Kalimat Efektif dan Baku

advertisement
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
MODULE 4
KALIMAT EFEKTIF DAN BAKU
Oleh
Agustinus Konda Malik
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
TAHUN 2011
4-1 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Agus. K. Malik
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
MODULE 4
KALIMAT EFEKTIF DAN BAKU
1. Pendahuluan
Bahasa berisi pikiran, keinginan atau perasaan yang ada pada pembicara atau pun penulis.
Bahasa yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan dapat diterima pendengar atau pembaca. Guna mencapai
maksud tersebut, kalimat haruslah haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hasil ini berarti
kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah –kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut
meliputi: unsur- unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, aturan-aturan tentang Ejaan
yang Disempurnakan (EYD), cara memilih kata dalam kalimat, kesepadanan dan kesatuan,
kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata,
kevariasian dalam struktur kalimat. Hal-hal seperti tersebut di atas merupakan unsur/hal-hal
penentu keefektifan suatu kalimat.
Modul empat akan membahas tentang kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk,
penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan kata, kevariasian dalam
struktur kalimat. Unsur-unsur penting lainnya seperti EYD, unsur-unsur pembentuk kalimat
dan pola pengembangannya berurut-turut telah diuraikan pada modul satu sampai dengan
modul tiga.
2. Penyajian
2.1. Pengertian dan Ciri-ciri Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengungkapkan pikiran pendengar atau
pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara. Agar kalimat yang
ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh
penulis, perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif yaitu:
a. kesepadanan struktur
b. keparalelan bentuk
c. ketegasan makna
d. kehematan dalam mempergunakan kata
e. kevariasian dalam struktur kalimat.
4-2 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
2.1.1 Kesepadanan Struktur
Kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
a) Fungsi unsur subjek dan predikat kalimat jelas. Ketidakjelasan subjek atau
predikat menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat
suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan
di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
1) Bagi semua mahasiswa Fapet Undana harus membayar uang
kuliah.
2) Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti harus ke lapangan.
Kedua kalimat di atas tidak efektif karena kalimat pertama tidak
memiliki kesepadanan karena fungsi subjek tidak jelas. Kalimat di atas
tidak menampilkan apa atau siapa yang harus membayar uang kuliah.
Ketidakjelasan subjek disebabkan penggunaan kata depan
bagi.
Selanjutnya, kalimat kedua tidak berpredikat. Kalimat di atas
seharusnya ditulis seperti kalimat berikut (kalimat efektif).
1a) Semua mahasiswa Fapet Undana harus membayar uang kuliah .
2a) Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti harus pergi ke
lapangan.
b) Tidak terdapat subjek ganda
Contoh:
1) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
2) Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat di atas dapat diperbaiki dengan cara berikut.
1a) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
2a) Saat itu bagi saya kurang jelas.
c) Kata penghubung digunakan secara tepat
Contoh:
1) Kami datang terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti
perkuliahan
4-3 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
Perbaikan kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
mengubah kalimat menjadi kalimat majemuk dengan menggunakan
penghubung (konjungtor) sehingga dan kedua mengganti ungkapan
penghubung intrakalimat (sehingga) menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat (oleh karena itu), seperti pada kalimat 1a) dan 1b) berikut.
1a) Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
perkuliahan.
1b) Kami datang terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti
perkuliahan.
d) Kata pewatas yang, kata keterangan aspek dan modalitas digunakan secara
tepat.
Contoh 1:
1) Mahasiswa Fapet Undana yang berasal dari Pulau Sumba.
2) Kandang ternak unggas yang terletak di dekat kampus.
Kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menghilangkan pewatas
yang karena antara subjek dan predikat tidak boleh disisipi dengan kata
lain. Perbaikannya adalah sebagai berikut.
1a) Mahasiswa Fapet Undana berasal dari Pulau Sumba.
2a) Kandang ternak unggas terletak di dekat kampus
Contoh 2:
1) Laporan ini saya harus perbaiki secepatnya.
2) Kita telah bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.
Seperti halnya kalimat pada contoh 1, kedua kalimat pada contoh 2
adalah kalimat pasif dengan penanggalan awalan me(N): perbaiki
dan bahas. Dalam kedua kalimat pasif tersebut, antara pelaku (subjek) dan
kata kerjanya tidak boleh disisipkan unsur lain. Jadi, untuk menjaga
kepaduan, keterangan modalitas harus dan keterangan aspek telah pada
kalimat pertama dan kedua harus dipindahkan ke depan pelaku. Kedua
kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti kalimat 1a) dan 1b)
berikut.
1a) Laporan ini harus saya perbaiki secepatnya.
2a) Telah kita bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.
2.1.2 Keparalelan Bentuk
4-4 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
Kesejajaran bentuk berarti pengungkapan pikiran/gagasan yang sama fungsinya ke
dalam suatu bentuk atau struktur yang sama pula. Bila salah satu gagasan dinyatakan dalam
bentuk kata benda, gagasan lain yang memiliki fungsi yang sama dinyatakan dalam bentuk
kata benda pula.
