Feed in Tariff - Direktorat Panas Bumi Kementerian Energi dan

advertisement
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN
DAN KONSERVASI ENERGI
Feed-in Tariff (FiT) PANAS BUMI
Geothermal Goes to Campus (GGTC)
Kampus UPN Veteran Yogyakarta
Husin Setia Nugraha
[email protected]
1
Kementerian ESDM Republik Indonesia
OUTLINE
I.
Sistem Pengembangan EBT dan Feed-in Tariff (FiT)
II.
Sistem Harga Panas Bumi di Indonesia
III.
Pengaruh Insentif terhadap Harga Panas Bumi
2
Kementerian ESDM Republik Indonesia
I. Sistem Pengembangan EBT dan Feed-in Tariff (FiT)
3
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Sistem Pengembangan EBT
Menciptakan pasar untuk EBT melalui peraturan/regulasi pemerintah;
mewajibkan Pengembang Jaringan Distribusi memiliki presentase tertentu
berasal dari EBT
Pasar harus diset supaya efektif untuk sistem ini (hubungan antara
pengembang, distributor, konsumen); misalnya membuat sistem sertifikat
EBT
Harga listrik adalah harga pasar
Sistem Kuota
•
Sistem Feed-in
Tariff
•
•
Sistem Lelang
•
Pemerintah mewajibkan Pengembang Jaringan Distribusi wajib
membeli listrik dari EBT dengan harga tetap (fixed); pengertian fixed
disini bukan berarti harga flat sepanjang waktu tapi fixed disini artinya harga
ditentukan
Harga listrik adalah harga pasar ditambah premium; harga ini yang
dibayar konsumen, sistem ini prinsipnya menghindari campur tangan
pemerintah dalam soal harga
Pemilihan Pengembang melalui tender pemerintah; Ada dua tipe yaitu
 Pemerintah menentukan tujuan, kuantitas dan lingkup dan peserta
lelang menentukan program yang diinginkan.
 Pemerintah menentukan jenis proyek, PPA dan cost share
Pengembang dan pemerintah menandatangani kontrak berdasarkan
harga tender; Perbedaan antara harga tender dan harga pasar di bayar
melalui subsidi dan/atau konsumen
4
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Hubungan Pasar
Hubungan antar produsen dan konsumen dikebanyakan
negara lain :
Pengembang Pembangkit
(Multi)
Pengembang
Jaringan Distribusi
(Multi)
Pengembang
Jaringan Transmisi
(Multi)
Konsumen
(Multi)
Hubungan antar produsen dan konsumen Indonesia
Pengembang Pembangkit
(Multi)
Pengembang
Jaringan Distribusi
(Single)
Pengembang
Jaringan Transmisi
(Single)
Konsumen
(Multi)
Kondisi inilah yang menyebabkan Indonesia harus memiliki sistem yang berbeda
dengan negara lain;
5
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Kelebihan FiT?
Kepastian investasi Jangka
Panjang
Keuntungan pasti atau dapat
diprediksi
Resiko Kecil karena kedua hal
diatas
Lebih mudah dapat pembiayaan
karena resiko kecil
FiT akan meningkatkan
kapasitas terpasang
6
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Definisi Sesungguhnya FiT
• Konsep utama dalam merancang FiT adalah KESEIMBANGAN antara keamanan
investasi untuk investor dan menghindari keuntungan berlebihan bagi investor.
• Mencari keseimbangan ini tidak mudah sehingga dalam membuat kebijakan FiT
menjadi kompleks.
KONSUMEN
PRODUSEN
PEMERINTAH
TIMBANGAN HARGA
7
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Elemen dalam FiT (1)
Dalam merancang sistem FiT harus ditentukan hal-hal sebagai berikut
 Teknologi
 pengetahuan yang cukup mengenai potensi tentang masing-masing
teknologi
 semua teknologi harus didukung daripada satu teknologi dengan tujuan
supaya dapat menurunkan harga teknologi.
 Pembangkit
 ukuran tertentu dan atau lokasi tertentu
 misal maksimum 50 MW dengan asumsi pembangkit diatas 50 MW sudah
mencapai harga ekonomis
 Metodologi penentuan tarif
 “best practice”- nya adalah biaya pembangkitan yang sesungguhnya (real
generation cost) ditambah sedikit harga premium sehingga menghasilkan
RoI yang cukup.
8
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Elemen dalam FiT (2)
 Durasi pembayaran
 “common practice”-nya 15-20tahun
 Paling sukses adalah untuk 20 thn karena itu merupakan lifetime pembangkit.
 Mekanisme pembiayaan
 “common practice”-nya dibayar konsumen secara merata
 dibayar oleh industri yang menggunakan energi besar.
