Yohanes 10:40-42 - GRII Kelapa Gading

advertisement
GRII Kelapa Gading
Khotbah Minggu (15 Juni 2014)
Pengkhotbah : Pdt. Billy Kristanto, Th.D Tema : ……....….…..……………...….........
Nas Alkitab
: .............................................................................................................
Tahun ke-15
Hikmat Kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)
Pdt. Ivan Kristiono, M.Div.
Yakobus 3:13-18
Ringkasan Khotbah
730/769
08 Juni 2014
Pentakosta adalah salah satu hari yang
paling penting dari beberapa hari raya yang
ditetapkan di dalam Perjanjian Lama. Di dalam
kitab Imamat 23 Tuhan berkata bahwa di
dalam hari yang ke 50 maka orang Israel harus
persembahan kembali kepada Tuhan. Jadi
diawali dari hari Paskah mereka membawa
persembahan, lalu kemudian di dalam hari
yang ke 50 mereka harus membawa hasil
panen yang baru, biasanya di dalam hari
Pentakosta mereka memberikan hasil panen
mereka yang terbaik untuk dibawa kehadirat
Tuhan. Maka hari Pentakosta atau hari ke 50
sering disebut juga sebagai hari panen.
Tampaknya Tuhan mau memberikan satu
makna rohani yang lebih mendalam dari satu
kegiatan yang telah Tuhan tetapkan
sebelumnya. Di dalam Perjanjian Lama belum
dijelaskan lebih detail, di dalam hari ke 50 itu
apa maksudnya memberikan hasil panen?
Nah dalam Perjanjian Baru jelaslah apa
yang dimaksud dengan hari raya panen,
tampaknya yang dipanen adalah buah dari
pekerjaan Kristus, setelah Kristus mati, lalu
kemudian Kristus bangkit, kemudian di dalam
hari yang ke 50 terjadi panen dari buah
pekerjaan Kristus. Di dalam Kisah Para Rasul
langsung terjadi panen tiga ribu orang yang
berespon terhadap firman Tuhan, maka di
dalam Pentakosta, ketika Roh Kudus
dicurahkan menggenapi nubuatan Yoel,
sekaligus adalah hari panen, dimana jiwa-jiwa
manusia yang telah dimenangkan oleh Kristus
diatas kayu salib, kemudian diambil,
dikembalikan ke dalam hadirat Tuhan.
Sebelum peristiwa Pentakosta, Yesus telah
berjanji kepada para murid, di dalam injil
Yohanes 14-16 kita jelas sekali melihat
mengenai janji turunnya Roh Kudus. Yesus
berkata kepada murid-muridNya, Aku akan
pergi dan tempat dimana Aku pergi kamu
tidak bisa datang, tetapi Aku pergi
GRII KG 730/769 (hal 4)
menyediakan tempat bagimu dan waktu itu
nantinya Aku akan kembali menjemput
engkau.
Di
dalam
perpisahan
itu
Yesus
memberikan sebuah peringatan yang sangat
menakutkan, dengan sedih Yesus mengatakan
bahwa setelah Dia pergi, maka mereka akan
menjadi sasaran tembak dari musuh-musuh
Yesus. Kalau kia tidak mau menjadi murid
yang sejati, kita tidak akan memahami
kalimat-kalimat Yesus dalam Yohanes 14-16,
jikalau kita tidak mau hidup bagi Tuhan, kita
tidak akan memahami peringatan-peringatan
Tuhan. Tuhan Yesus menjelaskan betapa
mengerikannnya menjadi seorang pengikut
Tuhan dalam dunia. Seorang kristen, Soren
Kierkegaard membagi bahwa kita itu bisa
menjadi admirer of Christ atau bisa menjadi
follower of Christ, admirer hanya bisa kagum,
saya jadi kristen kerena kristen itu bagus,
pengajarannya baik, saya tertarik, hanya
berhenti sampai di situ, maka kata
Kierkegaard
menghasilkan
kelompok
religiustas A, manusia tanpa pertobatan,
manusia tanpa pergumulan. Tetapi ada
macam yang kedua yaitu sampai pada
kesadaran bahwa dia tidak bisa datang
kepada Tuhan tanpa anugerah, orang itu
adalah orang yang betul-betul menyadari
bahwa hidupnya itu hancur tanpa anugerah.
Lalu dengan pertobatan datang kepada Tuhan
dan mulai mengikuti jejak langkah Yesus,
termasuk
perkataan-perkataan,
ajaranajaranNya dan siap menderita bagi Dia.
