7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.1.1
Pengertian Sistem
Sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan
maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
(Raymond Mcleod, 2001, p9)
Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan
dan bekerja sama untuk menghasilkan tujuan bersama dengan menerima
input dan menghasilkan output dalam sebuah transformasi yang
terorganisir.
(O’Brien, 2003, p8)
Dari definisi teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem
terdiri dari komponen yang saling berinteraksi satu sama lain dengan
menerima input, memprosesnya lalu mengeluarkan output untuk
mencapai suatu tujuan.
2.1.2
Pengertian Informasi
Informasi adalah data yang sudah diproses atau data yang
memiliki arti.
(Raymond Mcleod, 2001, p12)
7
8
Informasi adalah data yang sudah dibentuk menjadi bentuk yang
berarti dan berguna bagi manusia.
(Laudon, 2004, p8)
Dari definisi teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
informasi adalah kumpulan data yang telah diproses menjadi sesuatu
yang berguna dan memiliki arti.
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi dapat diartikan sebagai sekumpulan komponen
yang saling berhubungan dalam mengumpulkan (atau menerima), proses,
menyimpan,
dan
mendistribusikan
informasi
untuk
mendukung
pengambilan keputusan, koordinasi dan pengaturan dalam sebuah
organisasi.
(Laudon, 2004, p8)
Sistem informasi adalah penggabungan dari manusia, hardware,
software, dan jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mampu
mengumpulkan, mengubah, dan membagikan informasi dalam sebuah
organisasi.
(O’brien, 2005, p6)
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa definisi dari sistem
informasi adalah sekumpulan komponen yang melakukan pengumpulan
data dan analisa data yang ada untuk menghasilkan suatu informasi yang
dapat digunakan oleh penerima dalam pengambilan keputusan.
9
2.1.4
Pengertian Geografi
Secara leksikal, geografi berasal dari kata Geos (bahasa Yunani)
artinya bumi dan Grafien artinya mencitra, menguraikan.
Geografi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan
segala sesuatu yang ada diatasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim,
udara, dan segala interaksinya.
(Wardiyatmoko, 1996, p3)
Menurut Richthoffen, geografi adalah ilmu yang mempelajari
permukaan bumi sesuai dengan referensinya, atau studi mengenai areaarea yang berbeda di permukaan bumi.
(Prahasta, 2002, p12)
Geografi adalah ilmu tentang permukaan bumi, iklim, penduduk,
flora, fauna, serta hasil yang diperoleh dari bumi.
(Paryono, 1994, p1)
Dari teori-teori ditas dapat disimpulkan bahwa geografi
merupakan ilmu yang mempelajari permukaan bumi, iklim, penduduk,
flora, fauna, serta sumber daya alam yang ada di bumi.
2.1.5
Pengertian Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (SIG) pada dasarnya merupakan
gabungan tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi, dan geografis.
Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas sistem informasi
10
geografis merupakan salah satu sistem informasi dengan tambahan unsur
“geografis”.
Sistem Informasi Geografis adalah sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi
geografi.
(Paryono, 1994, p1)
Sistem Informasi Geografis merupakan suatu kesatuan formal
yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan
dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi.
(Prahasta, 2002, p49)
Dengan kata lain SIG secara umum dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem yang berbasis komputer yang dapat memanajemen,
memanipulasi,
dan
menganalisis
informasi-informasi
kebumian.
Komponen-komponen SIG sebagai suatu sistem berbasis komputer
termasuk perangkat keras, perangkat lunak, data atau informasi dan juga
operator yang mengoperasikan serangkaian proses manipulasi.
Kecanggihan teknologi SIG yang sering dimanfaatkan untuk
berinteraksi adalah kemampuannya yang memungkinkan melakukan
manipulasi data spasial sekaligus dengan database yang ada di dalamnya
(biasanya disebut query).
Beberapa keuntungan yang didapat dalam menggunakan SIG :
-
Data dapat dikelola dalam format yang kompak dan jelas
11
-
Data dapat dikelola dengan biaya yang murah dibanding dengan
survei lapangan.
-
Data dapat dipanggil kembali dan dapat diulang dengan cepat.
-
Komputer dapat mengubah data secara tepat dan cepat.
-
Data spasial dan non-spasial dapat dikelola secara bersama.
-
Analisis data dan perubahan dapat dilakukan secara efisien.
-
Data yang sulit ditampilkan secara manual, dapat diperbesar bahkan
dapat ditampilkan secara tiga dimensi.
-
Berdasarkan data yang terkumpul dapat dilakukan pengambilan
keputusan dengan cepat dan tepat.
Jadi kesimpulan yang didapat Sistem Informasi Geografis merupakan
sekumpulan komponen yang memiliki kemampuan untuk mengambil,
mengolah, dan menyimpan data, baik data spasial maupun data tekstual dan
juga menampilkan hasil dengan cepat, akurat, dan tepat waktu.
12
2.1.6
Subsistem Sistem Informasi Geografis
Data Input
Data Output
SIG
Data Manajemen
Manipulasi dan
Analisa Data
Gambar 2.1 Subsistem SIG
Untuk membangun suatu Sistem Informasi Geografis ada beberapa
subsistem. Subsistem tersebut antara lain :
1. Data input
Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data
spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini juga bertanggung
jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-format datadata aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh Sistem
Informasi Geografis.
2. Data output
Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk
hardcopy seperti tabel, grafik, peta, dan lain-lain.
13
3. Data manajemen
Subsistem ini mengkoordinasikan data spasial maupun atribut ke dalam
sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,
diperbaharui, maupun diperbaiki.
4. Manipulasi dan Analisa Data
Subsistem ini menghasilkan informasi-informasi yang dapat dihasilkan
oleh sistem informasi geografis. Selain itu, subsistem ini juga melakukan
manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang
diharapkan.