Bentuk-bentuk kata yang sejajar dalam sebuah kalimat memperlihatkan gagasan yang
sejajar pula. Kesejajaran antara gagasan dan bentuk bahasa yang dipakai dapat
mempermudah pembaca untuk memahami makna kalimat.
Contoh:
1) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi,
pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan.
2) Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan menyerahkan
hasil penelitian.
Pada kalimat 1) terdapat tiga unsur yang sama fungsinya, yaitu mengumpulkan
informasi, pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan. Akan tetapi,
ketiga unsur tersebut tidak dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang sejajar.
Pada kalimat 2), unsur penyusunan laporan dan menyerahkan hasil penelitian
juga tidak memperlihatkan kesejajaran bentuk. Dengan demikian, kalimat 1)
dan 2) di atas tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan. Supaya
memperlihatkan kesejajaran, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki
menjadi seperti kalimat 1a) dan 2a) berikut.
1a) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi,
mencari bahan bacaan, dan menyusun rancangan.Atau
1b) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pengumpulan informasi,
pencarian bahan bacaan, dan penyusunan rancangan.
2a) Tahap akhir penelitian ini adalah menyusun laporan dan menyerahkan
hasil penelitian.
2b) Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan penyerahan
hasil penelitian.
2.1.3 Ketegasan Makna
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan
pada ide pokok kalimat. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
4-5 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
a) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
1) Para dosen mengharapkan agar mahasiswa rajin belajar.
2) Harapan para dosen ialah agar mahasiswa rajin belajar.
Kalimat 1) penekanannya adalah para dosen mengharapkan,
sedangkan kalimat 2) penekananya pada harapan para dosen.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi
kalimat.
b) Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
1) Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
dihabiskan untuk biaya kuliah anaknya.
Seharusnya:
1a) Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
dihabiskan untuk biaya kuliah anaknya.
c) Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
e) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
2.1.4 Kehematan
Yang
dimaksud
dengan
kehematan
dalam
kalimat
efektif
adalah
hemat
mempergunakan kata, frase, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan
di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh
tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
mempertahankan kehematan.
a) Tidak mengulang subjek yang sama dalam kalimat
Contoh:
4-6 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
1) Setelah makalah ini diperbaiki, makalah ini akan segera
dipresentasikan.
2) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.
Subjek induk kalimat dan subjek anak kalimat pada kalimat 1) sama,
yaitu makalah ini. Demikian juga halnya dengan kalimat 2), induk
kalimat dan anak kalimatnya memiliki subjek yang sama, yaitu ia atau
dia. Untuk menjaga kehematan, subjek yang sama tersebut cukup
disebutkan satu kali. Perlu diperhatikan bahwa subjek yang harus
dihilangkan adalah subjek yang terdapat pada anak kalimat. Perhatikan
kalimat perbaikan berikut ini.
1a) Setelah diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan.
2a) Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu.
b) Tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak
Contoh:
1) Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
2) Seluruh surat-surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti
bahwa dia tidak bersalah.
Kata banyak dan seluruh sudah bermakna jamak. Oleh karena itu, kata
benda yang mengikutinya tidak perlu diulang atau dijamakkan lagi.
Pengulangan kata benda dapat dilakukan jika kata yang bermakna
jamak yang mendahuluinya tidak dipakai. Perhatikan kalimat perbaikan
berikut ini.
1a) Banyak kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
2a) Seluruh surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti bahwa
dia tidak bersalah.
2b) Surat-surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti bahwa dia
tidak brsalah.
c) Menghilangkan bentuk yang bersinonim
Contoh:
1) Tulisannya sangat rapi sekali.
2) Dia bekerja keras demi untuk menghidupi anak dan istrinya.
Untuk menjaga kehematan, sebaiknya kita memilih salah satu dari kata-kata
yang dicetak miring tersebut seperti kalimat seperti yaitu:
4-7 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
1a) Tulisannya sangat rapi.
1b) Tulisannya rapi sekali.
2a) Dia bekerja keras demi menghidupi anak dan istrinya.
2b) Dia bekerja keras untuk menghidupi anak dan istrinya.
d) Menghilangkan kata superordinat pada kata yang merupakan hiponiminya
Contoh:
1) Kami berlangganan surat kabar Kompas.
2) Dimana engkau menangkap burung puyuh itu?
Surat kabar dan burung masing-masing merupakan superordinat dari Kompas
dan burung. Jadi, kedua kata tersebut, yaitu surat kabar dan burung tidak
perlu disebutkan.
1a) Kami berlangganan Kompas.
