ISSN 0215-8250 MODEL VISUAL DALAM PEMBELAJARAN ASPEK PARTIKULAT KIMIA oleh Ida Bagus Nyoman Sudria Jurusan Pendikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Kurangnya pemahaman terhadap keterkaitan tiga aspek kajian materi (makroskopis, partikulat dan simbolik) berpotensi besar memunculkan miskonsepsi dalam pemahaman materi dan sifat-sifatnya. Simbol-simbol kimia dan sifat-sifat makroskopis materi umumnya berkaitan dengan aspek partikulatnya. Pembelajaran aspek partikulat sangat memerlukan model visual yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Kata kunci : makroskopis, partikulat, simbolik, atom, dan molekul. ABSTRACT Poor understanding of the relationship of three chemical aspects (macroscopic, particulate, and symbolic) potentially promotes misconceptions related to matters and their properties. Chemical symbols and observable (macroscopic) properties of matters depend on their particles. The study of particulate aspect should be devised through visual models which are appropriate with developmental period of students. Key words: macroscopic, particulate, symbolic, atom, and molecule. 1. Pendahuluan Kimia mempelajari materi dan sifat-sifatnya. Belajar kimia secara bermakna memerlukan pemahaman keterkaitan kajian konsep dari tiga aspek, yaitu: aspek makroskopis (sifat-sifat yang dapat diamati), aspek partikulat (mikroskopis) yakni atom atau molekul sebagai pembawa sifat zat, dan aspek simbolik (Johnston 1991 dalam Gabel, 1999). Pembelajaran kimia pada tingkat_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 tingkat awal persekolahan cenderung hanya mengajarkan aspek makroskopis, sementara aspek partikulat dan simbolik secara bertahap baru dapat dimulai saat anak memasuki fase operasional formal (usia sekitar 11 tahun). Guru hendaknya mampu merancang pembelajaran kimia pada tingkat pendidikan dasar. Pengenalan aspek partikulat dan simbolik untuk melengkapi kajian aspek makroskopis dengan mulai dari contoh zat-zat sederhana di sekitar siswa dapat mulai dilakukan pada siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), mengingat siswa sudah mulai belajar abstraksi. Dori, et al. (dalam Gabel 1999) menemukan bahwa banyak guru kurang memahami dan tidak mempertimbangkan pentingnya pemaduan ketiga aspek kajian tersebut . Hambatan utama terhadap pemahaman konsep kimia bukan karena kesulitan pemahaman ketiga aspek tersebut, tetapi karena kebanyakan guru mengajarkan konsep-konsep kimia hanya pada tingkat makroskopis (cenderung menghafal fakta) dan simbolik (abstrak), dan gagal mengaitkannya dengan pemahaman aspek mikroskopis dari konsep (Lee, 1999:1). Banyak peneliti menyoroti pentingnya pembelajaran kimia pada tingkat mikroskopis ini (Sanger, 2000; Sanger, 1997; Russell et al., 1997; Kotz, et al., 1994; Ebenezer & Erickson, 1996; Nekhleh, 1992; Nurrenbern & Pickering, 1987; Lythcott, 1990; Andersson, 1986; Novik & Nussbaum, 1981; Krajick, 1989; Griffith & Preston, 1989; Osborne & Cosgrove, 1983; Bodner, 1991; dsb.). Sebagian besar (57%) siswa dari kelas III IPA unggul dan 39% siswa dari kelas II1 siswa di suatu SMU Negeri yang termasuk baik di Denpasar pada tahun 1998/1999 menyatakan gas oksigen sebagai senyawa (miskonsepsi). Pada hal, gas oksigen sudah diperkenalkan sejak SD dan klasifikasi materi sudah diperkenalkan di SLTP serta telah diajarkan kembali di kelas I SMU (Sudria, 1999). Kualitas konsepsi mahasiswa tingkat satu STKIP Singaraja tahun 1998 tentang partikel-partikel materi juga rendah (Kirna dan Sudria, 1998). Kebanyakan guru-guru IPA SLTP di kota Singaraja belum begitu menguasai pembelajaran konsep-konsep