanan sebagai
sumber protein mikroba akan berubah menjadi vitamin B komplek
dengan bantuan Mo dan Co.
Berbeda dengan protein, lemak makanan di dalam rumen diubah
menjadi asam-asam lemak atau gliserol dengan bantuan hidrolisis
mikroba, kemudian diubah menjadi asam propionat dengan difermentasi,
lalu sisa lemaknya masuk kedalam usus.
Usus Kecil/Halus Ruminansia
Pada usus kecil atau halus perjalanan sisa makanan diperlambat di
usus kasar, caecum dan colon bertindak sebagai tempat fermentasi. Isi
dalam usus halus dengan cepat menjadi hiopotonis terhadap plasma
(disebsbkan penurunan cepat konsi Na, Cl, Co2, VFA, dan ammonia).
Absorpsi air dilakukan di usus besar.
Absorpsi
Absorpsi terdiri dari 2 komponen, yaitu : difusi sederhana (migrasi
pasir) tergantung derajat konstanta zat, berhubungan langsung dengan
beda konsentrasi, ukuran besar, bentuk, muatan listrik, dan polaritas
senyawa. Transport aktif melawan derajat konsentrasi dan memerlukan
energi (ATP). Transport aktif meliputi : transport perantara (kina), difusi
terbatas, transport berpenghantar (Mg++, Fe++), dan pinositosis
(pencaplokan).
Absorbsi Bahan Makanan
Pada bahan makanan terdapat beberapa ketentuan, diantaranya
adalah : glokusa dengan transport aktif, lemak dan protein utuh melalui
pembuluh limfe, asam amino diabsorpsi melalui transport aktif, immune
globuline dari kolustrum diserap utuh dengan pinositosis, gliserol
diserap secara transport aktif, monogliserida dan asam lemak rantai
panjang dan micelles melalui difusi sederhana, natrium tergantung
kalium dalam sel, dan Cl, fosfat, Ca transport pasir, Mg, Sr, dan Ba
diserap secar difusi. Besi secara transport aktif diatur oleh Fe dalam sel
mikosa dan kemampuan FC bersenyawa dengan apoferitin membran
feritin.
Pencernaan Unggas
Saluran pencernaan pada unggas terdiri dari = mulut, esophagus,
tembolok (ingluvies = crop), proventrikulus (lambung kelenjar),
ventrikulus, intestinum tenue (duodenum, sesenum, ileum), intestenum
crasum (kolon, rectum, caecum) dan loloaka.
Mulut, Esofagus, dan Tembolok
Pada mulut terdapat celah, kelenjar ludah, paruh dan lidah (bahan
tanduk), tidak bergigi, sehingga tidak ada mastikasi.
Berbeda dengan mulut esophagus mempunyai kelenjar mukosa
(hanya sebagai penyalur makanan ke ingluvies).
Sedangkan ingluvies atau tembolok hanya terdapat pada bangsa
burung pemakan biji-bijian, sebagai penyimpan makanan sementara
(menjadi lembab), terjadi aktivitas lactobacillus sehingga terbentuk
methanol.
Proventrikulus
Proventrikulus atau lambung kelenjar mempunyai lapisan
submukosa yang berkembang baik dan kaya akan kelenjar-kelenjar
sekretoris yang akan menghasilkan HCl dan pepsin.
Intestinum Crassum
Kolon berbentuk villi pendek lebar, berorot dan mampu
mengadakan gerakan anti peristalsik dan sangat pendek.
Kloaca merupakan 2 kantong buntu diantara item dan kolon
sebagai kamar fermentasi, cloaca diproduksi oleh vitamin B.
Kloaca merupakan ruang simpan yang besar untuk urin dan feses
disebut coprodaeum, yang lebih kecil urodaeum (oviduct atau tonjolan
genita atau jantan dan ureter, dan protodaeum yang dekat lubang keluar.
Absorpsi air terjadi pada caeca dan kolon.
Ventriculus
Ventriculus (empedu = gizzard) dilapisi oleh epithelium kolumner
yang berkeratin, fungsinya sebagai penggerus, dihasilkan koilin suatu
komplek protein atau polisakarida (menyerap bila kontak dengan asam
dari proventrikulus, terdapat grrit (kerikil kecil dalam gizzard),
ventrikulus berkembang biak pada bangsa burung pemakan biji.
Kelenjar Getak Cerna
Kelenjar getah cerna memiliki beberapa tempat, yaitu : pada mulut
dan esophagus enzim yang digunakan amilase saliva. Pada
proventrikulus enzim yang digunakan pepsinogen dan HCl (asam), pada
ventrikulus digunakan kolin (bahan keratin), pada duodenum digunakan
enzim eptidase, pankreozimin dan hormon sekretin, sedangkan enzim
dalam mikrovilli jejenun dan ileum adalah disak apidase, amino
peptidase, direptidase dan esterase.
Intestinum Tenue
Pada intestenum tennue terdapat banyak sel piala (goblet cells)
yang mensekresi mucus dan bentuknya lebih padat daripada usus halus
mamalia. Terdapat lipatan pada subsmukosa (plica kerkringin), dan billi
sebagai tempat absorpsi.
Pancreas dan Hati
Organ ini berkelenjar 3 lobi dengan 3 saluran yang bermuara di
bagian distal duodenum. Menghasilkan enzim amilase, tripsinogen,
citymotripsinugen, karboxipeptidase, lipase dan bikarbonat (elektrolit).
Sekresi organ ini distimulasi oleh hormon pankreozimin dan sekretin.
Getah empedu unggas hanya mengandung sebuah garam empedu yang
berkonjugasi yaitu taurocholate, mengemulsi lemak dan mengaktifkan
lipase.
Pencernaan dan Absobsi
Pada pencernaan dan absorpsi terdapat karbohidrat, protein, dan
lemak yang bersifat monogaster, pengangkutan lemak dalam bentuk
VLDL dan absorpsi secara intensif pada usus halus.
Digesti Mikroba
Digestin mikroba terjadi di tembolok dan bagian bawah ileum sampai
kaekum terdapat banyak Mo (lactobacilli) berguna untuk memecah
karbohidrat, protein dan gula yang lolos oleh enzim. Caeca mempunyai
populasi bakteri yang terbesar dan bertindak sebagai kamar fermentasi.
Hasil utama pada fermentasi adalah asam lemak volatile, terutama asam
asetat, asam propionate, Co2, dan methane dan beberapa vitamin yang
diserap oleh caeca
Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus
(kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu
berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya
bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga
perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan
makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kah). Selain itu,
pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum,
omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan
umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk
gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai
gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi
pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim
selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari
rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini
makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar
(disebut bolus). Bolus akan Jimuntahkan kembali ke mulut untuk
dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk
diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang
memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya
bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di
tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh
enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan
merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak
tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya
bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber
protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak
memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia.
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur
lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi
atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum
yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak
seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda,
kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa
hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses
pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang keduaduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali
dimakan kembali (coprophagi). Kotoran yang belum tercerna tadi masih
mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh
kelinci.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan
dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora
bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada
karnivora volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan
cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter.
Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari
serat (selulosa).
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi
untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat
menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif.
Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari
tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan
yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan
gas CH4 (gas bio
Download