TESIS ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR SAMPUL DALAM A.A. NGR. GD. DHARMAYUDA NIM. 1392161008 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i PRASYARAT GELAR ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana A.A. NGR. GD. DHARMAYUDA NIM 1392161008 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii LEMBAR PERSETUJUAN Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 10 MARET 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. dr.D.N. Wirawan, MPH NIP.194810101977021001 dr. Luh Putu Lila Wulandari,MPH NIP. 197806272005012002 Mengetahui Ketua Program Studi IKM Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. dr. D.N. Wirawan, MPH NIP.194810101977021001 Prof. Dr.dr.A.A. Raka Sudewi,Sp.S (K) NIP.195902151985102001 iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 10 Maret 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No : 0782/UN14.4/HK/2015 Tanggal 10 Maret 2015 Ketua Anggota 1. 2. 3. 4. : Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH : dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA (K) Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes iv Surat Pernyataan Bebas Plagiat Nama : Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda NIM : 1392161008 Program Studi : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Judul Tesis : Analisis Beban Kerja Dokter Umum Menggunakan Metode Workload Indicators Of Staffing Need (WISN) di Pusksemas SeKota Denpasar Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah *tesis/disertasi ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor : 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 16 Maret 2015 A.A. Ngr. Gd. Dharmayuda NIM. 1392161008 v UCAPAN TERIMA KASIH UCAPAN TERIMA KASIH Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis ini dapat diselesaikan. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan masukan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Pembimbing I, Prof.dr.Dewa Nyoman Wirawan, MPH, yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran dalam penyelesaian tesis ini. 2. Pembimbing II, dr.Luh Putu Lila Wulandari, MPH, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. 3. Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.I Ketut Suastika,Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. 4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. vi 5. Para penguji tesis, yaitu Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA(K), Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi, dan Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini. 6. Seluruh dosen di lingkungan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, yang telah memberikan arahan, semangat, dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini. 7. Pemerintah Kota Denpasar, khususnya Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di seluruh puskesmas se-Kota Denpasar. 8. Seluruh Kepala Puskesmas se-Kota Denpasar serta seluruh partisipan yaitu dokter umum fungsional di puskesmas se-Kota Denpasar atas waktu yang telah diluangkan dalam membantu menyelesaikan penelitian ini. 9. Keluarga tercinta, ayah (Alm) A.A.Gd.Alit Subaga, ibunda Ni Gst. Komp. Rai Sukarmi, S.Sos, istri A.A. Sagung Mas Indrayuni, serta anak-anak Tujung Ngurah, Turah Agung, dan Tujung Istri, yang telah penuh pegorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga. Denpasar, Maret 2015 Penulis vii ABSTRAK ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR Ketersediaan tenaga kesehatan dokter umum masih menjadi sorotan penting terkait jenis, jumlah, dan penyebaran yang tidak merata. Analisis beban kerja dokter umum di puskesmas masih belum banyak dilakukan di Bali khususnya di Kota Denpasar. Sampai saat ini, perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya dokter umum masih menggunakan metode rasio, dimana sesuai dengan Permenkes 75 tahun 2014 penghitungan kebutuhan tenaga kesehatan dihitung dengan analisis beban kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja, kebutuhan tenaga dokter umum, serta distribusinya di puskesmas se- Kota Denpasar. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional yang dilaksanakan di puskesmas se-Kota Denpasar terhadap semua tenaga dokter umum fungsional. Data kuantitatif yang diperlukan didapat dari hasil wawancara dan observasi langsung aktifitas kegiatan dari masing-masing dokter umum serta data sekunder. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software WISN English Version 1.1.132.0. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar adalah tinggi (rasio WISN<1). Seluruh puskesmas se-Kota Denpasar mengalami kekurangan dokter umum secara bervariasi dan distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar tidak merata. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode analisis beban kerja lebih obyektif untuk perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum daripada metode rasio. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan khususnya kepada Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam perencanaan tenaga kesehatan khususnya dokter umum di puskesmas. Kata kunci : beban kerja, dokter umum, WISN, Denpasar viii ABSTRACT ANALYSIS OF GENERAL PRACTITIONERS WORKLOAD USING WISN (WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED) IN PUBLIC HEALTH CENTERS, DENPASAR The distribution as well as the type and number of staff, specifically general practitioners in public health centers, is an important public health concern in Indonesia. Workload analysis of general practitioners in the health center is still not widely uses in Bali, especially in the city of Denpasar which continues to adopt the ratio method for workload analysis. The objective of this study is to describe workload, the demand for practitioners and the staffing distribution pattern. This study was conducted on all public health centers across Denpasar using descriptive cross-sectional methodology. A number of variables were cross checked by eliciting answers directly from study participants as well as direct participatory observation. Quantitative data was analysed using WISN English Version 1.1.132.0 software. Results indicated that workload of general practitioners was high (WISN ratio <1). Staff shortages and unequal distribution were evident in all study centers. In conclusion, workload analysis approach was more objective than the ratio method. It is hoped that similar analysis, including using other variables with the WISN program and other sites will provide further input into better center management and for effective decision making across the province. Keywords : workload, general practitioners, WISN, Denpasar ix DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM ............................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... vi ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................... ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7 1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 7 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 7 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 7 1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................ 7 1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 9 2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan ............................................ 9 2.2 Metode Perencanaan SDM ..................................................................... 12 2.3 Analisis Beban Kerja .............................................................................. 13 2.4 Workload Indicators of Staffing Need ( WISN ) .................................... 16 2.5 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ............................................ 20 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN .................. 22 3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 22 3.2 Konsep Penelitian ................................................................................... 23 BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 24 4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 24 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 24 4.3 Penentuan Sumber Data ......................................................................... 24 4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 24 4.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 28 4.6 Prosedur Penelitian ................................................................................. 28 4.7 Analisis Data .......................................................................................... 30 BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 31 5.1 Gambaran Umum Kota Denpasar ......................................................... 31 5.2 Karakteristik Peserta Workshop ............................................................. 32 5.3 Waktu Kerja yang Tersedia (WKT) ....................................................... 33 x 5.4 Komponen Beban Kerja Dokter Umum Puskesmas dari Hasil Workshop .............................................................................................. 5.5 Pelaksanaan Observasi ........................................................................... 5.6 Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar .. 5.7 Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ............................................................................................... 5.8 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar .............. 5.9 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ................. 5.10 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ................... BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 6.1 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar .............. 6.2 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ................. 6.3 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ................... 6.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 7.1 Simpulan .............................................................................................. 7.2 Saran .................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................................ xi 34 35 37 39 66 67 69 71 71 75 79 80 82 82 82 84 90 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2. 1 Tabel 2. 2 Tabel 4. 1 Tabel 5. 1 Tabel 5. 2 Tabel 5. 3 Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi ...... Jumlah Tenaga dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Denpasar .. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................... Karakteristik Peserta Workshop Dokter Umum ............................ Komponen Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas ................. Perbandingan Rata-Rata Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Utama Hasil Kesepakatan Workshop dengan Hasil Observasi Langsung ...................................................................... Tabel 5. 4 Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ........................................................................................ Tabel 5. 5 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 6 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 .................................... Tabel 5. 7 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 ......................................................... Tabel 5. 8 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 9 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014................................... Tabel 5. 10 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014 ......................................................... Tabel 5. 11 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 12 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 ..................................... Tabel 5. 13 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 .......................................................... Tabel 5. 14 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 15 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 .................................... Tabel 5. 16 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 .......................................................... Tabel 5. 17 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 ............................................................................................... xii 11 12 25 33 35 36 38 39 40 41 41 42 43 43 44 45 45 47 48 48 Tabel 5. 18 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 ..................................... Tabel 5. 19 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 .......................................................... Tabel 5. 20 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 21 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 .................................... Tabel 5. 22 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 .......................................................... Tabel 5. 23 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 24 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 .................................. Tabel 5. 25 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 .......................................................... Tabel 5. 26 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 27 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 .................................. Tabel 5. 28 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 ....................................................... Tabel 5. 29 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 30 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 ................................. Tabel 5. 31 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 ....................................................... Tabel 5. 32 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 33 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 ............................... Tabel 5. 34 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 ...................................................... Tabel 5. 35 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014 ............................................................................................... Tabel 5. 36 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014 ............................... xiii 49 50 50 52 53 53 55 56 56 57 58 58 60 61 61 62 63 63 65 Tabel 5. 37 Tabel 5. 38 Tabel 5. 39 Tabel 5. 40 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014 ...................................................... Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ..... Distribusi Dokter Internsip di Puskesmas Kota Denpasar ............ Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar .......... xiv 66 67 68 69 DAFTAR GAMBAR Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... xv 23 DAFTAR SINGKATAN Singkatan ASEAN : Association of Southeast Asian Nations BKN : Badan Kepegawaian Negara BOK : Bantuan Operasional Kesehatan CPHI : Center of Public Health Innovation DSP : Daftar Susunan Pegawai GTZ : Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit HIV : Human Imunodeficiency Virus IKM : Ilmu Kesehatan Masyarakat JKBM : Jaminan Kesehatan Bali Mandara JKN : Jaminan Kesehatan Nasional KB : Keluarga Berencana KBM : Klinik Berhenti Merokok KIA : Kesehatan Ibu dan Anak KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi KKI : Konsil Kedokteran Indonesia KTR : Kawasan Tanpa Rokok Lansia : Lanjut usia NTB : Nusa Tenggara Barat NTT : Nusa Tenggara Timur P2M : Pemberantasan Penyakit Menular P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan PPTI : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat Pustu : Puskesmas Pembantu xvi SDM : Sumber Daya Manusia SKN : Sistem Kesehatan Nasional SKP : Sasaran Kerja Pegawai SPO : Standar Operasional Prosedur VCT : Voluntary Counseling Test WHO : World Health Organitation WISN : Workload Indicators of Staffing Need WKT : Waktu Kerja Tersedia xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh adanya sumber daya manusia (SDM) dimana SDM memberikan kontribusi sebesar 80% dari keseluruhan faktor yang terkait dalam pembangunan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), upaya pemenuhan kebutuhan akan SDM kesehatan masih belum memperhatikan kondisi jumlah, jenis, kualitas dan distribusinya. