ANTIBIOTIKA

advertisement
Oleh
REZQI HANDAYANI, M.P.H.,Apt


Antibiotik
Berasal dari bahasa yunani: Anti (lawan),Bios
(hidup )
Antibiotik adalah Suatu zat kimia yang
dihasilkan oleh bakteri ataupun jamur yang
berkhasiat obat apabila digunakan dalam
dosis tertentu dan berkhasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman dan
toksisitasnya tidak berbahaya bagi manusia.

1.
2.

Zat bakterisida, pada dosis biasa berkhasiat mematikan
kuman
Zat yang bekerja terhadap fase tumbuh, ex: penisilin dan
sefalosporin, polopeptida (polimiksin, basitrasin),
rifampisin, asam nalidiksat dan kuinolon.
Zat yang bekerja trhadap fase istirahat, ex: aminoglikosida,
nitrofurantoin, INH, kotrimoksazol.
Zat bakteriostatik, pada dosis biasa terutama berkhasiat
menghentikan pertumbuhan dan perbanyakan kuman. Ex:
sulfonamida, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida,
linkomisin.
Farmakologi_RINA YUNIARTI,
S.Farm, Apt.

◦
◦

Antibiotika Narrow-Spektrum (aktivitas sempit)
Obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis
kuman saja
Misal :
Penisilin G dan Penisilin V, eritromisin, klindamisin,
kanamisin hanya bekerja terhadap kuman Gram –
positif.
Streptomisin, gentamisin, polimiksin-B, asam
nalidiksat khusus aktif terhadap kuman Gramnegatif.
Antibiotika Broad Spektrum (aktivitas luas)
Bekerja terhadap lebih banyak kuman baik jenis
kuman Gram-positif maupun jenis kuman Gramnegatif.
Antara lain : Sulfonamida, ampisilin, sefalosporin,
kloramfenikol, tetrasiklin dan rifampisin




Menghambat sintesa dinding sel bakteri
Mempengaruhi permeabilitas membran
sitoplasma bakteri
Menghambat sintesa protein
Menghambat sintesa asam nukleat
Mechanisms of antibacterial action
RNA polymerase
DNA topoisomerases
rifampicin
cell wall
quinolones,
novobiocin
b-lactams
vancomycin
bacitracin
DNA
mRNA
cell membrane
polymyxins
THF
DHF
50S
50S
50S
30S
30S
30S
ribosomes
folate synthesis
sulphonamides
trimethoprim
pABA
protein synthesis (30S) protein synthesis (50S)
tetracyclines
aminoglycosides
fusidic acid and others
macrolides
lincosamides
chloramphenicol
oxazolidinones

Obat antibiotika dapat melakukan aktivitasnya
lewat beberapa mekanisme, terutama dengan
penghambatan sintesa materi terpenting dari
bakteri, antara lain:
Dinding sel.
Sintesanya terganggu sehingga dinding
menjadi kurang sempurna dan tidak tahan
terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan
akibat pecah
Ex: Kelompok penisilin dan sefalosporin.
Menghambat sintesa dinding sel bakteri
 menghambat sintesa peptidoglikan
Gol penisilin
 menghambat
transpeptidase
Sikloserin
 struktur mirip D-alanin
Basitrasin
 menghambat
penyambungan


Membran sel
Molekul lipoprotein dari membran plasma (di
dalam dinding sel) dikacaukan sintesanya hingga
menjadi lebih permeabel. Hasilnya, zat-zat
penting dari isi sel dapat merembes keluar.
Ex: Polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin)
dan imidazol (mikonazol dan ketokonazol).
Protein Sel.
Sintesanya terganggu, misalnya: kloramfenikol,
tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida.
Mempengaruhi permeabilitas membran
sitoplasma
Merusak lipid  permeabilitas turun 
komponen sel keluar  sel mati
Contoh: polimiksin, nistatin, amfoterisin B
Mekanisme aksi antibiotik
Menghambat sintesa protein
Obat berikatan pada ribosom 30S:
aminoglikosida, tetrasiklin
Obat berikatan pada ribosom 50S:
eritromisin, kloramfenikol
Menghambat sintesa asam nukleat
♦ Menghambat replikasi DNA bakteri
 siprofloksasin, asam nalidiksat,
ofloksasin
♦ Menghambat sintesa RNA (translasi) :
 Rifampisin
♦ Menghambat sintesa asam nukleat
 gol. Sulfonamid (trimetroprim,
sulfametoksasol)


Asam-asam inti (DNA,RNA)
RNA : Rifampisin
DNA : asam nalidiksat dan kinolon, acyclovir.
Antagonis Saingan
Obat menyaingi zat-zat penting untuk
metabolisme kuman, hingga pertukaran
zatnya terhenti.
Ex : Sulfonamida, trimetoprim, INH.