 Kewajiban pembelian listrik EBT
 Prioritas akses terhadap jaringan distribusi dan transmisi.
 Administrasi yang efektif
 minimalisasi waktu tunggu seperti izin
 Minimalisasi koordinasi atau pihak yang berwenang
 Masukan ke dalam rencana tata ruang
 Target pengembangan

Jangan jadi target politik ambisius;

tentukan target minimum sebagai signal “a long term policy” kepada investor
 Progress report;
untuk evaluasi dan penyesuaian
9
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Penerapan Sistem FiT
• Penerapan sistem FiT berdasarkan tujuan dapat dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu :
1. Mengintegrasikan dengan pasar untuk mendapatkan sistem yang
lebih baik
2. Efisiensi ekonomi dan minimalisasi keuntungan berlebihan untuk
investor
3. Tujuan-tujuan lain diantara 2 hal tersebut diatas
10
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Contoh Penerapan Sistem FiT (1)
Mengintegrasikan dengan pasar untuk mendapatkan sistem yang lebih baik
FiT premium
 Tarif ditentukan dari harga pasar dari energi konvesional ditambah harga
reduced FiT
 Beberapa syarat penerapan sistem FiT ini adalah perbedaan jelas antar
pengembang (pembangkit, distribusi dan transmisi) dan Pasar energi
konvensional yang stabil
 Negara yang penganut dan/atau pernah menganut sistem ini antara
lainJerman, Spanyol, Denmark, Belanda)
Pembedaan antara tarif berdasarkan permintaan pasar
 Pada saat beban puncak akan dibayar lebih tinggi
 Negara yang penganut dan/atau pernah menganut sistem ini adalah Honggaria
11
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Contoh Penerapan Sistem FiT (2)
Efisiensi ekonomi dan minimalisasi keuntungan berlebihan untuk investor
Tarif berdasarkan lokasi
 untuk memiliki cakupan lokasi yang luas dan potensi yang berbeda
 tarif berdasarkan kualitas potensi
 Potensi yang bagus harus tetap menguntungkan dibandingkan potensi jelek
 Menghindari untung berlebihan
 Contoh penerapan di Prancis untuk PLTB dengan kontrak 15 tahun yaitu 10 tahun flat
dengan nilai tertentu dan 5 tahun berdasarkan harga rata-rata
Tarif berdasar pembatasan produksi listrik
 FiT dibayar untuk produksi tertentu
 Contoh penerapan di Portugal dengan membatasi 33.000 MWh/MW untuk PLTB
Tarif berdasarkan Penurunan Tarif bertahap
 FiT dibayar dengan tarif tertentu dari mulai produksi untuk jangka waktu tertentu. Tarif
turun setiap tahun untuk PL yang baru.
12
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Contoh Penerapan FiT yang Gagal







Harga terlalu murah sehingga tidak tidak menarik bagia investor karena tidak
menguntungkan; Contoh : Argentina
Harga terlalu tinggi sehingga efisiensi ekonomi tidak tercapai; Contoh : Spanyol
Harga Flat untuk semua jenis EBT dan resources; Contoh Estonia
Tidak ada kewajiban pembelian listrik EBT; Contoh : Kenya
Kesalahan pembiayaan, apabila menyangkut ada bagian dari tariff yang
ditanggung oleh Pemerintah, kecuali untuk negara berkembang; Contoh ;
Spanyol dan Korea Selatan
Kesalahan metodologi perhitungan tarif seperti menentukan berdasarkan tarif
rata-rata harga listrik dan avoided cost/external avoided cost.; Contoh : Jerman
dan Portugal
Status hukum, FiT harus berupa UU bukan sebatas PP atau tingkat dibawahnya
yang masih bisa didebat/dirubah oleh instansi lain; Contoh : Spanyol
13
Kementerian ESDM Republik Indonesia
II. Sistem Harga Panas Bumi
14
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Perbedaan Metode Penentuan Harga Panas Bumi
• Harga Patokan Tertinggi (ceiling price) ditentukan melalui
Metode Beneficial Cost yaitu kuantifikasi manfaat (valuasi)
yang akan didapat apabila mengembangkan panas bumi
(disebut juga Avoided External Cost Method)
• Harga Feed-in Tariff (FiT) Panas Bumi ditentukan melalui
