GRII Kelapa Gading Khotbah Minggu (15 Juni 2014) Pengkhotbah : Pdt. Billy Kristanto, Th.D Tema : ……....….…..……………...…......... Nas Alkitab : ............................................................................................................. Tahun ke-15 Hikmat Kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta) Pdt. Ivan Kristiono, M.Div. Yakobus 3:13-18 Ringkasan Khotbah 730/769 08 Juni 2014 Pentakosta adalah salah satu hari yang paling penting dari beberapa hari raya yang ditetapkan di dalam Perjanjian Lama. Di dalam kitab Imamat 23 Tuhan berkata bahwa di dalam hari yang ke 50 maka orang Israel harus persembahan kembali kepada Tuhan. Jadi diawali dari hari Paskah mereka membawa persembahan, lalu kemudian di dalam hari yang ke 50 mereka harus membawa hasil panen yang baru, biasanya di dalam hari Pentakosta mereka memberikan hasil panen mereka yang terbaik untuk dibawa kehadirat Tuhan. Maka hari Pentakosta atau hari ke 50 sering disebut juga sebagai hari panen. Tampaknya Tuhan mau memberikan satu makna rohani yang lebih mendalam dari satu kegiatan yang telah Tuhan tetapkan sebelumnya. Di dalam Perjanjian Lama belum dijelaskan lebih detail, di dalam hari ke 50 itu apa maksudnya memberikan hasil panen? Nah dalam Perjanjian Baru jelaslah apa yang dimaksud dengan hari raya panen, tampaknya yang dipanen adalah buah dari pekerjaan Kristus, setelah Kristus mati, lalu kemudian Kristus bangkit, kemudian di dalam hari yang ke 50 terjadi panen dari buah pekerjaan Kristus. Di dalam Kisah Para Rasul langsung terjadi panen tiga ribu orang yang berespon terhadap firman Tuhan, maka di dalam Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan menggenapi nubuatan Yoel, sekaligus adalah hari panen, dimana jiwa-jiwa manusia yang telah dimenangkan oleh Kristus diatas kayu salib, kemudian diambil, dikembalikan ke dalam hadirat Tuhan. Sebelum peristiwa Pentakosta, Yesus telah berjanji kepada para murid, di dalam injil Yohanes 14-16 kita jelas sekali melihat mengenai janji turunnya Roh Kudus. Yesus berkata kepada murid-muridNya, Aku akan pergi dan tempat dimana Aku pergi kamu tidak bisa datang, tetapi Aku pergi GRII KG 730/769 (hal 4) menyediakan tempat bagimu dan waktu itu nantinya Aku akan kembali menjemput engkau. Di dalam perpisahan itu Yesus memberikan sebuah peringatan yang sangat menakutkan, dengan sedih Yesus mengatakan bahwa setelah Dia pergi, maka mereka akan menjadi sasaran tembak dari musuh-musuh Yesus. Kalau kia tidak mau menjadi murid yang sejati, kita tidak akan memahami kalimat-kalimat Yesus dalam Yohanes 14-16, jikalau kita tidak mau hidup bagi Tuhan, kita tidak akan memahami peringatan-peringatan Tuhan. Tuhan Yesus menjelaskan betapa mengerikannnya menjadi seorang pengikut Tuhan dalam dunia. Seorang kristen, Soren Kierkegaard membagi bahwa kita itu bisa menjadi admirer of Christ atau bisa menjadi follower of Christ, admirer hanya bisa kagum, saya jadi kristen kerena kristen itu bagus, pengajarannya baik, saya tertarik, hanya berhenti sampai di situ, maka kata Kierkegaard menghasilkan kelompok religiustas A, manusia tanpa pertobatan, manusia tanpa pergumulan. Tetapi ada macam yang kedua yaitu sampai pada kesadaran bahwa dia tidak bisa datang kepada Tuhan tanpa anugerah, orang itu adalah orang yang betul-betul menyadari bahwa hidupnya itu hancur tanpa anugerah. Lalu dengan pertobatan datang kepada Tuhan dan mulai mengikuti jejak langkah Yesus, termasuk perkataan-perkataan, ajaranajaranNya dan siap menderita bagi Dia. Ketika kita menjalankan firman Tuhan berapa banyak kita berbenturan dengan dunia? Dan Yesus berkata, pada waktu Aku pergi dunia akan membenci kamu, kenapa dunia membenci kamu? Karena sebelum dunia