kimia (Sudria, dkk., 2000). Miskonsepsimiskonsepsi tersebut cenderung muncul karena kajian aspek partikulat kurang atau tidak diperankan dalam mendukung pemahaman aspek makroskopis. Aspek partikulat dari beberapa zat sederhana sesungguhnya sudah dapat diperkenalkan sejak SLTP. _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 2 Model Visual dalam Pembelajaran Partikel Materi 2.1 Kajian pada Aspek Mikroskopis Sifat-sifat materi ditentukan oleh struktur materi, khususnya struktur partikel-partikel materi. Perubahan dalam struktur materi akan diikuti oleh perubahan sifat-sifat materi. Kajian aspek partikulat materi sampai tingkat atom dan molekul diliputi dalam benckmarks (acuan) literasi sains sesuai kerangka konseptual Science for All Americans untuk K-6-8 atau kelas 6 SD s.d. kelas II SLTP di Indonesia (AAAS, 1993). Kajian struktur atom yang menekankan peranan proton, elektron, dan neutron dilanjutkan pada kelas 9-12 (kelas III SLTP s.d. kelas III SMU) (AAAS, 1993 & NSA, 1996). Dalam standar isi sains negara bagian California, atom dan molekul dirancang dan mulai diperkenalkan pada kelas K-5 (Californea Dept. of Education, 2001). Secara implisit, aspek kimia termasuk dalam standar dan benchmarks sains sejak sekolah dasar. Partikel-partikel diskrit materi yang membawa sifat-sifat materi dapat berupa molekul, atom, atau ion, tergantung dari jenis materinya. Partikel-partikel ini sangat kecil dan tidak bisa dilihat dengan mata atau dengan mikroskop biasa. Dalam pembelajarannya, partikel-partikel materi dikenalkan dengan menggunakan model. Model partikel materi dapat berupa gambar molekul, alat peraga tiga dimensi (seperti molimod) atau buatan sendiri, dan model visual lain baik statis maupun dinamis melalui tayangan komputer. Umumnya, SLTP di Indonesia memperkenalkan partikel-partikel materi hanya berupa atom-atom. Sesungguhnya, sangat sedikit jenis zat yang partikelpartikelnya berupa atom-atom. Partikel-partikel lain dari zat yang lebih banyak berupa molekul atau ion tidak diperkenalkan di SLTP. Anak, selama sekitar tiga tahun di SLTP, menganggap partikel terkecil suatu zat berupa atom (teori atom Dalton) yang sesungguhnya hanya berlaku untuk zat-zat tertentu. Ketika siswa mempelajari kimia lebih mendalam di Sekolah Menengah Umum (SMU), konsepsi siswa tentang partikel-partikel materi cenderung salah dan terjadi miskonsepsi yang menganggap partikel materi hanya berupa atom. Miskonsepsi tentang semua partikel materi berupa atom sangat resisten. Hal ini mungkin karena konsepsinya sederhana, paling mudah diingat, dan hanya satusatunya yang digunakan pada waktu yang relatif sangat lama di SLTP. Perkembangan konsepsi anak terhadap partikel-partikel materi yang sesungguhnya _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 sangat penting dalam memahami materi kurang mendapat perhatian. Dalam keadaan siswa yang belum menguasai pengetahuan dasar minimal tentang partikel-partikel materi, ternyata siswa dijejali banyak konsep yang sebenarnya didasarkan pada partikel materi seperti rumus kimia, ionisasi dan sebagainya, sehingga siswa cenderung hanya menghafal. Tidak mengherankan jika banyak mahasiswa pada awal tahun pertama di IKIP Negeri Singaraja menyatakan air terbentuk dari oksigen dan hidrogen dimana molekul-molekul air digambar sebagai bulatan-bulatan individual (atom-atom terlepas) untuk partikel hidrogen dan ruang-ruang kosong sebagai oksigen. Konsepsi naif demikian mungkin dilatarbelakangi oleh atom sebagai satu-satunya pengetahuan anak tetang partikel materi dan gas oksigen yang dapat larut dalam air sebagi sumber oksigen bagi mahluk air. Dalam pembelajaran IPA secara bermakna, sekolah semestinya mengambil konsep-konsep dan skills yang penting yang lebih berkonsentrasi pada kualitas pemahaman (observasi, berpikir, eksperimen dan validasi) dibandingkan dengan kuantitas informasi. Hal ini merupakan aspek yang ditekankan dalam scientific literacy dalam “Science for All Americans” ( Rutherford & Ahlgren, 1990 & AAAS, 1993). 