KUALITAS AIR RANU LAMONGAN (RANU KLAKAH) LUMAJANG

advertisement
KUALITAS AIR RANU LAMONGAN (RANU KLAKAH) LUMAJANG
BERDASARKAN INDEKS KEANEKARAGAMAN dan FAMILY-LEVEL
BIOTIC INDEX MAKROINVERTEBRATA BENTIK
Aditya Rachmaputra, Hadi Suwono dan Sofia Ery Rahayu
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang.
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Ranu Lamongan merupakan suatu badan air tergenang yang digunakan oleh
masyarakat sekitar untuk berbagai macam kegiatan sehari-hari. Budidaya ikan air
tawar menggunakan metode keramba jaring apung adalah kegiatan yang utama
dilakukan oleh masyarakat sekitar. Keanekaragaman makroinvertebrata Bentik yang
terdapat pada Ranu Lamongan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas air Ranu
Lamongan. Analisis data berupa kepadatan makroinvertebrata bentik dengan indeks
Shannon dan family-level biotic index guna mengetahui kualitas air Ranu Lamongan.
. Penelitian ini menggunakan metode purposive random sampling dengan membagi
Ranu Lamongan menjadi 5 rona lingkungan dan 12 stasiun. Hasil analisis dengan
indeks keanekaragaman dan FBI (Family-level Biotic Index) yang hasilnya
menyatakan bahwa kualitas air Ranu Lamongan dalam kondisi yang cukup buruk
dengan keadaan tercemar bahan organik.
Kata kunci : polutan, bioindikator, makroinvertebrata bentik, keanekaragaman,
kualitas air.
ABSTRACT
Ranu Lamongan is a standing water used by surrounding communities for a
variety of everyday activities . Freshwater fish farming using floating cages
are the main activities carried out by the surrounding community . Diversity
of benthic macroinvertebrates found in Lamongan Ranu can be used to
determine the water quality Ranu Lamongan . Analysis of the data in the form
of the density of benthic macroinvertebrates with Shannon index and family level biotic index to determine water quality Ranu Lamongan . , This research
used purposive random sampling by dividing Ranu Lamongan into 5
environmental setting and 12 stations . Results of the analysis of the diversity
index and the FBI ( Family - level Biotic Index) which states that the results of
water quality Ranu Lamongan in pretty bad with the polluted state of the
organic material .
Key words : pollutant, bioindicator, macroinvertebrate, diversitity, water
quality.
Secara umum keberadaan suatu ekosistem danau memberikan fungsi yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia baik untuk rumah tangga, industri dan
pertanian. Beberapa fungsi penting tersebut antara lain: sebagai sumber plasma nutfah
yang berpotensi dalam penyumbang bahan genetik, tempat berlangsungnya siklus
hidup jenis flora dan fauna yang penting, sumber air yang dapat digunakan oleh
masyarakat baik langsung (pertanian, industri, rumah tangga) maupun tidak langsung
(sumber bahan baku air minum dan penghasil energi melalui PLTA),
tempat
tampungan air yang berlebih dari air hujan, aliran permukaan maupun sumber –
sumber air bawah tanah sehingga danau berfungsi juga untuk membantu mengatasi
banjir, pengatur tata air, menjaga iklim mikro karena keberadaan ekosistem danau
dapat mempengaruhi kelembaban dan curah hujan setempat, sarana rekreasi dan
obyek
pariwisata,
keberadaan
ekosistem
danau
memberikan
fungsi
yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia baik untuk rumah tangga, industri dan
pertanian ( Sittadewi, 2008).
Ranu Lamongan
adalah danau yang memiliki peranan sebagai penopang
kehidupan masyarakat sekitar danau. Beberapa contoh pemanfaatan dari Ranu
Lamongan oleh masyarakat sekitar adalah budidaya perikanan dengan menggunakan
keramba jaring apung yang berfokus pada budidaya ikan nila, menyewakan sarana
dan prasana bagi wisatawan yang berkunjung dan sebagai sumber air .
Makroinvertebrata bentik umum digunakan dalam dunia limnologi untuk menjadi
biomonitoring karena mudah diambil dan mudah diidentifikasi.
