FIQH WANITA Minggu 14 PIL KONTRASEPSI PENCEGAH HAIDH Fiqh Wanita Hukum Islam Tentang Penundaan Haid Menstruasi atau haid terjadi secara periodik pada semua perempuan sihat yang memiliki organ reproduksi sihat juga. Haid bahkan boleh menjadi indikator kesuburan. Namun siklus bulanan tersebut kerap menjadi masalah bagi wanita (misalanya ibadah haji) karena hukum Islam melarang wanita yang sedang haid melakukan ibadah. Teknologi terkini di bidang terapi hormonal telah memungkinkan pengaturan waktu terjadinya haid secara tetap sesuai keinginan, boleh diawalkan atau dilambatkan. Selain berkaitan dengan ibadah, keinginan mendapatkan "hari bebas haid" juga boleh berhubungankaitkan dengan tugas atau sebab tertentu, seperti bulan madu. Dalam menghadapi persoalan ini ternyata para ulama berbeza pendapat tentang hukum sama ada boleh mengguanakan ubat penunda atau pencegah haid. Sebagian besar ulama membolehkan namun sebagian lainnya tidak membolehkan. Di antara ulama yang berpendapat membolehkan adalah sebagai berikut: Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah Di kalangan shahabat Nabi s.a.w. ada Ibnu Umar r.a. yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Mansur bahwa beliau telah ditanya orang tentang hukum seorang wanita haid yang meminum ubat agar tidak kedatangan haid, lantaran agar dapat mengerjakan tawaf. Maka beliau membolehkan hal tersebut. Abdullah Abdul ‘Aziz bin Baz dalam kitab Fatawa Tata’allaq bi Ahkam al-Hajji wa al-‘Umrah wa al-Ziyarah Seorang wanita boleh menggunakan ubat pencegah haid pada waktu haji kerana ditakuti akan kebiasaannya (haid) akan tetapi harus berkonsultasi kepada dokter khusus kerana untuk menjaga keselamatan wanita. Demikian juga pada bulan Ramadlan apabila berkeinginan untuk berpuasa bersama-sama dengan masyarakat umum (orang banyak). Ahmad bin Abdul Rozaq ad-Duwaisy dalam kitab Fatawa al-Lajnah ad-Daimah Lil-Buhuts al-‘Ilmiyah Wa al-Ifta’ Dibolehkan bagi seorang wanita untuk menggunakan pil penunda haid agar dapat melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Mereka tidak diharuskan untuk mengqadha hari-hari puasa yang telah Anda lakukan bersama-sama yang lainnya dengan menggunakan pil pencegah haidh. [Majalah Al-Buhuts Al-Islmiyah, 22/62] Pandangan Yusuf al-Qardawi, ulama kontemporer, dalam penggunaan pil penunda haid membolehkan dengan syarat: 1) Kekhawatiran haji dan puasanya tidak sempurna jika ia tidak menggunakannya. 2) Kekhawatiran akan mengalami kesulitan dalam mengkada puasanya kelak, dan 3) Obat penunda haid tersebut tidak membawa efek mudarat baginya. Alasan itu didasarkan kepada tidak adanya nas yang sharih (nyata) melarang penundaan haid. PENUNDAAN HAIDH MENGIKUT PERUBATAN Pertama: Prof. Dr. Ali Baziad, SpOG (K), Penundaan haid dengan pil hormon. Terdapat tiga jenis hormon yang boleh digukan: Progestin (progesteron saja). Kombinasi estrogen dan progesterone (pil perancang keluarga). GnRH agonis yang berbentuk suntikan. "Pil progesteron tersebut dikonsumsi satu bulan sebelum ibadah haji atau 14 hari sebelum haid. Haid berhenti karena tubuh memperoleh hormon dari luar, akibatnya kerja hormon di otak terhambat dan sel telur tidak bisa matang," kata Ali di Seminar Pengaturan Haid Ibadah Haji. Kedua: Kajian yang dilakukan Prof.Dr.Biran Affandi, SpOG (K) selama 10 tahun terhadap 45 perempuan berusia 25-42 tahun, yang menginginkan penundaan haid untuk ibadah haji menunjukkan bahwa pil hormon progesterone Norethisterone efektif menunda haid hingga 100 persen. Meski penggunaan pil hormon tergolong aman namun orang yang ingin mengonsumsinya sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Terdapat perbezaan kesan pada setiap individu apabila menggunakannya di antaranya: Faktor berat badan sesorang wanita yang gemuk dan yang kurus. Faktor perbezaan usia yang menurut Ali calon jamaah haji yang berusia di atas 40 tahun tidak dianjurkan mengonsumsi pil hormon sintetik. "Di usia tersebut sudah banyak gangguan kesehatan, jadi sebaiknya memakai pil hormon yang alami, seperti pil KB,". Demikian pula dengan faktor kesihatan yang mana pesakit pengidap