Ketika kita menjalankan firman Tuhan
berapa banyak kita berbenturan dengan
dunia? Dan Yesus berkata, pada waktu Aku
pergi dunia akan membenci kamu, kenapa
dunia membenci kamu? Karena sebelum
dunia membenci kamu, dunia sudah
membenci Aku. Jikalau kita taat kepada Tuhan
dan kita mendapatkan kebencian dari orang
lain, penghiburan apakah yang akan diberikan
Tuhan kepada kita? Ingat perkataan Yesus,
jikalau kita tidak bersalah, kita melakukan
pekerjaan Tuhan dan kita harus menghadapi
GRII KG 730/769 (hal 1)
“Hikmat kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)”
kesulitan dalam dunia, ingat perkataan Tuhan,
sebelum mereka membenci kamu, mereka
sudah membenci Aku. Lalu satu persatu Yesus
menguraikan kebencian itu, pemerintahpemerintah tidak akan suka dengan kamu,
beberapa tahun yang lalu saya berkhotbah
secara tertutup di daerah Bekasi, sebelum
berkhotbah, satu persatu para pendeta
memberikan kesaksian. Kesaksian yang saya
dengar itu begitu mengerikan, ada satu
pendeta yang sedang menikahkan jemaat, lalu
ada ratusan massa berkumpul di luar, mereka
me-las pagar besi gereja dan dari luar mereka
melempar bom molotov ke dalam gereja.
Kemudian ada sekelompok orang menerobos
masuk, pendetanya di bawa keluar kesatu
tempat dan dipukuli di depan umum, dia
diancam, ada puluhan pendeta, satu persatu
mereka bersaksi mengenai apa yang mereka
alami dan masih banyak kesaksian lain yang
mengerikan.
Waktu saya mendengar kesaksian para
pendeta ini, saya teringat bahwa bukan hanya
mereka yang mengalami itu, di tempat kita
juga bisa terjadi, situasi zaman bisa berubah,
ganti presiden bisa terjadi segala macam hal.
Tetapi penghiburan dan kekuatan kita apa?
Yesus mengataan, pemerintah-pemerintah,
para pemimpin agama mungkin akan
menganiaya engkau, musuh-musuhKu akan
melawan engkau, karena mereka benci
kepadaKu. Peringatan dari Tuhan Yesus ketika
kita mengikut Dia adalah peringatan bahwa
begitu banyak orang yang akan membenci
kita. Kalau kita mau menyenangkan semua
orang, kalau kita mau disukai oleh semua
orang, buang Yohanes 14-16, peringatan
Yesus sangat jelas mengatakan bahwa dunia
akan
membenci
kita.
Tetapi
Yesus
mengatakan, setelah dunia tidak suka kamu,
mereka mau bunuh kamu dsb., lalu Yesus
tidak mengatakan, selamat tinggal ya, selamat
berjuang sendiri, dulu Saya sudah lewat,
sekarang biar kamu susah sendiri, sekarang
Saya naik ke sorga, tidak seperti itu.
Tetapi Yesus mengatakan, Aku akan
mengirimkan Roh Kudus, janji akan Roh Kudus
diberikan di tengah-tengah krisis menjadi
penghiburan paling besar dan paling berharga
bagi umat manusia. Musuh-musuh siap
menghancurkan kita dan kita tidak punya
kekuatan
apa-apa
untuk
menghadapi
kekuatan besar yang akan menghancurkan
kita. Di tengah-tengah kesulitan seperti itu
Yesus berjanji, Saya tidak akan membiarkan
kamu jadi yatim piatu, Saya akan mengirimkan
Penolong yang lain bagimu, dan kemudian
dikatakan, Dia yang akan bersaksi tentang
Aku. Berbahagialah kita, berbahagialah gereja
karena ada anugerah besar yang namanya
Roh Kudus, sehingga dengan demikian,
berapa besar kesulitan kita, kita tidak takut,
bukan karena kita memiliki kekuatan ekonomi,
politik, militer atau hukum, tetapi karena kita
percaya bahwa Allah telah menjanjikan pribadi
Roh Kudus, Allah ketiga untuk menyertai kita
dan gerejaNya.
Dia akan bersaksi tentang Aku, maka
kesaksian keseharian kita, itu adalah kesaksian
berdasarkan kepenuhan Roh Kudus, bukan
karena bakat kita. Kalau kita bersaksi
berdasarkan bakat, talenta, kita terbatas, saya
punya bakat, saya berikan untuk Tuhan, kita
berikan bakat kita dan kita latih bakat kita, kita
menarik orang lain, tetapi kita lupa bahwa
sebetulnya yang menarik orang kepada Kristus
adalah Roh Kudus. Maka mari kita belajar
untuk hidup dipimpin Roh, mempunyai
kerendahan hati dan senantiasa membiarkan
Tuhan bekerja, dan mengikuti rencana Tuhan
di dalam segala pelayanan yang Tuhan
sediakan, sehingga pelayanan kita adalah
pelayanan yang diteguhkan oleh Roh Kudus,
bukan pelayanan sekedar berdasarkan bakat,
talenta atau kekuatan kita.