membenci kamu, dunia sudah membenci Aku. Jikalau kita taat kepada Tuhan dan kita mendapatkan kebencian dari orang lain, penghiburan apakah yang akan diberikan Tuhan kepada kita? Ingat perkataan Yesus, jikalau kita tidak bersalah, kita melakukan pekerjaan Tuhan dan kita harus menghadapi GRII KG 730/769 (hal 1) “Hikmat kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)” kesulitan dalam dunia, ingat perkataan Tuhan, sebelum mereka membenci kamu, mereka sudah membenci Aku. Lalu satu persatu Yesus menguraikan kebencian itu, pemerintahpemerintah tidak akan suka dengan kamu, beberapa tahun yang lalu saya berkhotbah secara tertutup di daerah Bekasi, sebelum berkhotbah, satu persatu para pendeta memberikan kesaksian. Kesaksian yang saya dengar itu begitu mengerikan, ada satu pendeta yang sedang menikahkan jemaat, lalu ada ratusan massa berkumpul di luar, mereka me-las pagar besi gereja dan dari luar mereka melempar bom molotov ke dalam gereja. Kemudian ada sekelompok orang menerobos masuk, pendetanya di bawa keluar kesatu tempat dan dipukuli di depan umum, dia diancam, ada puluhan pendeta, satu persatu mereka bersaksi mengenai apa yang mereka alami dan masih banyak kesaksian lain yang mengerikan. Waktu saya mendengar kesaksian para pendeta ini, saya teringat bahwa bukan hanya mereka yang mengalami itu, di tempat kita juga bisa terjadi, situasi zaman bisa berubah, ganti presiden bisa terjadi segala macam hal. Tetapi penghiburan dan kekuatan kita apa? Yesus mengataan, pemerintah-pemerintah, para pemimpin agama mungkin akan menganiaya engkau, musuh-musuhKu akan melawan engkau, karena mereka benci kepadaKu. Peringatan dari Tuhan Yesus ketika kita mengikut Dia adalah peringatan bahwa begitu banyak orang yang akan membenci kita. Kalau kita mau menyenangkan semua orang, kalau kita mau disukai oleh semua orang, buang Yohanes 14-16, peringatan Yesus sangat jelas mengatakan bahwa dunia akan membenci kita. Tetapi Yesus mengatakan, setelah dunia tidak suka kamu, mereka mau bunuh kamu dsb., lalu Yesus tidak mengatakan, selamat tinggal ya, selamat berjuang sendiri, dulu Saya sudah lewat, sekarang biar kamu susah sendiri, sekarang Saya naik ke sorga, tidak seperti itu. Tetapi Yesus mengatakan, Aku akan mengirimkan Roh Kudus, janji akan Roh Kudus diberikan di tengah-tengah krisis menjadi penghiburan paling besar dan paling berharga bagi umat manusia. Musuh-musuh siap menghancurkan kita dan kita tidak punya kekuatan apa-apa untuk menghadapi kekuatan besar yang akan menghancurkan kita. Di tengah-tengah kesulitan seperti itu Yesus berjanji, Saya tidak akan membiarkan kamu jadi yatim piatu, Saya akan mengirimkan Penolong yang lain bagimu, dan kemudian dikatakan, Dia yang akan bersaksi tentang Aku. Berbahagialah kita, berbahagialah gereja karena ada anugerah besar yang namanya Roh Kudus, sehingga dengan demikian, berapa besar kesulitan kita, kita tidak takut, bukan karena kita memiliki kekuatan ekonomi, politik, militer atau hukum, tetapi karena kita percaya bahwa Allah telah menjanjikan pribadi Roh Kudus, Allah ketiga untuk menyertai kita dan gerejaNya. Dia akan bersaksi tentang Aku, maka kesaksian keseharian kita, itu adalah kesaksian berdasarkan kepenuhan Roh Kudus, bukan karena bakat kita. Kalau kita bersaksi berdasarkan bakat, talenta, kita terbatas, saya punya bakat, saya berikan untuk Tuhan, kita berikan bakat kita dan kita latih bakat kita, kita menarik orang lain, tetapi kita lupa bahwa sebetulnya yang menarik orang kepada Kristus adalah Roh Kudus. Maka mari kita belajar untuk hidup dipimpin Roh, mempunyai kerendahan hati dan senantiasa membiarkan Tuhan bekerja, dan mengikuti rencana Tuhan di dalam segala pelayanan yang Tuhan