penggunaan laser co2 sealed-off pada detektor fotoakustik sistem

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGGUNAAN LASER CO2 SEALED-OFF
PADA DETEKTOR FOTOAKUSTIK
SISTEM INTRAKAVITAS
Tugas Akhir
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Jurusan Fisika
Disusun Oleh:
Fransiska Endang Kinasih
NIM : 043214007
PROGRAM STUDI FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SEALED-OFF CO2 LASER BASED
INTRACAVITY PHOTOACOUSTIC DETECTOR
A THESIS
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
To Obtain The Sarjana Science
In Physics Department
by :
Fransiska Endang Kinasih
NIM : 043214007
PHYSICS STUDY PROGRAM
PHYSICS DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Janganlah berdoa supaya engkau mendapat tugas yang sesuai
dengan kekuatanmu, tetapi berdoalah supaya engkau mendapat
kekuatan yang sesuai dengan tugasmu”
(Phillip Brooks)
“Pengalaman membuat engkau mampu untuk mengenal
sebuah kesalahan bilamana engkau melakukannya lagi”
(Franklin P. Jones)
Kupersembahkan karya ini kepada :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai setiap
langkah hidupku dan selalu mendengarkan
permohonanku
Bunda Maria penolongku
Kedua orang tuaku tercinta
Keluaga besar alm. FX. Suharyoto
Universitas Sanata Dharma almamaterku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
PENGGUNAAN LASER CO2 SEALED-OFF PADA DETEKTOR
FOTOAKUSTIK SISTEM INTRAKAVITAS
Detektor fotoakustik merupakan alat untuk mengukur konsentrasi berbagai
jenis gas. Detektor fotoakustik menggunakan prinsip serapan cahaya. Sumber cahaya
yang digunakan pada detektor ini yaitu laser CO2 sealed-off. Pada sistem intrakavitas
sel fotoakustik ditempatkan di dalam rongga resonator laser.
Dalam penelitian ini telah dilakukan pengaturan resonator optis pada laser
CO2 sealed-off, sehingga diperoleh keluaran daya yang maksimum. Setelah dilakukan
penelitian, diperoleh keluaran daya maksimum untuk laser CO2 sealed-off pada arus
listrik 10,75 mA dengan jumlah garis radiasi laser yang dihasilkan sebanyak 37 buah
garis. Garis-garis radiasi tersebut tersebar dalam 4 band. Pada band pertama
dihasilkan 4 garis laser, band kedua dihasilkan 7 garis laser, band ketiga dihasilkan
13 garis laser dan band keempat dihasilkan 13 garis laser.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
SEALED-OFF CO2 LASER BASED
INTRACAVITY PHOTOACOUSTIC DETECTOR
Photoacoustic detector is an instrument for measuring various concentration of
gases. The photoacoustic detector uses the principle of light absorption. Sealed-off
CO2 laser was used as the light source of the detector. The acoustic cell is placed
beetwen the laser resonator
In this research, the researcher set the resonator optic of the laser so the output
maximum power of laser was obtained. After doing the research, it was obtained
radiation lines were spread out in four bands. First band consist of 4 lines, second
band consist of 7 lines of laser, third band consist of 13 lines of laser, and 13 lines of
laser for fourth band.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, kasih karunia serta penyertaan-Nya yang diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN LASER CO2 SEALED-OFF
PADA DETEKTOR FOTOAKUSTIK SISTEM INTRAKAVITAS”
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi program sarjana di Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah menganugerahkan kasih karunia dan
rahmat-Nya serta selalu memberikan keberuntungan.
2. Bunda Maria yang telah mendengarkan segala doa dan permohonan.
3. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Dr.Ign.Edi Santosa, M.S selaku dosen pembimbing serta dosen
penguji yang penuh kesabaran telah membimbing, membantu, menyemangati
serta meluangkan waktunya kepada penulis selama penelitian dan proses
penulisan skripsi ini.
5. Ir.Sri Agustini Sulandari, M.Si selaku ketua program studi Fisika
6. Drs. Asan Damanik selaku dosen pembimbing akademik
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. A. Prasetyadi, S.Si, M.Si., yang telah meluangkan waktu untuk menguji
penulis serta memberikan masukan yang berharga bagi penulis.