Seseorang yang sangat mementingkan
kepenuhan Roh Kudus adalah seorang
pengkhotbah bernama D.L Moody, dia
mengatakan bahwa di dalam keseharian kita,
kekuatan kita untuk membawa orang lain
datang kepada Tuhan itu adalah kesadaran,
pengertian dan kebersandaran kita kepada
Roh Kudus. D.L Moody menekankah bahwa
karena Dia adalah yang bersaksi tentang
Kristus, maka penginjilan itu bukan kekuatan
kita, kita hanya mempresentasikan firman
dengan sekuat tenaga kita, tetapi orang itu
digerakkan atau tidak, itu adalah kesaksian
Roh Kudus dalam hatinya dia. D.L Moody
mengatakan,
bayangkan
kita
sedang
menonton di stadion, panasnya luar biasa dan
kita merasa haus, lalu ada orang yang
mendorong kereta yang berteriak minuman
dingin gratis, minuman dingin gratis, semua
orang yang dalam kondisi haus, sangat ingin
minuman itu. Lalu orang melihat kereta
dorong minuman itu, tapi duduk lagi, kenapa?
Karena keretanya kosong tidak ada isinya.
Demikian kata D.L Moody, kamu berteriak,
siapa yang jiwanya haus, siapa yang jiwanya
haus, orang jiwanya haus kemudian datang,
tetapi setelah datang, karena bersandar pada
diri kita sendiri, jiwa orang itu tidak bisa kita
isi, orang itu pulang dengan kecewa, karena
GRII KG 730/769 (hal 2)
“Hikmat kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)”
kosong. Di situ D.L Moody mengatakan, dalam
keseharian kita mari kita bersandar pada
kesaksian Roh Kudus di dalam hati orang lain.
Maka kita sebagai orang reformed
percaya bahwa manusia datang kepada
Tuhan, itu adalah karena kesaksian Roh Kudus
di dalam hatinya, bukan karena kehebatan
kita. Kehebatan kita itu hanya sarana, hanya
alat, itu adalah bagian pertanggung jawaban,
kalau kita berlatih bagaimana memberitakan
injil, bagaimana berkhotbah untuk membawa
orang kepada Tuhan, itu hanya sarana. Tetapi
kita percaya bahwa intinya adalah bukan itu,
ketika itu sudah mulai bergeser menjadi
sesuatu yang kita sandarkan, maka pelayanan
kita tidak akan mempunyai kuasa, karena tidak
lagi bersandar kepada kekuatan Tuhan. Ketika
ada seseorang yang menyadari pentingnya
kesaksian Roh Kudus, maka dia akan melayani
berdasarkan firman Tuhan sebagaimana yang
dikehendaki oleh Roh Kudus. Coba kita
perhatikan ciri khas pelayanan KKR Pdt.
Stephen Tong, dengan banyak KKR yang lain,
satu sampai dua jam khotbah isinya tentang
biblikal doktrinal, kalau kita berpikir secara
akan sehat, biasanya kita lihat orang yang
pimpin KKR, orang kalau hatinya tidak
tersentuh, dia tidak akan mengambil
keputusan untuk mengikut Tuhan bukan?
Maka semakin tersentuh hatinya, semakin
besar potensinya untuk mengikut Tuhan, jadi
yang paling penting dalam KKR adalah
bagaimana mempersiapkan sebuah cerita
yang bisa menyentuh sebagian besar orang.
Itu sebabnya pembahasan firman Tuhan pun
tidak usah terlalu mendalam, yang penting
adalah baca ayatnya dan memberikan cerita
yang menyentuh, lalu cepat-cepat altar call
dan begitu maju ke depan, dia sudah
tertangkap. Itu bukan pelayanan yang
bersandar pada Roh Kudus, karena alkitab
jelas mengatakan, Roh Kudus akan memakai
firman, Ia akan mengingatkan segala
perkataan yang telah Kusampaikan kepadamu.
Itu sebabnya kita percaya bahwa Roh
Kudus bekerja, maka tugas kita adalah
melakukan apa yang menjadi tangungjawab
kita. Kenapa manusia percaya kepada Tuhan
bukan keterampilan saya untuk memainkan
emosi orang, bukan saya melakukan satu trik,
kamu kan sudah punya utang sana sini, coba
saja percaya Yesus, kalau sepertii itu, kita
sedang menjual Yesus secara kodian, secara
murah. Kalau seperti itu, itu bukan firman
Tuhan, tugas kita adalah saya mau, betul
kamu mau percaya? Sudah pikir masakmasak? Saya mau percaya, sudahkan kamu
GRII KG 730/769 (hal 3)
mengerti kenapa kamu percaya? Apa artinya
percaya Yesus Kristus, apakah kamu mengerti?
