buku ajar asuhan kebidanan iv (patologi)

advertisement
BUKU AJAR
ASUHAN KEBIDANAN IV (PATOLOGI)
OLEH :
IIS LESTARI, S.SIT, M.KES
AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA HUSADA BOGOR
TAHUN 2016
BAB I
PRINSIP DETEKSI DINI TERHADAP KELAINAN KOMPLIKASI
STANDAR KOMPETENSI
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu dengan kelainan atau komplikasi dengan pendekatan manajemen
kebidanan dengan pokok bahasan : patologi obstetrik, penyakit- penyakit penyerta
kehamilan, persalinan dan nifas dan gangguan sistem reproduksi, deteksi dini kelainan
pada ibu hamil, bersalin dan nifas, prinsip- prinsip asuhan dalam penanganannya, rujukan
dan pendokumentasiannya
KOMPETENSI DASAR
Setelah perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan deteksi dini kelainan
pada ibu hamil, bersalin dan nifas
INDIKATOR
1. Pemeriksaan kehamilan dini (early ANC detection)
2. Kontak dini kehamilan trimester I
3. Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu
4. Skrining untuk deteksi dini
5. Deteksi dini penyulit persalinaN
6. persalinan kala I aktif
PEMERIKSAAN KEHAMILAN DINI
A. DETEKSI DINI KEHAMILAN
1. DEFINISI
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang wanita untuk pertama kali ketika
menyadari dirinya hamil.
Tujuannya :
a. Mengetahui apakah wanita tersebut benar-benar hamil, untuk menentukan usia
kehamilan,
b. Melakukan deteksi adanya faktor risiko dan komplikasi kehamilan,
c. Perencanaan penyuluhan dan pengobatan,
d. Melakukan rujukan dan kolaborasi bila kehamilan mengalami komplikasi dan
faktor risiko yang memungkinkan komplikasi terjadi
2. FAKTOR RISIKO KEHAMILAN

Perdarahan pervaginam

Hipertensi, kenaikan sistole 30 mmHg, diastole 15 mmHg

Kenaikan BB > 13 kg atau < 9 kg selama kehamilan atau kenaikan BB < 1 / 2
kg/mgg.
3. RISIKO PADA TRIWULAN TERAKHIR

Odema (bengkak pada wajah dan kelopak mata)

Pusing dan penglihatan berkunang-kunang

Kehamilan ganda (kembar)

Kematian janin dalam kandungan

Usia kehamilan < 37 minggu atau < 42 minggu

Ibu hamil dg penyakit menahun

Primigravida kepala belum masuk PAP pada akhir kehamilan

Urine protein positif 2 (++)

Muntah berlebihan

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu banyak penyulit
4. KONTAK DINI KEHAMILAN TRIMESTER 1
Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama hamil
PADA KUNJUNGAN 1, TM 1 : yang perlu diwaspadai: anemia, penyakit
keturunan, infeksi, perdarahan (abortus, KET, Mola hidatidosa), HEG, kelainan
genetik janin (jika memiliki riwayat atau risiko)
Kunjungan ulang TM II dan TM III
TM II : Yang harus diwaspadai: perdarahan, PE dan Eklampsia, gangguan
pertumbuhan janin
TM III : yang harus diwaspadai: kehamilan ganda, perdarahan (Plasenta previa dan
solusio plasenta)
5. PELAYANAN ANC BERDASARKAN KEBUTUHAN INDIVIDU
Pelayanan ANC dilakukan oleh nakes yang profesional (yang sudah mempunyai SIB
dan SIPB), Setidaknya ibu hamil melakukan kunjungan ANC min.4 kali selama hamil
. Bidan harus faham untuk intervensi yang diberikan berdasarkan kebutuhan pasien
(disesuaikan TM kehamilanya).
6. SKRINING UNTUK DETEKSI DINI
Pemeriksaan
secara
komprehensif
(berdasarkan
manajemen
kebidanan
Varney/SOAP) .Pemeriksaan penunjang: laboratorium, pemeriksaan radiologi .
B. DETEKSI DINI PENYULIT PERSALINAN
Pemanfaatan partograf pada persalinan kala I

Definisi
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.

TUJUAN UTAMA PENGGUNAAN PARTOGRAF
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui periksa dalam
Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian
juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

LANJUTAN TUJUAN UTAMA PENGGUNAAN PARTOGRAF
Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan
a. kondisi ibu,
b. kondisi bayi,
c. grafik kemajuan proses persalinan,
d. bahan dan medikamentosa yang diberikan,
e. pemeriksaan laboratorium,
f. membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan.

JADI TUJUAN PENGGUNAAN PARTOGRAF ADALAH
1.
Mencatat kemajuan persalinan
2.
Mencatat kondisi ibu dan janinya
3.
Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4.
Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan
5.
Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang
sesuai dan tepat waktu.

PENCATATAN SELAMA FASE AKTIF PERSALINAN: PARTOGRAF
(Pada halaman depan parto) Informasi tentang ibu:

Nama, umur

Gravida, para, abortus

Nomor catatan medic/nomor puskesmas

Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah, tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu)


Waktu pecahnya selaput ketuban
LANJUTAN FASE AKTIF PADA PARTOGRAF

Kondisi janin : DJJ , Warna dan adanya air ketuban , Penyusupan (molase)
kepala janin , Kemajuan persalinan, Pembukaan serviks, Penurunan bagian
terbawah atau presentasi janin, Garis waspada dan garis bertindak

Jam dan waktu : Waktu mulainya fase aktif persalinan , Waktu actual saat
pemeriksaan atau penilaian , Kontraksi uterus, Frekuensi kontraksi dalam waktu 10
menit ,Lama kontraksi (dalam detik), Obat-obatan dan cairan yang diberikan ,
Oksitosin , Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

Kondisi ibu : Nadi, tekanan darah dan temperature tubuh , Urin (volume,
aseton, atau protein)
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang
tersedia di sisi pertograf atau dicatatan kemajuan persalinan).
C. DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.


TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS
1.
Menjaga kesehatan ibu dan bayi (fisik dan psikologi)
2.
Melaksanakan skrining yang komprehensif
3.
Memberikan pendidikan kesehatan
4.
Memberikan pelayanan KB
KUNJUNGAN 6-8 JAM SETELAH PERSALINAN
1.
Mencegah perdarahan karena atonia uteri
2.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan
berlanjut
3.
Memberikan konseling pada ibu/keluarga bagaimana mencegah perdarahan
karena atonia uteri

4.
Pemberian ASI awal
5.
Melakukan hubungan ibu dan bayi baru lahir
6.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
6 HARI SETELAH PERSALINAN
1.
Memastikan involusio uterus berjalan dengan normal (uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau)
2.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makan minum dan istirahat
4.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan penyulit
5.
Memberikan konseling pada ibu ttg asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari

2 minggu setelah persalinan : sama dengan 6 hari setelah persalinan ,6 minggu
setelah persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini
EVALUASI:
1. Apa yang dimaksud dengan deteksi dini?
2. Factor apa saja yang harus dicatat di partograf?
3. Kapan waktu kunjungan ulang ibu nifas?
4. Asuhan apa saja yang bisa anda berikan saat 6 hari PP?
5. Apa saja upaya deteksi dini yang bisa dilakukan bidan?
BAB II
PENYAKIT PENYERTA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS
STANDAR KOMPETENSI
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu dengan kelainan atau komplikasi dengan pendekatan manajemen
kebidanan dengan pokok bahasan : patologi obstetrik, penyakit- penyakit penyerta
kehamilan, persalinan dan nifas dan gangguan sistem reproduksi, deteksi dini kelainan
pada ibu hamil, bersalin dan nifas, prinsip- prinsip asuhan dalam penanganannya, rujukan
dan pendokumentasiannya
KOMPETENSI DASAR
Setelah perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan penyakit penyerta ibu
hamil, bersalin dan nifas.
INDIKATOR
1. ASMA BRONKIALE
2. TB PARU
3. Ginjal
4. Jantung
5. Diabetes mellitus
6. Penyakit sifilis
7. CMV
8. Herpes
9. Kondiloma akuminata
PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN
1. ASMA BRONKIALE

Definisi
Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversible, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas (Yulianti dan Rukiyah, 2010)

Pengobatan non farmakologik
Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan, menghindari faktor
pencetus, pemberian cairan, fisioterapi, dan pemberian O2 bila perlu.

Pengobatan farmakologik
Obat-obatan: sama saja dengan obat-obat asma pada masa tidak hamil aminofilin,
efidrin, epinefrin, dan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid harus hati-hati pada
kasus pre-eklampsia, karena obat ini dapat menyebabkan retensi cairan dan
kenaikan tekanan darah. Juga harus tersedia tabung oksigen untuk menghadapi
status asmatikus.

Lanjutan pengobatan farmakologik
Pada kasus kehamilan disertai penyakit asma bronkiale memerlukan ANC yang
lebih intensif dengan kolaborasi bersama dokter spesialis. Pemberian asuhan
kebidanan sendiri disesuaikan dengan tingkatan penyakit asma yang dideritanya.
2. TB PARU

Definisi
TB Paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004)

ETIOLOGI
Penyebab
Mycobacterium Tuberculosis. Factor-faktor yang menyebabkan
seseorang terinfeksi oleh Mycobakterium Tuberculosis

PATOFISIOLOGI
Penderita TB BTA (+) batuk/bersin
droplet ( percikan dahak) kuman (bertahan
beberapa jam) terhirup
Gejala umum : batuk terus menerus dan berdahak selama minggu atau lebih
Gejala lain: Dahak bercampur darah , Batuk darah , Sesak nafas dan rasa nyeri dada,
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(mailase), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan.
Bahaya yang dapat terjadi bila TB Paru bertambah berat:
 Dapat terjadi keguguran
 Bayi lahir belum cukup bulan
 Janin mati dalam kandungan
 Penanganan dalam kehamilan
 Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita
hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal

Diagnosis pasti dan pengobatan selalu bekerja sama dengan ahli paru-paru
Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat di
rumah sakit, dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk
menjamin istirahat dan makanan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan
teratur.

Penanganan dalam kehamilan : Obat-obatan : INH, rifadin, streptomisin, TBC
Paru-paru tidak merupakan indikasi untuk abortus buatan dan terminasi
kehamilan.

Penanganan dalam persalinan : Bila proses tenang, persalinan akan berjalan
seperti biasa dan tidak perlu tindakan apa-apa
Bila proses aktif, kala 1 dan II diusahakan seringan mungkin. Pada kala I, ibu hamil
diberi obat-obat penenang dan analgetika dosis rendah. Kala II diperpendek dengan
ekstraksi vakum/forceps
Bila ada indikasi obstetric untuk SC, hal ini dilakukan bekerjasama dengan ahli
anestesi untuk memperoleh anestesi mana yang terbaik

Penanganan masa nifas :
1. Usahakan jangan terjadi perdarahan yang banyak, diberi uterotonika dan
koagulasi ,
2. Usahakan mencegah terjadinya infeksi tambahan dengan memberikan
antibiotika yang cukup
3. Bila ada anemia sebaiknya diberikan tranfusi darah agar daya tahan ibu lebih
kuat terhadap infeksi sekunder
4. Ibu dianjurkan supaya segera memakai kontrasepsi atau bila jumlah anak sudah
cukup, segera lakukan tubektomi
Perawatan bayi