8. Segenap Dosen prodi Fisika, FST Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah mendidik dan membagikan ilmunya selama penulis menyelesaikan
studi.
9. Segenap karyawan FST Universitas Sanata Dharma yang telah membantu
selama masa studi. Para laboran, Bapak Sugito, Mas Ngadiono dan Mas
Bimo yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung.
10. Kedua Orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan dukungan, doa serta
kasih sayang kepada penulis.
11. Pamanku Fransiskus K. Kurnianto, yang selalu memberikan dukungan moral
maupun material serta seluruh keluarga besar Alm. FX. Suharyoto yang
selalu memberikan doa serta motivasi kepada penulis.
12. B. Ade Dirgantara, Erlyna Ekawati, Katarina Watini serta Sujadmoko, yang
senantiasa saling menyemangati dan mewarnai angkatan 2004.
13. Rekan penelitianku Laurensia Trimeta P. dan Katarina Watini, atas segala
bantuan dan kerjasamanya.
14. Teman-teman Fisika angkatan 2002 dan angkatan 2005, yang senantiasa
membantu serta menguatkan penulis.
15. Teman-teman kontrakan yang selama ini telah memberikan doa, dukungan
dan bantuan baik moral maupun spriritual kepada penulis terutama dalam
menyelesaikan tugas akhir
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16. Keluarga besar komunitas Sant’Egidio Yogyakarta yang selama ini telah
mengajarkan banyak hal serta memberikan dukungan baik moral dan spiritual
kepada penulis
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis selama menyelesaikan studi di jogja.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah sempurna,
untuk itu penulis mengharapkan seegala kritik dan saran yang membangun. Dan
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
memberikan sedikit sumbangan buat Ilmu Pengetahuan.
Yogyakarta, Juli 2009
Penulis
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………………………………. vii
INTISARI ................................................................................................................. viii
ABSTRACT .............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… xiii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... xvii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………..xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2. Perumusan Masalah…………………………………………………….. 4
1.3. Batasan Masalah………………………………………………………… 4
1.4. Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 4
1.5. Manfaat Penelitian……………………………………………………… 4
1.6. Sistematika Penulisan…………………………………………………… 5
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II DASAR TEORI
2.1. Teori Atom……………………………………………………………… 6
2.2. Interaksi Elektromagnetik………………………………………………. 7
A. Penyerapan………………………………………………………...... 8
B. Pancaran Spontan…………………………………………………… 9
C. Pancaran Terangsang………………………………………………. 10
2.3. Koefisien-koefisien Einstein…………………………………………… 11
2.4. Prinsip Dasar Laser…………………………………………………….. 13
2.5. Pemompaan Laser……………………………………………………… 14
A. Skema Tiga Tingkat Tenaga……………………………………….. 15
B. Skema Empat Tingkat Tenaga…………………………………….. 16
2.6. Penguatan Laser……………………………………………………….. 17
2.7. Laser CO2 ……………………………………………………………... 19
2.8. Fotoakustik…………………………………………………………….. 21
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian……………………………………………………… 24
3.2. Rangkaian Percobaan…………………………………………………. 24
3.3. Detektor Fotoakustik………………………………………………….
3.3.1
25
Laser…………………………………………………………….. 26
A. Power Supply……………………………………………………. 27
B. Resonator Optis…………………………………………………
27
C. Tabung Laser…………………………………………………… . 28
D. Piezo…………………………………………………………….. 29
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Chopper………………………………………………………….. 30
F. Powermeter………………………………………………………. 30
3.3.2
Sel fotoakustik……………………………………………………. 30
3.4. Persiapan Alat……………………………………………………………31
3.4.1. Lining Laser……………………………………………………… 31
A. Pengaturan Posisi Kisi…………………………………………… 31
B. Pemasangan Tabung Laser dan Chopper………………………… 32
C. Pemasangan dan Pengaturan Cermin…………………………….. 33
D. Perolehan Garis Laser……………………………………………. 33
E. Pencarian Daya Laser…………………………………………… 34
3.4.2. Optimalisasi Daya Laser………………………………………… 34
A. Arus Listrik……………………………………………………… 34
B. Pengaturan Tegangan pada Piezo………………………………. 35
3.4.3. Pemasangan Sel Fotoakustik……………………………………. 35
3.5. Perolehan Garis Laser CO2 untuk Gas Etilen…………………………
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil…………………………………………………………………… 37
