analisis beban kerja dokter umum menggunakan

advertisement
TESIS
ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM
MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD
INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN)
DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR
SAMPUL DALAM
A.A. NGR. GD. DHARMAYUDA
NIM. 1392161008
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
PRASYARAT GELAR
ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM
MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD
INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN)
DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
A.A. NGR. GD. DHARMAYUDA
NIM 1392161008
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 10 MARET 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. dr.D.N. Wirawan, MPH
NIP.194810101977021001
dr. Luh Putu Lila Wulandari,MPH
NIP. 197806272005012002
Mengetahui
Ketua Program Studi IKM
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana,
Prof. dr. D.N. Wirawan, MPH
NIP.194810101977021001
Prof. Dr.dr.A.A. Raka Sudewi,Sp.S (K)
NIP.195902151985102001
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 10 Maret 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No : 0782/UN14.4/HK/2015 Tanggal 10 Maret 2015
Ketua
Anggota
1.
2.
3.
4.
: Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH
:
dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH
Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA (K)
Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi
Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes
iv
Surat Pernyataan Bebas Plagiat
Nama
: Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda
NIM
: 1392161008
Program Studi
: Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul Tesis
: Analisis Beban Kerja Dokter Umum Menggunakan Metode
Workload Indicators Of Staffing Need (WISN) di Pusksemas SeKota Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah *tesis/disertasi ini bebas
plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor : 17
Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 16 Maret 2015
A.A. Ngr. Gd. Dharmayuda
NIM. 1392161008
v
UCAPAN TERIMA KASIH
UCAPAN TERIMA KASIH
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya,
tesis ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan masukan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Pembimbing I, Prof.dr.Dewa Nyoman Wirawan, MPH, yang dengan
penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan
saran dalam penyelesaian tesis ini.
2. Pembimbing II, dr.Luh Putu Lila Wulandari, MPH, yang dengan penuh
perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada
penulis.
3. Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.I Ketut Suastika,Sp.PD-KEMD
atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas
Udayana.
4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.A.A.Raka
Sudewi,Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana.
vi
5. Para penguji tesis, yaitu Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA(K),
Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi, dan Dr. Luh Seri Ani, SKM,
M.Kes, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi
sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.
6. Seluruh dosen di lingkungan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana, yang telah memberikan arahan, semangat, dan motivasi dalam
penyelesaian tesis ini.
7. Pemerintah Kota Denpasar, khususnya Dinas Kesehatan Kota Denpasar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di seluruh puskesmas se-Kota Denpasar.
8. Seluruh Kepala Puskesmas se-Kota Denpasar serta seluruh partisipan yaitu
dokter umum fungsional di puskesmas se-Kota Denpasar atas waktu yang
telah diluangkan dalam membantu menyelesaikan penelitian ini.
9. Keluarga tercinta, ayah (Alm) A.A.Gd.Alit Subaga, ibunda Ni Gst. Komp.
Rai Sukarmi, S.Sos, istri A.A. Sagung Mas Indrayuni, serta anak-anak
Tujung Ngurah, Turah Agung, dan Tujung Istri, yang telah penuh
pegorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih
berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
Denpasar, Maret 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM MENGGUNAKAN
METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN)
DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR
Ketersediaan tenaga kesehatan dokter umum masih menjadi sorotan penting
terkait jenis, jumlah, dan penyebaran yang tidak merata. Analisis beban kerja
dokter umum di puskesmas masih belum banyak dilakukan di Bali khususnya di
Kota Denpasar. Sampai saat ini, perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
khususnya dokter umum masih menggunakan metode rasio, dimana sesuai dengan
Permenkes 75 tahun 2014 penghitungan kebutuhan tenaga kesehatan dihitung
dengan analisis beban kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban
kerja, kebutuhan tenaga dokter umum, serta distribusinya di puskesmas se- Kota
Denpasar.
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional yang dilaksanakan
di puskesmas se-Kota Denpasar terhadap semua tenaga dokter umum fungsional.
Data kuantitatif yang diperlukan didapat dari hasil wawancara dan observasi
langsung aktifitas kegiatan dari masing-masing dokter umum serta data sekunder.
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software WISN English
Version 1.1.132.0.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa beban kerja dokter umum di
puskesmas se-Kota Denpasar adalah tinggi (rasio WISN<1). Seluruh puskesmas
se-Kota Denpasar mengalami kekurangan dokter umum secara bervariasi dan
distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar tidak merata.
Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode analisis beban kerja
lebih obyektif untuk perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum daripada
metode rasio. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan khususnya kepada
Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam perencanaan tenaga kesehatan khususnya
dokter umum di puskesmas.
Kata kunci : beban kerja, dokter umum, WISN, Denpasar
viii
ABSTRACT
ANALYSIS OF GENERAL PRACTITIONERS WORKLOAD USING
WISN (WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED) IN PUBLIC
HEALTH CENTERS, DENPASAR
The distribution as well as the type and number of staff, specifically
general practitioners in public health centers, is an important public health
concern in Indonesia. Workload analysis of general practitioners in the health
center is still not widely uses in Bali, especially in the city of Denpasar which
continues to adopt the ratio method for workload analysis. The objective of this
study is to describe workload, the demand for practitioners and the staffing
distribution pattern.
This study was conducted on all public health centers across Denpasar
using descriptive cross-sectional methodology. A number of variables were cross
checked by eliciting answers directly from study participants as well as direct
participatory observation. Quantitative data was analysed using WISN English
Version 1.1.132.0 software.
Results indicated that workload of general practitioners was high (WISN ratio
<1). Staff shortages and unequal distribution were evident in all study centers.
In conclusion, workload analysis approach was more objective than the ratio
method. It is hoped that similar analysis, including using other variables with the
WISN program and other sites will provide further input into better center
management and for effective decision making across the province.
Keywords : workload, general practitioners, WISN, Denpasar
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................ 7
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 9
2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan ............................................ 9
2.2 Metode Perencanaan SDM ..................................................................... 12
2.3 Analisis Beban Kerja .............................................................................. 13
2.4 Workload Indicators of Staffing Need ( WISN ) .................................... 16
2.5 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ............................................ 20
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN .................. 22
3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 22
3.2 Konsep Penelitian ................................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 24
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 24
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 24
4.3 Penentuan Sumber Data ......................................................................... 24
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................ 24
4.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 28
4.6 Prosedur Penelitian ................................................................................. 28
4.7 Analisis Data .......................................................................................... 30
BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 31
5.1 Gambaran Umum Kota Denpasar ......................................................... 31
5.2 Karakteristik Peserta Workshop ............................................................. 32
5.3 Waktu Kerja yang Tersedia (WKT) ....................................................... 33
x
5.4 Komponen Beban Kerja Dokter Umum Puskesmas dari Hasil
Workshop ..............................................................................................
5.5 Pelaksanaan Observasi ...........................................................................
5.6 Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ..
5.7 Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota
Denpasar ...............................................................................................
5.8 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ..............
5.9 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar .................
5.10 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ...................
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................
6.1 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ..............
6.2 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar .................
6.3 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ...................
6.4 Keterbatasan Penelitian ..........................................................................
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ................................................................
7.1 Simpulan ..............................................................................................
7.2 Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................
xi
34
35
37
39
66
67
69
71
71
75
79
80
82
82
82
84
90
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2. 1
Tabel 2. 2
Tabel 4. 1
Tabel 5. 1
Tabel 5. 2
Tabel 5. 3
Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi ......
Jumlah Tenaga dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Denpasar ..
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...............................
Karakteristik Peserta Workshop Dokter Umum ............................
Komponen Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas .................
Perbandingan Rata-Rata Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Pelayanan Utama Hasil Kesepakatan Workshop dengan Hasil
Observasi Langsung ......................................................................
Tabel 5. 4
Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota
Denpasar ........................................................................................
Tabel 5. 5
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 6
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 ....................................
Tabel 5. 7
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I
Denpasar Timur Tahun 2014 .........................................................
Tabel 5. 8
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 9
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014...................................
Tabel 5. 10 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II
Denpasar Timur Tahun 2014 .........................................................
Tabel 5. 11 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 12 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 .....................................
Tabel 5. 13 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I
Denpasar Barat Tahun 2014 ..........................................................
Tabel 5. 14 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 15 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 ....................................
Tabel 5. 16 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II
Denpasar Barat Tahun 2014 ..........................................................
Tabel 5. 17 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun
2014 ...............................................................................................
xii
11
12
25
33
35
36
38
39
40
41
41
42
43
43
44
45
45
47
48
48
Tabel 5. 18
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 .....................................
Tabel 5. 19 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I
Denpasar Utara Tahun 2014 ..........................................................
Tabel 5. 20 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 21 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 ....................................
Tabel 5. 22 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II
Denpasar Utara Tahun 2014 ..........................................................
Tabel 5. 23 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 24 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 ..................................
Tabel 5. 25 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III
Denpasar Utara Tahun 2014 ..........................................................
Tabel 5. 26 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 27 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 ..................................
Tabel 5. 28 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I
Denpasar Selatan Tahun 2014 .......................................................
Tabel 5. 29 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 30 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 .................................
Tabel 5. 31 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II
Denpasar Selatan Tahun 2014 .......................................................
Tabel 5. 32 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 33 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 ...............................
Tabel 5. 34 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III
Denpasar Selatan Tahun 2014 ......................................................
Tabel 5. 35 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun
2014 ...............................................................................................
Tabel 5. 36 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di
Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014 ...............................
xiii
49
50
50
52
53
53
55
56
56
57
58
58
60
61
61
62
63
63
65
Tabel 5. 37
Tabel 5. 38
Tabel 5. 39
Tabel 5. 40
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang
Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas IV
Denpasar Selatan Tahun 2014 ......................................................
Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar .....
Distribusi Dokter Internsip di Puskesmas Kota Denpasar ............
Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ..........
xiv
66
67
68
69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Kerangka Konsep Penelitian ...........................................................
xv
23
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
ASEAN
: Association of Southeast Asian Nations
BKN
: Badan Kepegawaian Negara
BOK
: Bantuan Operasional Kesehatan
CPHI
: Center of Public Health Innovation
DSP
: Daftar Susunan Pegawai
GTZ
: Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit
HIV
: Human Imunodeficiency Virus
IKM
: Ilmu Kesehatan Masyarakat
JKBM
: Jaminan Kesehatan Bali Mandara
JKN
: Jaminan Kesehatan Nasional
KB
: Keluarga Berencana
KBM
: Klinik Berhenti Merokok
KIA
: Kesehatan Ibu dan Anak
KIE
: Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KKI
: Konsil Kedokteran Indonesia
KTR
: Kawasan Tanpa Rokok
Lansia
: Lanjut usia
NTB
: Nusa Tenggara Barat
NTT
: Nusa Tenggara Timur
P2M
: Pemberantasan Penyakit Menular
P3K
: Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
PPTI
: Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
Posbindu
: Pos Pembinaan Terpadu
Posyandu
: Pos Pelayanan Terpadu
Puskesmas
: Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu
: Puskesmas Pembantu
xvi
SDM
: Sumber Daya Manusia
SKN
: Sistem Kesehatan Nasional
SKP
: Sasaran Kerja Pegawai
SPO
: Standar Operasional Prosedur
VCT
: Voluntary Counseling Test
WHO
: World Health Organitation
WISN
: Workload Indicators of Staffing Need
WKT
: Waktu Kerja Tersedia
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh adanya sumber
daya manusia (SDM) dimana SDM memberikan kontribusi sebesar 80% dari
keseluruhan faktor yang terkait dalam pembangunan kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional (SKN), upaya pemenuhan kebutuhan akan SDM kesehatan
masih belum memperhatikan kondisi jumlah, jenis, kualitas dan distribusinya.
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 menyatakan bahwa sumber
daya manusia sebagai salah satu subsistem yang memiliki peranan sangat penting
dalam mengatasi berbagai masalah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Subsistem sumber daya manusia mengandung berbagai upaya pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan. Upaya tersebut meliputi upaya
perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu
sumber
daya
manusia
kesehatan
untuk
mendukung
penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Dilihat dari rasionya dengan jumlah penduduk, jumlah tenaga kesehatan
dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat di
Indonesia sudah sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2010-2014, tetapi distribusinya yang belum merata (Kemenkes, 2013c).
1
2
Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali
dengan menggunakan metode rasio terhadap penduduk, menunjukkan adanya
kekurangan dari beberapa jenis ketenagaan yaitu tenaga sanitarian (1.170 orang),
tenaga kesmas (1.161 orang), bidan (1.084 orang), gizi (541 orang), asisten
apoteker (501 orang), dokter umum (450 orang), apoteker (296 orang), keterapian
fisik (119 orang), dan dokter gigi (98 orang). Sedangkan tenaga perawat, dokter
spesialis, dan keteknisan medis jumlahnya sudah memadai (Dikes, 2014a).
Hampir sama dengan data dari Provinsi Bali, di Kota Denpasar berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kota Denpasar terlihat bahwa beberapa jenis tenaga
kesehatan masih berada di bawah standar rasio tenaga kesehatan per 100.000
penduduk, yaitu dokter gigi (9,2), tenaga bidan (62), gizi (14), dan tenaga sanitasi
(2,3). Sedangkan tenaga dokter umum, dokter spesialis, perawat, dan farmasi
sudah sesuai standar rasio. (Dikes, 2014b).
Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas dalam Permenkes
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa
jenis dan jumlah tenaga kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja.
Selama ini perencanaan SDM kesehatan belum melihat dari tingkat kebutuhan
terhadap pelaksanaan program pelayanan yang harus dilakukan (Kemenkes,
2013c), serta
tenaga yang ada selama ini masih jauh dari standar rasio
(Kepmenkes 81, 2004)
Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) merupakan salah satu unit
pelaksana teknis dinas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan kegiatan
3
utama adalah kegiatan pencegahan dan promosi kesehatan (Permenkes 75, 2014).
Puskesmas berperan sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan kesehatan
dasar (primary health care) yaitu pelayanan kesehatan minimal kepada
masyarakat berupa layanan preventif, berkesinambungan, dan tentunya dapat
diakses bagi seluruh masyarakat. Puskesmas di seluruh Indonesia saat ini
berjumlah 9.599 buah dimana yang masih dalam kondisi baik sejumlah 6.115
buah puskesmas, sisanya dalam kondisi rusak bahkan sampai ada yang tidak bisa
difungsikan (Kemenkes, 2013a).
Puskesmas dalam menjalankan organisasi tersebut tentunya tidak terlepas dari
adanya SDM kesehatan yang menjadi tulang punggung dalam menjalankan segala
upaya kesehatan di masyarakat terutama dalam era Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) seperti saat ini, diperkirakan akan terjadi perubahan dalam cara kerja serta
perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan. Peningkatan jumlah dan jenis tenaga
kesehatan
tidak
diikuti
dengan
adanya
perencanaan
kebutuhan
serta
pendistribusian yang belum memadai (Kemenkes, 2013c).
Ketersediaan tenaga kesehatan dokter umum masih menjadi sorotan penting
terkait penyebaran yang tidak merata, dimana dari 106.370 dokter umum yang
bekerja di puskesmas hanya sejumlah 17.507 orang (Kemenkes, 2013a). Jumlah
puskesmas yang belum memiliki dokter umum masih cukup besar, dari 9.599
puskesmas yang tercatat sampai Oktober 2013 hanya 13,7% yang memiliki tenaga
dokter umum (Kemenkes, 2013c). Krisis dokter umum terjadi karena peningkatan
pemenuhan dokter umum belum dijadikan sebuah peluang dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dasar (Purvis, 2013). Penempatan tenaga
4
kesehatan sangat dipengaruhi oleh informasi kesehatan SDM, tanggung jawab
dari SDM, serta perhatian dari pimpinan (Hassani et al., 2013). Penempatan
dokter umum di Indonesia khususnya di daerah terpencil melalui sistem kontrak
seharusnya dilengkapi dengan pelatihan khusus (skill mix) agar sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah tersebut (Egger, 2000). Pemenuhan
terhadap jumlah tenaga kesehatan jika dilihat dari ketepatan rasio jumlah dokter
umum terhadap populasi sebenarnya belum ada bentuk yang jelas, dimana hal ini
tergantung dari faktor kebutuhan, faktor ketersediaan, faktor yang terkait dengan
produktivitas, serta prioritas dari kebijakan terkait layanan kesehatan (Egger,
2000).
Dokter umum yang tercatat di Kota Denpasar adalah 348 orang, 44 orang
diantaranya bekerja di 11 puskesmas, dimana
Puskesmas (Dikes, 2014a). Tiga dari 11
10 orang merupakan Kepala
puskesmas tersebut, merupakan
puskesmas rawat inap dan sisanya memberikan pelayanan rawat jalan terhadap
seluruh penduduk Kota Denpasar yang tersebar di 43 desa/ kelurahan dimana
tahun 2014 tercatat sejumlah 729.024 jiwa (Disdukcapil, 2015).