2.1.7
Komponen Sistem Informasi Geografis
Ada lima komponen untuk melakukan proyek agar saling
bekerjasama, yaitu: hardware, software, data, sumber daya manusia, dan
prosedur.
•
Perangkat Keras/ Hardware
Perangkat keras yang biasanya digunakan dalam aplikasi SIG:
1. CPU
Merupakan pusat proses data yang terhubung dengan media
penyimpanan dengan ruang yang cukup besar dengan sejumlah
perangkat lainnya.
2. Disk Drive
14
Menyediakan
tempat
untuk
membantu
jalanya
penginputan,
membaca, pemrosesan, dan penyimpanan data.
3. Digitizer
Digunakan untuk mengkonversi data dari peta ke dalam bentuk digital
dan memasukannya ke dalam komputer.
4. Plotter / Printer
Digunakan untuk mencetak hasil dari data yang sudah diolah.
5. Tape Drive
Digunakan untuk menyimpan data/program ke dalam pita magnetic
atau untuk berkomunikasi dengan sistem lainnya.
6. VDU
Digunakan
untuk
memudahkan
pengguna
untuk
mengontrol
komputer dan perangkat-perangkat lainnya.
•
Perangkat Lunak / Software
Software SIG berfungsi untuk memasukkan, menganalisis dan
menampilkan
informasi
SIG.
Software
SIG
memiliki
beberapa
kemampuan utama, antara lain :
- Memanipulasi atau menyajikan data geografis atau peta berupa layer.
- Berfungsi untuk analisis, query, visualisasi geografis.
- Penyimpanan data dan manajemen database (DBMS).
- Graphical user interface (GUI).
15
•
Data dan Informasi Geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi
yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mengimport dari
perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara
medigitasi data spasial dan memasukkannya ke tabel-tabel.
2.1.8
Manfaat Sistem Informasi Geografis
Menurut Eko Budiyanto (2004, p3) ada beberapa manfaat dari
SIG adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang lokasi atau letak
Lokasi atau tempat dapat dikelaskan dengan memberi keterangan
tentang nama tempat tersebut, kode pos, kode wilayah, atau atribut
lainnya. SIG menyimpan informasi ini sebagai data atribut yang
digambarkannya secara spasial.
2. Menjelaskan kondisi ruang
Ruang tang dimaksud adalah tempat tertentu dengan satu atau
beberapa syarat tertentu pula. Dengan menggunakan SIG dapat
dijelaskan secara keseluruhan kondisi suatu kawasan dalam kaitannya
dengan tujuan tertentu.
3. Menjelaskan suatu kecenderungan (trend)
16
Analisis spasial dalam SIG dapat dilakukan secara multi temporal
dengan menggunakan data multi waktu. Perkembangan antar waktu
dari beberapa data tersebut menjadi dasar analisis kemungkinan yang
akan terjadi pada masa depan. Analisis ini memberi penjelasan
tentang sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang dengan
penggambaran lokasi di mana fenomena tersebut akan terjadi.
4. Menjelaskan tentang pola spasial (spatial pattern)
Pola sebuah fenomena dapat dilihat dari sebarannya secara spasial.
Dengan mengetahui pola-pola secara spasial, dapat dicari korelasinya
dengan fenomena lain.
5. Pemodelan
Pemodelan mengaitkan berbagai informasi tentang letak, kondisi
lokasi, pola, dan kecenderungannya yang akan terjadi di masa
mendatang secara bersama-sama atau sebagian. Dalam sebuah
pemodelan dibentuk suatu formulasi yang memungkinkan dilakukan
beberapa manipulasi data input. Hasil keluaran dari suatu pemodelan
merupakan gambaran fenomena yang akan terjadi. SIG didukung oleh
kemampuan beberapa software dapat melakukan pemodelan spasial
secara dua dimensi ataupun tiga dimensi.
Selain itu, kemampuan SIG juga dikenali dari fungsi analisis
spasial yang dapat dilakukan oleh kemampuan SIG terdiri dari :
17
1. Klasifikasi (reclassify)
Fungsi ini mengklasifikasikan suatu data spasial menjadi data
spasial baru dengan menggunakan kriteria tertentu, misalnya
dengan menggunakan data spasial ketinggian permukaan bumi
(topografi), akan dapat diturunkan data spasial kemiringan
atau gradien permukaan bumi yang dinyatakan dalam
presentase
nilai-nilai
kemiringan.
Nilai-nilai
presentase
kemiringan ini dapat diklasifikasikan hingga menjadi data
spasial baru yang dapat digunakan untuk merancang
perencanaan pengembangan suatu wilayah. Contohnya adalah
untuk mendapatkan data spasial kesuburan tanah dari data
spasial kadar air atau kedalaman air tanah, dan sebagainya.
2. Jaringan (network)
Fungsi ini merujuk data spasial titik (point) atau garis (line)
sebagai suatu jaringan yang tak terpisahkan. Fungsi ini sering
digunakan di bidang-bidang transportasi dan utility, seperti
misalnya aplikasi jaringan kabel listrik, komunikasi, pipa
minyak dan gas, air minum, dan saluran pembuangan. Sebagai
contoh, dengan fungsi analisis spasial network, cari seluruh
kombinasi jalan-jalan yang menghubungkan titik awal dan
titik akhir. Pada setiap kombinasi, hitung jarak titik awal dan
akhir dengan mengakumulasikan jarak dari jalan-jalan yang
18
membentuknya.
Kemudian
pilih
jarak
terpendek
dari
kombinasi-kombinasi yang ada.
3. Overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua
data spasial yang menjadi masukannya. Sebagai contoh, bila
untuk mengasilkan wilayah-wilayah yang sesuai untuk
budidaya tanaman tertentu, misalnya padi, dimana data-data
yang diperlukan adalah ketinggian permukaan bumi, kadar air
tanah, dan jenis tanah, maka fungsi analisis spasial overlay
akan dikenakan terhadap data-data spasial tersebut.