Kenapa kita berikan semuanya itu? Itu adalah
karena kita percaya bahwa bukan kita yang
bekerja, Roh Kudus yang bekerja, tugas kita
adalah memberikan kesaksian dengan benar.
Roh Kudus bekerja memakai firman, maka
doktrin ini ketika diaplikasikan dalam
penginjilan, tugas kita dalam penginjilan
adalah memberikan seketat mungkin, sejelas
mungkin berita injil. Ketika kita mempimpin
KKR regional, tugas kita bukan sekedar
menyentuh hati orang lalu panggil mereka
ketemu Tuhan Yesus, bukan seperti itu, tugas
kita adalah mengajar, meskipun kita berlatih
untuk mengajar, itu memang baik, tetapi yang
penting yaitu isi dari pada khotbah kita adalah
injil yang jelas, yang membuat akhirnya orang
mengatakan, oooh saya mau itu dan itu
adalah pekerjaan Roh Kudus, bukan
keterampilan kita untuk menjebak massa.
Roh Kudus adalah Roh yang bersaksi dan
Roh Kudus bersaksi memakai firman, apa yang
baik, apa yang benar yang Tuhan sudah
berikan, tampaknya ketika itu diberikan
akhirnya dipalsukan oleh iblis. Tuhan
memberikan begitu banyak anugerah dan Roh
Kudus bekerja di tengah-tengah umatNya,
tetapi pekerjaan Roh Kudus yang demikian
luar biasa indah, akhirnya juga dipalsukan oleh
setan. Setan seringkali melakukan counter
faith, membuat sesuatu yang kelihatannya asli,
tetapi sebetulnya palsu dan apa yang
dipalsukan begitu mirip dengan yang asli,
tema ini dalam sepanjang alkitab akan kita
jumpai. Begitu banyak pemalsuan demi
pemalsuan, ada nabi, guru, roh, malaikat dan
hikmat palsu, yang tadi sudah kita baca.
Pekerjaan Roh Kudus pun dipalsukan dan
abad 20 menjadi saksi, bagaimana pekerjaan
Roh Kudus yang begitu indah dihancurkan,
lalu kemudian berusaha dipalsukan, dan
orang-orang kristen yang tidak belajar firman
dengan baik-baik menganggap bahwa justru
yang palsu itu asli, yang asli itu yang palsu,
dibalik.
Abraham Kuyper (salah satu pengkritik
modernitas) mengatakan, di dalam abad 20
iblis memalsukan yang namanya modernitas,
orang beranggapan bahwa modernitas adalah
jawaban bagi umat manusia, padahal
sebetulnya itu adalah pemalsuan besar dari
roh jahat. Abraham Kuyper mengatakan, ada 3
semboyan modernitas yang diwakili oleh
Perancis,
liberte
(kebebasan),
Tuhan
memberikan
kebebasan,
reformasi
memperjuangkan kebebasan, semua orang
bebas datang kepada Tuhan tanpa perantara,
hanya Yesus satu-satunya perantara, semua
orang bebas membaca kitab suci, semua
orang bebas melayani. Tetapi kemudian
Kuyper
mengatakan,
oleh
modernitas
kebebasan dirusak menjadi boleh sekuat
tenaga melakukan apapun yang saya mau,
maka sebetulnya kebebasan versi modernitas
adalah kebebasan palsu. Kebebasan tidak
pernah ada boleh melakukan apapun yang
kita mau, itu adalah kepalsuan, sehingga
orang-orang
postmodern
sekarang
mengatakan, kebebasan hanya ketika manusia
melakukan transendensi, memilih sesuatu
yang bukan dipengaruhi oleh faktor natural
saja, misalnya manusia itu ditentukan lapar,
lalu dia katakan, ah saya tidak mau makan
sekarang, itu sudah dianggap kebebasan,
karena makin lama mereka menyadari tidak
ada kebebasan yang betul-betul bebas.
Manusia tercipta selalu terkoneksi dengan
yang lain, bagaimana mungkin bisa bebas?
Maka selama ini konsep kebebasan sudah
salah kaprah, kebebasan di dalam kitab suci
adalah ketika Tuhan datang, dimana ada Roh
di situ ada kebebasan. Kebebasan sejati justru
ketika seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus,
tetapi kebebasan dipalsukan.