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 menyatakan bahwa sumber daya manusia sebagai salah satu subsistem yang memiliki peranan sangat penting dalam mengatasi berbagai masalah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Subsistem sumber daya manusia mengandung berbagai upaya pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan. Upaya tersebut meliputi upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu sumber daya manusia kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dilihat dari rasionya dengan jumlah penduduk, jumlah tenaga kesehatan dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat di Indonesia sudah sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014, tetapi distribusinya yang belum merata (Kemenkes, 2013c). 1 2 Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan menggunakan metode rasio terhadap penduduk, menunjukkan adanya kekurangan dari beberapa jenis ketenagaan yaitu tenaga sanitarian (1.170 orang), tenaga kesmas (1.161 orang), bidan (1.084 orang), gizi (541 orang), asisten apoteker (501 orang), dokter umum (450 orang), apoteker (296 orang), keterapian fisik (119 orang), dan dokter gigi (98 orang). Sedangkan tenaga perawat, dokter spesialis, dan keteknisan medis jumlahnya sudah memadai (Dikes, 2014a). Hampir sama dengan data dari Provinsi Bali, di Kota Denpasar berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Denpasar terlihat bahwa beberapa jenis tenaga kesehatan masih berada di bawah standar rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, yaitu dokter gigi (9,2), tenaga bidan (62), gizi (14), dan tenaga sanitasi (2,3). Sedangkan tenaga dokter umum, dokter spesialis, perawat, dan farmasi sudah sesuai standar rasio. (Dikes, 2014b). Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas dalam Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa jenis dan jumlah tenaga kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja. Selama ini perencanaan SDM kesehatan belum melihat dari tingkat kebutuhan terhadap pelaksanaan program pelayanan yang harus dilakukan (Kemenkes, 2013c), serta tenaga yang ada selama ini masih jauh dari standar rasio (Kepmenkes 81, 2004) Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) merupakan salah satu unit pelaksana teknis dinas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan kegiatan 3 utama adalah kegiatan pencegahan dan promosi kesehatan (Permenkes 75, 2014). Puskesmas berperan sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan kesehatan dasar (primary health care) yaitu pelayanan kesehatan minimal kepada masyarakat berupa layanan preventif, berkesinambungan, dan tentunya dapat diakses bagi seluruh masyarakat. Puskesmas di seluruh Indonesia saat ini berjumlah 9.599 buah dimana yang masih dalam kondisi baik sejumlah 6.115 buah puskesmas, sisanya dalam kondisi rusak bahkan sampai ada yang tidak bisa difungsikan (Kemenkes, 2013a). Puskesmas dalam menjalankan organisasi tersebut tentunya tidak terlepas dari adanya SDM kesehatan yang menjadi tulang punggung dalam menjalankan segala upaya kesehatan di masyarakat terutama dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seperti saat ini, diperkirakan akan terjadi perubahan dalam cara kerja serta perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan. Peningkatan jumlah dan jenis tenaga kesehatan tidak diikuti dengan adanya perencanaan kebutuhan serta pendistribusian yang belum memadai (Kemenkes, 2013c). Ketersediaan tenaga kesehatan dokter umum masih menjadi sorotan penting terkait penyebaran yang tidak merata, dimana dari 106.370 dokter umum yang bekerja di puskesmas hanya sejumlah 17.507 orang (Kemenkes, 2013a). Jumlah puskesmas yang belum memiliki dokter umum masih cukup besar, dari 9.599 puskesmas yang tercatat sampai Oktober 2013 hanya 13,7% yang memiliki tenaga dokter umum (Kemenkes, 2013c). Krisis dokter umum terjadi karena peningkatan pemenuhan dokter umum belum dijadikan sebuah peluang dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dasar (Purvis, 2013). Penempatan tenaga 4 kesehatan sangat dipengaruhi oleh informasi kesehatan SDM, tanggung jawab dari SDM, serta perhatian dari pimpinan (Hassani et al., 2013). Penempatan dokter umum di Indonesia khususnya di daerah terpencil melalui sistem kontrak seharusnya dilengkapi dengan pelatihan khusus (skill mix) agar sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah tersebut (Egger, 2000). Pemenuhan terhadap jumlah tenaga kesehatan jika dilihat dari ketepatan rasio jumlah dokter umum terhadap populasi sebenarnya belum ada bentuk yang jelas, dimana hal ini tergantung dari faktor kebutuhan, faktor ketersediaan, faktor yang terkait dengan produktivitas, serta prioritas dari kebijakan terkait layanan kesehatan (Egger, 2000). Dokter umum yang tercatat di Kota Denpasar adalah 348 orang, 44 orang diantaranya bekerja di 11 puskesmas, dimana Puskesmas (Dikes, 2014a). Tiga dari 11 10 orang merupakan Kepala puskesmas tersebut, merupakan puskesmas rawat inap dan sisanya memberikan pelayanan rawat jalan terhadap seluruh penduduk Kota Denpasar yang tersebar di 43 desa/ kelurahan dimana tahun 2014 tercatat sejumlah 729.024 jiwa (Disdukcapil, 2015). Berdasarkan hasil dari pengamatan terhadap aktivitas dokter umum di beberapa puskesmas didapatkan bahwa dokter umum memiliki aktivitas cukup tinggi khususnya dalam pelayanan pasien. Hasil wawancara dengan para kepala puskesmas dinyatakan bahwa aktivitas dokter umum banyak berkurang di poliklinik karena melakukan aktivitas lain seperti pertemuan, P3K serta kegiatan lain di luar gedung yang mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan di poliklinik. Berdasarkan rasio jumlah dokter umur di Kota Denpasar sebesar 40,4/ 5 100.000 penduduk, menunjukkan bahwa jumlah dokter umum yang dibutuhkan sudah melebihi dari standar yang ditetapkan yaitu 40 / 100.000 penduduk. Total kunjungan pasien pada tahun 2014 di seluruh puskesmas Kota Denpasar yaitu 474.878 pasien dengan rata-rata kunjungan per hari adalah 154 pasien. Ini menunjukkan beban kerja puskesmas untuk pelayanan pasien cukup tinggi (Dikes, 2014b). Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa 40% dokter melaporkan jumlah kunjungan pasien selama satu bulan sering melebihi tingkat yang aman dan 36% dokter melaporkan kunjungan pasien yang berlebih terjadi lebih dari sekali seminggu. Beban kerja yang berlebihan tersebut mempengaruhi kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan seperti ketepatan diagnosis dan tindakan medis pada pasien (Michtalik et al., 2013; Mudayana, 2010; Shah et al., 2011). Selain itu bahwa beban kerja yang berlebih akan berpengaruh pula terhadap kualitas dari pelayanan yang akan diberikan (Goetz et al., 2013). Menganalisis beban kerja dokter umum merupakan langkah yang sangat diperlukan menyikapi kondisi tersebut. Analisis beban kerja adalah upaya untuk menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu (Kepmenkes 81, 2004). Metode perencanaan SDM dalam Kepmenkes No. 81 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit, disebutkan bahwa salah satu metode dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di institusi adalah dengan menghitung beban kerja menggunakan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN). 6 Metode ini merupakan model yang diadopsi dari WHO yang telah dikembangkan sejak tahun 1998. Metode WISN memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan baik secara teknis, komprehensif, realistis, serta memberikan kemudahan dalam menentukan variasi kebutuhan SDM dalam berbagai tipe layanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit (WHO , 2010). Kelengkapan data sekunder merupakan salah satu kunci keberhasilan dari penerapan metode WISN ini (WHO, 2010). Walaupun metode WISN ini memiliki banyak kelebihan, namun sayangnya hingga saat ini metode WISN dalam penghitungan beban kerja dokter di puskesmas masih belum banyak digunakan di Bali khususnya di Kota Denpasar. Dinas Kesehatan Kota Denpasar sampai saat ini dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya dokter umum masih menggunakan metode rasio jumlah tenaga dokter terhadap jumlah penduduk. Dimana metode rasio belum dapat menghitung kebutuhan riil tenaga kesehatan berdasarkan beban kerja sehingga dapat mencapai keseimbangan antara jumlah tenaga yang ada dengan beban kerja. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menganalisis beban kerja dokter umum menggunakan metode WISN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penelitian ini difokuskan untuk menjawab rumusan permasalahan yaitu berapakah beban kerja dan kebutuhan tenaga dokter umum, serta bagaimanakah distribusinya di puskesmas se- Kota Denpasar ? 7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui beban kerja dan kebutuhan tenaga dokter umum, serta distribusinya di puskesmas se- Kota Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1.3.2.1 Beban kerja dokter umum dengan menghitung rasio WISN di puskesmas se-Kota Denpasar. 1.3.2.2 Kebutuhan dokter umum dengan menghitung perbedaan antara jumlah ideal tenaga dokter umum dengan kenyataan yang ada (WISN difference) di puskesmas se-Kota Denpasar. 1.3.2.3 Distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan analisis beban kerja dengan menggunakan metode WISN. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan kepada Pemerintah Kota Denpasar khususnya Dinas Kesehatan terkait dengan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya tenaga dokter umum agar menggunakan analisis kebutuhan menurut beban kerja. Dengan demikian, perencanaan ketenagaan akan lebih sesuai kebutuhan riil berdasarkan beban kerja sehingga diharapkan 8 dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kota Denpasar. 1.4.2.2 Bagi para kepala puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan SDM kesehatan khususnya tenaga dokter umum untuk disesuaikan dengan kebutuhan dari programprogram puskesmas. 1.4.2.3 Bagi para dokter umum di puskesmas, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas baik itu kemampuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Mengacu kepada SKN tahun 2012, SDM kesehatan merupakan tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis), tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Bappenas, 2005). Sumber daya manusia kesehatan sebagai salah satu dari tujuh subsistem dalam SKN tahun 2012, merupakan pokok dan memiliki peranan sangat penting di dalam berlangsungnya pembangunan kesehatan, dimana permasalahan strategisnya adalah masih kurang serasinya dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan, kualitas, serta distribusinya yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Oktarina dan Sugiharto pada tahun 2011, jumlah tenaga kesehatan yang ada belum mencukupi dan distribusi tenaga kesehatan di puskesmas daerah terpencil perbatasan dan kepulauan masih belum merata. Oleh karena itu, dalam perencanaan kesehatan yang diamanatkan dalam SKN tahun 2012 agar lebih menekankan pada upaya penetapan jenis, jumlah, kualifikasi, dan distribusi tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Penelitian di Iran juga menemukan bahwa pemerataan 9 10 distribusi SDM kesehatan harus dipertimbangkan sebagai sebuah filosofi utama dari perawatan kesehatan (Doulati et al., 2013). Evaluasi penempatan tenaga kesehatan di Kabupaten Buton menemukan bahwa rasio dokter terhadap jumlah penduduk sangat rendah dan terjadi distribusi yang tidak merata (Herman dan Hasanbasri, 2008). Pengelolaan manajemen SDM yang baik tentunya akan berpengaruh kepada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan (Kabene et al., 2006). Seperti yang dilakukan di Kabupaten Blitar, mengantisipasi peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di 24 puskesmas yang ada dengan merekomendasi upaya pengaturan ketenagaan kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diawali dengan sebuah analisis kebijakan ketenagaan (Laksono et al., 2012). Sebuah studi literatur yang dilakukan oleh Mohamed dan Hameed (2015), menyatakan bahwa manajemen SDM yang efektif akan berpengaruh kuat terhadap kualitas pelayanan dan pengembangan kinerja staf rumah sakit. Isu pokok dalam pengembangan SDM kesehatan adalah terjadinya ketidakseimbangan dari SDM terkait jumlah, jenis tenaga kesehatannya, fungsi, serta distribusinya (Riitta et al.,1993). Penelitian di Puskesmas Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, didapatkan bahwa jumlah tenaga kesehatan termasuk dokter umum yang tersedia di puskesmas masih mengalami kekurangan dan terdapat tenaga kesehatan yang tidak sesuai kompetensinya, sehingga belum cukup untuk menyelesaikan seluruh upaya pelayanan kesehatan di puskesmas (Suharmiati et al., 2012). 11 Berdasarkan data tenaga kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali terlihat adanya kesenjangan dalam jumlah dari beberapa tenaga kesehatan. Perencanaan SDM dengan menggunakan metode rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk didapatkan dari 12 jenis tenaga kesehatan sembilan yang masih mengalami kekurangan dari kebutuhan. Tabel 2. 1 Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 2013 No Jenis Tenaga Jumlah Kebutuhan 1 Dokter Spesialis 713 243 2 Dokter Umum 1173 1623 3 Dokter Gigi 348 446 4 Perawat 5055 4766 5 Bidan 2972 4056 6 Apoteker 110 406 7 Asisten Apoteker 391 892 8 Kesmas 462 1623 9 Sanitasi 453 1623 10 Gizi 351 892 11 Keterapian Fisik 43 162 12 Keteknisan Medis 438 243 Sumber : Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2013 Kekurangan -470 450 98 -289 1084 296 501 1161 1170 541 119 -195 Kesenjangan tenaga kesehatan di Kota Denpasar dilihat dari standar rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, dari delapan jenis tenaga kesehatan tiga diantaranya masih mengalami kekurangan yaitu tenaga bidan, gizi, dan sanitarian. 12 Tabel 2. 2 Jumlah Tenaga dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Denpasar Tahun 2013 Rasio per 100.000 penduduk 1 Dokter Spesialis 448 52,7 2 Doker Umum 348 40,4 3 Dokter Gigi 78 9,2 4 Farmasi 173 20 5 Bidan 532 62 6 Perawat 2023 237 7 Gizi 116 14 8 Sanitasi 57 4,9 Sumber : Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2013 No Jenis Tenaga Jumlah Standar Rasio per 100.000 penduduk 6 40 11 10 100 117 22 40 2.2 Metode Perencanaan SDM Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004 antara lain mengatur tentang beberapa metode perencanaan tenaga kesehatan untuk dipilih sesuai dengan kemampuan dari masing-masing instansi. 1. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat. 2. Health Service Demand Method, yaitu penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan permintaan kebutuhan kesehatan 3. Health Service Targets Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas sasaran upaya kesehatan yang ditetapkan. 4. Ratios Method, yaitu penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu. 13 Selain itu, Kepmenkes No. 81 Tahun 2004 menyajikan juga beberapa metode pengembangan lain yang bisa diterapkan dalam perencanaan SDM kesehatan, yaitu metode Daftar Susunan Pegawai (DSP), Workload Indicators of Staffing Need (WISN), dan juga penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan skenario/ proyeksi. Metode DSP dapat digunakan di berbagai unit kerja seperti puskesmas, rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya (Kurniati dan Efendi, 2012), namun metode ini belum mampu untuk mengevaluasi mengenai kesenjangan antara jumlah tenaga kesehatan termasuk distribusinya (Kepmenkes 81, 2004). Metode WISN merupakan metode yang bisa menjawab permasalahan tersebut, sangat mudah dioperasikan, mudah diterapkan, komprehensif, dan juga realistis (Kepmenkes 81, 2004). 2.3 Analisis Beban Kerja Analisis beban kerja merupakan salah satu cara dalam perencanaan kebutuhan sumber daya manusia (Kepmenkes 81, 2004). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, disebutkan bahwa dalam perencanaan tenaga kerja baik mikro ataupun makro dihitung berdasarkan beban kerja yang kemudian dituangkan dalam rencana tenaga kerja yang disusun dalam jangka waktu lima tahun. Setiap tahunnya dilakukan penilaian untuk menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dari masing-masing lembaga ataupun perusahaan. Hasil dari perhitungan analisis beban kerja sangat bermanfaat sebagai alat ukur terhadap 14 kebutuhan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sebagai dasar dalam norma waktu penyelesaian kerja, tingkat efisiensi kerja, prestasi kerja, penyusunan formasi pegawai, dan penyempurnaan sistem prosedur kerja (Kemenkes, 2013b). Berbagai metode telah dipublikasikan dalam menghitung kebutuhan tenaga kerja, tetapi perencanaan yang paling sering digunakan adalah dengan mengkombinasikan antara rasio praktisi terhadap populasi, pola riwayat, dan penilaian para ahli (Markham dan Birch, 1997; Daviaud dan Chopra, 2008). Analisis yang lebih canggih dapat menggunakan perhitungan ukuran tenaga kerja dan campuran melalui penggunaan riwayat beban kasus, ketajaman pengukuran, teori antrian, produksi fungsi-fungsi, standar perawatan pengobatan, atau kombinasi dari faktor-faktor dalam analisis regresi (Hornby et al., 1976; Hurst et al., 2008; Musau et al., 2008 ; Schoo et al., 2008). Menurut Riitta et al. (1993), isu-isu dalam pengembangan SDM kesehatan dibagi menjadi dua. 1. Ketidakseimbangan dari sumber daya kesehatan itu sendiri baik dari segi jumlah, jenis , fungsi, distribusi, serta kualitasnya. 