sediakan, sehingga pelayanan kita adalah pelayanan yang diteguhkan oleh Roh Kudus, bukan pelayanan sekedar berdasarkan bakat, talenta atau kekuatan kita. Seseorang yang sangat mementingkan kepenuhan Roh Kudus adalah seorang pengkhotbah bernama D.L Moody, dia mengatakan bahwa di dalam keseharian kita, kekuatan kita untuk membawa orang lain datang kepada Tuhan itu adalah kesadaran, pengertian dan kebersandaran kita kepada Roh Kudus. D.L Moody menekankah bahwa karena Dia adalah yang bersaksi tentang Kristus, maka penginjilan itu bukan kekuatan kita, kita hanya mempresentasikan firman dengan sekuat tenaga kita, tetapi orang itu digerakkan atau tidak, itu adalah kesaksian Roh Kudus dalam hatinya dia. D.L Moody mengatakan, bayangkan kita sedang menonton di stadion, panasnya luar biasa dan kita merasa haus, lalu ada orang yang mendorong kereta yang berteriak minuman dingin gratis, minuman dingin gratis, semua orang yang dalam kondisi haus, sangat ingin minuman itu. Lalu orang melihat kereta dorong minuman itu, tapi duduk lagi, kenapa? Karena keretanya kosong tidak ada isinya. Demikian kata D.L Moody, kamu berteriak, siapa yang jiwanya haus, siapa yang jiwanya haus, orang jiwanya haus kemudian datang, tetapi setelah datang, karena bersandar pada diri kita sendiri, jiwa orang itu tidak bisa kita isi, orang itu pulang dengan kecewa, karena GRII KG 730/769 (hal 2) “Hikmat kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)” kosong. Di situ D.L Moody mengatakan, dalam keseharian kita mari kita bersandar pada kesaksian Roh Kudus di dalam hati orang lain. Maka kita sebagai orang reformed percaya bahwa manusia datang kepada Tuhan, itu adalah karena kesaksian Roh Kudus di dalam hatinya, bukan karena kehebatan kita. Kehebatan kita itu hanya sarana, hanya alat, itu adalah bagian pertanggung jawaban, kalau kita berlatih bagaimana memberitakan injil, bagaimana berkhotbah untuk membawa orang kepada Tuhan, itu hanya sarana. Tetapi kita percaya bahwa intinya adalah bukan itu, ketika itu sudah mulai bergeser menjadi sesuatu yang kita sandarkan, maka pelayanan kita tidak akan mempunyai kuasa, karena tidak lagi bersandar kepada kekuatan Tuhan. Ketika ada seseorang yang menyadari pentingnya kesaksian Roh Kudus, maka dia akan melayani berdasarkan firman Tuhan sebagaimana yang dikehendaki oleh Roh Kudus. Coba kita perhatikan ciri khas pelayanan KKR Pdt. Stephen Tong, dengan banyak KKR yang lain, satu sampai dua jam khotbah isinya tentang biblikal doktrinal, kalau kita berpikir secara akan sehat, biasanya kita lihat orang yang pimpin KKR, orang kalau hatinya tidak tersentuh, dia tidak akan mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan bukan? Maka semakin tersentuh hatinya, semakin besar potensinya untuk mengikut Tuhan, jadi yang paling penting dalam KKR adalah bagaimana mempersiapkan sebuah cerita yang bisa menyentuh sebagian besar orang. Itu sebabnya pembahasan firman Tuhan pun tidak usah terlalu mendalam, yang penting adalah baca ayatnya dan memberikan cerita yang menyentuh, lalu cepat-cepat altar call dan begitu maju ke depan, dia sudah tertangkap. Itu bukan pelayanan yang bersandar pada Roh Kudus, karena alkitab jelas mengatakan, Roh Kudus akan memakai firman, Ia akan mengingatkan segala perkataan yang telah Kusampaikan kepadamu. Itu sebabnya kita percaya bahwa Roh Kudus bekerja, maka tugas kita adalah melakukan apa yang menjadi tangungjawab kita. Kenapa manusia percaya kepada Tuhan bukan keterampilan saya untuk memainkan emosi orang, bukan saya melakukan satu trik, kamu kan sudah punya utang sana sini, coba saja percaya Yesus, kalau sepertii itu, kita sedang menjual Yesus secara kodian, secara murah. Kalau seperti itu, itu bukan firman