4. Buffering
Fungsi ini akan menghasilkan data spasial baru yang
berbentuk polygon atau zone dengan jarak tertentu dari data
spasial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan
menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaranlingkaran yang mengelilingi titik pusatnya. Untuk data spasial
grafis akan menghasilkan data spasial baru yang berupa
polygon yang melingkupi garis-garis. Demikian pula untuk
data spasial polygon, akan menghasilkan data spasial baru
yang berupa polygon yang lebih besar dan konsentris.
5. 3D analysis
Fungsi ini terdiri dari beberapa subfungsi yang berhubungan
dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi. Fungsi
19
analisis spasial ini banyak menggunakan fungsi interpolasi.
Sebagai contoh adalah untuk menampilkan data spasial
ketinggian, tataguna tanah, jaringan jalan dan utility dalam
bentuk model 3 dimensi.
6. Digital image processing
Fungsi ini dimiliki oleh perangkat SIG yang berbasiskan
raster. Karena data spasial permukaan bumi (citra digital)
banyak didapat dari perekaman data satelit yang berformat
raster, maka banyak SIG raster yang juga dilengkapi dengan
fungsi analisis ini.
2.1.9
Jenis-jenis Data Pada Sistem Informasi Geografis
Jenis data yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis
adalah data spasial (peta atau geografis) dan data atribut (keterangan atau
non-spasial). Perbedaan antara dua jenis data tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Data atribut / non spasial
Data atribut adalah data yang mendeskripsikan karakteristik atau
fenomena yang dikandung pada suatu objek data dalam peta dan tidak
mempunyai hubungan posisi geografis. Contoh : data atribut sungai
berupa kedalaman, kualitas air, habitat, komposisi kimia, konfigurasi
biologis dan lain sebagainya.
20
Atribut dapat dideskripsikan secara kualitatif dan kuantitatif. Pada
pendeskripsian secara kualitatif, kita mendeskripsikan tipe, klasifikasi,
label suatu objek agar dapat dikenal dan dapat dibedakan dengan objek
yang lain, misalnya : rumah sakit, hotel, dan sebagainya. Bila dilakukan
secara kuantitatif, data objek dapat diukur atau dinilai secara skala ordinat
atau tingkatan, interval atau selang rasio atau perbandingan dari suatu
titik tertentu. Contohnya : populasi sungai 10 sampai 15 ekor ikan, kadar
kimia air pada sungai tersebut buruk, dan sebagainya.
b. Data spasial
Data spasial adalah data sistem informasi yang terpaut pada
dimensi ruang, dapat digambarkan dengan berbagai komponen data
spasial.
Komponen tersebut adalah :
1. Titik
Titik merupakan referensi grafis yang paling sederhana untuk suatu
objek.
Representasi
ini
tidak
memiliki
dimensi
tetapi
dapat
diidentifikasikan diatas peta dan dapat ditampilkan pada layer monitor
menggunakan simbol-simbol.
2. Garis
Garis adalah bentuk linear yang akan menghubungkan paling sedikit dua
titik dan digunakan untuk merepresentasikan objek satu dimensi. Batasbatas poligon merupakan garis-garis, demikian pula jaringan listrik,
komunikasi pipa air minum, saluran pembuangan, dan keperluan lainnya.
21
3. Poligon
Poligon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi.
Sungai, danau, batas propinsi, batas kota, adalah tipe-tipe entity yang
pada umumnya direpresentasikan sebagai poligon. Suatu poligon paling
sedikit dibatasi oleh tiga garis yang saling terhubung diantara ketiga titik
tersebut.
•
titik
garis
polygon
Gambar 2.2 Komponen Data Spasial
Terdapat 2 konsep representasi entity spasial, yaitu :
1. Raster (Model data Raster)
Menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan struktur matriks atau pixel-pixel yang
membentuk grids. Akurasi model data ini sangat tergantung pada
resolusi atau ukuran pixelnya di permukaan bumi.
22
Entity
spasial
raster
disimpan
dalam
layer
secara
fungsionalitas direlasikan dengan unsur-unsur petanya. Contoh
sumber entity spatial raster adalah citra satelit, citra radar, dan model
ketinggian.
(Prahasta, 2005, p146)
Kelebihan format raster adalah :
•
Data dalam bentuk raster lebih mudah.
•
Metode untuk mendapatkan citra raster lebih mudah melalui
scanning.
•
Gambar didapat lebih detail dari radar atau satelit.
Kekurangan format raster adalah :
•
Membutuhkan memory yang besar.
•
Akurasi posisinya bergantung dari ukuran pixelnya.
•
Penggunaan sel atau ukuran grid yang lebih besar untuk
menghemat ruang penyimpanan akan menyebabkan kehilangan
informasi atau ketelitian.
2. Vektor (Model data Vektor)
Menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial
dengan menggunakan titik-titik, garis-garis atau kurva atau polygon
beserta atribut-atributnya.
23
Bentuk-bentuk dasar representasi data spasial dalam format
vektor didefinisikan oleh sistem koordinat kartesius dua dimensi.
(Prahasta, 2005, p158)
Dalam format vektor, garis merupakan sekumpulan titik-titik
terurut yang dihubungkan. Sedangkan polygon disimpan sebagai
sekumpulan titik-titik tetapi titik awal dan titik akhir polygon
memiliki koordinat yang sama.
Format vektor memiliki kelebihan :
•
Memerlukan tempat penyimpanan yang sedikit.
•
Memiliki resolusi spasial yang tinggi.
•
Memiliki batas-batas yang teliti, tegas, dan jelas.
Format vektor memiliki kekurangan :
2.2
•
Memiliki struktur data yang kompleks.
•
Tidak kompatibel dengan citra satelit penginderaan jauh.
•
Memerlukan hardware dan software yang mahal.