2a) Dimana engkau menangkap puyuh itu?
e) Menghilangkan kata saling pada kata kerja resiprokal
Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang dilakukan oleh dua orang atau dua
puhak secara berbalasan. Karena dilakukan oleh dua pihak secara berbalasan,
pada kata kerja tersebut sudah terkandung makna saling.
Contoh:
1) Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling pukul-memukul.
Pukul-memukul sama artinya dengan saling memukul. Dengan demikian, jika
kita memakai kata kerja resiprokal pukul-memukul, kata saling tidak perlu
dipakai. Akan tetapi, jika kita akan memakai kata saling, kata pukul-memukul
kita ubah menjadi memukul. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
1a) Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu pukul-memukul.
1b) Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling memukul.
Berkaitan dengan kehematan ini, unsur-unsur tertentu yang merupakan
bagian dari ungkapan idiomatik sebaiknya tidak dihilangkan. Ungkapan
idiomatik yang unsur-unsurnya tidak boleh dihilangkan itu antara lain
bergantung pada, terdiri atas, sesuai dengan, sejalan dengan, berkaitan
dengan, dibandingkan dengan, serta sehubungan dengan.
f) Susunan Kalimat dengan Ketunggalan Arti (Tidak Ambigu)
Bahasa formal dan ilmiah mensyaratkan ketunggalan arti. Dengan demikian,
kita harus secara saksama mempertimbangkan setiap kata, kelompok kata, atau
4-8 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
kalimat yang akan kita pakai agar pembaca memahami hal yang kita
ungkapkan persis seperti yang kita maksudkan.
Contoh:
1) Mereka mengeluarkan botol bir dari dapur yang menurut hasil penelitian
berisi cairan racun.
2) Pria dan wanita yang memakai pita akan mengikuti lomba balap karung.
Pada kalimat 1), apa yang berisi cairan racun itu, botol bir atau dapur?
Demikian juga kalimat 2), siapa yang memakai pita itu, wanita saja atau
wanita dan pria?
Jika yang berisi cairan racun itu botol bir dan yang memakai pita itu hanya
wanita, maka kedua kalimat diatas perlu diubah menjadi seperti berikut.
1a) Dari dapur, mereka mengeluarkan botol bir yang menurut hasil penelitian
berisi cairan racun.
2a) Wanita yang memakai pita dan pria akan mengikuti lomba balap karung.
g) Susunan Kalimat harus Logis
Kalimat efektif harus gramatikal atau sesuai dengan kaidah tata bahasa. Di
samping harus gramatikal, kalimat juga harus logis, dalam arti, harus
mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal
sehat.
Contoh:
1) Pembangunan gedung kantor pusat yang diperkirakan menghabiskan dana
sekitar enam miliar itu akan dibangun tahun 2010.
2) Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah
ini selesai penulis susun.
Pada contoh 1), subjek kalimatnya adalah pembangunan gedung kantor pusat
yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar enam miliar itu dan predikatnya
adalah akan dibangun. Pertanyaan yang segera muncul adalah mungkinkah
pembangunan
itu
dibangun?
Jawabannya
tentu
saja
tidak
karena
pembangunan itu lazimnya dilaksanakan, dilakukan, atau dimulai, bukan
dibangun. Dengan demikian, dari segi penalaran ada kejanggalan dalam
kalimat tersebut. Kalimat 2) dikatakan tidak logis karena tidak mungkin
dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, suatu
pekerjaan, termasuk menyusun makalah, dapat diselesaikan. Segala sesuatu
4-9 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
yang ada di dunia ini dapat terjadi atau tidak terjadi apabila dikehendaki oleh
Tuhan. Segala sesuatu ada atau tidak ada karena kehendak-Nya. Dengan
demikian, supaya kalimat 1) dan 2) di atas menjadi logis, yang dapat diterima
oleh akal sehat, kdeua kalimat tersebut dapat diubah menjadi seperti berikut.
1a) Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar
dua miliar itu akan dilaksanakan/dilakukan/dimulai tahun depan.
2b) Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
ataskehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan.
Contoh kalimat lain yang memperlihatkan ketidaklogisan penalaran adalah
sebagai berikut.
3) Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena sering kebanjiran.
4) Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena tidak bertemu
dengan kepala sekolah.
Kalimat 3) dan 4) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Pada kedua
kalimat tersebut, anak kalimatnya tidak memiliki subjek: karena sering
kebanjiran (kalimat 3) dan karena tidak bertemu dengan kepala sekolah
(kalimat 4). Pada pembahasan di muka dijelaskan bahwa jika subjek induk
kalimat sama dengan subjek anak kalimat, subjek anak kalimat tidak perlu
disebutkan, demi kehematan. Jadi, jika subjek anak kalimat tidak disebutkan
berarti subjek anak kalimat tersebut sama dengan subjek induk kalimat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, jika subjek anak kalimat pada kedua
contoh di atas dimunculkan, akan terdapat struktur sebagai berikut:
3a) *Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena (kontraktor) sering
kebanjiran
4a) *Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena (hadiah itu)
tidak bertemu dengan kepala sekolah.