Tuhan, tugas kita adalah saya mau, betul kamu mau percaya? Sudah pikir masakmasak? Saya mau percaya, sudahkan kamu GRII KG 730/769 (hal 3) mengerti kenapa kamu percaya? Apa artinya percaya Yesus Kristus, apakah kamu mengerti? Kenapa kita berikan semuanya itu? Itu adalah karena kita percaya bahwa bukan kita yang bekerja, Roh Kudus yang bekerja, tugas kita adalah memberikan kesaksian dengan benar. Roh Kudus bekerja memakai firman, maka doktrin ini ketika diaplikasikan dalam penginjilan, tugas kita dalam penginjilan adalah memberikan seketat mungkin, sejelas mungkin berita injil. Ketika kita mempimpin KKR regional, tugas kita bukan sekedar menyentuh hati orang lalu panggil mereka ketemu Tuhan Yesus, bukan seperti itu, tugas kita adalah mengajar, meskipun kita berlatih untuk mengajar, itu memang baik, tetapi yang penting yaitu isi dari pada khotbah kita adalah injil yang jelas, yang membuat akhirnya orang mengatakan, oooh saya mau itu dan itu adalah pekerjaan Roh Kudus, bukan keterampilan kita untuk menjebak massa. Roh Kudus adalah Roh yang bersaksi dan Roh Kudus bersaksi memakai firman, apa yang baik, apa yang benar yang Tuhan sudah berikan, tampaknya ketika itu diberikan akhirnya dipalsukan oleh iblis. Tuhan memberikan begitu banyak anugerah dan Roh Kudus bekerja di tengah-tengah umatNya, tetapi pekerjaan Roh Kudus yang demikian luar biasa indah, akhirnya juga dipalsukan oleh setan. Setan seringkali melakukan counter faith, membuat sesuatu yang kelihatannya asli, tetapi sebetulnya palsu dan apa yang dipalsukan begitu mirip dengan yang asli, tema ini dalam sepanjang alkitab akan kita jumpai. Begitu banyak pemalsuan demi pemalsuan, ada nabi, guru, roh, malaikat dan hikmat palsu, yang tadi sudah kita baca. Pekerjaan Roh Kudus pun dipalsukan dan abad 20 menjadi saksi, bagaimana pekerjaan Roh Kudus yang begitu indah dihancurkan, lalu kemudian berusaha dipalsukan, dan orang-orang kristen yang tidak belajar firman dengan baik-baik menganggap bahwa justru yang palsu itu asli, yang asli itu yang palsu, dibalik. Abraham Kuyper (salah satu pengkritik modernitas) mengatakan, di dalam abad 20 iblis memalsukan yang namanya modernitas, orang beranggapan bahwa modernitas adalah jawaban bagi umat manusia, padahal sebetulnya itu adalah pemalsuan besar dari roh jahat. Abraham Kuyper mengatakan, ada 3 semboyan modernitas yang diwakili oleh Perancis, liberte (kebebasan), Tuhan memberikan kebebasan, reformasi memperjuangkan kebebasan, semua orang bebas datang kepada Tuhan tanpa perantara, hanya Yesus satu-satunya perantara, semua orang bebas membaca kitab suci, semua orang bebas melayani. Tetapi kemudian Kuyper mengatakan, oleh modernitas kebebasan dirusak menjadi boleh sekuat tenaga melakukan apapun yang saya mau, maka sebetulnya kebebasan versi modernitas adalah kebebasan palsu. Kebebasan tidak pernah ada boleh melakukan apapun yang kita mau, itu adalah kepalsuan, sehingga orang-orang postmodern sekarang mengatakan, kebebasan hanya ketika manusia melakukan transendensi, memilih sesuatu yang bukan dipengaruhi oleh faktor natural saja, misalnya manusia itu ditentukan lapar, lalu dia katakan, ah saya tidak mau makan sekarang, itu sudah dianggap kebebasan, karena makin lama mereka menyadari tidak ada kebebasan yang betul-betul bebas. Manusia tercipta selalu terkoneksi dengan yang lain, bagaimana mungkin bisa bebas? Maka selama ini konsep kebebasan sudah salah kaprah, kebebasan di dalam kitab suci adalah ketika Tuhan datang, dimana ada Roh di situ ada kebebasan. Kebebasan sejati justru ketika seseorang dipenuhi oleh Roh Kudus, tetapi kebebasan dipalsukan. Lalu yang kedua, egalite (kesamaan), semua manusia setara dihadapan Tuhan, tidak ada yang dianggap