Gambaran klinis adanya infeksi yang
diderita
Faktor sensitivitas bakteri terhadap
antibiotik
Fungsi ginjal dan hati pasien
Biaya pengobatan




Pengobatan infeksi campuran
Pengobatan pada infeksi berat yang belum
jelas penyebabnya
Efek sinergis
Memperlambat resistensi
◦ Penyebab Infeksi


Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai infeksi
akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi
Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan
hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman.
◦ Faktor Pasien

Antara lain fungsi ginjalnya, fungsi hati, riwayat alergi, daya
tahan infeksi (saluran imunologis), daya tahan terhadap
obat, beratnya infeksi, usia, wanita hamil/menyusui.


Sifat toksisitas selektif : membunuh
mikroorganisme yang menginvasi host tanpa
merusak sel host.
Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif
daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi
obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir
tubuh.





Identifikasi & sensitivitas organisme,
Tempat infeksi,
Status pasien (umur, BB, keadaan patologis,
kehamilan & laktasi),
Keamanan antibiotik,
Biaya.


Terapi empirik sebelum identifikasi organisme.
Berdasar bukti-bukti ilmiah & pengalaman, dengan
mempertimbangkan : mengutamakan obat
bakterisid, memilih obat dengan daya penetrasi
baik (jaringan tubuh, sistem saraf pusat), memilih
obat dengan frekuensi pemberian rendah (drug
compliance), mengutamakan obat dengan
pengikatan protein rendah, tidak merutinkan
penggunaan antibiotik mutakhir (misalnya
sefalosporin gen-3) agar terjamin ketersediaan
antibiotik yang lebih efektif bila dijumpai
resistensi)



Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus
melampaui MIC kuman. Untuk mencapai kadar
puncak obat dlm darah, kalau perlu dengan loading
dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi
kemudian diteruskan obat oral.
Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t½)
obat. Bila t½ pendek, maka frekuensi pemberiannya
sering.
Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin
semua kuman telah mati & menghindari
kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari
setelah gejala penyakit lenyap.
Pemberian AB tunggal lebih dianjurkan untuk
:




Organisme penyebab infeksi spesifik.
Menurunkan kemungkinan superinfeksi.
Menurunkan resistensi organisme.
Mengurangi toksisitas
Pemberian Antibiotik kombinasi untuk
keadaan khusus :



Infeksi campuran.
Ada risiko resistensi organisme, misalnya
pada TBC.
Keadaan yang membutuhkan AB dengan
dosis besar, misalnya sepsis, dan
etiologi infeksi yang belum diketahui.
Keuntungan Pemberian Antibiotik kombinasi :
 Efek sinergistik / potensiasi, misalnya : a)
Betalaktam + Aminoglikosid; b) Kotrimoksazol
(Sulfametoksazol + Trimetoprim); c) MDT pada
AIDS (AZT + Ritonavir + 3TC).
 Mengatasi & mengurangi resistensi, misalnya : a)
Amoksisilin + Asam klavulanat; b) Obat-obat
TBC & lepra; c) MDT pada AIDS.
 Mengurangi toksisitas, misalnya : Trisulfa +
sitostatika.
Kerugian Pemberian Antibiotik kombinasi :

Antagonisme pada penggunaan
bakteriostatika & bakterisid yang bekerja
pada fase tumbuh
I.




