Anggaran Pemerintah 27022017

advertisement
ANGGARAN
1
Agenda
1
Anggaran Sektor Publik
2
Jenis Anggaran
3
Pendekatan Penganggaran
4
Diskusi
2
Perbedaan antara Akuntansi Manajemen dengan
Akuntansi Keuangan
Akuntansi Manajemen
• Untuk pihak internal
• Laporan Keuangan
prospektif untuk
perencanaan
Akuntansi Keuangan
• Untuk pihak eksternal
• Laporan Keuangan
historis dan retrospektif
3
Keterkaitan antara Anggaran dan
Akuntansi Manajemen
• Bagian yang tidak terpisahkan antara perencanaan dan
pengendalian.
• Dua jenis aktivitas perencanaan, yaitu:
– Perencanaan Strategis
 perencanaan untuk tujuan dan sasaran yang bersifat mendasar.
 sangat penting untuk menentukan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
– Perencanaan Operasional
 perencanaan yang penting untuk mengimplementasikan
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang
bersifat fundamental tersebut.
4
Keterkaitan antara Anggaran dan
Akuntansi Manajemen…cont’d
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik
Lima tahap penting dalam proses perencanaan dan pengendalian:
–
–
–
–
–
Perencanaan strategis
Perencanaan operasional
Proses penganggaran
Pengendalian dan pengukuran
Pelaporan, analisis, dan umpan balik
• Informasi akuntansi dalam proses perencanaan
– Informasi Rutin vs Adhoc
– Kuantitatif vs kualitatif
– Formal vs Informal
5
Keterkaitan antara Anggaran dan
Akuntansi Manajemen…cont’d
Revisi Tujuan
1. Perencanaan Tujuan
Dasar (strategis)
2. Perencanaan
Operasional
5. Pelaporan,
analisis, dan
Umpan Balik
Revisi Perencanaan
Operasional
Revisi Budget
3. Budgeting
Action
Bagan Proses Akuntansi
Manajemen di Sektor Publik
4. Pengendalian dan
Pengukuran
6
Siklus Perencanaan dan Pengendalian Manajemen
• Perencanaan Operasional
– Merinci tujuan dasar dalam bentuk serangkaian target yang harus
dicapai dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
– Waktu bervariasi antara satu 10-20 tahun kedepan.
– Financial dan non financial terms.
• Budgeting
– Identifikasi atas kegiatan jangka pendek, yang diwujudkan dalam
financial terms menjadi anggaran/budget
• Pengendalian dan Pengukuran
– Membandingkan hasil yang dianggarkan dan hasil sebenarnya
– Pada sektor publik, output measurement lebih sulit dilakukan
dibandingkan dengan input measurement
• Pelaporan, Analisis, dan Umpan Balik
– Deviasi yang ada dilaporkan sebagai alat umpan balik
7
Manajemen Akuntansi dan Perencanaan
• Investment Appraisal
• Anggaran dan Perencanaan Keuangan
– Perencanaan Keuangan
– Perencanaan Modal
– Perencanaan Pendapatan
• Financial Modeling
• Target dalam Anggaran dan Perencanaan
– Financial Management Initiatives (FMI)
– Next Step Initiative
• Output Target
• Performance Targets
– Efficiency
– Quality of Service
– Financial Performance
– Public Service Agreements
– Best Value
8
Pengertian Anggaran
• The process of allocating resources to unlimited demands)
(Freeman dan Shoulders (2003)).
• Pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu dalam ukuran finansial
(Mardiasmo (2005)).
• Anggaran adalah rencana finansial yang menyatakan :
– Rencana – rencana organisasi untuk melayani masyarakat atau aktivitas
lain yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan.
– Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam merealisasikan
rencana tersebut.
– Perkiraan sumber – sumber yang akan menghasilkan pemasukan serta
seberapa besar pemasukan tersebut.
9
Fungsi Anggaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Alat perencanaan, agar organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke
arah mana kebijakan dibuat.
Alat pengendalian, untuk menghindari pengeluaran yang terlalu besar
atau penggunaan dana yang tidak semestinya.
Alat kebijakan, agar organisasi dapat menentukan arah atas kebijakan
tertentu.
Alat politik, Merupakan komitmen pengelola dalam melaksanakan
program-program yang dijanjikan.
Alat koordinasi dan komunikasi, agar bagian/unit kerja yang lain dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang akan dilakukan.
Alat penilaian kinerja, merupakan ukuran apakah suatu bagian/unit kerja
telah memenuhi target yang ditetapkan.
Alat motivasi, alat komunikasi yang dijadikan nilia-nilai nominal yang
tercantum dalam target pencapaian.
10
Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Otorisasi oleh legislatif;
Komprehensif/menyeluruh;
Keutuhan, artinya semua penerimaan dan pengeluaran
tercakup dalam satu dana umum;
Nondiscretionary apropriasi, jumlah yang disetujui legislatif
harus termanfaatkan secara ekonomis.;
Periodik;
Akurat;
Jelas; dan
Transparan.
11
Jenis-jenis Anggaran
1.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan jenis aktivitas, dibedakan menjadi anggaran operasional dan
anggaran modal (current budget vs capital budgets)
Berdasarkan status hukumnya, dibedakan menjadi anggaran tentative dan
anggaran enacted (tentative budget vs enacted budget)
Berdasarkan tujuan penggunaan dana, dibedakan menjadi anggaran dana
umum vs anggaran dana khusus (general budget vs special budgets)
Berdasarkan jumlah appropriasi belanja, dibedakan menjadi anggaran
tetap vs anggaran fleksibel (fixed budget vs flexible budget)
Berdasarkan penyusunnya, dibedakan menjadi anggaran eksekutif vs
anggaran legislatif (executive budget vs legislative budget). Namun ada
juga anggaran bersama (joint budget) dan anggaran komite (committee
budget)
12
Anggaran Operasional dan Anggaran Modal
Anggaran Operasional (Current Budget)
Merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam kurun waktu satu tahun.
Dikelompokkan sebagai revenue expenditure (Pengeluaran yang
bersifat rutin dan jumlahnya kecil)
Anggaran Modal (Capital Budget)
Menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan
atas aktiva tetap
13
Anggaran Tentatif dan Anggaran Enacted
Anggaran tentatif (tentative budget)
Tidak memerlukan pengesahan lembaga legislatif
Kemunculannya dipicu oleh hal-hal yang tidak direncanakan sebelumnya.
Anggaran enacted (enacted budget)
Direncanakan kemudian dibahas dan disetujui oleh lembaga legislatif
14
Anggaran Dana Umum dan
Anggaran Dana Khusus
Anggaran dana umum (general budget)
Untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang bersifat umum dan
sehari-hari.
Anggaran dana khusus (special budget)
Dicadangkan/dialokasikan khusus untuk tujuan tertentu,
15
Anggaran Tetap dan Anggaran Fleksibel
Anggaran tetap (fixed budget)
Apropriasi belanja ditentukan jumlahnya di awal tahun anggaran dan
tidak bisa dilmpaui.