2.2 Belajar sebagai Proses Kognitif Menurut pandangan konstruktivis yang banyak diikuti pada dua dekade terakhir, belajar merupakan proses kognitif dimana anak aktif menkonstruksi pengetahuannya melalui asimilasi dan akomodasi preknowledge dengan informasi baru. Kognisi atau aktivitas mental melibatkan proses untuk mendapatkan (acquitition), menyimpan (strorage), memanggil ulang (retrieval), dan menggunakan (usage) pengetahuan (Matlin, 1994). Konstruksi pengetahuan melibatkan persepsi dan memori aktif (memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang) yang berinteraksi baik melalui proses bottom-up (pentingnya informasi dari stimuli) maupun top-down (pengaruh konsep, harapan dan memori) dalam proses kognitif. Johnstone (1991, dalam Gabel, 1999) mengajukan model pemrosesan informasi dalam pemahaman konseptual kimia untuk memori jangka panjang sebagai berikut. _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 Perceptions filter Events Observations Instructions Storing Interpreting Rearranging Comparing Storage Preparation Retrieving Working space Storage Sometimes branched Sometimes as separate fragments Long term memory Feedback loop for perception filter Gambar 1. Model Pemrosesan Informasi Dalam Pemahaman Konseptual Kimia Untuk Memori Jangka Panjag Hambatan belajar diasosiasikan dengan memori jangka panjang yang meliputi penggunaan materi yang tidak dikenal oleh siswa dan penggunaan bahasa yang memiliki makna ganda (makna umum dan makna ilmiah). Kebanyakan belajar efektif terjadi jika informasi baru dikaitkan dengan informasi yang telah ada. Network memori yang telah ada dikembangkan, sehingga seseorang dapat memiliki ketertarikan. Prakonsepsi anak akan sesuai dengan objek yang diamatinya, sehingga pembelajaran tentang konsep baru bisa dipahami. Sebagai contoh, titik didih air dan titik didih gula tidak bisa diukur dengan cara yang sama. Anak mungkin memiliki prakonsepsi bahwa jika air dipanaskan tidak rusak, tetapi gula pasir akan rusak (menjadi karamel). Di samping itu, siswa juga mengembangkan kata-kata yang mempunyai arti ganda dalam berinteraksi dengan masyarakat. Agar siswa berhasil dalam belajar kimia, makna kata-kata seperti zat, meleleh, melarut, dan terbakar semestinya terdefinisikan secara ilmiah yang didukung oleh pemahaman terhadap peristiwa yang terjadi pada tingkat mikroskopis. Jika tidak demikian, maka besar kemungkinan akan terjadi miskomunikasi dalam pembelajaran. Pembangunan networks konsep dalam memori jangka panjang juga berguna dalam mempertimbangkan struktur kimia sebagai sebuah disiplin ilmu. Dalam kaitan-nya dengan atom dan molekul, kimiawan (ahli kimia) berpikir ke arah pembangunan pengetahuan alam dari tingkat partikulat menuju tingkat makroskopis, karena (idealnya) pengetahuan atom dan molekul menyuguhkan _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 penjelasan sifat-sifat materi. Hal ini serupa, jika siswa mempelajari pengetahuan alam mikroskopis lebih dahulu dan kemu-dian menjelaskan alam/objek makroskopis dengan menggunakan sifat-sifat khas materi. Dengan cara ini, konsep-konsep baru akan diperkuat oleh kerangka kerja memori yang telah ada dalam konteks belajar dan untuk konstruksi memori jangka