GOLONGAN PENISILIN
Penisilin-G dan turunannya merupakan bakterisid
terutama terhadap gram positif, hanya beberapa
kuman gram negatif.
Tak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatik
(tetrasiklin,kloramfenikol, eritromisin dan asam
fusidat).
Efek samping yang perlu diwaspadai adalah reaksi
alergi karena hipersensitasi dan dapat menimbulkan
shock anafilaksis bahkan kematian.
Semua penisilin dianggap aman untuk ibu hamil &
laktasi.




untuk radang paru-paru, radang otak,
pencegahan sifilis, gonorhoe.
Tidak tahan asam diberikan infus i.v. atau injeksi
i.m.
Distribusi ke jaringan intraseluler bagus,
penetrasi ke jaringan otak buruk tetapi menjadi
lebih baik jika ada radang selaput otak
Dosis infeksi umum i.v./i.m 1-4 MU 4-6 dd dari
garam long aktingnya.
2. Ampisilin





Mempunyai spektrum luas & tahan asam.
Banyak digunakan untuk infeksi pernafasan (bronkitis
kronis), saluran cerna , saluran kemih, telinga, gonore,
kulit dan jaringan lunak.
absorpsinya dari usus 30-40% (dikurangi oleh makanan),
plasma t½ 1-2 jam.
dosis : infeksi umum (oral) 4dd 500 -1000 mg, a.c ; ISK :
3-4 dd 500 mg; gonorhoe: 1x3,5 g + probenesid 1 g,
tifus 4 dd 1-2 g selama 2 minggu.
Efek samping : gangguan lambung-usus, alergi
3. Amoksisilin





Merupakan derivat hidroksi dari ampisilin
absorpsinya dari usus 80%
Plasma - t½nya hampir sama dengan ampisilin, tetapi
penetrasi kejaringan tubuh lebih baik, ekskresi bentuk
utuhnya pada urin jauh lebih besar ± 70% sehingga lebih
layak digunakan untuk infeksi saluran kencing dibanding
ampisilin.
Dosis oral 3 dd 375-1000 mg, anak 3-10 thn 3 dd 250
mg,1-3thn 3xsehari 125mg, 0-1 tahun 3xsehari 100mg,
juga diberikan i.m. / i.v.
Efek samping : alergi, gangguan saluran G.I.







Termasuk golongan beta laktam yang struktur,
khasiat dan sifatnya mirip penisilin.
Merupakan antibiotik semi sintetik.
Termasuk antibiotik spektrum luas & bakterisid
pada fase pertumbuhan kuman.
Tidak terlalu peka terhadap beta-laktamase.
Efek samping mirip dengan penisilin (obat oral :
diare, mual, muntah; alergi; gangguan ginjal pd
generasi I).
Resistensi dapat timbul dengan cepat jadi tidak
boleh digunakan sembarangan, cadangan untuk
infeksi berat.
Resistensi silang dg penisilin dapat terjadi.




Generasi ke-1: sefalotin, sefazolin,sefadrin,
sefaleksin dan sefadroksil. Tidak tahan betalaktamase.
Generasi ke-2 : sefaklor, sefamandol,
sefmetazol, sefuroksim. Agak kuat tahan betalaktamase.
Generasi ke-3 : sefoperazon,sefotaksim,
seftitokzim, seftriakson, sefotiam, sefiksim.
Lebih kuat tahan beta-laktamase.
Generasi ke-4 : sefepim dan sefpirom. Sangat
resisten / tahan beta-laktamase.



Sebagian besar sefalosporin diberikan parental
terutama di RS
Zat generasi ke-1 sering digunakan peroral pada
infeksi saluran kemih ringan dan obat pilihan ke2 untuk infeksi saluran pernafasan dan kulit yang
tidak serius dan bila terdapat alergi untuk
penisilin.
Zat generasi ke-2 / ke-3 digunakan parental
pada infeksi serius yg resisten amoksisilin dan
sefalosforin generasi ke-1, biasa dikombinasi
dengan aminoglikosida untuk memperkuat
aktivitasnya & untuk profilaksis bedah jantung,
usus, dan ginekologi.


Zat generasi ke-3 seftriakson & sefotaksim
sebagai obat pilihan pertama untuk
gonorhoe.
Penggunaan pada kehamilan hanya
sefalotin dan sefaleksin, yang lain belum
ada cukup data. Obat generasi I, sefaklor,
sefotaksim, seftriakson dianggap aman
untuk bayi.