Biasanya bayi akan ditulari ibunya setelah kelahiran

Bila ibu dalam proses TBC aktif,

Secepatnya, bayi diberikan BCG

Bayi segera dipisah dari ibunya selama 6-8 minggu

Bila diuji Mantoux sudah positif pada bayi, barulah bayi dapat ditemukan lagi
dengan ibunya
Lanjutan perawatan bayi : Menyusukan bayi, pada proses aktif, dilarang karena
kontak langsung dari mulut ibu pada bayi , Dapat diberikan anti TBC profilaksis
pada bayi yaitu INH: 25mg/kg berat badan/hari.
3. GINJAL
Gagal ginjal akut
Keadaan dan penyakit yang dapat menyebabkan adalah:
1. Abortus septik terutama disebabkan Clostridium Welchii, toksemi hamil, solusio
plasenta, sepsis puerperalis
2. Hemolisis karena kesalahan transfusi darah
3. Setiap syok yang hebat dan irrevisibel
Gambaran klinik :Oliguria-anuria, Azotemia, Uremia , Penanganan
Konsultasi dengan ahli nefrologi/ahli penyakit dalam adalah tindakan yang bijaksana
Pencegahan :
a. Penyebab dari sudut kebidanan ditangani dengan sebaik-baiknya, kalau perlu
dihindarkan
b. Perdarahan dan syok segera ditanggulangi
c. Pemberian transfusi darah
4.
PENYAKIT JANTUNG
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya
terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis.
Perubahan tersebut disebabkan:
a. Hipervolemia : dimulai sejak kehamilan 8 mgg dan mencapai puncaknya pd 28-32
mgg lalu menetap
b. Jantung dan diafragma terdorong keatas oleh karena pembesaran rahim.
Dalam kehamilan
 Denyut jantung dan nadi : meningkat
 Volume darah : meningkat
 Tekanan darah : menurun sedikit
 Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung
 Pada kehamilan 32-36 minggu, volume darah mencapai puncaknya (hipervolumia)
 Pada kala II, wanita mengerahkan tenaga untuk mengejan dan memerlukan kerja
jantung yang berat.
 Pasca persalinan, dimana darah dr ruang intervillus plasenta yg sdh lahir, skrg
masuk ke dalam sirkulasi darah ibu
 Pd masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi

Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
 Abortus
 Prematuritas
 Dismaturitas (lahir cukup bulan namun dengan BBLR
 Lahir dengan APGAR rendah atau lahir mati
 IUFD

Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
Diagnosis melalui:
1. Anamnesis
 pernah sakit jantung dan berobat pada dokter untuk penyakitnya
 pernah demam rematik
2. Pemeriksaan : auskultasi/palpasi
 adanya bising diastolik, presistolik, atau bising terus menerus
 pembesaran jantung yang jelas
 aritmia yang berat
3. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG)

Penanganan Dalam Kehamilan
 Memberikan pengertian kepada ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur (misalnya seminggu sekali).
 Kerjasama dengan dokter ahli jantung
 Pencegahan terhadap kenaikan BB dan retensi air yang berlebihan. Jika terdapat
anemia, harus diobati
 Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memperberat kerja jantung, hal ini
harus diobati
 Bila terjadi keluhan yang agak berat, spt sesak nafas, infeksi saluran pernafasan,
dan sianosis: rawat di RS scr intensif

Lanjutan penanganan dalam kehamilan
 Skema kunjungan ANC: minimal 4 kali selama hamil
 Cukup istirahat, cukup tidur, diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan
 Sebaiknya penderita dirawat 1-2 minggu sebelum HPL

Pengobatan:
 Kelas I : Tidak memerlukan pengobatan tambahan
 Kelas II : Mengurangi kerja fisik, antara 28-36 minggu
 Kelas III : memerlukan obat lainnya. Sebaiknya dirawat di RS sejak 28-30 minggu
 Kelas IV: Harus dirawat RS dan diberikan pengobatan, bekerjasama dg kardiolog

Penanganan dalam persalinan
 Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan dan bersalin
per vaginam, namun dg pengawasan yang baik serta bekerjasama dg ahli penyakit
dalam.
 Kala II yi kala kritis bagi penderita. Bila tidak timbul tanda-tanda payah jantung,
persalinan dapat ditunggu, diawasi dan ditolong scr spontan. Dalam 20-30 menit
bila janin blm lahir lakukan ekstraksi vakum/forsep. Kalau dijumpai Disproporsi
sefalopelvik lakukan SC.

PENANGANAN DALAM PASCA PERSALINAN DAN NIFAS
Setelah bayi lahir, penderita dapat tiba-tiba jatuh sampai kolaps, disebabkan darah
tiba-tiba membanjiri tubuh ibu sehingga kerja jantung menjadi sangat bertambah.
Harus diawasi dan dirawat sekurang-kurangnya 2 minggu setelah bersalin

PENANGANAN SECARA UMUM
Penderita kelas III dan IV tidak boleh hamil karena sangat membahayakan jiwanya.
Bila hamil, sedini mungkin abortus buatan medikalis hendaknya dipertimbangkan
Pada kasus tertentu sangat tidak dianjurkan untuk tidak hamil lagi dengan melakukan
tubektomi ,Bila tidak mau sterilisasi, dianjurkan untuk memakai alat kontrasepsi IUD
(AKDR)

PENANGANAN MASA LAKTASI
Laktasi diperbolehkan pada wanita dengan penyakit jantung kelas I dan kelas II, yang
sanggup melakukan kerja fisik , Laktasi dilarang pada wanita dengan penyakit jantung
kelas III dan IV
5. DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus adalah penyakit kelainan metabolisme dimana tubuh penderita
tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya.
Penderita DM tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup sehingga terjadi
kelebihan gula dalam tubuh
 GEJALA UMUM
 Sering kencing pada malam hari (polyuria), selalu merasa haus (polydipsia),
 selalu merasa lapar (polyfagia),
 selalu merasa lelah/kekurangan energy, infeksi di kulit,
 penglihatan menjadi kabur,
 hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah),
 glaikosuria (glukosa dalam urine/air kencing).
 PENGARUH KEHAMILAN
 Abortus dan partus prematurus
 Hidramnion
 Pre-eklamsia
 Kesalahan letak janin
 Insufisiensi plasenta
 PENGARUH PERSALINAN
 Inersia uteri dan atonia uteri
 Distosia karena janin (anak besar, bahu lebar)
 Kelahiran mati
 Persalinan lebih sering ditolong secara operatif
 Angka kejadian perdarahan dan infeksi tinggi
 Morbiditas dan mortalitas ibu tinggi
 PENGARUH NIFAS
 Perdarahan dan infeksi puerperal lebih tinggi
 Luka-luka jalan lahir lambat pulih/sembuh
 Pengaruh terhadap bayi dan janin
 Sering terjadi abortus
 Kematian janin dalam kandungan setelah 36 minggu
 Dapat terjadi cacat bawaan
 Dismaturitas
 Janin besar (makrosomia)
 Kematian neonatal tinggi
 Kemudian hari dapat terjadi kelainan neurologic dan psikologik
INFEKSI YANG MENYERTAI PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
1. SIPILIS