panjang. Oleh karena pendekatan ini cenderung mengikuti disiplin ilmu (subject academics), pada periode awal pembelajaran konsep kimia secara bermakna (SLTP), contoh konsep untuk kajian keterkaitan aspek makroskopis, partikulat dan simbolik hendaknya di mulai dari konsep yang paling sederhana dan gejalanya dapat dikenali siswa, seperti gas oksigen, hidrogen, dan air atau uap air. Dalam konteks memori jangka pendek, keterbatasan memori yang tersedia membatasi representasi ketiga aspek untuk memahami materi (makroskopis, mikroskopis, dan simbolik) pada pebelajar kimia pemula. Sekali konsep diperkenalkan pada siswa, maka siswa semestinya diberikan kesempatan untuk menghubungkan ketiga aspek tersebut, sehingga penyatuan ketiga aspek tersebut terbentuk dalam memori jangka panjang. Banyak konsep kimia dapat teramati pada tingkat makroskopis, tetapi hanya dapat dijelaskan dari kajian aspek partikulat, seperti pebandingan volume gas-gas dalam suatu rekasi, perbandingan massa unsur-unsur penyusun suatu zat, dan kepolaran senyawa. Jika siswa tidak memahami keterkaitan ketiga aspek tersebut, hal ini berkontribusi pada munculnya banyak miskonsepsi tentang konsep materi pada siswa (Gabel, 1999). Penggunaan zat-zat kimia dalam praktik sering tampak mubazir karena zat-zat kimia yang digunakan (umumnya cukup mahal) tidak dikenal dengan baik, sehingga rancangan keterampilan proses melalui percobaan/eksperimen kimia sering bersifat semu. Hal ini berinterferensi dengan kondisi sistem pendidikan di Indonesia yang kurang kondusip yang mungkin membenarkan guru-guru kimia di SMU enggan melakukan pembelajaran melalui praktikum. 2.3 Model Visual dalam Pembelajaran Menurut teori kognitif, konstruksi pengetahuan melibatkan model memori kerja yang terdiri dari tiga komponen, yakni sebuah central executive dan dua buah slave systems (phonological loop and visuo-spatial sketch pad) (Kemps, 2001). Central executive (a limited-capacity nattional system) mengontrol dan mengoordinasikan fungsi kedua slaves. Phonological loop (berkaitan dengan _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 sensor verbal) bertanggung jawab terhadap simpanan sementara dari material verbal dalam kode fonologik yang didukung oleh mekanisme latihan artikulasi, sementara visuo-spatial pad (berkaitan dengan sensor visual) terlibat dalam ingatan temporer dari informasi visuo-spatial. Penelitian pada orang normal menunjukkan bahwa terdapat efek superioritas dari gambar terhadap kata. Gambar (objek visual) umumnya diingat lebih baik dari kata (Matlin, 1994). Logie mengusulkan bahwa memori kerja visuo-spatial terdiri dari dua komponen fungsional yaitu simpanan visual pasif (visual cache) dan mekanisme spasial rehearsal aktif atau latihan (Kemps, 2001). Optimalisasi penggunaan model visual dalam pembelajaran sangat penting di dalam pembentukan memori jangka panjang. Kualitas ingatan visuo-spatial jangka pendek (sort-term) bergantung pada kompleksitas struktur dari objek. Encoding dan pemertahanan jalur yang terstruktur (redundant path) memerlukan kapasitas memori kerja visuo-spatial lebih kecil (lebih efektif) dari pada jalur yang kompleks (Kemps, 1999 & 2001). Stimulus terstruktur (redundant) dapat lebih mudah diramalkan dibandingkan dengan yang kompleks. Contohnya redundant path vsisual adalah pola yang simetris. 