Anggaran fleksibel (flexible budget),
Jumlah aktual belanja dapat melampaui jumlah appropiasi belanja
asalkan ada peningkatan jumlah kegiatan yang dilakukan.
16
Anggaran Eksekutif dan Anggaran Legislatif
Anggaran Eksekutif
(executive budget)
Anggaran Legislatif
(legislative budget)
• disusun oleh lembaga eksekutif
(pemerintah)
• disusun oleh lembaga legislatif
tanpa melibatkan pihak eksekutif
Anggaran bersama (joint • disusun secara bersama-sama
antara lembaga eksekutif dan
budget)
legislatif
Anggaran komite
(committee budget)
• disusun oleh suatu komite khusus
17
Siklus Anggaran
Persiapan
(Preparation)
Pemeriksaan
(Post Audit)
Pelaporan
(Reporting)
Persetujuan
(Enactment)
Administrasi
(Administration)
18
Siklus Anggaran
I. Persiapan
Tahap-tahap dalam persiapan adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan format anggaran;
2.
Mengajukan anggaran di unit masing-masing;
3.
Konsolidasi anggaran masing-masing bagian/unit kerja;
4.
Direviu dan diadakan dengar pendapat;
5.
Persetujuan terhadap
pemerintahan.
anggaran
tersebut
oleh
kepala
19
Siklus Anggaran
II. Persetujuan Lembaga Legislatif
Tahapan – tahapan adalah sebagai berikut:
1. Anggaran yang telah disetujui oleh Kepala Pemerintahan
diajukan ke lembaga legislatif.
2.
Lembaga legislatif membahas dan mengadakan dengar
pendapat (public hearing).
3.
Berdasarkan tahap 2, lembaga legislatif menyetujui atau
menolak anggaran tersebut.
20
Siklus Anggaran
III. Administrasi
•
•
Pengumpulan pendapatan yang ditargetkan maupun
pelaksanaan belanja yang telah direncanakan.
Selain itu, dilakukan juga proses administrasi anggaran berupa
meliputi pencatatan pendapatan dan belanja yang terjadi.
21
Siklus Anggaran
IV. Pelaporan
dilakukan pada akhir periode atau pada waktu-waktu
tertentu yang ditetapkan
Bagian yang tak terpisahkan dari proses akuntansi
yang telah berlangsung selama proses pelaksanaan
22
Siklus Anggaran
V. Pemeriksaan
Laporan
pelaksanaan
anggaran diperiksa
oleh lembaga
pemeriksa
independen
Hasil pemeriksaan
 menjadi masukan
atau umpan balik
(feedback) untuk
proses penyusunan
pada periode
berikutnya
23
JENIS ANGGARAN
24
Isu dalam Klasifikasi Anggaran
• Salah satu permasalahan dalam anggaran.
• Klasifikasi yang benar akan memberikan informasi
yang tepat untuk pengambilan keputusan.
25
Government Finance Statistic
• GFS membuat klasifikasi berdasarkan fungsi dan
ekonomi.
• Penggunaan disesuaikan dengan kebutuhan tiap
negara.
• Dapat diterapkan dalam kombinasi.
26
Klasifikasi Fungsi
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
01 Pelayanan Umum
02 Ketertiban dan Ketentraman
03 Ekonomi
04 Lingkungan Hidup
05 Perumahan dan Fasilitas Umum
06 Kesehatan
07 Pariwisata dan Budaya
08 Agama
09 Pendidikan
10 Perlindungan Sosial
27
Klasifikasi Ekonomi
•
•
•
•
•
•
•
•
1 Compensation of Employees
2 Use of Goods & Services
3 Consumption of Fixed Capital
4 Interest
5 Subsidies
6 Grants
7 Social Benefit
8 Other Expenses
28
Klasifikasi Ekonomi
Compensation of Employees
• Wages and Salaries
– Wages and Salaries in Cash
– Wages and Salaries in Kind
• Social Contribution
– Actual Social Contribution
– Inputed Social Contribution
29
Klasifikasi Ekonomi
Interest
• To nonresident
• To resident other then general government
• To other general government unit
30
Klasifikasi Ekonomi
Subsidies
• To public corporation
– To nonfinancial public corporation
– To financial public corporation
• To private enterprises
– To nonfinancial private entreprises
– To financial private enterprises
31
Klasifikasi Ekonomi
Grants
• To foreign government
– Current
– Capital
• To international organization
– Current
– Capital
• To other general government unit
– Current
– Capital
32
Klasifikasi Ekonomi
Social Benefit
• Social Security Benefit
– Social Security Benefit in Cash
– Social Security Benefit in Kind
• Social Assistant Benefit
– Social Assistant Benefit in Cash
– Social Assistant Benefit in Kind
• Employer Social Benefit
– Employer social Benefit in Cash
– Employer social Benefit in Kind
33
Klasifikasi Ekonomi
Other Expense
• Property expense other than interest
– Devidens (public corporations only)
– Withdrawals from income of quasi-corporations (public
corporations only)
– Property expense attributed to insurance policyholders
– Rent
• Miscellaneous expense
– Current
– Capital
34
PENDEKATAN ANGGARAN
35
Pendekatan Penyusunan Anggaran
Pendekatan
Tradisional
Pendekatan Kinerja
Pendekatan Sistem Perencanaan,
Program dan Anggaran Terpadu
(Planning,Programming, and
Budgeting System—PPBS)
Anggaran Berbasis
Nol (Zero Based
Budgeting—ZBB)
36
Pendekatan Tradisional
Ciri Utama
Penyusunannya berdasarkan pos-pos belanja  menampilkan
anggaran berdasarkan sifat dasar pengeluaran atau belanja.
Penggunaan konsep inkrementalisme  anggaran tahun tertentu
dihitung berdasarkan anggaran tahun sebelumnya ditambah marjin.
37
Pendekatan Tradisional… cont’d
Proses Pendekatan
Pengajuan permintaan anggaran dari pihak lembaga yang
memerlukan kepada ketua eksekutif
Dikonsolidasi oleh kepala eksekutif dan hasilnya kemudian
diajukan ke lembaga legislatif
Pihak legislatif menuliskan jumlah anggaran yang disetujui dengan
menggunakan metode tradisional
38
Pendekatan Tradisional… cont’d
Contoh
Per orang
Jumlah
Total
Belanja Gaji
1 Kepala polisi
3.000.000
3.000.000
2 Kapten polisi
2.000.000
4.000.000
8 Staf administrasi
1.000.000
8.000.000
15.000.000
Belanja Persediaan
Persediaan kantor
4.000.000
Peralatan kebersihan
2.000.000
Bahan bakar
9.500.000
Seragam
2.000.000
Lain-lain
1.000.000
18.500.000
Belanja Makanan
7.500.000
Belanja Perjalanan
5.600.000
Belanja Lain-lain
1.400.000
Total Anggaran
48.000.000
39
Pendekatan Tradisional… cont’d
Kelebihan
•
Sederhana
•
Cocok
dengan
pola
akuntansi
pertanggungjawaban
(responsibility accounting).
•
Hampir
semua
program
memiliki
sifat
dasar
berkesinambungan.