Menurut Chairns Jr dan Pratt (1993) alasan digunakan keanekaragaman
makroinvertebrata bentik dalam biomonitoring adalah makroinertebrata mudah
dikoleksi dan diidentifikasi, serta berperan sebagai makanan ikan. Setiap famili dari
makroinvertebrata bentik memiliki tingkat toleransi yang beragam. Pengukuran
kualitas air Ranu Lamongan dapat menggunakan indeks keanekaragaman atau indeks
Shannon juga dapat menggunakan Family-level Biotic Index (FBI). Family-level
biotic index merupakan suatu perhitungan yang diadaptasi dari biotic index yang
dikemukan oleh Hilsenhoff (1988). Lebih lanjut didapatkan bahwa Family-level
biotic index dapat menghemat waktu indentifikasi, karena identifikasi yang
digunakan sampai tingkatan famili saja, penggunaan dua indeks yakni Indeks
keanekaragaman dan Family-level Biotic Indeks diharapkan dapat mengetahui
kualitas perairan dari Ranu Lamongan.
.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan menggunakan metode Purposive Random Sampling
dengan menentukan 5 rona lingkungan.
Purposive random sampling
menurut
Teddlie dan Tashakkori (2009) adalah pengambilan sampel dengan berjumlah kecil
dengan tujuan tertentu agar dapat memberikan gambaran yang lebih besar. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas air Ranu Lamongan dengan parameter
yang sudah ditentukan, pengambilan sampel dilakukan pada 5 rona lingkungan di
Ranu Lamongan dengan tujuan mendapatkan data yang represntatif. membagi Ranu
Lamongan menjadi 5 rona lingkungan dan 12 stasiun. Pengambilan 12 stasiun untuk
sampling ditujukan agar mendapatkan data yang representatif untuk lima rona
lingkungan yang ada di Ranu Lamongan, lima rona lingkungan terdiri dari outlet,
inlet, keramba, keramba outlet (berada di dekat outlet) dan perkebunan tebu.
Pengambilan sampel makroinvertebrata bentik dilakukan 3 kali pengulangan dengan
jeda waktu 2 minggu.
Prosedur kerja terdiri dari 4 tahapan yaitu penentuan stasiun lokasi
pengambilan sampel makroinvertebrata bentik, pengambilan sampel , pengambilan
data faktor abiotik, dan analisis faktor abiotik di laboratorium. Gambar 1 akan
menunjukkan 12 stasiun pengambilan sampel makroinvertebrata bentik.
Gambar 1. 12 stasiun pengambilan sampel
Data akan dianalisis mengunakan indeks keanekaragaman , indeks kemerataan dan
Family-level biotic index. Berikut adalah cara perhitungan ketiga analisis tersebut :
1. Indeks Keanekaragaman (Shannon Wiener)
H'
=-
H’ = Indeks Shannon Wiener
Pi = Jumlah individu masing masing jenis
S = Jumlah jenis
Ln = Logaritma Natural
2. Indeks Kemerataan (E)
H’ = Indeks Shannon Wiener
S = Banyaknya spesies
Ln = Logaritma Natural
(Dodds dan Whiles, 2010)
= H’/ ln S
(Dodds dan Whiles, 2010)
3. Family biotic indeks (FBI)
Ni = Jumlah spesies dalam 1 family
Ti = Angka toleransi family
=
N = Jumlah total
(Hilsenhoff, 1988)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Makroinvertebrata yang ditemukan
Komunitas Makroinvertebrata Bentik yang ditemukan di Ranu Lamongan
terdiri atas terdapat 6 ordo, 10 famili, 12 genus, dan 12 spesies Makroinvertebrata. 8
spesies di antaranya termasuk dalam kelas gastropoda, 2 spesies termasuk kelas
malacostraca dan 2 spesies termasuk dalam kelas insecta yakni Crocothemis servilia
(Nimfa), Hagenius brevistylus (Nimfa)`, Cancer sp, Palaemonetes paludosus, Anentome
helena, Melanoides tuberculata, Pseudocinna columella, Lymnea auricularia, Bellamya
javanica, Pila ampullacea, Ventrosia stagnorum, Littoridina isabelleana.Berikut adalah tabel
1 sampai dengan 5 yang berturut-turut mengambarkan jenis, jumlah individu tiap jenis,
indeks keanekaragaman dan FBI tiap rona lingkungan.