Dapat digolongkan menjadi :
◦ Streptomisin
◦ Kanamisin, amikasin, dibekasin, gentamisin, netilmisin,
tobramisin
◦ Neomisin, framisetin, dan paromomisin
Merupakan antibiotik spektrum luas pengunaan untuk
terapi TBC (streptomisin & kanamisin).
Aktivitasnya adalah bakterisid.
Efek samping : (parenteral) terjadi kerusakan organ
pendengaran (irreversibel)dan merusak ginjal (reversibel).
Toksisitas tsb tidak tergantung dosis melainkan dari lama
pemakaian & jenis aminoglikosida, sebaiknya diberikan 1
– 2 dd.
Obat golongan ini tidak dianjurkan selama hamil karena
dapat melewati plasenta dan merusak ginjal & ketulian
pada janin. Dapat diberikan selama laktasi.





Merupakan antibiotik spektrum luas dg aktivitas
bakteriostatik.
Penggunaan untuk infeksi saluran nafas, saluran
kemih, kulit dan mata
Efek samping : (oral) mual, muntah, diare; suprainfeksi; kerusakan pada tulang & gigi yg sedang
tumbuh; fotosensitasi (kulit peka cahaya, jangan
kena sinar matahari); kemungkinan hepatotoksik
(pd ibu).
Tetrasiklin tidak boleh diberikan bersama
makanan yg kaya Fe, Ca, & Zn (khususnya susu)
& antasida. Sebaiknya tetrasiklin diminum 1 jam
a.c. atau 2 jam p.c.
Tidak boleh diberikan pada ibu hamil terutama
setelah bulan ke-4, menyusui dan anak dibawah
8 tahun.



Golongan makrolida terdiri dari : eritromisin,
klaritromisin, roksitromisin, azitromisin, &
diritromisin.
Spiramisin juga termasuk gol.makrolida karena
mempunyai rumus struktur serupa (cincin lakton
besar & terikat turunan gula).
Linkomisin & klindamisin secara kimiawi berbeda
dg eritromisin tetapi mempunyai kesamaan
dalam hal : aktivitas, mekanisme kerja, pola
resistensi & dapat terjadi resistensi silang &
antagonisme antara linkomisin & klindamisin dg
eritromisin.



Eritromisin sebagai bakteristatik terhadap
Gram positif, spektrum kerjanya mirip
penisilin G shg digunakan sbg pilihan yg
realistik jika pasien alergi terhadap
penisilin.
Efek samping : kemungkinan kerusakan hati
(pd ibu) & gangguan sal.G.I.
t½ singkat shg diberikan 4 dd (diminum 1
jam a.c. / 2 jam p.c.).






Antibiotik spektrum luas, digunakan khusus untuk infeksi Salmonella
typhi (tifus) dan meningitis (H. influenzae).
Sebagai pilihan ke-2 pada bentuk sediaan topikal (salep kulit & salep
/ tetes mata) jika fusidat & tetrasiklin tidak efektif.
Sediaan salep/tetes mata tidak boleh diberikan lebih dari 10 hari
Efek samping : depresi sumsum tulang (2 bentuk anemia),
yaitu :
◦ Penghambatan pembentukan sel darah (eritrosit, trombosit).
◦ Anemia aplastis
Dosis untuk tifus : permulaan 1-2 g kemudian 4 dd 500-750 mg,
p.c.
Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui
Penggunaan tidak dianjurkan khususnya pada minggu terakhir
kehamilan (trimester ke-3) karena menyebabkan hypotermia &
cyanosis pada neonatus (grey baby sindrom) hal ini juga terjadi pada
tiamfenikol (obat sejenis kloramfenikol). Obat dapat melintasi
plasenta & masuk ASI maka tidak boleh diberikan selama laktasi.


Sulfonamida dan quinolon adalah golongan
antibiotik yang penting untuk pengobatan infeksi
saluran kemih (ISK).
Antibiotika lain untuk ISK adalah golongan
penisilin/sefalosforin dan aminoglikosida.