2.4 Model Partikel Materi Di atas telah disebutkan bahwa partikel-partikel materi yang membawa sifat-sifat zat dapat berupa atom, molekul atau ion. Unsur gas helium mempunyai partikel-paretikel diskrit berupa atom-atom helium sehingga rumus kimia unsur gas helium ditulis He. Sementara partikel-partikel diskrit unsur gas hidrogen berupa gabungan dua buah atom hidrogen yang terikat secara kimia (molekul) sehingga rumus kimia gas hidrogen ditulis H2 bukan H (H adalah lambang atom hidrogen). Partikel-partikel diskrit senyawa air berupa molekul air (dengan bentuk seperti huruf V) yang terdiri dari sebuah atom O dan dua ataom H yang terikat secara kimia, sehingga rumus kimia molekul air adalah H2O. Sifat-sifat air jauh berbeda dari sifat-sifat unsur-unsur penyusunnya (hidrogen atau oksigen), dimana air tidak dapat terbakar, sedangkan gas hirogen mudah terbakar dan gas oksigen sendiri terlibat dalam pembakaran. Indeks atau angka di belakang lambang atom (huruf) menunjukkan jumlah atom tersebut dalam satu molekul zat itu. _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 Rumus kimia suatu zat terkait dengan partikel diskritnya mungkin atom, atau mungkin juga gabungan beberapa atom (molekul). Jika pengetahuan sifat zat tidak dikaitkan dengan partikel diskrit penyusunnya, maka cenderung menghafal fakta dan simbol. Oleh karena partikel-partikel materi sangat kecil dan tidak dapat dilihat, maka penggunaan model visual merupakan pilihan terbaik. Anak-anak yang baru mulai belajar ilmu kimia sering langsung diberi rumus kimia (simbol/abstark). Hal ini bisa menimbulkan kesulitan dalam belajar kimia lebih lanjut. Misalnya, secara kurang disadari guru IPA di SLTP menuliskan gas H (yang dimaksud gas hidrogen) dan anak terus mengikutinya. Oleh karena cara itu sangat mudah dan praktis untuk menyingkat hidrogen dengan H, maka miskonsepsi ini sangat sukar untuk diperbaiki dan berdampak sangat luas. Siswa SMU dan bahkan mahasiswa cenderung salah jika diminta untuk menggambar model partikel-partikel materi yang terlibat pada reaksi pembentukan uap air dari gas hidrogen dan gas oksigen. Gambar model partkel-partikel diskrit dari gas hidrogen, oksigen dan uap air sebagai berikut. Gas Unsur Hidrogen (rumus kimia H2 bukan H) Gas Unsur Oksigen (rumus kimia O2 bukan O) Uap Senyawa Air (rumus kimia H2O bukan H dan O) Gambar 2. Model Partikel-partikel Diskrit Dari Gas Hidrogen, Oksigen dan Uap air Banyak penelitian (seperti Nekhleh, 1992 dan Sanger, 2000) telah menunjukkan bahwa banyak miskonsepsi yang muncul dari ketidakhadiran model visual partikel-partikel materi (telah diuraikan pada pendahuluan). Dalam memilih model gambar partikel materi harus disesuaikan dengan konteks pembahasannya _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 dan tingkat perkembangan siswa. Hal ini mengikuti prinsip psikologi di atas (mengurangi tingkat kerumitan gambar). Model visual partikel materi (alat peraga/molimod atau gambar) untuk siswa SLTP (baru memulai belajar partikel materi) berbeda dengan siswa SMU yang telah memahami ikatan kimia. Menurut model atom yang digunakan saat ini, atom dianggap sebagai bola yang pada pusatnya terdapat inti yang relatif sangat rapat dibanding dengan daerah di luar inti dimana elektron-elektron dari atom tersebut selalu bergerak. Gambar partikel-partikel materi dalam konteks struktur molekul, partikel-partikel subatomik (inti) umumnya digambarkan dengan titik pusat dan sering tidak diperlihatkan. Walaupun ukuran elektron sebenarnya juga sangat kecil, keterlibatan elektron sering diperlihatkan pada gambar yang diperuntukkan kepada siswa yang sedang atau sudah mempelajari ikatan kimia, dan bukan untuk siswa pemula belajar kimia. Dua jenis alat bantu yang biasanya digunakan untuk mengajarkan struktur molekul suatu senyawa adalah dengan alat peraga tiga dimensi (molimod) dan dengan gambar (termasuk melalui komputer). Pemilihan dan