4462 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORE PADA
REMAJA PUTRI DI SMK KANISIUS UNGARAN
Luh Resmi* Faridah Aini* Sugeng Maryanto**
Program Studi D IV Kebidanan STIkes Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Latar Belakang: Oligomenore merupakan lama siklus haid yang memanjang dari
panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya. Penyebab siklus
haid yang tidak teratur (Oligomenore) lainnya, adanya kista diindung telur,
fimbroid atau masalah rahim lainnya, penyakit hipotiroid/hipertiroid dan stres.
Tujuan: Mengetahui hubungan stres dengan kejadian oligomenore pada remaja
putri di smk kanisius ungaran
Metode: Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan
pendekatan secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 171
remaja putri di SMK Kanisius Ungaran, tehnik pengambilan sampel
menggunakan proportional random sampling, dengan jumlah sampel 64 siswi.
Cara pengukuran menggunakan kuesioner.
Hasil: Responden sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 26
responden (40,6%). Responden yang tidak mengalami stres (normal) yaitu
sebanyak 20 responden (31,3%) dan responden yang mengalami stres sedang
yaitu sebanyak 18 responden (28,1%). Siswi yang mengalami oligomenore yaitu
sebanyak 34 responden (53,1%) dan responden yang tidak mengalami
oligomenore sebanyak 34 responden (49,1%). Ada hubungan stres dengan
kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran.
Simpulan: Ada hubungan stres dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di
SMK Kanisius Ungaran.
Kata kunci: Stres, Kejadian oligomenore, remaja
THE CORRELATION BETWEEN STRESS ON OLIGOMENORRHEA IN
FEMALE ADOLESCENTS AT SMK KANISIUS UNGARAN
Luh Resmi* Faridah Aini* Sugeng Maryanto**
Diploma IV of Midwifery Study Program of Ngudi Waluyo School of Health
ABSTRACT
Background: Oligomenorrhea is the extended menstrual cycle length than the
classic menstrual cycle, more than 35 days for a cycle. The other causes of
oligomenorrhea include the ovarian cyst, fimbroid or other uterine disorders,
hypothyroidism/hyperthyroidism diseases and stress.
Purpose: To find the correlation between stress and oligomenorrhea in female
adolescents at SMK Kanisius Ungaran.
Method: This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach.
The population in this study was 171 female students at SMK Kanisius Ungaran,
the data sampling used proportional random sampling technique, the samples in
this study were 64 respondents. The data instrument used questionnaires.
Result: The respondents are mostly have mild stress as many as 26 respondents
(40.6%). The respondents who do not have stress (normal) as many as 20
respondents (31.3%) and respondents who have medium stress as many as 18
respondents (28.1%). The students who have oligomenorrhea as many as 34
respondents (53.1%) and respondents who have not oligomenorrhea as many as
34 respondents (49.1%). There is a correlation between stress and oligomenorrhea
in female adolescents at SMK Kanisius Ungaran.
Conclusion: There is a correlation between stress and oligomenorrhea in female
adolescents at SMK Kanisius Ungaran.
Keywords: Stress, Oligomenorrhea, Adolescents
PENDAHULUAN
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun (Effendi dan
Makhfudli, 2009). Masa remaja merupakan masa yang sensitif dan rentan
terhadap stres yang disebabkan proses pematangan fisiknya lebih cepat daripada
pematangan psikososialnya. Selain itu, pada usia ini remaja belum mampu
berpikir berat sehingga mereka menjadi sulit untuk berkonsentrasi dan berpikir
disekolah. Beban berat yang dialami remaja dapat menimbulkan berbagai
penyakit termasuk gangguan hormonal yang berdampak pada gangguan haid di
antaranya oligomenore (Proverawati & Misaroh, 2009).
Stres merupakan suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang
dapat menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan sehari-hari
(Priyoto, 2014). Stres pada tahap I merupakan tahapan stres yang paling ringan,
stres tahap II timbul keluhan-keluhan, stres tahan III keluhan semakin nyata, stres
tahan IV untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit, stres tahap V
kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam dan stres tahap VI tahapan
klimaks
seseorang
mengalami
serangan
panik.