mempunyai satu derajat yang lebih superior, tidak ada yang namanya budak, tidak ada yang namanya orang merdeka, yang seperti itu tidak ada dihadapan Tuhan. Ketika egalite itu diselewengkan, sekarang laki-laki dan perempuan tidak ada bedanya, semua orang bebas memilih modus (mode, cara berada manusia) mau jadi laki-laki atau perempuan. Kalau kita mau jadi perempuan atau laki-laki bukan luar yang menentukan, tapi kita yang menentukan sendiri, jadi terserah saya kapan saya mau jadi laki-laki atau perempuan. Maka Kuyper mengatakan, inikah egalite? Ketika freedom dan kesamaan diteriakkan pertanyaannya adalah kebebasan yang mana? Itu pemalsuan dari kebebasan yang benar. Kemudian yang ketiga, fraternite (persaudaraan), persaudaraan dengan apa? Ketika Allah memukul genderang peperangan antara manusia dan setan, Tuhan mau menunjukkan ada yang menjadi sahabat, ada yang menjadi lawan. Manusia salah memilih lawan, Tuhan dijadikan lawan, setan dijadikan teman, lalu dibalik oleh Tuhan, dipukul genderang peperangan, hari ini Aku mengadakan permusuhan antara engkau dan keturunanmu. Tuhan mengatakan, Tuhan itu bukan lawanmu, setan yang menjadi lawanmu. Maka counter faith, penipuan-penipuan itu seringkali muncul, itu adalah penipuan di zaman modern, masuk ke abad 20, Kisah Rasul 2 dipalsukan habis-habisan. Para murid pada waktu itu mengalami tanda-tanda, nah maka kita sekarang ini juga harus berbahasa roh, istilah itupun tidak pernah muncul di dalam kitab suci. Glosalalein itu artinya adalah lidah yang lain atau bisa juga diterjemahkan bahasa yang lain, maka ini sudah menjadi satu pengertian yang salah kaprah, oh kalau begitu semua orang harus berbahasa roh, itu juga penipuan yang muncul di abad 20. Di dalam Kisah rasul 2 dikatakan, semua orang berbahasa lidah, tetapi tidak bicara mengenai semua orang harus ada api di atas kepala dan ada tipuan angin. Lalu dikatakan semua mukjizat harus terjadi di zaman ini, gereja sudah kehilangan bahasa lidah, kehilangan mukjizat, maka kembalikan mukjizat dan bahasa lidah di dalam gereja. Kalau gereja tidak mengalami dua hal ini, maka gereja itu adalah geraja yang mengalami sekarat atau dying church. Mukjizat dipalsukan, sebetulnya kata mukjizat sendiri artinya adalah tanda, tanda apa? Tanda dari kehadiran Allah. Jadi ketika mukjizat itu diberikan, tujuannya itu yang mengatur adalah Allah, tetapi sekarang ini dipalsukan, dibelokkan, semua orang cari mukjizat, mukjizat itu menguntungkan saya, itu tidak pernah ada di dalam kitab suci. Ketika mukjizat datang, yang terjadi adalah kemajuan Kerajaan Allah, ketika mukjizat datang, lalu orang cari untung, yang ada adalah kutuk. Pada waktu Roh turun, lalu Markus berkata kepada Petrus, aku juga kepingin, ini saya ada uang tolong saya beri kemampuan, kalau mendoakan orang, Roh turun seperti kamu, Petrus marah luar biasa. Petrus mendoakan orang, lalu orang itu kepenuhan Roh, kemudian berkata-kata dalam bahasa lain, kenapa? Karena ciri Pentakosta adalah gereja itu bukan gereja lokal, gereja itu universal, gereja itu menjadi gereja segala bangsa, dulu gereja itu hanya punya orang Yahudi, tetapi di Pentakosta untuk pertama kalinya dinyatakan oleh Tuhan bahwa keselamatan itu untuk segala bangsa. Jadi gereja itu berubah ciri dari lokal kebangsaan menjadi internasional dan setiap kali Tuhan mau menunjukkan ada orang atau bangsa lain yang percaya kepada Tuhan, maka di situ terjadi bahasa lidah, sehingga ada bahasa-bahasa lain yang memuji Tuhan. Kita melihat kan para murid berbahasa lidah? Dikatakan, mereka bicara memakai bahasa Pontus, Frigia. Semuanya berbicara memakai bahasa lain, berarti ada grammarnya, ada vocabulary-nya, bukan mantra, jadi GRII KG 730/769 (hal 