Tabel 1. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan
Substrat pada Rona Lingkungan Outlet
Stasiun Spesies (Jumlah Individu)
H’
E
FBI
Palaemonetes paludosus (6)
Pseudocinna columella (4)
1
Bellamya javanica (6)
0,95 0,87 6,39
Lymnea auricularia (1)
Littoridina isabelleana (5)
Palaemonetes paludosus (5)
Pseudocinna columella (4)
2
Bellamya javanica (3)
0,86 0,78 6,43
Lymnea auricularia (2)
Littoridina isabelleana (7)
Substrat
Pasir
Pasir
Tabel 2. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan
Substrat pada Rona Lingkungan Keramba Outlet
Stasiun Spesies (Jumlah Individu)
H’
E
FBI
Palaemonetes paludosus (12)
3
Pila ampullacea (3)
1,24 0,85 6,07
Bellamya javanica (4)
Substrat
Pasir
4
Lymnea auricularia (8)
Littoridina isabelleana (4)
Anentome helena (10)
Ventrosia stagnorum (1)
Palaemonetes paludosus (12)
Pila ampullacea (3)
Bellamya javanica (2)
Lymnea auricularia (5)
1,29 0,84 6,06
Littoridina isabelleana (3)
Anentome helena (9)
Ventrosia stagnorum (1)
Melanoides tuberculata (1)
Pasir
Tabel 3. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan
Substrat pada Rona Lingkungan Keramba
Stasiun Spesies (Jumlah Individu)
Anentome helena (9)
Crocothemis servilia* (7)
Palaemonetes paludosus (22)
Pseudocinna columella (5)
5
Hagenius brevistylus* (6)
Bellamya javanica (1)
Lymnea auricularia (2)
Pila ampullacea (3)
Anentome helena (13)
Crocothemis servilia* (6)
Palaemonetes paludosus (25)
Pseudocinna columella (2)
6
Hagenius brevistylus* (4)
Bellamya javanica (2)
Lymnea auricularia (1)
Pila ampullacea (1)
7
Anentome helena (11)
H’
E
FBI
Substrat
1.47 0.84 5.92
Pasir
1.33 0.78 5,99
Pasir
1.45 0.80 6,08
Pasir
8
Crocothemis servilia* (6)
Palaemonetes paludosus (23)
Pseudocinna columella (4)
Hagenius brevistylus* (4)
Bellamya javanica (2)
Lymnea auricularia (2)
Pila ampullacea (2)
Anentome helena (12)
Crocothemis servilia* (5)
Palaemonetes paludosus (23)
Pseudocinna columella (1)
Hagenius brevistylus* (3)
Bellamya javanica (7)
Lymnea auricularia (1)
Ventrosia stagnorum (3)
Melanoides tuberculata (1)
Cancer sp (1)
Keterangan :
* = ditemukan pada fase nimfa
1.42 0.75 6,05
Pasir
Tabel 4. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan
Substrat pada Rona Lingkungan Inlet.
Stasiun Spesies (Jumlah Individu)
Anentome helena
(4)
Crocothemis servilia* (6)
Palaemonetes paludosus (5)
Pseudocinna columella (4)
Hagenius brevistylus* (6)
9
Bellamya javanica (5)
Lymnea auricularia (1)
Pila ampullacea (1)
Ventrosia stagnorum (1)
Littoridina isabelleana (1)
Melanoides tuberculata (2)
Anentome helena
(5)
Crocothemis servilia* (3)
Palaemonetes paludosus (3)
Pseudocinna columella (1)
Hagenius brevistylus* (3)
10
Bellamya javanica (6)
Lymnea auricularia (2)
Pila ampullacea (3)
Ventrosia stagnorum (2)
Littoridina isabelleana (2)
Melanoides tuberculata (3)
H’
E
FBI
Substrat
1.77 0.89 5.81 Pasir
1.93 0.95 5,90
Pasir
Keterangan :
* = ditemukan pada fase nimfa
Tabel 5. Data Kepadatan Makroinvertebrata Bentik, Angka H’, Angka E, Angka FBI dan
Substrat pada Rona Lingkungan Perkebunan Tebu.