Stres
melibatkan
neuroendokrinologis sebagai sistem yang besar perannya dalam reproduksi wanita
sehingga berpengaruh terhadap pola siklus menstruasi (Andriyani, 2012).
Oligomenore merupakan lama siklus haid yang memanjang dari panjang
siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya (Handrik, 2006).
Penyebab siklus haid yang tidak teratur (Oligomenore) lainnya, adanya kista
diindung telur, fimbroid atau masalah rahim lainnya, penyakit
hipotiroid/hipertiroid (kurang/lebihnya hormon tiroid), disfungsi kelenjar pititary,
penyakit cushing (kelenjar adrenal yang operatif), efek samping dari obat-obatan
seperti kortison (Prednison), digoxin, antikoagulan (wartarin), obat anti kolinergik
dan obat-obatan yang berkaitan dengan otak seperti benzodiazepines (valium,
ativan), obat serotonin reuptake inhibitor seperti prozac effexor, pemakaian IUD
atau progestin serta stres yang menyebabkan ketidaksimbangan hormon, yaitu
hormon estrogen terlalu dominan dibanding hormon progesteron (Azzam, 2012).
Ketika seorang wanita yang mengalami stres biasanya juga akan
mengalami gangguan hormonal. Dimana hipotalamus saat stres akan
mensekresikan CRF (corticotropin releasing faktor) yang dapat memacu hipofise
untuk memproduksi ACTH (adenocorticotropik hormon). Pelepasan ACTH ini
menyebabkan kelenjar adrenal mensekresikan hormon kortisol, yang dapat
menimbulkan respon kewaspadaan respon tubuh terhadap stres. Akibatnya
produksi hormon estrogen dan progesteron ditekan sedemikian rupa sihingga
tidak berkompetensi mendapatkan energi yang dapat menyebabkan tidak
terjadinya ovulasi atau siklus haid yang memanjang (Andira, 2010).
Sekolah menengah Kejuruan Kanisius Ungaran merupakan salah satu
sekolah kejuruan yang berkembang di Kabupaten Semarang yang ditunjukkan
dengan jumlah siswi yang meningkat setiap tahunnya yaitu 155 siswa untuk
jumlah ditahun 2014 dan menjadi 171 di tahun 2015, dimana rata-rata siswi
berumur 16-19 tahun. Pihak sekolah juga terus berupaya meningkatkan sarana dan
prasarana sekolah hingga menggunakan guru pengampu yang berkompeten.
Sementara disisi lain, masih ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
pendidikan tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan yaitu 5 siswi untuk
tahunajaran 2013/2014 dan 4 siswi untuk tahun ajaran 2014/1015. Beberapa
faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya karena masalah kesehatan dan
salah satu masalah yang berkaitan dengan hal tersebut dimungkinkan masalah
psikologis anak misalnya stres dimana salah satu penyebabnya oligomenore yang
terjadi menjelang ujian dan tidak tertangani dengan baik.
Menurut WHO (2008) prevalensi oligomenore pada wanita sekitar 45%.
Penelitian Bieniasz et., al. Dalam Sianipar et., al. (2011) mendapatkan prevalensi
gangguan menstruasi didunia ditaksirkan amenore primer sebanyak 5,3%,
amenore skunder 18,4%, oligomenore 50%, polimenore 10,5% dan gangguan lain
sebanyak 15,8 %. Menurur penelitian Siegberg dkk, (2007), kelainan siklus
menstruasi oligomenore di Indonesia menyerang 16, 7% remaja.
METODE
Penelitian ini merupakan studi korelasi yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan stres dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Kanisius
Ungaran. Desain penelitian deskriftif korelasional, dengan pendekatan cros
sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh remaja putri di SMK Kanisius
Ungaran sebanyak 171 siswi. Tehnik pengampilan sampel menggunakan
proportional random sampling sebanyak 64 responden. Pengukuran
menggunakan alat ukur kuesioner.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Stres pada Remaja Putri di SMK Kanisius Ungaran
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Stres pada Remaja Putri di SMK
Kanisius Ungaran
N
%
Stres
Normal
20
31,3
Ringan
26
40,6
Sedang
18
28,1
Jumlah
20
100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa remaja putri di SMK
Kanisius Ungaran sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak 26
responden (40,6%).