Definisi

Penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun tapi masih merupakan
penyakit yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk
system peredaran darah, syaraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi
yang dikandungnya, sehingga menyebabkan kelainan bawaan pada bayi tersebut.
Sifilis dikenal sebagai raja singa.

etiologi

Penyebab sifilis : masuknya suatu bakteri yang berbentuk spiral atau spirochete
yang disebut Treponema pallidum. Selalu menular ke korban baru melalui
persetubuhan atau seks oral, bakteri ini masuk melalui kulit, dan menyebar
dengan ganas. Beberapa jam setelah bakteri-bakteri ini masuk ke dalam kulit,
maka akan berbentuk spiral, biasanya berhasil masuk ke dalam aliran darah, dan
dalam satu minggu bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh.
Infeksi sifilis pada kehamilan
Penyebab: Treponema pallidum
Dapat menembus plasenta setelah kehamilan 16 minggu, oleh karena itu ada
baiknya melakukan pemeriksaan serologis sebelum hamil sehingga pengobatan
dapat diterapkan sampai sembuh.

GEJALA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
 SECARA UMUM:
Manifestasi klinik dari penyakit sifilis yaitu keluarnya cairan vagina,
penis, atau dubur yang berbeda dari biasanya.
Dapat berwarna putih susu, kekuningan, kehijauan, atau disertai
bercak darah dan bau yang tidak enak, perih, nyeri atau panas saat
BAK atau setelah BAK atau malah sering BAK
Adanya luka terbuka (luka besar disekitar alat kemaluan atau mulut)
Dapat terasa nyeri atau tidak
Tumbuh sesuatu seperti jengger ayam atau kulit sekitar kemaluan
Pada pria skrotum menjadi bengkak dan nyeri
Sakit perut bagian bawah terkadang timbul, terkadang hilang
Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.
 SECARA KHUSUS
Sifilis Stadium 1 : terjadi efek primer berupa papula tidak nyeri
sekitar 3 minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.
Timbul lesi pada alat kelamin ekstra genital seperti bibir, lidah, tonsil,
putting susu, jari dan anus misalnya pada penularan ekstrakoital
Sifilis stadium II : gejala seperti nyeri kepala subfebris, anoreksia,
nyeri pada tulang, leher timbul macula (bintik/bercak), papula (bintil),
pustule (gelembung di kulit yang berisi nanah) dan rupia (keropeng tebal
seperti kerang yang melekat pada kulit). Kelainan selaput lender,
limfadenitis yang generalisata (tersebar luas).
Sifilis stadium III: terjadi setelah 3-7 tahun setelah infeksi dapat
timbul pada semua jaringan dan organ, membentuk nekrosis sentral juga
ditemukan di organ dalam, yaitu lambung, paru-paru.

PENANGANAN Sifilis stadium I
 Benzatin penisilin dengan dosis total 4,8 juta unit secara IM berturut-turut 2,4
juta unit selama seminggu.
 Penesilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali
1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 4,8 juta unit.
 Penesilin prokain dalam akua 600.000 unit sehari selama 8 hari sehari-hari.

PENANGANAN SIFILIS STADIUM II

Benzatin penisilin dengan dosis total 6,0 juta unit secara IM 2,4 dan 1,2 juta
unit selang seminggu.

Penesilin prokain dalam alumunium monostrearat (PAM) setiap 3 hari sekali
1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 6 juta unit.

Penesillin prokain dalam akua 600.000 unit sehari selama 10 hari sehari-
hari.

Penanganan sifilis stadium III
 Benzatin penicillin dosis total 9 juta unit, disuntikan berturut-turut 2,4 dan 1,8
juta unit selang seminggu.
 Penesilin prokain dalam alumunium monostearat (PAM) setiap 3 hari sekali
1,2 juta unit sehingga mencapai dosis total 9 juta unit.
 Penesilin prokain dalam akua 600.000 unit sehari selama 15 hari sehari-hari
2. CMV (CYTOMEGALO VIRUS)

Definisi
Adalah infeksi oportunistik yang berhubungan dengan HIV. Cytomegalovirus juga
merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut herpes viridae,
Seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh
penderita seumur hidupnya.

Penularan dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada saat:
Bayi masih di dalam kandungan (infeksi prenatal) dimana virus ditularkan melalui
darah, plasenta yang menyebabkan infeksi kongenital atau infeksi bawaan , Proses
melahirkan, dimana bayi kontak langsung dengan lendir vagina/serviks sang ibu
yang mengandung CMV. Setelah lahir (infeksi postnatal) terutama karena kontak
dengan ASI dan air liur.
3.
Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut “hepatitis akut”. Hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut “hepatitis kronik”. Virus Hepatitis ada beberapa jenis,
Hepatitis A, Hepatitis B, C.

Gejala
 Hepatitis A biasanya muncul antara 2-6 minggu, seperti gejala flu, mual, diare,
demam yang tinggi, kepucatan, lemah, lesu, pusing, air seni kemerahan, bagian
bola mata dan kulit menjadi kekuningan, tinja pucat, dan perut sebelah kanan
atas terasa sakit.
 Hepatitis B bisa terjadi sejak bayi baru lahir sampai usia remaja. Bayi baru
lahir bisa terjangkit hepatitis B bila ibu terjangkit hepatitis B sehingga
penularan terjadi selama masa kehamilan, biasanya gejala klinis tidak
langsung terjadi, sehingga keluarga tidak mengetahui anaknya menderita
hepatitis B.