4.1.1. Perolehan Garis Laser…………………………………………… 37
4.1.2. Optimasi Laser CO2 sealed-off ………………………………… 39
A. Arus Listrik……………………………………………………… 39
B. Tegangan Piezo………………………………………………….
40
4.1.3. Pemasangan Sel Fotoakustik……………………………………
43
4.1.4. Penentuan Garis Etilen… ……………………………………… 45
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.5. Pengukuran Konsentrasi Gas Etilen ............................................. 46
4.2. Pembahasan…………………………………………………………… 47
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan….……......………………………………………………... 55
5.2. Saran……......………………………………………………………….. 55
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 56
LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 58
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel A hubungan daya terhadap piezo pada posisi steppermotor tertentu...........58
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1
(A) Proses deeksitasi, elektron pindah dari tingkat 3 ke tingkat 1
(B) Proses eksitasi, elektron pindah dari tingkat 1 ke tingkat 2 ……….
7
Gambar 2.2
Penyerapan ...…………………………………………………………..
8
Gambar 2.3
Pancaran Spontan ...................................................................................
9
Gambar 2.4
Pncaran Terangsang ..............................................................................
10
Gambar 2.5
Proses Kerja Laser ................................................................................
13
Gambar 2.6
Komponen Laser ...................................................................................
14
Gambar 2.7
Atom Tiga Tingkat ................................................................................
16
Gambar 2.8
Atom Empat Tingkat .............................................................................
17
Gambar 2.9
Skema Laser ..........................................................................................
18
Gambar 2.10 Tabung CO2 flowing out ......................................................................
20
Gambar 2.11 Tabung CO2 sealed-off ......................................................................... 21
Gambar 3.1
Rangkain Percobaan Detektor Fotoakustik …………………………… 24
Gambar 3.2
Detektor Fotoakustik yang digunakan dalam percobaan ……………... 26
Gambar 3.3
Rangkaian Laser CO2 sealed-off ……………………………………… 26
Gambar 3.4
Kisi pada laser CO2 sealed-off ………………………………………… 28
Gambar 3.5
Bentuk tabung laser CO2 sealed-off …………………………………… 29
Gambar 3.6
Desain sel fotoakustik …………………………………………………. 31
Gambar 4.1
Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi steppermotor
untuk panjang tabung 67,5 cm dan kisi berbentuk bulat ………………. 37
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.2
Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi steppermotor
untuk panjang tabung 52 cm dan kisi berbentuk kotak ………………… 38
Gambar 4.3
Keluaran Laser CO2 sealed-off yang ditangkap Powermeter …............ 38
Gambar 4.4
Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi steppermotor
pada 11,15 mA ………………………………………………………… 39
Gambar 4.5
Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi steppermotor
pada arus 10,75 mA …………………………………………………… 40
Gambar 4.6
Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap pengatur tegangan piezo
pada posisi steppermotor 1574 ………………………………………… 40
Gambar 4.7
Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap pengatur tegangan piezo
pada posisi steppermotor 2374 ………………………………………… 41
Gambar 4.8
Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap pengatur tegangan piezo
pada posisi steppermotor 5088 …………………………………........... 41
Gambar 4.9
Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap pengatur tegangan piezo
pada posisi steppermotor 6994 ............................................................... 41
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi steppermotor
untuk nilai pengatur tegangan piezo 4,6 ………………………………. 42
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi steppermotor
untuk nilai pengatur tegangan piezo 5,5 ……………………………….. 42
Gambar 4.12 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi steppermotor
untuk nilai pengatur tegangan piezo 6,2 ……………………………….. 43
Gambar 4.13 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap
posisi steppermotor …………………………………………………….. 44
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.14 Grafik hubungan antara sinyal akustik (AU) terhadap
posisi steppermotor ……………………………………………………. 44
Gambar 4.15 Grafik hubungan antara sinyal ternormalisir (AU) terhadap posisi
steppermotor …………………………………………………………… 45
Gambar 4.16 Grafik hubungan antara sinyal ternormalisir (AU) terhadap posisi
steppermotor untuk medium udara tanpa sampel ……………………… 45
Gambar 4.17 Grafik hubungan antara sinyal ternormalisir (AU) terhadap posisi
steppermotor untuk medium udara dengan sampel ……………………. 46
Gambar 4.18 Grafik hubungan antara konsentrasi etilen (AU) terhadap
waktu (jam)............................................................................................... 47
Gambar 4.19 Grafik kestabilan daya laser (AU) antara garis 10P14 dan 10P16 terhadap
waktu (jam) .............................................................................................. 47
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Bidang spektroskopi menduduki tempat utama dalam perkembangan
fisika mulai abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Perkembangan laser yang
cukup pesat juga mendorong timbulnya teknik-teknik baru dalam bidang
spektroskopi.