penggunaan masing-masing model visual struktur molekul disesuaikan dengan jenjang pendidikan atau tingkat perkembangan anak. Di sini hanya akan dibahas model visual dengan molimod yang disertai dengan gambar model partikel materi yang diperagakan. Molimod adalah alat peraga struktur molekul tiga dimensi. Alat peraga ini dapat dibongkar dan dipasang kembali. Ada beberapa jenis molimod menurut keperluan. a. Model Bola Molimod jenis ini biasanya untuk gambaran struktur yang lebih dekat mengilustrasikan realitas dan cocok untuk pengenalan kimia pada belajar pemula (dengan contoh molekul-molekul sederhana). Beberapa jenis atom (C, H, O, N, Cl) diwakili oleh bola-bola plastik dengan warna yang berbeda. Masing-masing bola plastik tersebut diberi lubang dengan jumlah lubang dan sudut tertentu menurut atomnya. Atom H biasanya berwarna putih berlubang satu. Atom C berwarna hitam berlubang empat (ada juga berlubang tiga). Atom O berwarna merah berlubang dua. Atom N berwarna hijau berlubang tiga, dan atom Cl atau halogen berwarna biru berlubang satu. Sesungguhnya, jenis warna tidak merupakan keharusan. Warna hanya untuk mempermudah membedakan atomatom tersebut. Jumlah lubang pada atom berkaitan dengan jumlah atom lain yang _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 biasanya/mampu berikatan dengannya dan terkait dengan rumus kimia molekul senyawa yang biasa dibentuk (seperti CH4, H2O, NH3, CCl4). Batang-batang plastik pendek digunakan untuk menempelkan atom yang satu dengan atom yang lainnya. Batang plastik diharapkan tidak terlihat jika bola-bola plastik itu sudah ditempelkan yang membentuk model molekul. Program komputer yang mendukung model ini adalah model space filling (atau molekular mekanik) yang biasanya digunakan untuk mengantisipasi jumlah atom yang bisa diakomadsi di sekitar atom pusat. Gambar beberapa molekul dengan model ini seperti berikut. Molekul Air Molekul Amonia Molekul Metana ( H2O ) ( NH3 ) ( CH4 ) Gambar 3. Beberapa Molekul dengan Model Bola b. Model Batang dan Bola Model ini juga menyajikan struktrur molekul, tetapi menekankan pengkajian pada ikatan yang dilibatkan antaratom (orientasi, panjang, dan sudut ikatan). Jumlah tangan yang dimiliki oleh atom sesuai dengan jumlah ikatan yang umum dimiliki, jika atom itu berikatan dengan atom lain. Batang menggambarkan ikatan kimia yang terjadi antara atom yang satu dengan atom yang lain dalam molekul. Penggunaan jenis molimod ini diikuti dengan menggambar proyeksi ruang (tiga dimensi) dalam bidang datar dimana proyeksi atom-atom ditandai dengan lambang atom tersebut dan kemudian menamai bentuk ruang yang dibentuk dari posisi-posisi atom dalam satu molekul tersebut. Contoh gambar visual dari penggunaan alat peraga ini untuk molekul-molekul yang sama dengan contoh di atas adalah sebagai berikut. _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 H H H O N H H H C H H H Molekul Air (H2O) Molekul Amonia (NH3) Molekul Metana (CH4) (berbentuk seperti hurup V) (berbentuk piramida segi tiga) (berbentuk tetrahedral) Gambar 4. Visual Dari pengguaan Alat peraga Untuk Molekul-molekul H2O, NH3, CH4. Model stick ini biasanya digunakan untuk siswa SMU ke atas untuk menjelaskan bentuk molekul. Dari penggunaan alat peraga ini dapat ditunjukkan bentuk-bentuk: molekul air (H2O) seperti huruf V, molekul amonia (NH3) berupa piramida segi tiga, dan molekul metana (CH4) berupa tetrahedral. Model visual partikel materi dengan alat peraga molimod dan gambar adalah statik, dan belum mampu menunjukkan model partikel materi yang mendekati realitas yang dinamik. Partikel-partikel gas sesungguhnya bergerak, sehinga dapat menjelaskan tekanan ke segala arah yang dimiliki suatu gas. Untuk menunjukkan model partikel-partikel materi yang mendekati kenyataan dapat dilengkapi dengan model dinamik melalui program-program komputer yang sudah bisa didapat secara komersial. 