Peta Sistem Informasi Geografis
2.2.1
Pengertian Peta dan Bagiannya
Peta merupakan gambaran wilayah geografis, biasanya bagian
permukaan bumi. Peta dapat disajikan dengan berbagai cara yang
berbeda. Dari peta konvensional yang tercetak sampai peta digital yang
tampil di layar komputer. Peta dapat menunjukkan banyak informasi
24
penting, misalnya sungai, gunung, hutan, daerah perbukitan, laut, danau,
batas-batas kota, dan lain-lain.
Menurut Rockville, peta adalah suatu representasi konvensional
(miniatur) dari unsur-unsur fisik (alamiah dan buatan manusia) dari
sebagian atau keseluruhan permukaan bumi diatas media bidang datar
dengan skala tertentu.
(Prahasta, 2002, p129)
Bagian-bagian pokok peta antara lain:
a. Judul peta
Setiap peta harus diberi judul untuk mencerminkan isi dan tipe peta.
Judul suatu peta dapat diletakkan pada bagian atas tengah layar peta
utama, bagian atas kiri atau kanan diluar peta utama, atau
disembarang tempat diluar peta utama, dan jangan sampai
mengganggu peta utama.
b. Garis Astronomis
Garis astronomis berfungsi untuk menentukan lokasi suatu tempat.
Umumnya, garis astronomis dibuat dengan memberi tanda di tepi atau
garis tepi dengan menunjukan angka derajat, menit, dan detiknya
tanpa membuat garis bujur atau lintang.
c. Inset
Inset menunjukan lokasi daerah yang dipetakan pada kedudukannya
dengan daerah sekitar yang lebih luas.
25
d. Garis Tepi Peta
Garis tepi peta sebaiknya dibuat rangkap. Garis tepi peta ini dapat
membantu dalam membuat peta pulau, kota, ataupun wilayah yang
tepat ditengah-tengahnya.
e. Skala Peta
Skala peta merupakan angka yang menunjukkan perbandingan jarak
pada peta dengan jarak sesungguhnya. Penulisan skala diletakkan
dibawah judul peta. Skala merupakan hal penting sebab pengguna
peta dapat mengetahui jarak sebenarnya dari perbandingan skala
tersebut.
f. Sumber Peta dan Tahun Pembuatan Peta
Sumber peta digunakan sebagai informasi dari mana sumber peta
diperoleh. Tahun pembuatan peta sangat diperlukan terutama petapeta dengan data yang mudah berubah, misalnya peta penyebaran
penduduk, peta hasil perkebunan, dan lain-lain.
g. Penunjuk Arah / Mata Angin / Tanda Arah
Untuk membantu pembaca mengetahui arah mata angin : utara,
selatan, timur, dan barat. Penunjuk arah diletakkan di kiri atas atau
bagian bawah peta.
h. Simbol Peta
Simbol peta merupakan tanda-tanda yang umum digunakan untuk
mewakili keadaan yang sebenarnya. Simbol peta dapat dibagi sebagai
berikut, simbol titik melambangkan ketinggian, tanaman, monumen
26
(candi); simbol garis melambangkan sungai, jalan, rel kereta api,
batas wilayah administrasi; dan simbol area melambangkan
pemukiman, area pertanian dan perkebunan.
i. Warna Peta
Warna peta digunakan untuk menggambarkan keadaan objek tertentu,
misalnya : warna biru digunakan untuk melambangkan lautan /
perairan, warna hijau digunakan untuk dataran rendah, warna kuning
digunakan untuk dataran tinggi, warna coklat digunakan untuk
pegunungan, warna merah digunakan untuk bentang hasil budi daya
manusia, dan warna putih digunakan untuk puncak pegunungan salju.
Perubahan warna sewaktu-waktu gradual, artinya warnanya sama
tetapi tua mudanya warna berbeda.
j. Legenda
Legenda merupakan informasi atau keterangan dari simbol-simbol
agar lebih mudah dibaca. Pada umumnya legenda diletakkan dibagian
kiri atau kanan bawah suatu peta dan sebaliknya dalam garis peta.
k. Lettering
Merupakan semua tulisan atau angka-angka untuk mempertegas arti
dari simbol-simbol yang ada. Lettering jangan terlalu sering
digunakan dan biasanya ditulis dengan huruf cetak kecil.
l. Penggunaan Tulisan Pada Peta
27
Judul peta harus ditulis dengan huruf cetak besar yang tegak. Tinggi
huruf harus disesuaikan dengan besar peta dan kenampakan di air
menggunakan huruf miring, besar kecilnya berdasarkan strategisnya.
2.2.2
Jenis-jenis Peta
Peta pada umumnya dapat dibagi berdasarkan skala dan data yang
disediakan oleh peta tersebut. Berdasarkan skalanya peta dapat
diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:
1. Peta kadaster, berskala 1:100 sampai 1:5000, menggambarkan petapeta tanah dan peta sertifikat tanah.
2. Peta skala besar, berskala 1:5000 sampai 1:250000, menggambarkan
wilayah-wilayah
yang
relatif
sempit,
seperti
kelurahan
dan
kecamatan.
3. Peta
skala
sedang,
berskala
1:250000
sampai
1:500000,
menggambarkan wilayah-wilayah yang agak luas, seperti propinsi,
daerah regional, dan pulau.
4. Peta
skala
kecil,
berskala
1:500000
sampai
1:1000000,
menggambarkan wilayah-wilayah yang cukup luas, misalnya negara.
5. Peta skala geografis, berskala lebih dari 1:1000000, menggambarkan
sekumpulan negara, benua, atau dunia.
Berdasarkan data yang disediakan, terdapat dua macam bentuk peta:
1. Peta umum / peta ikhtisiar
28
Peta umum merupakan peta yang menggambarkan topografi daerah
ataupun batas-batas administrasi suatu wilayah / Negara yang biasa
digunakan untuk bermacam-macam tujuan.