4) mereka berdoa pada Tuhan, karena sesuai dengan yang di kitab 1 Korintus 14, bahasa lidah untuk membangun diri, bahasa lidah itu adalah doa kepada Tuhan. Jadi ketika berdoa, kalau ada yang menterjemahkan, itu baik, kenapa perlu diterjemahkan? Karena kalau di dalam Kisah Rasul 2 kan bicaranya memakai bahasa Frigia, nah kalau ketemu di Yerusalem memakai bahasa Frigia, orang tidak mengerti, tetapi orang Frigia mengerti, loh kok bicara memakai bahasa saya? Loh saya dari Pontus, orang itu kok bicara bahasa Pontus? Jadi kalau kita melihat, jelas keselamatan itu langsung untuk segala bangsa. Ketika Petrus khotbah di tempat Kornelius, di sini kita melihat bagaimana Tuhan mengkonfirmasi keselamatan untuk segala bangsa, semua lidah itu memuji Tuhan. Nah kalau semua lidah itu memuji Tuhan, lidah yang Tuhan berikan, sekarang Tuhan katakan, sekarang puji Aku, maka itu menjadi berkat buat orang lain, wah dia berdoa kepada Tuhan dan dia memuji Tuhan, dan itu menjadi berkat. Lalu apa yang terjadi di abad 20? Mukjizat dibelokkan menjadi untuk kepentingan sendiri, maka Markus diusir oleh Petrus, binasalah kamu dengan uangmu, karena kamu mau memakai hal-hal ajaib, mukjizat dan pekerjaan-pekerjaan supranatural untuk kepentinganmu sendiri, jadi mukjizat itu bukan untuk kita, tetapi untuk kemajuan Kerajaan Allah. Dan bisa saja Tuhan memberikan mukjizat, ok, kamu sudah kumpulkan uang selama 40 tahun, Saya mau menguji kamu, cintamu kepada Aku sebesar apa? Aku ambil semuanya dalam tiga detik, lalu gempa bumi, jatuh semua, itu mukjizat, apakah kita mau? Kalau Tuhan memberikan mukjizat seperti itu apakah mereka mau? Gereja butuh mukjizat, saya juga mau mukjizat, lalu pertanyaannya, apakah kamu tahu tentang mukjizat dalam kitab suci itu bukan hanya sekedar saya untuk karena saya sembuh? Pengertian seperti itu terlalu sempit sekali. Mukjizat itu adalah tanda dimana Tuhan hadir, apakah kita mau mukjizat seperti yang terjadi di Sinai? Guntur dimana-mana, terjadi hal yang sangat menakutkan, lalu Tuhan mengatakan, sengaja Saya membuat mereka takut padaKu, supaya mereka takut berbuat dosa. Salah satu pekerjaan Roh Kudus yang sering dipalsukan adalah HIKMAT. Roh Kudus disebut Roh hikmat, Roh Kudus memberikan hikmat, Roh Kudus menghasilkan dan menumbuhkan hikmat di dalam diri orang percaya, karena Dia sendiri adalah Roh hikmat. Tetapi dalam Yakobus 3, teks yang kita baca tadi menyatakan bahwa ada hikmat yang palsu, bukan berasal dari atas, tetapi hikmat yang berasal dari dunia. Tentu saja di dalam skala tertentu, kita menganggap bahwa kita bijak dan berbudi, saya percaya bahwa kita di satu tahap tertentu, kita akan mempunyai satu pemahaman mengenai kebijaksanaan dan mengenai budi, kalau tidak, maka kita tidak akan mengajar orang lain. Ketika kita mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu, itu ada asumsi kebijakan tertentu di dalam diri kita, itu wajar. Misalnya kita mengatakan, maaf pak, tolong jangan merokok di tempat ini, itu ada asumsi otoritas bahwa kita berhak menegur, bahwa kita benar, yaitu tidak boleh merokok di tempat itu, bahwa kita punya kewajiban dan kita juga orang yang tidak melakukan hal itu. Itu adalah asumsi, teguran sederhana, dibelakang itu ada banyak asumsi. Karena kalau kita tidak punya asumsi bahwa itu benar, maka orang akan bertanya balik, memangnya tidak boleh merokok ya pak? Lalu kita menjawab, sepertinya tidak boleh merokok loh pak, sepertinya bapak salah, coba cek dulu, oh iya ya pak, janganjangan saya salah, kalau begitu maafkan saya pak, tidak jadi menegur kan ya? Tetapi kalau kita menjelaskan dengan argumen yang kuat, maka itu ada otoritas, ada kemantapan, ada kebenaran. Nah ada di dalam tahap tertentu kita itu