Pertanyaan yang segera muncul adalah mungkinkah kontraktor sering
kebanjiran, dan mungkinkah hadiah itu tidak bertemu dengan kepala sekolah?
Ketidaklogisan penalaran pada kedua contoh tersebut terjadi karena pembuat
kalimat salah menghilangkan unsur kalimat. Penghilangan unsur kalimat dapat
dilakukan apabila unsur-unsur kalimat tersebut memiliki fungsi yang sama,
dalam hal ini sama-sama berfungsi sebagai subjek. Akan tetapi, jika
unsurunsur kalimat yang sama tersebut memiliki fungsi yang berbeda, atau
4-10 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
jika subjek diisi oleh unsur bahasa yang berbeda, penghilangan salah satu
unsur tidak dapat dilakukan. Jadi, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki
menjadi seperti berikut.
3b) Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut sering
kebanjiran.
3c) Lokasi tersebut tidak jadi dipilih oleh kontraktor karena sering kebanjiran.
4b) Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena dia tidak
bertemu dengan kepala sekolah.
4c) Dia menitipkan hadiah itu kepada petugas tata usaha karena tidak bertemu
Dengan kepala sekolah.
Contoh lain:
5) Waktu dan tempat kami persilakan.
6) Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
7) Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Perbaikannya
5a) Bapak rektor kami persilahkan
6a) Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
7a) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
2.2. Kalimat Baku
2.2.1 Pengertian dan Ciri-ciri Kalimat Baku
Kalimat baku merupakan kalimat yang sesuai dengan kaidah kebahasaan bahasa
Indonesia yang berlaku. Berdasarkan pengertian ini kalimat baku memiliki ciri antara lain,
sebagai berikut.
a) Memiliki struktur yang lengkap (minimal subjek dan predikat).
b) Bebas dari gej ala bahasa hiperkorek, pleonasme, dan kontaminasi.
c) Pilihan kata yang digunakannya tepat dan sesuai.
d) Menggunakan ejaan yang benar.
e) Struktur kalimatnya benar, logis, dan lancar.
2.2.2 Sebab-Sebab Ketidakbakuan Kalimat
Banyak hal yang berkaitan dalam rangka menyusun sebuah kalimat. Halhal itu ada
ialah ejaan, pilihan kata, pembentukan kata, pembentukan frase, dan tata bahasa. Oleh karena
itu, banyak hal yang menyebabkan sebuah kalimat menjadi tidak baku.
4-11 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
a) Pelesapan Imbuhan
Imbuhan adalah awalan, sisipan, dan akhiran. Awalan dan akhiran sering dilesapkan
dalam penyusunan kalimat.
1) Pelepasan Awalan
Awalan yang sering dilesapkan yang mengakibatkan kalimat yang terbentuk menjadi
tidak baku ialah me-/ meN-,ber-, dan di-.
Awalan me- atau meNBentuk yang mengandung awalan me- atau meN- yang tidak dilesapkan merupakan
kalimat baku, sedangkan bentuk yang awalan me- atau meN- merupakan kalimat tidak
baku.
Baku
 Para pekerja akan meratakan jalan.
 Polisi mengusut terus kematian Suhartono.
 Sukiman mencuri sebelas buah mobil.
Tidak Baku
 Iran akan ratakan Bagdad dengan rudal.
 Polisi terus usut kematian Suhartono.
 Sukiman curi sebelas buah mobil.
Awalan berBentuk-bentuk yang mengandung kata kerja berawalan kata kerja berawalan bertanpa pelesapan merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk
yang
mengandung awalan ber- dengan pelesapan merupakan kalimat tidak baku.
Baku
 Saya ingin bertanya, Pak?
 Saya ingin berlangganan majalah itu.
 Gadis itu sedang berekreasi di pantai.
Tidak baku
 Saya ingin tanya Pak?
 Saya ingin langganan majalah itu.
 Gadis itu sedang rekreasi di pantai.
Awalan diBentuk-bentuk yang mengandung kata kerja yang berawalan di- tanpa pelesapan
merupakan kalimat-kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata
4-12 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
di- yang dilesapkan merupakan kalimat tidak baku.
Baku
 Dua orang pemulung dihukum dua tahun.
 Pompa air di Karanganyar, Demak tetap difungsikan.
 Soviet dituntut menarik pasukannya yang berada di Ceko.
Tidak Baku
 Dua orang pemulung hukum dua tahun.
 Pompa air Karanganyar, Demak tetap fungsikan.
 Soviet tuntut tarik pasukannya di Ceko.
2) Pelesapan Akhiran
Ada dua buah akhiran yang penggunaannya dilesapkan, yaitu akhiran -kan dan -i.
Akibatnya, kalimat-kalimatnya menjadi tidak baku.