•
Hampir semua pengeluaran memiliki sifat tidak terhindarkan.
•
Dapat memberikan perhatian untuk perubahan yang
ditawarkan.
•
Tidak menghalangi pemberian data perencanaan dan evaluasi.
•
Mengakumulasi biaya dari unit organisasi yang bersangkutan
melalui biaya aktivitas.
40
Pendekatan Tradisional… cont’d
Kelemahan
•
Tidak menyediakan dasar informasi yang memadai bagi
pembuat keputusan.
•
Terlalu berorientasi pengendalian dan kurang memerhatikan
proses perencanaan dan evaluasi.
•
Perhatian pada jangka pendek.
•
Keputusan perencanaan penting bersifat bottoom-up.
•
Kurangnya perhatian pada perencanaan.
•
Lembaga legislatif tidak memiliki data mengenai fungsi,
program, aktivitas, dan output dari lembaga legislatif.
•
Mendorong pengeluaran daripada penghematan.
41
Pendekatan Kinerja
Pendahuluan
• Disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat
dalam anggaran tradisional tidak adanya tolok ukur untuk
mengukur kinerja.
• Penekanan penganggaran kepada kinerja terukur dari aktivitas
dan program kerja.
• Fokus utama  tingkat efisiensi penyelenggaraan aktivitas.
42
Pendekatan Kinerja…cont’d
Karakteristik
1.
Klasifikasi akun dalam anggaran berdasarkan fungsi, aktivitas,
unit oragnisasi, dan rincian belanja.
2.
Aktivitas diukur guna mendapatkan efisiensi maksimum dan
untuk mendapatkan standar biaya.
3.
Anggaran untuk periode yang akan datang  biaya per unit
standar dikalikan perkiraan jumlah unit aktivitas.
4.
Total anggaran untuk suatu lembaga  jumlah perkalian biaya
per unit standar dengan perkiraan jumlah unit aktivitas
43
Pendekatan Kinerja…cont’d
Contoh
ANGGARAN POLRES DAMAI
1. Pengamanan Lantas
Anggaran
Realisasi
Belanja gaji
6.000.000
7.000.000
Belanja peralatan
7.500.000
7.000.000
Belanja makanan
1.500.000
1.500.000
Belanja perjalanan
4.000.000
3.900.000
Jumlah
19.000.000
19.400.000
2. Dalmas
Belanja gaji
7.000.000
6.000.000
Belanja peralatan
9.000.000
9.000.000
Belanja makanan
1.500.000
2.000.000
Belanja perjalanan
1.600.000
1.500.000
Belanja lain – lain
400.000
200.000
19.500.000
18.700.000
Jumlah
3. Diklat
Belanja gaji
2.000.000
1.000.000
Belanja peralatan
2.000.000
2.000.000
Belanja makanan
4.500.000
5.000.000
Belanja lain - lain
1.000.000
1.100.000
9.500.000
9.100.000
Jumlah
Total
48.000.000
47.200.000
44
Pendekatan Kinerja…cont’d
Kelebihan
•
Penekanan pada dimasukkannya deskripsi secara naratif dari
setiap aktivitas di setiap anggaran yang diajukan.
•
Disusun berdasarkan aktivitas dan didukung oleh estimasi biaya
dan pencapaian yang diukur secara kuantitatif.
•
Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan juga
input.
•
Memungkinan legislatif untuk manambah atau mengurangi dari
jumlah yang diminta untuk fungsi dan aktivitas tertentu.
•
Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang lebih terhadap
bawahannya.
•
Menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa
jumlah anggaran yang terpakai.
45
Pendekatan Kinerja…cont’d
Kelemahan
•
Keterbatasan SDM yang mampu mengidentifikasi unit
pengukuran dan melaksanakan analisis biaya.
•
Banyak jasa dan aktivitas yang tidak dapat langsung terukur
dalam satuan unit output atau biaya per unit.
•
Akun anggaran dibuat dengan dasar anggaran yang
dikeluarkan (cash basis)  sulitnya pengumpulan data
untuk mengukur kinerja sangat sulit.
•
Tidak ada pertimbangan untuk menentukan apakah
aktivitas tersebut merupakan alat terbaik untuk mencapai
tujuan organisasi.
46
(Planning, Programming, and Budgeting System—PPBS)
Pendekatan Sistem Perencanaan, Program dan Anggaran
Terpadu
Definisi
”Suatu anggaran di mana pengeluaran secara primer
dikelompokkan dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan
pada program kerja dan secara sekunder didasarkan pada
jenis atau karakter objek di satu sisi dan kinerja di sisi
lainnya.”
47
Planning,Programming, and Budgeting System—PPBS..cont’d
•
•
•
•
Karakteristik
Fokus pada identifikasi perencanaan strategis organisasi dan
menghubungkan seluruh aktivitas dengan perencanaan strategis tersebut.
Implikasi di tahun tahun mendatang telah diidentifikasi secara eksplisit.
Semua biaya yang timbul telah dipertimbangkan.
Analisis sistematis dari alternatif dilakukan (misalnya berupa analisis
biaya-manfaat, analisis sistem dan riset operasi).
Konsep PPBS
Penyusunan anggaran bukanlah proses terpisah yang berdiri sendiri
melainkan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari proses perencanaan
dan perumusan program kegiatan suatu organisasi.
48
Planning,Programming, and Budgeting System—PPBS..cont’d
Bagan Konsep PPBS
49
Planning,Programming, and Budgeting System—PPBS..cont’d
Tahapan dalam PPBS
50
Planning,Programming, and Budgeting System—PPBS..cont’d
Kelebihan
•
•
•
Penekanan di perencanaan jangka panjang.
Mengasumsikan bahwa semua program akan dievaluasi
secara tahunan  program yang “jelek” akan dibuang dan
program baru akan ditambahkan.
Keputusan mengenai program dibuat pada tingkat
manajemen puncak  harmonisasi dan kesesuaian dengan
rencana strategis untuk, penyesuaian aktivitas unit
organisasi di bawahnya untuk mencapai tujuan yang
disepakati.
51
Planning,Programming, and Budgeting System—PPBS..cont’d
Kelemahan
•
•
•
•
•
•
Sulit mencapai tujuan dan sasaran pemerintah yang
disetujui secara bersama.
Sulit mengubah posisi pejabat.
Periode waktu yang dipertimbangkan terbatas pada masa
jabatannya yang tersisa  fokus jangka pendek.
Mengasumsikan adanya basis data (database) yang
memadai dan kemampuan analitis yang baik.
Pengukuran yang bersifat objektif.
PPBS berfokus pada program dan kegiatan yang selaras
dengan perencanaan strategis.  sering kali berbeda
dengan orientasi unit organisasi.
52
Anggaran Berbasis Nol
(Zero Based Budgeting—ZBB)
Pendahuluan
• Pendekatan  bahwa setiap aktivitas atau program yang
telah diadakan di tahun-tahun sebelumnya tidak secara
otomatis dapat dilanjutkan.
