HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMK KANISIUS UNGARAN Luh Resmi* Faridah Aini* Sugeng Maryanto** Program Studi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Latar Belakang: Oligomenore merupakan lama siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya. Penyebab siklus haid yang tidak teratur (Oligomenore) lainnya, adanya kista diindung telur, fimbroid atau masalah rahim lainnya, penyakit hipotiroid/hipertiroid dan stres. Tujuan: Mengetahui hubungan stres dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di smk kanisius ungaran Metode: Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 171 remaja putri di SMK Kanisius Ungaran, tehnik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling, dengan jumlah sampel 64 siswi. Cara pengukuran menggunakan kuesioner. Hasil: Responden sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 26 responden (40,6%). Responden yang tidak mengalami stres (normal) yaitu sebanyak 20 responden (31,3%) dan responden yang mengalami stres sedang yaitu sebanyak 18 responden (28,1%). Siswi yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 34 responden (53,1%) dan responden yang tidak mengalami oligomenore sebanyak 34 responden (49,1%). Ada hubungan stres dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran. Simpulan: Ada hubungan stres dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran. Kata kunci: Stres, Kejadian oligomenore, remaja THE CORRELATION BETWEEN STRESS ON OLIGOMENORRHEA IN FEMALE ADOLESCENTS AT SMK KANISIUS UNGARAN Luh Resmi* Faridah Aini* Sugeng Maryanto** Diploma IV of Midwifery Study Program of Ngudi Waluyo School of Health ABSTRACT Background: Oligomenorrhea is the extended menstrual cycle length than the classic menstrual cycle, more than 35 days for a cycle. The other causes of oligomenorrhea include the ovarian cyst, fimbroid or other uterine disorders, hypothyroidism/hyperthyroidism diseases and stress. Purpose: To find the correlation between stress and oligomenorrhea in female adolescents at SMK Kanisius Ungaran. Method: This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The population in this study was 171 female students at SMK Kanisius Ungaran, the data sampling used proportional random sampling technique, the samples in this study were 64 respondents. The data instrument used questionnaires. Result: The respondents are mostly have mild stress as many as 26 respondents (40.6%). The respondents who do not have stress (normal) as many as 20 respondents (31.3%) and respondents who have medium stress as many as 18 respondents (28.1%). The students who have oligomenorrhea as many as 34 respondents (53.1%) and respondents who have not oligomenorrhea as many as 34 respondents (49.1%). There is a correlation between stress and oligomenorrhea in female adolescents at SMK Kanisius Ungaran. Conclusion: There is a correlation between stress and oligomenorrhea in female adolescents at SMK Kanisius Ungaran. Keywords: Stress, Oligomenorrhea, Adolescents PENDAHULUAN Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun (Effendi dan Makhfudli, 2009). Masa remaja merupakan masa yang sensitif dan rentan terhadap stres yang disebabkan proses pematangan fisiknya lebih cepat daripada pematangan psikososialnya. Selain itu, pada usia ini remaja belum mampu berpikir berat sehingga mereka menjadi sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir disekolah. Beban berat yang dialami remaja dapat menimbulkan berbagai penyakit termasuk gangguan hormonal yang berdampak pada gangguan haid di antaranya oligomenore (Proverawati & Misaroh, 2009). Stres merupakan suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang dapat menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari (Priyoto, 2014). Stres pada tahap I merupakan tahapan stres yang paling ringan, stres tahap II timbul keluhan-keluhan, stres tahan III keluhan semakin nyata, stres tahan IV untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit, stres tahap V kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam dan stres tahap VI tahapan klimaks seseorang mengalami serangan panik. Stres melibatkan neuroendokrinologis sebagai sistem yang besar perannya dalam reproduksi wanita sehingga berpengaruh terhadap pola siklus menstruasi (Andriyani, 2012). Oligomenore merupakan lama siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya (Handrik, 2006). Penyebab siklus haid yang tidak teratur (Oligomenore) lainnya, adanya kista diindung telur, fimbroid atau masalah rahim lainnya, penyakit hipotiroid/hipertiroid (kurang/lebihnya hormon tiroid), disfungsi kelenjar pititary, penyakit cushing (kelenjar adrenal yang operatif), efek samping dari obat-obatan seperti kortison (Prednison), digoxin, antikoagulan (wartarin), obat anti kolinergik dan obat-obatan yang berkaitan dengan otak seperti benzodiazepines (valium, ativan), obat serotonin reuptake inhibitor seperti prozac effexor, pemakaian IUD atau progestin serta stres yang menyebabkan ketidaksimbangan hormon, yaitu hormon estrogen terlalu dominan dibanding hormon progesteron (Azzam, 2012). Ketika seorang wanita yang mengalami stres biasanya juga akan mengalami gangguan hormonal. Dimana hipotalamus saat stres akan mensekresikan CRF (corticotropin releasing faktor) yang dapat memacu hipofise