pendekatan Metode Biaya Produksi Panas Bumi (Geothermal
Production-based Cost Method) yaitu biaya yang dibutuhkan
untuk membangkitkan 1 kWh listrik panas bumi pada tingkat
keuntungan ekonomi tertentu
15
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Harga Patokan Tertinggi (Ceiling Price)
Externalities Cost
Valuasi manfaat dari:
• Nilai Efek Gas Rumah Kaca
• Nilai Pengaruh Lingkungan
Lokal
• Nilai Ketahanan Energi
• Nilai Ekonomi Lokal
Beneficial Cost
(Avoided External
Cost)
Avoided Cost
Biaya pembangkitan pada
suatu wilayah:
• Biaya pembangkit listrik
dari batubara; atau
• Biaya pembangkit listrik
dari minyak dan gas)
16
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Kelebihan dan Kekurangan FiT
• Kelebihan FiT yaitu Optimalisasi Sumber Daya Panas Bumi
– Memastikan semua sumberdaya panas bumi dengan parameterparameter yang dipertimbangkan dalam perhitungan dapat
dikembangkan
– Memastikan tingkat pengembalian investasi sama untuk semua area
dengan risiko yang sama
• Kelemahan FiT
– Harga untuk beberapa potensi yang memiliki potensi temperatur
menengah dengan kapasitas kecil memiliki harga lebih tinggi
(meskipun untuk lokasi dengan kapasitas besar dan bertemperatur
tinggi memiliki harga lebih rendah)
17
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Metode Biaya Produksi Panas Bumi
• Total Project yaitu biaya yang dihitung dimulai dari sisi hulu (Lapangan Uap)
sampai dengan sisi hilir (Pembangkit)
• Biaya produksi panas bumi akan sangat tergantung kepada beberapa parameter
yaitu :
– Kapasitas Terpasang (semakin besar kapasitas semakin kecil biaya produksi)
– Kualitas infrastruktur (semakin baik kualitas infrastruktur semakin kecil biaya produksi,
biaya untuk Wilayah Indonesia Barat lebih kecil dibandingkan Wilayah Indonesia Timur)
– Kualitas Sumberdaya (semakin tinggi temperatur akan semakin kecil biaya produksi,
dikarenakan MW kapasitas sumur akan lebih besar dan teknologi yang dipergunakan
akan lebih murah)
– Waktu mulai produksi atau tahun CoD (semakin cepat waktu CoD semakin kecil biaya
produksi dikarenakan pengaruh depresiasi biaya)
– Tingkat Pengembalian (tingkat pengembalian Independent Power Producer (IPP) akan
lebih tinggi dibandingkan BUMN dan tingkat pengembalian Wilayah tanpa Pemboran
oleh pemerintah akan lebih tinggi)
18
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Penentuan FiT Panas Bumi
FiT Panas Bumi akan dibagi menjadi :
• Per MW dari 5 MW s.d. 110 MW
• Wilayah Barat dan Wilayah Timur
• Temperatur Tinggi dan Temperatur Menengah
• Waktu CoD
• Target Tingkat Pengembalian, akan membagi lagi menjadi 4
(empat) tabulasi
– IPP dan BUMN
– Green Area dan Brown Area
19
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Penentuan FiT Panas Bumi
• Harga ditentukan setelah dilakukan Studi Kelayakan (Feasibility Study) yang disetujui oleh
Menteri.
• Pemenang Lelang Wilyah Kerja Panas Bumi ditentukan berdasarkan kemampuan teknis,
kemampuan keuangan dan program kerja
• Harga yang ditentukan merupakan harga non-negotiable (tanpa negosiasi)
• Harga merupakan hasil biaya yang telah disesuaikan terhadap inflasi (inflation adjustable)
selama 35 tahun
• Harga merupakan hasil yang telah disesuaikan dengan inflasi sebesar 25% dari harga jual
listrik selama 30 tahun
• Target Equity Rate of Return untuk IPP adalah 16,5% untuk greenfield dan 13,5% untuk
brownfield (Pemboran dilakukan pemerintah)
• Target Equity Rate of Return untuk BUMN/SOE adalah 11% untuk greenfield dan 8% untuk
brownfield (Pemboran dilakukan pemerintah)
• Penetapan Harga oleh Pemerintah akan ditinjau setiap 5 (lima) tahun sekali
• Harga diatas 110 MW dianggap telah memenuhi level harga keekonomian
• Peninjauan setiap 5 (lima) tahun diasumsikan biaya masih relevan dari sisi harga dan
teknologi.