• Setiap aktivitas harus dievaluasi setiap tahun untuk
menentukan apakah aktivitas itu akan diadakan tahun ini
dengan melihat kontribusi yang diberikannya kepada tujuan
organisasi.
53
Anggaran Berbasis Nol
Zero Based Budgeting—ZBB)...cont’d
Kelebihan
•
•
•
•
•
•
•
Dapat mereviu secara tahunan dari semua program,
aktivitas, dan pengeluaran.
Menghemat biaya melalui eliminasi program yang tidak
relevan.
Memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat dari jasa
yang diberikan.
Mendorong pencarian cara baru untuk menyediakan jasa
dan mencapai tujuan organisasi.
Meningkatkan
kemampuan
manajemen
untuk
merencanakan dan mengevaluasi.
Memberikan justifikasi yang lebih baik untuk penyediaan
anggaran.
Meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat oleh eksekutif
atau legislatif di pemerintahan.
54
Anggaran Berbasis Nol
(Zero Based Budgeting—ZBB)...cont’d
Kelemahan
•
•
•
Memerlukan banyak sumber daya.
Sulit mendapatkan data yang diperlukan untuk menghitung
biaya dari aktivitas alternatif untuk mencapai tujuan
organisasi.
Ada kemungkinan munculnya faktor-faktor lain yang
menghambat penghapusan pemberian jasa tertentu.
55
Medium Term Budgeting Framework (MTBF)
• Tujuan
– Keseimbangan makro dengan mengembangkan
konsistensi sumber daya secara realistis
– Alokasi penggunaan sumber daya untuk prioritas
strategi antar sektor dan dalam sektor
56
Medium Term Budgeting Framework (MTBF)
• Sasaran
– Menceptakan keseimbangan makro dengan cara
mengembangkan kerangka sumber daya yang konsisten
dan strategis
– Meningkatkan alokasi sumber daya melalui strategi
prioritas listas sektoral
– Meningkatkan kemampuan untuk memperkirakan
kebijakan pembiayaan.
– Memberikan anggaran yang ketat terkait kewenangan unit
kerja dalam menggunakan sumber daya secara efektif dan
efisien
57
Latar Belakang KPJM
– Tidak jelasnya keterkaitan antara kebijakan, perencanaan,
dan penganggaran.
– Rendahnya kinerja penyediaan pelayanan masyarakat
karena penekanan diberikan pada kontrol terhadap input
bukan pada pencapaian output dan outcomes, serta
kurang memerhatikan prediktabilitas dan kesinambungan
daripada pendanaannya.
– Kurangnya disiplin fiskal karena total belanja negara tidak
disesuaikan dengan kemampuan penyediaan
pembiayaannya serta perumusan hanya terfokus pada
stabilitas ekonomi jangka pendek
58
Definisi KPJM
• Menurut PP 21/2004, Kerangka Pengeluaran Jangka
menengah (KPJM) adalah pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan
terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih
dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan
implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun
berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan Maju.
59
Contoh KPJM untuk tahun 2006 - 2008
Tahun anggaran
berjalan
Tahun anggaran yang
sedang disusun
Prakiraan Maju 2007-2008
YO
Y+1
Y+2
Y+3
2005
2006
2007
2008
60
Proses dan tahapan penyusunan KPJM
• Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 054/PMK/2005,
Penyusunan Anggaran Negara menggunakan KPJM adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan proyeksi kerangka ekonomi makro untuk jangka
menengah
2. Penyusunan proyeksi/rencana kerangka/target-target fiskal
jangka menengah
3. Rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran, dan
pembiayaan) jangka menengah (medium term budget
framework), yang menghasilkan pagu total belanja pemerintah
(resources envelope)
4. Pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masingmasing kementerian/lembaga
5. Penjabaran pengeluaran jangka menengah (line ministries
ceilings) masing-masing kementerian/lembaga ke masingmasing program dan kegiatan
61
Proses dan tahapan penyusunan KPJM..cont’d
Kerangka Ekonomi Makro
• Untuk dapat memperoleh berbagai proyeksi fiskal diperlukan
suatu proyeksi kerangka ekonomi makro, yaitu peramalan
(forecasting) terhadap berbagai variabel ekonomi makro
yang memengaruhi besaran penerimaan, pengeluaran
defisit, dan pembiayaan.
• KPJM memuat sasaran-sasaran ekonomi makro, misalnya
pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga
• Ramalan ekonomi makro harus disiapkan berdasarkan
informasi yang tersedia dan harus dilihat sebagai proses yang
berulang.
62
Proses dan tahapan penyusunan KPJM…cont’d
Penyusunan Target Fiskal Jangka Menengah
Kerangka fiskal jangka menengah (medium term fiscal framework—MTFF)
memuat arah dan target kebijakan fiskal dalam jangka menengah, antara
lain tax ratio yaitu rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB), rasio total pengeluaran terhadap PDB, rasio definist anggaran
terhadap PDB, dan rasio stok utang terhadap PDB yang sesuai dan
konsisten dengan kerangka ekonomi makro.
63
Proses dan tahapan penyusunan KPJM…cont’d
Penyusunan Kerangka APBN Jangka Menengah
Kerangka APBN jangka menengah (medium term budget framework—
MTBF) menjabarkan kerangka fiskal jangka menengah (MTFF) ke dalam
bentuk proyeksi penerimaan dan pengeluaran negara serta pembiayaan
anggaran dalam jangka menengah yang konsisten dengan pencapaian
sasaran terget-target fiskal yang meliputi:
1. Proyeksi pendapatan
2. Proyeksi pengeluaran
3. Proyeksi defisit (surplus) dan pendanaan/pembiayaan (financing)
64
Proses dan tahapan penyusunan KPJM…cont’d
Penyusunan Indikasi Pagu Kementerian/Lembaga
Jangka Menengah (Line Minitries Ceilings)
• Berdasarkan proyeksi total belanja jangka menengah yang
tersedia, selanjutnya dilakukan proses pendistribusian ke
masing-masing kementerian/lembaga untuk memperoleh
indikasi pagu jangka menengah untuk tiap-tiap
kementerian/lembaga (line ministries ceilings). Proses ini
merupakan tahapan yang sangat strategis dalam menentukan
kuat tidaknya keterkaitan dan konsistensi antara kebijakan,
perencanaan, dan penganggaran.
• Proses ini biasanya diawali oleh penyusunan rancangan
alokasi pagu ke masing-masing kementrian/lembaga oleh
komite anggaran dan kemudian akan dibawa ke sidang
kabinet untuk diputuskan
65
Proses dan tahapan penyusunan KPJM…cont’d
Penyusunan kerangka pengeluaran jangka menengah
(MTEF)
• Indikasi pagu kementerian/lembaga jangka menengah yang telah
ditetapkan, kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam program dan
kegiatan
• Tahapan ini juga sangat strategis dalam menentukan adanya keterkaitan
antara kebijakan, program, dan penganggaran. Dengan demikian di dalam
proses dan tahapan penyusunan KPJM ada dua tahapan yang sangat
strategis dalam menentukan keterkaitan antara penyusunan kebijakan,
perencanaan, dan penganggaran yaitu tahapan pendistribusian total
belanja ke masing-masing kementerian/lembaga dan tahapan penjabaran
atau penyusunan rincian pagu kementerian/lembaga ke dalam masingmasing program.