Berdasarkan hasil dari pengamatan terhadap aktivitas dokter umum di
beberapa puskesmas didapatkan bahwa dokter umum memiliki aktivitas cukup
tinggi khususnya dalam pelayanan pasien. Hasil wawancara dengan para kepala
puskesmas dinyatakan bahwa aktivitas dokter umum banyak berkurang di
poliklinik karena melakukan aktivitas lain seperti pertemuan, P3K serta kegiatan
lain di luar gedung yang mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan di
poliklinik. Berdasarkan rasio jumlah dokter umur di Kota Denpasar sebesar 40,4/
5
100.000 penduduk, menunjukkan bahwa jumlah dokter umum yang dibutuhkan
sudah melebihi dari standar yang ditetapkan yaitu 40 / 100.000 penduduk. Total
kunjungan pasien pada tahun 2014 di seluruh puskesmas Kota Denpasar yaitu
474.878 pasien dengan rata-rata kunjungan per hari adalah 154 pasien. Ini
menunjukkan beban kerja puskesmas untuk pelayanan pasien cukup tinggi (Dikes,
2014b). Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa 40% dokter melaporkan
jumlah kunjungan pasien selama satu bulan sering melebihi tingkat yang aman
dan 36% dokter melaporkan kunjungan pasien yang berlebih terjadi lebih dari
sekali seminggu. Beban kerja yang berlebihan tersebut mempengaruhi kinerja
dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan seperti ketepatan diagnosis dan
tindakan medis pada pasien (Michtalik et al., 2013; Mudayana, 2010; Shah et al.,
2011). Selain itu bahwa beban kerja yang berlebih akan berpengaruh pula
terhadap kualitas dari pelayanan yang akan diberikan (Goetz et al., 2013).
Menganalisis beban kerja dokter umum merupakan langkah yang sangat
diperlukan menyikapi kondisi tersebut.
Analisis beban kerja adalah upaya untuk menghitung beban kerja pada satuan
kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi
dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu (Kepmenkes 81, 2004).
Metode perencanaan SDM dalam Kepmenkes No. 81 Tahun 2004 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit, disebutkan bahwa salah satu metode dalam
perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di institusi adalah dengan menghitung
beban kerja menggunakan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN).
6
Metode ini merupakan model yang diadopsi dari WHO yang telah dikembangkan
sejak tahun 1998. Metode WISN memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan baik
secara teknis, komprehensif, realistis, serta
memberikan kemudahan dalam
menentukan variasi kebutuhan SDM dalam berbagai tipe layanan kesehatan
seperti puskesmas maupun rumah sakit (WHO , 2010). Kelengkapan data
sekunder merupakan salah satu kunci keberhasilan dari penerapan metode WISN
ini (WHO, 2010).
Walaupun metode WISN ini memiliki banyak kelebihan, namun sayangnya
hingga saat ini metode WISN dalam penghitungan beban kerja dokter di
puskesmas masih belum banyak digunakan di Bali khususnya di Kota Denpasar.
Dinas Kesehatan Kota Denpasar sampai saat ini dalam perencanaan kebutuhan
tenaga kesehatan khususnya dokter umum masih menggunakan metode rasio
jumlah tenaga dokter terhadap jumlah penduduk. Dimana metode rasio belum
dapat menghitung kebutuhan riil tenaga kesehatan berdasarkan beban kerja
sehingga dapat mencapai keseimbangan antara jumlah tenaga yang ada dengan
beban kerja. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menganalisis
beban kerja dokter umum menggunakan metode WISN.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penelitian ini difokuskan untuk
menjawab rumusan permasalahan yaitu berapakah beban kerja dan kebutuhan
tenaga dokter umum, serta bagaimanakah distribusinya di puskesmas se- Kota
Denpasar ?
7
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui beban kerja dan kebutuhan tenaga dokter umum, serta
distribusinya di puskesmas se- Kota Denpasar.
1.3.2
Tujuan Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.3.2.1 Beban kerja dokter umum dengan menghitung rasio WISN di
puskesmas se-Kota Denpasar.
1.3.2.2 Kebutuhan dokter umum dengan menghitung perbedaan antara
jumlah ideal tenaga dokter umum dengan kenyataan yang ada
(WISN difference) di puskesmas se-Kota Denpasar.
1.3.2.3 Distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut
terkait dengan analisis beban kerja dengan menggunakan metode WISN.
1.4.2
Manfaat Praktis
1.4.2.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan kepada
Pemerintah Kota Denpasar khususnya Dinas Kesehatan terkait
dengan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya tenaga
dokter umum agar menggunakan analisis kebutuhan menurut
beban kerja. Dengan demikian, perencanaan ketenagaan akan lebih
sesuai kebutuhan riil berdasarkan beban kerja sehingga diharapkan
8
dapat
meningkatkan
kualitas
pelayanan
kesehatan
kepada
masyarakat di Kota Denpasar.
1.4.2.2 Bagi para kepala puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat
membantu dalam pengelolaan SDM kesehatan khususnya tenaga
dokter umum untuk disesuaikan dengan kebutuhan dari programprogram puskesmas.
1.4.2.3 Bagi para dokter umum di puskesmas, diharapkan agar hasil
penelitian ini dapat sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas
baik itu kemampuan dan keterampilan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
Mengacu kepada SKN tahun 2012, SDM kesehatan merupakan tenaga
kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis), tenaga pendukung/penunjang
kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan
manajemen kesehatan. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara
aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan (Bappenas, 2005).
Sumber daya manusia kesehatan sebagai salah satu dari tujuh subsistem dalam
SKN tahun 2012, merupakan pokok dan memiliki peranan sangat penting di
dalam
berlangsungnya
pembangunan
kesehatan,
dimana
permasalahan
strategisnya adalah masih kurang serasinya dalam perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan, kualitas, serta distribusinya yang belum merata di seluruh wilayah
Indonesia. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Oktarina dan Sugiharto pada
tahun 2011, jumlah tenaga kesehatan yang ada belum mencukupi dan distribusi
tenaga kesehatan di puskesmas daerah terpencil perbatasan dan kepulauan masih
belum merata. Oleh karena itu, dalam perencanaan kesehatan yang diamanatkan
dalam SKN tahun 2012 agar lebih menekankan pada upaya penetapan jenis,
jumlah, kualifikasi, dan distribusi tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Penelitian di Iran juga menemukan bahwa pemerataan
9
10
distribusi SDM kesehatan harus dipertimbangkan sebagai sebuah filosofi utama
dari perawatan kesehatan (Doulati et al., 2013). Evaluasi penempatan tenaga
kesehatan di Kabupaten Buton menemukan bahwa rasio dokter terhadap jumlah
penduduk sangat rendah dan terjadi distribusi yang tidak merata (Herman dan
Hasanbasri, 2008).
Pengelolaan manajemen SDM yang baik tentunya akan berpengaruh kepada
kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan (Kabene et al., 2006). Seperti yang
dilakukan di Kabupaten Blitar, mengantisipasi peningkatan aksesibilitas
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di 24 puskesmas yang ada dengan
merekomendasi upaya pengaturan ketenagaan kesehatan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang diawali dengan sebuah analisis kebijakan ketenagaan
(Laksono et al., 2012). Sebuah studi literatur yang dilakukan oleh Mohamed dan
Hameed (2015), menyatakan bahwa manajemen SDM yang efektif akan
berpengaruh kuat terhadap kualitas pelayanan dan pengembangan kinerja staf
rumah sakit.
Isu pokok dalam pengembangan SDM kesehatan adalah terjadinya
ketidakseimbangan dari SDM terkait jumlah, jenis tenaga kesehatannya, fungsi,
serta distribusinya (Riitta et al.,1993). Penelitian di Puskesmas Sajingan Besar,
Kabupaten Sambas, didapatkan bahwa jumlah tenaga kesehatan termasuk dokter
umum yang tersedia di puskesmas masih mengalami kekurangan dan terdapat
tenaga kesehatan yang tidak sesuai kompetensinya, sehingga belum cukup untuk
menyelesaikan seluruh upaya pelayanan kesehatan di puskesmas (Suharmiati et
al., 2012).
11
Berdasarkan data tenaga kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali terlihat
adanya kesenjangan dalam jumlah dari beberapa tenaga kesehatan. Perencanaan
SDM dengan menggunakan metode rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk
didapatkan dari 12 jenis tenaga kesehatan sembilan yang masih mengalami
kekurangan dari kebutuhan.
Tabel 2. 1
Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi Bali Tahun
2013
No
Jenis Tenaga
Jumlah
Kebutuhan
1 Dokter Spesialis
713
243
2 Dokter Umum
1173
1623
3 Dokter Gigi
348
446
4 Perawat
5055
4766
5 Bidan
2972
4056
6 Apoteker
110
406
7 Asisten Apoteker
391
892
8 Kesmas
462
1623
9 Sanitasi
453
1623
10 Gizi
351
892
11 Keterapian Fisik
43
162
12 Keteknisan Medis
438
243
Sumber : Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2013
Kekurangan
-470
450
98
-289
1084
296
501
1161
1170
541
119
-195
Kesenjangan tenaga kesehatan di Kota Denpasar dilihat dari standar rasio
tenaga kesehatan terhadap penduduk, dari delapan jenis tenaga kesehatan tiga
diantaranya masih mengalami kekurangan yaitu tenaga bidan, gizi, dan sanitarian.
12
Tabel 2. 2
Jumlah Tenaga dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Denpasar Tahun 2013
Rasio per 100.000
penduduk
1 Dokter Spesialis
448
52,7
2 Doker Umum
348
40,4
3 Dokter Gigi
78
9,2
4 Farmasi
173
20
5 Bidan
532
62
6 Perawat
2023
237
7 Gizi
116
14
8 Sanitasi
57
4,9
Sumber : Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2013
No
Jenis Tenaga
Jumlah
Standar Rasio per
100.000 penduduk
6
40
11
10
100
117
22
40
2.2 Metode Perencanaan SDM
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004 antara lain mengatur
tentang beberapa metode perencanaan tenaga kesehatan untuk dipilih sesuai
dengan kemampuan dari masing-masing instansi.
1. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada
masyarakat.
2. Health Service Demand Method, yaitu penyusunan kebutuhan tenaga
kesehatan berdasarkan permintaan kebutuhan kesehatan
3. Health Service Targets Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan yang didasarkan atas sasaran upaya kesehatan yang
ditetapkan.
4. Ratios Method, yaitu penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan
berdasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu.
13
Selain itu, Kepmenkes No. 81 Tahun 2004 menyajikan juga beberapa metode
pengembangan lain yang bisa diterapkan dalam perencanaan SDM kesehatan,
yaitu metode Daftar Susunan Pegawai (DSP), Workload Indicators of Staffing
Need (WISN), dan juga penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan skenario/
proyeksi. Metode DSP dapat digunakan di berbagai unit kerja seperti puskesmas,
rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya (Kurniati dan Efendi, 2012), namun
metode ini belum mampu untuk mengevaluasi mengenai kesenjangan antara
jumlah tenaga kesehatan termasuk distribusinya (Kepmenkes 81, 2004). Metode
WISN merupakan metode yang bisa menjawab permasalahan tersebut, sangat
mudah dioperasikan, mudah diterapkan, komprehensif, dan juga realistis
(Kepmenkes 81, 2004).
2.3 Analisis Beban Kerja
Analisis beban kerja merupakan salah satu cara dalam perencanaan kebutuhan
sumber daya manusia (Kepmenkes 81, 2004). Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh
Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan
Tenaga Kerja, disebutkan bahwa dalam perencanaan tenaga kerja baik mikro
ataupun makro dihitung berdasarkan beban kerja yang kemudian dituangkan
dalam rencana tenaga kerja yang disusun dalam jangka waktu lima tahun. Setiap
tahunnya dilakukan penilaian untuk menyesuaikan dengan perkembangan
kebutuhan dari masing-masing lembaga ataupun perusahaan. Hasil dari
perhitungan analisis beban kerja sangat bermanfaat sebagai alat ukur terhadap
14
kebutuhan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sebagai dasar dalam
norma waktu penyelesaian kerja, tingkat efisiensi kerja, prestasi kerja,
penyusunan formasi pegawai, dan penyempurnaan sistem prosedur kerja
(Kemenkes, 2013b).
Berbagai metode telah dipublikasikan dalam menghitung kebutuhan tenaga
kerja, tetapi perencanaan yang paling sering digunakan adalah dengan
mengkombinasikan antara rasio praktisi terhadap populasi, pola riwayat, dan
penilaian para ahli (Markham dan Birch, 1997; Daviaud dan Chopra, 2008).
Analisis yang lebih canggih dapat menggunakan perhitungan ukuran tenaga kerja
dan campuran melalui penggunaan riwayat beban kasus, ketajaman pengukuran,
teori antrian, produksi fungsi-fungsi, standar perawatan pengobatan, atau
kombinasi dari faktor-faktor dalam analisis regresi (Hornby et al., 1976; Hurst et
al., 2008; Musau et al., 2008 ; Schoo et al., 2008).
Menurut Riitta et al. (1993), isu-isu dalam pengembangan SDM kesehatan
dibagi menjadi dua.
1. Ketidakseimbangan dari sumber daya kesehatan itu sendiri baik dari segi
jumlah, jenis , fungsi, distribusi, serta kualitasnya.
2. Aspek ekonomi dari sumber daya kesehatan tersebut, meliputi pendanaan
pemerintah terhadap gaji dan juga pendanaan untuk farmasi, teknologi
kesehatan, dan pendidikan berkelanjutan yang sangat dibutuhkan oleh
tenaga kesehatan
Saat ini tantangan terhadap pengelolaan pelayanan kesehatan semakin
meningkat yang ditandai dengan tidak adekuatnya respon dari tenaga kesehatan
15
dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat
akibat ketidakseimbangan distribusi dari tenaga kesehatan antara desa, perkotaan,
dan juga antara tingkat layanan primer, sekunder, maupun tersier (WHO, 2010).
Hasil penelitian deskriptif terhadap analisis beban kerja perawat pada 25 pusat
kesehatan di Seoul, menemukan bahwa beban kasus terhadap perawat justru harus
ditingkatkan (Ryu et al., 2003). Hal tersebut sejalan dengan penelitian retrospektif
di Finlandia, menemukan bahwa analisis beban kerja perawat lebih dipengaruhi
oleh intensitas keperawatan dan sedikit dari faktor-faktor bukan pasien (Rauhala
dan Fagerström, 2007).
Sebuah tinjauan lain terhadap pengukuran beban kerja perawat di Irlandia,
menyatakan bahwa sangat dibutuhkan sebuah sistem pengukuran beban kerja
yang lebih bisa menangkap aspek-aspek nyata dari keperawatan (Brady et al.,
2007). Penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung
diketahui bahwa beban kerja dokter umum di Poli Umum sangat tinggi bila
dibandingkan dengan jumlah pasien yang harus dilayani dan waktu kerja tersedia.
Beban kerja dokter umum yang sudah berlebih bagi satu orang dokter
menyebabkan waktu kerja untuk pelayanan pasien di Poli Umum kurang (Rusli et
al., 2013). Penelitian pada pelayanan kesehatan ibu dan anak di India
menunjukkan bahwa terjadi kekurangan dokter umum sebanyak 43 dokter dan
beban kerja dokter umum pada layanan tersebut sangat tinggi ( rasio WISN= 0,24)
(Hagopian et al., 2012). Penelitian di Amerika Serikat dilakukan oleh sekelompok
peneliti di Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa beban kerja yang
berlebihan dapat mengancam keselamatan pasien dan menjadi penyebab besar
16
kesalahan medis. Berdasarkan hasil survei, 40% dokter percaya bahwa jumlah
kunjungan pasien selama satu bulan sering melebihi tingkat yang aman dan 36%
dokter melaporkan kunjungan pasien yang berlebih terjadi lebih dari sekali
seminggu (Michtalik et al., 2013).
2.4 Workload Indicators of Staffing Need ( WISN )
Berdasarkan panduan manual yang dikeluarkan oleh WHO, Workload
Indicators of Staffing Need (WISN) merupakan sebuah standar pengukuran
kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan indikator beban kerja yang pertama kali
di uji cobakan sekitar tahun 1998. Metode WISN adalah alat manajemen sumber
daya yang menghitung kebutuhan staf berdasarkan beban kerja untuk kategori
staf tertentu dan jenis fasilitas kesehatan. Alat ini dapat diterapkan secara
nasional, regional, di fasilitas kesehatan tunggal, bahkan sebuah unit atau bangsal
di rumah sakit. Metode WISN memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan baik
secara teknis, komprehensif, realistis serta memberikan kemudahan dalam
menentukan variasi kebutuhan SDM dalam berbagai tipe layanan kesehatan
seperti puskesmas maupun rumah sakit. Namun metode WISN memiliki
kelemahan, dimana sangat diperlukan adanya kelengkapan data yang nantinya
akan dianalisa secara statistik dan akan mempengaruhi akurasi hasil WISN
(WHO, 2010).
Langkah kerja dalam metode WISN sesuai dengan pedoman WHO tahun
2010.
1. Menentukan prioritas jenis tenaga kesehatan dan tipe fasilitas kesehatan.
17
2. Memperkirakan waktu kerja yang tersedia.
3. Mendefinisikan komponen-komponen beban kerja.
4. Menentukan standar aktivitas.
5. Menentukan standar beban kerja.
6. Menghitung faktor kelonggaran.
7. Menetapkan kebutuhan tenaga berdasarakan WISN.
8. Analisis dan interpretasi hasil WISN.
Analisis hasil WISN terdiri dari perbedaan antara tenaga yang ada dengan
tenaga yang diperlukan dan penghitungan rasio WISN. Rasio WISN adalah
pengukuran terhadap tekanan beban kerja sehari-hari dari tenaga kesehatan.