Remaja putri di SMK Kanisius Ungaran mengalami stres ringan
dikarenakan belum mampu untuk menerima suatu keadaan dimana mereka
harus betul-betul berpikir dan berusaha keras untuk mempertahankan
peringkat dikelas. Selain itu, mereka kurang mampu untuk mengatur waktu
antara belajar dan bersantai sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam
menerima pelajaran dan sulit untuk berkonsentrasi.
Adanya perbedaan karakteristik kepribadian seseorang dapat
menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang sama.
Seseorang yang memiliki kepribadian ketabahan memiliki daya tahan
terhadap sumber stres yang lebih tinggi dari pada yang tidak memiliki
kepribadian ketabahan (Gunawati, 2005).
Rutinitas dan tuntutan akademik yang tinggi membuat siswi rentan
mengalami stres. Jenis stres lain yang dialami oleh siswi adalah stres
akademik yaitu stres yang disebabkan oleh stressor akademik, yaitu yang
bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan
kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyaknya tugas, keputusan
menentukan jurusan dan kecemasan ujian (Wulandari, 2011).
Penyebab terjadinya stres pada remaja putri di SMK kanisius Ungaran
disebabkan karena tugas yang banyak, takut jika nilainya rendah, akan
menghadapi praktik lapangan dan merasa takut untuk menghadapi ujian
nasional.
Sebaiknya pihak sekolah harus lebih memperhatikan hal ini, dengan
cara melakukan kegiatan-kegiatan diluar sekolah dan refresing sehingga stres
pada remaja akan berkurang, remaja pun bisa lebih berkonsentrasi dalam
proses pembelajaran. Selain itu, remaja harus melakukan terapi komplemeter
seperti mendengarkan musik atau senam yoga.
B. Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Kanisius Ungaran
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Oligomenore pada Remaja
Putri di SMK Kanisius Ungaran
Kejadian Oligomenore
Tidak oligomenore
Oligomenore
Jumlah
N
30
34
20
%
46,9
53,1
100,0
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa remaja putri di SMK
Kanisius Ungaran sebagian besar mengalami oligomenore yaitu sebanyak 34
responden (53,1%).
Oligomenore yang terjadi pada remaja putri di SMK Kanisius
Ungaran rata-rata terjadi lebih dari 9 hari dari siklus haid normal. Jadi pada
remaja putri di SMK Kanisus Ungaran yang mengalami oligomenore akan
mendapatkan haid/menstruasi 4-9 kali dalam satu tahunnya. Oligomenorea
merupakan salah satu kelainan siklus menstruasi dimana siklus haid lebih
panjang, lebih dari 35 hari (Prawihardjo, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri di SMK Kanisius
Ungaran yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 34 responden (53,1%).
Oligomenore dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti
pada awal pubertas. Oligomenore yang menetap dapat terjadi akibat
perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun
perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba memanjang maka
dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau pengaruh penyakit tertentu.
Oligomenore dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium
polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari
kadar pada wanita normal. Oligomenore dapat juga terjadi pada stres fisik dan
emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi
buruk (Zumrohhasanah, 2008).
Peran dari pihak sekolah dan masyarakat terutama orang tua sangat
berpengaruh dimana mereka harus melakukan konseling atau penyuluhan
tentang kesehatan terutama tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri,
agar jika ditemukan hal-hal yang abnormal dapat segera dilakukan tindakan
pengobatan.
Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali disebabkan karena
kurangnya sinkronisasi atau ketidakseimbangan antara hipotalamus, kelenjar
pituari dan indung telur. Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur
suhu tubuh, metabolisme sel dan fungsi dasar seperti makan, tidur dan
reproduksi. Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon yang mengatur
kelenjar pituari. Kemudian kelenjar pituari akan merangsang produksi hormon
yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi. Pada awal dan akhir masa
reproduksi wanita, beberapa hormon tersebut dapat menjadi kurang
tersinkronisasi atau mengalami ketidakseimbangan, sehingga akan
menyebabkan terjadinya haid yang tidak teratur (Zumrohhasanah, 2008).