66
Proses dan tahapan penyusunan KPJM…cont’d
Contoh
KPJM
67
Pengintegrasian Anggaran Tahunan Dengan KPJM
•
Pengintegrasian proses penyusunan KPJM ke dalam
mekanisme penganggaran tahunan secara garis besar
mencakup tahapan sebagai berikut:
1. Tahun pertama dari proyeksi KPJM digunakan sebagai
dasar dari proses penyiapan anggaran tahunan
berikutnya
2. Pagu belanja untuk kementerian/lembaga
3. Penyusunan KPJM/Prakiraan Maju untuk tahun
berikutnya
68
Struktur (format) dan cakupan KPJM
Beberapa alternatif cakupan penyusunan KPJM antara lain
meliputi:
1. Tingkat pemerintah
2. Fungsi/organisasi
3. Sumber dana
4. Jenis belanja
69
Struktur (format) dan cakupan KPJM ...cont’d
Tingkat pemerintah
• Pengeluaran pemerintah yang diproyeksikan dalam jangka
menengah dapat mencakup: (i) Pengeluaran pemerintah
pusat (central government) saja, atau (ii) Pengeluaran
pemerintah daerah saja (province/local government). Jika
keduanya dapat disusun, maka selanjutnya dapat pula disusun
(iii) KPJM yang mencakup pemerintah secara keseluruhan
(general government).
70
Struktur (format) dan cakupan KPJM ...cont’d
Fungsi/organisasi
• KPJM dapat pula hanya mencakup: (i) Beberapa fungsi
pemerintah/bagian anggaran tertentu yang dinggap strategis
saja seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan
pertanian; (ii) Fungsi/bagian anggaran mencakup seluruh
kementerian/lembaga.
71
Struktur (format) dan cakupan KPJM ...cont’d
Sumber dana
• Penganggaran KPJM dapat mencakup pengeluaran yang
bersumber dari dalam maupun luar negeri (pinjaman). Di
negara-negara tertentu KPJM yang disusun hanya mencakup
pengeluaran yang dibiayai dari sumber dalam negeri,
sedangkan bagi negara-negara yang sangat tergantung pada
bantuan asing, dalam bentuk utang maupun hibah, cakupan
yang demikian tidak dapat memberikan gambaran tentang
implikasi pengeluaran yang menyeluruh. Penyajian data KPJM
tersebut selanjutnya dapat ditampilkan dalam denominasi
mata uang lokal atau mata uang asing (valas).
72
Struktur (format) dan cakupan KPJM ...cont’d
Jenis belanja
• Ditinjau dari jenis belanja, KPJM dapat mencakup proyeksi
pengeluaran untuk program/kegiatan rutin (re-current
spending) saja atau program/kegiatan pengadaan aset fisik
(capital spending) saja atau keduanya.
• Di Indonesia, penerapan KPJM pemerintah pusat, dan dirinci
menrut kementerian/lembaga. Sedangkan elemen-elemen
yang diproyeksikan akan mencakup seluruh elemen dalam
pengeluaran, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, dan bantuan sosial. Elemen yang terdapat dalam
pengeluaran juga akan mencakup seluruh jenis belanja
(klasifikasi ekonomi), fungsi, program, dan organisasi.
73
Penerapan KPJM di Indonesia
• Di Indonesia, penerapan KPJM pemerintah pusat, dan dirinci
menurut kementerian/lembaga. Sedangkan elemen-elemen
yang diproyeksikan akan mencakup seluruh elemen dalam
pengeluaran, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, dan bantuan sosial. Elemen yang terdapat dalam
pengeluaran juga akan mencakup seluruh jenis belanja
(klasifikasi ekonomi), fungsi, program, dan organisasi.
74
KERANGKA PENYUSUNAN
ANGGARAN
75
Kerangka Aktivitas Organisasi
76
Kerangka Aktivitas Organisasi (Cont’d)
• Strategi
: dituangkan dalam sebuah visi dan misi tersebut
 diterjemahkan dalam tujuan-tujuan yang bersifat rinci
untuk dicapai dalam jangka waktu satu tahun.
• Tujuan
: tujuan organisasi diformulasikan dalam
pernyataan-pernyataan kualitatif.
• Anggaran : dibuat untuk menyatakan tujuan-tujuan tersebut
dalam sebuah pernyataan kualitatif.
• Aktivitas : dibuat berdasarkan tujuan dan anggaran yang
telah dibuat.
77
Kerangka Logis Penyusunan Program
Tahapan Penyusunan
Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan
Misi)
Pembuatan Tujuan
Penetapan Aktivitas
Evaluasi dan Pengambilan Keputusan
78
1. Penetapan Strategi Organisasi
(visi dan misi)
 Visi dan misi  cara pandang yang jauh ke depan yang memberi
gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah
organisasi.
 Dari sudut pandang lain, visi dan misi organisasi harus dapat:
– Mencerminkan apa yang ingin dicapai;
– Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas;
– Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis;
– Memiliki orientasi masa depan;
– Menumbuhkan seluruh unsur organisasi; dan
– Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
79
2. Pembuatan Tujuan
Tujuan  Hal yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun 
Tujuan Operasional
Tujuan Operasional  turunan visi dan misi  dasar alokasi
sumber daya untuk aktivitas harian serta pemberian reward and
punishment
80
Tujuan Operasional
• Karakteristik:
– Merepresentasikan hasil akhir (true ends/outcome) bukan
keluaran (output).
– Dapat diukur untuk menentukan apakah hasil akhir
(outcome) yang diharapkan telah dicapai.
– Dapat diukur dalam jangka pendek agar  tindakan
koreksi (corrective action).
– Harus tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang
kecil untuk menimbulkan interpretasi individu.
81
3. Penetapan Aktivitas
Menjadi dasar penyusunan anggaran  terutama dalam
pendekatan PPBS
Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan
operasional yang telah ditetapkan
82
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan
Melibatkan reviu dan penentuan ranking.
Penentuan kriteria ranking  berdasarkan standar baku
organisasi atau kebebasan masing-masing unit.
83
Anggaran Pemerintah
84
Agenda
1
Proses Penyusunan APBN
2
Pelaksanaan Pertanggungjawaban
3
Diskusi
85
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
PEMERINTAH
Hak
Kewajiban
RENCANA YANG MENJADI
PEDOMAN
Untuk setiap kegiatan termasuk
keuangan
86
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
• Memuat rencana penerimaan dan belanja atau
pengeluaran dalam satu tahun.
• Penyusuanannya melibatkan banyak pihak:
– Departemen
– Lembaga
– DPR  otoritas pengawas arus keluar dana APBN
87
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
UUD 1945  APBN diwujudkan dalam bentuk UndangUndang.