Menguji kedua hal antara gap dan juga rasio WISN adalah sangat penting dalam
menentukan bagaimana cara dalam pengembangan tenaga kesehatan secara wajar
(WHO, 2010).
Penerapan metode WISN memberikan manfaat cukup besar dalam
pengelolaan SDM dalam suatu organisasi.
1. Perencanaan ketenagaan mendatang
Pemanfaatan pertama yang dilakukan sesuai dengan hasil WISN adalah
sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan mendatang akan tenaga
kesehatan pada fasilitas kesehatan bersangkutan. Perencanaan ini harus
mampu mengantisipasi akan munculnya beban kerja lain dengan
meningkatkan standar profesi sesuai dengan standar terbaru yang relevan,
memperhitungkan perubahan kondisi ketenagaan melihat dari waktu kerja
18
tersedia, dan juga melakukan penyesuaian standar medis sesuai rata-rata
waktu yang telah dihitung (WHO, 2010).
2. Pengalokasian tenaga kesehatan
Hasil dari WISN akan dapat memberikan gambaran akan dampak dari
kurangnya tenaga kesehatan yang tersedia. Melalui upaya pengalokasian
tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu meringankan beban kerja
tenaga kesehatan bersangkutan. Apabila menambah jumlah tenaga tidak
memungkinkan bisa diatasi dengan mengatur waktu kerja dengan cara
bergantian (WHO, 2010).
3. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan
Rasio WISN yang rendah akan berakibat terhadap rendahnya kualitas
keluaran dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Upaya–upaya untuk
meningkatkan kualitas tenaga kesehatan menjadi prioritas sesuai hasil
WISN
apabila
dengan
menambah
jumlah
tenaga
sangat
tidak
memungkinkan (WHO, 2010).
4. Upaya pendistribusian tenaga kesehatan yang ada saat ini serta
mengurangi tekanan beban kerja
Membandingkan hasil dari WISN pada tempat pelayanan kesehatan yang
serupa akan dapat membantu kita dalam pendistribusian dengan tepat.
Tempat pelayanan kesehatan mana yang terlihat terjadi kekurangan tenaga
kesehatan, berapa besar tekanan beban kerjanya bisa sebagai dasar untuk
melakukan pemerataan distribusi tenaga kesehatan (WHO, 2010).
19
Hasil dari penerapan WISN secara keseluruhan dimasukkan ke dalam metode
perencanaan tenaga kerja (Dewdney, 2001), bersama-sama dengan data yang
sesuai dan terperinci dari sistem informasi SDM (WHO, 2010).
Penelitian di Namibia dengan menggunakan metode WISN, menemukan
bahwa terjadi kekurangan tenaga kesehatan dokter dan apoteker, serta
distribusinya belum merata. Terbalik dengan perawat dengan jumlah cukup,
namun distribusinya juga belum merata karena cenderung bekerja di rumah sakit.
Hasil dari temuan WISN ini, telah dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan
keputusan di bidang kesehatan (Mcquide dan Forster, 2013). Begitu pula
penelitian di India oleh Amy Hagopian (2012), menggunakan metode WISN
untuk mengetahui kebutuhan tenaga kesehatan yaitu dokter dan tenaga bidan
untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, menemukan masih kurangnya tenaga
dokter dan bidan. Hasil penelitian ini juga berhasil menyusun standar waktu untuk
setiap aktivitas pada pelayanan kesehatan ibu dan anak. Sebuah penelitian lain di
Afrika Selatan, menggunakan metode WISN untuk menjawab tantangan terhadap
kebijakan sumber daya kesehatan menemukan bahwa pendekatan dengan metode
rasio tenaga kerja berdasarkan populasi dan pendekatan berdasarkan pemanfaatan
layanan masih memiliki kekurangan, dimana metode WISN bisa mengidentifikasi
isu-isu penting dalam perencanaan sumber daya manusia (Daviaud dan Chopra,
2008).
Penelitian di Indonesia dengan metode WISN sudah pernah dilakukan di
Provinsi NTT, NTB, dan Aceh yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan yang
bekerjasama Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ), sebuah
20
lembaga donor dari Jerman (Depkes & GTZ 2009). Penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode WISN di Palembang menemukan bahwa jumlah SDM
perawat, bidan, tenaga laboratorium, dan dokter spesialis kandungan di puskesmas
masih kurang dan memiliki beban kerja yang tinggi (Saputri dan Ainy, 2009).
Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian WISN di Bali terkait layanan
treatment as prevention pada pekerja seks perempuan di beberapa unit layanan
Voluntary Counseling Test (VCT) termasuk di puskesmas secara mixed method,
menyoroti kurangnya SDM pada layanan VCT di puskesmas (Nopiyani et al.,
2014).
2.5 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang memiliki peranan sangat penting sebagai subsistem upaya kesehatan
dalam SKN (Permenkes 75, 2014). Puskesmas dalam menjalankan fungsifungsinya sudah tentu harus didukung dengan adanya sumber daya manusia
kesehatan yang berkualitas, baik dari segi jenis ketenagaannya, jumlah, maupun
dari segi keterampilannya (Kepmenkes 81, 2004).
Puskesmas menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat
meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, masyarakat mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, hidup dalam lingkungan sehat,
serta masyarakat dengan derajat kesehatan yang optimal (Permenkes 75, 2014).
21
Puskesmas
dalam pengelolaan manajemen tentunya banyak menemukan
permasalahan, mulai dari masalah SDM, beban kerja puskesmas yang terlalu
berat, pegelolaan kegiatan puskesmas yang masih bersifat sentralistik, kegiatan
puskesmas sebagian besar belum berorientasi kepada kebutuhan masyarakat,
kurangnya partisipasi masyarakat, sampai masalah sistem pembiayaan puskesmas
yang belum mengantisipasi arah perkembangan ke depan (Kepmenkes 81, 2004).
Sumber daya manusia di puskesmas terdiri dari SDM kesehatan dan SDM bukan
kesehatan, dimana dalam penentuan jenis dan jumlahnya dihitung berdasarkan
analisis beban kerja, mengacu pada beberapa pertimbangan seperti jenis
pelayanan, demografi penduduk, kondisi wilayah kerja, ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan, dan pembagian waktu kerja (Permenkes 75, 2014).
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Adanya sumber daya manusia (SDM) sangat memberikan kontribusi besar
dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Dokter umum merupakan salah satu
tenaga kesehatan yang masih menjadi sorotan penting terkait jumlah dan
distribusinya yang tidak merata. Aktivitas pada dokter umum di puskesmas yang
cukup tinggi baik dalam pelayanan pasien maupun aktivitas lain seperti
pertemuan, P3K serta kegiatan lain di luar gedung mengakibatkan kurang
optimalnya pelayanan di poliklinik.
Analisis beban kerja dokter umum merupakan suatu langkah yang sangat
diperlukan menyikapi kondisi tersebut. Selama ini analisis beban kerja dokter
umum belum pernah dilakukan di Bali khusunya Kota Denpasar. Sampai saat ini
perencanaan kebutuhan dokter umum masih menggunakan metode rasio. Padahal
berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, menyatakan bahwa jenis dan jumlah tenaga kesehatan dihitung
berdasarkan analisis beban kerja.
Analisis beban kerja merupakan upaya dalam perencanaan kebutuhan sumber
daya manusia dengan menghitung beban kerja pada satuan kerja. Perencanaan
kebutuhan dokter umum dengan analisis beban kerja dapat melihat perencanaan
dokter umum berdasarkan tingkat kebutuhan terhadap pelaksanaan program
pelayanan yang harus dilakukan.
22
23
Berbagai metode analisis beban kerja telah dipublikasikan dalam menghitung
kebutuhan tenaga kerja, namun oleh WHO telah dikeluarkan metode yang lebih
mudah untuk digunakan baik secara teknis, komprehensif, realistis serta
memberikan kemudahan dalam menentukan variasi kebutuhan SDM dalam
berbagai tipe layanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit yaitu
metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN).
3.2 Konsep Penelitian
Input
1. Waktu kerja tersedia
(WKT) dokter umum
dalam setahun
2. Komponen
beban
kerja dokter umum
 Aktivitas Utama
 Aktivitas
penunjang
 Aktifitas tambahan
3. Jumlah
kunjungan/pasien
selama setahun
Proses
Analisis beban
kerja
menggunakan
metode
Workload
Indicators of
Staffing Need
(WISN)
Gambar 3. 1
Kerangka Konsep Penelitian
Output
1. Beban
kerja
dokter umum di
puskesmas
seKota Denpasar
2. Kebutuhan tenaga
dokter umum di
puskesmas
seKota Denpasar
3. Distribusi dokter
umum
di
puskesmas
seKota Denpasar
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 11 puskesmas se-Kota Denpasar dengan waktu
pelaksanaan mulai bulan Oktober 2014 s/d Maret 2015.
4.3 Penentuan Sumber Data
Sampel penelitian adalah total populasi dimana semua tenaga dokter umum
fungsional yang berjumlah 34 orang di puskesmas se-Kota Denpasar menjadi
sampel penelitian sehingga tidak diperlukan teknik pengambilan sampel.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang
didapat dari hasil wawancara dan observasi langsung terhadap aktifitas
kegiatan dari masing-masing dokter umum serta analisa dari data sekunder.
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Mengacu pada pedoman dari WISN WHO tahun 2010, terdapat beberapa
variabel yang dianalisa.
24
25
Tabel 4. 1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel
Definisi Operasional
Satuan
Kategori/Nilai
Skala
Hari
Hasil
perhitungan
dengan
software
WISN English
Version
1.1.132.0
Nominal
Waktu kerja
tersedia
(WKT)
Waktu kerja selama
setahun untuk tenaga
kesehatan dokter umum
dalam
melaksanakan
pekerjaaanya
dengan
mempertimbangkan
daftar hadir resmi dan
sah.
-
Hasil
persetujuan
dalam
workshop
Nominal
Komponen
beban kerja
Jenis aktivitas yang
dilakukan oleh tenaga
kesehatan dokter umum
dalam
sehari-hari
meliputi aktivitas utama,
penunjang
dan
tambahan.
Kegiatan
yang
berhubungan
dengan
layanan kesehatan dari
semua tenaga kesehatan
dokter umum yang
secara rutin dicatat
dalam satistik tahunan
antara lain pemeriksaan
pasien
umum
(anamnesa,
pemeriksaan, pencatatan
rekam medis, tidak
termasuk pemeriksaan
tensi, suhu, berat badan),
melakukan visite pasien
rawat inap, melakukan
tindakan medis kecil,
konsultasi,
dan
konseling.
Menit
Hasil
pengukuran
dengan
stopwatch
Nominal
Aktivitas
Utama
26
Lanjutan tabel 4.1
Variabel
Aktivitas
penunjang
Aktifitas
tambahan
Definisi Operasional
Satuan
Kategori/Nilai
Skala
Kegiatan penting yang
mendukung pelayanan
kesehatan dari semua
tenaga kesehatan dokter
umum, tetapi tidak
dicatat secara rutin
dalam statistik tahunan
antara lain mengikuti
pertemuan
rutin
puskesmas, melakukan
kunjungan
sulinggih,
tim P3K, skrining anak
sekolah, imunisasi anak
sekolah,
surveilan
lapangan,
kunjungan
pasien
(TBC/kusta/jiwa/gizi
buruk),
penyuluhan,
mobile
VCT,
dan
kegiatan posyandu atau
posbindu.
Jam
Data sekunder
kegiatan
penunjang
dokter umum
Nominal
Kegiatan yang tidak
dikerjakan oleh semua
tenaga kesehatan dokter
umum dan tidak dicatat
secara
rutin
dalam
statistik tahunan antara
lain supervisi pustu,
mengikuti
seminar/
pelatihan,
dan
mengerjakan
administrasi
umum
(BOK / JKN / JKBM ).
Jam
Data sekunder
kegiatan
tambahan
dokter umum
Nominal
27
Lanjutan tabel 4.1
Variabel
Kategori/Nilai
Skala
Hasil
perhitungan
dengan
software
WISN English
Version
1.1.132.0
Nominal
Aktivitas
standar
Waktu yang dibutuhkan Kegiatan
oleh tenaga kesehatan
per
dokter umum yang satuan
sudah terlatih, terampil,
waktu
dan termotivasi untuk (menit
mengerjakan
atau
pekerjaannya
sesuai
jam)
dengan kondisi tempat
kerjanya.
Hasil
perhitungan
dengan
software
WISN English
Version
1.1.132.0
Nominal
Standar
beban kerja
Jumlah kegiatan yang Kegiatan
terdapat
dalam
per
komponen beban kerja satuan
layanan kesehatan yang
waktu
dapat dikerjakan oleh (menit
tenaga kesehatan dokter
atau
umum dalam waktu
jam)
setahun.
Faktor yang digunakan Kegiatan
untuk
menghitung
per
kebutuhan
tenaga satuan
kesehatan dokter umum
waktu
dalam
melaksanakan (menit
kegiatan yang secara
atau
rutin tidak dicatat dalam
jam)
statistik tahunan yaitu
aktivitas penunjang dan
aktivitas tambahan.
Hasil
perhitungan
dengan
software
WISN English
Version
1.1.132.0
Nominal
Jumlah tenaga kesehatan
dokter umum yang
dibutuhkan berdasarkan
hasil perhitungan
menggunakan WISN
terhadap tiga jenis
komponen beban kerja.
Hasil
perhitungan
dengan
software
WISN English
Version
1.1.132.0
Nominal
Faktor
kelonggaran
Kebutuhan
tenaga
Definisi Operasional
Satuan
Jumlah
dokter
28
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
pedoman observasi, stopwatch, serta formulir pencatatan untuk data sekunder.
4.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif yang dilakukan
dengan beberapa langkah.
4.6.1
Workshop dengan tenaga kesehatan dokter umum
Langkah awal dari penelitian ini adalah dengan melakukan
workshop dengan tenaga kesehatan dokter umum fungsional dari
seluruh puskesmas se-Kota Denpasar untuk merumuskan data-data
terkait penelitian. Workshop dilaksanakan selama sehari pada Hari
Sabtu, tanggal 13 Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan
Puskesmas I Denpasar Selatan. Pertemuan untuk merumuskan
waktu kerja yang tersedia per tahun dan komponen beban kerja
atau aktivitas untuk tiap kategori dokter umum. Lebih lanjut
tentang kegiatan ini dapat di lihat pada lampiran.
4.6.2
Workshop dengan tenaga observer
Tenaga observer yang direkrut sebanyak enam orang dan
selanjutnya dijelaskan tentang pengantar metode WISN, jenis
kegiatan dari dokter umum yang diobservasi (komponen beban
kerja dokter umum), serta cara melakukan observasi. Workshop
dilaksanakan selama
sehari pada Hari Selasa, tanggal 22
29
Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I
Denpasar Selatan. Lebih lanjut tentang kegiatan ini dapat dilihat
pada lampiran.
4.6.3
Observasi (work sampling)
Kegiatan selanjutnya adalah melakukan observasi ke masingmasing puskesmas untuk memvalidasi data hasil workshop.
Pengukuran gerak dan waktu aktivitas masing-masing tenaga
dokter umum dengan menggunakan alat stopwatch dan pedoman
observasi dilakukan oleh tenaga pengamat. Observasi dilaksanakan
sebanyak tiga kali per puskesmas dengan memilih variasi
kunjungan puskesmas mulai hari dengan kunjungan tertinggi (Hari
Senin), sedang (Hari Rabu), dan juga hari dengan kunjungan
terendah (Hari Jumat).
Waktu rata-rata yang didapat untuk setiap aktivitas sesuai
komponen beban kerja yang dapat diobservasi dijadikan sebagai
standar
waktu
dalam
penghitungan
beban
kerja
dengan
menggunakan software WISN dan akan dijadikan sebagai standar
waktu khusus bagi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar.
4.6.4
Pengumpulan Data Sekunder
Langkah berikutnya adalah melakukan pengumpulan data sekunder
dengan melihat laporan kunjungan pasien, buku rencana kerja
pegawai, daftar kehadiran, dan dokumen terkait lainnya.
30
4.7 Analisis Data
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software WISN
English Version 1.1.132.0. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Kota Denpasar
a. Geografi
Kota Denpasar terletak pada posisi 08035‘31‖ sampai 08044‘49‖ Lintang
Selatan dan 115000‘23‖ sampai 115016‘27‖ Bujur Timur dengan ketinggian 500
meter dari permukaan laut. Wilayah Kota Denpasar berbatasan langsung dengan
dua Kabupaten di Bali.
Batas Utara
: Kabupaten Badung
Batas Selatan
: Kabupaten Badung
Batas Barat
: Kabupaten Badung
Batas Timur
: Kabupaten Gianyar
Luas wilayah Kota Denpasar 127,78 km2 atau 2,18% dari luas wilayah
Provinsi Bali. Kota Denpasar terdiri dari empat kecamatan, terdiri dari 27 desa
dan 16 kelurahan dengan 405 dusun atau banjar terbagi dalam 35 Desa
Pekraman. Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari enam kelurahan dan empat
desa, Denpasar Timur empat kelurahan dan tujuh desa, Denpasar Barat tiga
kelurahan dan delapan desa dan Kecamatan Denpasar Utara tiga kelurahan dan
delapan desa (Disdukcapil, 2015).
b. Kependudukan
Berdasarkan data kependudukan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Denpasar tahun 2015, jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun
31
32
2014 berjumlah 729.024 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak
366.558 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 362.566 jiwa.