Spektroskopi
fotoakustik
merupakan
salah
satu
bidang
spektroskopi yang sangat cepat berkembang seiring dengan perkembangan
laser
[Laud,1988].
Dengan
memanfaatkan
keunggulan
laser,
telah
dikembangkan teknik spektroskopi laser yang lebih baik dibandingkan dengan
teknik konvensional.
Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation atau
penguatan
cahaya
dengan
rangsangan
pancaran
radiasi)
merupakan
pemanfaatan proses radiasi. Penemuan laser memberikan dampak yang luar
biasa pada dunia ilmiah, sekaligus menunjukkan bahwa optika sangat hidup.
Dua laser pertama yang berhasil dikembangkan selama tahun 1960 adalah laser
rubi (λ = 6943 Ǻ) dan laser gas helium-neon (λ = 11.500 Ǻ). Sejak saat itulah
banyak usaha dilakukan untuk mempelajari laser. Laser telah diperoleh dengan
atom-atom, ion-ion, dan molekul-molekul dalam gas, cairan, benda padat,
gelas, nyala api, plastic dan semi konduktor pada panjang gelombang yang
merentang dari daerah ultraviolet sampai pada frekuensi radio [Laud, 1988].
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Detektor fotoakustik merupakan alat untuk mengukur konsentrasi
berbagai jenis gas. Sistem kerja dari detektor fotoakustik yaitu dengan prinsip
serapan cahaya. Sistem fotoakustik mengukur langsung cahaya yang diserap
oleh sampel [Santosa, 2008]. Waktu tanggap detektor fotoakustik relatif cepat,
sehingga dapat digunakan secara on-line serta dapat mengukur gas secara
simultan. Detektor fotoakustik memiliki tiga komponen penting, yaitu: laser,
sel fotoakustik, dan mikrofon. Sel fotoakustik merupakan komponen yang
berfungsi sebagai tempat konversi cahaya laser menjadi sinyal akustik yang
akan ditangkap oleh mikrofon. Mikrofon kemudian mengirim sinyal untuk
diolah oleh komputer. Laser digunakan sebagai sumber cahaya karena
intensitas spektral yang tinggi serta dapat ditala [Santosa,2008].
Detektor fotoakustik dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang antara
lain: biologi, pertanian, medis dan lingkungan. Dalam bidang lingkungan,
detektor fotoakustik dapat digunakan untuk mengukur gas-gas polutan di udara.
Dalam bidang pertanian, detektor fotoakustik dapat digunakan untuk mengukur
konsentrasi gas etilen dalam proses pematangan buah. Untuk pengukuran gas
etilen, digunakan laser CO2 sebagai sumber cahaya pada detektor fotoakustik.
Pada penelitian sebelumnya, telah dibuat sistem spektroskopi fotoakustik
sistem ekstrakavitas dengan menggunakan sumber radiasi laser CO2 jenis axial
flowing [Mitrayana.dkk, 2002]. Pada laser CO2 dengan jenis axial flowing
memerlukan
banyak
gas
untuk
proses
pengoperasiannya.