20
Kementerian ESDM Republik Indonesia
IPP vs BUMN
• Tingkat Pengembalian dasar
– IPP = 12% (tingkat pengembalian pembangkit uap/gas)
– BUMN = 6,5% (tingkat pengembalian dana pemerintah)
• Premium Resiko Panas Bumi
– Green Area : 450 basis point (4,5%)
– Brown Area (Pemboran oleh Pemerintah) :150 Basis poin (1,5%)
• Tingkat Pengembalian Total
– IPP di Green Area : 16,5%
– IPP di Brown Area
: 13,5%
– BUMN di Green Area
: 11%
– BUMN di Brown Area
: 8%
21
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Pembagian FiT Panas Bumi
Temperatur
Tinggi
Wilayah Barat
Temperatur
Menengah
Harga
Panas Bumi
Temperatur
Tinggi
Wilayah Timur
Temperatur
Menengah
22
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Asumsi Aspek Teknis
Parameter
Well Output
High Temperatur
8 MW per Sumur
Decline Rate
Dryness (persentase komposisi uap)
Medium Temperatur
4,5 MW per sumur
2% Per Tahun
25%
0%
Sukses Rasio Sumur Eksplorasi
50%
Sukses Rasio Sumur Appraisal
75%
Sukses Rasio SumurDevelopment
85%
Sukses Rasio SumurMake-up
100%
23
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Asumsi Aspek Keuangan
24
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Tipikal Asumsi Cost Structure untuk 55 MW
25
Kementerian ESDM Republik Indonesia
III. Pengaruh Insentif terhadap Harga Panas Bumi
26
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Perhitungan Feed in Tariff PLTP
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Parameter
Exploration Drilling
Site Location (Region)
Capacity (MW)
Jenis Resources
COD
Capacity Factor (%)
Total Investment ($ Mio/ MW)
O&M Cost (USD/kW)
Kurs 1 USD
Depresiasi
Loan Proportion(%)
Interest Rate (USD Rate) (%)
Contract Period (year)
Grace Period (year)
Loan Period (year)
Corporate Income Tax (%)
Project IRR (%)
NPV @8% ($ Mio)
Profitability Index (PI)
Pay Back Periods (year after COD)
Energy Produced (MWh)
Tariff (cent USD/kWh)
Tariff (Rp/kWh)
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Value
Developer
1. Jawa, Sumatra, Bali
55
Tinggi
2023
90%
5.22
0.08
IDR
13,200
DB - 8
70%
7%
30
3
12
25%
12.0%
141.6
1.4
8.3
IDR
433,620
12.95
1,709
Kondisi jika:
1. Tiga sumur eksplorasi dilakukan oleh
pemerintah, dengan penggantian 25%
margin, maka Tariff menjadi 11,69 cent
USD/kWh (penurunan harga sebesar
10%);
2. Pebebasan PPh perusahaan (PPh=0)
maka Tariff menjadi 12,62 cent
USD/kWh (penurunan harga sebesar
3%);
3. ITC diperpanjang menjadi 12 tahun
(total 60%, @5%) maka Tariff menjadi
12,74 cent USD/kWh (penurunan harga
sebesar 2%);
4. Perubahan Depresiasi menjadi Decline
Balance dari selama 8 tahun menjadi
selama 20 tahun tidak mempengaruhi
harga;
5. Bunga (interest rate) diturunkan dari
7% menjadi 4% tidak mempengaruhi
harga akan tetapi meningkatkan Equity
IRR dari 16,38% menjadi 19,08%. 27 27
Perhitungan Feed in Tariff PLTP
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Parameter
Exploration Drilling
Site Location (Region)
Capacity (MW)
Jenis Resources
COD
Capacity Factor (%)
Total Investment ($ Mio/ MW)
O&M Cost (USD/kW)
Kurs 1 USD
Depresiasi
Loan Proportion(%)
Interest Rate (USD Rate) (%)
Contract Period (year)
Grace Period (year)
Loan Period (year)
Corporate Income Tax (%)
Project IRR (%)
NPV @8% ($ Mio)
Profitability Index (PI)
Pay Back Periods (year after COD)
Energy Produced (MWh)
Tariff (cent USD/kWh)
Tariff (Rp/kWh)
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Value
Developer
2. Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
55
Tinggi
2023
90%
5.50
0.08
IDR
13,200
DB - 8
70%
7%
30
3
12
25%
12.0%
152.0
1.4
8.3
IDR
433,620
13.72
1,811
Kondisi jika:
1. Tiga sumur eksplorasi dilakukan oleh
pemerintah, dengan penggantian 25%
margin, maka Tariff menjadi 12,33 cent