2. Aspek ekonomi dari sumber daya kesehatan tersebut, meliputi pendanaan pemerintah terhadap gaji dan juga pendanaan untuk farmasi, teknologi kesehatan, dan pendidikan berkelanjutan yang sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan Saat ini tantangan terhadap pengelolaan pelayanan kesehatan semakin meningkat yang ditandai dengan tidak adekuatnya respon dari tenaga kesehatan 15 dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat akibat ketidakseimbangan distribusi dari tenaga kesehatan antara desa, perkotaan, dan juga antara tingkat layanan primer, sekunder, maupun tersier (WHO, 2010). Hasil penelitian deskriptif terhadap analisis beban kerja perawat pada 25 pusat kesehatan di Seoul, menemukan bahwa beban kasus terhadap perawat justru harus ditingkatkan (Ryu et al., 2003). Hal tersebut sejalan dengan penelitian retrospektif di Finlandia, menemukan bahwa analisis beban kerja perawat lebih dipengaruhi oleh intensitas keperawatan dan sedikit dari faktor-faktor bukan pasien (Rauhala dan Fagerström, 2007). Sebuah tinjauan lain terhadap pengukuran beban kerja perawat di Irlandia, menyatakan bahwa sangat dibutuhkan sebuah sistem pengukuran beban kerja yang lebih bisa menangkap aspek-aspek nyata dari keperawatan (Brady et al., 2007). Penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung diketahui bahwa beban kerja dokter umum di Poli Umum sangat tinggi bila dibandingkan dengan jumlah pasien yang harus dilayani dan waktu kerja tersedia. Beban kerja dokter umum yang sudah berlebih bagi satu orang dokter menyebabkan waktu kerja untuk pelayanan pasien di Poli Umum kurang (Rusli et al., 2013). Penelitian pada pelayanan kesehatan ibu dan anak di India menunjukkan bahwa terjadi kekurangan dokter umum sebanyak 43 dokter dan beban kerja dokter umum pada layanan tersebut sangat tinggi ( rasio WISN= 0,24) (Hagopian et al., 2012). Penelitian di Amerika Serikat dilakukan oleh sekelompok peneliti di Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa beban kerja yang berlebihan dapat mengancam keselamatan pasien dan menjadi penyebab besar 16 kesalahan medis. Berdasarkan hasil survei, 40% dokter percaya bahwa jumlah kunjungan pasien selama satu bulan sering melebihi tingkat yang aman dan 36% dokter melaporkan kunjungan pasien yang berlebih terjadi lebih dari sekali seminggu (Michtalik et al., 2013). 2.4 Workload Indicators of Staffing Need ( WISN ) Berdasarkan panduan manual yang dikeluarkan oleh WHO, Workload Indicators of Staffing Need (WISN) merupakan sebuah standar pengukuran kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan indikator beban kerja yang pertama kali di uji cobakan sekitar tahun 1998. Metode WISN adalah alat manajemen sumber daya yang menghitung kebutuhan staf berdasarkan beban kerja untuk kategori staf tertentu dan jenis fasilitas kesehatan. Alat ini dapat diterapkan secara nasional, regional, di fasilitas kesehatan tunggal, bahkan sebuah unit atau bangsal di rumah sakit. Metode WISN memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan baik secara teknis, komprehensif, realistis serta memberikan kemudahan dalam menentukan variasi kebutuhan SDM dalam berbagai tipe layanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit. Namun metode WISN memiliki kelemahan, dimana sangat diperlukan adanya kelengkapan data yang nantinya akan dianalisa secara statistik dan akan mempengaruhi akurasi hasil WISN (WHO, 2010). Langkah kerja dalam metode WISN sesuai dengan pedoman WHO tahun 2010. 1. Menentukan prioritas jenis tenaga kesehatan dan tipe fasilitas kesehatan. 17 2. Memperkirakan waktu kerja yang tersedia. 3. Mendefinisikan komponen-komponen beban kerja. 4. Menentukan standar aktivitas. 5. Menentukan standar beban kerja. 6. Menghitung faktor kelonggaran. 7. Menetapkan kebutuhan tenaga berdasarakan WISN. 8. Analisis dan interpretasi hasil WISN. Analisis hasil WISN terdiri dari perbedaan antara tenaga yang ada dengan tenaga yang diperlukan dan penghitungan rasio WISN. Rasio WISN adalah pengukuran terhadap tekanan beban kerja sehari-hari dari tenaga kesehatan. Menguji kedua hal antara gap dan juga rasio WISN adalah sangat penting dalam menentukan bagaimana cara dalam pengembangan tenaga kesehatan secara wajar (WHO, 2010). Penerapan metode WISN memberikan manfaat cukup besar dalam pengelolaan SDM dalam suatu organisasi. 1. Perencanaan ketenagaan mendatang Pemanfaatan pertama yang dilakukan sesuai dengan hasil WISN adalah sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan mendatang akan tenaga kesehatan pada fasilitas kesehatan bersangkutan. Perencanaan ini harus mampu mengantisipasi akan munculnya beban kerja lain dengan meningkatkan standar profesi sesuai dengan standar terbaru yang relevan, memperhitungkan perubahan kondisi ketenagaan melihat dari waktu kerja 18 tersedia, dan juga melakukan penyesuaian standar medis sesuai rata-rata waktu yang telah dihitung (WHO, 2010). 2. Pengalokasian tenaga kesehatan Hasil dari WISN akan dapat memberikan gambaran akan dampak dari kurangnya tenaga kesehatan yang tersedia. Melalui upaya pengalokasian tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu meringankan beban kerja tenaga kesehatan bersangkutan. Apabila menambah jumlah tenaga tidak memungkinkan bisa diatasi dengan mengatur waktu kerja dengan cara bergantian (WHO, 2010). 3. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan Rasio WISN yang rendah akan berakibat terhadap rendahnya kualitas keluaran dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Upaya–upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan menjadi prioritas sesuai hasil WISN apabila dengan menambah jumlah tenaga sangat tidak memungkinkan (WHO, 2010). 4. Upaya pendistribusian tenaga kesehatan yang ada saat ini serta mengurangi tekanan beban kerja Membandingkan hasil dari WISN pada tempat pelayanan kesehatan yang serupa akan dapat membantu kita dalam pendistribusian dengan tepat. Tempat pelayanan kesehatan mana yang terlihat terjadi kekurangan tenaga kesehatan, berapa besar tekanan beban kerjanya bisa sebagai dasar untuk melakukan pemerataan distribusi tenaga kesehatan (WHO, 2010). 19 Hasil dari penerapan WISN secara keseluruhan dimasukkan ke dalam metode perencanaan tenaga kerja (Dewdney, 2001), bersama-sama dengan data yang sesuai dan terperinci dari sistem informasi SDM (WHO, 2010). Penelitian di Namibia dengan menggunakan metode WISN, menemukan bahwa terjadi kekurangan tenaga kesehatan dokter dan apoteker, serta distribusinya belum merata. Terbalik dengan perawat dengan jumlah cukup, namun distribusinya juga belum merata karena cenderung bekerja di rumah sakit. Hasil dari temuan WISN ini, telah dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan (Mcquide dan Forster, 2013). Begitu pula penelitian di India oleh Amy Hagopian (2012), menggunakan metode WISN untuk mengetahui kebutuhan tenaga kesehatan yaitu dokter dan tenaga bidan untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, menemukan masih kurangnya tenaga dokter dan bidan. Hasil penelitian ini juga berhasil menyusun standar waktu untuk setiap aktivitas pada pelayanan kesehatan ibu dan anak. Sebuah penelitian lain di Afrika Selatan, menggunakan metode WISN untuk menjawab tantangan terhadap kebijakan sumber daya kesehatan menemukan bahwa pendekatan dengan metode rasio tenaga kerja berdasarkan populasi dan pendekatan berdasarkan pemanfaatan layanan masih memiliki kekurangan, dimana metode WISN bisa mengidentifikasi isu-isu penting dalam perencanaan sumber daya manusia (Daviaud dan Chopra, 2008). Penelitian di Indonesia dengan metode WISN sudah pernah dilakukan di Provinsi NTT, NTB, dan Aceh yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan yang bekerjasama Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ), sebuah 20 lembaga donor dari Jerman (Depkes & GTZ 2009). Penelitian deskriptif dengan menggunakan metode WISN di Palembang menemukan bahwa jumlah SDM perawat, bidan, tenaga laboratorium, dan dokter spesialis kandungan di puskesmas masih kurang dan memiliki beban kerja yang tinggi (Saputri dan Ainy, 2009). Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian WISN di Bali terkait layanan treatment as prevention pada pekerja seks perempuan di beberapa unit layanan Voluntary Counseling Test (VCT) termasuk di puskesmas secara mixed method, menyoroti kurangnya SDM pada layanan VCT di puskesmas (Nopiyani et al., 2014). 2.5 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan sangat penting sebagai subsistem upaya kesehatan dalam SKN (Permenkes 75, 2014). Puskesmas dalam menjalankan fungsifungsinya sudah tentu harus didukung dengan adanya sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas, baik dari segi jenis ketenagaannya, jumlah, maupun dari segi keterampilannya (Kepmenkes 81, 2004). Puskesmas menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, masyarakat mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, serta masyarakat dengan derajat kesehatan yang optimal (Permenkes 75, 2014). 21 Puskesmas dalam pengelolaan manajemen tentunya banyak menemukan permasalahan, mulai dari masalah SDM, beban kerja puskesmas yang terlalu berat, pegelolaan kegiatan puskesmas yang masih bersifat sentralistik, kegiatan puskesmas sebagian besar belum berorientasi kepada kebutuhan masyarakat, kurangnya partisipasi masyarakat, sampai masalah sistem pembiayaan puskesmas yang belum mengantisipasi arah perkembangan ke depan (Kepmenkes 81, 2004). Sumber daya manusia di puskesmas terdiri dari SDM kesehatan dan SDM bukan kesehatan, dimana dalam penentuan jenis dan jumlahnya dihitung berdasarkan analisis beban kerja, mengacu pada beberapa pertimbangan seperti jenis pelayanan, demografi penduduk, kondisi wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, dan pembagian waktu kerja (Permenkes 75, 2014). BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Adanya sumber daya manusia (SDM) sangat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Dokter umum merupakan salah satu tenaga kesehatan yang masih menjadi sorotan penting terkait jumlah dan distribusinya yang tidak merata. Aktivitas pada dokter umum di puskesmas yang cukup tinggi baik dalam pelayanan pasien maupun aktivitas lain seperti pertemuan, P3K serta kegiatan lain di luar gedung mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan di poliklinik. Analisis beban kerja dokter umum merupakan suatu langkah yang sangat diperlukan menyikapi kondisi tersebut. Selama ini analisis beban kerja dokter umum belum pernah dilakukan di Bali khusunya Kota Denpasar. Sampai saat ini perencanaan kebutuhan dokter umum masih menggunakan metode rasio. Padahal berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa jenis dan jumlah tenaga kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja. Analisis beban kerja merupakan upaya dalam perencanaan kebutuhan sumber daya manusia dengan menghitung beban kerja pada satuan kerja. Perencanaan kebutuhan dokter umum dengan analisis beban kerja dapat melihat perencanaan dokter umum berdasarkan tingkat kebutuhan terhadap pelaksanaan program pelayanan yang harus dilakukan. 22 23 Berbagai metode analisis beban kerja telah dipublikasikan dalam menghitung kebutuhan tenaga kerja, namun oleh WHO telah dikeluarkan metode yang lebih mudah untuk digunakan baik secara teknis, komprehensif, realistis serta memberikan kemudahan dalam menentukan variasi kebutuhan SDM dalam berbagai tipe layanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit yaitu metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN). 3.2 Konsep Penelitian Input 1. Waktu kerja tersedia (WKT) dokter umum dalam setahun 2. Komponen beban kerja dokter umum Aktivitas Utama Aktivitas penunjang Aktifitas tambahan 3. Jumlah kunjungan/pasien selama setahun Proses Analisis beban kerja menggunakan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian Output 1. Beban kerja dokter umum di puskesmas seKota Denpasar 2. Kebutuhan tenaga dokter umum di puskesmas seKota Denpasar 3. Distribusi dokter umum di puskesmas seKota Denpasar BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 11 puskesmas se-Kota Denpasar dengan waktu pelaksanaan mulai bulan Oktober 2014 s/d Maret 2015. 4.3 Penentuan Sumber Data Sampel penelitian adalah total populasi dimana semua tenaga dokter umum fungsional yang berjumlah 34 orang di puskesmas se-Kota Denpasar menjadi sampel penelitian sehingga tidak diperlukan teknik pengambilan sampel. Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang didapat dari hasil wawancara dan observasi langsung terhadap aktifitas kegiatan dari masing-masing dokter umum serta analisa dari data sekunder. 4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Mengacu pada pedoman dari WISN WHO tahun 2010, terdapat beberapa variabel yang dianalisa. 24 25 Tabel 4. 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Satuan Kategori/Nilai Skala Hari Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Waktu kerja tersedia (WKT) Waktu kerja selama setahun untuk tenaga kesehatan dokter umum dalam melaksanakan pekerjaaanya dengan mempertimbangkan daftar hadir resmi dan sah. - Hasil persetujuan dalam workshop Nominal Komponen beban kerja Jenis aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dokter umum dalam sehari-hari meliputi aktivitas utama, penunjang dan tambahan. Kegiatan yang berhubungan dengan layanan kesehatan dari semua tenaga kesehatan dokter umum yang secara rutin dicatat dalam satistik tahunan antara lain pemeriksaan pasien umum (anamnesa, pemeriksaan, pencatatan rekam medis, tidak termasuk pemeriksaan tensi, suhu, berat badan), melakukan visite pasien rawat inap, melakukan tindakan medis kecil, konsultasi, dan konseling. Menit Hasil pengukuran dengan stopwatch Nominal Aktivitas Utama 26 Lanjutan tabel 4.1 Variabel Aktivitas penunjang Aktifitas tambahan Definisi Operasional Satuan Kategori/Nilai Skala Kegiatan penting yang mendukung pelayanan kesehatan dari semua tenaga kesehatan dokter umum, tetapi tidak dicatat secara rutin dalam statistik tahunan antara lain mengikuti pertemuan rutin puskesmas, melakukan kunjungan sulinggih, tim P3K, skrining anak sekolah, imunisasi anak sekolah, surveilan lapangan, kunjungan pasien (TBC/kusta/jiwa/gizi buruk), penyuluhan, mobile VCT, dan kegiatan posyandu atau posbindu. Jam Data sekunder kegiatan penunjang dokter umum Nominal Kegiatan yang tidak dikerjakan oleh semua tenaga kesehatan dokter umum dan tidak dicatat secara rutin dalam statistik tahunan antara lain supervisi pustu, mengikuti seminar/ pelatihan, dan mengerjakan administrasi umum (BOK / JKN / JKBM ). Jam Data sekunder kegiatan tambahan dokter umum Nominal 27 Lanjutan tabel 4.1 Variabel Kategori/Nilai Skala Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Aktivitas standar Waktu yang dibutuhkan Kegiatan oleh tenaga kesehatan per dokter umum yang satuan sudah terlatih, terampil, waktu dan termotivasi untuk (menit mengerjakan atau pekerjaannya sesuai jam) dengan kondisi tempat kerjanya. Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Standar beban kerja Jumlah kegiatan yang Kegiatan terdapat dalam per komponen beban kerja satuan layanan kesehatan yang waktu dapat dikerjakan oleh (menit tenaga kesehatan dokter atau umum dalam waktu jam) setahun. Faktor yang digunakan Kegiatan untuk menghitung per kebutuhan tenaga satuan kesehatan dokter umum waktu dalam melaksanakan (menit kegiatan yang secara atau rutin tidak dicatat dalam jam) statistik tahunan yaitu aktivitas penunjang dan aktivitas tambahan. Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Jumlah tenaga kesehatan dokter umum yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan menggunakan WISN terhadap tiga jenis komponen beban kerja. Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Faktor kelonggaran Kebutuhan tenaga Definisi Operasional Satuan Jumlah dokter 28 4.