2. Peta khusus / peta tematik
Peta tematik merupakan peta yang menampilkan hubungan
keruangan, kenampakan tertentu di permukaan bumi dalam bentuk
atribut tunggal ataupun hubungan atribut seperti geologi, geografis,
pertanahan dan sebagainya. Contohnya :
•
Peta Geologi
Peta yang menggambarkan struktur batuan dan sifat-sifatnya yang
mempengaruhi bentuk-bentuk permukaan tanah.
•
Peta Air Tanah
Peta yang menggambarkan lokasi atau sebaran air tanah di suatu
tempat / daerah.
•
Peta Irigasi
Peta yang menggambarkan aliran sungai, bendungan air, dan
saluran irigasi.
•
Peta Transportasi
Peta yang menggambarkan peta lalu lintas baik di darat, laut,
maupun udara.
•
Peta Lokasi
Peta yang menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bumi.
29
•
Peta Arkeologi
Peta yang menggambarkan penyebaran letak benda-benda atau
peninggalan purba.
2.2.3
Penggunaan Peta
Pada umumnya peta dapat digunakan untuk mengetahui berbagai
kenampakan pada suatu wilayah yang dipetakan, yakni :
1. Memperlihatkan posisi suatu tempat di permukaan bumi.
2. Mengukur luas dan jarak suatu daerah di permukaan bumi
berdasarkan skala dan ukuran peta.
3. Memperlihatkan bentuk suatu daerah yang sesungguhnya dengan
skala tertentu.
4. Menghimpun data suatu daerah yang disajikan dalam bentuk peta.
Adapun peta khusus digunakan untuk tujuan tertentu yang
menonjolkan satu jenis data saja. Misalnya pada iklim, peta curah hujan,
peta penyebaran penduduk, dan sebagainya.
2.2.4
Persyaratan Peta
Tiga persyaratan pokok yang harus dipenuhi agar peta dapat
berfungsi dengan baik, antara lain :
30
•
Conform : bentuk-bentuk bidang daerah, pulau, benua yang digambar
harus sesuai dengan bentuk aslinya di alam.
•
Equivalent : daerah-daerah atau bidang-bidang yang digambarkan
harus proporsional luas dengan apa yang terdapat di alam.
•
Equidistant
:
jarak-jarak
yang
digambar
peta
harus
tepat
perbandingannya dengan keadaan jarak yang sebenarnya.
2.3
Metode Pengembangan Sistem
Pada pengembangan sistem penulis menggunakan metode pengembangan
sistem tradisional. Di mana tahap-tahapnya dapat dilihat pada gambar :
: Pengulangan Kembali (Feed Back Loop)
Gambar 2.3 Pengembangan Sistem Tradisional
Metode ini terdiri dari 5 tahap, yaitu :
•
Tahap Preliminary Investigasi
Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian terhadap objek, memperkirakan
biaya dan keuntungan, mengevaluasi kemungkinan yang akan terjadi,
mendapatkan persetujuan untuk memulai analisis sistem.
31
•
Analisis Sistem
Pada tahap ini dilakukan penganalisaan tehadap keadaan dan keperluan
perusahaan, menganalisis sistem yang ada, menganalisis keadaan fungsional
area dan keperluannya dan memutuskan fungsi-fungsi dari sistem yang baru
seperti : karakteristik pengguna, tampilan pengguna, dan lain-lain.
•
Desain Sistem
Pada tahap ini dilakukan pembuatan sistem seperti mendesain user interface,
database, mendesain aplikasi, mendesain panduan mengenai aplikasi.
•
Implementasi Sistem
Pada tahap implementasi dilakukan persiapan fasilitas untuk perangkat keras,
membangun komponen, melatih pengguna, melakukan testing, melakukan
penulisan manual untuk pengguna dan administrator, dan lain-lain, apabila
pada tahap implementasi ini aplikasi belum berjalan dengan baik maka dalam
pengembangan sistem harus dikembalikan ke tahap analisis dan desain.
•
Sistem Operasional
Pada tahap ini sistem sudah dapat berjalan dengan baik dan sistem sudah bisa
dipakai dengan baik oleh pengguna.
(Dewits, 1996, p96)
2.4
Data Flow Diagram (DFD)
Diagram alir data atau data flow diagram adalah teknik grafis yang
menggambarkan aliran informasi dan transformasi yang diaplikasikan pada saat
32
data bergerak dari input menjadi output. DFD tingkat 0 atau biasa juga disebut
juga dengan model konteks, merupakan DFD yang merepresentasikan seluruh
elemen sistem sebagai sebuah proses tambahan dengan data input dan output
yang ditunjukkan oleh anak panah yang masuk dan keluar secara berurutan.
Proses tambahan dan jalur aliran informasi direpresentasikan pada saat DFD
tingkat 0 dipartisi untuk mengungkap detail yang lebih. (Pressman, 2001, p311)
Berikut adalah notasi-notasi dasar yang digunakan dalam DFD :
Entity eksternal
Informasi yang ada diluar sistem yang dimodelkan
Proses
Transfer Informasi yang ada didalam sistem untuk
dimodelkan
Objek data
Anak panah menunjukkan arah aliran data
Penyimpanan data
Repositori data yang disimpan untuk digunakan
oleh satu proses atau lebih
Gambar 2.4 Model Aliran Informasi
33
Data Flow Diagram dapat menginformasikan kepada user sistem yang
berlaku dan sebagai alat untuk berinteraksi dengan user dalam bentuk
representasi.
Tingkatan-tingkatan dalam DFD :
1. Diagram Konteks
Merupakan level tertinggi yang menggambarkan masukkan dan keluaran
dari sistem. Pada diagram konteks hanya terdapat satu proses dan tidak ada
data store.