Pencegahan
Hepatitis dapat dilakukan pencegahan dengan cara menghindari kontak
dengan pasien yang terkena hepatitis, cara lain
adalah dengan memberikan
perlindungan dari luar. Virus hepatitis C adalah penyebab paling umum penyakit
hati saat ini, walaupun dipercaya bahwa hepatitis C disebarkan terutama melalui
kontak darah dengan darah.
4. HIV/AIDS

DEFINISI
HIV adalah penyakit yang menyerang system kekebalan tubuh. AIDS adalah
kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan system kekebalan tubuh yang
dibentuk setelah lahir.

Etiologi
 Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung HIV seperti
hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik, dan alatalat penusuk (tato, penindik, dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil
yang mengidap HIV kepada janin atau disusui oleh wanita yang mengidap
HIV (+).
 Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terkena HIV lebih mungkin tertular.
 Sebagian besar penularan terjadi waktu melahirkan atau menyusui, bayi
lebih mungkin tertular jika persalinan berlanjut lama.
 Selama proses persalinan, bayi dalam keadaan beresiko tertular oleh darah
ibu. ASI (air susu ibu) dari ibu yang terinfeksi HIV juga mengandung virus itu.
 Jadi jika bayi disusui oleh ibu HIV (+), bayi bisa tertular.

PENCEGAHAN
 Dengan pemberian obat antiretroviral pada ibu positif. Selain itu, dengan
melakukan persalinan yang aman pada saat kehamilan, selama persalinan, dan
setelah persalinan.
 Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara
memberikan obat anti-HIV. Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV,
pada trimester II dan III, diberikan AZT per-oral sedangkan pada saat
persalinan diberikan AZT melalui infus.
5. Herpes

Definisi : Herpes genitalis adalah infeksi yang menyerang vagina dan labia. Sering
ditularkan selama aktifitas seksual seseorang yang mempunyai luka herpes aktif.
Jika ibu terkena infeksi primer diawal kehamilan dan tidak kambuh selama hamil
dan persalinan, maka tidak akan menular ke bayi, jika ternyata kambuh selama
persalinan risiko bayi jika lahir pervaginam.

Gejala klinik : Suhu tubuh panas dan timbul gelembung/bintil2 kecil berisi cairan
kemerahan dan sakit pada alat kelamin karena kondisi sedang lemah, kuman lain
dapat menumpang sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder pada paru-paru,
dermatitis dan lainnya.

Penilaian klinik, harus diwaspadai jika:
 Virus ini termasuk dalam penyakit menular seksual dan umumnya ada riwayat
kontak dengan sumber infeksi
 Timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal pada kulit region
genitalis
 Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan setelah 2-3 hari
 Bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai rasa nyeri 5 atau 7
hari kemudian, vesikel pecah dan keluar cairan jernih pada lokasi vesikel yang
pecah

LANJUTAN PENILAIAN KLINIK
 Bila mengenai region genetalia yang cukup luas dapat menyebabkan gangguan
mobilitas, vaginitis, urethrithis
 Dapat menyebabkan abortus
 Anomalik kongenital dan infeksi pada neonates
(konjungtivitis, ensefalitis,
icterus).
 Penanganan khusus penyakit herpes (instruksi dokter)
 Atasi nyeri dan demam dengan parasetamol 3x500mg
 Bersihkan lesi dengan larutan anti septik dan kompres dengan air hangat
 Setelah nyeri berkurang, keringkan dan oleskan asiklovir 5% topical
 Berikan asiclovir oral 200 mg tiap 4 jam
 Rawat inap bila terjadi demam tinggi, nyeri hebat, retensi urin, konvulsi, neorosis,
reaksi neurologi local, ketuban pecah dini, partus prematurus
 Obati pasangan dengan asiklovir oral selama 7 hari
 Bila diputuskan untuk persalinan pervaginam, hindarkan transmisi ke bayi atau
penolong
 Obat-obatan antiviral yang dibeikan selama 3 bulan (pengawasan dokter).

Pencegahan
 Apabila ibu hamil terinfeksi virus ini, dan agar bayi tidak terinfeksi sebaiknya
dilakukan operasi SC.
 Pencegahan lainnya dengan cara menjaga kebersihan perseorangan dan
pendidikan kesehatan terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan
kondom dalam aktivitas seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani
lesi infeksius.
6. KONDILOMA AQUMINATA

Definisi
Pertumbuhan kulit dan selaput lendir seperti bunga kol atau jengger ayam jago,
dengan permukaan kasar, papiler menonjol dengan warna agak gelap, berkumpul
menjadi satu disebut konglomerat.

Penyebab pasti belum jelas, diduga virus.

Penanganan :
 Bersihkan lokasi lesi dengan larutan antiseptik kemudian lakukan ablasi dengan
kauter elektrik pada semua lesi yang ditemukan (paling aman bagi ibu hamil)
 Asam trikloro asetat 40-50%
 salisilat 20-40% (lindungi bagian sekitar lesi dengan vaselin agar tidak
membakar mukosa yang sehat)
 Berikan pula asiklovir 200mg setiap 4 jam
 Beri antibiotika profilaksis pascaablasi (ampisilin+sulbaktam 2,25 g oral dosis
tunggal)
 Bila timbul lesi yang sangat ekstensif (pasca pengobatan) pertimbangkan
kemungkinan adanya HIV
 Obati pula pasangannya dengan terapi yang sama,
 gunakan metode barier (kondom) apabila melakukan hubungan seksual
Lakukan penjadwalan kunjungan ulangan (pemantauan dan terapi)
7.
RUBELLA

Definisi: Merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi apabila terjadi
pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding plasenta dan
langsung menyerang janin. Rubella dikenal dengan campak jerman yang disebabkan
oleh virus rubella.

