Press Release Hari AIDS Sedunia Harapan Baru Dalam Upaya Penanggulangan AIDS Memerangi penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu dari 8 target pembangunan untuk pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Pemerintah Indonesia juga harus menjadikan HIV/AIDS sebagai salah satu penyakit infeksi utama yang harus diperangi. Sampai saat ini berbagai upaya telah dilakukan tetapi pada kenyataan terdapat 4 masalah utama dalam pemberantasan penyakit ini di Indonesia yaitu deteksi dini infeksi HIV, ketersediaan obat yang terbatas di Masyarakat, kemampuan petugas kesehatan yang belum optimal dalam penanganan kasus-kasus HIV, baik dalam aspek preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitasi serta keterbatasan sarana dan prasarana. Melihat masih belum optimal tenaga kesehatan dalam penanganan penyakit ini di tengah masyarakat, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) sebagai organisasi profesi merasa terpanggil untuk menyusun Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) HIV/AIDS. Tim penyusun dari PNPK ini meliputi multi disiplin profesi kesehatan dan berbagai institusi pendidikan kedokteran. PNPK ini akan disahkan oleh Kementerian Kesehatan dan selanjutnya akan menjadi asupan bagi seluruh petugas kesehatan terutama yang bekerja di RS dalam penanganan kasus-kasus HIV/AIDS yang ditemukan. Buku pedoman ini berisi tentang strategi: Pencegahan HIV, Diagnosis HIV, pencegahan dan tatalaksana infeksi oportunistik, obat anti retroviral (ARV) dan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Buku ini juga menyampaikan 72 rekomendasi untuk penanganan kasus HIV/AIDS di Indonesia. Berbagai penelitian dalam bidang pencegahan dan terapi infeksi HIV memberi harapan dalam penanggulangan infeksi HIV pada tingkat global. Pencegahan dan pengobatan HIV merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Terapi antiretroviral selain bermanfaat bagi Odha ternyata juga dapat menurunkan risiko penularan. Hal tersebut didukung oleh suatu peer-reviewed study yang mendapatkan bahwa pemberian terapi ARV kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat menurunkan penyebaran virus Human Immunodefficiency Virus (HIV) hingga 92%. Bahkan pasangan seksual Odha juga dapat melindungi diri selain dengan kondom juga dengan minum obat antiretroviral pencegahan dan penggunaan jel yang mengandung antiretroviral. Khitan pada laki-laki ternyata secara bermakna juga mempunyai pengaruh menurunkan risiko penularan. Karena itulah WHO berani menargetkan pada tahun 2015 dapat dicapai : 1. Kasus HIV baru pada remaja menurun 50% 2. Kasus HIV baru pada bayi dan anak menurun 90% 3. Kematian yang berkaitan dengan HIV menurun 50%. Bahkan para penggiat dalam bidang HIV berani menetapkan visi yaitu dunia di masa depan tak ada kasus HIV baru, tak ada kematian yang berkaitan dengan HIV, serta juga tak ada lagi diskriminasi pada Odha. Dalam bidang terapi, besar harapan AIDS akan dapat disembuhkan baik dengan pengembangan obat ARV yang lebih poten maupun kombinasi dengan vaksin terapi. Namun keberhasilan dalam upaya penanggulangan AIDS di Indonesia harus didukung oleh pemerintah, akademisi serta masyarakat luas. Jaringan kerjasama harus dibentuk dan digiatkan. Dukungan tokoh masyarakat, pebisnis, serta tokoh agama amat diharapkan. Sedangkan masa depan Odha yang telah berhasil keluar dari ancaman AIDS perlu dipikirkan, Odha perlu menjadi warga yang produktif, mandiri, dan dapat menolong orang lain seperti juga anggota masyarakat lainnya. Kelengkapan dan kecukupan obat ARV perlu terus dikembangkan sedangkan obat antivirus hepatitis dengan harga terjangkau yang telah lama didambakan akan dapat dinikmati masyarakat pada tahun 2012. Selain itu, upaya penanggulangan infeksi HIV di Indonesia juga perlu memanfaatkan hasil-hasil penelitian, baik di bidang kedokteran dasar, klinis, maupun kesehatan masyarakat. Pada saat ini, Provider Initiated Testing and Counselling (PITC) / Konseling dan Tes Atas Inisiasi Petugas (KTIP) dianjurkan agar lebih dikembangkan di sarana pelayanan kesehatan di Indonesia. Pada KTIP, dokter memprakarsai, menganjurkan dan menawarkan tes HIV. Selain pentingnya untuk mendeteksi adanya infeksi HIV dengan skrining HIV, pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi opurtunistik juga merupakan hal yang penting. Pemberian terapi ARV pada semua pasien HIV dengan TB aktif tanpa melihat nilai CD4.Obat Antituberkulosis (OAT) diberikan lebih dahulu, diikuti pemberian terapi ARV sesegera mungkin (dalam 8 minggu pemberian OAT). Efavirenz (EFV) mewakili golongan NNRTI baik digunakan untuk pemberian terapi ARV pada pasien dalam terapi OAT. Semua pasien hamil disarankan tes HIV. Lebih dari 90% anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS terinfeksi melalui jalur dari ibu ke bayi. Di Amerika Serikat terjadi penurunan kasus anak yang menderita AIDS akibat transmisi HIV secara perinatal secara drastis terutama karena identifikasi wanita hamil dengan HIV dan keefektifan pemberian terapi ARV profilaksis dalam menurunkan transmisi HIV dari ibu ke bayi. Tim Penyusun Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Koordinator Tim, DR. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, FINASIM, MMB, FACP