Selama
pengoperasian, gas isian yang digunakan (CO2, He, N2) terus-menerus dialirkan
sehingga membutuhkan biaya pengoperasian yang sangat mahal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Untuk mengurangi biaya operasional, diperlukan sistem fotoakustik
dengan sumber radiasi laser yang memerlukan biaya operasional yang murah.
Untuk menghemat biaya operasional tersebut dapat digunakan laser CO2 jenis
sealed off, dimana dengan jenis laser ini gas isian yang digunakan lebih sedikit
dibanding dengan jenis axial flowing. Penggunaan sumber radiasi laser CO2
sealed-off membuat detektor ini lebih unggul dibandingkan dengan detektor
fotoakustik yang sebelumnya, karena detektor ini dapat digunakan secara
mobile. Untuk itu, pengukuran tidak hanya dilakukan di dalam laboratorium
saja, melainkan dapat dilakukan di tempat lain.
Detektor fotoakustik yang tersedia di Lab Analisa Fisika dan Kimia Pusat
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma menggunakan sistem
intrakavitas dengan sumber radiasi laser CO2 sealed-off. Digunakannya laser
CO2 sealed-off membuat detektor ini lebih unggul dibandingkan dengan
detektor sebelumnya. Selain itu, batas deteksi detektor fotoakustik mencapai
orde ppb (part per billion atau 10-9)
Sebelum detektor fotoakustik digunakan, diperlukan pengaturan laser
CO2 sealed-off. Dalam proses tersebut, dibutuhkan ketepatan pengaturan
resonator optis agar diperoleh aksi laser. Dalam penelitian ini dilakukan
pengesetan resonator optis sumber radiasi laser CO2 sealed-off yang digunakan
pada detektor fotoakustik sistem intrakavitas, sehingga detektor fotoakustik
tersebut dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang di atas,
maka dirumuskan suatu masalah untuk penulisan skripsi ini. Perumusan
masalah yaitu bagaimana penggunaan laser CO2 sealed-off
pada detektor
fotoakustik sistem intrakavitas.
1.3.
Batasan Masalah
Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian bagaimana mengatur
resonator optis sumber radiasi laser CO2 sealed-off pada detektor fotoakustik
sistem intrakavitas yang ada di Universitas Sanata Dharma.
1.4.
Tujuan Penelitian
™ Dapat mengetahui serta memahami laser CO2 sealed-off pada detektor
fotoakustik sistem intrakavitas
™ Dapat menentukan keluaran daya yang optimum dengan cara mengatur
posisi resonator Laser CO2 sealed-off pada detektor fotoakustik sistem
intrakavitas
1.5.
Manfaat Penelitian
™ Dapat memberi informasi bagaimana cara mengatur resonator optis pada
sumber radiasi laser CO2 sealed-off pada detektor fotoakustik
™ Dapat memberi informasi tambahan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I. Pendahuluan
Pada bab. I diuraikan tentang latar belakang masalah yang diangkat,
perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Dasar Teori
Pada bab. II diuraikan tetang dasar-dasar teori
pendukung dalam
penelitian Laser CO2 sealed-off pada detektor fotoakustik.
BAB III Metode Eksperimen
Dalam bab III diuraikan tentang alat-alat yang akan digunakan saat
penelitian serta langkah-langkah yang dilakukan saat penelitian.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Pada bab IV diuraikan tentang hasil penelitian dan pembasan hasil
penelitian.
BAB V Penutup
Pada bab.V berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Teori Atom
Pada tahun 1898 J.J. Thomson mengusulkan bahwa atom merupakan
bola bermuatan positif serbasama yang mengandung elektron. Model ini gugur
pada tahun 1911 saat Rutherford mengemukakan bahwa atom terdiri dari inti
dan elektron, dimana inti bermuatan positif dan elektron bermuatan negatif
yang
mengelilingi
inti
[Halliday-Resnick,
1985].
Setelah
Rutherford
mengemukakan bahwa massa dan muatan positif atom terhimpun pada suatu
daerah kecil di pusatnya, Niels Bohr pada tahun 1913 mengemukakan bahwa
atom ternyata mirip seperti planet mini dengan elektron-elektron mengedari
matahari [Krane,1992].