Kecamatan Denpasar Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
terbesar yaitu 210.200 jiwa atau 28% dari seluruh penduduk Kota Denpasar,
diikuti Denpasar Selatan 198.495 jiwa (27%), Denpasar Utara 182.447 jiwa (25%)
dan Denpasar Timur 137.882 jiwa (18%). Dilihat dari kepadatan penduduk Kota
Denpasar dibandingkan luas wilayahnya, Kecamatan Denpasar Barat merupakan
wilayah dengan penduduk terpadat 8.711,14/Km2, dan Kecamatan Denpasar
Selatan dengan kepadatan terendah yaitu 3970,69/Km2 (Disdukcapil Kota
Denpasar, 2015). Sex rasio penduduk Kota Denpasar adalah 101,13 artinya
penduduk laki-laki 0,6% lebih banyak dari penduduk perempuan.
5.2 Karakteristik Peserta Workshop
Workshop dilaksanakan dua tahap yaitu tahap pertama untuk dokter umum
dan tahap kedua untuk tenaga observer. Workshop dilaksanakan masing-masing
pada tanggal 13 Desember 2015 dan tanggal 22 Desember 2015 bertempat di
ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. Peserta workshop dokter umum
hanya diikuti oleh 10 orang dari perwakilan puskesmas, dimana satu puskesmas
tidak hadir karena tidak ada tenaga dokter saat itu. Worskhop tenaga observer
melibatkan enam orang tenaga dari Center of Public Health Innovation (CPHI),
Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), Universitas Udayana.
Tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi subyek berdasarkan jenis kelamin,
sebagian besar peserta workshop berjenis kelamin perempuan sebanyak delapan
33
orang (80%). Sedangkan berdasarkan distribusi umur, sebagian besar umur
peserta 25-34 tahun sebanyak tujuh orang (70%). Karakteristik peserta dilihat dari
lama bekerja, hampir semua peserta memiliki lama bekerja selama 5-10 tahun
sebanyak delapan orang (80%).
Tabel 5. 1
Karakteristik Peserta Workshop Dokter Umum
Karakteristik
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Umur
<25 tahun
25-34 tahun
35-44 tahun
45-54 tahun
>55 tahun
Lama Bekerja
<5 tahun
5-10 tahun
11-15 tahun
> 16 tahun
Jumlah (f)
%
8
2
80
20
0
7
2
1
0
0
70
20
10
0
1
8
0
1
10
80
0
10
5.3 Waktu Kerja yang Tersedia (WKT)
Pelaksanaan workshop dokter umum telah menyepakati waktu kerja setahun
adalah 52 minggu, enam hari kerja, dan waktu kerja perhari adalah 5,8 jam.
Waktu kerja setahun ini dikurangi dengan hari libur nasional dan daerah, daftar
absensi dokter umum (cuti, ijin, sakit, dan tanpa keterangan), serta meninggalkan
tugas karena mengikuti pelatihan/ dinas luar.
34
5.4 Komponen Beban Kerja Dokter Umum Puskesmas dari Hasil Workshop
Isu komponen beban kerja dokter umum
yang dibahas mengacu kepada
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dokter umum yang mulai berlaku semenjak tahun
2014 (BKN, 2013). Dokter umum peserta workshop menyatakan bahwa seluruh
SKP dokter umum sebagai komponen beban kerja sedapat mungkin dihitung
menggunakan metode WISN. Daftar komponen beban kerja hasil diskusi dan
waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas dari komponen beban kerja dapat
dilihat pada tabel 5.2. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa komponen beban
kerja pada kegiatan penunjang paling banyak dibandingkan dengan kegiatan
lainnya yaitu sebanyak 10 komponen beban kerja. Pada kegiatan pelayanan utama
komponen beban kerja sebanyak lima komponen, sedangkan kegiatan tambahan
sebanyak tiga komponen beban kerja.
35
Tabel 5. 2
Komponen Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas
Kategori Staf Dokter Umum
Kelompok Beban
Kerja
1. Kegiatan
pelayanan
kesehatan
utama
Komponen Beban Kerja
Rata-Rata Waktu
( Menit atau Jam)
Kasus lama : 3 menit
a. Pelayanan pasien
 Ananmnesa
Kasus Baru : 5 menit
 Pemeriksaan fisik
 Pencatatan
b. KIE/konsultasi
5 menit
c. Tindakan medis kecil (insisi,
15 menit
hecting,
ektraksi
kuku,
eksplorasi)
d. Visite pasien
10 menit
e. Konseling HIV/KBM
20 menit
a.
2. Kegiatan
b.
penunjang
c.
(semua staf , d.
catatan-)
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Pertemuan ( rapat rutin pusk )
Kunjungan rumah (sulinggih)
P3K/safari kesehatan
Imunisasi anak sekolah
Surveilans lapangan (campak)
Kunjungan lapangan (PPTI, gizi
buruk, kusta, jiwa)
Skrining anak sekolah
Penyuluhan
Mobile VCT
Posyandu paripurna/ posbindu
3. Kegiatan
a. Supervisi pustu
tambahan
b. Mengikuti seminar/ pelatihan
(beberapa staf, c. Administrasi umum
catatan-)
2 jam
3 jam
6 jam
3 jam
1 jam
2 jam
3 jam
2 jam
3 jam
3 jam
2 jam
6 jam
2 jam per minggu
5.5 Pelaksanaan Observasi
Pelaksanaan observasi dimulai pada tanggal 5 Januari 2015 selama dua
minggu setiap Hari Senin, Rabu, dan Jumat. Gambaran rata-rata waktu setiap
aktivitas komponen beban kerja dapat dilihat pada tabel 5.3.
36
Tabel 5. 3
Perbandingan Rata-Rata Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Utama
Hasil Kesepakatan Workshop dengan Hasil Observasi Langsung
Kategori Staf : Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Rata-Rata Waktu
Rata-Rata Waktu
Kegiatan Pelayanan
Berdasarkan Hasil
Berdasarkan Hasil
Kesehatan Utama
Workshop
Observasi
(Menit)
(Menit)
Pemeriksaan Pasien
3
3
Lama
Pemeriksaan Pasien
5
4
Baru
Tindakan Medis Kecil
15
10
Visite Pasien
10
6
Konseling HIV/KBM
20
25
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat rata-rata waktu yang dihasilkan setiap
kegiatan pelayanan utama dari hasil observasi langsung terdapat perbedaan
dengan hasil yang disepakati dalam pertemuan workshop. Rata-rata waktu
kegiatan yang berbeda yaitu kegiatan pemeriksaan pasien baru, tindakan medis
dan visite pasien. Pada kegiatan pemeriksaan pasien baru seorang dokter rata-rata
waktu yang dibutuhkan sesuai kesepakatan dari workshop yaitu selama lima
menit, namun rata-rata waktu yang didapat dari hasil observasi langsung lebih
cepat yaitu selama empat menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk
melakukan konseling HIV ataupun konseling berhenti merokok lebih lama dari
waktu yang disepakati saat workshop yaitu menjadi 25 menit setiap pasiennya.
Data diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan dan teknik observasi sudah
sesuai prosedur penelitian karena hasil observasi tidak jauh berbeda dengan hasil
workshop. Berarti dokter umum tidak mengetahui sepenuhnya jika mereka
diobservasi dan mereka sudah melakukan aktivitas pelayanan sesuai standar
37
prosedur, karena rata-rata waktu pelaksanaan kegiatan hampir sama dengan waktu
yang disepakati saat workshop.
5.6 Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Jumlah dokter umum yang diobservasi dan wawancara pada penelitian ini
berjumlah 34 dokter. Pada tabel karakteristik tenaga dokter umum fungsional di
puskesmas se-Kota Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tenaga
dokter umum berada pada kelompok umur 35-44 tahun yaitu sebanyak 21 dokter
(61,8 %). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, lebih banyak berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak
25 dokter umum (73,5%). Hampir semua dokter
umum adalah PNS yaitu sebanyak 33 dokter umum (97,1%) dan satu dokter
umum dengan status pegawai kontrak. Berdasarkan lama bekerja, sebanyak 19
dokter umum (55,9%) sudah bekerja selama 6-10 tahun. Karakteristik program
yang dipegang, sebanyak 23 dokter umum (51,1%) adalah sebagai koordinator
program seperti koordinator program P2M, KIA, anak, kesehatan kerja, KB, gizi,
lansia, kesehatan lingkungan, pelayanan publik, promosi kesehatan, dan klinik
KTR. Selain praktek di puskesmas sebanyak 20 dokter (58,8%) memiliki praktek
mandiri dan 14 dokter (41,2%) tidak memiliki praktek mandiri.
38
Tabel 5. 4
Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Karakteristik
Umur
 26-34 th
 35-44 th
 45-54 th
 >55
Jenis Kelamin
 Perempuan
 Laki-laki
Status Pegawai
 PNS
 Kontrak
Lama bekerja
 <5 th
 6-10 th
 11-15 th
 >15 th
Program yang
dipegang
 Koordinator
program
 Bendahara BOK
 Bendahara JKN
 Bendahara
JKBM
 Lain-lain
 Tidak ada
Praktek mandiri
 Ya
 Tidak
Denpasar
Timur
F
%
Kecamatan
Denpasar
Denpasar
Barat
Utara
F
%
F
%
Denpasar
Selatan
F
%
F
%
1
3
0
2
16,7
50
0
33,3
3
3
0
0
50
50
0
0
1
6
1
2
11,1
60
11,1
22,2
3
9
0
0
23,1
75
0
0
8
21
1
4
23,5
61,8
2,9
11,8
5
1
83,3
16.7
5
1
83,3
16.7
8
2
80
20
7
5
58,3
41,7
25
9
73,5
26,5
6
0
100
0
6
0
100
0
9
1
90
10
12
0
100
0
33
1
97,1
2,9
2
3
0
1
33,3
50
0
16.7
2
4
0
0
33,3
66.7
0
0
2
5
0
3
20
50
0
30
3
7
1
1
25
58,3
8,3
8,3
9
19
1
5
26,5
55,9
2,9
14,7
4
57,1
3
33,3
7
53,8
9
56,3
23
51,1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
7,7
1
1
1
6,.3
6,3
6,3
1
1
2
2,2
2,2
4,4
3
0
42,9
0
5
1
55,6
11.1
5
0
38,5
0
3
1
18,8
6,3
16
2
35,6
4,4
4
2
66,7
33,3
2
4
33,3
66,7
7
3
70
30
7
5
58,3
41,7
20
14
58,8
41,2
Total
39
5.7 Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota
Denpasar
1. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas I Denpasar
Timur
Tabel 5. 5
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
48
37
0
15
212
1229
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas I
Denpasar Timur yaitu 212 hari/tahun atau 1229 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar. Tabel 5.6 merupakan penjabaran hasil perhitungan
kebutuhan dokter umum di Puskesmas I Denpasar Timur. Didapat hasil total
kebutuhan staf untuk kegiatan pelayanan utama yaitu 2,22 dikalikan faktor
kelonggaran kategori yaitu 2,56 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu
yaitu 0,72 sama dengan 6,41 dibulatkan menjadi enam. Sehingga total kebutuhan
dokter umum di Puskesmas I Denpasar Timur yaitu enam orang.
40
Tabel 5. 6
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1229 jam/tahun
Beban
Beban
Tenaga yang
Kerja
Kerja
Dibutuhkan
Setahun Standar
Kegiatan
a. Pemeriksaan pasien baru
13.906 18.442,2
0,75
Pelayanan
b. Pemeriksaan pasien lama
31.939 24.589,6
1,3
Utama
c. Tindakan medis kecil
118
7.376,88
0,02
d. Visite pasien
369
12.294,8
0,03
e. Konseling HIV/KBM
460
3.688,44
0,12
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
2,22
Beban
Standar
Kerja
Kelonggaran
(jam/tahun)
Kategori
a. Pertemuan (rapat rutin puskesmas)
24
0,02
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
6
0
c. P3K/safari kesehatan
72
0,06
Kegiatan
d. Imunisasi anak sekolah
384
0,31
Penunjang
e. Surveilans lapangan (campak)
0
0
f. Kunjungan lapangan
16
0,01
g. Skrining anak sekolah
12
0,01
h. Penyuluhan
176
0,14
i. Mobile VCT
12
0,01
j. Posyandu paripurna/ posbindu
60
0,05
Total Kegiatan Penunjang
0,61
B. Faktor Kelonggaran Kategori
2,56
Standar
Beban Kerja
Kelonggaran
Individu
Kegiatan
Tambahan a. Supervisi pustu
108
108
b. Seminar/pelatihan
90
360
c. Administrasi umum
4
416
Total Standar Kelonggaran Individu
884
C. Faktor Kelonggaran Individu
0,72
(AxB)+C
6,41
41
Tabel 5. 7
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
4
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
6
-2
Kekurangan
Rasio
WISN
0,62
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.7, Puskesmas I Denpasar Timur kekurangan dua orang
dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas I Denpasar Timur
berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,62).
2. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas II Denpasar
Timur
Tabel 5. 8
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
30
37
0
8
237
1375
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
Berdasarkan tabel 5.8, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas II
Denpasar Timur yaitu 237 hari/tahun atau 1375 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
42
Tabel 5. 9
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1375 jam/tahun
Beban
Beban
Kerja
Kerja
Setahun Standar
Kegiatan
a. Pemeriksaan pasien baru
13.003 20.619
Pelayanan
b. Pemeriksaan pasien lama
20.683 27.492
Utama
c. Tindakan medis kecil
49
4123,8
d. Visite pasien
0
0
e. Konseling HIV/KBM
215
4123,8
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban
Kerja
(jam/tahun)
a. Pertemuan (rapat rutin
48
puskesmas)
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
36
Kegiatan
c. P3K/safari kesehatan
240
Penunjang d. Imunisasi anak sekolah
66
e. Surveilans lapangan ( campak)
0
f. Kunjungan lapangan
2
g. Skrining anak sekolah
138
h. Penyuluhan
14
i. Mobile VCT
0
j. Posyandu paripurna/ posbindu
12
Total Kegiatan Penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Beban Kerja
Kegiatan
Tambahan
a. Supervisi pustu
0
b. Seminar/pelatihan
48
c. Administrasi umum
4
Total Standar Kelonggaran Individu
C. Faktor Kelonggaran Individu
(AxB)+C
Tenaga yang
Dibutuhkan
0,63
0,75
0,05
0
0,05
1,44
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,03
0,03
0,17
0,05
0
0
0,1
0,01
0
0,01
0,4
1,67
Standar
Kelonggaran
Individu
0
96
416
512
0,37
2,77
Tabel 5.9 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas II Denpasar Timur. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
kegiatan pelayanan utama yaitu 1,44 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
43
1,67 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,37 sama dengan 2,77
dibulatkan menjadi tiga. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas II
Denpasar Timur yaitu tiga orang.
Tabel 5. 10
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
2
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
3
-1
Kekurangan
Rasio
WISN
0,72
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.10, Puskesmas II Denpasar Timur kekurangan satu orang
dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas II Denpasar Timur
berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,72).
3. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas I Denpasar
Barat
Tabel 5. 11
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti Tahunan, Ijin, Dinas Luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
16
37
6
19
234
1375
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
Berdasarkan tabel 5.11, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas I
Denpasar Barat yaitu 234 hari/tahun atau 1375 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
44
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
Tabel 5. 12
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1375 jam/tahun
Beban
Beban
Kerja
Kerja
Setahun Standar
Kegiatan
a. Pemeriksaan pasien baru
19.533
20.358
Pelayanan
b. Pemeriksaan pasien lama
13.252
27.144
Utama
c. Tindakan medis kecil
129
8143,2
d. Visite pasien
0
0
e. Konseling HIV/KBM
213
3257,28
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban Kerja
(jam/tahun)
Kegiatan
Penunjang
a. Pertemuan (rapat rutin
24
puskesmas)
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
18
c. P3K/safari kesehatan
24
d. Imunisasi anak sekolah
60
e. Surveilans lapangan (campak)
2
f. Kunjungan lapangan
18
g. Skrining anak sekolah
189
h. Penyuluhan
82
i. Mobile VCT
0
j. Posyandu paripurna/ posbindu
12
Total Kegiatan Penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Beban Kerja
Kegiatan
Tambahan
a. Supervisi pustu
0
b. Seminar/pelatihan
72
c. Administrasi umum
0
Total Standar Kelonggaran Individu
C. Faktor Kelonggaran Individu
(AxB)+C
Tenaga yang
Dibutuhkan
0,96
0,49
0,02
0
0,07
1,54
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,02
0,01
0,02
0,04
0
0,01
0,14
0,06
0
0,01
0,31
1,45
Standar
Kelonggaran
Individu
0
144
0
144
0,11
2,34
45
Tabel 5.12 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas I Denpasar Barat. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
kegiatan pelayanan utama yaitu 1,54 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
1,45 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,11 sama dengan 2,34
dibulatkan menjadi tiga. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas I
Denpasar Barat yaitu tiga orang.
Tabel 5. 13
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
2
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
3
-1
Kekurangan
Rasio
WISN
0,85
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.13, Puskesmas I Denpasar Barat kekurangan satu orang
dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas I Denpasar Barat
berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,85).
4. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas II Denpasar
Barat
Tabel 5. 14
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
24
37
3
15
233
1351
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
46
Berdasarkan tabel 5.14, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas II
Denpasar Barat yaitu 233 hari/tahun atau 1351 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
Tabel 5.15 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas II Denpasar Barat. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
kegiatan pelayanan utama yaitu 2,65 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
2,63 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,96 sama dengan 7,93
dibulatkan menjadi delapan. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas
I Denpasar Barat yaitu delapan orang.
47
Tabel 5. 15
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1351 jam/tahun
Kegiatan
Pelayanan
Utama
Beban
Kerja
Setahun
Beban
Kerja
Standar
a. Pemeriksaan pasien baru
17.356 20.269,2
b. Pemeriksaan pasien lama
34.550 27.025,6
c. Tindakan medis kecil
362
8.107,68
d. Visite pasien
373
13.512,8
e. Konseling HIV/KBM
1419
3.243,07
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban
Kerja
(jam/tahun)
Kegiatan
Penunjang
a. Pertemuan (rapat rutin
24
puskesmas)
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
9
c. P3K/safari kesehatan
72
d. Imunisasi anak sekolah
129
e. Surveilans lapangan (campak)
2
f. Kunjungan lapangan
10
g. Skrining anak sekolah
117
h. Penyuluhan
88
i. Mobile VCT
138
j. Posyandu paripurna/ posbindu
228
Total kegiatan penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Beban Kerja
Kegiatan
Tambahan
a. Supervisi pustu
0
b. Seminar/pelatihan
90
c. Administrasi umum
6
Total Standar Kelonggaran Individu
C. Faktor Kelonggaran Individu
(AxB)+C
Tenaga yang
Dibutuhkan
0,86
1,28
0,04
0,03
0,44
2,65
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,02
0,01
0,05
0,1
0
0,01
0,09
0,07
0,1
0,17
0,62
2,63
Standar k
Kelonggaran
Individu
0
360
936
1296
0,96
7,93
48
Tabel 5. 16
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
4
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
8
-4
Kekurangan
Rasio
WISN
Tekanan
Beban Kerja
0,5
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.16, Puskesmas II Denpasar Barat kekurangan empat
orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas II Denpasar
Timur berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,5).
5. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas I Denpasar
Utara
Tabel 5. 17
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
30
37
0
4
241
1398
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
Berdasarkan tabel 5.17, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas I
Denpasar Utara yaitu 241 hari/tahun atau 1398 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
49
Tabel 5. 18
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1398 jam/tahun
Kegiatan
Pelayanan
Utama
Beban
Kerja
Setahun
Beban
Kerja
Standar
a. Pemeriksaan pasien baru
15.049 20.968,8
b. Pemeriksaan pasien lama
16.121 27.958,4
c. Tindakan medis kecil
947
8387,52
d. Visite pasien
0
0
e. Konseling HIV/KBM
657
3.355,01
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban Kerja
(jam/tahun)
Kegiatan
Penunjang
Kegiatan
Tambahan
a. Pertemuan
8
( rapat rutin puskesmas )
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
36
c. P3K/safari kesehatan
390
d. Imunisasi anak sekolah
144
e. Surveilans lapangan (campak)
3
f. Kunjungan lapangan
31
g. Skrining anak sekolah
150
h. Penyuluhan
136
i. Mobile VCT
9
j. Posyandu paripurna/ posbindu
3
Total Kegiatan Penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Tenaga yang
Dibutuhkan
0,72
0,58
0,11
0
0,2
1,61
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,01
0,03
0,28
0,1
0
0,02
0,11
0,1
0,01
0
0,66
2,94
Standar
Beban Kerja
Kelonggaran
Individu
a. Supervisi pustu
0
0
b. Seminar/pelatihan
24
72
c. Administrasi umum
0
0
Total Standar Kelonggaran Individu
72
C. Faktor Kelonggaran Individu
0,05
(AxB)+C
4,79
50
Tabel 5.18 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas I Denpasar Utara. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
kegiatan pelayanan utama yaitu 1,61 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
2,94 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,05 sama dengan 4,79
dibulatkan menjadi lima. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas I
Denpasar Utara yaitu lima orang.
Tabel 5. 19
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
3
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
5
-2
Kekurangan
Rasio
WISN
0,63
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.19,Puskesmas I Denpasar Utara kekurangan dua orang
dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas I Denpasar Utara
berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,63).
6. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas II Denpasar
Utara
Tabel 5. 20
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
26
37
0
36
213
1235
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
51
Berdasarkan tabel 5.20, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas II
Denpasar Utara yaitu 213 hari/tahun atau 1235 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
52
Tabel 5. 21
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1235 jam/tahun
Beban
Beban
Kerja
Kerja
Setahun Standar
Kegiatan
a. Pemeriksaan pasien baru
11.320 18.531
Pelayanan
b. Pemeriksaan pasien lama
29.061 24.708
Utama
c. Tindakan medis kecil
108
7.412,4
d. Visite pasien
0
0
e. Konseling HIV/KBM
0
0
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban Kerja
(jam/tahun)
Kegiatan
Penunjang
a. Pertemuan (rapat rutin
24
puskesmas)
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
27
c. P3K/safari kesehatan
258
d. Imunisasi anak sekolah
132
e. Surveilans lapangan (campak)
0
f. Kunjungan lapangan
0
g. Skrining anak sekolah
225
h. Penyuluhan
28
i. Mobile VCT
24
j. Posyandu paripurna/ posbindu
12
Total Kegiatan Penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Beban Kerja
Kegiatan
Tambahan
a. Supervisi pustu
0
b. Seminar/pelatihan
36
c. Administrasi umum
0
Total Standar Kelonggaran Individu
C. Faktor Kelonggaran Individu
(AxB)+C
Tenaga yang
Dibutuhkan
0,61
1,18
0,01
0
0
1,8
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,02
0,02
0,21
0,11
0
0
0,18
0,02
0,02
0,01
0,59
2,44
Standar
Kelonggaran
Individu
0
108
0
108
0,09
4,48
Tabel 5.21 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas II Denpasar Utara. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
53
kegiatan pelayanan utama yaitu 1,8 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
2,44 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,09 sama dengan 4,48
dibulatkan menjadi lima. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas II
Denpasar Utara yaitu lima orang.
Tabel 5. 22
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
3
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
5
-2
Kekurangan
Rasio
WISN
0,67
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.22, Puskesmas II Denpasar Utara kekurangan dua orang
dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas II Denpasar Utara
berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,67).
7. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas III Denpasar
Utara
Tabel 5. 23
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
34
37
3
30
208
1207
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
Berdasarkan tabel 5.23, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas III
Denpasar Utara yaitu 208 hari/tahun atau 1207 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
54
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
Tabel 5.24 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas III Denpasar Utara. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
kegiatan pelayanan utama yaitu 1,93 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
1,89 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,78 sama dengan 4,42
dibulatkan menjadi lima. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas III
Denpasar Utara yaitu lima orang.
55
Tabel 5. 24
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1207 jam/tahun
Beban
Beban
Tenaga yang
Kerja
Kerja
Dibutuhkan
Setahun Standar
Kegiatan
9.469
18.097,8
0,52
Pelayanan a. Pemeriksaan pasien baru
b.
Pemeriksaan
pasien
lama
32.312
24.130,4
1,34
Utama
c. Tindakan medis kecil
137
7.239,12
0,02
d. Visite pasien
0
0
0
e. Konseling HIV/KBM
159
2.895,65
0,05
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
1,93
Standar
Beban Kerja
Kelonggaran
(jam/tahun)
Kategori
a. Pertemuan (rapat rutin puskesmas)
24
0,02
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
33
0,03
c. P3K/safari kesehatan
186
0,15
Kegiatan
d.
Imunisasi
anak
sekolah
90
0,07
Penunjang
e. Surveilans lapangan (campak)
0
0
f. Kunjungan lapangan
20
0,02
g. Skrining anak sekolah
76
0,06
h. Penyuluhan
100
0,08
i. Mobile VCT
12
0,01
j. Posyandu paripurna/ posbindu
42
0,03
Total Kegiatan Penunjang
0,47
B. Faktor Kelonggaran Kategori
1,89
Kegiatan
Tambahan
Standar
Beban Kerja
Kelonggaran
Individu
a. Supervisi pustu
28
84
b. Seminar/pelatihan
180
540
c. Administrasi umum
2
312
Total Standar Kelonggaran Individu
936
C. Faktor Kelonggaran Individu
0,78
(AxB)+C
4,42
56
Tabel 5. 25
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
4
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
5
-1
Kekurangan
Rasio
WISN
0,9
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.25, Puskesmas III Denpasar Utara kekurangan satu orang
dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas III Denpasar Utara
berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,9).
8. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas I Denpasar
Selatan
Tabel 5. 26
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
35
37
3
20
217
1259
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
Berdasarkan tabel 5.26, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas I
Denpasar Selatan yaitu 217 hari/tahun atau 1259 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
57
Tabel 5. 27
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1259 jam/tahun
Kegiatan
Pelayanan
Utama
Beban
Kerja
Setahun
Beban
Kerja
Standar
a. Pemeriksaan pasien baru
5.235
18.880,8
b. Pemeriksaan pasien lama
24.140
25.174,4
c. Tindakan medis kecil
218
7.552,32
d. Visite pasien
0
0
e. Konseling HIV/KBM
0
0
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban
Kerja
(jam/tahun)
Kegiatan
Penunjang
a. Pertemuan (rapat rutin
48
puskesmas)
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
60
c. P3K/safari kesehatan
150
d. Imunisasi anak sekolah
111
e. Surveilans lapangan (campak)
0
f. Kunjungan lapangan
36
g. Skrining anak sekolah
111
h. Penyuluhan
64
i. Mobile VCT
0
j. Posyandu paripurna/ posbindu
120
Total Kegiatan Penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Beban Kerja
Kegiatan
Tambahan
a. Supervisi pustu
72
b. Seminar/pelatihan
60
c. Administrasi umum
6
Total Standar Kelonggaran Individu
C. Faktor Kelonggaran Individu
(AxB)+C
Tenaga
yang
Dibutuhkan
0,28
0,96
0,03
0
0
1,27
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,04
0,05
0,12
0,09
0
0,03
0,09
0,05
0
0,1
0,57
2,33
Standar
Kelonggaran
Individu
216
180
936
1332
1,06
4,01
58
Tabel 5.27 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas I Denpasar Selatan. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
kegiatan pelayanan utama yaitu 1,27 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
2,33 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 1,06 sama dengan 4,01
dibulatkan menjadi empat. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas I
Denpasar Selatan yaitu empat orang.
Tabel 5. 28
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
3
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
4
-1
Kekurangan
Rasio
WISN
0,75
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.28, Puskesmas I Denpasar Selatan kekurangan satu orang
dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas I Denpasar Selatan
berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,75).
9. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas II Denpasar
Selatan
Tabel 5. 29
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
36
37
0
25
214
1241
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
59
Berdasarkan tabel 5.29, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas II
Denpasar Selatan yaitu 214 hari/tahun atau 1241 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
Tabel 5.30 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas II Denpasar Selatan. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
kegiatan pelayanan utama yaitu 1,36 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
2,08 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,44 sama dengan 3,28
dibulatkan menjadi tiga. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas II
Denpasar Selatan yaitu tiga orang.
60
Tabel 5. 30
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1241 jam/tahun
Kegiatan
Pelayanan
Utama
Beban
Kerja
Setahun
Beban
Kerja
Standar
a. Pemeriksaan pasien baru
18.970 18.619,8
b. Pemeriksaan pasien lama
6.470
24.826,4
c. Tindakan medis kecil
503
7.447,92
d. Visite pasien
0
0
e. Konseling HIV/KBM
39
2.979,17
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban Kerja
(jam/tahun)
Kegiatan
Penunjang
Kegiatan
Tambahan
a. Pertemuan (rapat rutin
96
puskesmas)
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
72
c. P3K/safari kesehatan
246
d. Imunisasi anak sekolah
90
e. Surveilans lapangan (campak)
0
f. Kunjungan lapangan
2
g. Skrining anak sekolah
39
h. Penyuluhan
10
i. Mobile VCT
51
j. Posyandu paripurna/ posbindu
33
Total Kegiatan Penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Tenaga yang
Dibutuhkan
1,02
0,26
0,07
0
0,01
1,36
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,08
0,06
0,2
0,07
0
0
0,03
0,01
0,04
0,03
0,52
2,08
Standar
Beban Kerja
Kelonggaran
Individu
a. Supervisi pustu
24
24
b. Seminar/pelatihan
56
112
c. Administrasi umum
4
416
Total Standar Kelonggaran Individu
552
C. Faktor Kelonggaran Individu
0,44
(AxB)+C
3,28
61
Tabel 5. 31
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
2
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
3
-1
Kekurangan
Rasio
WISN
0,61
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.31, Puskesmas II Denpasar Selatan kekurangan satu
orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas II Denpasar
Selatan berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,61).
10. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas III Denpasar
Selatan
Tabel 5. 32
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
36
37
2
27
210
1218
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
Berdasarkan tabel 5.32, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas III
Denpasar Selatan yaitu 210 hari/tahun atau 1218 jam/tahun. Hasil perhitungan
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
62
Tabel 5. 33
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1218 jam/tahun
Beban
Beban
Kerja
Kerja
Setahun Standar
Kegiatan
a. Pemeriksaan pasien baru
9.946
18.270
Pelayanan
b. Pemeriksaan pasien lama
10.689
24.360
Utama
c. Tindakan medis kecil
120
7.308
d. Visite pasien
0
0
e. Konseling HIV/KBM
14
2.923,2
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban Kerja
(jam/tahun)
a. Pertemuan
24
( rapat rutin puskesmas )
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
12
c. P3K/safari kesehatan
198
Kegiatan
d. Imunisasi anak sekolah
0
Penunjang
e. Surveilans lapangan (campak)
0
f. Kunjungan lapangan
24
g. ( PPTI, gizi buruk, kusta, jiwa )
h. Skrining anak sekolah
42
i. Penyuluhan
60
j. Mobile VCT
0
k. Posyandu paripurna/ posbindu
369
Total Kegiatan Penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Beban Kerja
Kegiatan
Tambahan a. Supervisi pustu
16
b. Seminar/pelatihan
72
c. Administrasi umum
2
Total Standar Kelonggaran Individu
C. Faktor Kelonggaran Individu
(AxB)+C
Tenaga yang
Dibutuhkan
0,54
0,44
0,02
0
0
1
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,02
0,01
0,16
0
0
0,02
0,03
0,05
0
0,3
0,59
2,44
Standar
Kelonggaran
Individu
32
144
104
280
0,23
2,67
Tabel 5.33 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas III Denpasar Selatan. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
63
kegiatan pelayanan utama yaitu 1 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu 2,44
kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 0,23 sama dengan 2,67
dibulatkan menjadi tiga. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas III
Denpasar Selatan yaitu tiga orang.
Tabel 5. 34
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III Denpasar Selatan
Tahun 2014
Jumlah
yang Ada
2
Jumlah
Kekurangan
Masalah
yang
dan
Tenaga
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
3
-1
Kekurangan
Rasio
WISN
0,75
Tekanan
Beban
Kerja
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.34, puskesmas III Denpasar Selatan kekurangan satu
orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di puskesmas III Denpasar
Selatan berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,75).
11. Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas IV Denpasar
Selatan
Tabel 5. 35
Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014
Faktor
Hari Kerja
Waktu kerja
Cuti tahunan, ijin, dinas luar
Hari libur nasional dan daerah
Sakit
Pelatihan/seminar
Hari kerja tersedia
Waktu kerja tersedia
Jumlah
6
5,8
24
37
3
27
221
1282
Ket
Hari/Minggu
Jam/Hari
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Hari/Tahun
Jam/Tahun
Berdasarkan tabel 5.35, diketahui bahwa waktu kerja di Puskesmas IV
Denpasar Selatan yaitu 221 hari/tahun atau 1282 jam/tahun. Hasil perhitungan
64
tersebut didapat dari pengurangan jumlah hari kerja puskesmas selama setahun
dengan penjumlahan cuti tahunan, ijin, dinas luar, hari libur nasional dan daerah,
sakit, dan pelatihan/seminar.
Tabel 5.36 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum
di Puskesmas IV Denpasar Selatan. Didapat hasil total kebutuhan tenaga untuk
kegiatan pelayanan utama yaitu 2,95 dikalikan faktor kelonggaran kategori yaitu
1,75 kemudian ditambah faktor kelonggaran individu yaitu 1,93 sama dengan 7,11
dibulatkan menjadi tujuh. Sehingga total kebutuhan dokter umum di Puskesmas
IV Denpasar Selatan yaitu tujuh orang.