Stasiun Spesies (Jumlah Individu)
H’
E
FBI Substrat
Anentome helena
(4)
Crocothemis servilia* (6)
Palaemonetes paludosus( 5)
11
Hagenius brevistylus* (6)
1.13 0,80 6.46
Batu
Bellamya javanica (5)
Pila ampullacea (1)
Ventrosia stagnorum (1)
Anentome helena
(5)
Crocothemis servilia* (3)
Palaemonetes paludosus (3)
12
Hagenius brevistylus* (3)
1.17 0,81 6,39
Batu
Bellamya javanica (6)
Pila ampullacea (3)
Ventrosia stagnorum (2)
Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Outlet
Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman rona lingkungan diwakili
oleh 2 stasiun yakni stasiun 1 dan 2 yang memiliki angka indeks keanekaragaman
dibawah satu yakni 0,95 dan 0,86. Angka indeks keanekaragaman dibawah 1
mengambarkan bahwa keadaan air Ranu Lamongan dengan rona lingkungan outlet
berada dalam kondisi yang tercemar berat. Lee et al (1978) dalam Wijayanti, H
(2007) menjelaskan bahwa indeks keanekaragaman < 1 ditafsirkan kondisi perairan
tercemar berat, 1 – 1,5 tercemar sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 – 3 tercemar
sangat ringan, >3 tidak tercemar. Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh
perhitungan family-level biotic index (FBI) menyatakan bahwa nilai FBI dari stasiun
1 dan 2 berada pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk dengan kemungkinan
besar tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi kualitas air miliki
HIlsenhoff (1988). Sumber yang sama menyatakan bahwa semakin tinggi angka FBI
mengindikasikan bahwa suatu perairan semakin buruk kualitasnya.
Berdasarkan anilisis faktor fisiko-kimia mengindikasikan bahwa perairan
Ranu Lamongan pada rona lingkungan outlet sedang tercemar bahan organik, hal ini
ditunjukkan oleh angka BOD yang melebihi baku mutu yakni 2 mg/l (PP No. 82
tahun 2001). Angka BOD pada rona lingkungan outlet berkisar pada 7,67 – 8,90
mg/l. Rona lingkungan outlet pada suatu perairan umunya menjadi tempat bahan
pencemar terkumpul dan mengakibatkan keanekaragaman makroinvertebrata bentik
menjadi kecil, hal ini didukung oleh Zimmerman (1993) yakni semua zat pencemar
akan berkumpul di daerah arus keluar.
Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Keramba Outlet
Rona lingkungan keramba outlet adalah rona lingkungan yang mewakili
bagian keramba yang berada di dekat bagian outlet, rona lingkungan keramba outlet
diwakili oleh 2 stasiun yakni stasiun 3 dan 4. Berdasarkan angka indeks
keanekaragaman stasiun 3 dan 4 yakni 1,24 dan 1,29 kualitas air Ranu Lamongan
pada rona lingkungan keramba outlet berada pada tingkatan tercemar sedang
berdasarkan Lee et al (1978) dalam Wijayanti, H (2007) menjelaskan bahwa indeks
keanekaragaman < 1 ditafsirkan kondisi perairan tercemar berat, 1 – 1,5 tercemar
sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 – 3 tercemar sangat ringan, >3 tidak tercemar.
Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh perhitungan family-level biotic
index (FBI) menyatakan bahwa nilai FBI dari stasiun 3 dan 4 yang memiliki angka
6,06 dan 6,07 berada pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk dengan
kemungkinan besar tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi kualitas air
miliki HIlsenhoff (1988). Sumber yang sama menyebutkan skala 0 – 10 didasarkan
dari toleransi organisme terhadap ketersediaan oksigen terlarut. Skala 0 merupakan
organisme yang sangat tidak toleran terhadap ketersediaan oksigen yang sedikit, skala
selanjutnya 2-9 memiliki tingkat toleransi yang bervariasi. Skala 10 merupakan
organisme yang dapat bertahan dalam kondisi yang sangat buruk.