2. Diagram Nol
Pada diagram nol terdapat data store. Diagram yang tidak rinci pada akhir
nomor diberi tanda *.
3. Diagram Rinci
Merupakan rincian dari diagram nol atau diagram level diatasnya. Prosesproses pada diagram ini sebaikknya tidak lebih dari 7 atau maksimum 9.
2.5
Entity Relationship Diagram (ERD)
Model Entity Relationship berisi komponen-komponen himpunan entitas
dan himpunan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang
merepresentasikan seluruh fakta dari ‘dunia nyata’ yang telah ditinjau, yang
dapat digambarkan dengan lebih sistematis (Fathansyah, 1999, p79)
Contoh-contoh penggambaran relasi antar hubungan entitas yang ada adalah :
a. One-to-one
34
Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu
entitas di B, dan begitupun sebaliknya.
b. One-to-many
Sebuah entitas di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu
entitas di B, namun sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol
atau lebih entitas di A.
c. Many-to-many
Sebuah entitas di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas di B
dan sebuah entitas di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entitas
di A.
2.6
State Transition Diagram (STD)
STD dibuat dengan tujuan untuk mewakili sistem dengan sejumlah state
dan serangkaian aktivitas yang berhubungan, menggambarkan hubungan antara
state, menunjukkan bagaimana sistem bergerak dari satu state ke state yang lain
dan mendokumentasikan urutan dan prioritas dari state. STD pertama kali
dikembangkan untuk membantu merancang kompiler.
(William S. Davis and David C. Yen, 2000, p235)
35
2.7
Basis Data
2.7.1
Pengertian Data
Data adalah aliran dari fakta-fakta kasar yang merepresentasikan
kejadian-kejadian yang terjadi dalam organisasi atau lingkungan fisik
sebelum disusun dalam sebuah bentuk yang dapat dimengerti dan
digunakan oleh manusia.
(Laudon, 2004, p8)
Data terdiri dari fakta-fakta dan angka-angka yang relatif tidak
berarti bagi pemakai. Dua sifat data, antara lain:
a. Shared : data dapat digunakan bersama-sama dengan pengguna.
b. Integrated : data merupakan kesatuan, sebisa mungkin menghindari
pengulangan, sehingga data menjadi lebih valid dan benar.
2.7.2
Pengertian Basis Data
Basis data atau database merupakan koleksi bersama dari data
logikal yang saling berhubungan, dan deskripsi dari data tersebut didesain
untuk menemui kebutuhan informasi suatu organisasi.
(Connoly, 2002, p14)
Database adalah kumpulan terintegrasi dari occurances file atau
tabel yang merupakan representasi data dari suatu model enterprise.
(Mohammad Subekti, 1997, p8)
36
Suatu database merepresentasikan entity, attribut, dan hubungan
logical antar entity. Entity adalah distinct object pada organisasi yang
akan dipresentasikan pada database. Entity dapat berupa orang, tempat,
barang,
konsep,
atau
event.
Attribut
adalah
properti
yang
mendeskripsikan beberapa aspek dari objek yang ingin kita record dan
relationship adalah asosiasi antar entity.
Adapun tujuan utama konsep database adalah :
2.8
•
Mengurangi redundancy data
•
Independensi data
Lamun
2.8.1 Pengertian Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah
sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup tergenang di air laut.
Tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal hingga pada
kedalaman kira-kira 30 meter di lautan tropis sampai lautan sub-tropis.
Lamun dapat tumbuh pada kisaran yang sangat luas, di pasir karang atau
puing-puing karang atau lumpur halus dasar laut daerah tropis yang
terlindung, di tempat ini lamun dapat membentuk padang yang padat dan
produktif. Lamun dapat tumbuh mulai dari batas teratas daerah pasang
surut, dibatasi oleh kondisi yang terbuka terhadap kekeringan dan energi
gelombang sampai di batas terendah daerah subtidal, dibatasi oleh tingkat
37
intensitas cahaya masuk sehingga memungkinkan fotosintesis yang
melebihi respirasi.
Habitat lamun dapat dipandang sebagai suatu komunitas, dalam
hal ini padang lamun merupakan suatu kerangka struktural dengan
tumbuhan dan binatang yang berhubungan dalam proses fisik atau
kimiawi membentuk suatu ekosistem.
Untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, padang lamun ini
memerlukan kondisi perairan dangkal yang jernih dimana intensitas
cahaya matahari dapat menembus dasar perairan dan sirkulasi air yang
baik agar oksigen dan unsur hara dapat dialirkan dalam hamparan lamun.
(Anonymous, 2007, p3)
2.8.2 Klasifikasi Lamun
Lamun terdiri atas 2 suku, 12 marga dan 50 jenis. Di Indonesia
hanya dijumpai sebanyak 12 jenis yang termasuk dalam 7 marga.
Klasifikasi tumbuhan lamun yang terdapat di Indonesia
(Yulianda, 1996) adalah sebagai berikut:
Divisi : Anthopyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
38
Spesies : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Spesies : Halophila decipiens
Spesies : Halophila minor
Spesies : Halophila ovalis
Spesies : Halophila spinulosa
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii
Famili : Potamogetonaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea rotundata
Spesies : Cymodocea serrulata
Genus : Halodule
Spesies : Halodule pinifolia
Spesies : Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium isoetifolium
Genus : Thalassodendron
Spesies : Thalassodendron ciliatum
Kedua belas jenis lamun ini tergolong pada tujuh genus. Ketujuh
genus ini terdiri dari tiga genus dari famili Hydrocharitaceae yaitu
Enhalus,
Halophila
dan
Thalassia;
dan
empat
genus
dari
39
Potamogetonaceae yaitu Cymodocea, Halodule,
Syringodium dan
Thalassodendron (Nontji, 1987).