Lalu yang kedua, egalite (kesamaan),
semua manusia setara dihadapan Tuhan, tidak
ada yang dianggap mempunyai satu derajat
yang lebih superior, tidak ada yang namanya
budak, tidak ada yang namanya orang
merdeka, yang seperti itu tidak ada dihadapan
Tuhan. Ketika egalite itu diselewengkan,
sekarang laki-laki dan perempuan tidak ada
bedanya, semua orang bebas memilih modus
(mode, cara berada manusia) mau jadi laki-laki
atau perempuan. Kalau kita mau jadi
perempuan atau laki-laki bukan luar yang
menentukan, tapi kita yang menentukan
sendiri, jadi terserah saya kapan saya mau jadi
laki-laki atau perempuan. Maka Kuyper
mengatakan, inikah egalite? Ketika freedom
dan kesamaan diteriakkan pertanyaannya
adalah kebebasan yang mana? Itu pemalsuan
dari kebebasan yang benar. Kemudian yang
ketiga, fraternite (persaudaraan), persaudaraan
dengan
apa?
Ketika
Allah
memukul
genderang peperangan antara manusia dan
setan, Tuhan mau menunjukkan ada yang
menjadi sahabat, ada yang menjadi lawan.
Manusia salah memilih lawan, Tuhan dijadikan
lawan, setan dijadikan teman, lalu dibalik oleh
Tuhan, dipukul genderang peperangan, hari
ini Aku mengadakan permusuhan antara
engkau dan keturunanmu. Tuhan mengatakan,
Tuhan itu bukan lawanmu, setan yang menjadi
lawanmu.
Maka counter faith, penipuan-penipuan
itu seringkali muncul, itu adalah penipuan di
zaman modern, masuk ke abad 20, Kisah Rasul
2 dipalsukan habis-habisan. Para murid pada
waktu itu mengalami tanda-tanda, nah maka
kita sekarang ini juga harus berbahasa roh,
istilah itupun tidak pernah muncul di dalam
kitab suci. Glosalalein itu artinya adalah lidah
yang lain atau bisa juga diterjemahkan bahasa
yang lain, maka ini sudah menjadi satu
pengertian yang salah kaprah, oh kalau begitu
semua orang harus berbahasa roh, itu juga
penipuan yang muncul di abad 20. Di dalam
Kisah rasul 2 dikatakan, semua orang
berbahasa lidah, tetapi tidak bicara mengenai
semua orang harus ada api di atas kepala dan
ada tipuan angin. Lalu dikatakan semua
mukjizat harus terjadi di zaman ini, gereja
sudah kehilangan bahasa lidah, kehilangan
mukjizat, maka kembalikan mukjizat dan
bahasa lidah di dalam gereja. Kalau gereja
tidak mengalami dua hal ini, maka gereja itu
adalah geraja yang mengalami sekarat atau
dying church.
Mukjizat dipalsukan, sebetulnya kata
mukjizat sendiri artinya adalah tanda, tanda
apa? Tanda dari kehadiran Allah. Jadi ketika
mukjizat itu diberikan, tujuannya itu yang
mengatur adalah Allah, tetapi sekarang ini
dipalsukan, dibelokkan, semua orang cari
mukjizat, mukjizat itu menguntungkan saya,
itu tidak pernah ada di dalam kitab suci. Ketika
mukjizat datang, yang terjadi adalah kemajuan
Kerajaan Allah, ketika mukjizat datang, lalu
orang cari untung, yang ada adalah kutuk.
Pada waktu Roh turun, lalu Markus berkata
kepada Petrus, aku juga kepingin, ini saya ada
uang tolong saya beri kemampuan, kalau
mendoakan orang, Roh turun seperti kamu,
Petrus marah luar biasa. Petrus mendoakan
orang, lalu orang itu kepenuhan Roh,
kemudian berkata-kata dalam bahasa lain,
kenapa? Karena ciri Pentakosta adalah gereja
itu bukan gereja lokal, gereja itu universal,
gereja itu menjadi gereja segala bangsa, dulu
gereja itu hanya punya orang Yahudi, tetapi di
Pentakosta untuk pertama kalinya dinyatakan
oleh Tuhan bahwa keselamatan itu untuk
segala bangsa. Jadi gereja itu berubah ciri dari
lokal kebangsaan menjadi internasional dan
setiap kali Tuhan mau menunjukkan ada
orang atau bangsa lain yang percaya kepada
Tuhan, maka di situ terjadi bahasa lidah,
sehingga ada bahasa-bahasa lain yang
memuji Tuhan.