Faktor fisiko-kimia pada rona lingkungan keramba outlet menunjukkan bahwa
angka BOD berkisar antara 5,10 – 6,22 mg/l. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001
yang menyatakan baku mutu BOD perairan tawar maksimal adalah 2 mg/l
mengindikasikan bahwa perairan Ranu Lamongan pada rona lingkungan keramba
outlet mengalami pencemaran bahan organik. Bahan organik dan BOD berbanding
lurus didukung dengan pernyataan Agustiningsih et al (2012) menyatakan bahwa
dimana kandungan bahan organik mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan
nilai BOD yang menurun.
Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Keramba
Rona lingkungan keramba adalah rona lingkungan yang mewakili bagian
keramba yang berada hampir sekeliling Ranu Lamongan dengan panjang area sekitar
1048 m, rona lingkungan keramba diwakili oleh 4 stasiun yakni stasiun 5, 6, 7 dan 8
karena memiliki luas rona lingkungan terbesar. Angka indeks keanekaragaman dari 4
stasiun yang mewakili rona lingkungan berkisar antara 1,33 – 1,47 yang berarti
bahwa kualitas air Ranu Lamongan pada rona lingkungan keramba berada pada
tingkatan tercemar sedang berdasarkan Lee et al (1978) dalam Wijayanti, H (2007)
menjelaskan bahwa indeks keanekaragaman < 1 ditafsirkan kondisi perairan tercemar
berat, 1 – 1,5 tercemar sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 – 3 tercemar sangat ringan,
>3 tidak tercemar.. Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh perhitungan
family-level biotic index (FBI) menyatakan bahwa nilai FBI dari rona lingkungan
keramba berkisar antara 5,92 – 6,02 mengindikasikan bahwa perairan Ranu
Lamongan di rona lingkungan keramba pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk
dengan kemungkinan besar tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi
kualitas air miliki HIlsenhoff (1988). Sumber yang sama mengatakan bahwa FBI
digunakan
untuk
mempercepat
kerja
biomonitoring
karena
hanya
perlu
mengidentifikasi sampai tingkatan famili dan penggunaan FBI cocok untuk perairan
yang tercemar bahan organik, Penggunaan FBI pada penelitian ini sangat cocok
karena hasil analisis fisiko-kimia menunjukkan angka BOD tinggi yang
mengindikasikan bahwa adanya bahan organik yang mencemari,.
Faktor fisiko-kimia pada rona lingkungan keramba menunjukkan bahwa
angka BOD berkisar antara 6,42 – 11,05 mg/l. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001
yang menyatakan baku mutu BOD perairan tawar maksimal adalah 2 mg/l
mengindikasikan bahwa perairan Ranu Lamongan pada rona lingkungan keramba
mengalami pencemaran bahan organik. Angka BOD memiliki arti pengunaan oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroba untuk memecah bahan organik. Nilai BOD yang
melebihi baku mutu menunjukkan bahwa keadaan perairan sedang tercemar dan
dengan angka BOD yang tinggi menafsirkan angka DO yang rendah. Prayitno dan
Sabarudin (2010) menyatakan bahwa makin tinggi nilai BOD5 dari suatu air
permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut makin buruk. BOD yang tinggi
menggambarkan defisit (berkurangnya) oksigen terlarut pada air permukaan.
Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Inlet
Rona lingkungan inlet adalah rona lingkungan yang mewakili bagian inlet
yang memiliki 3 sumber, rona lingkungan inlet diwakili oleh 2 stasiun yakni stasiun
9 dan 10. Angka indeks keanekaragaman dari 4 stasiun yang mewakili rona
lingkungan berkisar antara 1,77 – 1,93 yang berarti bahwa kualitas air Ranu
Lamongan pada rona lingkungan inlet
berada pada tingkatan tercemar sedang
berdasarkan Lee et al (1978) dalam Wijayanti, H (2007) menjelaskan bahwa indeks
keanekaragaman < 1 ditafsirkan kondisi perairan tercemar berat, 1 – 1,5 tercemar
sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 – 3 tercemar sangat ringan, >3 tidak tercemar.