Dalam skala luas lamun dapat mengokupansi wilayah baru
melalui penyebaran biji. Begitu biji tumbuh, lamun menyebar secara
vegetatif melalui tunas batangnya yang tumbuh secara mendatar dan
terbenam di dasar perairan serta ditumbuhi akar, sehingga dapat
membentuk lapisan yang padat pada substrat di mana ia tumbuh. Semua
tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari lumpur lunak sampai
batu-batuan, tetapi padang lamun yang luas ditemukan pada substrat yang
lunak.
2.8.3
Fungsi Ekologi Lamun
Fungsi ekosistem padang lamun dalam suatu tempat secara
ekologis adalah:
1. Sumber makanan bagi organisme air seperti duyung penyu hijau, bulu
babi dan beberapa jenis ikan laut.
2. Habitat dan tempat pembesaran bagi beberapa jenis ikan dan udang.
3. Sistem perakaran lamun yang saling menyilang sebagai penjebak atau
penangkap sedimen sehingga dasar perairan menjadi padat dan stabil.
(Anonymous, 2007, p3)
40
2.9
Mangrove
2.9.1
Pengertian Mangrove
Mangrove
adalah
pohon,
semak,
tumbuhan
merambat,
paku/palem atau rumput-rumputan/herba yang tingginya 1,5 m dan
normalnya tumbuh di atas batas air laut di daerah intertidal atau estuaria.
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di
daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut
dan dicirikan oleh jenis-jenis pohon Avicennia sp., Sonneratia sp.,
Rhizophora sp., Bruguiera sp., Lumnitzera sp., Excoecaria sp.,
Xylocarpus sp., dan Nipah.
(Anonymous, 2007, p2)
2.9.2
Habitat Mangrove
Hutan mangrove terdapat pada daerah pasang surut sepanjang
garis pantai daerah tropis, termasuk di muara sungai, laguna, delta, delta
muara dan laguna muara. Hutan mangrove yang luas dapat ditemui di
daeah tepian pantai berlumpur yang terlindung dari angin dan arus air laut
yang kuat. Hutan mangrove dapat tumbuh subur bila terdapat tambahan
sedimen halus dan air tawar sementara keberadaan air payau tidak terlalu
penting walaupun air payau membuat pertumbuhan mangrove menjadi
lebih baik. Mangrove juga dapat tumbuh di daerah berpasir atau di pantai
karang, terumbu karang dan pulau oseanik.
41
Vegetasi mangrove dipengaruhi oleh keadaan air, pada beberapa
tempat, keberadaan mangrove dapat menunjukkan zonasi. Jenis yang
menghuni mangrove cenderung untuk berubah dari tepian air hingga
menuju daratan, meskipun hal ini terkadang tergantung pada ketinggian
lantai hutan atau anak sungai di daerah tersebut.
(Anonymous, 2007, p3)
2.9.3
Tipe Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem pesisir yang mempunyai
produktivitas hayati cukup tinggi. Faktor penting yang menentukan
produktivitas mangrove dibagi dalam 2 kelompok yaitu: a) fluktuasi
perubahan salinitas oleh pasang surut, dan b) kimia air. Periode pasang
surut yang cukup lama memberikan kesempatan transport oksigen ke
dalam sistem perakaran mangrove serta menambah keberadaan unsur
hara ke daerah hutan mangrove.
Hutan mangrove menjadi daerah penyangga sepanjang pantai,
pulau, delta, estuaria dan laguna. Topografi, interaksi biologis serta
karakteristik tanah/substrat dan kondisi hidrologi (pasang surut, curah
hujan dan suplai air tawar) pada masing-masing daerah membentuk suatu
tipe ekosistem mangrove yang berbeda. Ada lima tipe hutan mangrove,
yaitu:
1. Hutan Mangrove Tepi (Fringe)
42
Hutan mangrove tepi tumbuh melingkari daerah sepanjang pantai
(pada pulau kecil), kearah lautan di teluk dan laguna. Hutan
mangrove ini mempunyai tipe profil vertikal dengan ketinggian
maksimal 10 meter dan mendapat sinar matahari secara langsung.
Pasang air laut merupakan faktor fisik utama yang mempengaruhi
fringing
mangrove,
dimana
pasang
surut
harian
akan
menggenanginya dan membawa material seperti daun, ranting dan
propagul/buah mangrove ke tempat lain sehingga terjadi penyebaran
vegetasi mangrove dan distribusi bahan-bahan organik.
2. Hutan Mangrove Terkikis (Overwash)
Hampir sama dengan hutan mangrove tepi, mangrove tepi overwash
juga terkena pasang surut. Perbedaannya adalah hutan mangrove ini
secara keseluruhan terletak (tumbuh) pada bagian belakang, sudah
masuk ke arah daratan pulau dan khas seperti rawa yang terpengaruh
oleh pasang air laut. Seringnya tipe hutan ini akan menjerat
endapan/sedimen sehingga cukup untuk tanaman pantai lainnya agar
bisa tumbuh.
3. Hutan Mangrove Sungai (Riverine)
Hutan mangrove sungai berada di daerah esturia yang secara periodik
tergenang air pasang, namun masih ada sisa genangan airnya. Daerah
ini merupakan hutan mangrove yang paling produktif.
4. Hutan Mangrove Basin
43
Hutan ini berada pada daerah dangkal yang terhubung menuju ke
lautan. Hutan mangrove basin dapat berkembang di sepanjang
pengerukan terusan yang menjadi saluran masuknya/intrusi air laut
diatas sungai dan terusan. Hutan mangrove basin merupakan tipe
komunitas mangrove yang umum dijumpai, dan menjadi daerah yang
sering mengalami perubahan. Karena hutan ini tumuh di daerah basin
yang secara tidak teratur terkena pasang air laut sehingga terjadi
perubahan salinitas yang fluktuatif yang membatasi pertumbuhan
mangrove dan dapat menyebabkan kematiannya.