Kita melihat kan para murid berbahasa
lidah? Dikatakan, mereka bicara memakai
bahasa Pontus, Frigia. Semuanya berbicara
memakai bahasa lain, berarti ada grammarnya, ada vocabulary-nya, bukan mantra, jadi
GRII KG 730/769 (hal 4)
mereka berdoa pada Tuhan, karena sesuai
dengan yang di kitab 1 Korintus 14, bahasa
lidah untuk membangun diri, bahasa lidah itu
adalah doa kepada Tuhan. Jadi ketika berdoa,
kalau ada yang menterjemahkan, itu baik,
kenapa perlu diterjemahkan? Karena kalau di
dalam Kisah Rasul 2 kan bicaranya memakai
bahasa Frigia, nah kalau ketemu di Yerusalem
memakai bahasa Frigia, orang tidak mengerti,
tetapi orang Frigia mengerti, loh kok bicara
memakai bahasa saya? Loh saya dari Pontus,
orang itu kok bicara bahasa Pontus? Jadi kalau
kita melihat, jelas keselamatan itu langsung
untuk segala bangsa. Ketika Petrus khotbah di
tempat Kornelius, di sini kita melihat
bagaimana
Tuhan
mengkonfirmasi
keselamatan untuk segala bangsa, semua
lidah itu memuji Tuhan. Nah kalau semua
lidah itu memuji Tuhan, lidah yang Tuhan
berikan, sekarang Tuhan katakan, sekarang
puji Aku, maka itu menjadi berkat buat orang
lain, wah dia berdoa kepada Tuhan dan dia
memuji Tuhan, dan itu menjadi berkat.
Lalu apa yang terjadi di abad 20?
Mukjizat
dibelokkan
menjadi
untuk
kepentingan sendiri, maka Markus diusir oleh
Petrus, binasalah kamu dengan uangmu,
karena kamu mau memakai hal-hal ajaib,
mukjizat
dan
pekerjaan-pekerjaan
supranatural untuk kepentinganmu sendiri,
jadi mukjizat itu bukan untuk kita, tetapi untuk
kemajuan Kerajaan Allah. Dan bisa saja Tuhan
memberikan mukjizat, ok, kamu sudah
kumpulkan uang selama 40 tahun, Saya mau
menguji kamu, cintamu kepada Aku sebesar
apa? Aku ambil semuanya dalam tiga detik,
lalu gempa bumi, jatuh semua, itu mukjizat,
apakah kita mau? Kalau Tuhan memberikan
mukjizat seperti itu apakah mereka mau?
Gereja butuh mukjizat, saya juga mau
mukjizat, lalu pertanyaannya, apakah kamu
tahu tentang mukjizat dalam kitab suci itu
bukan hanya sekedar saya untuk karena saya
sembuh? Pengertian seperti itu terlalu sempit
sekali. Mukjizat itu adalah tanda dimana
Tuhan hadir, apakah kita mau mukjizat seperti
yang terjadi di Sinai? Guntur dimana-mana,
terjadi hal yang sangat menakutkan, lalu
Tuhan mengatakan, sengaja Saya membuat
mereka takut padaKu, supaya mereka takut
berbuat dosa.
Salah satu pekerjaan Roh Kudus yang
sering dipalsukan adalah HIKMAT. Roh Kudus
disebut Roh hikmat, Roh Kudus memberikan
hikmat, Roh Kudus menghasilkan dan
menumbuhkan hikmat di dalam diri orang
percaya, karena Dia sendiri adalah Roh hikmat.
Tetapi dalam Yakobus 3, teks yang kita baca
tadi menyatakan bahwa ada hikmat yang
palsu, bukan berasal dari atas, tetapi hikmat
yang berasal dari dunia. Tentu saja di dalam
skala tertentu, kita menganggap bahwa kita
bijak dan berbudi, saya percaya bahwa kita di
satu tahap tertentu, kita akan mempunyai satu
pemahaman mengenai kebijaksanaan dan
mengenai budi, kalau tidak, maka kita tidak
akan mengajar orang lain. Ketika kita
mendorong orang lain untuk melakukan
sesuatu, itu ada asumsi kebijakan tertentu di
dalam diri kita, itu wajar. Misalnya kita
mengatakan, maaf pak, tolong jangan
merokok di tempat ini, itu ada asumsi otoritas
bahwa kita berhak menegur, bahwa kita
benar, yaitu tidak boleh merokok di tempat
itu, bahwa kita punya kewajiban dan kita juga
orang yang tidak melakukan hal itu. Itu adalah
asumsi, teguran sederhana, dibelakang itu ada
banyak asumsi.
Karena kalau kita tidak punya asumsi
bahwa itu benar, maka orang akan bertanya
balik, memangnya tidak boleh merokok ya
pak? Lalu kita menjawab, sepertinya tidak
boleh merokok loh pak, sepertinya bapak
salah, coba cek dulu, oh iya ya pak, janganjangan saya salah, kalau begitu maafkan saya
pak, tidak jadi menegur kan ya? Tetapi kalau
kita menjelaskan dengan argumen yang kuat,
maka itu ada otoritas, ada kemantapan, ada
kebenaran. Nah ada di dalam tahap tertentu
kita itu merasa kita bijaksana sebesar ini, kita
berbudi sebesar ini, nah ini kalimat Yakobus,
siapa diantara kamu yang bijak dan berbudi?