Elektron-elektron yang berputar mengelilingi inti, berada pada
kedudukan tertentu dengan tingkat energi yang tertentu pula. Elektron dapat
berpindah dari satu tingkat energi ke tingkat energi yang lain, seperti terlihat
pada gambar 2.1. Perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ke
tingkat energi yang lebih tinggi disebut sebagai eksitasi. Untuk melakukan
eksitasi, elektron membutuhkan energi dari luar yang sesuai dengan energi
transisi dari kedua tingkat energi. Sedangkan perpindahan elektron dari tingkat
energi yang tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah disebut sebagai
deeksitasi. Saat melakukan deeksitasi, elektron memancarkan energi yang
berupa foton secara terus menerus sehingga mengalami pengurangan tenaga
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
elektron dan elektron akan berpindah dari satu tingkat energi ke tingkat energi
yang lebih rendah.
Gambar 2.1. (A) Proses deeksitasi, elektron pindah dari tingkat 3 ke tingkat 1
(B). Proses eksitasi, elektron pindah dari tingkat 1 ke tingkat 2
Dalam proses deeksitasi, energi yang dipancarkan oleh elektron berupa
energi foton yang mempunyai frekuensi ν21 dengan besar energi adalah :
∆E = hν 21
(2.1)
dimana hν 21 adalah energi foton yang dipancarkan elektron selama proses
deeksitasi berlangsung. ν 21 adalah frekuensi foton dari tingkat energi 2 ke
tingkat energi 1. ∆E merupakan energi foton dimana
∆E = E 2 − E1
(2.2)
E2 = energi pada tingkat energi atas
E1 = energi pada tingkat energi rendah
2.2. Interaksi Elektromagnetik
Gelombang
elektromagnetik
cahaya
merupakan
wujud
medan
elektromagnetik yang merambat dan membawa energi. Dengan demikian bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
suatu atom dikenai cahaya akan terjadi interaksi elektromagnetik antara
keduanya. Terdapat tiga cara interaksi radiasi elektromagnetik dengan atom
yaitu: (a) penyerapan, (b) pancaran spontan, dan (c) pancaran terangsang
[Krane,1992].
A.
Penyerapan
Atom-atom dapat dinaikkan tingkat energinya dengan penyerapan
radiasi (foton) dari keadaan 1 ke keadaan 2. Keadaan 1 merupakan tingkat
energi dasar atau rendah dan keadaan 2 merupakan tingkat energi atas.
Untuk proses penyerapan tersebut diperlukan radiasi dengan frekuensi
yang tepat [Laud,1988]. Proses penyerapan tampak seperti pada gambar
2.2. Mula-mula atom berada pada keadaan 1. Jika terdapat radiasi
elektromagnetik berupa foton dengan energi hν 12 mengenai atom-atom
tersebut, maka akan terjadi tumbukan antara atom dengan foton. Atom
akan menyerap energi foton dan tereksitasi ke keadaan 2. Proses ini
dikenal sebagai serapan dan dapat dituliskan sebagai :
atom + foton → atom ∗ ,
dengan asterisk menunjukkan suatu keadaan eksitasi [Krane,1992].
2
foton
1
Gambar 2.2 Penyerapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Laju transisi atom dari keadaan 1 ke keadaan 2 adalah B12 ρ ,
dimana B12 merupakan koefisien Einstein yang menyatakan kebolehjadian
penyerapan atom tiap satuan waktu dan ρ kerapatan energi radiasi yang
berinteraksi dengan atom. Jumlah atom yang menyerap radiasi tiap satuan
waktu adalah :
R12 = B12 ρN 1
(2.3)
dimana N 1 merupakan populasi atau jumlah atom tiap satuan volume
dalam keadaan 1.
B.
Pancaran Spontan
Seperti yang telah disampaikan pada interaksi sebelumnya, atomatom yang menyerap radiasi akan mengalami transisi dari keadaan 1 ke
keadaan 2. Atom-atom yang tereksitasi pada keadaan 2 dapat kembali ke
keadaan semula (keadaan 1) dengan memancarkan kelebihan energinya
secara spontan (gambar 2.3). Proses pancaran spontan dapat dituliskan
sebagai :
atom ∗ → atom + foton
2
foton
1
Gambar 2.3 pancaran spontan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Dalam proses tersebut, kemungkinan atom secara spontan turun ke
keadaan dasar tiap satuan waktu sebesar A21 sambil memancarkan foton.