merasa kita bijaksana sebesar ini, kita berbudi sebesar ini, nah ini kalimat Yakobus, siapa diantara kamu yang bijak dan berbudi? Kalimat ini mengajak kita untuk introspeksi, baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Kalau hikmat kita adalah dari Roh Kudus, maka itu lahir dari kelemahlembutan, jika kamu manaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran. Jadi hikmat yang sejati itu bisa dipalsukan, menjadi hikmat yang palsu, maka dari permukaan kelihatan mirip, misalnya, orang yang berhikmat asli dan palsu samasama masuk dalam gereja, sama-sama melayani di satu tempat pelayanan. Awalnya kita akan melihat mirip, karena hikmat itu bisa dipalsukan, tetapi perhatikan, khususnya untuk diri kita sendiri, sehingga dengan demikian kita bisa introspeksi dan bertumbuh dengan baik, yang pertama, kita akan melihat ciri hikmat yang dari atas, Yohanes mengatakan, jangan percaya setiap roh, setiap roh yang tidak mengakui Yesus Kristus adalah Juruselamat, itu adalah roh yang bukan berasal dari Dia, Roh yang berasal dari Kristus adalah Roh yang lemah lembut, yang keluar dari kelemahlembutan (Roh sejati). Kelemahlembutan ini adalah sebuah GRII KG 730/769 (hal 1) “Hikmat kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)” kelemahlembutan, kesadaran bahwa diri ini hancur dan diri ini tidak memiliki kelayakan kecuali bersandar pada Tuhan, dalam PL standarnya adalah takut akan Tuhan, roh dari dunia, standarnya adalah iri dan self centre, bersandar pada diri (roh palsu). Ketika orang memiliki hikmat, pada saat gereja ada masalah untuk memilih hal-hal tertentu dan sulit untuk menentukan A, B atau C, orang ini memilih B, wah luar biasa, bapak ini diberikan hikmat oleh Tuhan, tetapi pelanpelan kita melihat dan kita lihat diri sendiri. Kalau itu berdasarkan takut akan Tuhan, bersandar akan Tuhan, itu hikmat yang sejati, dikerjakan oleh Roh Kudus, tetapi jikalau semakin lama, semakin kita bersandar pada diri, makin rasa tidak butuh Tuhan, makin rasa tidak butuh doa (karena sudah terlalu pintar), nah ini gejala…, semakin lama tidak butuh firman, makin tidak butuh persekutuan, nah hikmat seperti ini harus hati-hati. Hikmat yang sejati, semakin mendorong, semakin bersandar, makin dia berhikmat semakin dia bersandar sama Tuhan, makin berhikmat semakin merasa diri tidak berhikmat. Pusat hikmat sejati adalah Tuhan, pusat hikmat yang palsu adalah nafsu, nafsu dari dunia, nafsu dari manusia dan dari setan-setan (ayat 26). Ketika kita mengatakan diri kita berhikmat baik dalam keluarga, pergaulan atau gereja, ketika kita berhikmat, kita sudah menjalankan semua hikmat, tetapi hasilnya justru terjadi berbagai macam perpecahan karena kita, maka kita harus pikir ulang lagi, sebetulnya ini roh dari mana? Ketika kita menjalankan satu pekerjaan yang baik, tetapi akhirnya yang terjadi adalah semakin keras, tidak ada belas kasih, kalau begitu sesungguhnya kita sedang menjalankan apa? Jadi ada orang yang berhikmat, satu sisi dia membangun hikmat diatas keangkuhan dirinya, maka hal itu akan menghasilkan kehancuran, perpecahan, yang alkitab katakan sebagai mementingkan diri dan segala macam perbuatan yang jahat. Kalau orang sudah memakai hikmat dunia, dia juga akan memakai metode-metode dunia untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Maka di dalam hari Pentakosta ini saya sekali lagi mengingatkan saudara, Roh Kudus sudah diberikan dan salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah bisa membedakan mana Roh yang sejati dan mana roh yang palsu. Sehingga mari kita meminta anugerah Tuhan, Tuhan aku ingin bisa membedakan pekerjaan Roh Kudus dan pekerjaan iblis, aku ingin bisa membedakan mana doktrin yang asli, mana yang