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pedoman observasi, stopwatch, serta formulir pencatatan untuk data sekunder. 4.6 Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif yang dilakukan dengan beberapa langkah. 4.6.1 Workshop dengan tenaga kesehatan dokter umum Langkah awal dari penelitian ini adalah dengan melakukan workshop dengan tenaga kesehatan dokter umum fungsional dari seluruh puskesmas se-Kota Denpasar untuk merumuskan data-data terkait penelitian. Workshop dilaksanakan selama sehari pada Hari Sabtu, tanggal 13 Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. Pertemuan untuk merumuskan waktu kerja yang tersedia per tahun dan komponen beban kerja atau aktivitas untuk tiap kategori dokter umum. Lebih lanjut tentang kegiatan ini dapat di lihat pada lampiran. 4.6.2 Workshop dengan tenaga observer Tenaga observer yang direkrut sebanyak enam orang dan selanjutnya dijelaskan tentang pengantar metode WISN, jenis kegiatan dari dokter umum yang diobservasi (komponen beban kerja dokter umum), serta cara melakukan observasi. Workshop dilaksanakan selama sehari pada Hari Selasa, tanggal 22 29 Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. Lebih lanjut tentang kegiatan ini dapat dilihat pada lampiran. 4.6.3 Observasi (work sampling) Kegiatan selanjutnya adalah melakukan observasi ke masingmasing puskesmas untuk memvalidasi data hasil workshop. Pengukuran gerak dan waktu aktivitas masing-masing tenaga dokter umum dengan menggunakan alat stopwatch dan pedoman observasi dilakukan oleh tenaga pengamat. Observasi dilaksanakan sebanyak tiga kali per puskesmas dengan memilih variasi kunjungan puskesmas mulai hari dengan kunjungan tertinggi (Hari Senin), sedang (Hari Rabu), dan juga hari dengan kunjungan terendah (Hari Jumat). Waktu rata-rata yang didapat untuk setiap aktivitas sesuai komponen beban kerja yang dapat diobservasi dijadikan sebagai standar waktu dalam penghitungan beban kerja dengan menggunakan software WISN dan akan dijadikan sebagai standar waktu khusus bagi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar. 4.6.4 Pengumpulan Data Sekunder Langkah berikutnya adalah melakukan pengumpulan data sekunder dengan melihat laporan kunjungan pasien, buku rencana kerja pegawai, daftar kehadiran, dan dokumen terkait lainnya. 30 4.7 Analisis Data Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software WISN English Version 1.1.132.0. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kota Denpasar a. Geografi Kota Denpasar terletak pada posisi 08035‘31‖ sampai 08044‘49‖ Lintang Selatan dan 115000‘23‖ sampai 115016‘27‖ Bujur Timur dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Wilayah Kota Denpasar berbatasan langsung dengan dua Kabupaten di Bali. Batas Utara : Kabupaten Badung Batas Selatan : Kabupaten Badung Batas Barat : Kabupaten Badung Batas Timur : Kabupaten Gianyar Luas wilayah Kota Denpasar 127,78 km2 atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Kota Denpasar terdiri dari empat kecamatan, terdiri dari 27 desa dan 16 kelurahan dengan 405 dusun atau banjar terbagi dalam 35 Desa Pekraman. Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari enam kelurahan dan empat desa, Denpasar Timur empat kelurahan dan tujuh desa, Denpasar Barat tiga kelurahan dan delapan desa dan Kecamatan Denpasar Utara tiga kelurahan dan delapan desa (Disdukcapil, 2015). b. Kependudukan Berdasarkan data kependudukan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Denpasar tahun 2015, jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun 31 32 2014 berjumlah 729.024 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 366.558 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 362.566 jiwa. Kecamatan Denpasar Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu 210.200 jiwa atau 28% dari seluruh penduduk Kota Denpasar, diikuti Denpasar Selatan 198.495 jiwa (27%), Denpasar Utara 182.447 jiwa (25%) dan Denpasar Timur 137.882 jiwa (18%). Dilihat dari kepadatan penduduk Kota Denpasar dibandingkan luas wilayahnya, Kecamatan Denpasar Barat merupakan wilayah dengan penduduk terpadat 8.711,14/Km2, dan Kecamatan Denpasar Selatan dengan kepadatan terendah yaitu 3970,69/Km2 (Disdukcapil Kota Denpasar, 2015). Sex rasio penduduk Kota Denpasar adalah 101,13 artinya penduduk laki-laki 0,6% lebih banyak dari penduduk perempuan. 5.2 Karakteristik Peserta Workshop Workshop dilaksanakan dua tahap yaitu tahap pertama untuk dokter umum dan tahap kedua untuk tenaga observer. Workshop dilaksanakan masing-masing pada tanggal 13 Desember 2015 dan tanggal 22 Desember 2015 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. Peserta workshop dokter umum hanya diikuti oleh 10 orang dari perwakilan puskesmas, dimana satu puskesmas tidak hadir karena tidak ada tenaga dokter saat itu. Worskhop tenaga observer melibatkan enam orang tenaga dari Center of Public Health Innovation (CPHI), Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), Universitas Udayana. Tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi subyek berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar peserta workshop berjenis kelamin perempuan sebanyak delapan 33 orang (80%). Sedangkan berdasarkan distribusi umur, sebagian besar umur peserta 25-34 tahun sebanyak tujuh orang (70%). Karakteristik peserta dilihat dari lama bekerja, hampir semua peserta memiliki lama bekerja selama 5-10 tahun sebanyak delapan orang (80%). Tabel 5. 1 Karakteristik Peserta Workshop Dokter Umum Karakteristik Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Umur <25 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun >55 tahun Lama Bekerja <5 tahun 5-10 tahun 11-15 tahun > 16 tahun Jumlah (f) % 8 2 80 20 0 7 2 1 0 0 70 20 10 0 1 8 0 1 10 80 0 10 5.3 Waktu Kerja yang Tersedia (WKT) Pelaksanaan workshop dokter umum telah menyepakati waktu kerja setahun adalah 52 minggu, enam hari kerja, dan waktu kerja perhari adalah 5,8 jam. Waktu kerja setahun ini dikurangi dengan hari libur nasional dan daerah, daftar absensi dokter umum (cuti, ijin, sakit, dan tanpa keterangan), serta meninggalkan tugas karena mengikuti pelatihan/ dinas luar. 34 5.4 Komponen Beban Kerja Dokter Umum Puskesmas dari Hasil Workshop Isu komponen beban kerja dokter umum yang dibahas mengacu kepada Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dokter umum yang mulai berlaku semenjak tahun 2014 (BKN, 2013). Dokter umum peserta workshop menyatakan bahwa seluruh SKP dokter umum sebagai komponen beban kerja sedapat mungkin dihitung menggunakan metode WISN. Daftar komponen beban kerja hasil diskusi dan waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas dari komponen beban kerja dapat dilihat pada tabel 5.2. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa komponen beban kerja pada kegiatan penunjang paling banyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya yaitu sebanyak 10 komponen beban kerja. Pada kegiatan pelayanan utama komponen beban kerja sebanyak lima komponen, sedangkan kegiatan tambahan sebanyak tiga komponen beban kerja. 35 Tabel 5. 2 Komponen Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Kategori Staf Dokter Umum Kelompok Beban Kerja 1. Kegiatan pelayanan kesehatan utama Komponen Beban Kerja Rata-Rata Waktu ( Menit atau Jam) Kasus lama : 3 menit a. Pelayanan pasien Ananmnesa Kasus Baru : 5 menit Pemeriksaan fisik Pencatatan b. KIE/konsultasi 5 menit c. Tindakan medis kecil (insisi, 15 menit hecting, ektraksi kuku, eksplorasi) d. Visite pasien 10 menit e. Konseling HIV/KBM 20 menit a. 2. Kegiatan b. penunjang c. (semua staf , d. catatan-) e. f. g. h. i. j. Pertemuan ( rapat rutin pusk ) Kunjungan rumah (sulinggih) P3K/safari kesehatan Imunisasi anak sekolah Surveilans lapangan (campak) Kunjungan lapangan (PPTI, gizi buruk, kusta, jiwa) Skrining anak sekolah Penyuluhan Mobile VCT Posyandu paripurna/ posbindu 3. Kegiatan a. Supervisi pustu tambahan b. Mengikuti seminar/ pelatihan (beberapa staf, c. Administrasi umum catatan-) 2 jam 3 jam 6 jam 3 jam 1 jam 2 jam 3 jam 2 jam 3 jam 3 jam 2 jam 6 jam 2 jam per minggu 5.5 Pelaksanaan Observasi Pelaksanaan observasi dimulai pada tanggal 5 Januari 2015 selama dua minggu setiap Hari Senin, Rabu, dan Jumat. Gambaran rata-rata waktu setiap aktivitas komponen beban kerja dapat dilihat pada tabel 5.3. 36 Tabel 5. 3 Perbandingan Rata-Rata Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Utama Hasil Kesepakatan Workshop dengan Hasil Observasi Langsung Kategori Staf : Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Rata-Rata Waktu Rata-Rata Waktu Kegiatan Pelayanan Berdasarkan Hasil Berdasarkan Hasil Kesehatan Utama Workshop Observasi (Menit) (Menit) Pemeriksaan Pasien 3 3 Lama Pemeriksaan Pasien 5 4 Baru Tindakan Medis Kecil 15 10 Visite Pasien 10 6 Konseling HIV/KBM 20 25 Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat rata-rata waktu yang dihasilkan setiap kegiatan pelayanan utama dari hasil observasi langsung terdapat perbedaan dengan hasil yang disepakati dalam pertemuan workshop. Rata-rata waktu kegiatan yang berbeda yaitu kegiatan pemeriksaan pasien baru, tindakan medis dan visite pasien. Pada kegiatan pemeriksaan pasien baru seorang dokter rata-rata waktu yang dibutuhkan sesuai kesepakatan dari workshop yaitu selama lima menit, namun rata-rata waktu yang didapat dari hasil observasi langsung lebih cepat yaitu selama empat menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk melakukan konseling HIV ataupun konseling berhenti merokok lebih lama dari waktu yang disepakati saat workshop yaitu menjadi 25 menit setiap pasiennya. Data diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan dan teknik observasi sudah sesuai prosedur penelitian karena hasil observasi tidak jauh berbeda dengan hasil workshop. Berarti dokter umum tidak mengetahui sepenuhnya jika mereka diobservasi dan mereka sudah melakukan aktivitas pelayanan sesuai standar 37 prosedur, karena rata-rata waktu pelaksanaan kegiatan hampir sama dengan waktu yang disepakati saat workshop. 5.6 Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Jumlah dokter umum yang diobservasi dan wawancara pada penelitian ini berjumlah 34 dokter. Pada tabel karakteristik tenaga dokter umum fungsional di puskesmas se-Kota Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tenaga dokter umum berada pada kelompok umur 35-44 tahun yaitu sebanyak 21 dokter (61,8 %). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 25 dokter umum (73,5%). Hampir semua dokter umum adalah PNS yaitu sebanyak 33 dokter umum (97,1%) dan satu dokter umum dengan status pegawai kontrak. Berdasarkan lama bekerja, sebanyak 19 dokter umum (55,9%) sudah bekerja selama 6-10 tahun. Karakteristik program yang dipegang, sebanyak 23 dokter umum (51,1%) adalah sebagai koordinator program seperti koordinator program P2M, KIA, anak, kesehatan kerja, KB, gizi, lansia, kesehatan lingkungan, pelayanan publik, promosi kesehatan, dan klinik KTR. Selain praktek di puskesmas sebanyak 20 dokter (58,8%) memiliki praktek mandiri dan 14 dokter (41,2%) tidak memiliki praktek mandiri. 38 Tabel 5. 4 Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Karakteristik Umur 26-34 th 35-44 th 45-54 th >55 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Status Pegawai PNS Kontrak Lama bekerja <5 th 6-10 th 11-15 th >15 th Program yang dipegang Koordinator program Bendahara BOK Bendahara JKN Bendahara JKBM Lain-lain Tidak ada Praktek mandiri Ya Tidak Denpasar Timur F % Kecamatan Denpasar Denpasar Barat Utara F % F % Denpasar Selatan F % F % 1 3 0 2 16,7 50 0 33,3 3 3 0 0 50 50 0 0 1 6 1 2 11,1 60 11,1 22,2 3 9 0 0 23,1 75 0 0 8 21 1 4 23,5 61,8 2,9 11,8 5 1 83,3 16.7 5 1 83,3 16.7 8 2 80 20 7 5 58,3 41,7 25 9 73,5 26,5 6 0 100 0 6 0 100 0 9 1 90 10 12 0 100 0 33 1 97,1 2,9 2 3 0 1 33,3 50 0 16.7 2 4 0 0 33,3 66.7 0 0 2 5 0 3 20 50 0 30 3 7 1 1 25 58,3 8,3 8,3 9 19 1 5 26,5 55,9 2,9 14,7 4 57,1 3 33,3 7 53,8 9 56,3 23 51,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7,7 1 1 1 6,.3 6,3 6,3 1 1 2 2,2 2,2 4,4 3 0 42,9 0 5 1 55,6 11.1 5 0 38,5 0 3 1 18,8 6,3 16 2 35,6 4,4 4 2 66,7 33,3 2 4 33,3 66,7 7 3 70 30 7 5 58,3 41,7 20 14 58,8 41,2 Total 39 5.7 Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar 1. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas I Denpasar Timur Tabel 5. 5 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 48 37 0 15 212 1229 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas I Denpasar Timur yaitu 212 hari/tahun atau 1229 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. Tabel 5.6 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Timur. Didapat hasil total kebutuhan staf untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 2,22 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 2,56 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,72 sama dengan 6,41 dibulatkan menjadi enam. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Timur yaitu enam orang. 40 Tabel 5. 6 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1229 jam/tahun Beban Beban Tenaga yang Kerja Kerja Dibutuhkan Setahun Standar Kegiatan a. Pemeriksaan pasien baru 13.906 18.442,2 0,75 Pelayanan b. Pemeriksaan pasien lama 31.939 24.589,6 1,3 Utama c. Tindakan medis kecil 118 7.376,88 0,02 d. Visite pasien 369 12.294,8 0,03 e. Konseling HIV/KBM 460 3.688,44 0,12 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama 2,22 Beban Standar Kerja Kelonggaran (jam/tahun) Kategori a. Pertemuan (rapat rutin puskesmas) 24 0,02 b. Kunjungan rumah (sulinggih) 6 0 c. P3K/safari kesehatan 72 0,06 Kegiatan d. Imunisasi anak sekolah 384 0,31 Penunjang e. Surveilans lapangan (campak) 0 0 f. Kunjungan lapangan 16 0,01 g. Skrining anak sekolah 12 0,01 h. Penyuluhan 176 0,14 i. Mobile VCT 12 0,01 j. Posyandu paripurna/ posbindu 60 0,05 Total Kegiatan Penunjang 0,61 B. Faktor Kelonggaran Kategori 2,56 Standar Beban Kerja Kelonggaran Individu Kegiatan Tambahan a. Supervisi pustu 108 108 b. Seminar/pelatihan 90 360 c. Administrasi umum 4 416 Total Standar Kelonggaran Individu 884 C. Faktor Kelonggaran Individu 0,72 (AxB)+C 6,41 41 Tabel 5. 7 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 Jumlah yang Ada 4 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 6 -2 Kekurangan Rasio WISN 0,62 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.7, Puskesmas I Denpasar Timur kekurangan dua orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas I Denpasar Timur berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,62). 2. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas II Denpasar Timur Tabel 5. 8 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 30 37 0 8 237 1375 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun Berdasarkan tabel 5.8, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas II Denpasar Timur yaitu 237 hari/tahun atau 1375 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. 42 Tabel 5. 9 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1375 jam/tahun Beban Beban Kerja Kerja Setahun Standar Kegiatan a. Pemeriksaan pasien baru 13.003 20.619 Pelayanan b. Pemeriksaan pasien lama 20.683 27.492 Utama c. Tindakan medis kecil 49 4123,8 d. Visite pasien 0 0 e. Konseling HIV/KBM 215 4123,8 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) a. Pertemuan (rapat rutin 48 puskesmas) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 36 Kegiatan c. P3K/safari kesehatan 240 Penunjang d. Imunisasi anak sekolah 66 e. Surveilans lapangan ( campak) 0 f. Kunjungan lapangan 2 g. Skrining anak sekolah 138 h. Penyuluhan 14 i. Mobile VCT 0 j. Posyandu paripurna/ posbindu 12 Total Kegiatan Penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Beban Kerja Kegiatan Tambahan a. Supervisi pustu 0 b. Seminar/pelatihan 48 c. Administrasi umum 4 Total Standar Kelonggaran Individu C. Faktor Kelonggaran Individu (AxB)+C Tenaga yang Dibutuhkan 0,63 0,75 0,05 0 0,05 1,44 Standar Kelonggaran Kategori 0,03 0,03 0,17 0,05 0 0 0,1 0,01 0 0,01 0,4 1,67 Standar Kelonggaran Individu 0 96 416 512 0,37 2,77 Tabel 5.9 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas II Denpasar Timur. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 1,44 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 43 1,67 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,37 sama dengan 2,77 dibulatkan menjadi tiga. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas II Denpasar Timur yaitu tiga orang. Tabel 5. 10 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014 Jumlah yang Ada 2 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 3 -1 Kekurangan Rasio WISN 0,72 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.10, Puskesmas II Denpasar Timur kekurangan satu orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas II Denpasar Timur berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,72). 3. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas I Denpasar Barat Tabel 5. 11 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti Tahunan, Ijin, Dinas Luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 16 37 6 19 234 1375 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun Berdasarkan tabel 5.11, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas I Denpasar Barat yaitu 234 hari/tahun atau 1375 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun 44 dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. Tabel 5. 12 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1375 jam/tahun Beban Beban Kerja Kerja Setahun Standar Kegiatan a. Pemeriksaan pasien baru 19.533 20.358 Pelayanan b. Pemeriksaan pasien lama 13.252 27.144 Utama c. Tindakan medis kecil 129 8143,2 d. Visite pasien 0 0 e. Konseling HIV/KBM 213 3257,28 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) Kegiatan Penunjang a. Pertemuan (rapat rutin 24 puskesmas) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 18 c. P3K/safari kesehatan 24 d. Imunisasi anak sekolah 60 e. Surveilans lapangan (campak) 2 f. Kunjungan lapangan 18 g. Skrining anak sekolah 189 h. Penyuluhan 82 i. Mobile VCT 0 j. Posyandu paripurna/ posbindu 12 Total Kegiatan Penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Beban Kerja Kegiatan Tambahan a. Supervisi pustu 0 b. Seminar/pelatihan 72 c. Administrasi umum 0 Total Standar Kelonggaran Individu C. Faktor Kelonggaran Individu (AxB)+C Tenaga yang Dibutuhkan 0,96 0,49 0,02 0 0,07 1,54 Standar Kelonggaran Kategori 0,02 0,01 0,02 0,04 0 0,01 0,14 0,06 0 0,01 0,31 1,45 Standar Kelonggaran Individu 0 144 0 144 0,11 2,34 45 Tabel 5.12 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Barat. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 1,54 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 1,45 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,11 sama dengan 2,34 dibulatkan menjadi tiga. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Barat yaitu tiga orang. Tabel 5. 13 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 Jumlah yang Ada 2 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 3 -1 Kekurangan Rasio WISN 0,85 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.13, Puskesmas I Denpasar Barat kekurangan satu orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas I Denpasar Barat berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,85). 4. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas II Denpasar Barat Tabel 5. 14 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 24 37 3 15 233 1351 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun 46 Berdasarkan tabel 5.14, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas II Denpasar Barat yaitu 233 hari/tahun atau 1351 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. Tabel 5.15 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas II Denpasar Barat. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 2,65 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 2,63 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,96 sama dengan 7,93 dibulatkan menjadi delapan. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Barat yaitu delapan orang. 47 Tabel 5. 15 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1351 jam/tahun Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja Setahun Beban Kerja Standar a. Pemeriksaan pasien baru 17.356 20.269,2 b. Pemeriksaan pasien lama 34.550 27.025,6 c. Tindakan medis kecil 362 8.107,68 d. Visite pasien 373 13.512,8 e. Konseling HIV/KBM 1419 3.243,07 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) Kegiatan Penunjang a. Pertemuan (rapat rutin 24 puskesmas) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 9 c. P3K/safari kesehatan 72 d. Imunisasi anak sekolah 129 e. Surveilans lapangan (campak) 2 f. Kunjungan lapangan 10 g. Skrining anak sekolah 117 h. Penyuluhan 88 i. Mobile VCT 138 j. Posyandu paripurna/ posbindu 228 Total kegiatan penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Beban Kerja Kegiatan Tambahan a. Supervisi pustu 0 b. Seminar/pelatihan 90 c. Administrasi umum 6 Total Standar Kelonggaran Individu C. Faktor Kelonggaran Individu (AxB)+C Tenaga yang Dibutuhkan 0,86 1,28 0,04 0,03 0,44 2,65 Standar Kelonggaran Kategori 0,02 0,01 0,05 0,1 0 0,01 0,09 0,07 0,1 0,17 0,62 2,63 Standar k Kelonggaran Individu 0 360 936 1296 0,96 7,93 48 Tabel 5. 16 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 Jumlah yang Ada 4 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 8 -4 Kekurangan Rasio WISN Tekanan Beban Kerja 0,5 Tinggi Berdasarkan tabel 5.16, Puskesmas II Denpasar Barat kekurangan empat orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas II Denpasar Timur berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,5). 5. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas I Denpasar Utara Tabel 5. 17 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 30 37 0 4 241 1398 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun Berdasarkan tabel 5.17, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas I Denpasar Utara yaitu 241 hari/tahun atau 1398 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. 49 Tabel 5. 18 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1398 jam/tahun Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja Setahun Beban Kerja Standar a. Pemeriksaan pasien baru 15.049 20.968,8 b. Pemeriksaan pasien lama 16.121 27.958,4 c. Tindakan medis kecil 947 8387,52 d. Visite pasien 0 0 e. Konseling HIV/KBM 657 3.355,01 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) Kegiatan Penunjang Kegiatan Tambahan a. Pertemuan 8 ( rapat rutin puskesmas ) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 36 c. P3K/safari kesehatan 390 d. Imunisasi anak sekolah 144 e. Surveilans lapangan (campak) 3 f. Kunjungan lapangan 31 g. Skrining anak sekolah 150 h. Penyuluhan 136 i. Mobile VCT 9 j. Posyandu paripurna/ posbindu 3 Total Kegiatan Penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Tenaga yang Dibutuhkan 0,72 0,58 0,11 0 0,2 1,61 Standar Kelonggaran Kategori 0,01 0,03 0,28 0,1 0 0,02 0,11 0,1 0,01 0 0,66 2,94 Standar Beban Kerja Kelonggaran Individu a. Supervisi pustu 0 0 b. Seminar/pelatihan 24 72 c. Administrasi umum 0 0 Total Standar Kelonggaran Individu 72 C. Faktor Kelonggaran Individu 0,05 (AxB)+C 4,79 50 Tabel 5.18 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Utara. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 1,61 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 2,94 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,05 sama dengan 4,79 dibulatkan menjadi lima. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Utara yaitu lima orang. Tabel 5. 19 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 Jumlah yang Ada 3 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 5 -2 Kekurangan Rasio WISN 0,63 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.19,Puskesmas I Denpasar Utara kekurangan dua orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas I Denpasar Utara berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,63). 6. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas II Denpasar Utara Tabel 5. 20 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 26 37 0 36 213 1235 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun 51 Berdasarkan tabel 5.20, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas II Denpasar Utara yaitu 213 hari/tahun atau 1235 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. 52 Tabel 5. 21 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1235 jam/tahun Beban Beban Kerja Kerja Setahun Standar Kegiatan a. Pemeriksaan pasien baru 11.320 18.531 Pelayanan b. Pemeriksaan pasien lama 29.061 24.708 Utama c. Tindakan medis kecil 108 7.412,4 d. Visite pasien 0 0 e. Konseling HIV/KBM 0 0 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) Kegiatan Penunjang a. Pertemuan (rapat rutin 24 puskesmas) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 27 c. P3K/safari kesehatan 258 d. Imunisasi anak sekolah 132 e. Surveilans lapangan (campak) 0 f. Kunjungan lapangan 0 g. Skrining anak sekolah 225 h. Penyuluhan 28 i. Mobile VCT 24 j. Posyandu paripurna/ posbindu 12 Total Kegiatan Penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Beban Kerja Kegiatan Tambahan a. Supervisi pustu 0 b. Seminar/pelatihan 36 c. Administrasi umum 0 Total Standar Kelonggaran Individu C. Faktor Kelonggaran Individu (AxB)+C Tenaga yang Dibutuhkan 0,61 1,18 0,01 0 0 1,8 Standar Kelonggaran Kategori 0,02 0,02 0,21 0,11 0 0 0,18 0,02 0,02 0,01 0,59 2,44 Standar Kelonggaran Individu 0 108 0 108 0,09 4,48 Tabel 5.21 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas II Denpasar Utara. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk 53 kegiatan pelayanan utama yaitu 1,8 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 2,44 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,09 sama dengan 4,48 dibulatkan menjadi lima. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas II Denpasar Utara yaitu lima orang. Tabel 5. 22 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 Jumlah yang Ada 3 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 5 -2 Kekurangan Rasio WISN 0,67 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.22, Puskesmas II Denpasar Utara kekurangan dua orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas II Denpasar Utara berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,67). 7. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas III Denpasar Utara Tabel 5. 23 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 34 37 3 30 208 1207 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun Berdasarkan tabel 5.23, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas III Denpasar Utara yaitu 208 hari/tahun atau 1207 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun 54 dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. Tabel 5.24 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas III Denpasar Utara. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 1,93 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 1,89 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,78 sama dengan 4,42 dibulatkan menjadi lima. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas III Denpasar Utara yaitu lima orang. 55 Tabel 5. 24 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1207 jam/tahun Beban Beban Tenaga yang Kerja Kerja Dibutuhkan Setahun Standar Kegiatan 9.469 18.097,8 0,52 Pelayanan a. Pemeriksaan pasien baru b. Pemeriksaan pasien lama 32.312 24.130,4 1,34 Utama c. Tindakan medis kecil 137 7.239,12 0,02 d. Visite pasien 0 0 0 e. Konseling HIV/KBM 159 2.895,65 0,05 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama 1,93 Standar Beban Kerja Kelonggaran (jam/tahun) Kategori a. Pertemuan (rapat rutin puskesmas) 24 0,02 b. Kunjungan rumah (sulinggih) 33 0,03 c. P3K/safari kesehatan 186 0,15 Kegiatan d. Imunisasi anak sekolah 90 0,07 Penunjang e. Surveilans lapangan (campak) 0 0 f. Kunjungan lapangan 20 0,02 g. Skrining anak sekolah 76 0,06 h. Penyuluhan 100 0,08 i. Mobile VCT 12 0,01 j. Posyandu paripurna/ posbindu 42 0,03 Total Kegiatan Penunjang 0,47 B. Faktor Kelonggaran Kategori 1,89 Kegiatan Tambahan Standar Beban Kerja Kelonggaran Individu a. Supervisi pustu 28 84 b. Seminar/pelatihan 180 540 c. Administrasi umum 2 312 Total Standar Kelonggaran Individu 936 C. Faktor Kelonggaran Individu 0,78 (AxB)+C 4,42 56 Tabel 5. 25 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 Jumlah yang Ada 4 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 5 -1 Kekurangan Rasio WISN 0,9 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.25, Puskesmas III Denpasar Utara kekurangan satu orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas III Denpasar Utara berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,9). 8. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas I Denpasar Selatan Tabel 5. 26 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 35 37 3 20 217 1259 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun Berdasarkan tabel 5.26, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas I Denpasar Selatan yaitu 217 hari/tahun atau 1259 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. 57 Tabel 5. 27 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1259 jam/tahun Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja Setahun Beban Kerja Standar a. Pemeriksaan pasien baru 5.235 18.880,8 b. Pemeriksaan pasien lama 24.140 25.174,4 c. Tindakan medis kecil 218 7.552,32 d. Visite pasien 0 0 e. Konseling HIV/KBM 0 0 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) Kegiatan Penunjang a. Pertemuan (rapat rutin 48 puskesmas) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 60 c. P3K/safari kesehatan 150 d. Imunisasi anak sekolah 111 e. Surveilans lapangan (campak) 0 f. Kunjungan lapangan 36 g. Skrining anak sekolah 111 h. Penyuluhan 64 i. Mobile VCT 0 j. Posyandu paripurna/ posbindu 120 Total Kegiatan Penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Beban Kerja Kegiatan Tambahan a. Supervisi pustu 72 b. Seminar/pelatihan 60 c. Administrasi umum 6 Total Standar Kelonggaran Individu C. Faktor Kelonggaran Individu (AxB)+C Tenaga yang Dibutuhkan 0,28 0,96 0,03 0 0 1,27 Standar Kelonggaran Kategori 0,04 0,05 0,12 0,09 0 0,03 0,09 0,05 0 0,1 0,57 2,33 Standar Kelonggaran Individu 216 180 936 1332 1,06 4,01 58 Tabel 5.27 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Selatan. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 1,27 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 2,33 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 1,06 sama dengan 4,01 dibulatkan menjadi empat. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Selatan yaitu empat orang. Tabel 5. 28 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 Jumlah yang Ada 3 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 4 -1 Kekurangan Rasio WISN 0,75 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.28, Puskesmas I Denpasar Selatan kekurangan satu orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas I Denpasar Selatan berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,75). 9. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas II Denpasar Selatan Tabel 5. 29 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 36 37 0 25 214 1241 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun 59 Berdasarkan tabel 5.29, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu 214 hari/tahun atau 1241 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. Tabel 5.30 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas II Denpasar Selatan. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 1,36 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 2,08 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,44 sama dengan 3,28 dibulatkan menjadi tiga. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas II Denpasar Selatan yaitu tiga orang. 60 Tabel 5. 30 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1241 jam/tahun Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja Setahun Beban Kerja Standar a. Pemeriksaan pasien baru 18.970 18.619,8 b. Pemeriksaan pasien lama 6.470 24.826,4 c. Tindakan medis kecil 503 7.447,92 d. Visite pasien 0 0 e. Konseling HIV/KBM 39 2.979,17 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) Kegiatan Penunjang Kegiatan Tambahan a. Pertemuan (rapat rutin 96 puskesmas) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 72 c. P3K/safari kesehatan 246 d. Imunisasi anak sekolah 90 e. Surveilans lapangan (campak) 0 f. Kunjungan lapangan 2 g. Skrining anak sekolah 39 h. Penyuluhan 10 i. Mobile VCT 51 j. Posyandu paripurna/ posbindu 33 Total Kegiatan Penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Tenaga yang Dibutuhkan 1,02 0,26 0,07 0 0,01 1,36 Standar Kelonggaran Kategori 0,08 0,06 0,2 0,07 0 0 0,03 0,01 0,04 0,03 0,52 2,08 Standar Beban Kerja Kelonggaran Individu a. Supervisi pustu 24 24 b. Seminar/pelatihan 56 112 c. Administrasi umum 4 416 Total Standar Kelonggaran Individu 552 C. Faktor Kelonggaran Individu 0,44 (AxB)+C 3,28 61 Tabel 5. 