C. Hubungan Stres dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di
SMK Kanisius Ungaran
Tabel 4.3 Hubungan Stres dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja
Putri di SMK Kanisius Ungaran
Stres
Normal
Ringan
Sedang
Jumlah
Kejadian oligomenore
Tidak oligomenore Total
f %
f
%
F %
11 55,0 9
45,0 20 100,0
15 57,7 11 42,3 26 100,0
4 22,2 14 77,8 18 100,0
30 46,9 34 53,1 64 100,0
χ2
p value
6,145
0,046
Berdasarkan hasil analisis hubungan stres dengan kejadian oligomenore
pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran, diperoleh hasil bahwa sebagian
besar responden yang mengalami stres ringan dan tidak oligomenore yaitu
sebanyak 15 responden (57,7%) dan yang mengalami oligomenore yaitu
sebanyak 11 responden (42,3%). Responden yang tidak mengalami stres
(normal) dan tidak oligomenore yaitu sebanyak 11 responden (55,0%) dan
yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 9 responden (45,0%). Sedangkan
responden yang mengalami stres sedang dan tidak oligomenore yaitu sebanyak
4 responden (22,2%) dan yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 14
responden (77,8%).
Ketika seorang wanita yang mengalami stres biasanya juga akan
mengalami gangguan hormonal. Dimana hipotalamus saat stres akan
mensekresikan CRF (corticotropin releasing faktor) yang dapat memacu
hipofise untuk memproduksi ACTH (adenocorticotropik hormon). Pelepasan
ACTH ini menyebabkan kelenjar adrenal mensekresikan hormon kortisol, yang
dapat menimbulkan respon kewaspadaan respon tubuh terhadap stres.
Akibatnya produksi hormon estrogen dan progesteron ditekan sedemikian rupa
sihingga tidak berkompetensi mendapatkan energi yang dapat menyebabkan
tidak terjadinya ovulasi atau siklus haid yang memanjang (Andira, 2010).
Berdasarkan hasil analisis hubungan stres dengan kejadian
oligominore pada remaja putri di SMK Kanisius Ungaran, diperoleh hasil
bahwa responden yang mengalami stres ringan sebanyak 18 orang dimana
sebagian besar mengalami oligomenore yaitu sebanyak 14 orang (77,8%)
lebih banyak daripada yang mengalami oligomenore yaitu sebanyak 4 orang
(22,2%).
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh
didapatkan nilai χ2 hitung (6,145) > χ2 tabel (3,84) dan p value 0,046 (α = 0,05),
maka dapat disimpulkan ada hubungan stres dengan kejadian oligominore pada
remaja putri di SMK Kanisius Ungaran.
Stres pada remaja pada umumnya disebabkan karena faktor keluarga,
hubungan dengan teman atau permasalahan disekolah. Stres berkepanjangan
yang terjadi pada remaja putri dapat menggangu keseimbangan hormon yang
dapat menyebabkan siklus menstruasi terganggu. Dengan demikian hendaknya
remaja dapat lebih berpikir positif dalam menghadapi permasalahan yang
dialami guna meminimalisasi resiko terjadinya stres sehingga dapat mencegah
terjadinya oligomenore dan jika remaja mengalami stres hendaknya melakukan
refresing bersama teman atau keluarga.
Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang
punggung penerus generasi bangsa di masa mendatang, yang harus
diperhatikan tingkat kesehatannya terutama remaja putri yang nantinya akan
melahirkan generasi-generasi baru yang kelak dapat memiliki kehidupan yang
lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Andira (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A. Plus
Books
Andriyani (2012). Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Sindrom
Prementruasi pada mahasiswi D IV Kebidanan Jalur Reguler. Surakarta
: UNS
Azzam (2012). La Tahzan Untuk Wanita Haid. Jakarta : Quntum Media
Effendi dan Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gunawati (2005). Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen
Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres dalam Menyusun Skripsi pada
Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No.2,
Desember 2006
Handrik (2006). Problem Haid. ejurnal Kebidanan Vol. V No. 01 diunduh 17
Desember 2014
Prawirohardjo (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka
Proverawati & Misaroh (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta : Nuha Medika
Tarwoto et.,al (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta :
Salemba Medika
Wulandari (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta :ANDI
Zumrohhasanah (2008). Oligomenore, http:/www, diakses pada tanggal 02
Februari 2015
Download