65
Tabel 5. 36
Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN
di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun 2014
Kategori Tenaga : Dokter Umum
WKT : 1282 jam/tahun
Kegiatan
Pelayanan
Utama
Beban
Kerja
Setahun
Beban
Kerja
Standar
a. Pemeriksaan pasien baru
22.806
19.225,2
b. Pemeriksaan pasien lama
39.811
25.633,6
c. Tindakan medis kecil
1.216
7.690,08
d. Visite pasien
534
12.816,8
e. Konseling HIV/KBM
22
3.845,04
A.Total Kebutuhan Staf untuk Kegiatan Pelayanan Utama
Beban
Kerja
(jam/tahun)
Kegiatan
Penunjang
a. Pertemuan (rapat rutin
24
puskesmas)
b. Kunjungan rumah (sulinggih)
3
c. P3K/safari kesehatan
180
d. Imunisasi anak sekolah
45
e. Surveilans lapangan (campak)
3
f. Kunjungan lapangan
36
g. Skrining anak sekolah
48
h. Penyuluhan
92
i. Mobile VCT
9
j. Posyandu paripurna/ posbindu
99
Total Kegiatan Penunjang
B. Faktor Kelonggaran Kategori
Beban Kerja
Kegiatan
Tambahan
Tenaga
yang
Dibutuhkan
a. Supervisi pustu
0
b. Seminar/pelatihan
162
c. Administrasi umum
8
Total Standar Kelonggaran Individu
C. Faktor Kelonggaran Individu
(AxB)+C
1,19
1,55
0,16
0,04
0,01
2,95
Standar
Kelonggaran
Kategori
0,02
0
0,14
0,04
0
0,03
0,04
0,07
0,01
0,08
0,43
1,75
Standar
Kelonggaran
Individu
0
810
1664
2.474
1,93
7,11
66
Tabel 5. 37
Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan
Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas IV Denpasar Selatan
Tahun 2014
Jumlah
Kekurangan
Masalah
Tekanan
Rasio
yang
dan
Tenaga
Beban
WISN
Dibutuhkan Kelebihan
Kerja
Kerja
5
7
-2
Kekurangan
0,7
Tinggi
Berdasarkan tabel 5.37, Puskesmas IV Denpasar Selatan kekurangan dua
Jumlah
yang Ada
orang dokter umum dan beban kerja dokter umum di Puskesmas IV Denpasar
Selatan berada di kategori tinggi (rasio WISN=0,7).
5.8 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar disajikan dalam
tabel 5.38. Tabel 5.38 menunjukan bahwa seluruh puskesmas memiliki beban
kerja yang tinggi (rasio WISN<1).
67
Tabel 5. 38
Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Nama
Puskesmas
Jumlah
Dokter
yang
Ada
Jumlah
Dokter
Menurut
WISN
Denpasar
Timur
I*
4
II
2
Denpasar
Barat
I
2
II*
4
Denpasar
Utara
I
3
II
3
4
III
Denpasar
Selatan
I
3
II
2
III
2
IV*
5
* Puskesmas Rawat Inap
Kekurangan
dan
Kelebihan
Masalah
Tenaga
Kerja
Rasio
WISN
Tekanan
Beban
Kerja
6
3
-2
-1
Kekurangan
Kekurangan
0.62
0.72
Tinggi
Tinggi
3
8
-1
-4
Kekurangan
Kekurangan
0.85
0.5
Tinggi
Tinggi
5
5
5
-2
-2
-1
Kekurangan
Kekurangan
Kekurangan
0.63
0.67
0.9
Tinggi
Tinggi
Tinggi
4
3
3
7
-1
-1
-1
-2
Kekurangan
Kekurangan
Kekurangan
Kekurangan
0.75
0.61
0.75
0.7
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
5.9 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Berdasarkan tabel 5.38, semua puskesmas se-Kota Denpasar mengalami
kekurangan tenaga kesehatan dokter umum, dimana kekurangan tenaga dokter
umum yang paling banyak yaitu Puskesmas II Denpasar Barat sebanyak empat
dokter umum. Puskesmas II Denpasar Barat merupakan puskesmas rawat inap
dengan beban kerja dokter umum berada di kategori tinggi. Jumlah dokter umum
yang ada saat ini sebanyak empat dokter umum dan berdasarkan hasil analisis
software WISN jumlah dokter umum yang dibutuhkan yaitu sebanyak delapan
68
dokter umum, sehingga perlu adanya penambahan tenaga dokter umum sebanyak
empat orang. Sedangkan puskesmas lainnya hanya kekurangan satu sampai dua
orang dokter. Masalah kekurangan tenaga dokter umum pada beberapa
puskesmas di Kota Denpasar dapat diatasi dengan adanya dokter internsip yaitu
pada Puskesmas I Denpasar Timur, Puskesmas II Denpasar Barat, dan Puskesmas
II Denpasar Utara. Berikut tabel distribusi dokter internsip di puskesmas Kota
Denpasar.
Tabel 5. 39
Distribusi Dokter Internsip di Puskesmas Kota Denpasar
No
Puskesmas
1
2
3
I Denpasar Timur
II Denpasar Barat
II Denpasar Utara
Jumlah
Dokter
Umum Saat
Ini
4
4
3
Jumlah
Dokter
Internsip
5
5
4
Kebutuhan
Sesuai
Hasil
WISN
6
8
5
Tekanan
Beban kerja
(Rasio
WISN)
0,62
0,5
0,67
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa kekurangan tenaga dokter umum di
tiga puskesmas tersebut sudah bisa diatasi dengan adanya penempatan dokter
internsip, dimana penempatan dokter internsip di Kota Denpasar sudah dilakukan
sejak tahun 2012. Jumlah dokter internsip di Puskesmas I Denpasar Timur
sebanyak lima dokter, jika dijumlahkan dengan dokter yang ada di puskesmas
maka jumlah dokter umum di Puskesmas I Denpasar Timur sebanyak sembilan
dokter. Jumlah ini sudah melebihi dari jumlah kebutuhan dokter umum di
Puskesmas I Denpasar yaitu enam dokter umum.
69
5.10
Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Berikut tabel distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar dilihat
dari jumlah desa/kelurahan, penduduk, kepadatan penduduk, dan pustu.
Tabel 5. 40
Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Puskesmas
Denpasar
Timur
I
II
Denpasar
Barat
I
II
Denpasar
Utara
I
II
III
Denpasar
Selatan
I
II
III
IV
Desa/
Kelurahan
Jumlah (N)
Kepadatan
Penduduk
Penduduk
(Km2)
Pustu
Dokter
Umum
6
5
74.528
63.354
9.924
4.669
2
4
4
2
5
6
103.360
106.840
9.733
7.902
3
4
2
4
4
3
4
51.308
70.831
60.308
10.134
6.972
3.537
1
2
3
3
3
4
3
4
2
1
89.116
42.252
40.169
26.958
6.519
3.223
2.744
3.599
2
3
1
-
3
2
2
5
Tabel 5.40 menunjukkan bahwa distribusi tenaga dokter umum di puskesmas
se-Kota Denpasar tidak merata karena jumlah kebuthan tenaga dokter umum di
setiap puskesmas bervariasi. Jumlah tenaga kesehatan dokter umum yang
terbanyak terdapat di puskesmas IV Denpasar Selatan berjumlah lima orang.
Puskesmas II Denpasar Timur, II Denpasar Barat, II Denpasar Selatan, dan III
Denpasar Selatan jumlah tenaga kesehatan dokter umumnya yaitu berjumlah
masing-masing dua orang. Puskesmas I Denpasar Utara, II Denpasar Utara dan I
70
Denpasar Selatan jumlah tenaga kesehatan dokter umumnya yaitu berjumlah
masing-masing berjumlah tiga orang. Sedangkan puskesmas I Denpasar Timur, II
Denpasar Barat dan III Denpasar Utara jumlah tenaga kesehatan dokter umumnya
yaitu berjumlah masing-masing empat orang.
Dilihat dari jumlah desa/kelurahan yang dilayani, Puskesmas IV Denpasar
Selatan melayani satu desa/kelurahan hingga satu puskesmas melayani sampai
enam desa/kelurahan (Puskesmas I Denpasar Timur dan Puskesmas II Denpasar
Barat). Jumlah penduduk yang harus dilayani paling banyak terdapat di wilayah
kerja Puskesmas II Denpasar Barat dan paling sedikit terdapat di wilayah kerja
Puskesmas IV Denpasar Selatan. Ketersediaan fasilitas pelayanan puskesmas pada
umumnya juga didukung oleh keberadaan pustu kecuali di Puskesmas IV
Denpasar Selatan yang tidak memiliki pustu.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Analisis beban kerja dengan menggunakan metode WISN pada penelitian ini
ternyata mampu menjawab tantangan dalam perencanaan kebutuhan tenaga dokter
umum dibandingkan dengan menggunakan metode rasio. Tingginya beban kerja
dokter umum mengindikasikan masih kurangnya tenaga dokter umum, berbeda
dengan hasil metode rasio yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar,
dimana menunjukkan bahwa tenaga dokter umum sudah cukup (rasio=
40,4/100.000 penduduk). Hal ini dikarenakan analisis kebutuhan tenaga dokter
umum dengan metode rasio hanya melihat perbandingan jumlah dokter umum
dengan jumlah penduduk, berbeda dengan analisis beban kerja yang menghitung
kebutuhan tenaga dokter umum dengan memperhitungkan komponen beban kerja.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perhitungan kebutuhan tenaga dokter umum
melalui analisis beban kerja lebih obyektif dibandingkan dengan metode rasio.
Analisis beban kerja adalah salah satu cara untuk menentukan perencanaan
kebutuhan sumber daya manusia. Diantara beberapa metode perencanaan tenaga
kesehatan, analisis beban kerja dengan metode WISN merupakan metode yang
mampu untuk mengevaluasi kesenjangan antara jumlah tenaga kesehatan
termasuk
distribusinya,
sangat
mudah
dioperasikan,
komprehensif, dan juga realistis (Kepmenkes 81, 2004).
71
mudah
diterapkan,
72
Kelengkapan data sangat mempengaruhi akurasi hasil dari metode WISN,
dimana data-data pendukung terkait dengan beban kerja nantinya akan dianalisis
secara statistik. Dengan kata lain, keakuratan hasil metode WISN pada penelitian
ini ditentukan dengan kelengkapan data observasi dan wawancara serta data
sekunder. Data observasi dan wawancara tersebut yaitu data tentang aktivitas
kegiatan sehari-hari dokter umum di puskesmas yang merupakan komponen
beban kerja, meliputi aktivitas kegiatan utama, penunjang, dan tambahan. Ketiga
aktivitas ini yang nantinya akan menentukan jumlah kebutuhan dokter umum dan
tekanan beban kerja dokter umum per puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan
semua puskesmas se-Kota Denpasar mengalami kekurangan tenaga dokter umum
dengan tekanan beban kerja yang tinggi.
Berdasarkan komponen beban kerja yang telah disepakati dalam workshop,
salah satu komponen utama yaitu KIE/konsultasi tidak dihitung karena semua
dokter umum tidak bisa menunjukkan catatan terkait jumlah aktifitas yang telah
dilakukan selama setahun. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh dokter umum tetapi
tidak melakukan pencatatan di buku rekam medis pasien. Apabila kegiatan ini
dihitung tentunya akan menambah beban kerja dokter umum. KIE/konsultasi
merupakan kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan, apalagi di era JKN saat
ini dimana lebih ditekankan untuk melakukan kegiatan promotif dan preventif
(Permenkes 28, 2014). Apabila dokter umum melakukan komunikasi secara
efektif dengan pasien tentunya juga akan bermanfaat kepada tingkat kesembuhan
pasien (KKI, 2006).
73
Mengacu pada panduan pelayanan pasien oleh dokter umum di Amerika
Serikat, waktu yang dibutuhkan dokter untuk membicarakan riwayat penyakit dan
keluhan pasien yaitu tujuh menit. Apabila dilanjutkan sampai selesai pemberian
terapi dan edukasi ke pasien membutuhkan waktu sampai 15 menit (Kauffman
2014). Kondisi tersebut jauh berbeda dengan rata-rata waktu pemeriksaan pasien
yang didapatkan pada penelitian ini. Jika waktu pemeriksaan pasien oleh dokter
umum mengikuti pada panduan seperti di Amerika, tentunya hal ini akan
menambah beban kerja dan kebutuhan dokter umum akan lebih tinggi di Kota
Denpasar.
Dilihat dari keseluruhan hasil perhitungan beban kerja, telah terlihat bahwa
beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar sudah cukup tinggi
walaupun ada komponen beban kerja yang tidak dihitung karena lemahnya
dokumentasi pencatatan oleh setiap dokter umum.
Sebuah studi yang meneliti tentang beban kerja dan kinerja pekerja
dilaksanakan oleh Shah et al. pada tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini yaitu
upaya untuk menggabungkan dan mengevaluasi teori yang berbeda pada topik
beban kerja dan kinerja pekerja serta menyimpulkan poin-poin penting untuk
dijadikan pedoman bimbingan kepada manajer dan pekerja. Hasil penelitian
menyimpulkan beban kerja memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja
pekerja. Beban kerja yang tinggi pada pekerja harus sesuai dengan kemampuan
dan potensi mereka untuk mengatasi stres.
Penelitian lain ditemukan bahwa beban kerja dapat berdampak pada pelayanan
kesehatan masyarakat. Penelitian tentang beban kerja dokter umum oleh Rusli et
74
al. tahun 2013 menyatakan bahwa beban kerja dokter umum di Poli Umum sangat
tinggi bila dibandingkan dengan jumlah pasien yang harus dilayani dan waktu
kerja tersedia. Kurangnya waktu kerja tersedia bagi dokter umum untuk
melakukan pelayanan di Poli Umum dan beban kerja dokter umum yang sudah
berlebih bagi satu orang dokter menyebabkan waktu kerja untuk pelayanan pasien
di Poli Umum kurang. Peneliti juga menyarankan untuk Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung, perlu menambahkan waktu kerja tersedia untuk pelayanan
kepada masyarakat dengan memulai pelayanan lebih awal dan mengakhiri
pelayanan lebih lama. Penambahan tenaga dokter umum untuk bertugas di Poli
Umum Puskesmas Kedaton mengingat beban kerja dokter umum telah berlebih
untuk beban kerja seorang dokter umum serta menetapkan kebijakan tentang
ketidakhadiran pegawai
di
wilayah Kota
Bandar
Lampung mengingat
ketidakhadiran ini akan mengurangi waktu kerja tersedia. Penelitian oleh Supardi
(2007), menyatakan bahwa hubungan beban kerja dengan stres kerja
menggambarkan bahwa 4,10% dari beban kerja memberikan pengaruh terhadap
terjadinya stres kerja. Beban kerja yang tidak sesuai baik dari kuantitas atau
kualitas perawat dapat menimbulkan stres dan berakibat pada kualitas pelayanan
yang diberikan pada pasien.
Hasil temuan dari survei yang dilakukan oleh sekelompok peneliti di
Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa hampir setengah dari dokter di AS
menganggap beban kerja yang berlebihan dapat mengancam keselamatan pasien
dan menjadi penyebab besar kesalahan medis. Hasil temuan ini mengungkapkan
banyak konsekuensi dari pemberian terlalu banyak pekerjaan untuk dokter.
75
Menurut hasil survei, 40% dokter percaya bahwa jumlah pasien yang
mengunjungi mereka selama satu bulan sering melebihi tingkat yang aman dan
36% dokter melaporkan frekuensi kunjungan pasien yang berlebih terjadi lebih
dari sekali seminggu (Michtalik et al., 2013).
6.2 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua puskesmas mengalami
kekurangan dokter umum fungsional yang akan bertugas di pelayanan. Hasil dari
analisis beban kerja ini akan sangat memudahkan puskesmas dalam merencanakan
kebutuhan tenaga dokter umum agar sesuai dengan beban kerja dari masingmasing puskesmas. Penelitian oleh Suharyono dan Adisasmito (2006), kelebihan
penghitungan tenaga kesehatan menggunakan metode WISN yaitu lebih fokus
pada penghitungan kebutuhan tenaga kesehatan dengan menyesuaikan pada uraian
pekerjaan yang ada di unit kerja yang akan diteliti, sehingga hasil yang diperoleh
sesuai dengan beban kerja berdasarkan uraian pekerjaannya. Perhitungan
kebutuhan tenaga dokter umum dengan analisis beban kerja pada penelitian ini
telah menunjukkan hasil yang lebih obyektif jika mengacu kepada metode rasio
yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
Beberapa puskesmas menunjukkan kebutuhan dokter umum mulai satu sampai
dengan empat orang untuk mengatasi beban kerja sesuai hasil WISN. Keadaan ini
menunjukkan hal yang berbeda jika dilihat dari rasio dokter umum dengan jumlah
penduduk di Kota Denpasar. Sepuluh kepala puskesmas saat ini yang merupakan
dokter umum sudah termasuk berdasarkan perhitungan rasio tersebut, tetapi pada
76
kenyataannya para kepala puskesmas sudah banyak dibebankan dengan kegiatan
diluar pelayanan (kegiatan struktural) yang menyebabkan sedikitnya waktu yang
tersedia untuk ikut dalam kegiatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Keadaan yang berbeda terjadi di Afrika khususnya di sub-Sahara Afrika yang
merupakan negara yang mengalami kekurangan tenaga kesehatan. Menurut hasil
laporan WHO tahun 2006, diperkirakan mengalami kekurangan hampir 4,3 juta
dokter, bidan, perawat, dan tenaga pendukung di seluruh dunia. Kekurangan yang
paling parah terjadi di negara termiskin, terutama di sub-Sahara Afrika, dimana
tenaga kesehatan sangat dibutuhkan. Afrika hanya memiliki tenaga kesehatan
sebesar 2,3 per 1000 penduduk, dibandingkan dengan Amerika yang memiliki
tenaga kesehatan sebesar 24,8 per 1000 penduduk. Tiga puluh enam negara dari
46 negara yang ada di Afrika mengalami kekurangan tenaga dokter, perawat dan
bidan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Naicker et al. tahun 2009,
terdapat 29 dari 46 negara di sub-Sahara Afrika memiliki jumlah dokter dibawah
rekomendasi WHO yaitu minimal 2 dokter per 10.000 penduduk. Keadaan ini
disebabkan karena migrasi tenaga kesehatan ke negara yang lebih baik. Penelitian
lain di Afrika Selatan menemukan jumlah dokter umum yang ada saat ini hanya
sejumlah 7% dari total kebutuhan dokter (Daviaud dan Chopra, 2008). Kondisi
dokter umum di negara ASEAN seperti di Vietnam, rasio tenaga dokter sebesar
4,5 per 10.000 penduduk. Keadaan ini hampir sama dengan Indonesia dengan
rasio dokter sebesar 4 per 10.000 penduduk. Namun di Singapura kondisi tenaga
dokter umum jauh lebih baik yaitu dengan rasio 16 per 10.000 penduduk
(Sanjeed, 2009).