Presiden berkewajiban:
• Menyusun; dan
• Mengajukan RAPBN kepada DPR
RAPBN memuat:
•
•
•
•
•
•
Asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN
Perkiraan penerimaan dan pengeluaran
Transfer
Defisit/ Surplus
Pembiayaan defisit
Kebijakan pemerintah
88
Ruang Lingkup APBN
Pengeluaran
Penerimaan
Bendaharawan Umum Negara
(BUN) rekening di BI
89
Ruang Lingkup APBN
• Saat pertanggungjawaban APBN, seluruh realisasi penerimaan
dan pengeluaran dalam rekening harus dikonsolidasikan ke
dalam rekening BUN.
• Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah dimasukkan
dalam rekening BUN  penerimaan dan pengeluaran “on
budget”
90
Perkiraan APBN
penerimaan
transfer
surplus/defisit
pengeluaran
pembiayaan
91
Sejarah Format APBN
• TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN  Taccount.
• Kelemahan T-account:
– tidak memberikan informasi yang jelas mengenai
pengendalian defisit ; dan
– kurang transparan.
• Mulai TA 2000 format APBN  I-account, disesuaikan
dengan Government Finance Statistics (GFS)
92
Tujuan Perubahan Format APBN
–Meningkatkan transparansi ;
–Mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian
dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN;
–Mempermudah analisis komparasi (perbandingan); dan
–Mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih
transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat ke
pemerintah daerah  UU No.25/1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat Daerah.
93
T-Account
•
Penerimaan dan pengeluaran dipisahkan di kolom yang
berbeda.
• Mengikuti anggaran dan format anggaran yang berimbang
dan dinamis.
• Berimbang dan dinamis:
– Penerimaan = Pengeluaran
– Jika Pengeluaran > Penerimaan  pembiayaan dari
dalam atau luar negeri.
94
T-Account (Cont’d)
Pemda
Pengeluaran APBN
Pusat
Tidak
menunjukkan
komposisi anggaran yang
dikelola Pemda dan Pusat
 Anggaran terpusat
Pinjaman luar negeri  penerimaan pembangunan
Pembayaran cicilan pinjaman luar negeri  pengeluaran rutin
95
I-Account
•
•
Penerimaan dan pengeluaran dalam satu kolom.
Menerapkan anggaran defisit/surplus:
–
Perubahan – perubahan itu dengan jelasnya digambarkan oleh
posisi overall balance
Defisit/Surplus  Selisih Penerimaan + Hibah dengan Pengeluaran
Defisit  Pengeluaran > Penerimaan + Hibah
Pembiayaan dari dalam dan luar negeri
Surplus  Pengeluaran < Penerimaan + Hibah
96
I-Account (Cont’d)
Pemda
Pengeluaran APBN
Pusat
Menunjukkan komposisi
pengeluaran yang dikelola
Pemda
Pinjaman luar negeri dan cicilan
 pembiayaan anggaran 
utang  jumlahnya harus sekecil mungkin
97
Format I-Account APBN
A. Pendapatan dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Pajak
2. Penerimaan Bukan Pajak
II. Hibah
B. Belanja Negara
I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
1. Pengeluaran Rutin
2. Pengeluaran Pembangunan
II. Dana Perimbangan
III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B)
E. Pembiayaan
I. Dalam Negeri
II. Luar Negeri
98
APBN 2007 – 2013
99
Komposisi APBN
Penerimaan
PPh
BPHTB
PPN
PBB
Cukai dan Pajak
Lainnya
Non Pajak (misal:
penerimaan SDA
dan Laba BUMN)
100
Komposisi APBN
Pengeluaran
 Target yang tidak boleh dilampaui.
 Pengeluaran yang dilakukan pada suatu tahun
anggaran harus ditutup dengan penerimaan pada
tahun anggaran yang sama.
Tahapan proses terjadinya:
1. Kewenangan Anggaran
2. Pelimpahan Kewenangan Anggaran
3. Kewajiban
4. Relasisasi Pengeluaran (outlays)
101
Komposisi APBN
Dana Perimbangan
Merupakan transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah dalam rangka program desentralisasi
Dana Bagi Hasil Penerimaan
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
102
Komposisi APBN
Dana Otonomi Khusus
Diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus
yang membedakan dengan daerah lain
Tujuan  untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
dan mengurangi ketertinggalan dari propinsi lainnya.
103
Komposisi APBN
Defisit dan Surplus
Merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran
Pegeluaran > Penerimaan  Defisit
Pegeluaran < Penerimaan  Surplus
104
Penjelasan Komposisi APBN
Keseimbangan
Keseimbangan Primer  total penerimaan dikurangi
belanja tidak termasuk pembayaran bunga
Defisit Anggaran
Keseimbangan Umum  total penerimaan dikurangi
total pengeluaran termasuk pembayaran bunga
105
Komposisi APBN
Pembiayaan
Untuk menutup defisit anggaran
Pembiayaan DN  obligasi, panjualan aset, privatisasi
Pembiayaan LN  meliputi pinjaman proyek, pembayaran
kembali utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali
utang
106
Proses Penyusunan APBN
107
Penyusunan APBN
Atas nama Presiden
Menteri Keuangan
Badan
Perencanaan
Nasional
Mengkoordinasikan penyusunan APBN
Menteri Keuangan 
Mengkoordinasikan
penyusunan konsep
anggaran belanja rutin
Bappenas dan Menteri
Keuangan 
Mengkoordinasikan
penyusunan anggaran
belanja pembangunan
108
Penyusunan APBN
• Pembicaraan pendahuluan antara pemerintah
dan DPR
• Pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN
109
Penyusunan APBN
Pembicaraan Pendahuluan
Pembahasan antara pemerintah dan DPR 
mekanisme dan jadwal pembahasan APBN
Persiapan rancangan APBN oleh
pemerintah
Finalisasi penyusunan RAPBN oleh
pemerintah
110
Penyusunan APBN
Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN
• Dilakukan oleh:
– Menteri Keuangan dengan Panitia Anggaran
– Komisi dengan Departemen
• Hasil  UU APBN yang memuat alokasi dana
per satuan
111
Penyusunan APBN
Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)
Satuan 3 (alokasi dana per departemen/lembaga, sektor,
sub sektor, program dan kegiatan)
Dirjen Anggaran dan Menteri membahas detail
pengeluaran rutin
Pengeluaran pembangunan  Dirjen Anggaran,
Bappenas, dan Menteri teknis membahas detail
pengeluaran untuk setiap kegiatan
112
Penyusunan APBN
Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)
Jika DPR menolak RAPBN yang diajukan  Pemerintah
menggunakan APBN tahun sebelumnya
Pengeluaran tahun ini maksimal sama dengan pengeluaran
tahun lalu
113
Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)
Hasil pembahasan didokumentasikan dalam:
• Daftar Isian Kegiatan  otorisasi pengeluaran rutin unit
organisasi.
• Daftar Isian Proyek  otorisasi pengeluaran pembangunan
proyek pada unit organisasi.
• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin (SPAAR) 
besaran alokasi anggaran rutin untuk setiap kantor/satuan
kerja di daerah  dibahas oleh Kantor Wilayah DJA dan
Instansi Vertikal Departemen/ Lembaga  DIK.