untuk memproduksi ACTH (adenocorticotropik hormon). Pelepasan ACTH ini menyebabkan kelenjar adrenal mensekresikan hormon kortisol, yang dapat menimbulkan respon kewaspadaan respon tubuh terhadap stres. Akibatnya produksi hormon estrogen dan progesteron ditekan sedemikian rupa sihingga tidak berkompetensi mendapatkan energi yang dapat menyebabkan tidak terjadinya ovulasi atau siklus haid yang memanjang (Andira, 2010). Sekolah menengah Kejuruan Kanisius Ungaran merupakan salah satu sekolah kejuruan yang berkembang di Kabupaten Semarang yang ditunjukkan dengan jumlah siswi yang meningkat setiap tahunnya yaitu 155 siswa untuk jumlah ditahun 2014 dan menjadi 171 di tahun 2015, dimana rata-rata siswi berumur 16-19 tahun. Pihak sekolah juga terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana sekolah hingga menggunakan guru pengampu yang berkompeten. Sementara disisi lain, masih ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan yaitu 5 siswi untuk tahunajaran 2013/2014 dan 4 siswi untuk tahun ajaran 2014/1015. Beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya karena masalah kesehatan dan salah satu masalah yang berkaitan dengan hal tersebut dimungkinkan masalah psikologis anak misalnya stres dimana salah satu penyebabnya oligomenore yang terjadi menjelang ujian dan tidak tertangani dengan baik. Menurut WHO (2008) prevalensi oligomenore pada wanita sekitar 45%. Penelitian Bieniasz et., al. Dalam Sianipar et., al. (2011) mendapatkan prevalensi gangguan menstruasi didunia ditaksirkan amenore primer sebanyak 5,3%, amenore skunder 18,4%, oligomenore 50%, polimenore 10,5% dan gangguan lain sebanyak 15,8 %. Menurur penelitian Siegberg dkk, (2007), kelainan siklus menstruasi oligomenore di Indonesia menyerang 16, 7% remaja. METODE Penelitian ini merupakan studi korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran. Desain penelitian deskriftif korelasional, dengan pendekatan cros sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh remaja putri di SMK Kanisius Ungaran sebanyak 171 siswi. Tehnik pengampilan sampel menggunakan proportional random sampling sebanyak 64 responden. Pengukuran menggunakan alat ukur kuesioner. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Stres pada Remaja Putri di SMK Kanisius Ungaran Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Stres pada Remaja Putri di SMK Kanisius Ungaran N % Stres Normal 20 31,3 Ringan 26 40,6 Sedang 18 28,1 Jumlah 20 100,0 Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa remaja putri di SMK Kanisius Ungaran sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 26 responden (40,6%). Remaja putri di SMK Kanisius Ungaran mengalami stres ringan dikarenakan belum mampu untuk menerima suatu keadaan dimana mereka harus betul-betul berpikir dan berusaha keras untuk mempertahankan peringkat dikelas. Selain itu, mereka kurang mampu untuk mengatur waktu antara belajar dan bersantai sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran dan sulit untuk berkonsentrasi. Adanya perbedaan karakteristik kepribadian seseorang dapat menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Seseorang yang memiliki kepribadian ketabahan memiliki daya tahan terhadap sumber stres yang lebih tinggi dari pada yang tidak memiliki kepribadian ketabahan (Gunawati, 2005). Rutinitas dan tuntutan akademik yang tinggi membuat siswi rentan mengalami stres. Jenis stres lain yang dialami oleh siswi adalah stres akademik yaitu stres yang disebabkan oleh stressor akademik, yaitu yang bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyaknya tugas, keputusan menentukan jurusan dan kecemasan ujian (Wulandari, 2011). Penyebab terjadinya stres pada remaja putri di SMK kanisius Ungaran disebabkan karena tugas yang banyak, takut jika nilainya rendah, akan menghadapi praktik lapangan dan merasa takut untuk menghadapi ujian nasional. Sebaiknya pihak sekolah harus lebih memperhatikan hal ini, dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan diluar sekolah dan refresing sehingga stres pada remaja akan berkurang, remaja pun bisa lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, remaja harus melakukan terapi komplemeter seperti mendengarkan musik atau senam yoga. B. Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Kanisius Ungaran Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Kanisius Ungaran Kejadian Oligomenore Tidak oligomenore Oligomenore Jumlah N 30 34 20 % 46,9 53,1 100,0 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa remaja putri di SMK Kanisius Ungaran sebagian besar mengalami oligomenore yaitu sebanyak 34 responden (53,1%). Oligomenore yang terjadi pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran rata-rata terjadi lebih dari 9 hari dari siklus haid normal. Jadi pada remaja putri di SMK Kanisus Ungaran yang mengalami oligomenore akan mendapatkan haid/menstruasi 4-9 kali dalam satu tahunnya. Oligomenorea merupakan salah satu kelainan siklus menstruasi dimana siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari (Prawihardjo, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri di SMK Kanisius Ungaran yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 34 responden (53,1%). Oligomenore dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas. Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit tertentu. Oligomenore dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadar pada wanita normal. Oligomenore dapat juga terjadi pada stres fisik dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk (Zumrohhasanah, 2008). Peran dari pihak sekolah dan masyarakat terutama orang tua sangat berpengaruh dimana mereka harus melakukan konseling atau penyuluhan tentang kesehatan terutama tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri, agar jika ditemukan hal-hal yang abnormal dapat segera dilakukan tindakan pengobatan. Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali disebabkan karena kurangnya sinkronisasi atau ketidakseimbangan antara hipotalamus, kelenjar pituari dan indung telur. Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur suhu tubuh, metabolisme sel dan fungsi dasar seperti makan, tidur dan reproduksi. Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon yang mengatur kelenjar pituari. Kemudian kelenjar pituari akan merangsang produksi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi. Pada awal dan akhir masa reproduksi wanita, beberapa hormon tersebut dapat menjadi kurang tersinkronisasi atau mengalami ketidakseimbangan, sehingga akan menyebabkan terjadinya haid yang tidak teratur (Zumrohhasanah, 2008). C. Hubungan Stres dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Kanisius Ungaran Tabel 4.3 Hubungan Stres dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Kanisius Ungaran Stres Normal Ringan Sedang Jumlah Kejadian oligomenore Tidak oligomenore Total f % f % F % 11 55,0 9 45,0 20 100,0 15 57,7 11 42,3 26 100,0 4 22,2 14 77,8 18 100,0 30 46,9 34 53,1 64 100,0 χ2 p value 6,145 0,046 Berdasarkan hasil analisis hubungan stres dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yang mengalami stres ringan dan tidak oligomenore yaitu sebanyak 15 responden (57,7%) dan yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 11 responden (42,3%). Responden yang tidak mengalami stres (normal) dan tidak oligomenore yaitu sebanyak 11 responden (55,0%) dan yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 9 responden (45,0%). Sedangkan responden yang mengalami stres sedang dan tidak oligomenore yaitu sebanyak 4 responden (22,2%) dan yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 14 responden (77,8%). Ketika seorang wanita yang mengalami stres biasanya juga akan mengalami gangguan hormonal. Dimana hipotalamus saat stres akan mensekresikan CRF (corticotropin releasing faktor) yang dapat memacu hipofise untuk memproduksi ACTH (adenocorticotropik hormon). Pelepasan ACTH ini menyebabkan kelenjar adrenal mensekresikan hormon kortisol, yang dapat menimbulkan respon kewaspadaan respon tubuh terhadap stres. Akibatnya produksi hormon estrogen dan progesteron ditekan sedemikian rupa sihingga tidak berkompetensi mendapatkan energi yang dapat menyebabkan tidak terjadinya ovulasi atau siklus haid yang memanjang (Andira, 2010). Berdasarkan hasil analisis hubungan stres dengan kejadian oligominore pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran, diperoleh hasil bahwa responden yang mengalami stres ringan sebanyak 18 orang dimana sebagian besar mengalami oligomenore yaitu sebanyak 14 orang (77,8%) lebih banyak daripada yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 4 orang (22,2%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh didapatkan nilai χ2 hitung (6,145) > χ2 tabel (3,84) dan p value 0,046 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan stres dengan kejadian oligominore pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran. Stres pada remaja pada umumnya disebabkan karena faktor keluarga, hubungan dengan teman atau permasalahan disekolah. Stres berkepanjangan yang terjadi pada remaja putri dapat menggangu keseimbangan hormon yang dapat menyebabkan siklus menstruasi terganggu. Dengan demikian hendaknya remaja dapat lebih berpikir positif dalam menghadapi permasalahan yang dialami guna meminimalisasi resiko terjadinya stres sehingga dapat mencegah terjadinya oligomenore dan jika remaja mengalami stres hendaknya melakukan refresing bersama teman atau keluarga. Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang, yang harus diperhatikan tingkat kesehatannya terutama remaja putri yang nantinya akan melahirkan generasi-generasi baru yang kelak dapat memiliki kehidupan yang lebih berkualitas. DAFTAR PUSTAKA Andira (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A. Plus Books Andriyani (2012). Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Sindrom Prementruasi pada mahasiswi D IV Kebidanan Jalur Reguler. Surakarta : UNS Azzam (2012). La Tahzan Untuk Wanita Haid. Jakarta : Quntum Media Effendi dan Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Gunawati (2005). Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No.2, Desember 2006 Handrik (2006). Problem Haid. ejurnal Kebidanan Vol. V No. 01 diunduh 17 Desember 2014 Prawirohardjo (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Proverawati & Misaroh (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Nuha Medika Tarwoto et.,al (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika Wulandari (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta :ANDI Zumrohhasanah (2008). Oligomenore, http:/www, diakses pada tanggal 02 Februari 2015