Baku
 Laporkan kejadian itu!
 Kita menantikan hubungan dengan Jakarta.
 Keduanya saling mencintai.
Tidak Baku
 Lapor kejadian itu!
 Kita menanti hubungan dengan Jakarta.
 Keduanya saling mencinta.
b) Pemborosan Penggunaan Kata
Kata-kata yang dipilih untuk menyusun sebuah kalimat yang benar-benar diperlukan.
Hal itu sesuai dengan prinsip kehematan dalam pilihan kata. Akan tetapi,
kenyataannya ada sejumlah kata yang sesungguhnya tidak perlu digunakan, tetapi
kenyataannya kata itu digunakannya juga. Hal itulah yang disebut pemborosan pilihan
kata. Akibatnya, kalimat-kalimatnya tidak baku.
1) Pemborosan kata di mana
Bentuk-bentuk yang tidak mengandung di mana merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung bentuk itu merupakan kalimat tidak
baku.
Baku
 Ketika bertanding di Jakarta tahun lalu, ia kalah angka.
 Para pemuda mengerti apa yang harus mereka lakukan.
4-13 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
 Tempat ditemukannya benda itu sudah dicatat.
Tidak Baku
 Tahun lalu ia bertanding di Jakarta di mana ia kalah angka.
 Para pemuda mengerti di mana apa yang harus mereka dilakukan.
 Tempat di mana ditemukannya benda itu telah dicatat.
2) Pemborosan kata daripada
Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata daripada merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata itu merupakan kalimat tidak
baku.
3. Pemborosan kata maka
Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata maka merupakan kalimat baku,
sedangkan yang mengandung kata maka merupakan kalimat tidak baku.
Baku
 Dengan ini kami sampaikan data seorang ibu dari kelurahan Kota Baru.
 Dengan hormat kami mohon Saudara sudi memeriksa kesehatannya.
 Untuk menghilangkan lelah dan takut, pada saat itu Ratu Syima
mengadakan pesta berjoged.
Tidak Baku
 Maka dengan ini kami haturkan data seorang ibu dari kelurahan Kota Baru.
 Maka kami mohon dengan hormat sudilah kiranya Saudara memeriksa
kesehatannya.
 Untuk menghilangkan lelah dan takut maka pada saat itu Ratu Syima
mengadakan pesta jejogedan.
c) Ketidaktepatan Pemilihan Kata
Dalam menyusun sebuah kalimat harus diperhatikan ketepatan pemilihan kata. Jika
pemilihan katanya sudah tepat, bentuk yang tersusun merupakan kalimat baku.
Ketidaktepatan pemilihan kata, kalimat yang terbentuk tidak baku
1) Penggunaan kata yang termasuk ragam tidak baku
Bentuk-bentuk yang tidak mengandung kata yang termasuk ragam tidak baku
merupakan kalimat baku, sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata yang
termasuk ragam tidak baku merupakan kalimat tidak baku.
Baku
 Ia sedang membuat rak buku.
 Ia sudah diberi tahu.
4-14 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
Tidak Baku
 Ia sedang membikin rak buku.
 Ia sudah dikasih tahu.
2) Kesalahan pembentukan kata
Bentuk-bentuk yang bentukan katanya sudah benar merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung bentukan kata tidak benar merupakan
kalimat tidak baku.
Baku
 Masalah ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
 Buku itu diberikan kepada saya.
Tidak baku
 Mengenai masalah ketunaankarya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
 Buku itu diberi ke saya.
3) Ketidaktepatan penggunaan kata di mana
Bentuk-bentuk berikut yang tidak mengandung kata di mana merupakan kalimat
baku, sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung kata di mana merupakan
kalimat tidak baku.
Baku
 Kantor tempat ia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
 Kota Jakarta yang penduduknya bertambah terus merupakan kota terpadat.
 Kita akan teringat terhadap peristiwa 56 tahun yang lalu yang waktu itu
bangsa Indonesia telah berikrar.
Tidak Baku
 Kantor di mana ia bekerja tidak jauh dari rumahnya.
 Kota Jakarta di mana penduduknya bertambah terus menjadi kota yang
terpadat.
 Kita akan teringat kepada peristiwa 56 tahun yang lalu di mana bangsa
Indonesia telah berikrar.
4) Ketidaktepatan penggunaan imbuhan meN–i
Bentuk-bentuk yang mengandung imbuhan meN-kan merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung imbuhan meN–i merupakan kalimat
tidak baku.
4-15 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
Baku
 Ia menjagokan kesebelasan Putra Mataram.
 Ia membawahkan beberapa orang.
 Presiden menghadiahkan bintang jasa kepadanya.
Tidak Baku
 Ia menjagoi kesebelasan Putra Mataram.
 Ia membawahi beberapa orang.
 Presiden menghadiahi bintang jasa kepadanya.