Trisulfa, merupakan kombinasi dari 3 sulfonamida yaitu
sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan
perbandingan yang sama.
Kotrimoksazol, adalah kombinasi sulfametoksazol dan
trimetoprim dg perbandingan 5:1 (400+80 mg)
berkhasiat sebagai bakterisid terhadap sebagian besar
bakteri gram positif dan gram negatif, kombinasi ini
memperkuat khasiatnya (potensiasi) dan menurunkan
resiko resistensi.
Kombinasi sulfa lain dan trimetoprim dengan sifat dan
penggunaan mirip kotrimoksazol adalah :
◦ Supristol (sulfamoxol 200 mg + trimetoprim 40 mg)
◦ Kelfiprim (sulfalen 200 mg + trimetoprim 250 mg)
◦ Lidatrim (sulfametrol 400 mg + trimetoprim 80 mg)






Infeksi saluran kemih : sulfametizol, sulfafurazol dan
kotrimoksazol.
Infeksi mata
: sulfasetamida, sulfadikramida,
sulfametizol, digunakan topikal pd mata
Radang usus
: sulfasalazin (kombinasi
sulfapiridin & aminosalisilat)
Malaria tropika
: fansidar (kombinasi sulfadoksin
dan pirimetamin)
Meningitis
: sulfadiazin (daya penetrasi
ke CCS kuat), tetapi karena timbul resistensi maka obat
ini sering diganti dengan ampisilin atau rimfampisin.
tifus, infeksi saluran pernafasan atas, radang paru-paru,
& gonorhoe
: kotrimoksazol, sama
efektifnya dg ampisilin.
kerusakan parah pada sel-sel darah
(agranulositosis & anemia hemolitis), oleh
karena itu bila sulfonamida diberikan lebih
dari 2 minggu perlu dilakukan monitaring
darah.
 reaksi alergi (urticaria), fotosensitasi shg
selama terapi sebaiknya pasien jangan
terlalu banyak terkena sinar matahari.



Gangguan saluran cerna
Kristaluria di dalam tubuli ginjal, sering
terjadi pada sulfa yang sukar larut dalam air
seni yang asam (mis : sulfadiazin &
turunannya) resiko ini dapat dikurangi
dengan penggunaan trisulfa atau
pemberian zat alkali (natrium bikarbonat)
atau banyak minum air.



Digolongankan menjadi 2 serta derivat long-actingnya yaitu
:
1. Zat generasi pertama (asam nalidiksinat dan pipemidinat).
2. Zat generasi kedua, (senyawa fluorquinolon : norfloksasin,
pefloksasin, siprofloksasin, ofloksasin, lomefloksasin, dan
fleroksasin), lebih luas spektrumnya, kadar dalam darah
lebih tinggi, t½-nya lebih panjang. Digunakan juga untuk
infeksi sistemis yang lain.
3. Zat-zat long acting (sparfloksasin, trovafloksasin,
grepafloksasin) spektrumnya sangat lebar dan meliputi
lebih banyak gram positif.
Aktivitasnya sbg bakterisid pada fase pertumbuhan kuman.
Mekanisme kerja : menghambat kerja enzim DNA-gyrase
bakteri (hanya dimiliki bakteri), shg sintesis DNA bakteri
tidak terjadi.


Asam nalidiksinat dan pipemidat (generasi I)
hanya digunakan pada ISK bawah tanpa
komplikasi.
Gol. Fluorquinolon digunakan untuk ISK atas
berkomplikasi oleh kuman-kuman multi resisten
misalnya jaringan ginjal, juga untuk infeksi
saluran nafas serius, prostalitis kronis, infeksi
kulit dan jaringan lunak oleh kuman-kuman
gram negatif.


Untuk menghambat meluasnya
reisistensi,maka obat gol. fluorquinolon
disarankan digunakan sebagai terapi
cadangan untuk pengobatan terhadap
kuman-kuman yang resisten terhadap
obat-obat standar.
Sebagai pilihan pertama untuk ISK tanpa
komplikasi sebaiknya digunakan
trimetoprim, nitrofurantoin, sulfametizol.



gangguan lambung-usus, reaksi alergi, efek
neurologi, efek psikis hebat.
Penggunaan pada kehamilan dan laktasi belum
cukup data. Ada indikasi kelainan tulang rawan
dan persendian pada binatang percobaan,
sehingga tidak dianjurkan penggunaan pada
wanita hamil dan selama laktasi karena senyawa
ini dapat masuk ke dalam air susu ibu
(nalidiksinat & siprofloksasin).
Senyawa gol. quinolon tidak boleh diberikan
pada anak di bawah 16 th karena menimbulkan
penyimpangan tulang rawan terutama asam
nalidiksinat (jarang siprofloksasin dan
ofloksasin).
Download