31 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 Jumlah yang Ada 2 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 3 -1 Kekurangan Rasio WISN 0,61 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.31, Puskesmas II Denpasar Selatan kekurangan satu orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas II Denpasar Selatan berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,61). 10. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas III Denpasar Selatan Tabel 5. 32 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 36 37 2 27 210 1218 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun Berdasarkan tabel 5.32, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas III Denpasar Selatan yaitu 210 hari/tahun atau 1218 jam/tahun. Hasil perhitungan tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. 62 Tabel 5. 33 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1218 jam/tahun Beban Beban Kerja Kerja Setahun Standar Kegiatan a. Pemeriksaan pasien baru 9.946 18.270 Pelayanan b. Pemeriksaan pasien lama 10.689 24.360 Utama c. Tindakan medis kecil 120 7.308 d. Visite pasien 0 0 e. Konseling HIV/KBM 14 2.923,2 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) a. Pertemuan 24 ( rapat rutin puskesmas ) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 12 c. P3K/safari kesehatan 198 Kegiatan d. Imunisasi anak sekolah 0 Penunjang e. Surveilans lapangan (campak) 0 f. Kunjungan lapangan 24 g. ( PPTI, gizi buruk, kusta, jiwa ) h. Skrining anak sekolah 42 i. Penyuluhan 60 j. Mobile VCT 0 k. Posyandu paripurna/ posbindu 369 Total Kegiatan Penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Beban Kerja Kegiatan Tambahan a. Supervisi pustu 16 b. Seminar/pelatihan 72 c. Administrasi umum 2 Total Standar Kelonggaran Individu C. Faktor Kelonggaran Individu (AxB)+C Tenaga yang Dibutuhkan 0,54 0,44 0,02 0 0 1 Standar Kelonggaran Kategori 0,02 0,01 0,16 0 0 0,02 0,03 0,05 0 0,3 0,59 2,44 Standar Kelonggaran Individu 32 144 104 280 0,23 2,67 Tabel 5.33 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas III Denpasar Selatan. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk 63 kegiatan pelayanan utama yaitu 1 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 2,44 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,23 sama dengan 2,67 dibulatkan menjadi tiga. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas III Denpasar Selatan yaitu tiga orang. Tabel 5. 34 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 Jumlah yang Ada 2 Jumlah Kekurangan Masalah yang dan Tenaga Dibutuhkan Kelebihan Kerja 3 -1 Kekurangan Rasio WISN 0,75 Tekanan Beban Kerja Tinggi Berdasarkan tabel 5.34, puskesmas III Denpasar Selatan kekurangan satu orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di puskesmas III Denpasar Selatan berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,75). 11. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tabel 5. 35 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014 Faktor Hari Kerja Waktu kerja Cuti tahunan, ijin, dinas luar Hari libur nasional dan daerah Sakit Pelatihan/seminar Hari kerja tersedia Waktu kerja tersedia Jumlah 6 5,8 24 37 3 27 221 1282 Ket Hari/Minggu Jam/Hari Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Hari/Tahun Jam/Tahun Berdasarkan tabel 5.35, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas IV Denpasar Selatan yaitu 221 hari/tahun atau 1282 jam/tahun. Hasil perhitungan 64 tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah, sakit, dan pelatihan/seminar. Tabel 5.36 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum di Puskesmas IV Denpasar Selatan. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 2,95 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 1,75 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 1,93 sama dengan 7,11 dibulatkan menjadi tujuh. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas IV Denpasar Selatan yaitu tujuh orang. 65 Tabel 5. 36 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014 Kategori Tenaga : Dokter Umum WKT : 1282 jam/tahun Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja Setahun Beban Kerja Standar a. Pemeriksaan pasien baru 22.806 19.225,2 b. Pemeriksaan pasien lama 39.811 25.633,6 c. Tindakan medis kecil 1.216 7.690,08 d. Visite pasien 534 12.816,8 e. Konseling HIV/KBM 22 3.845,04 A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama Beban Kerja (jam/tahun) Kegiatan Penunjang a. Pertemuan (rapat rutin 24 puskesmas) b. Kunjungan rumah (sulinggih) 3 c. P3K/safari kesehatan 180 d. Imunisasi anak sekolah 45 e. Surveilans lapangan (campak) 3 f. Kunjungan lapangan 36 g. Skrining anak sekolah 48 h. Penyuluhan 92 i. Mobile VCT 9 j. Posyandu paripurna/ posbindu 99 Total Kegiatan Penunjang B. Faktor Kelonggaran Kategori Beban Kerja Kegiatan Tambahan Tenaga yang Dibutuhkan a. Supervisi pustu 0 b. Seminar/pelatihan 162 c. Administrasi umum 8 Total Standar Kelonggaran Individu C. Faktor Kelonggaran Individu (AxB)+C 1,19 1,55 0,16 0,04 0,01 2,95 Standar Kelonggaran Kategori 0,02 0 0,14 0,04 0 0,03 0,04 0,07 0,01 0,08 0,43 1,75 Standar Kelonggaran Individu 0 810 1664 2.474 1,93 7,11 66 Tabel 5. 37 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014 Jumlah Kekurangan Masalah Tekanan Rasio yang dan Tenaga Beban WISN Dibutuhkan Kelebihan Kerja Kerja 5 7 -2 Kekurangan 0,7 Tinggi Berdasarkan tabel 5.37, Puskesmas IV Denpasar Selatan kekurangan dua Jumlah yang Ada orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas IV Denpasar Selatan berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,7). 5.8 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar disajikan dalam tabel 5.38. Tabel 5.38 menunjukan bahwa seluruh puskesmas memiliki beban kerja yang tinggi (rasio WISN<1). 67 Tabel 5. 38 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Nama Puskesmas Jumlah Dokter yang Ada Jumlah Dokter Menurut WISN Denpasar Timur I* 4 II 2 Denpasar Barat I 2 II* 4 Denpasar Utara I 3 II 3 4 III Denpasar Selatan I 3 II 2 III 2 IV* 5 * Puskesmas Rawat Inap Kekurangan dan Kelebihan Masalah Tenaga Kerja Rasio WISN Tekanan Beban Kerja 6 3 -2 -1 Kekurangan Kekurangan 0.62 0.72 Tinggi Tinggi 3 8 -1 -4 Kekurangan Kekurangan 0.85 0.5 Tinggi Tinggi 5 5 5 -2 -2 -1 Kekurangan Kekurangan Kekurangan 0.63 0.67 0.9 Tinggi Tinggi Tinggi 4 3 3 7 -1 -1 -1 -2 Kekurangan Kekurangan Kekurangan Kekurangan 0.75 0.61 0.75 0.7 Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 5.9 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Berdasarkan tabel 5.38, semua puskesmas se-Kota Denpasar mengalami kekurangan tenaga kesehatan dokter umum, dimana kekurangan tenaga dokter umum yang paling banyak yaitu Puskesmas II Denpasar Barat sebanyak empat dokter umum. Puskesmas II Denpasar Barat merupakan puskesmas rawat inap dengan beban kerja dokter umum berada di kategori tinggi. Jumlah dokter umum yang ada saat ini sebanyak empat dokter umum dan berdasarkan hasil analisis software WISN jumlah dokter umum yang dibutuhkan yaitu sebanyak delapan 68 dokter umum, sehingga perlu adanya penambahan tenaga dokter umum sebanyak empat orang. Sedangkan puskesmas lainnya hanya kekurangan satu sampai dua orang dokter. Masalah kekurangan tenaga dokter umum pada beberapa puskesmas di Kota Denpasar dapat diatasi dengan adanya dokter internsip yaitu pada Puskesmas I Denpasar Timur, Puskesmas II Denpasar Barat, dan Puskesmas II Denpasar Utara. Berikut tabel distribusi dokter internsip di puskesmas Kota Denpasar. Tabel 5. 39 Distribusi Dokter Internsip di Puskesmas Kota Denpasar No Puskesmas 1 2 3 I Denpasar Timur II Denpasar Barat II Denpasar Utara Jumlah Dokter Umum Saat Ini 4 4 3 Jumlah Dokter Internsip 5 5 4 Kebutuhan Sesuai Hasil WISN 6 8 5 Tekanan Beban kerja (Rasio WISN) 0,62 0,5 0,67 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kekurangan tenaga dokter umum di tiga puskesmas tersebut sudah bisa diatasi dengan adanya penempatan dokter internsip, dimana penempatan dokter internsip di Kota Denpasar sudah dilakukan sejak tahun 2012. Jumlah dokter internsip di Puskesmas I Denpasar Timur sebanyak lima dokter, jika dijumlahkan dengan dokter yang ada di puskesmas maka jumlah dokter umum di Puskesmas I Denpasar Timur sebanyak sembilan dokter. Jumlah ini sudah melebihi dari jumlah kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar yaitu enam dokter umum. 69 5.10 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Berikut tabel distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar dilihat dari jumlah desa/kelurahan, penduduk, kepadatan penduduk, dan pustu. Tabel 5. 40 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Puskesmas Denpasar Timur I II Denpasar Barat I II Denpasar Utara I II III Denpasar Selatan I II III IV Desa/ Kelurahan Jumlah (N) Kepadatan Penduduk Penduduk (Km2) Pustu Dokter Umum 6 5 74.528 63.354 9.924 4.669 2 4 4 2 5 6 103.360 106.840 9.733 7.902 3 4 2 4 4 3 4 51.308 70.831 60.308 10.134 6.972 3.537 1 2 3 3 3 4 3 4 2 1 89.116 42.252 40.169 26.958 6.519 3.223 2.744 3.599 2 3 1 - 3 2 2 5 Tabel 5.40 menunjukkan bahwa distribusi tenaga dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar tidak merata karena jumlah kebuthan tenaga dokter umum di setiap puskesmas bervariasi. Jumlah tenaga kesehatan dokter umum yang terbanyak terdapat di puskesmas IV Denpasar Selatan berjumlah lima orang. Puskesmas II Denpasar Timur, II Denpasar Barat, II Denpasar Selatan, dan III Denpasar Selatan jumlah tenaga kesehatan dokter umumnya yaitu berjumlah masing-masing dua orang. Puskesmas I Denpasar Utara, II Denpasar Utara dan I 70 Denpasar Selatan jumlah tenaga kesehatan dokter umumnya yaitu berjumlah masing-masing berjumlah tiga orang. Sedangkan puskesmas I Denpasar Timur, II Denpasar Barat dan III Denpasar Utara jumlah tenaga kesehatan dokter umumnya yaitu berjumlah masing-masing empat orang. Dilihat dari jumlah desa/kelurahan yang dilayani, Puskesmas IV Denpasar Selatan melayani satu desa/kelurahan hingga satu puskesmas melayani sampai enam desa/kelurahan (Puskesmas I Denpasar Timur dan Puskesmas II Denpasar Barat). Jumlah penduduk yang harus dilayani paling banyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat dan paling sedikit terdapat di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Ketersediaan fasilitas pelayanan puskesmas pada umumnya juga didukung oleh keberadaan pustu kecuali di Puskesmas IV Denpasar Selatan yang tidak memiliki pustu. BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Analisis beban kerja dengan menggunakan metode WISN pada penelitian ini ternyata mampu menjawab tantangan dalam perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum dibandingkan dengan menggunakan metode rasio. Tingginya beban kerja dokter umum mengindikasikan masih kurangnya tenaga dokter umum, berbeda dengan hasil metode rasio yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dimana menunjukkan bahwa tenaga dokter umum sudah cukup (rasio= 40,4/100.000 penduduk). Hal ini dikarenakan analisis kebutuhan tenaga dokter umum dengan metode rasio hanya melihat perbandingan jumlah dokter umum dengan jumlah penduduk, berbeda dengan analisis beban kerja yang menghitung kebutuhan tenaga dokter umum dengan memperhitungkan komponen beban kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum melalui analisis beban kerja lebih obyektif dibandingkan dengan metode rasio. Analisis beban kerja adalah salah satu cara untuk menentukan perencanaan kebutuhan sumber daya manusia. Diantara beberapa metode perencanaan tenaga kesehatan, analisis beban kerja dengan metode WISN merupakan metode yang mampu untuk mengevaluasi kesenjangan antara jumlah tenaga kesehatan termasuk distribusinya, sangat mudah dioperasikan, komprehensif, dan juga realistis (Kepmenkes 81, 2004). 71 mudah diterapkan, 72 Kelengkapan data sangat mempengaruhi akurasi hasil dari metode WISN, dimana data-data pendukung terkait dengan beban kerja nantinya akan dianalisis secara statistik. Dengan kata lain, keakuratan hasil metode WISN pada penelitian ini ditentukan dengan kelengkapan data observasi dan wawancara serta data sekunder. Data observasi dan wawancara tersebut yaitu data tentang aktivitas kegiatan sehari-hari dokter umum di puskesmas yang merupakan komponen beban kerja, meliputi aktivitas kegiatan utama, penunjang, dan tambahan. Ketiga aktivitas ini yang nantinya akan menentukan jumlah kebutuhan dokter umum dan tekanan beban kerja dokter umum per puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan semua puskesmas se-Kota Denpasar mengalami kekurangan tenaga dokter umum dengan tekanan beban kerja yang tinggi. Berdasarkan komponen beban kerja yang telah disepakati dalam workshop, salah satu komponen utama yaitu KIE/konsultasi tidak dihitung karena semua dokter umum tidak bisa menunjukkan catatan terkait jumlah aktifitas yang telah dilakukan selama setahun. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh dokter umum tetapi tidak melakukan pencatatan di buku rekam medis pasien. Apabila kegiatan ini dihitung tentunya akan menambah beban kerja dokter umum. KIE/konsultasi merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan, apalagi di era JKN saat ini dimana lebih ditekankan untuk melakukan kegiatan promotif dan preventif (Permenkes 28, 2014). Apabila dokter umum melakukan komunikasi secara efektif dengan pasien tentunya juga akan bermanfaat kepada tingkat kesembuhan pasien (KKI, 2006). 73 Mengacu pada panduan pelayanan pasien oleh dokter umum di Amerika Serikat, waktu yang dibutuhkan dokter untuk membicarakan riwayat penyakit dan keluhan pasien yaitu tujuh menit. Apabila dilanjutkan sampai selesai pemberian terapi dan edukasi ke pasien membutuhkan waktu sampai 15 menit (Kauffman 2014). Kondisi tersebut jauh berbeda dengan rata-rata waktu pemeriksaan pasien yang didapatkan pada penelitian ini. Jika waktu pemeriksaan pasien oleh dokter umum mengikuti pada panduan seperti di Amerika, tentunya hal ini akan menambah beban kerja dan kebutuhan dokter umum akan lebih tinggi di Kota Denpasar. Dilihat dari keseluruhan hasil perhitungan beban kerja, telah terlihat bahwa beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar sudah cukup tinggi walaupun ada komponen beban kerja yang tidak dihitung karena lemahnya dokumentasi pencatatan oleh setiap dokter umum. Sebuah studi yang meneliti tentang beban kerja dan kinerja pekerja dilaksanakan oleh Shah et al. pada tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini yaitu upaya untuk menggabungkan dan mengevaluasi teori yang berbeda pada topik beban kerja dan kinerja pekerja serta menyimpulkan poin-poin penting untuk dijadikan pedoman bimbingan kepada manajer dan pekerja. Hasil penelitian menyimpulkan beban kerja memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja pekerja. Beban kerja yang tinggi pada pekerja harus sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka untuk mengatasi stres. Penelitian lain ditemukan bahwa beban kerja dapat berdampak pada pelayanan kesehatan masyarakat. Penelitian tentang beban kerja dokter umum oleh Rusli et 74 al. tahun 2013 menyatakan bahwa beban kerja dokter umum di Poli Umum sangat tinggi bila dibandingkan dengan jumlah pasien yang harus dilayani dan waktu kerja tersedia. Kurangnya waktu kerja tersedia bagi dokter umum untuk melakukan pelayanan di Poli Umum dan beban kerja dokter umum yang sudah berlebih bagi satu orang dokter menyebabkan waktu kerja untuk pelayanan pasien di Poli Umum kurang. Peneliti juga menyarankan untuk Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, perlu menambahkan waktu kerja tersedia untuk pelayanan kepada masyarakat dengan memulai pelayanan lebih awal dan mengakhiri pelayanan lebih lama. Penambahan tenaga dokter umum untuk bertugas di Poli Umum Puskesmas Kedaton mengingat beban kerja dokter umum telah berlebih untuk beban kerja seorang dokter umum serta menetapkan kebijakan tentang ketidakhadiran pegawai di wilayah Kota Bandar Lampung mengingat ketidakhadiran ini akan mengurangi waktu kerja tersedia. Penelitian oleh Supardi (2007), menyatakan bahwa hubungan beban kerja dengan stres kerja menggambarkan bahwa 4,10% dari beban kerja memberikan pengaruh terhadap terjadinya stres kerja. Beban kerja yang tidak sesuai baik dari kuantitas atau kualitas perawat dapat menimbulkan stres dan berakibat pada kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien. Hasil temuan dari survei yang dilakukan oleh sekelompok peneliti di Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa hampir setengah dari dokter di AS menganggap beban kerja yang berlebihan dapat mengancam keselamatan pasien dan menjadi penyebab besar kesalahan medis. Hasil temuan ini mengungkapkan banyak konsekuensi dari pemberian terlalu banyak pekerjaan untuk dokter. 