5. Hutan Mangrove Kerdil (Dwarf)
Hutan mangrove tumbuh di daerah dimana nutrisi, suplai air tawar
dan air laut sangat terbatas, sehingga beberapa jenis mangrove
menjadi kerdil dengan ketinggian 1 m atau kurang. Pada hutan ini
pertumbuhan mangrove kurang optimal terutama di areal yang kering.
Di samping itu hutan ini akan sering menggugurkan daunnya.
(Anonymous, 2007, p3)
2.9.4
Klasifikasi Vegetasi Mangrove
Vegetasi mangrove dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok
besar, yaitu: mangrove mayor, mangrove minor dan tumbuhan asosiasi.
(www.scribd.com/doc/12990379/petunjuk-praktikum-biodiversitasmangrove)
44
2.9.4.1 Mangrove Mayor
Mangrove mayor (true mangrove) memiliki sifat-sifat
berikut:
•
Sepenuhnya hidup pada ekosistem mangrove di kawasan
pasang surut, di antara rata ketinggian pasang perbani (pasang
rata-rata) dan pasang purnama (pasang tertinggi), serta tidak
tumbuh di ekosistem lain;
•
Memiliki peranan penting dalam membentuk struktur
komunitas mangrove dan dapat membentuk tegakan murni;
•
Secara morfologi beradaptasi dengan lingkungan mangrove,
misalnya memiliki akar aerial dan embryo vivipar;
•
Secara fisiologi beradaptasi dengan kondisi salin, sehingga
dapat tumbuh di laut, karena memiliki mekanisme untuk
menyaring dan mengeluarkan garam, misalnya melalui alat
ekskresi;
•
Secara taksonomi berbeda dengan kerabatnya yang tumbuh di
darat, setidak-tidaknya terpisah hingga tingkat genus.
Klasifikasi suku dan genus mangrove mayor adalah
sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
45
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Laguncularia
Genus : Lumnitzera
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Nypa
Divisi : Angiosperms
Ordo : Malpighiales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Genus : Ceriops
Genus : Kandelia
Genus : Rhizophora
46
2.9.4.2 Mangrove Minor
Dibedakan oleh ketidakmampuannya untuk membentuk
komponen utama vegetasi yang menyolok, jarang membentuk
tegakan murni dan hanya menempati tepian habitat.
Klasifikasi suku dan genus mangrove minor adalah
sebagai berikut :
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Lamiales
Famili: Acanthaceae
Genus: Achantus
Genus: Bravaisia
Famili: Malvaceae
Genus: Camptostemon
Ordo: Poales
Famili: Cyperaceae
Genus: Fimbristylis
Ordo: Myrtales
Famili: Lythraceae
Genus: Pemphis
Famili: Myrtaceae
Genus: Osbornia
47
Ordo: Caryophyllales
Famili: Plumbaginaceae
Genus: Aegialitis
Ordo: Gentianales
Famili: Rubiaceae
Genus: Scyphiphora
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Heritiera
Divisi: Angiosperms
Ordo: Malpighiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Excoecaria
Ordo: Sapindales
Famili: Meliaceae
Genus: Xylocarpus
Divisi: Pteridophyta
Kelas: pteridopsida
Ordo: Polypodiales
Famili: Pteridaceae
Genus: Acrostichum
(www.wikipedia.com)
48
2.9.4.3 Tumbuhan Asosiasi
Tumbuhan asosiasi adalah tumbuhan yang toleran
terhadap salinitas, yang tidak ditemukan secara eksklusif di hutan
mangrove dan hanya merupakan vegetasi transisi ke daratan atau
lautan, namun mereka berinteraksi dengan true mangrove.
Tumbuhan asosiasi adalah spesies yang berasosiasi dengan hutan
pantai atau komunitas pantai dan disebarkan oleh arus laut.
Tumbuhan ini tahan terhadap salinitas, seperti Terminalia,
Hibiscus, Thespesia, Calophyllum, Ficus, Casuarina, beberapa
polong, serta semak Aslepiadaceae dan Apocynaceae. Ke arah
tepi laut tumbuh Ipomoea pes-caprae, Sesuvium portucalastrum
dan Salicornia arthrocnemum mengikat pasir pantai. Spesies
seperti Porteresia (=Oryza) coarctata toleran terhadap berbagai
tingkat salinitas. Ke arah darat terdapat kelapa (Cocos nucifera),
sagu (Metroxylon sagu), Dalbergia, Pandanus, Hibiscus tiliaceus
dan lain-lain. Komposisi dan struktur vegetasi hutan mangrove
beragam,
tergantung
kondisi
geofisik,
geografi,
geologi,
hidrografi, biogeografi, iklim, tanah, dan kondisi lingkungan
lainnya.
2.9.5
Peranan Hutan Mangrove
Secara langsung atau tidak langsung hutan mangrove memiliki
manfaat ekologi, sosial dan ekonomi, antara lain:
49
a. Hutan mangrove merupaka pelindung dan menstabilkan
pantai. Hutan mangrove mengurangi erosi, menangkap
sedimen, menstabilkan substrat/tanah serta menahan pukulan
ombak dan angin kencang.
b. Penghasil bahan-bahan organik bagi perairan sekitarnya.
c. Hutan mangrove merupakan habitat dan tempat mencari
makan, daerah asuhan (nursery ground) serta pemijahan
(spawning ground) bagi berbagai jenis biota laut, seperti
udang, kepiting, ikan dan jenis-jenis moluska.
d. Menjadi sumber bahan-bahan produksi dalam industri yang
bernilai tinggi, seperti obat anti malaria, obat anti tumor, obat
nyamuk, bahan penyamak kulit, produksi tannin, bahan
konstruksi bangunan.
e. Keunikan dan kekhasan ekosistem mangrove menjadi potensi
yang tinggi untuk penelitian, pendidikan, perikanan dan
pariwisata.
(Anonymous, 2007, p6)
Download