palsu, mana hikmat yang asli, mana hikmat yang palsu dan mintalah kepada Tuhan yang paling sulit adalah apakah hikmat kita sendiri itu asli atau palsu, itu yang sulit. Melihat hikmat orang lain itu asli atau palsu, relatif mudah, dengan berjalannya waktu dan hikmat yang cukup, kita bisa membedakan hikmat orang ini asli atau palsu. Tetapi yang paling sulit adalah meskipun kita memiliki waktu yang panjang, mengetahui hikmat diri kita sendiri asli atau palsu, itu sangat sulit. Nah di sinilah kita melihat ada dua hal penting, saya butuh Roh Kudus, bergantung pada Roh Kudus, lalu dengan rendah hati bergantung pada orang lain, kita tidak bisa bertumbuh sendiri, kita butuh yang lain. Soren Kierkegaard menuliskan satu pertanyaan, kenapa saya tahu tetapi saya tidak lakukan? Misalnya saat tahun baru mempunyai janji untuk tahun depan tetapi tidak dilakukan, itu sebetulnya proses menipu diri sendiri, kenapa terjadi seperti itu? Kierkegaard mengatakan, misalnya kata “if” itu sangat berbahaya, saya akan memberitakan injil “if”, kalau pekerjaan saya diberkati, kalau saya diperlengkapi, saya akan melakukan pelayanan “if”, nah ini yang paling berbahaya. Kata ini bisa membuat jedah, lalu rasionalisasi, manusia bisa menipu diri, kita juga bisa begitu, ini rumit luar biasa. Ada orang yang jatuh ke dalam abstraksi, ketika dia mencintai, cinta itu harus dikaitkan dengan objek dan harus real, misalnya, aku cintai, mencintai apa? Mencintai “jiwa”, wah ini paling berbahaya, itu tipuan diri paling luar biasa, saya ini “mencintai jiwa”, itu belum terbukti, itu omong kosong semua, kata Kierkegaard, ketika pulang dari pelayanan tukang parkir dilempar batu hanya karena membuat baret mobilnya, lihat mobil saya baret, dia marah-marah, orang seperti ini mencintai jiwa? Jadi hal seperti itu tipuan, saya ini mencintai jiwa, saya ini rajin pesekutuan doa loh, mendoakan begitu banyak orang sampai nangis-nangis…, saya rajin memberitakan injil loh…, dst., Kierkegaard mengatakan, kita harus hati-hati, kata “jiwa” berbahaya, itu abstrak sekali. Ketika saya atau kita khotbah di depan orang-orang yang kita layani, pertanyaannya, apakah saya atau kita mencintai mereka? Mungkin jawabnnya tidak, karena mereka bagi kita itu abstrak. Ada banyak hal akhirnya kita bisa tidak memahami hikmat yang sejati, kecuali Roh Kudus, ketika saya membukakan hal ini, lalu bagaimana jalan keluarnya? Rumit sekali dalam diri kita, jadi jangan mencari hikmat lain lagi, yang utama adalah GRII KG 730/769 (hal 2) “Hikmat kita dari Atas atau dari Dunia? (Hari Pentakosta)” kebergentukan kita dengan Roh Kudus. Bukan hanya dalam pelayanan KKR saja, dalam kehidupan sehari-hari pun kita membutuhkan Roh Kudus, Tuhan apakah benar saya adalah suami yang benar? Apakah saya menjalankan tugas sebagai seorang istri dengan benar? Ketika saya melayani apakah saya sudah menjalankan hikmat dengan benar atau tidak? Siapa yang tahu? Nah kalau kita sudah asumsi bahwa kita sudah sempurna, maka kita tidak akan bertumbuh, kita yang akan rugi, the culture of forgiveness and confession, itu penting di dalam gereja, keluarga, pergaulan. Maka di hari turunnya Roh Kudus ini mari kita memikirkan, Tuhan betapa pentingnya saya bersandar kepada Roh Kudus, bersaksi, yang bersaksi adalah Roh Kudus, untuk berhikmat karena Roh Kudus dan sehari-hari pun saya butuh Roh Kudus, kenapa? Karena yang asli dipalsukan, zaman ini ada begitu banyak orang yang ditipu oleh roh yang palsu, hati, uang, tenaga dan waktunya untuk roh palsu, jangan kita juga seperti itu. Mari kita minta belas kasihan Tuhan, kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin. Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah (AS) GRII KG 730/769 (hal 3)