5) Ketidaktepatan penggunaan bentuk –nya
Bentuk-bentuk yang tidak mengandung bentuk -nya merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang tidak mengandung bentuk –nya merupakan kalimat
tidak baku.
Baku
 Atas bantuan Saudara, kami ucapkan terima kasih.
 Atas kehadiran Saudara kami ucapkan terima kasih.
 Atas perhatian Anda, kami ucapkan terima kasih.
Tidak Baku
 Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.
 Atas perkenan kehadirannya, kami sampaikan terima kasih.
 Aras perhatian dan perkenannya diucapkan terima kasih.
d) Penggunaan Konjungsi Ganda
Ketidakbakuan kalimat dapat disebabkan oleh penggunaan konjungsi ganda. Artinya,
dalam sebuah kalimat ditemukan 2 buah konjungsi. Akibatnya kalimat menjadi rancu.
1) Konjungsi karena dan maka
Bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi tunggal merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung konjungsi ganda merupakan kalimat
tidak baku
Baku
 Karena sakit, ia tidak masuk kantor.
 Karena Syeh pengganti sudah lama mengelana, ia menjadi teringat
ayahnya.
 Karena kedua utusan itu berbeda pendapat, terjadilah peperangan.
Tidak baku
4-16 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
 Karena sakit, maka ia tidak masuk kantor.
 Karena Syeh pengganti sudah lama mengelana, maka ia teringat ayahnya.
 Karena kedua utusan itu berbeda pendapat, maka terjadilah peperangan.
2) Konjungsi meskipun dan tetapi
Baku
 Meskipun kita tidak berperang, kita harus waspada.
 Meskipun turun hujan, ia pergi juga ke sekolah.
Tidak baku
 Meskipun kita tidak berperang, tetapi kita harus waspada.
 Meskipun turun hujan, tetapi ia pergi juga ke sekolah.
3) Konjungsi walaupun dan namun
Baku
 Walaupun keringat membasahi seluruh badan, ia tetap bekerja.
 Walaupun maju bersama-sama, mereka belum dapat mengalahkannya.
Tidak baku
 Walaupun keringat membasahi seluruh badan, namun ia tetap bekerja.
 Walaupun
maju
bersama-sama,
namun
mereka
belum
dapat
mengalahkannya.
4) Konjungsi setelah dan maka
Baku
 Setelah berhari-hari berjalan, sampai beliau di pinggiran hutan Merbabu.
 Setelah keperluan Sultan Agung selesai, kembalilah beliau ke Mataram.
Tidak baku
 Setelah berhari-hari berjalan, maka sampailah beliau di pinggiran hutan
Merbabu.
 Setelah keperluan Sultan Agung selesai, maka kembalilah beliau ke
Mataram.
5) Konjungsi meskipun dan namun
Baku
 Negara Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945, namun masih banyak
warganya yang belum berpendidikan.
 Meskipun bentuknya lain-lain, hakikatnya karikatur dapat disebut humor.
Tidak baku
4-17 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
 Meskipun negara Indonesia telah merdeka sejak tahun 1945, namun masih
banyak warganya yang belum berpendidikan.
 Meskipun bentuknya lain-lain, namun hakikatnya karikatur dapat disebut
humor.
e) Kesalahan Ejaan
Ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Karena ejaannya benar,
sebuah kalimat dapat menjadi baku dan karena ejaannya salah,sebuah kalimat dapat
menjadi tidak baku.
1) Penggunaan tanda koma yang salah
Bentuk-bentuk yang tidak mengandung tanda koma merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang mengandung tanda koma merupakan kalimat tidak
baku karena penggunaannya salah.
Baku
 Saya tidak datang jika turun hujan.
 Maranggi tertawa puas karena musuhnya telah mati.
 Ayah mengatakan bahwa adik sakit
Tidak Baku
 Saya tidak datang, jika turun hujan.
 Anggi tertawa puas, karena musuhnya telah mati
 Ayah mengatakan, bahwa adik sakit.
2) Pelesapan tanda koma
Bentuk-bentuk yang mengandung tanda koma merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang tidak mengandung tanda koma merupakan
kalimat tidak baku.
Baku
 Jadi, batasan bahasa adalah sebagai berikut.
 Di samping itu, kita tidak beruntung.
 Akan tetapi, dia tetap tidak datang.
Tidak Baku
 Jadi batasan adalah sebagai berikut.
 Di samping itu kita tidak beruntung.
 Akan tetapi dia tetap tidak datang.
3) Kesalahan penulisan Sapaan
4-18 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
Bentuk-bentuk yang penulisan sapaannya sudah benar merupakan kalimat baku,
sedangkan bentuk-bentuk yang penulisannya masih salah merupakan kalimat tidak
baku.
Baku
 Silakan duduk, Dik!
 Siapakah nama Saudara?
Tidak Baku
 Silakan duduk, dik !