77
Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya
dalam rangka penguatan perencanaan kebutuhan SDM kesehatan, seperti :
memfasilitasi Kabupaten/Kota untuk menyusun dokumen perencanaan kebutuhan
kabupaten/kota dan melakukan penyusunan peta kebutuhan tenaga kesehatan di
Indonesia. Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan SDM Kesehatan tahun 2013
menunjukkan masih terdapat kesenjangan distribusi antar wilayah provinsi,
kabupaten, dan antar fasilitas pelayanan kesehatan. Sekitar 14,70% puskesmas
masih ada yang tidak mempunyai dokter. Upaya pemenuhan kebutuhan tenaga
kesehatan yang telah dilakukan meliputi penugasaan secara khusus tenaga
kesehatan dalam waktu tertentu, pengangkatan bidan, dokter, dokter gigi sebagai
pegawai tidak tetap (PTT), dan pengadaan CPNS. Upaya lain yang juga
dilaksanakan terkait pemenuhan tenaga kesehatan yaitu melakukan kajian
kebutuhan task shifting (pelimpahan wewenang) dan kajian ditribusi tenaga
kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan. Pelaksanaan kajian
kebutuhan task shifting (pelimpahan wewenang) dilakukan untuk daerah-daerah
yang belum tersedia tenaga dokter umum sehingga akan diketahui adanya
kebutuhan task shifting dari tenaga kesehatan tertentu ke tenaga kesehatan
lainnya, kompetensi yang diperlukan, pelatihan, regulasi, dan tanggung jawab
serta tanggung gugat apabila terjadi adverse effect pada saat melakukan task
shifting. Sedangkan kajian ditribusi tenaga kesehatan dilakukan untuk
memperoleh rancangan pedoman distribusi tenaga kesehatan sesuai dengan
karakteristik wilayah. Selain melakukan upaya pemenuhan tenaga kesehatan juga
dilaksanakan peningkatan kemampuan dan mutu SDM kesehatan meliputi
78
peningkatan mutu SDM kesehatan melalui program bantuan pendidikan
berkelanjutan, program internsip dokter dokter Indonesia, pendidikan dan
pelatihan tenaga kesehatan, serta pendidikan dan pelatihan aparatur (Kemenkes,
2013d). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa puskesmas di
Denpasar ada yang memiliki dokter internsip yaitu Puskesmas I Denpasar Timur,
Puskesmas II Denpasar Barat, dan Puskesmas II Denpasar Utara. Dokter internsip
merupakan program pemerintah sebagai lanjutan dari profesi dokter dengan
menempatkan dokter umum di berbagai layanan kesehatan termasuk puskesmas
(Depkes, 2009). Penempatan dokter internsip tentunya sangat membantu dalam
pelaksanaan program kesehatan di puskesmas yang secara langsung akan
mengurangi beban kerja dokter umum di puskesmas bersangkutan dimana mereka
ditempatkan. Adanya penempatan dokter internsip sejak tahun 2012 sudah dapat
memenuhi kebutuhan dokter di tiga puskesmas tersebut, walaupun sesuai dengan
aturan pemerintah bahwa waktu penempatannya hanya selama setahun yaitu
empat bulan di puskesmas dan delapan bulan di rumah sakit (Depkes, 2009).
Negara
tetangga
seperti
Malaysia
selama
bertahun-tahun
telah
memperkerjakan dokter asing untuk mengatasi kekurangan dokter, namun pada
saat yang bersamaan dokter Malaysia lebih memilih bekerja di Singapura yang
menawarkan penghasilan yang lebih tinggi (Winantyo et al., 2008). Berbeda
dengan Negara Thailand yang mengatasi kekurangan tenaga dokter umum dengan
menerapkan
sistem
pelayanan
kesehatan
pedesaan
wajib
bagi
tenaga
kesehatannya. Sistem ini telah memperbaiki kekurangan tenaga dokter di wilayah
pedesaan secara substansial mengurangi emigrasi dokter Thailand ke luar negeri,
79
meskipun sistem ini masih memiliki keterbatasan dan masalah. Sejumlah strategi
telah dilakukan dalam upaya untuk memecahkan permasalahan yang muncul,
seperti satu tahun layanan pedesaan prasyarat untuk pelatihan khusus bagi semua
lulusan dokter baru; program khusus di sekolah kedokteran untuk menghasilkan
dokter pedesaan; menetapkan tingkat gaji khusus untuk dokter pedesaan; dan
pendiri sekolah kedokteran baru di daerah pedesaan (Wiwanitkit, 2011).
6.3 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar
Berdasarkan data dari hasil penelitian distribusi dokter umum di puskesmas
se-Kota Denpasar tidak merata. Hal ini dikarenakan jumlah kebutuhan tenaga
dokter umum di setiap puskesmas bervariasi. Puskesmas II Denpasar Barat
merupakan puskesmas dengan jumlah kebutuhan dokter umum yang paling
banyak yaitu delapan dokter umum, sedangkan jumlah dokter yang ada berjumlah
empat dokter.
Sejalan dengan penelitian di Namibia, menemukan bahwa terjadi kekurangan
tenaga kesehatan dokter dan apoteker, serta distribusinya belum merata. Terbalik
dengan perawat dengan jumlah cukup namun distribusinya juga belum merata
karena cenderung bekerja di rumah sakit. Hasil dari temuan WISN ini kemudian
dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan
(Mcquide dan Forster, 2013).
Penelitian yang dilaksanakan di Amerika Serikat menyatakan bahwa distribusi
dokter di puskesmas tidak merata, khususnya di masyarakat miskin dan pedesaan.
Ada sekitar 80 dokter puskesmas per 100.000 orang di Amerika Serikat. Namun,
80
rata-rata dokter di puskesmas adalah 68 per 100.000 di daerah pedesaan dan 84
per 100.000 di daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan tenaga dokter terpusat di
daerah perkotaan dan pinggiran kota (Petterson et al., 2013). Keadaan ini hampir
sama dengan Perancis, tenaga dokter umum terpusat di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah terpencil dengan rasio 367 per 100.000 penduduk di
daerah perkotaan dan 118 per 100.000 penduduk di daerah terpencil (Herman et
al., 2013).
Terkait upaya pemenuhan tenaga kesehatan yang merata perlu diperhatikan
determinan distribusi tenaga kesehatan, dimana salah satu faktor determinan yang
penting adalah gaji, apabila gaji meningkat di satu tempat, maka akan terjadi
peningkatan suplai tenaga di daerah tersebut sehingga dapat mengurangi
kesenjangan tenaga yang terjadi (Meliala, 2009). Pada hasil penelitian di
Kabupaten Blitar, dari empat faktor yang diteliti hanya tiga faktor yang
mempunyai hubungan positif terhadap distribusi jumlah tenaga dokter umum
yaitu faktor jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan jumlah sarana pelayanan
kesehatan (Laksono et al., 2012).
6.4 Keterbatasan Penelitian
Setiap penelitian tentunya memiliki keterbatasan, begitu pula dengan
penelitian ini. Kelengkapan data yang diperlukan terkait dalam analisis beban
kerja dengan metode WISN merupakan hal yang sangat penting karena akan
mempengaruhi akurasi dari penghitungan beban kerja. Komponen KIE/konsultasi
yang merupakan komponen penting tidak masuk dalam penghitungan karena tidak
81
adanya bukti catatan kegiatan tersebut dalam setahun, yang tentunya akan
mengurangi keakurasian dari hasil analisis beban kerja ini. Tenaga observer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah petugas bukan dokter yang telah dilatih
tentang WISN. Sebaiknya diupayakan tenaga observer adalah mereka yag
memiliki jenis pekerjaan yang sama yaitu tenaga dokter umum untuk
memudahkan memahami dari komponen beban kerja yang akan diobservasi.
Mengingat keterbatasan biaya dan waktu, pelaksanaan observasi kegiatan
dokter umum hanya dilaksanakan selama tiga hari yaitu dengan memilih variasi
kunjungan puskesmas mulai hari dengan kunjungan tertinggi (Hari Senin), sedang
(Hari Rabu), dan juga hari dengan kunjungan terendah (Hari Jumat). Hasil dari
observasi tersebut hanya dapat digunakan untuk memvalidasi waktu kegiatan
pelayanan utama saja. Jika memungkinkan pengamatan dilakukan lebih panjang
agar semua komponen beban kerja dapat diobservasi untuk menambah akurasi
hasil penghitungan WISNnya.
Berdasarkan rancangan penelitian, penggunaan rancangan deskriptif crosssectional pada penelitian ini hanya menggambarkan beban kerja, kebutuhan dan
distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar. Keterbatasan pemilihan
rancangan ini adalah tidak mampu mengetahui kinerja dan kualitas pelayanan
dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar adalah tinggi
(rasio WISN<1). Kondisi ini menunjukkan hal yang berbeda dari metode
rasio yang telah digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Denpasar.
2. Kebutuhan dokter umum di seluruh puskesmas di Kota Denpasar
bervariasi karena terjadi kekurangan dokter umum pada semua puskesmas
antara satu sampai dua dokter umum. Kekurangan terbanyak ditemukan di
Puskesmas II Denpasar Barat sebanyak 4 orang.
3. Distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar tidak merata
karena semua puskesmas mengalai kekurangan dokter umum secara
bervariasi.
7.2 Saran
a. Bagi Pemangku Kebijakan
-
Pemerintah Kota Denpasar dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota
Denpasar dan instansi terkait, diharapakan dalam perencanaan
kebutuhan tenaga kesehatan khusunya dokter umum kedepan
diharapkan menggunakan analisis beban kerja karena lebih obyektif
daripada metode rasio.
-
Terkait dengan lemahnya sistem pencatatan oleh dokter umum apalagi
telah diberlakukannya penilaian kinerja pegawai dengan metode SKP,
82
83
dimana seluruh kegiatan yang dilakukan akan dimasukkan ke dalam
penilaian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan untuk membuatkan
Standar Prosedur Operasional (SPO) dalam pencatatan medis dalam
buku rekam medis agar terjadi keseragaman disemua puskesmas.
Termasuk juga SPO dalam pemeriksaan pasien agar ada standarisasi
waktu yang sama untuk semua puskesmas.
b. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
-
Untuk penelitian selanjutnya agar memasukkan seluruh komponen
beban kerja dokter umum seperti KIE/konseling dan komponen yang
lain agar hasil analisis beban kerjanya lebih realistis.
-
Petugas observer yang digunakan pada penelitian selanjutnya
diupayakan memiliki profesi yang sama dengan partisipan yang
diobservasi yaitu tenaga dokter umum.
-
Waktu observasi untuk masing-masing puskesmas agar diperpanjang
untuk mendapatkan catatan waktu unutk semua komponen beban kerja
dokter umum.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kepegawaian Nasional. 2013. Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Sipil. BKN. Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2005. Laporan Kajian Kebijakan
Perencanaan Tenaga Kesehatan. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia dan
Kebudayaan. Jakarta.
Brady, A.-M. et al. 2007. Measuring the workload of community nurses in
Ireland: a review of workload measurement systems. Journal of nursing
management 15(5) : 481–489.
Daviaud, E. dan Chopra, M. 2008. How much is not enough? Human resources
requirements for primary health care: a case study from South Africa.
Bulletin of the World Health Organization 86(1): 46–51.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelaksanaan Internsip Dokter
Indonesia. Buku 1. BPPSDM Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI dan GTZ. 2009. Perlengkapan Kerja WISN :
Perlengkapan Untuk Pengembangan Indikator Beban Kerja Petugas (WISN)
Untuk Memperbaiki Perencanaan Dan Manajemen Tenaga Kerja
Kesehatatan Dalam Sistem Kesehatan Yang Di Desentralisasi. BPPSDM
Kesehatan. Jakarta.
Dewdney, J. 2001. WPRO / RTC Health Workforce Planning Workbook.
University of New South Wales. Sydney.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2015. Selayang Pandang. Disdukcapil
Kota Denpasar. Denpasar.
Dinas Kesehatan. 2014a. Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2013. Dikes
Kota Denpasar. Denpasar.
Dinas Kesehatan. 2014b. Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun 2013. Dikes
Provinsi Bali. Denpasar.
84
85
Doulati, S.P. et al. 2013. The Assessment of Needed Workload for Manpower
Approximation in Health Houses in Iran ‗ s Villages. European Journal of
Scientific Research 114(1): 139–148.
Egger, D. 2000. Human Resources fo Health. Achieving the right balance: The
role of policy-making processes in managing human resources for health
problems. WHO.Genewa.
Goetz, K. et al. 2013. The influence of workload and health behavior on job
satisfaction of general practitioners. Family medicine 45(2): 95–101.
Hagopian, A. et al. 2012. Applying WHO‘s ―Workforce Indicators of Staffing
Need‖ (WISN) Method to Calculate the Health Worker Requirements for
India‘s Maternal and Child Health Service Guarantees in Orissa State. Health
Policy and Planning 27(1): 11–18.
Hassani, S.A. et al. 2013. Right place of human resource management in the
reform of health sector. Iranian journal of public health 42(1): 56–62.
Herman dan Hasanbasri, M. 2008. Evaluasi Kebijakan Penempatan Tenaga
kesehatan di Puskesmas Sangat Terpencil di Kabupaten Buton. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan 11(03): 103–111.
Herman, Trisnantoro, L. dan Hasanbasri, M. 2013. Kebijakan untuk Daerah
dengan Jumlah Tenaga Kesehatan Rendah. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia 02(01): 1–19.
Hornby, P. et al. 1976. Trends in Planning for Health Manpower. WHO chronicle
30(11): 447–54.
Hurst, K. et al. 2008. Calculating Staffing Requirements. Nursing management
(Harrow, London, England : 1994) 15(4): 26–34.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.
November. KKI. Jakarta.
Kabene, S.M. et al. 2006. The Importance of Human Resources Management in
Health Care: A Global Context. Human resources for health 4: 20.
Kauffman, M. 2014. History and Physical Examination : A Common Sense
Approach. K. Birthcher & T. Reilly. William Brottmiller. USA.
Kementerian Kesehatan RI. 2013a. Data Dasar Puskesmas.Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan. Jakarta.
86
Kementerian Kesehatan RI. 2013b. Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja
DI Lingkungan Kementerian Kesehatan. Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013c. Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan dalam Persiapan Pelaksanaan JKN. BPPSDM Kesehatan.
Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2013d. Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi
JKN. BPPSDM Kesehatan. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 81/Menkes/SK/I/2004
Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan Di Tingkat Propinsi,
Kab/Kota Serta Rumah Sakit. 13 Januari 2004. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Kurniati, A. dan Efendi, F. 2012. Kajian Sumber Daya Manusia Kesehatan Di
Indonesia. Editor Abdurrachman. Salemba Medika. Jakarta.
Laksono, A.D., WidodoJ, P. dan Mulyono, I.M. 2012. Analisis Kebijakan
Ketenagaan, Sebuah Formulasi Kebijakan Ketenagaan Dokter Umum.
Cetakan Pertama. Health Advocacy. Surabaya.
Markham, B. dan Birch, S. 1997. Back to the future: a framework for estimating
health-care human resource requirements. Canadian journal of nursing
administration 10(1): 7–23.
Mcquide, P.A. dan Forster, N. 2013. Applying The Workload Indicators of
Staffing Need ( WISN ) Method in Namibia : Challenges and Implications
for Human Resources for Health Policy. Human resources for health 11.
Meliala, A. 2009. Mengatasi Maldistribusi Tenaga Dokter di Indonesia. Policy
Brief 2.
Michtalik, H.J. et al. 2013. Impact of Attending Physician Workload on Patient
Care: A Survey of Hospitalists. JAMA Intern Medicine 173(5): 375–377.
Mohamed, N.S. dan Hameed, A. 2015. The Impact of Human Resources
Managemen on Healthcare Quality. International Journal of Managemen
(IJM) 6(I): 603–612.
Mudayana, A.A. 2010. Pengaruh Motivasi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. KES MAS 4(2): 84–92.
87
Musau, P. et al. 2008. Workload Indicators of Staffing Need method in
determining optimal staffing levels at Moi Teaching and Referral Hospital.