Kalimat ini mengajak kita untuk introspeksi,
baiklah ia dengan cara hidup yang baik
menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang
lahir dari kelemahlembutan. Kalau hikmat kita
adalah dari Roh Kudus, maka itu lahir dari
kelemahlembutan,
jika
kamu
manaruh
perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri
sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan
janganlah berdusta melawan kebenaran.
Jadi hikmat yang sejati itu bisa
dipalsukan, menjadi hikmat yang palsu, maka
dari permukaan kelihatan mirip, misalnya,
orang yang berhikmat asli dan palsu samasama masuk dalam gereja, sama-sama
melayani di satu tempat pelayanan. Awalnya
kita akan melihat mirip, karena hikmat itu bisa
dipalsukan, tetapi perhatikan, khususnya
untuk diri kita sendiri, sehingga dengan
demikian kita bisa introspeksi dan bertumbuh
dengan baik, yang pertama, kita akan melihat
ciri hikmat yang dari atas, Yohanes
mengatakan, jangan percaya setiap roh, setiap
roh yang tidak mengakui Yesus Kristus adalah
Juruselamat, itu adalah roh yang bukan
berasal dari Dia, Roh yang berasal dari Kristus
adalah Roh yang lemah lembut, yang keluar
dari
kelemahlembutan
(Roh
sejati).
Kelemahlembutan
ini
adalah
sebuah
GRII KG 730/769 (hal 1)
“Hikmat kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)”
kelemahlembutan, kesadaran bahwa diri ini
hancur dan diri ini tidak memiliki kelayakan
kecuali bersandar pada Tuhan, dalam PL
standarnya adalah takut akan Tuhan, roh dari
dunia, standarnya adalah iri dan self centre,
bersandar pada diri (roh palsu).
Ketika orang memiliki hikmat, pada saat
gereja ada masalah untuk memilih hal-hal
tertentu dan sulit untuk menentukan A, B atau
C, orang ini memilih B, wah luar biasa, bapak
ini diberikan hikmat oleh Tuhan, tetapi pelanpelan kita melihat dan kita lihat diri sendiri.
Kalau itu berdasarkan takut akan Tuhan,
bersandar akan Tuhan, itu hikmat yang sejati,
dikerjakan oleh Roh Kudus, tetapi jikalau
semakin lama, semakin kita bersandar pada
diri, makin rasa tidak butuh Tuhan, makin rasa
tidak butuh doa (karena sudah terlalu pintar),
nah ini gejala…, semakin lama tidak butuh
firman, makin tidak butuh persekutuan, nah
hikmat seperti ini harus hati-hati. Hikmat yang
sejati,
semakin
mendorong,
semakin
bersandar, makin dia berhikmat semakin dia
bersandar sama Tuhan, makin berhikmat
semakin merasa diri tidak berhikmat. Pusat
hikmat sejati adalah Tuhan, pusat hikmat yang
palsu adalah nafsu, nafsu dari dunia, nafsu
dari manusia dan dari setan-setan (ayat 26).
Ketika kita mengatakan diri kita
berhikmat baik dalam keluarga, pergaulan
atau gereja, ketika kita berhikmat, kita sudah
menjalankan semua hikmat, tetapi hasilnya
justru terjadi berbagai macam perpecahan
karena kita, maka kita harus pikir ulang lagi,
sebetulnya ini roh dari mana? Ketika kita
menjalankan satu pekerjaan yang baik, tetapi
akhirnya yang terjadi adalah semakin keras,
tidak ada belas kasih, kalau begitu
sesungguhnya kita sedang menjalankan apa?
Jadi ada orang yang berhikmat, satu sisi dia
membangun hikmat diatas keangkuhan
dirinya, maka hal itu akan menghasilkan
kehancuran, perpecahan, yang alkitab katakan
sebagai mementingkan diri dan segala macam
perbuatan yang jahat. Kalau orang sudah
memakai hikmat dunia, dia juga akan
memakai metode-metode dunia untuk bisa
menyelesaikan masalahnya.
Maka di dalam hari Pentakosta ini saya
sekali lagi mengingatkan saudara, Roh Kudus
sudah diberikan dan salah satu pekerjaan Roh
Kudus adalah bisa membedakan mana Roh
yang sejati dan mana roh yang palsu.