75 Menurut hasil survei, 40% dokter percaya bahwa jumlah pasien yang mengunjungi mereka selama satu bulan sering melebihi tingkat yang aman dan 36% dokter melaporkan frekuensi kunjungan pasien yang berlebih terjadi lebih dari sekali seminggu (Michtalik et al., 2013). 6.2 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua puskesmas mengalami kekurangan dokter umum fungsional yang akan bertugas di pelayanan. Hasil dari analisis beban kerja ini akan sangat memudahkan puskesmas dalam merencanakan kebutuhan tenaga dokter umum agar sesuai dengan beban kerja dari masingmasing puskesmas. Penelitian oleh Suharyono dan Adisasmito (2006), kelebihan penghitungan tenaga kesehatan menggunakan metode WISN yaitu lebih fokus pada penghitungan kebutuhan tenaga kesehatan dengan menyesuaikan pada uraian pekerjaan yang ada di unit kerja yang akan diteliti, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan beban kerja berdasarkan uraian pekerjaannya. Perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum dengan analisis beban kerja pada penelitian ini telah menunjukkan hasil yang lebih obyektif jika mengacu kepada metode rasio yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Beberapa puskesmas menunjukkan kebutuhan dokter umum mulai satu sampai dengan empat orang untuk mengatasi beban kerja sesuai hasil WISN. Keadaan ini menunjukkan hal yang berbeda jika dilihat dari rasio dokter umum dengan jumlah penduduk di Kota Denpasar. Sepuluh kepala puskesmas saat ini yang merupakan dokter umum sudah termasuk berdasarkan perhitungan rasio tersebut, tetapi pada 76 kenyataannya para kepala puskesmas sudah banyak dibebankan dengan kegiatan diluar pelayanan (kegiatan struktural) yang menyebabkan sedikitnya waktu yang tersedia untuk ikut dalam kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Keadaan yang berbeda terjadi di Afrika khususnya di sub-Sahara Afrika yang merupakan negara yang mengalami kekurangan tenaga kesehatan. Menurut hasil laporan WHO tahun 2006, diperkirakan mengalami kekurangan hampir 4,3 juta dokter, bidan, perawat, dan tenaga pendukung di seluruh dunia. Kekurangan yang paling parah terjadi di negara termiskin, terutama di sub-Sahara Afrika, dimana tenaga kesehatan sangat dibutuhkan. Afrika hanya memiliki tenaga kesehatan sebesar 2,3 per 1000 penduduk, dibandingkan dengan Amerika yang memiliki tenaga kesehatan sebesar 24,8 per 1000 penduduk. Tiga puluh enam negara dari 46 negara yang ada di Afrika mengalami kekurangan tenaga dokter, perawat dan bidan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Naicker et al. tahun 2009, terdapat 29 dari 46 negara di sub-Sahara Afrika memiliki jumlah dokter dibawah rekomendasi WHO yaitu minimal 2 dokter per 10.000 penduduk. Keadaan ini disebabkan karena migrasi tenaga kesehatan ke negara yang lebih baik. Penelitian lain di Afrika Selatan menemukan jumlah dokter umum yang ada saat ini hanya sejumlah 7% dari total kebutuhan dokter (Daviaud dan Chopra, 2008). Kondisi dokter umum di negara ASEAN seperti di Vietnam, rasio tenaga dokter sebesar 4,5 per 10.000 penduduk. Keadaan ini hampir sama dengan Indonesia dengan rasio dokter sebesar 4 per 10.000 penduduk. Namun di Singapura kondisi tenaga dokter umum jauh lebih baik yaitu dengan rasio 16 per 10.000 penduduk (Sanjeed, 2009). 77 Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam rangka penguatan perencanaan kebutuhan SDM kesehatan, seperti : memfasilitasi Kabupaten/Kota untuk menyusun dokumen perencanaan kebutuhan kabupaten/kota dan melakukan penyusunan peta kebutuhan tenaga kesehatan di Indonesia. Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan SDM Kesehatan tahun 2013 menunjukkan masih terdapat kesenjangan distribusi antar wilayah provinsi, kabupaten, dan antar fasilitas pelayanan kesehatan. Sekitar 14,70% puskesmas masih ada yang tidak mempunyai dokter. Upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan yang telah dilakukan meliputi penugasaan secara khusus tenaga kesehatan dalam waktu tertentu, pengangkatan bidan, dokter, dokter gigi sebagai pegawai tidak tetap (PTT), dan pengadaan CPNS. Upaya lain yang juga dilaksanakan terkait pemenuhan tenaga kesehatan yaitu melakukan kajian kebutuhan task shifting (pelimpahan wewenang) dan kajian ditribusi tenaga kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan. Pelaksanaan kajian kebutuhan task shifting (pelimpahan wewenang) dilakukan untuk daerah-daerah yang belum tersedia tenaga dokter umum sehingga akan diketahui adanya kebutuhan task shifting dari tenaga kesehatan tertentu ke tenaga kesehatan lainnya, kompetensi yang diperlukan, pelatihan, regulasi, dan tanggung jawab serta tanggung gugat apabila terjadi adverse effect pada saat melakukan task shifting. Sedangkan kajian ditribusi tenaga kesehatan dilakukan untuk memperoleh rancangan pedoman distribusi tenaga kesehatan sesuai dengan karakteristik wilayah. Selain melakukan upaya pemenuhan tenaga kesehatan juga dilaksanakan peningkatan kemampuan dan mutu SDM kesehatan meliputi 78 peningkatan mutu SDM kesehatan melalui program bantuan pendidikan berkelanjutan, program internsip dokter dokter Indonesia, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, serta pendidikan dan pelatihan aparatur (Kemenkes, 2013d). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa puskesmas di Denpasar ada yang memiliki dokter internsip yaitu Puskesmas I Denpasar Timur, Puskesmas II Denpasar Barat, dan Puskesmas II Denpasar Utara. Dokter internsip merupakan program pemerintah sebagai lanjutan dari profesi dokter dengan menempatkan dokter umum di berbagai layanan kesehatan termasuk puskesmas (Depkes, 2009). Penempatan dokter internsip tentunya sangat membantu dalam pelaksanaan program kesehatan di puskesmas yang secara langsung akan mengurangi beban kerja dokter umum di puskesmas bersangkutan dimana mereka ditempatkan. Adanya penempatan dokter internsip sejak tahun 2012 sudah dapat memenuhi kebutuhan dokter di tiga puskesmas tersebut, walaupun sesuai dengan aturan pemerintah bahwa waktu penempatannya hanya selama setahun yaitu empat bulan di puskesmas dan delapan bulan di rumah sakit (Depkes, 2009). Negara tetangga seperti Malaysia selama bertahun-tahun telah memperkerjakan dokter asing untuk mengatasi kekurangan dokter, namun pada saat yang bersamaan dokter Malaysia lebih memilih bekerja di Singapura yang menawarkan penghasilan yang lebih tinggi (Winantyo et al., 2008). Berbeda dengan Negara Thailand yang mengatasi kekurangan tenaga dokter umum dengan menerapkan sistem pelayanan kesehatan pedesaan wajib bagi tenaga kesehatannya. Sistem ini telah memperbaiki kekurangan tenaga dokter di wilayah pedesaan secara substansial mengurangi emigrasi dokter Thailand ke luar negeri, 79 meskipun sistem ini masih memiliki keterbatasan dan masalah. Sejumlah strategi telah dilakukan dalam upaya untuk memecahkan permasalahan yang muncul, seperti satu tahun layanan pedesaan prasyarat untuk pelatihan khusus bagi semua lulusan dokter baru; program khusus di sekolah kedokteran untuk menghasilkan dokter pedesaan; menetapkan tingkat gaji khusus untuk dokter pedesaan; dan pendiri sekolah kedokteran baru di daerah pedesaan (Wiwanitkit, 2011). 6.3 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Berdasarkan data dari hasil penelitian distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar tidak merata. Hal ini dikarenakan jumlah kebutuhan tenaga dokter umum di setiap puskesmas bervariasi. Puskesmas II Denpasar Barat merupakan puskesmas dengan jumlah kebutuhan dokter umum yang paling banyak yaitu delapan dokter umum, sedangkan jumlah dokter yang ada berjumlah empat dokter. Sejalan dengan penelitian di Namibia, menemukan bahwa terjadi kekurangan tenaga kesehatan dokter dan apoteker, serta distribusinya belum merata. Terbalik dengan perawat dengan jumlah cukup namun distribusinya juga belum merata karena cenderung bekerja di rumah sakit. Hasil dari temuan WISN ini kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan (Mcquide dan Forster, 2013). Penelitian yang dilaksanakan di Amerika Serikat menyatakan bahwa distribusi dokter di puskesmas tidak merata, khususnya di masyarakat miskin dan pedesaan. Ada sekitar 80 dokter puskesmas per 100.000 orang di Amerika Serikat. Namun, 80 rata-rata dokter di puskesmas adalah 68 per 100.000 di daerah pedesaan dan 84 per 100.000 di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan tenaga dokter terpusat di daerah perkotaan dan pinggiran kota (Petterson et al., 2013). Keadaan ini hampir sama dengan Perancis, tenaga dokter umum terpusat di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah terpencil dengan rasio 367 per 100.000 penduduk di daerah perkotaan dan 118 per 100.000 penduduk di daerah terpencil (Herman et al., 2013). Terkait upaya pemenuhan tenaga kesehatan yang merata perlu diperhatikan determinan distribusi tenaga kesehatan, dimana salah satu faktor determinan yang penting adalah gaji, apabila gaji meningkat di satu tempat, maka akan terjadi peningkatan suplai tenaga di daerah tersebut sehingga dapat mengurangi kesenjangan tenaga yang terjadi (Meliala, 2009). Pada hasil penelitian di Kabupaten Blitar, dari empat faktor yang diteliti hanya tiga faktor yang mempunyai hubungan positif terhadap distribusi jumlah tenaga dokter umum yaitu faktor jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan jumlah sarana pelayanan kesehatan (Laksono et al., 2012). 6.4 Keterbatasan Penelitian Setiap penelitian tentunya memiliki keterbatasan, begitu pula dengan penelitian ini. Kelengkapan data yang diperlukan terkait dalam analisis beban kerja dengan metode WISN merupakan hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi akurasi dari penghitungan beban kerja. Komponen KIE/konsultasi yang merupakan komponen penting tidak masuk dalam penghitungan karena tidak 81 adanya bukti catatan kegiatan tersebut dalam setahun, yang tentunya akan mengurangi keakurasian dari hasil analisis beban kerja ini. Tenaga observer yang digunakan dalam penelitian ini adalah petugas bukan dokter yang telah dilatih tentang WISN. Sebaiknya diupayakan tenaga observer adalah mereka yag memiliki jenis pekerjaan yang sama yaitu tenaga dokter umum untuk memudahkan memahami dari komponen beban kerja yang akan diobservasi. Mengingat keterbatasan biaya dan waktu, pelaksanaan observasi kegiatan dokter umum hanya dilaksanakan selama tiga hari yaitu dengan memilih variasi kunjungan puskesmas mulai hari dengan kunjungan tertinggi (Hari Senin), sedang (Hari Rabu), dan juga hari dengan kunjungan terendah (Hari Jumat). Hasil dari observasi tersebut hanya dapat digunakan untuk memvalidasi waktu kegiatan pelayanan utama saja. Jika memungkinkan pengamatan dilakukan lebih panjang agar semua komponen beban kerja dapat diobservasi untuk menambah akurasi hasil penghitungan WISNnya. Berdasarkan rancangan penelitian, penggunaan rancangan deskriptif crosssectional pada penelitian ini hanya menggambarkan beban kerja, kebutuhan dan distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar. Keterbatasan pemilihan rancangan ini adalah tidak mampu mengetahui kinerja dan kualitas pelayanan dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar adalah tinggi (rasio WISN<1). Kondisi ini menunjukkan hal yang berbeda dari metode rasio yang telah digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar. 2. Kebutuhan dokter umum di seluruh puskesmas di Kota Denpasar bervariasi karena terjadi kekurangan dokter umum pada semua puskesmas antara satu sampai dua dokter umum. Kekurangan terbanyak ditemukan di Puskesmas II Denpasar Barat sebanyak 4 orang. 3. Distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar tidak merata karena semua puskesmas mengalai kekurangan dokter umum secara bervariasi. 7.2 Saran a. Bagi Pemangku Kebijakan - Pemerintah Kota Denpasar dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Denpasar dan instansi terkait, diharapakan dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khusunya dokter umum kedepan diharapkan menggunakan analisis beban kerja karena lebih obyektif daripada metode rasio. - Terkait dengan lemahnya sistem pencatatan oleh dokter umum apalagi telah diberlakukannya penilaian kinerja pegawai dengan metode SKP, 82 83 dimana seluruh kegiatan yang dilakukan akan dimasukkan ke dalam penilaian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk membuatkan Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam pencatatan medis dalam buku rekam medis agar terjadi keseragaman disemua puskesmas. Termasuk juga SPO dalam pemeriksaan pasien agar ada standarisasi waktu yang sama untuk semua puskesmas. b. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya - Untuk penelitian selanjutnya agar memasukkan seluruh komponen beban kerja dokter umum seperti KIE/konseling dan komponen yang lain agar hasil analisis beban kerjanya lebih realistis. - Petugas observer yang digunakan pada penelitian selanjutnya diupayakan memiliki profesi yang sama dengan partisipan yang diobservasi yaitu tenaga dokter umum. - Waktu observasi untuk masing-masing puskesmas agar diperpanjang untuk mendapatkan catatan waktu unutk semua komponen beban kerja dokter umum. DAFTAR PUSTAKA Badan Kepegawaian Nasional. 2013. Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Sipil. BKN. Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2005. Laporan Kajian Kebijakan Perencanaan Tenaga Kesehatan. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan. Jakarta. Brady, A.-M. et al. 2007. Measuring the workload of community nurses in Ireland: a review of workload measurement systems. Journal of nursing management 15(5) : 481–489. Daviaud, E. dan Chopra, M. 2008. How much is not enough? Human resources requirements for primary health care: a case study from South Africa. Bulletin of the World Health Organization 86(1): 46–51. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter Indonesia. Buku 1. BPPSDM Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan RI dan GTZ. 2009. Perlengkapan Kerja WISN : Perlengkapan Untuk Pengembangan Indikator Beban Kerja Petugas (WISN) Untuk Memperbaiki Perencanaan Dan Manajemen Tenaga Kerja Kesehatatan Dalam Sistem Kesehatan Yang Di Desentralisasi. BPPSDM Kesehatan. Jakarta. Dewdney, J. 2001. WPRO / RTC Health Workforce Planning Workbook. University of New South Wales. Sydney. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2015. Selayang Pandang. Disdukcapil Kota Denpasar. Denpasar. Dinas Kesehatan. 2014a. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2013. Dikes Kota Denpasar. Denpasar. Dinas Kesehatan. 2014b. Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 2013. Dikes Provinsi Bali. Denpasar. 84 85 Doulati, S.P. et al. 2013. The Assessment of Needed Workload for Manpower Approximation in Health Houses in Iran ‗ s Villages. European Journal of Scientific Research 114(1): 139–148. Egger, D. 2000. Human Resources fo Health. Achieving the right balance: The role of policy-making processes in managing human resources for health problems. WHO.Genewa. Goetz, K. et al. 2013. The influence of workload and health behavior on job satisfaction of general practitioners. Family medicine 45(2): 95–101. Hagopian, A. et al. 2012. Applying WHO‘s ―Workforce Indicators of Staffing Need‖ (WISN) Method to Calculate the Health Worker Requirements for India‘s Maternal and Child Health Service Guarantees in Orissa State. Health Policy and Planning 27(1): 11–18. Hassani, S.A. et al. 2013. Right place of human resource management in the reform of health sector. Iranian journal of public health 42(1): 56–62. Herman dan Hasanbasri, M. 2008. Evaluasi Kebijakan Penempatan Tenaga kesehatan di Puskesmas Sangat Terpencil di Kabupaten Buton. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 11(03): 103–111. Herman, Trisnantoro, L. dan Hasanbasri, M. 2013. Kebijakan untuk Daerah dengan Jumlah Tenaga Kesehatan Rendah. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia 02(01): 1–19. Hornby, P. et al. 1976. Trends in Planning for Health Manpower. WHO chronicle 30(11): 447–54. Hurst, K. et al. 2008. Calculating Staffing Requirements. Nursing management (Harrow, London, England : 1994) 15(4): 26–34. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien. November. KKI. Jakarta. Kabene, S.M. et al. 2006. The Importance of Human Resources Management in Health Care: A Global Context. Human resources for health 4: 20. Kauffman, M. 2014. History and Physical Examination : A Common Sense Approach. K. Birthcher & T. Reilly. William Brottmiller. USA. Kementerian Kesehatan RI. 2013a. Data Dasar Puskesmas.Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. Jakarta. 86 Kementerian Kesehatan RI. 2013b. Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja DI Lingkungan Kementerian Kesehatan. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2013c. Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan dalam Persiapan Pelaksanaan JKN. BPPSDM Kesehatan. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2013d. Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN. BPPSDM Kesehatan. Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 81/Menkes/SK/I/2004 Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Di Tingkat Propinsi, Kab/Kota Serta Rumah Sakit. 13 Januari 2004. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Kurniati, A. dan Efendi, F. 2012. Kajian Sumber Daya Manusia Kesehatan Di Indonesia. Editor Abdurrachman. Salemba Medika. Jakarta. Laksono, A.D., WidodoJ, P. dan Mulyono, I.M. 2012. Analisis Kebijakan Ketenagaan, Sebuah Formulasi Kebijakan Ketenagaan Dokter Umum. Cetakan Pertama. Health Advocacy. Surabaya. Markham, B. dan Birch, S. 1997. Back to the future: a framework for estimating health-care human resource requirements. Canadian journal of nursing administration 10(1): 7–23. Mcquide, P.A. dan Forster, N. 2013. Applying The Workload Indicators of Staffing Need ( WISN ) Method in Namibia : Challenges and Implications for Human Resources for Health Policy. Human resources for health 11. Meliala, A. 2009. Mengatasi Maldistribusi Tenaga Dokter di Indonesia. Policy Brief 2. Michtalik, H.J. et al. 2013. Impact of Attending Physician Workload on Patient Care: A Survey of Hospitalists. JAMA Intern Medicine 173(5): 375–377. Mohamed, N.S. dan Hameed, A. 2015. The Impact of Human Resources Managemen on Healthcare Quality. International Journal of Managemen (IJM) 6(I): 603–612. Mudayana, A.A. 2010. Pengaruh Motivasi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. KES MAS 4(2): 84–92. 87 Musau, P. et al. 2008. Workload Indicators of Staffing Need method in determining optimal staffing levels at Moi Teaching and Referral Hospital. East African medical journal 85(5): 232–239. Naicker, S. et al. 2009. Shortage of Healthcare Workers in Developing Countries—Africa. Ethnicity & Disease 19: 60–64. Nopiyani, N.M.S, Wulandari, L.P.L. dan Suarjana, I.K. 2014. Analisis Kapasitas Sub-Sistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Untuk Implementasi Treatment As Prevention Pada Pekerja Seks Perempuan Di Provinsi Bali Menggunakan Workload Indicators Of Staffing Need Dan Studi Kualitatif. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Denpasar. Oktarina dan Sugiharto, M. 2011. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kesehatan Penugasan Khusus dan Tenaga PTT di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) Tahun 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 14(3): 282–289. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Pusat Kesehatan Masyarakat. 17 Oktober 2014. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Pedoman Program Jaminan Kesehatan Nasional. 3 Juni 2014. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2007 Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja. 5 Februari 2007. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 34. Jakarta Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Sistem Kesehatan Nasional. 13 Agustus 2012. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193. Jakarta Petterson, S.M. et al. 2013. Unequal Distribution of the U.S. Primary Care Workforce. American Family Physician 87(11). Purvis, M. 2013. BMJ Careers - The GP workforce crisis: putting the right doctors in the right place at the right time. http://careers.bmj.com/careers/advice/view-article.html?id=20010282. 10 September 2014 (15.40). 88 Rauhala, A. dan Fagerström, L. 2007. Are Nurses‘ Assessments of Their Workload Affected by Non-Patient Factors? An analysis of the RAFAELA System. Journal of nursing management 15(5): 490–499. Riitta, Kolehmaines, L. dan Aitken. 1993. Human Resources Planning : Issues and Methods Table of Contents. Department of Population and International Health Harvard School of Public Health. Boston. Rusli, Y., Nusri, T.M. dan Farich, A. 2013. Analisis Beban Kerja Dokter dan Perawat di Poli Umum Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung dengan Metode Workload Indicator Staff Needs (WISN). Jurnal Dunia Kesmas 2(1). Ryu, H.-S. et al. 2003. A workload analysis of a visiting nursing service based on a health center in Seoul]. Taehan Kanho Hakhoe chi 33(7): 1018–27. Sanjeed, V. 2009. Vietnam Healthcare - The Next Growth Frontier? Asia Pasific Biotech 13(10): 18–24. Saputri, V.W. dan Ainy, A. 2009. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan Dengan Metode Workload Indicators Of Staffing Need (WISN) Di Puskesmas Merdeka Kota Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 1 (1) : 64-73. Schoo, A.M. et al. 2008. Workload capacity measures for estimating allied health staffing requirements. Australian Health Review : A Publication of The Australian Hospital Association 32(3): 548–58. Shah, S.S.H. et al. 2011. Workload and Performance of Employees. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business 3(5): 256– 267. Suharmiati, Handayani, L. dan Kristiana, L. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Daerah Terpencil Perbatasan di Kabupaten Sambas. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 15: 223–231. Suharyono, M.W. dan Adisasmito, W.B. 2006. Analisis Jumlah Kebutuhan Tenaga Pekarya dengan Work Sampling Di Unit Layanan Gizi Pelayanan Kesehatan. Manajemen Pelayanan Kesehatan 9(2). Supardi. 2007. Analisa Stres Kerja Pada Kondisi dan Beban Kerja Perawat dalam Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan. WHO. 2006. The world health report 2006: Working Together for Health.Geneva 89 WHO. 2010. Workload Indicator Of Staffing Need. WHO Press. Geneva. Winantyo, R. et al.2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global S. Arifin, R. A. Djaafara, & A. S. Budiman. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Wiwanitkit. 2011. Mandatory Rural Service for Health Care Workers in Thailand. Rural and Remote Health 11: 1–9. LAMPIRAN 90 Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana APLIKASI METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DALAM ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM DI PUSKESMAS SE-KOTA DENPASAR INSTRUMEN KUANTITATIF Pedoman OBSERVASI Dokter Umum PEDOMAN OBSERVASI Puskesmas………………………………. KARAKTERISTIK RESPONDEN RESPONDEN ADALAH DOKTER FUNGSIONAL No IDENTIFIKASI 1 Nama responden : 2 Umur : 3 Jenis Kelamin : 4 Status Pegawai : 1.PNS 2. Kontrak 3. PTT 5 Lama bekerja : Tahun, Bulan 6 Program yang dipegang ( dilingkari yang sesuai ) a. Koordinator program : ( ditulis nama programnya ) b. Bendahara BOK c. Bendahara JKN d. Bendahara JKBM e. Lain-lain ( ditulis ) : f. Tidak ada 7 Praktek mandiri : 1. YA 2. TIDAK KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN UTAMA Pengamatan ke Hari/tanggal :………………… :…………………. 1. Pelayanan pasien Kasus Baru (Anamnesa, pemeriksaan, Kasus Lama Pencatatan ) Pengamatan pasien ke (ditulis dalam menit) 1 2 3 4 5 rata2 :..menit rata2 :..menit 2. Visite pasien rata2 :..menit 3. Tindakan medis kecil rata2:...menit 4. KIE /Konsultasi rata2 :..menit 5. Konseling HIV/KBM rata2 :..menit Pengamatan ke Hari/tanggal :………………… :…………………. 1. Pelayanan pasien Kasus Baru (Anamnesa, pemeriksaan, Kasus Lama Pencatatan ) Pengamatan pasien ke (ditulis dalam menit) 1 2 3 4 5 rata2 :..menit rata2 :..menit 2. Visite pasien rata2 :..menit 3. Tindakan medis kecil rata2:...menit 4. KIE /Konsultasi rata2 :..menit 5. Konseling HIV/KBM rata2 :..menit Pengamatan ke Hari/tanggal :………………… :…………………. Pengamatan pasien ke (ditulis dalam menit) 1 2 3 4 5 1. Pelayanan pasien Kasus Baru (Anamnesa, pemeriksaan, Kasus Lama Pencatatan ) rata2 :..menit 2. Visite pasien rata2 :..menit 3. Tindakan medis kecil rata2:...menit 4. KIE /Konsultasi rata2 :..menit 5. Konseling HIV/KBM rata2 :..menit rata2 :..menit Hasil Rekapan 1. Pelayanan pasien Kasus Baru rata2 :………menit Kasus Lama rata2 :………menit 2. Visite pasien rata2 :………menit 3. Tindakan medis kecil rata2 :………menit 4. KIE /Konsultasi rata2:………menit 5. Konseling HIV/KBM rata2 :………menit KEGIATAN PENUNJANG ( Bisa dari hasil wawancara ) 1. Pertemuan/rapat rutin pusk. : ……….kali/ tahun rata2 :…….. jam 2. Kunjungan rumah (sulinggih) : ……….kali/ tahun rata2 :………jam 3. P3K/safari kesehatan :………..kali/ tahun rata2 :………jam 4. Imunisasi anak sekolah :………..kali/ tahun rata2 :………jam 5. Surveilans lapangan(campak) :………..kali/ tahun rata2 :………jam 6. Kunjungan lapangan :………..kali/ tahun rata2 :………jam (PPTI,gizi buruk,kusta, jiwa) 7. Skrining anak sekolah :………..kali/ tahun rata2 :………jam 8. Penyuluhan :………..kali/ tahun rata2 :………jam 9. Mobile VCT :………..kali/ tahun rata2 :………jam 10. Posyandu paripurna/posbindu:………..kali/ tahun rata2 :………jam KEGIATAN TAMBAHAN (Bisa dari hasil wawancara ) 1. Supervisi pustu :………..kali/ tahun rata2 :………jam 2. Mengikuti seminar/ pelatihan :………..kali/ tahun rata2 :………jam :………..hari/tahun 3. Administrasi umum :………. Jam/ perminggu Tertanda, Peneliti dr.A.A Ngr. Gd. Dharmayuda HP : 081338543907 Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Denpasar, Januari 2015 Petugas…:……………………… ………………………. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana APLIKASI METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DALAM ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM DI PUSKESMAS SE-KOTA DENPASAR INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA SEKUNDER PENDAHULUAN: 1. 2. 3. 4. Ucapkan salam (misalnya: selamat pagi, selamat siang) Perkenalkan diri Jelaskan tujuan dari penelitian ini Mohon perkenan Pimpinan Puskesmas untuk memberikan data-data yang diperlukan 5. Ucapkan terimakasih atas kesediaannya memberikan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini DATA SEKUNDER PUSKESMAS…………………………………………….. 1. Kondisi wilayah kerja a. Jumlah desa/kelurahan :…………………………….. b. Jumlah penduduk tahun 2014 :…………………………….. c. Kepadatan penduduk :…………………………….. d. Jumlah pustu :…………………………….. 2. Jumlah kunjungan/ kegiatan tahun 2014 a. Kunjungan baru :…………………………….. b. Kunjungan lama :…………………………….. c. Jumlah pasien rawat inap umum :…………………………….. d. Jumlah pasien rawat inap kebidanan :…………………………….. e. Jumlah tindakan medis kecil :…………………………….. (yang dilakukan oleh dokter umum. Bisa dilihat dari catatan persetujuan tindakan medis di UGD) f. Jumlah P3K/safari kesehatan :…………………………….. g. Jumlah KIE/konsultasi :…………………………….. h. Jumlah konseling HIV/KMB :…………………………….. 3. Hari kerja tahun 2014 a. Hari kerja setahun :……………………………. b. Libur nasional :……………………………. c. Libur daerah :……………………………. JUMLAH :……………………………. 4. Daftar kehadiran dokter umum selama tahun 2014 a. Dokter I Cuti tahunan :…………………………… Sakit :………………………….. Ijin :………………………….. Tanpa keterangan :………………………….. Dinas luar :………………………….. b. Dokter II Cuti tahunan :…………………………… Sakit :………………………….. Ijin :………………………….. Tanpa keterangan :…………………………. Dinas luar :…………………………. c. Dokter III Cuti tahunan :…………………………… Sakit :………………………….. Ijin :………………………….. Tanpa keterangan :…………………………. Dinas luar :………………………….. d. Dokter IV Cuti tahunan :…………………………… Sakit :………………………….. Ijin :………………………….. Tanpa keterangan :………………………….. Dinas luar :………………………….. e. TOTAL Cuti tahunan :…………………………… Sakit :………………………….. Ijin :………………………….. Tanpa keterangan :…………………………. Dinas luar :………………………….. 5. TUPOKSI Ada Tidak 6. Bagan uraian tugas Ada Tidak 7. Standar prosedur operasional Ada Tidak Tertanda, Peneliti Denpasar, Januari 2015 dr.A.A Ngr. Gd. Dharmayuda Petugas :………………………………. HP : 081338543907 Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana :………………………………. CATATAN OBSERVER NO CATATAN PELAKSANAAN WORKSHOP DOKTER UMUM 1. Nama Kegiatan Workshop WISN dokter umum di puskesmas se- Kota Denpasar 2. Waktu Hari Sabtu, 13 Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. 3. Peserta Peserta terdiri dari perwakilan dokter umum masing-masing satu orang dari setiap puskesmas. Namun peserta yang hadir hanya berjumlah 10 orang karena Puskesmas III Denpasar Selatan tidak ada perwakilannya. 4. Hasil Kegiatan Workshop diawali dengan absensi peserta dan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan maksud dan tujuan kegiatan workshop WISN. Peneliti menjelaskan sepintas tentang metode WISN dan cara penghitungannya. Peserta kemudian peneliti ajak untuk menyepakati waktu kerja setahun dan menyusun daftar kegiatan dokter umum sebagai komponen beban kerja. Untuk waktu kerja setahun disepakati adalah 52 minggu, enam hari kerja, dan waktu kerja perhari adalah 5,8 jam. Waktu kerja setahun akan dikurangi pula dengan hari libur nasional dan daerah, daftar absensi dokter umum ( cuti, ijin, sakit, dan tanpa keterangan), serta meninggalkan tugas karena mengikuti pelatihan/ dinas luar. Kegiatan dilanjutkan dengan mendiskusikan komponen beban kerja dokter umum. Peneliti sudah menyiapkan daftar awal untuk didiskusikan dan dalam diskusi ternyata cukup banyak masukan dari para peserta terkait kegiatan mereka di puskesmas. Seluruh masukan peneliti catat dalam daftar komponen beban kerja dan membuat kesepakatan kembali tentang komponen beban kerja tersebut. Peneliti meberikan masukan kepada peserta, bahwa semua kegiatan yang diusulkan sebagai komponen beban kerja bisa akan dihitung apabila peserta telah memiliki catatan terkait kegiatan yang telah diusulkan. Apabila jumlah kegiatan tidak bisa ditunjukkan oleh peserta saat observasi, kegiatan tersebut, tentunya tidak akan dimasukkan sebagai komponen beban kerja. Pengitungan beban kerja sangat tergantung dari durasi waktu dan juga jumlah kegiatan yang dilakukan oleh dokter umum. Dari 14 jumlah komponen beban kerja yang peneliti usulkan, berkembang menjadi 18 jenis kegiatan sebagai daftar komponen beban kerja. Kegiatan dilanjutkan untuk menyusun standar waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap komponen beban kerja yang telah disepakati sebelumnya. Standar tersebut akan dijadikan panduan dalam melakukan validasi oleh tenaga observer saat kegiatan observasi di lapangan. 5. Penutup Kegiatan workshop WISN telah selesai dilakukan dengan mendapatkan kesepakatan waktu kerja selama setahun, komponen beban kerja, serta standar waktu yang diperlukan untuk melakukan masing-masing kegiatan. Workshop diakhiri dengan makan siang bersama PELAKSANAAN WORKSHOP TENAGA OBSERVER 1. Nama Kegiatan Workshop WISN tenaga observer dokter umum di puskesmas se- Kota Denpasar 2. Waktu Hari Selasa, 22 Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. 3. Peserta Peserta terdiri dari enam orang tenaga observer dari CPHI IKM Unud. 4. Hasil Kegiatan Workshop diawali dengan absensi peserta dan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan maksud dan tujuan kegiatan workshop WISN. Peneliti menjelaskan sepintas tentang metode WISN dan cara penghitungannya. Peserta kemudian peneliti jelaskan tentang panduan observasi yang harus diisi oleh mereka dan cara melakukan observasinya. Penghitungan waktu melakukan kegiatan disepakati menggunakan stopwatch yang ada di handphone setiap petugas observer. Peserta juga dijelaskan tentang pengisian data sekunder di setiap puskesmas yang bisa didapatkan dengan melakukan wawancara dengan petugas tata usaha di setiap puskesmas. Peserta memberikan masukan terkait pencatatan tentang situasi yang terjadi saat observasi. Masukan tersebut disepakati dengan menambahkan lembar catatan petugas observer pada lembar terakhir panduan observasi. Petugas observer kemudian diajak untuk melakukan latihan observasi terhadap dokter umum di Puskesmas I Denpasar Selatan sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya. Petugas observer akan bertugas berkelompok yang terdiri dari tiga kelompok masing-masing dua orang petugas yang akan mengobservasi di 11 puskesmas. Jadwal observasi dimulai tanggal 5 – 24 Januari 2015 setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Selain hari tersebut bisa digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Hasil laporan hasil observasi disepakati diserahkan kepada peneliti paling lambat seminggu setelah kegiatan observasi selesai. 5. Penutup Kegiatan workshop WISN tenaga observer telah selesai dilakukan dengan mendapatkan kesepakatan tentang cara melakukan observasi, alat pencatatan waktu yang digunakan, pengisian data sekunder, pembagian tugas, dan kesepakatan waktu penyerahan hasil observasi. Workshop diakhiri dengan makan siang bersama. .