East African medical journal 85(5): 232–239.
Naicker, S. et al. 2009. Shortage of Healthcare Workers in Developing
Countries—Africa. Ethnicity & Disease 19: 60–64.
Nopiyani, N.M.S, Wulandari, L.P.L. dan Suarjana, I.K. 2014. Analisis Kapasitas
Sub-Sistem Sumber Daya Manusia Kesehatan Untuk Implementasi
Treatment As Prevention Pada Pekerja Seks Perempuan Di Provinsi Bali
Menggunakan Workload Indicators Of Staffing Need Dan Studi Kualitatif.
Tesis. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Udayana. Denpasar.
Oktarina dan Sugiharto, M. 2011. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kesehatan
Penugasan Khusus dan Tenaga PTT di Daerah Terpencil Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK) Tahun 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 14(3):
282–289.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Pusat
Kesehatan Masyarakat. 17 Oktober 2014. Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
Pedoman Program Jaminan Kesehatan Nasional. 3 Juni 2014. Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2007 Tata Cara
Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan
Perencanaan Tenaga Kerja. 5 Februari 2007. Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 34. Jakarta
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Sistem Kesehatan
Nasional. 13 Agustus 2012. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 193. Jakarta
Petterson, S.M. et al. 2013. Unequal Distribution of the U.S. Primary Care
Workforce. American Family Physician 87(11).
Purvis, M. 2013. BMJ Careers - The GP workforce crisis: putting the right doctors
in
the
right
place
at
the
right
time.
http://careers.bmj.com/careers/advice/view-article.html?id=20010282.
10
September 2014 (15.40).
88
Rauhala, A. dan Fagerström, L. 2007. Are Nurses‘ Assessments of Their
Workload Affected by Non-Patient Factors? An analysis of the RAFAELA
System. Journal of nursing management 15(5): 490–499.
Riitta, Kolehmaines, L. dan Aitken. 1993. Human Resources Planning : Issues
and Methods Table of Contents. Department of Population and International
Health Harvard School of Public Health. Boston.
Rusli, Y., Nusri, T.M. dan Farich, A. 2013. Analisis Beban Kerja Dokter dan
Perawat di Poli Umum Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung dengan
Metode Workload Indicator Staff Needs (WISN). Jurnal Dunia Kesmas 2(1).
Ryu, H.-S. et al. 2003. A workload analysis of a visiting nursing service based on
a health center in Seoul]. Taehan Kanho Hakhoe chi 33(7): 1018–27.
Sanjeed, V. 2009. Vietnam Healthcare - The Next Growth Frontier? Asia Pasific
Biotech 13(10): 18–24.
Saputri, V.W. dan Ainy, A. 2009. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Dengan Metode Workload Indicators Of Staffing Need (WISN)
Di Puskesmas Merdeka Kota Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
1 (1) : 64-73.
Schoo, A.M. et al. 2008. Workload capacity measures for estimating allied health
staffing requirements. Australian Health Review : A Publication of The
Australian Hospital Association 32(3): 548–58.
Shah, S.S.H. et al. 2011. Workload and Performance of Employees.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business 3(5): 256–
267.
Suharmiati, Handayani, L. dan Kristiana, L. 2012. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Daerah
Terpencil Perbatasan di Kabupaten Sambas. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan 15: 223–231.
Suharyono, M.W. dan Adisasmito, W.B. 2006. Analisis Jumlah Kebutuhan
Tenaga Pekarya dengan Work Sampling Di Unit Layanan Gizi Pelayanan
Kesehatan. Manajemen Pelayanan Kesehatan 9(2).
Supardi. 2007. Analisa Stres Kerja Pada Kondisi dan Beban Kerja Perawat
dalam Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau
Kesdam I/BB Medan. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan.
WHO. 2006. The world health report 2006: Working Together for Health.Geneva
89
WHO. 2010. Workload Indicator Of Staffing Need. WHO Press. Geneva.
Winantyo, R. et al.2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat
Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global S. Arifin, R. A. Djaafara, & A.
S. Budiman. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Wiwanitkit. 2011. Mandatory Rural Service for Health Care Workers in Thailand.
Rural and Remote Health 11: 1–9.
LAMPIRAN
90
Program Magister
Ilmu Kesehatan
Masyarakat
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
APLIKASI METODE
WORKLOAD INDICATORS
OF STAFFING NEED
(WISN) DALAM ANALISIS
BEBAN KERJA DOKTER
UMUM DI PUSKESMAS
SE-KOTA DENPASAR
INSTRUMEN
KUANTITATIF
Pedoman OBSERVASI
Dokter Umum
PEDOMAN OBSERVASI
Puskesmas……………………………….
KARAKTERISTIK RESPONDEN
RESPONDEN ADALAH DOKTER FUNGSIONAL
No
IDENTIFIKASI
1
Nama responden
:
2
Umur
:
3
Jenis Kelamin
:
4
Status Pegawai
: 1.PNS
2. Kontrak
3. PTT
5
Lama bekerja
:
Tahun,
Bulan
6
Program yang dipegang ( dilingkari yang sesuai )
a. Koordinator program :
( ditulis nama programnya )
b. Bendahara BOK
c. Bendahara JKN
d. Bendahara JKBM
e. Lain-lain ( ditulis ) :
f. Tidak ada
7
Praktek mandiri
: 1. YA
2. TIDAK
KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN UTAMA
Pengamatan ke
Hari/tanggal
:…………………
:………………….
1. Pelayanan pasien Kasus Baru
(Anamnesa,
pemeriksaan, Kasus Lama
Pencatatan )
Pengamatan pasien ke
(ditulis dalam menit)
1
2
3 4 5
rata2 :..menit
rata2 :..menit
2. Visite pasien
rata2 :..menit
3. Tindakan medis kecil
rata2:...menit
4. KIE /Konsultasi
rata2 :..menit
5. Konseling HIV/KBM
rata2 :..menit
Pengamatan ke
Hari/tanggal
:…………………
:………………….
1. Pelayanan pasien Kasus Baru
(Anamnesa,
pemeriksaan, Kasus Lama
Pencatatan )
Pengamatan pasien ke
(ditulis dalam menit)
1
2
3 4 5
rata2 :..menit
rata2 :..menit
2. Visite pasien
rata2 :..menit
3. Tindakan medis kecil
rata2:...menit
4. KIE /Konsultasi
rata2 :..menit
5. Konseling HIV/KBM
rata2 :..menit
Pengamatan ke
Hari/tanggal
:…………………
:………………….
Pengamatan pasien ke
(ditulis dalam menit)
1
2
3 4 5
1. Pelayanan pasien Kasus Baru
(Anamnesa,
pemeriksaan, Kasus Lama
Pencatatan )
rata2 :..menit
2. Visite pasien
rata2 :..menit
3. Tindakan medis kecil
rata2:...menit
4. KIE /Konsultasi
rata2 :..menit
5. Konseling HIV/KBM
rata2 :..menit
rata2 :..menit
Hasil Rekapan
1. Pelayanan pasien
Kasus Baru
rata2 :………menit
Kasus Lama
rata2 :………menit
2. Visite pasien
rata2 :………menit
3. Tindakan medis kecil
rata2 :………menit
4. KIE /Konsultasi
rata2:………menit
5. Konseling HIV/KBM
rata2 :………menit
KEGIATAN PENUNJANG
( Bisa dari hasil wawancara )
1. Pertemuan/rapat rutin pusk. : ……….kali/ tahun rata2 :…….. jam
2. Kunjungan rumah (sulinggih) : ……….kali/ tahun rata2 :………jam
3. P3K/safari kesehatan
:………..kali/ tahun rata2 :………jam
4. Imunisasi anak sekolah
:………..kali/ tahun rata2 :………jam
5. Surveilans lapangan(campak) :………..kali/ tahun rata2 :………jam
6. Kunjungan lapangan
:………..kali/ tahun rata2 :………jam
(PPTI,gizi buruk,kusta, jiwa)
7. Skrining anak sekolah
:………..kali/ tahun rata2 :………jam
8. Penyuluhan
:………..kali/ tahun rata2 :………jam
9. Mobile VCT
:………..kali/ tahun rata2 :………jam
10. Posyandu paripurna/posbindu:………..kali/ tahun
rata2 :………jam
KEGIATAN TAMBAHAN
(Bisa dari hasil wawancara )
1. Supervisi pustu
:………..kali/ tahun rata2 :………jam
2. Mengikuti seminar/ pelatihan :………..kali/ tahun rata2 :………jam
:………..hari/tahun
3. Administrasi umum
:………. Jam/ perminggu
Tertanda,
Peneliti
dr.A.A Ngr. Gd. Dharmayuda
HP : 081338543907
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Udayana
Denpasar,
Januari 2015
Petugas…:………………………
……………………….
Program Magister
Ilmu Kesehatan
Masyarakat
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
APLIKASI METODE
WORKLOAD INDICATORS
OF STAFFING NEED
(WISN) DALAM
ANALISIS BEBAN KERJA
DOKTER UMUM DI
PUSKESMAS SE-KOTA
DENPASAR
INSTRUMEN
PENGUMPULAN DATA
SEKUNDER
PENDAHULUAN:
1.
2.
3.
4.
Ucapkan salam (misalnya: selamat pagi, selamat siang)
Perkenalkan diri
Jelaskan tujuan dari penelitian ini
Mohon perkenan Pimpinan Puskesmas untuk memberikan data-data yang
diperlukan
5. Ucapkan terimakasih atas kesediaannya memberikan data-data yang
diperlukan untuk penelitian ini
DATA SEKUNDER
PUSKESMAS……………………………………………..
1. Kondisi wilayah kerja
a. Jumlah desa/kelurahan
:……………………………..
b. Jumlah penduduk tahun 2014
:……………………………..
c. Kepadatan penduduk
:……………………………..
d. Jumlah pustu
:……………………………..
2. Jumlah kunjungan/ kegiatan tahun 2014
a. Kunjungan baru
:……………………………..
b. Kunjungan lama
:……………………………..
c. Jumlah pasien rawat inap umum
:……………………………..
d. Jumlah pasien rawat inap kebidanan :……………………………..
e. Jumlah tindakan medis kecil
:……………………………..
(yang dilakukan oleh dokter umum. Bisa dilihat dari catatan
persetujuan tindakan medis di UGD)
f. Jumlah P3K/safari kesehatan
:……………………………..
g. Jumlah KIE/konsultasi
:……………………………..
h. Jumlah konseling HIV/KMB
:……………………………..
3. Hari kerja tahun 2014
a. Hari kerja setahun
:…………………………….
b. Libur nasional
:…………………………….
c. Libur daerah
:…………………………….
JUMLAH
:…………………………….
4. Daftar kehadiran dokter umum selama tahun 2014
a. Dokter I
 Cuti tahunan
:……………………………
 Sakit
:…………………………..
 Ijin
:…………………………..
 Tanpa keterangan
:…………………………..
 Dinas luar
:…………………………..
b. Dokter II
 Cuti tahunan
:……………………………
 Sakit
:…………………………..
 Ijin
:…………………………..
 Tanpa keterangan
:………………………….
 Dinas luar
:………………………….
c. Dokter III
 Cuti tahunan
:……………………………
 Sakit
:…………………………..
 Ijin
:…………………………..
 Tanpa keterangan
:………………………….
 Dinas luar
:…………………………..
d. Dokter IV
 Cuti tahunan
:……………………………
 Sakit
:…………………………..
 Ijin
:…………………………..
 Tanpa keterangan
:…………………………..
 Dinas luar
:…………………………..
e. TOTAL
 Cuti tahunan
:……………………………
 Sakit
:…………………………..
 Ijin
:…………………………..
 Tanpa keterangan
:………………………….
 Dinas luar
:…………………………..
5. TUPOKSI
Ada
Tidak
6. Bagan uraian tugas
Ada
Tidak
7. Standar prosedur operasional
Ada
Tidak
Tertanda,
Peneliti
Denpasar,
Januari 2015
dr.A.A Ngr. Gd. Dharmayuda
Petugas :……………………………….
HP : 081338543907
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Udayana
:……………………………….
CATATAN OBSERVER
NO
CATATAN
PELAKSANAAN WORKSHOP DOKTER UMUM
1. Nama Kegiatan
Workshop WISN dokter umum di puskesmas se- Kota Denpasar
2. Waktu
Hari Sabtu, 13 Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I
Denpasar Selatan.
3. Peserta
Peserta terdiri dari perwakilan dokter umum masing-masing satu orang dari
setiap puskesmas. Namun peserta yang hadir hanya berjumlah 10 orang karena
Puskesmas III Denpasar Selatan tidak ada perwakilannya.
4. Hasil Kegiatan
Workshop diawali dengan absensi peserta dan kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan maksud dan tujuan kegiatan workshop WISN. Peneliti
menjelaskan sepintas tentang metode WISN dan cara penghitungannya.
Peserta kemudian peneliti ajak untuk menyepakati waktu kerja setahun
dan menyusun daftar kegiatan dokter umum sebagai komponen beban kerja.
Untuk waktu kerja setahun disepakati adalah 52 minggu, enam hari kerja, dan
waktu kerja perhari adalah 5,8 jam. Waktu kerja setahun akan dikurangi pula
dengan hari libur nasional dan daerah, daftar absensi dokter umum ( cuti, ijin,
sakit, dan tanpa keterangan), serta meninggalkan tugas karena mengikuti
pelatihan/ dinas luar.
Kegiatan dilanjutkan dengan mendiskusikan komponen beban kerja
dokter umum. Peneliti sudah menyiapkan daftar awal untuk didiskusikan dan
dalam diskusi ternyata cukup banyak masukan dari para peserta terkait
kegiatan mereka di puskesmas. Seluruh masukan peneliti catat dalam daftar
komponen beban kerja dan membuat kesepakatan kembali tentang komponen
beban kerja tersebut. Peneliti meberikan masukan kepada peserta, bahwa
semua kegiatan yang diusulkan sebagai komponen beban kerja bisa akan
dihitung apabila peserta telah memiliki catatan terkait kegiatan yang telah
diusulkan. Apabila jumlah kegiatan tidak bisa ditunjukkan oleh peserta saat
observasi, kegiatan tersebut, tentunya tidak akan dimasukkan sebagai
komponen beban kerja. Pengitungan beban kerja sangat tergantung dari durasi
waktu dan juga jumlah kegiatan yang dilakukan oleh dokter umum. Dari 14
jumlah komponen beban kerja yang peneliti usulkan, berkembang menjadi 18
jenis kegiatan sebagai daftar komponen beban kerja.
Kegiatan dilanjutkan untuk menyusun standar waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan setiap komponen beban kerja yang telah disepakati
sebelumnya. Standar tersebut akan dijadikan panduan dalam melakukan
validasi oleh tenaga observer saat kegiatan observasi di lapangan.
5. Penutup
Kegiatan workshop WISN telah selesai dilakukan dengan mendapatkan
kesepakatan waktu kerja selama setahun, komponen beban kerja, serta standar
waktu yang diperlukan untuk melakukan masing-masing kegiatan. Workshop
diakhiri dengan makan siang bersama
PELAKSANAAN WORKSHOP TENAGA OBSERVER
1. Nama Kegiatan
Workshop WISN tenaga observer dokter umum di puskesmas se- Kota
Denpasar
2. Waktu
Hari Selasa, 22 Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I
Denpasar Selatan.
3. Peserta
Peserta terdiri dari enam orang tenaga observer dari CPHI IKM Unud.
4. Hasil Kegiatan
Workshop diawali dengan absensi peserta dan kemudian dilanjutkan
dengan penjelasan maksud dan tujuan kegiatan workshop WISN. Peneliti
menjelaskan sepintas tentang metode WISN dan cara penghitungannya.
Peserta kemudian peneliti jelaskan tentang panduan observasi yang harus diisi
oleh mereka dan cara melakukan observasinya. Penghitungan waktu
melakukan kegiatan disepakati menggunakan stopwatch yang ada di
handphone setiap petugas observer. Peserta juga dijelaskan tentang pengisian
data sekunder di setiap puskesmas yang bisa didapatkan dengan melakukan
wawancara dengan petugas tata usaha di setiap puskesmas.
Peserta memberikan masukan terkait pencatatan tentang situasi yang
terjadi saat observasi. Masukan tersebut disepakati dengan menambahkan
lembar catatan petugas observer pada lembar terakhir panduan observasi.
Petugas observer kemudian diajak untuk melakukan latihan observasi
terhadap dokter umum di Puskesmas I Denpasar Selatan sesuai dengan yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Petugas observer akan bertugas berkelompok yang terdiri dari tiga
kelompok masing-masing dua orang petugas yang akan mengobservasi di 11
puskesmas. Jadwal observasi dimulai tanggal 5 – 24 Januari 2015 setiap hari
Senin, Rabu, dan Jumat. Selain hari tersebut bisa digunakan untuk
mengumpulkan data sekunder. Hasil laporan hasil observasi disepakati
diserahkan kepada peneliti paling lambat seminggu setelah kegiatan observasi
selesai.
5. Penutup
Kegiatan workshop WISN tenaga observer telah selesai dilakukan dengan
mendapatkan kesepakatan tentang cara melakukan observasi, alat pencatatan
waktu yang digunakan, pengisian data sekunder, pembagian tugas, dan
kesepakatan waktu penyerahan hasil observasi. Workshop diakhiri dengan
makan siang bersama.
.
Download