Etiologi : Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu virus rubella dapat
ditularkan melalui urine, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3
minggu. Seminggu sebelum dan sesudah timbul rush (ruam) pada kulit, berwarna
merah jambu, akan menghilang 2-3 hari.

Penyakit rubella dan kehamilan
Sebelum pasangan merencanakan untuk hamil dianjurkan untuk melakukan
test TORCH. Gejala rubella hampir sama dengan campak dengan ciri-ciri panas
tinggi, pusing kepala, sakit yang berkesinambungan, dan tenggorokan kering serta
timbulnya bercak-bercak merah layaknya gejala DBD (Demam Berdarah Dengue).
Gejala infeksi rubella: Pembengkakan kelenjar getah bening, demam diatas
38°C, mata terasa nyeri, muncul bintik-bintik merah diseluruh tubuh, kulit kering,
sakit pada persendian, sakit kepala, hilang nafsu makan.
Cara pencegahan rubella : Lakukan penyuluhan kepada masyarakat umum
mengenai cara penularan dan pentingnya imunisasi rubella. Jika diketahui adanya
infeksi alamiah pada awal kehamilan, tindakan aborsi sebaiknya dipertimbangkan
karena terjadinya resiko cacat pada janin sangat tinggi.
8. VARICELLA (CACAR AIR)

Definisi : Merupakan infeksi akut menular Disebabkan oleh virus varicella, Banyak
ditemui pada anak-anak (90%) dibawah umur sepuluh tahun. Karena disebabkan
oleh virus, penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya.

Etiologi : Virus ini ditularkan melalui percikan ludah penderita atau melalui bendabenda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Untuk mencegah
penularan sebaiknya penderita diisolasi Jika seseorang pernah menderita cacar air,
maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak akan menderita cacar air lagi. Tapi
virusnya bisa tetap tidur di dalam tubuh manusia, lalu kadang aktif kembali dan
menyebabkan herpes zoster

Penanganan :Masa inkubasi 14-21 hari
Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan sendirinya,
maka dapat dilakukan:
1. Tirah baring secukupnya
2. Parasetamol untuk menurunkan panas
3. Calamine dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk meringankan rasa gatal
4. Sarung tangan untuk mencegah anak menggaruk ruam
5. Makanan yang lebih lembut dan menyejukkan mulut

Bahaya varicella pada ibu hamil
 Kematian janin/sindrom varicella kongenital berupa kelainan bentuk dan saraf
yang parah shg bayi mengalami retardasi mental
 Bayi lahir prematur
 Berisiko meninggal dunia dalam waktu 5-10 hari setelah dilahirkan
 Komplikasi radang paru atau radang otak
9. MORBILLI
Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden terbanyak
terjadi di Afrika. Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian
menyebabkan kekebalan seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari
50% kasus campak terjadi pada usia 5-9 tahun.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita campak akan mendapat kekebalan
secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan, dan setelah itu kekebalan
menurun sehingga bayi dapat menderita campak. Bila ibu belum pernah menderita
campak, maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan sehingga dapat
menderita campak begitu dilahirkan. Bila seorang wanita menderita campak ketika dia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus.
Bila menderita campak pada usia kehamilan trimester pertama, kedua atau
ketiga maka mungkin dapat melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan, atau
seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian
meninggal sebelum usia 1 tahun.

ETIOLOGI
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam,
ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka. Virus
campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak pada epitel nasofaring.
Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan
melalui kelenjar air mata.

TERAPI
1. Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar,
teh,
dll,
untuk
mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena
demam.
2. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran
dan adanya komplikasi.
3. Suplemen nutrisi
4. Antibiotic diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
5. Anti konvulsi apabila terjadi kejang
6. Anti piretik bila demam, yaitu non-aspirin misal acetaminophen.

PENCEGAHAN
 Imunisasi Aktif
 Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Dianjurkan pemberian vaksin
campak dengan dosis sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada usia 9 bulan.
 Imunisasi ulangan diberikan pada usia 6-7 tahun melalui program BIAS.
 IMUNISASI PASIF Indikasi : Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised
belum mendapat imunisasi, kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR
merupakan kontraindikasi. Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung
dengan pasien campak mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya
komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan imunoglobulin sesegera mungkin
dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera
mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian
imunoglobulin.
 Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat
 0,5 ml/kgBB untuk pasien dengan HIV
 Maksimal 15 ml/dose IM.1,9
10. TOXOPLASMOSIS
Disebabkan oleh toksoplasma gondii dan toksoplasmosis kronik pada orang
dewasa, kadang-kadang tidak memberikan gejala klinik yang spesifik. Penularan
melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar ekskreta kucing yang
terinfeksi , Infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, sedang pada
kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelainan kongenital (hidrosefalus)

PENANGANAN KHUSUS : Konseling yang berkaitan dengan infeksi toksoplasma,
risiko terhadap fungsi reproduksi dan hasil konsepsi
Dapat dilakukan pengobatan secara rawat jalan , Selama kehamilan ibu diterapi
dengan spiramisin atau setelah kehamilan 14 minggu ibu diberi terapi pirimethamin
dan sulfonamida atau antibiotika spiramisin dapat menanggulangi infeksi dan
menghambat kelanjutan proses anomali kongenital. Evaluasi kondisi antigen dan
titer imunoglobulin anti toksoplasma .Upayakan persalinan pervaginam dan apabila
terjadi disproporsi kepala panggul yang disebabkan oleh hidrosefalus, lakukan
kajian ultrasonografi ketebalan korteks untuk pilihan penyelesaian persalinan.
EVALUASI:
1. Apa saja yang menjadi infeksi dalam kehamilan dan persalianan?
2. Apa Penyebab diabetes mellitus kehamilah?
3. Bagaimana terapi ibu hamil yang mengalami sifilis?
4. Bagaimana patofisiologi TB paru pada ibu hamil?
5. Bagimana penanganan ibu hamil dengan penyakit ginjal?
BAB III
KONSEP DASAR KELAINAN PRESENTASI DAN POSISI
1. PUNCAK KEPALA (DEFLEKSI/LETAK KEPALA TENGADAH)
Pada pemeriksaan dalam teraba UUB
yang paling rendah, dan UUB sudah
berputar ke depan.