Jumlah atom turun dari keadaan 2 ke keadaan 1 secara spontan dengan
memancarkan radiasi tiap satuan waktu sama dengan
R21( sp ) = A21 N 2
(2.5)
dimana N 2 merupakan populasi atau jumlah atom tiap satuan volume
dalam keadaan 2 dan A21 koefisien Einstein untuk pancaran spontan.
C.
Pancaran Terangsang
Atom-atom yang tereksitasi pada keadaan 2 bila diberikan foton
dengan energi hν 12 , maka atom-atom tersebut akan dirangsang untuk
melakukan deeksitasi dari keadaan 2 ke keadaan 1 dengan memancarkan
radiasi (foton) dengan energi yang sama. Proses dapat dituliskan sebagai :
atom ∗ + foton → atom + 2 foton
2
foton
foton
foton
1
Gambar 2.4 Pancaran Terangsang
Jumlah atom yang turun secara terangsang dengan memancarkan
radiasi tiap satuan waktu dituliskan sebagai :
R21(st ) = ρB21 N 2
(2.6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dimana
B21
merupakan
koefisien
Einstein
yang
menyatakan
kebolehjadian tiap satuan waktu atom mengalami transisi dari keadaan 2
ke keadaan 1 oleh pancaran terangsang.
2.3. Koefisien-koefisien Einstein
Dari ketiga interaksi radiasi elektromagnetik yang telah disampaikan di
atas, terlihat bahwa transisi atom dari keadaan rendah ke keadaan energi yang
lebih tinggi terjadi hanya dengan satu cara yaitu penyerapan foton. Sedangkan
apabila atom dalam keadaan tereksitasi, dapat melakukan transisi radiasi ke
tingkat yang lebih rendah melalui dua cara yaitu pancaran terangsang dan
pancaran spontan [Laud,1988].
Apabila telah dicapai keadaan setimbang, jumlah populasi pada keadaan
atas dan jumlah populasi pada keadaan bawah tetap. Jumlah atom yang
menyerap radiasi tiap satuan waktu sama dengan jumlah atom yang
memancarkan radiasi tiap satuan waktu. Sehingga jumlah atom pada setiap
tingkat tidak berubah. Untuk laju perubahan populasi tingkat atas N 2 adalah
dN 2
= − N 2 A21 + N 1 B12 ρ − N 2 B21 ρ
dt
(2.8)
dN 2
= N 1 B12 ρ − ( N 2 B21 ρ + N 2 A21 )
dt
(2.9)
untuk keadaan seimbang
dN 2
= 0 , maka :
dt
N 2 A21 = ( N 1 B12 − N 2 B21 )ρ
(2.10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
ρ=
N 2 A21
N 1 B12 − N 2 B21
A21
B21
ρ=
N 1 B12
−1
N 2 B21
(2.11)
Menurut Boltzmann kerapatan partikel dalam dua keadaan energi diberikan
oleh:
(E − E1 )
N2
hν
= exp 2
= exp
N1
kT
kT
(2.12)
dimana k adalah tetapan Boltzmann . Dengan menggunakan persamaan (2.12)
maka persamaan (2.11) menjadi
A21
B21
ρ=
B12
hν
exp
−1
B21
kT
(2.13)
Penyelesaian ρ menurut hukum Planck :
⎛
⎞
⎟
8πhν 3 ⎜
1
⎜
⎟
ρ=
hν
c3 ⎜
⎟
−1⎟
⎜ exp
kT
⎝
⎠
(2.14)
Dengan membandingkan persamaan 2.13 dan persamaan 2.14, diperoleh nilai :
B12
=1
B21
(2.15)
dan
A21 8πhν
=
B21
c3
3
(2.16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2.4. Prinsip Dasar Laser
Andaikan kita mempunyai sekumpulan atom yang semuanya berada pada
keadaan tereksitasi. Sebuah foton yang melewati atom pertama, menyebabkan
terjadinya pancaran terangsang yang menghasilkan dua buah foton. Masingmasing foton ini kemudian menyebabkan pancaran terangsang yang
menghasilkan total empat buah foton. Proses ini berlangsung terus dengan
menghasilkan penggandaan foton disetiap tahap, hingga tercipta seberkas foton
yang kuat, koheren dan bergerak dalam arah yang sama [Krane,1992]. Proses
kerja laser dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 proses kerja laser