barah payudara atau barah leher Rahim, mereka tidak dibenarkan menggunakan pil hormon berbentuk tablet. "Pemberian pil hormon justru memacu kanker, karenanya disarankan untuk memilih hormon injeksi," ZURIAT DAN KETURUNAN MENGIKUT PANDANGAN ISLAM Fiqh Wanita Allah s.w.t. berfirman: َ ً صا ِلحا ً ِم ْن ذَ َك ٍر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َو ُه َو ُمؤْ ِم ٌن فَلَنُ ْحيِيَنَّهُ َحيَاة َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون َ طيِبَةً َولَن َْج ِزيَنَّ ُه ْم أ َ ْج َر ُه ْم بِأ َ ْح َ َم ْن َع ِم َل “Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl: 97) Para ulama salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik (di dunia)” dalam ayat di atas dengan “kebahagiaan hidup” atau “rezeki yang halal” dan kebaikan-kebaikan lainnya. (Lihat“Tafsir Ibnu Katsir”, 2:772) Dan dari Anas bin Malik r.a dia berkata: “buku (Ummu Sulaim r.a) pernah berkata: (Wahai Rasulullah s.a.w), berdoalah kepada Allah untuk (kebaikan) pelayan kecilmu ini (Anas bin Malik r.a). Anas berkata: Maka Rasulullah s.a.w. pun berdoa (meminta kepada Allah) segala kebaikan untukku, dan doa kebaikan untukku yang terakhir beliau ucapkan: “Ya Allah, perbanyakkanlah harta dan keturunannya, serta berkahilah apa yang Engkau berikan kepadanya.” Anas berkata: Demi Allah, sungguh aku memiliki harta yang sangat banyak, dan sungguh anak dan cucuku saat ini (berjumlah) lebih dari seratus orang. (Bukhari dan Muslim) Hadits ini menunjukkan keutamaan memiliki banyak keturunan yang diberkahi Allah s.w.t, karena Rasulullah s.a.w. tidak mungkin mendoakan keburukan untuk sahabatnya, dan Anas bin Malik r.a. sendiri menyebutkan ini sebagai doa kebaikan. Demikian pula keumuman hadis-hadis yang menunjukkan keutamaan memiliki anak yang soleh, seperti sabda Rasulullah s.a.w: “Jika seorang manusia mati, maka terputuslah (pahala) amal (kebaikan)nya kecuali dari tiga perkara: sedekah yang terus mengalir (pahalanya dengan diwakafkan), atau ilmu yang diambil manfaatnya (terus diamalkan), atau anak soleh yang terus mendoakan kebaikan baginya.” (HR Ibnu Majah (no. 3660), Ahmad (2/509) dan lain-lain, dishahihkan oleh al-Buushiri dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaaditsish Shahiihah, no. 1598) HUKUM PERANCANGAN KELUARGA Fiqh Wanita PERBEZAAN MENUNDA KEHAMILAN DAN MEMBATASI KEHAMILAN. Menunda kehamilan berarti mencegah kehamilan sementara, untuk memberikan jarak pada kelahiran yang sebelumnya. Membatasi kehamilan atau membatasi kelahiran, berarti mencegah kehamilan untuk selama-lamanya setelah mendapatkan jumlah anak yang diinginkan. PENDEKATAN MEMBATAS KEHAMILAN Pada permasalahan membatasi kehamilan atau membatasi kelahiran, dengan jalan mensterilkan rahim, pengangkatan rahim, dan sebagainya, dengan tanpa sebuah alasan yang dapat dibenarkan oleh syariat, maka hal tersebut telah jelas HARAM hukumnya. Kecuali pada keadaan di mana seorang wanita terkena cancer atau yang seumpamanya pada rahimnya, dan ditakutkan akan membahayakan keselamatannya. Pendekatan Penundaan Kehamilan Beberapa alasan yang diperbolehkan untuk melakukan penundaan kehamilan adalah: Seorang wanita tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau anggota badan yang lain, sehingga merbahaya jika hamil. Jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan isteri keberatan jika hamil lagi, dengan niat untuk memberikan pendidikan yang secukupnya, sehinggalah mereka bersedia untuk hamil kembali. Adapun jika penggunaannya dengan maksud untuk menumpukan pada career atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang, maka hal itu tidak dibolehkan. Sebab dibolehkan pada permasalahan mencegah kehamilan untuk menunda dan memberi jarak pada kelahiran yang sebelumnya, berikut ulasannya: Pertama: anak akan kekurangan bekalan air susu ibu. Ketika seorang ibu hamil kembali dan ada anak yang masih berada dalam masa penyusuannya, maka air susu ibu yang dihasilkannya akan berkurang. Menurut dokter, sekurang-kurang 6 bulan jika Anda ingin hamil kembali setelah Anda melahirkan. Ini kerana anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan air susu ibu terbaik dan pendidikan terbaik. Kedua: keadaan ibu belum pulih dan sihat sepenuhnya. Setelah hamil selama lebih dari 9 bulan, kemudian melahirkan, maka seorang ibu memerlukankan waktu untuk membuat tubuhnya kembali sihat. Apalagi jika masih ada bayi yang memerlukan perhatian yang lebih dari seorang ibu. Tidak dapat dinafikan ini adalah perjuangan seorang ibu, namun memastikan kesihatan ibu dan keluarga yang masih memerlukan pemerhatian ibu tersebut perlu juga difikirkan. Ketiga: janin yang dikandung memiliki resiko lebih besar dan lebih tinggi untuk lahir prematur, bayi meninggal, dan bayi cacat lahir. Karena itu, tunggulah sampai setahun dua tahun untuk kembali hamil. APA ITU ‘AZL ‘Azl adalah mengeluarkan sperma laki-laki di luar vagina wanita dengan tujuan untuk mencegah kehamilan. Dari Jabir ra berkata : Kami melakukan ‘azl pada masa Nabi s.a.w. di mana al-Qur’an masih terus diturunkan, dan hal tersebut diketahui oleh Nabi s.a.w. tetapi beliau tidak melarangnya. (Al-Bukhari dan Muslim kitab an-Nikaah). Syaikh Abu Muhammad bin Shalih bin Hasbullah berpendapat: Termasuk ‘azl juga segala macam sarana yang digunakan oleh wanita untuk mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Samada pil atau yang lainnya. Hukumnya boleh, dengan syarat pencegahan ini untuk sementara dan tidak karena takut miskin atau takut rezekinya menjadi sempit. Jika penggunaan kontrasepsi ini dengan alasan takut miskin atau takut tidak dapat membiayai kehidupan anak, maka hukumnya haram secara mutlak kerana berprasangka buruk kepada Allah. Firman Allah s.w.t. “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rizki kepada mereka dan juga kepadamu…” (Al-Israa’ : 31). KONTRASEPSI KEHAMILAN Dalam membincangkan masalah penggunaan alat kontrasepsi menurut pandangan Islam, beberpa perkara yang perlu diberi perhatian di antaranya: Niat dan sebab si pemakai. Metode dan alat yang digunakan. Resiko yang timbul hasil dari penggunaan tersebut. Seandainya salah satu komponen di atas tidak sejalan dengan hukum Islam, maka penggunaan alat kontrasespsi itu pun menjadi tidak boleh juga. NIAT DAN SEBAB KONTRASEPSI Walaupun alat kontrasepsi yang digunakan termasuk yang dibolehkan di dalam hukum Islam, namun niat dan sebeb penggunaanya mesti diambil kira. Ini bersesuaian dengan kaedah Fiqh yang bermaksud; bahwa “setiap perkara itu mengikut niatnya”. Niat memainkan peranan penting dalam urusan agama. Seandainya niat menggunakan alat kontrasepsi berkaitan dengan hal-hal yang dilarang Islam seperti takut miskin dan sebagainya, maka hukumnya dilarang oleh agama. METOD DAN ALAT KONTRASEPSI Adapun menggunakan alat-alat kontrasepsi atau sarana lain yang mengakibatkan alat-alat reproduksi tidak berfungsi dan mengakibatkan tidak dapat menghasilkan keturunan, baik pada lelaki mahupun wanita, dengan persetujuan ataupun tidak, dengan niat yang selari dengan agama atau lainnya, maka hukumnya haram. Para ulama sepakat mengharamkannya penggunaan fasektomi (pemutusan saluran sperma). tubektomi (pemutusan saluran telur). Allah s.w.t. berfirman: “Dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benarbenar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merobah ciptaan Allah), lalu benar- benar mereka merobahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata”. (an-Nisaa 118-119) Di dalam ayat di atas menekankan tentang merubah ciptaan Allah yang dilarang di antaranya, manusia merubah sesuatu dari anggota badannya atau mematikan fungsinya dari fitrah dan penciptaan yang asli. Syari’ah Islam tidak melarang seseorang untuk melakukan keluarga berancang jika dilakukan berdasarkan syarat-syarat yang seiring dengan syar’i, seperti: daf’ul haraj (menolak kesempitan), ad-dharar yuzaal (bahaya harus di hilangkan). Setiap kaedah yang digunapakai ini bertepatan dengan dalil-dalil yang telah ditetapkan oleh Allah s.w.t. di antarnya: Al-Hajj: 78 artinya, “Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan”. Al-Baqarah: 173 “Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah s.w.t Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.