USD/kWh (penurunan harga sebesar
10%);
2. Pebebasan PPh perusahaan (PPh=0)
maka Tariff menjadi 13,41 cent
USD/kWh (penurunan harga sebesar
2%);
3. ITC diperpanjang menjadi 12 tahun
(total 60%, @5%) maka Tariff menjadi
13,45 cent USD/kWh (penurunan harga
sebesar 2%);
4. Perubahan Depresiasi menjadi Decline
Balance dari selama 8 tahun menjadi
selama 20 tahun tidak mempengaruhi
harga;
5. Bunga (interest rate) diturunkan dari
7% menjadi 4% tidak mempengaruhi
harga akan tetapi meningkatkan Equity
IRR dari 16,23% menjadi 19,17%. 28 28
Perhitungan Feed in Tariff PLTP
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Parameter
Exploration Drilling
Site Location (Region)
Capacity (MW)
Jenis Resources
COD
Capacity Factor (%)
Total Investment ($ Mio/ MW)
O&M Cost (USD/kW)
Kurs 1 USD
Depresiasi
Loan Proportion(%)
Interest Rate (USD Rate) (%)
Contract Period (year)
Grace Period (year)
Loan Period (year)
Corporate Income Tax (%)
Project IRR (%)
NPV @8% ($ Mio)
Profitability Index (PI)
Pay Back Periods (year after COD)
Energy Produced (MWh)
Tariff (cent USD/kWh)
Tariff (Rp/kWh)
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Value
Developer
1. Jawa, Sumatra, Bali
20
Menengah
2023
90%
8.41
0.13
IDR
13,200
DB - 8
70%
7%
30
3
12
25%
12.0%
83.0
1.4
8.3
IDR
157,680
20.95
2,765
Kondisi jika:
1. Tiga sumur eksplorasi dilakukan oleh
pemerintah, dengan penggantian 25%
margin, maka Tariff menjadi 18,65 cent
USD/kWh (penurunan harga sebesar
11%);
2. Pebebasan PPh perusahaan (PPh=0)
maka Tariff menjadi 19,96 cent
USD/kWh (penurunan harga sebesar
5%);
3. ITC diperpanjang menjadi 12 tahun
(total 60%, @5%) maka Tariff menjadi
20,74 cent USD/kWh (penurunan harga
sebesar 1%);
4. Perubahan Depresiasi menjadi Decline
Balance dari selama 8 tahun menjadi
selama 20 tahun tidak mempengaruhi
harga;
5. Bunga (interest rate) diturunkan dari
7% menjadi 4% tidak mempengaruhi
harga akan tetapi meningkatkan Equity
IRR dari 16,27% menjadi 18,85%. 29 29
Perhitungan Feed in Tariff PLTP
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Parameter
Exploration Drilling
Site Location (Region)
Capacity (MW)
Jenis Resources
COD
Capacity Factor (%)
Total Investment ($ Mio/ MW)
O&M Cost (USD/kW)
Kurs 1 USD
Depresiasi
Loan Proportion(%)
Interest Rate (USD Rate) (%)
Contract Period (year)
Grace Period (year)
Loan Period (year)
Corporate Income Tax (%)
Project IRR (%)
NPV @8% ($ Mio)
Profitability Index (PI)
Pay Back Periods (year after COD)
Energy Produced (MWh)
Tariff (cent USD/kWh)
Tariff (Rp/kWh)
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Value
Developer
2. Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
20
Menengah
2023
90%
8.80
0.13
IDR
13,200
DB - 8
70%
7%
30
3
12
25%
12.0%
87.0
1.4
8.3
IDR
157,680
21.92
2,893
Kondisi jika:
1. Tiga sumur eksplorasi dilakukan oleh
pemerintah, dengan penggantian 25%
margin, maka Tariff menjadi 19,51 cent
USD/kWh (penurunan harga sebesar
11%);
2. Pebebasan PPh perusahaan (PPh=0)
maka Tariff menjadi 20,85 cent
USD/kWh (penurunan harga sebesar
5%);
3. ITC diperpanjang menjadi 12 tahun
(total 60%, @5%) maka Tariff menjadi
21,69 cent USD/kWh (penurunan harga
sebesar 1%);
4. Perubahan Depresiasi menjadi Decline
Balance dari selama 8 tahun menjadi
selama 20 tahun tidak mempengaruhi
harga;
5. Bunga (interest rate) diturunkan dari
7% menjadi 4% tidak mempengaruhi
harga akan tetapi meningkatkan Equity
IRR dari 16,26% menjadi 18,82%. 30 30
MINISTRY OF ENERGY AND MINERAL RESOURCES, REPUBLIC OF INDONESIA
DIRECTORATE GENERAL OF NEW, RENEWABLE ENERGY AND ENERGY CONSERVATION
Jalan Pegangsaan Timur No. 1 Menteng, Jakarta Pusat 10320; Phone/Fax : 021-31924540
www.ebtke.esdm.go.id
31
Kementerian ESDM Republik Indonesia
Download