114
– Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Pembangunan (SPAAP)
 menetapkan besaran alokasi anggaran pembangunan
untuk setiap proyek/bagian proyek  dibahas oleh Kantor
wilayah DJA dengan instansi vertikal/dinas  DIP.
• Surat Keputusan Otorisasi (SKO)  otorisasi untuk
penyediaan
dana
kepada
departemen/lembaga/
pemerintah daerah dan pihak lain yang berhak baik untuk
rutin maupun pembangunan.
115
Peraturan Pelaksanaan
• PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
• PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2005
• PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis
Penyelesaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
• PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tentang Pedoman Pembayaran
dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun 2005
• PMK Nomor 54/PMK. 02/2005 tentang
Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL
Petunjuk
Teknis
116
Perubahan Format Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
•
Penerapan sistem penganggaran terpadu (unified
budged)  penyatuan anggaran belanja rutin dan
anggaran belanja pembangunan; dan
•
Reklasifikasi rincian belanja negara
organisasi, fungsi dan jenis belanja.
menurut
117
Sasaran Perubahan
Format Anggaran Belanja Negara

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan belanja negara, melalui:
a. Minimalisasi
duplikasi
rencana
kerja
penganggaran dalam belanja negara
dan
b. Meningkatkan keterkaitan antara keluaran (output)
dan hasil (outcomes) yang dicapai dengan
penganggaran organisasi

Penyesuaian dengan klasifikasi internasional
118
Penyusunan RKA-KL dan DIPA
• Kementerian Keuangan cq. DJAPK menelaah kesesuaian RKAKL dengan pagu sementara, standar biaya, dan prakiraan maju;
dan
• Bappenas menelaah sinkronisasi program dalam RKA-KL dengan
RKP.
• Kementerian Keuangan cq DJPbn menelaah kesesuaian antara
DIPA dengan Keppres tentang Rincian APBN
• Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan (cq DJAPK)
dan Bappenas
• Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN
• Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga
• Kementerian Keuangan cq Direktur Jenderal Perbendaharaan
menelaah
kesesuaian
antara
konsep
DIPA
oleh
kementerian/lembaga dengan Keppres tentang Rincian APBN
• Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
• Pelaksanaan APBN
119
Reformasi Penganggaran
•
Unifikasi anggaran konsolidasi pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan;
•
Penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah
(medium term expediture framework/MTEF) 
mempererat perencanaan dan penganggaran serta
meningkatkan derajat prediksi kemampuan anggaran
jangka menengah; dan
•
Penerapan
penganggaran
meningkatkan efisiensi dan
pemerintah.
berbasis kinerja 
efektifitas pelayanan
120
APBD
121
Dasar Perundangan APBD Berbasis Kinerja
UU No. 22/99 ttg
Pemerintahan Daerah
UU No. 25/99 ttg
Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah
PP 105/2000 ttg
pengelolaan dan
pertanggungjawaban
keuangan daerah
Anggaran
Berbasis
Kinerja
KepMen DN No.29/2000
ttg keuangan daerah&
APBD
122
Perubahan Penganggaran
Line Item
Budgeting
Performance
Budgeting
 Tidak dapat dinilai
efisiensi dan efektifitas
program
 Berorientasi jangka
pendek
 Belum mengaitkan setiap
pengeluaran dengan
manfaatnya
 Mengaitkan setiap
pengeluaran dengan
manfaatnya
 dapat dinilai efisiensi dan
efektifitas program
 Berorientasi jangka
panjang
123
PROSES PENYUSUNAN APBD
1. Kegiatan
Pendahuluan
Penyusunan Anggaran
Kinerja
Penetapan strategi organisasi
(visi dan misi)
2. Arah dan
Kebijakan Umum
APBD
Penetapan Aktivitas
3. Strategi &
Prioritas APBD
4. Rencana
Anggaran Satuan
Kerja (RASK)
5. Evaluasi dan
seleksi RASK
6. Pembahasan
RAPBD
Pembuatan
Tujuan operasional
•Review dan Ranking
APBD
124
Proses Penyusunan APBD
• Langkah penyusunan APBD dilakukan dengan
berdasar pada Rencana Strategis Daerah
(RENSTRADA)  dokumen strategi jangka panjang
(strategic planning) yang dimiliki Pemda
• Siklus RENSTRADA biasanya lima tahunan  yang
akan dijabarkan dalam bentuk tujuan operasional
yang bersifat tahunan
125
1. Kegiatan Pendahuluan
• Penjaringan aspirasi masyarakat sebagai
bentuk partisipasi masyarakat dalam
mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
publik
• Evaluasi kinerja tahun lalu untuk mendapat
feedback bagi penyusunan APBD sekarang
• Hasil penjaringan masyarakat dan feedback
dan penjabaran Renstrada sebagai dasar
penentuan arah dan kebijakan umum APBD
126
2. Arah dan Kebijakan Umum APBD
Kebijakan
Pemerintah
Pusat
RENSTRADA
MASYARAKAT
(Tokoh,LSM,Ormas
, dll
Evaluasi
kinerja
masa lalu
Pokok
pikiran
DPRD
DPRD
(Legislatif)
PEMDA
(eksekutif)
Arah dan
Kebijakan umum
APBD
Kesepakatan
127
2. Arah dan Kebijakan Umum APBD (cont’d)
Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan
kriteria sebagai berikut :
–
–
–
–
Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang
ditetapkan dalam Rencana Strategis Daerah dan dokumen
perencanaan lainnya.
Sesuai aspirasi masyarakat dan mempertimbangkan kondisi dan
kemampuan daerah.
Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang sebagai
pedoman penyusunan strategi dan prioritas APBD serta
penyusunan rancangan APBD dalam satu tahun anggaran.
Disusun dan disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah
Daerah.
128
3. Strategi & Prioritas APBD
• Merupakan penjabaran lebih lanjut dari arah dan kebijakan
umum
• Merupakan strategi operasional jangka pendek, sedangkan
RENSTRADA merupakan strategi jangka panjang
• Strategi dan prioritas APBD adalah pendekatan (metode) yang
diprioritaskan dalam rangka pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
129
3. Strategi & Prioritas APBD (cont’d)
Contoh arah dan kebijakan umum APBD:
- Peningkatan rasio guru dengan siswa menjadi 1:30
- Peningkatan jumlah guru berkeahlian pada tingkat pencapaian
10%
Contoh Strategi dan Prioritas APBD:
- Pengangkatan dan penempatan guru
- Pembinaan dan pengembangan karier guru
130
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)
• Aktivitas dalam penyusunan APBD dijelaskan
dalam RASK
• RASK dibuat oleh unit-unit kerja pemerintah,
sehingga sifatnya usulan yang akan dibahas
dan dibuat penetapan oleh panitia anggaran
yang dibentuk oleh Kepala Daerah bersama
DPRD
131
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) (cont’d)
• RASK dibagi menjadi 3, yaitu :
S.1 : berisi tentang pernyataan strategi organisasi (visi,
misi, tujuan, dsb)
S.2 : berisi tentang rincian program dan kegiatan
S.3 : berisi tentang anggaran atas program dan
kegiatam yang direncanakan
Contoh untuk “program pembinaan dan
pengembangan karier guru”:
- Seminar tentang psikologi pengajaran
- Pelatihan teknik-teknik pengajaran yang diadakan
setiap 3 bulan
132
5. Evaluasi dan seleksi RASK
• Usulan dalam RASK dibahas dan direview oleh
Pemerintah (belum melibatkan DPRD).