Sehingga mari kita meminta anugerah Tuhan,
Tuhan aku ingin bisa membedakan pekerjaan
Roh Kudus dan pekerjaan iblis, aku ingin bisa
membedakan mana doktrin yang asli, mana
yang palsu, mana hikmat yang asli, mana
hikmat yang palsu dan mintalah kepada
Tuhan yang paling sulit adalah apakah hikmat
kita sendiri itu asli atau palsu, itu yang sulit.
Melihat hikmat orang lain itu asli atau palsu,
relatif mudah, dengan berjalannya waktu dan
hikmat yang cukup, kita bisa membedakan
hikmat orang ini asli atau palsu. Tetapi yang
paling sulit adalah meskipun kita memiliki
waktu yang panjang, mengetahui hikmat diri
kita sendiri asli atau palsu, itu sangat sulit.
Nah di sinilah kita melihat ada dua hal
penting, saya butuh Roh Kudus, bergantung
pada Roh Kudus, lalu dengan rendah hati
bergantung pada orang lain, kita tidak bisa
bertumbuh sendiri, kita butuh yang lain. Soren
Kierkegaard menuliskan satu pertanyaan,
kenapa saya tahu tetapi saya tidak lakukan?
Misalnya saat tahun baru mempunyai janji
untuk tahun depan tetapi tidak dilakukan, itu
sebetulnya proses menipu diri sendiri, kenapa
terjadi seperti itu? Kierkegaard mengatakan,
misalnya kata “if” itu sangat berbahaya, saya
akan memberitakan injil “if”, kalau pekerjaan
saya diberkati, kalau saya diperlengkapi, saya
akan melakukan pelayanan “if”, nah ini yang
paling berbahaya. Kata ini bisa membuat
jedah, lalu rasionalisasi, manusia bisa menipu
diri, kita juga bisa begitu, ini rumit luar biasa.
Ada orang yang jatuh ke dalam abstraksi,
ketika dia mencintai, cinta itu harus dikaitkan
dengan objek dan harus real, misalnya, aku
cintai, mencintai apa? Mencintai “jiwa”, wah ini
paling berbahaya, itu tipuan diri paling luar
biasa, saya ini “mencintai jiwa”, itu belum
terbukti, itu omong kosong semua, kata
Kierkegaard, ketika pulang dari pelayanan
tukang parkir dilempar batu hanya karena
membuat baret mobilnya, lihat mobil saya
baret, dia marah-marah, orang seperti ini
mencintai jiwa?
Jadi hal seperti itu tipuan, saya ini
mencintai jiwa, saya ini rajin pesekutuan doa
loh, mendoakan begitu banyak orang sampai
nangis-nangis…, saya rajin memberitakan injil
loh…, dst., Kierkegaard mengatakan, kita harus
hati-hati, kata “jiwa” berbahaya, itu abstrak
sekali. Ketika saya atau kita khotbah di depan
orang-orang yang kita layani, pertanyaannya,
apakah saya atau kita mencintai mereka?
Mungkin jawabnnya tidak, karena mereka bagi
kita itu abstrak. Ada banyak hal akhirnya kita
bisa tidak memahami hikmat yang sejati,
kecuali Roh Kudus, ketika saya membukakan
hal ini, lalu bagaimana jalan keluarnya? Rumit
sekali dalam diri kita, jadi jangan mencari
hikmat lain lagi, yang utama adalah
GRII KG 730/769 (hal 2)
“Hikmat kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)”
kebergentukan kita dengan Roh Kudus. Bukan
hanya dalam pelayanan KKR saja, dalam
kehidupan sehari-hari pun kita membutuhkan
Roh Kudus, Tuhan apakah benar saya adalah
suami yang benar? Apakah saya menjalankan
tugas sebagai seorang istri dengan benar?
Ketika saya melayani apakah saya sudah
menjalankan hikmat dengan benar atau tidak?
Siapa yang tahu?
Nah kalau kita sudah asumsi bahwa kita
sudah sempurna, maka kita tidak akan
bertumbuh, kita yang akan rugi, the culture of
forgiveness and confession, itu penting di
dalam gereja, keluarga, pergaulan. Maka di
hari turunnya Roh Kudus ini mari kita
memikirkan, Tuhan betapa pentingnya saya
bersandar kepada Roh Kudus, bersaksi, yang
bersaksi adalah Roh Kudus, untuk berhikmat
karena Roh Kudus dan sehari-hari pun saya
butuh Roh Kudus, kenapa? Karena yang asli
dipalsukan, zaman ini ada begitu banyak
orang yang ditipu oleh roh yang palsu, hati,
uang, tenaga dan waktunya untuk roh palsu,
jangan kita juga seperti itu. Mari kita minta
belas
kasihan
Tuhan,
kiranya
Tuhan
memberkati kita semua. Amin.
Ringkasan khotbah ini belum diperiksa
oleh pengkhotbah (AS)
GRII KG 730/769 (hal 3)
Download