Etiologi
Kelainan panggul (panggul picak), Kepala bentuknya bundar , Anak kecil atau mati

Mekanisme persalinan
 Dalam persalinan dijumpai UUB selalu di depan dan glabella akan berada di bawah
simfisis sebagai hipomoklion
 Lingkaran kepala yang melewati panggul adalah planum-fronto-occiput sebesar 34
cm, karena partus akan berlangsung lebih lama.

Diagnosis
 Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke depan.
 Dalam memimpin partus harus sabar menunggu sambil mengobservasi, karena
kira-kira 75% dapat lahir spontan. Untuk menolong perputaran, ibu tidur miring
ke arah punggung anak.
 Bila ada indikasi dapat ditolong dengan ekstraksi forsep atau vakum.

Komplikasi
 Partus lama
 Robekan jalan lahir
2. PRESENTASI DAHI
Posisi kepala antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala

Diagnosis
 Sulit ditegakkan
 DJJ lebih jelas didengar di bagian dada yaitu disebelah yg sama dg bagian2 kecil.
 Dapat dicurigai apabila pd persalinan, kepala janin tidak dapat turun ke dalam
rongga panggul.
 Pada pemeriksaan dalam dapat diraba: sutura sagitalis, UUB, pangkal hidung,
lingkaran orbita. Mulut dan dagu tidak dapat teraba.

Etiologi
 Keadaan2 yg memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan2 yang
menghalangi terjadinya fleksi kepala.
 Dapat ditemukan pd panggul sempit
 Janin besar
 Multiparitas
 Perut gantung

Mekanisme persalinan
 Kepala masuk PAP dg sirkumferensia maksilloparietalis serta sutura frontalis
melintang/miring.
 Setelah terjadi moulage, dan ukuran terbesar kepala telah melalui PAP, dagu
memutar ke depan, kemudian fossa kanina sebagai hipomoklion terjadi fleksi shg
UUB dan belakang kepala lahir melewati perineum.

Prognosis
 Janin yg kecil masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan besar
normal tidak dapat lahir spontan per vaginam.
 Disebabkan
kepala
yang
turun
melalui
PAP
dengan
sirkumferensia
maksilloparietalis (36 cm) yang lebih besar daripada lingkaran PAP.

PENANGANAN
 Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin normal: SC (INGAT
PROGNOSIS)
 Bila ada harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang
kepala atau presentasi muka dan menunjukkan adanya kemujuan, tidak perlu
dilakukan tindakan.
3. Presentasi muka
Adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput
tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke bawah.
Presentasi muka dikatakan primer: terjadi sejak masa kehamilan dan Presentasi muka
dikatakan sekunder : bila baru terjadi pada waktu persalinan.

Diagnosis

Tubuh janin berada dalam keadaan ekstensi, sehingga pd pemeriksaan luar
dada akan teraba seperti punggung.

Bagian kepala yg menonjol yakni belakang kepala, terdapat di sebelah yg
berlawanan dg letak dada.

Dapat ditegakkan dg periksa dalam.

Bila muka sudah masuk ke dalam rongga panggul, jari pemeriksa dapat
meraba dagu, mulut, hidung dan pinggir orbita. Pemeriksaan dilakukan dg hati2
agar tidak melukai mata dan mulut.

Etiologi
Keadaan2 yg memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan2 yang menghalangi
terjadinya fleksi kepala.
 Dapat ditemukan pd panggul sempit
 Janin besar
 Multiparitas
 Perut gantung

Mekanisme persalinan
 Kepala turun melalui PAP dengan sirkumferensia trakelo-parietalis dan dengan
dagu melintang atau miring
 Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga dagu
memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis.
 Kepala lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi, UUB, dan belakang kepala lahir
melewati perineum.

Penanganan
 Dilakukan pemeriksaan dengan teliti untuk menentukan adanya disproporsi
sefalopelvik.
 Bila tidak ada dan dagu berada di depan, diharapkan terjadi persalinan spontan.
 Untuk mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala, dpt
dilakukan dg cara memasukkan tangan penolong ke dalam vagina, kemudian
menekan muka pada daerah mulut dan dagu ke atas.
 Jika tidak berhasil, lakukan dg perasat Thorn.
 Perasat thorn : Bagian belakang kepala di pegang oleh tangan penolong yg
dimaksudkan ke vagina kemudian ditarik ke bawah, sedang tangan yg lain
berusaha meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan dada dari luar.

Syarat mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala
a.
Dagu harus berada di belakang, sebab bila dagu berada di depan akan terjadi
presentasi
belakang
kepala dg
UUK
di
belakang
yg
tidak lebih
menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi muka dengan dagu di
depan.
b.
Kepala belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah di dorong ke
atas.

Indikasi SC presentasi muka
 Posisi mento posterior persistens
 Kesempitan panggul
 Kesulitan turunnya kepala dalam rongga panggul
4. PERSISTENT OKSIPITO POSTERIOR
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui PAP dg
sutura sagitalis melintang/miring, sehingga UUK dapat berada di kiri melintang, kanan
melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang.
Dalam keadan fleksi, bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah
oksiput. Dengan demikian dianggap variasi persalinan biasa.

Etiologi
 Usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul misal panggul
android.
 Otot2 dasar panggul yg sudah lembek pada multipara.
 Kepala janin yg kecil dan bulat, sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala
janin untuk memutar ke depan.