 Siapakah nama saudara ?
f) Pelesapan Salah Satu Fungsi Kalimat
Fungsi-fungsi kalimat adalah subjek dan predikat. Predikat dibagi menjadi predikat
verbal, objek, dan keterangan. Dalam hal ketidakbakuan kalimat, yang sering
dilesapkan adalah subjek.
1) Pelesapan subjek pada induk kalimat
Bentuk-bentuk yang induk kalimatnya mengandung subjek merupakan kalimat
baku, sedangkan bentuk-bentuk yang induk kalimatnya tidak bersubjek merupakan
kalimat tidak baku.
Baku
 Setelah dihukum 5 tahun, penjahat itu kembali ke jalan yang benar.
 Jika tidak membayar pajak, Anda akan didenda.
Tidak Baku
 Setelah penjahat itu dihukum 5 tahun, kembali ke jalan yang benar.
 Jika Anda tidak membayar pajak, akan dikenakan denda.
2) Pelesapan subjek anak kalimat
Jika subjek anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat tidak sama dengan
subjek induk kalimat, subjek anak kalimat dan subjek induk kalimat harus
disebutkan secara nyata. Oleh karena itu, kalimatnya menjadi tidak baku, jika
salah satu subjek itu, yaitu subjek anak kalimat atau subjek induk kalimat
dilesapkan.
Baku
 Setelah disiapkan segalanya, acara pelatihan itu segera dimulai.
 Sebelum kepala membicarakan masalah itu, bagian personalia sudah
memasalahkannya.
4-19 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
Tidak Baku
 Setelah menyiapkan segalanya, acara pelatihan itu segera dimulai.
 Sebelum dibicarakan dengan pimpinan, bagian personalia sudah
memasalahkan masalah itu.
3) Pelesapan predikat
Bentuk-bentuk yang mengandung predikat merupakan kalimat baku, sedangkan
bentuk-bentuk yang tidak mengandung predikat merupakan kalimat tidak baku.
Baku
 Ia sedang pergi ke luar negeri.
 Ayah sudah pergi ke Jakarta.
Tidak Baku
 Ia sedang ke luar negeri.
 Ayah sudah ke Jakarta.
g) Kesalahan Struktur Kalimat
Bentuk-bentuk yang strukturnya sudah benar merupakan kalimat baku, sedangkan
bentuk-bentuk yang strukturnya masih salah merupakan kalimat tidak baku.
Baku
 Surat Anda sudah saya baca.
 Sarmin memberi adiknya oleh-oleh.
 Rumahnya sudah dijual.
Tidak Baku
 Surat Anda saya sudah baca.
 Sarmin memberi oleh-oleh adiknya.
 Dia punya rumah sudah dijual.
3. PENUTUP
3.1 Ringkasan
Kalimat-kalimat yang digunakan dalam ragam formal, apalagi dalam penulisan
karya ilmiah, haruslah kalimat yang baik dan benar. Kalimat yang benar adalah kalimat yang
sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku, baik yang berkaitan dengan tata bahasa,
pemilihan kata, maupun ejaan. Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif,
yaitu kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Berkaitan dengan
karya ilmiah, kalimat-kalimat yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah haruslah kalimat
4-20 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
yang baik dan benar. Artinya, kalimat-kalimatnya harus disusun sesuai dengan kaidah yang
berlaku, serta harus dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Artinya, kalimatkalimatnya harus disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta harus dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat.
Guna mencapai tujuan seperti tersebut di atas, kalimat yang digunakan adalah kalimat
yang efektif dan baku. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengungkapkan pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara.
Selanjutnya, kalimat baku merupakan kalimat yang penggunaannya sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku. Keefektifan kalimat sangat ditentukan oleh kesepadanan
struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran,
kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.Sedangkan kebakuan
suatu kalimat sangat
ditentukan oleh struktur kalimat yang lengkap, pilihan kata yang digunakannya tepat dan
sesuai, menggunakan ejaan yang benar dan struktur kalimatnya benar, logis, dan lancar.
3.2 Evaluasi
3.2.1 Soal Latihan
Perbaikilah kalimat berikut agar menjadi kalimat efektif dan atau kalimat baku!
1. Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri di subbagian akademik.
2. Dengan ransum yang memiliki keseimbangan nutrisi mempengaruhi pertambahan bobot
badan ternak babi.
3. Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.
4. Proposal ini saya harus perbaiki secepatnya.
5. Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan menyusun rancangan.
6. Setelah tugas kelompok diperbaiki, tugas kelompok akan segera dipresentasikan.
7. Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena sering kebanjiran.
8. Atas bantuannya kami ucapkan terima kasih.
9. Karena sakit, maka ia tidak mengikuti kuliah.
10. Jadi mahasiswa harus belajar secara teratur.
3.2.2 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban anda dengan hasil perbaikan kalimat nomor 1 – 10 di atas yang
terdapat pada bagian akhir dari modul ini dan hitunglah berapa jawaban Anda yang benar.