• Hasilnya adalah Dokumen RAPBD yang
diajukan ke DPRD untuk dibahas bersama
133
6. Pembahasan dan Penetapan APBD
• Hasil pembahasan Pemerintah dengan DPRD
 APBD yang dituangkan dalam Perda untuk
dilaksanakan Pemda
134
RENCANA STRATEGIS UNIT DINAS KESEHATAN
DAERAH X
VISI
MENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA MASYARAKAT DAN
LINGKUNGAN YANG SEHAT
MISI
Kesehatan
Restrukturisasi
Organisasi
MENINGKATKAN SARANA DAN PRASANA KESEHATAN
MENCIPTAKAN STRUKTUR BIROKRASI YANG EFISIEN DAN EFEKTIF
135
Restrukturisasi
Organisasi
Kesehatan
Perspektif Masyarakat
Meningkatkan
Kuantitas dan
Kualitas Tenaga
Medis
Meningkatkan
Kepuasan
Masyarakat
Perspektif Keuangan
Perspektif Internal Proses
Meningkatkan
Produktivitas
Kerja
Meningkatkan
kualitas layanan
Perspektif Tumbuh dan Belajar
Meningkatkan
Pengetahuan
Manajemen
Meningkatkan
Kesejahteraan
Pegawai
136
TRANSLASI RENSTRA UNIT DINAS KESEHATAN
DAERAH X
VISI
MISI
MENJADI
PENGGERAK DAN
PENDORONG
TERCIPTANYA
MASYARKAT DAN
LINGKUNGAN
YANG SEHAT
TUJUAN
T.1.
Meningkatkan
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan
T.2.
Meningkatkan
Lingkungan
Sehat dan
Bersih
M.1. KESEHATAN
INDIKATOR
DAMPAK
TARGET
INDEX
KESEHATAN
75
MASYARAKAT
PROGRAM
P.1.
Peningkatan
Sarana dan
Prasarana
Kesehatan
P.1.
Pembinaan
Kebersihan
Lingkungan
INDIKATOR
HASIL
Tingkat
Kepuasan
Masyarakat
Tingkat
Kesadaran
Kebersihan
Lingkungan
TAR
GET
80
70
TUJUAN
INDIKATOR
MANFAAT
TARG
ET
T.1. Meningkatkan
Kualitas
Pelayanan
Kesehatan
Index Kualitas
Pelayanan
Kesehatan
80
T.2.Meningkatkan
Lingkungan
Sehat & Bersih
Index
Lingkungan
Sehat & Bersih
80
KEGIATAN
INDIKATOR KELUARAN
TAR
GET
K.1.
Penambahan Tenaga
Medis
Jumlah Tenaga Medis /
puskesmas
5
K.2.
Pelatihan Tenaga
Medis
Tingkat Keahlian
8
K.3.
Bantuan Penyediaan
Fasilitas Kesehatan
Jumlah puskesmas /
kecamatan
1
K.1.
Sosialisasi
Pentingnya
Limgkungan Sehat
dan Bersih
Jumlah Kehadiran KK /
Sosialisasi
60
137
INDEX
KESEHATAN
SEBELUM
ANGGARAN
NO
INDIKATOR
BOBOT
CAPAIAN
SCORE
1
INDEX KUALITAS PELAYANAN
KESEHATAN
25 %
70
17.5
2
INDEX AIR BERSIH
25 %
50
12.5
3
INDEX KUALITAS GIZI BAGI
BAYI DAN BALITA
25 %
60
15
4
INDEX LINGKUNGAN SEHAT
DAN BERSIH
25 %
60
15
INDEX KESEHATAN
INDEX KUALITAS
PELAYANAN
KESEHATAN
SEBELUM
ANGGARAN
NO
INDIKATOR
60
BOBOT
CAPAIAN
SCORE
1
TINGKAT PASIEN SELAMAT
30 %
70
21
2
TINGKAT EFEKTIVITAS DAN
EFISIENSI PELAYANAN
40 %
70
28
3
TINGKATKEPUASAN
MASYARAKAT
30 %
70
21
70
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
1
TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT
SEBELUM ANGGARAN
70
138
PENYUSUNAN ANGGARAN KEGIATAN
Unit Kerja
:
DINAS KESEHATAN DAERAH X
Program
:
Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan
Kegiatan
:
Penambahan Tenaga Medis
INDIKATOR
TOLOK UKUR
TARGET
Masukan
:
Jumlah Dana Anggaran Kegiatan
Rp. 70,000,000
Keluar
:
Jumlah Tenaga Medis / Puskesmas
5
Hasil
:
Tingkat Kepuasan Masyarakat
80
Manfaat
:
Index Kualitas Pelayanan Kesehatan
80
Dampak
:
Index Kesehatan
75
139
INDEX
KESEHATAN
NO
INDIKATOR
BOBOT
CAPAIAN
SCORE
1
INDEX KUALITAS PELAYANAN
KESEHATAN
25 %
80
20
2
INDEX AIR BERSIH
25 %
70
17.5
3
INDEX KUALITAS GIZI BAGI
BAYI DAN BALITA
25 %
70
17.5
4
INDEX LINGKUNGAN SEHAT
DAN BERSIH
25 %
90
22.5
INDEX KESEHATAN
NO
INDEX KUALITAS
PELAYANAN
KESEHATAN
INDIKATOR
77.5
BOBOT
CAPAIAN
SCORE
1
TINGKAT PASIEN SELAMAT
30 %
75
22.5
2
TINGKAT EFEKTIVITAS DAN
EFISIENSI PELAYANAN
40 %
80
32
3
TINGKATKEPUASAN
MASYARAKAT
30 %
85
25.5
80
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
1
TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT
85
140
INDEX
KESEHATAN
NO
INDIKATOR
SCORE
SEBELUM
SCORE
SESUDAH
TARGET
SCORE
KINERJA
1
INDEX KUALITAS PELAYANAN
KESEHATAN
17.5
20
20
100 %
2
INDEX AIR BERSIH
12.5
17.5
17.5
100 %
3
INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN
BALITA
15
17.5
17.5
100 %
4
INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH
15
22.5
20
112.5 %
60
77.5
75
103.33%
SCORE
SEBELUM
SCORE
SESUDAH
TARGET
SCORE
KINERJA
INDEX KESEHATAN
INDEX KUALITAS PELAYANAN
KESEHATAN
NO
INDIKATOR
1
TINGKAT PASIEN SELAMAT
21
22.5
24
93.75 %
2
TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
PELAYANAN
28
32
32
100 %
3
TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT
21
25.5
24
106.25 %
70
80
80
100 %
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
141
Dwi Martani - 081318227080
[email protected] atau [email protected]
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/
142
142
Download