Indeks keanekaragaman makroinvertebrata bentik pada rona lingkungan inlet
merupakan yang tertinggi dari rona lingkungan lainnya. Beberapa jenis bentos
memiliki sifat yang tidak toleran terhadap suatu kondisi yang tercemar.
Tjokrokusumo (2006) menyebutkan makroinvertebrata bentik memilki preferensi
terhadap habitatnya dan juga mobilitasnya yang relative rendah menyebabkan mahluk
hidup ini dapat digunakan sebagai mahluk hidup yang keberadaannya sangat
dipengaruhi secara langsung oleh semua bahan yang masuk kedalam lingkungan
lahan perairan
Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh perhitungan family-level
biotic index (FBI) menyatakan bahwa nilai FBI dari rona lingkungan inlet berkisar
antara 5,81 – 5,90 mengindikasikan bahwa perairan Ranu Lamongan di rona
lingkungan inlet pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk dengan kemungkinan
besar tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi kualitas air miliki
HIlsenhoff (1988). Sumber yang sama mengatakan bahwa FBI digunakan untuk
mempercepat kerja biomonitoring karena hanya perlu mengidentifikasi sampai
tingkatan famili dan penggunaan FBI cocok untuk perairan yang tercemar bahan
organik, Penggunaan FBI pada penelitian ini sangat cocok karena hasil analisis
fisiko-kimia menunjukkan angka BOD tinggi yang mengindikasikan bahwa adanya
bahan organik yang mencemari,
Faktor fisiko-kimia pada rona lingkungan inlet menunjukkan bahwa angka
BOD berkisar antara 6,55 – 7,11 mg/l. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 yang
menyatakan
baku
mutu
BOD
perairan
tawar
maksimal
adalah
2
mg/l
mengindikasikan bahwa perairan Ranu Lamongan pada rona lingkungan inlet
mengalami pencemaran bahan organik. Hasil analisis BOD yang cukup tinggi dimana
BOD yang tinggi menandakan bahwa oksigen terlarut dalam jumlah yang sedikit atau
BOD dan DO saling terbalik , didukung dengan pendapat Goltenboth et al (2012)
oksigen dan karbon dioksida keduanya berada pada posisi timbal balik , maka
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida merupakan faktor penting yang
memengaruhi produksi biologi, sedangkan perhitungan indeks biotik didasari oleh
toleransi mahkluk hidup terhadap kadar oksigen. Secara keseluruhan rona lingkungan
inlet memiliki nilai yang paling bagus untuk nilai indeks keanekaragaman dan FBI
Kualitas Air Ranu Lamongan pada Rona Lingkungan Perkebunan Tebu
Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman rona lingkungan diwakili
oleh 2 stasiun yakni stasiun 11 dan 12 yang memiliki angka indeks keanekaragaman
dibawah satu yakni 0,80 dan 0,81. Angka indeks keanekaragaman dibawah 1
mengambarkan bahwa keadaan air Ranu Lamongan dengan rona lingkungan
perkebunan tebu berada dalam kondisi yang tercemar berat. Lee et al (1978) dalam
Wijayanti, H (2007) menjelaskan bahwa indeks keanekaragaman < 1 ditafsirkan
kondisi perairan tercemar berat, 1 – 1,5 tercemar sedang, 1,5 – 2 tercemar ringan, 2 –
3 tercemar sangat ringan, >3 tidak tercemar. Keanekaragaman hayati tidak hanya
sekedar jumlah spesies/jenis, tetapi meliputi varietas dan karagaman dan keunikan
gen, jenis dan ekosistem (Goltenboth et al (2012). Sumber yang sama menyatakan
bahwa danau di Indonesia adalah salah satu pusat keanekaragaman dunia. . Kondisi
suatu lingkungan yang terpolusi akan menurunkan angka keanekaragaman , didukung
oleh pernyataan Zimmerman (1993) bahwa pada keadaan tercemar keanekaragaman
spesies menjadi sedikit.dan keanekaragaman spesies menjadi sedikit.