4-21 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
Rumus :
Tingkat Penguasaan =
Jumlah jawaban yang benar
Jumlah soal
x 100%
Arti tingkat penguasaan yang anda capai :
90- 100 % = baik sekali
80- 89 % = baik
70 - 79 % = sedang
<69 %
= kurang
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 89 % keatas, Anda dapat melanjutkan pada
modul 5. Akan tetapi, jika tingkat penguasaan Anda kurang dari
80%, Anda harus
mempelajari kembali modul 4, terutama bagian yang Anda belum kuasai.
3.2.3. Hasil Perbaikan Kalimat pada Soal Latihan 3.2.1.
(Kalimat hasil perbaikan tertera dalam tanda kurung)
1. Kata depan kepada dihilangkan sehingga para mahasiswa dapat berfungsi sebagai subjek
kalimat.
(Para mahasiswa diharap mendaftarkan diri di subbagian akademik).
2. Kata keterangan dengan dihilangkan agar ransum yang memiliki keseimbangan nutrisi
dapat berfungsi sebagai subjek kalimat.
(Ransum yang memiliki keseimbangan nutrisi mempengaruhi pertambahan bobot badan
ternak babi).
3. Konjungsi atau kata sambung sedangkan merupakan konjungsi intrakalimat. Konjungsi
tersebut berfungsi menghubungkan bagian-bagian di dalam sebuah kalimat, bukan
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
(Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan, sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan
4. Susunan kalimat tidak padu karena antara pelaku dan kata kerjanya disisipi keterangan
modalitas haru.
(Makalah ini harus saya perbaiki secepatnya).
5. Kalimat tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan unsur yang sama fungsinya.
(Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, mencari bahan
bacaan, dan menyusun rancangan. atau
Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pengumpulan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan penyusunan rancangan).
4-22 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
6. Untuk menjaga kehematan, subjek yang sama cukup disebutkan satu kali. Subjek yang
harus dihilangkan adalah subjek yang terdapat pada anak kalimat.
(Setelah diperbaiki, tugas kelompok akan segera dipresentasikan).
7. Kalimat majemuk nomor tujuh termasuk kalimat majemuk bertingkat. Subjek anak kalimat
tidak disebutkan berarti subjek anak kalimat tersebut sama dengan subjek induk kalimat
(kontraktor). Jadi, struktur kalimat akan menjadi “Kontraktor tidak jadi memilih lokasi
tersebut karena (kontraktor) sering kebanjiran”. Kalimat ini tidak logis. Ketidaklogisan
penalaran pada kalimat ini terjadi karena pembuat kalimat salah menghilangkan unsur
kalimat. Penghilangan unsur kalimat dapat dilakukan apabila unsur-unsur kalimat tersebut
memiliki fungsi yang sama, dalam hal ini sama-sama berfungsi sebagai subjek. Akan
tetapi, jika unsurunsur kalimat yang sama tersebut memiliki fungsi yang berbeda, atau jika
subjek diisi oleh unsur bahasa yang berbeda, penghilangan salah satu unsur tidak dapat
dilakukan. Jadi, kedua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi seperti kalimat dalam
tanda kurung berikut.
(Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut sering kebanjiran).
8. Bentuk –nya pada anak kalimat tidak jelas atau multi makna. Agar tidak multi makna
(ambigu), bentuk –nya harus dinyatakan secara eksplisit misalnya, Saudara, Bapak, Ibu.
(Atas bantuan Saudara kami ucapkan terima kasih.
9. Kalimat tidak baku karena menggunakan konjugasi ganda karena dan maka.
(Karena sakit, ia tidak mengikuti kuliah).
10. Jadi merupakan konjugasi antar kalimat yang penggunaannya selalu diikuti oleh tanda
koma.
(Jadi, mahasiswa harus belajar secara teratur).
4. Daftar Pustaka
Arifin, E. Zaenal dan S Amran Tasai.2006. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Kosasih, H.E., 2003. Ketatabahasaan dan Kesusteraan: Cermat Berbahasa Indonesia. Yrama
Widya, Bandung.
Putrayasa, I B., 2008. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori dan Peran). P.T. Refika Aditama,
Bandung.
P3B Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992. Tata Bahasa Basku Bahasa Indonesia,
Perum Balai Pustaka, Jakarta.
4-23 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
P3B Depdiknas. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.
Indonesiatera, Yogyakarta.
Sofyan, A.N., Eni, K., Wahya, K. Yudaatmadja, dan R. Y. Permadi, 2007. Bahasa Indonesia
dalam Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Wydyatama, Bandung.
4-24 Bahasa Indonesia (MPK41202/2SKS); Fapet Undana, 2011
Modul 4: Kalimat Efektif dan Baku
Agus. K. Malik
Download