3. Penutup Pemahaman konsep-konsep materi dengan baik memerlukan kajian struktur mikroskopis materi dan bahkan banyak sifat makroskopis seperti perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan kepolaran zat hanya dapat dijelaskan dengan struktur molekul zat tersebut. Karena partikel-partikel materi sangat kecil, maka model visual sangat diperlukan dalam pembelajaran konsep_________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 konsep kimia terutama yang berkaitan dengan partikel materi. Kebanyakan molekul-molekul sederhana memiliki bentuk yang simetris (redundant path). Hal ini mempertinggi kontribusi model-model visual dalam pembelajaran konsepkonsep dasar kimia yang terkesan abstrak. Optimalisasi penggunaan model-model visual kimia menuntut pengetahuan dan keterampilan guru, baik berkaitan dengan materi pelajaran, perkembangan psikologi anak, dan pengetahuan prakonsepsi anak. Pemahaman partikulat materi membantu memperbaiki konsepsi siswa tentang konsep-konsep dasar yang penting, seperti: unsur, senyawa, dan campuran, meleleh, melarut, mendidih, menguap, dan terbakar yang semestinya terdefinisikan secara ilmiah; dan juga membantu meluruskan istilah-istilah kimia yang bermakna ganda di masyarakat seperti zat dan unsur. DAFTAR PUSTAKA American Association for the Advancement of Science. 1993. Benchmarks for Science Literacy, Oxford : Oxford University Press. Californea Department of Education, Science Content Standars, updated December 20, 2001. http://www.cde.gov/standars/science/grade5.html Gabel, D. 1999. Improving Teaching and Learning through Chemistry Education Research: A Look to the Feature. Chemical Education. Vol. 76 pp: 548553. Johnson, P. 1996. What is a Substance? Education in Chemistry. March ed. pp: 4142. Kemps, E. 2001. Complexity Effects of Visuo-spatial Working Memory: Implication for the Role of Long-term Memory. Memory. Vol. 9, 1 pp. 13 – 27. Kirna, I. M. dan Sudria, I.B.N. 1998. Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivis untuk Mengurangi Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep Dasar Partikel Materi, Atom, dan Molekul pada Mata kuliah kimia Dasar I, Laporan Penelitian. STKIP Singaraja. Tidak dipublikasikan. _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003 ISSN 0215-8250 Lee, K.W.L. 1999. A Comparison of University Lecture and Pre-service Teachers Understanding of a Chemical Reaction an the Particulate Level. Chemical Education. vol 76. Pp:1008-1012. Matlin, M.W. 1994. Cognition. 3rd. Ed. Toronto. Harcourt Brace Publisher Nakhleh, M.B.. 1992. Why Some Students Don’t Learn Chemistry. Chemical Education. 69 (3). 191-195. Nelson, P.G. 1994. Introducing … atoms and molecules. Education in Chemistry. Januari ed. pp: 20-21. Sanger, M..J. 2000. Using Partikulat Drawing to Determine and Improve Students’Conception of Pure Substances and Mixture. Chemical Education. Vol. 77. pp: 762 –766. Spencer J. N. 1999. New Directions in Teaching Chemistry: A Philosophical and Pedagogical Basis. Chemical Education. Vol. 76 pp: 566 – 569. Sudria, I.B.N. dan Wijayadi, R., 1999, Perbaikan Konsepsi Siswa Tnetang Unsur, Senyawa, dan Campuran Melalui Perumusan Ulang Konsep dengan Metode Demonstrasi, Analogi, dan Diskusi, Laporan Penelitian, STKIP Singaraja. _________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVI Oktober 2003