Berdasarkan perhitungan taksa yang diwakili oleh perhitungan family-level
biotic index (FBI) yakni 6,46 dan 6,39 menyatakan bahwa nilai FBI dari stasiun 1 dan
2 berada pada tingkatan fairly poor atau cukup buruk dengan kemungkinan besar
tercemar bahan organik berdasarkan tabel klasifikasi kualitas air miliki HIlsenhoff
(1988). Sumber yang sama menyatakan bahwa semakin tinggi angka FBI
mengindikasikan bahwa suatu perairan semakin buruk kualitasnya.
Berdasarkan anilisis faktor fisiko-kimia mengindikasikan bahwa perairan
Ranu Lamongan pada rona lingkungan perkebunan tebu sedang tercemar bahan
organik, hal ini ditunjukkan oleh angka BOD yang melebihi baku mutu yakni 2 mg/l
(PP No. 82 tahun 2001). Angka BOD pada rona lingkungan perkebunan tebu berkisar
pada 6,14 – 10,25 mg/l. Berikut adalah gambar 5.5. yang mengambarkan rona
lingkungan perkebunan tebu.
KESIMPULAN
1. Komunitas Makroinvertebrata Bentik yang ditemukan di Ranu Lamongan terdiri
atas terdapat 6 ordo, 10 famili, 12 genus, dan 12 spesies Makroinvertebrata. 8
spesies di antaranya termasuk dalam kelas gastropoda, 2 spesies termasuk kelas
malacostraca dan 2 spesies termasuk dalam kelas insecta yakni Crocothemis
servilia (Nimfa), Hagenius brevistylus (Nimfa)`, Cancer sp, Palaemonetes
paludosus, Anentome helena, Melanoides tuberculata, Pseudocinna columella,
Lymnea auricularia, Bellamya javanica, Pila ampullacea, Ventrosia stagnorum,
Littoridina isabelleana
2. Indeks Keanekaragaman komunitas Makroinvertebrata Bentik di Ranu Lamongan
memiliki nilai sedang dan rendah
3. Kualitas air Ranu Lamongan pada setiap rona lingkungan yang dilihat dari
parameter fisiko-kimia dan Makroinvertebrata Bentik mengindikasikan bahwa
kualitas air Ranu Lamongan sedang berada dalam tingkatan cukup buruk dan
tercemar ringan-sedang oleh zat organik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih, D., Sasongko, S., B., dan Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air dan
Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar
Kabupaten Kendal . Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya
Alam dan Lingkungan Semarang, 11 September 2012.
Cairns, Jr., J dan Pratt, J. R. 1993. Freshwater Biomonitoring and Benthic
Macroinvertebrates, D. M. Roseenberg and V. H. Resh edition. New York :
Chapman & Hall..
Doods, W. Dan Whiles, M. 2010. Freshwater Ecology. San Diego : Elsevier..
Hilsenhoff, W. L. 1988. Rapid Field Assessment of Organic Pollution with a Familylevel Biotic Index. Journal of the North American Benthological Society. Vol 7,
No. 1, 65-68.
Goltenboth, F.. Timotius, K. H., Milan, P. P., Margraf, J. 2012. Ekologi Asia
Tenggara : Kepulauan Indonesia. Jakarta : Salemba Teknika.
PP No. 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
PP No. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Prayitno, M. B. dan Sabaruddin. 2010. Potensi Hidrologi Danau Dan Lahan Gambut
Sebagai Sumberdaya Air (Studi Kasus: Danau Air Hitam, Pedamaran, Oki).
Prosiding Seminar Nasional. ISBN 978-602-98295-0-1 (1582 – 1592).
Sittadewi, E. H. 2008. Fungsi Strategis Danau Tondano, Perubahan Ekosistem dan
Masalah yang terjadi. Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 9, No.1 :59-66.
Tjokrokusumo, S., W. 2006. Bentik Makroinvertebrata Sebagai Bioindikator Polusi
Lahan Perairan. J.Hidrosfir Vol. 1 (8:20)
Teddlie, C. dan Tashakkori,A. 2009. Foundation of Mixed Methods Research.
California : SAGE publisher.
Wijayanti, H. 2007. Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Tesis. Semarang: Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Zimmerman, M. C. 1993. The use of the biotic index as an indication of water
quality. Tested Studies for laboratory teaching, Vol. 5 : 85-98.
Download