Mekanisme persalinan
 Bila antara panggul dg kepala janin cukup longgar, persalinan dapat berlangsung
dg spontan, tetapi pada umumnya lebih lama.
 Setelah kepala mencapai dasar panggul dan UUB berada di bawah simfisis,
oksiput akan lahir melalui perineum.
 Kelahiran janin dg UUK dibelakang menyebabkan regangan yg besar pd vagina
dan perineum, hal ini disebabkan karena kepala sdh dlm keadaan fleksi maksimal
tidak dpt menambah fleksinya lagi.

Prognosis
 Persalinan pd umumnya berlangsung lebih lama
 Kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar
 kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan dimana UUK
berada di depan.

Penanganan
 Persalinan dg UUK di belakang sebaiknya dilakukan pengawasan persalinan dg
seksama dg harapan terjadinya persalinan spontan.
 Karena ekstraksi cunam pd persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah
bila UUK berada di depan, mk harus diusahakan terlebih dahulu apakah UUK
dapat di putar ke depan.
 Perputaran tsb dpt dilakukan:
 Tangan penolong dimasukkan ke dalam vagina atau dg cunam. Apabila
perputaran dapat dilakukan dg mudah, maka janin dilahirkan dg UUK di depan.
Tetapi jika sulit, atau yang melakukan kurang berpengalaman, hendaknya
putaran tersebut tidak dipaksakan dan janin dilahirkan dg cunam dlm keadaan
UUK tetap di belakang.
 Untuk itu perlu dilakukan episiotomi medio lateral yg cukup luas.

Komplikasi dan penyulit kehamilan TM III
 Letak Sungsang
 Letak Lintang
5. LETAK SUNGSANG
Adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dg kepala di fundus uteri dan
bokong berada di bawah kavum uteri.

Jenis letak sungsang:
1. Presentasi bokong
2. Presentasi bokong kaki sempurna
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
a. Pada presentasi bokong: akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala
janin.
b. Pada presentasi bokong kaki sempurna : bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di
samping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.

Diagnosis
 Pemeriksaan luar : di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yg keras
dan bulat, kepala berada di fundus uteri.
 Pada anamnesa didapatkan pada keluhan: sering terasa penuh dibagian atas
dan gerakan terasa lebih banyak dibagian bawah.
 DJJ ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus

ETIOLOGI

Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.

Dengan demikian, janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang, atau letak lintang.

Kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dg cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang.

Karena bokong dg kedua tungkai yg terlipat lebih besar daripada kepala, maka
bokong dipaksa untuk menempati ruang yg lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus.

Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pd kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pd kehamilan cukup
bulan, janin sebagian ditemukan dalam presentasi kepala.

Faktor2 lain penyebab letak sungsang
 Multiparitas
 Hamil kembar
 Hidramnion
 Hidrosefalus
 Plasenta previa
 Panggul sempit
 Kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus.

Mekanisme persalinan
 Mekanisme persalinan dapat ditolong dengan metode:
1) Metode Bracht : melahirkan bokong
2) Metode Klasik : melahirkan bahu belakang
3) Metode Mueller/Loevset : melahirkan bahu depan
4) Metode Mauriceau : melahirkan kepala, dimana jari tengah tangan kanan
penolong dimasukkan ke mulut janin, telunjuk dan jari manis berada di
pipi/fossa kanina.

Penanganan

DALAM KEHAMILAN
a. Pada primigravida, hendaknya dilakukan versi luar menjadi presentasi
kepala.
Tindakan
ini
dilakukan
oleh
nakes
yang
terampil
dan
bepengalaman.
b. Versi luar dilakukan pada minggu ke 34 dan 38 minggu.
c. Sebelum minggu ke 34 versi luar belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat berputar sendiri.
d. Sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit untuk berhasil karena
janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.

KONTRAINDIKASI VERSI LUAR:
1. Panggul sempit
2. Perdarahan antepartum
3. Hipertensi
4. Hamil kembar
5. Plasenta previa

Penanganan dalam persalinan
1. Metode Bracht
2. Metode Klasik
3. Metode Mueller/Loevset
4. Metode Mouriceau
5. Sc : Paling Penting Bila Dicurigai Adanya Kesempitan Panggul
6. LETAK LINTANG
Adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala
pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada
PAP. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah (dorsoinferior)

Etiologi
 Multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek.
 Kehamilan prematur
 Hidramnion
 Kehamilan kembar
 Panggul sempit
 Tumor di daerah panggul
 Plasenta previa

Diagnosis
 INSPEKSI : uterus tampak lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak
sesuai dengan umur kehamilannya.
 PALPASI : fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping, dan di ats
simphisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul.
 DJJ ditemukan disekitar UMBILIKUS.
 PERIKSA DALAM (VT)
 Apabila bahu sudah masuk ke dalam panggul, pd pemeriksaan dalam dapat
diraba bahu dan tulang2 iga.
 Bila ketiak dapat diraba, arah menutupnya, menunjukkan letak dimana kepala
kepala janin berada. Kalau ketiak menutupnya ke kiri, kepala berada di sebelah kiri
dan sebaliknya.
 Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang,
sedangkan dada terabanya klavikula.kadang2 dapat pula diraba tali pusat yang
menumbung.

Mekanisme persalinan
 Pada letak lintang dengan panggul normal dan janin cukup bulan tidak dapat
terjadi persalinan normal.
 SC PALING AMAN.

PENANGANAN
 DALAM KEHAMILAN
-
Versi luar dapat dilakukan jika tidak adanya panggul sempit, tomur dalam
panggul, plasenta previa.
-
Setelah dilakukan Versi luar berhasil, ibu dianjurkan korset untuk mencegah
janin memutar kembali.
 DALAM PERSALINAN
- Tindakan SC
EVALUASI:
1.
Sebutkan yang termasuk kelainan letak?
2.
Bagaimana penanganan persalinan sungsang?
3.
Apa yang disebut prasat brach?
4.
Bagaimana langkah pertolongan persalinan dengan metode brach?
5.
Bagaimana penanganan kasus letak lintang?
Download