Laser terdiri dari beberapa komponen, yaitu : medium aktif, power supply, dan
resonator optis (gambar 2.6). Power supply digunakan untuk memberikan arus
listrik pada laser. Medium aktif merupakan bahan aktif laser yang dimasukkan
ke dalam rongga resonator optis. Resonator terdiri dari dua buah cermin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
disusun secara berhadapan. Di dalam resonator, cahaya akan berosilasi diantara
kedua cermin. Cermin-cermin akan memantulkan cahaya kembali ke dalam
kumpulan atom. Ketika cahaya terpantul bolak-balik antara kedua cermin,
menyebabkan terjadinya pancaran terangsang tambahan. Untuk menghasilkan
keluaran laser, pada salah satu ujung resonator digunakan cermin parsial.
Sebagian berkas akan keluar dari resonator melalui cermin tersebut, berkas yang
keluar tadi merupakan keluaran laser atau laser output [Krane,1992].
Cermin
(100%)
Power supply
Cermin
parsial
Medium aktif
Resonator optis
Gambar 2.6 komponen laser
2.5. Pemompaan Laser
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa prinsip dasar laser atau
syarat terjadinya laser adalah terjadinya proses pancaran terangsang. Untuk itu
agar terjadinya aksi laser diperlukan sarana untuk memenuhi syarat tersebut.
Sarana untuk memenuhi syarat terjadinya laser yaitu tercapainya kondisi
inversi populasi (pembalikan populasi). Pada kondisi normal, populasi atom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pada tingkat energi rendah lebih banyak daripada populasi atom pada tingkat
energi yang labih tinggi. Agar terjadinya proses pancaran terangsang, kondisi
inversi populasi harus terpenuhi dimana jumlah populasi atom tingkat atas lebih
banyak dari jumlah populasi tingkat bawah.
N 2 > N1
(2.17)
N 1 merupakan jumlah populasi atom tingkat bawah dan N 2 merupakan jumlah
populasi atom tingkat atas. Untuk mencapai keadaan seperti persamaan 2.17 di
atas, maka atom-atom pada medium aktif dipacu untuk mencapai kondisi
inversi populasi dengan memberikan elektron pada atom-atom tersebut. Proses
tersebut merupakan proses pemompaan laser dua tingkat tenaga. Namun proses
pemompaan pada sistem dua tingkat tenaga tidak dapat menghasilkan inversi
populasi, karena atom secara spontan dapat turun kembali ke keadaan semula.
Selain itu atom-atom yang masih berada pada keadaan dasar akan menyerap
foton yang lewat sehingga menghilangkan beberapa foton dari berkas
penggandaan foton yang sedang dibangun [Krane,1992]. Masalah ini kemudian
dapat diatasi dengan melakukan pemompaan pada sistem tiga atau empat
tingkat tenaga.
A.
Sistem tiga tingkat tenaga
Atom-atom pada tingkat tenaga 1(tingkat dasar), dipompa ke tingkat
tenaga 3. Kemudian atom-atom tersebut mengalami transisi deeksitasi
yang cepat ke tingkat tenaga 2. Atom-atom yang telah mengalami
deeksitasi berada pada tingkat tenaga 2 cukup lama, sehingga tercapai
kondisi inversi populasi antara tingkat tenaga 1 dan 2. Transisi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tingkat tenaga 2 ke tingkat dasar merupakan proses pancaran terangsang.
Pada sistem ini dapat dihasilkan kondisi inversi populasi sehingga syarat
terjadinya laser terpenuhi (gambar 2.6). Sistem tiga tingkat tenaga belum
dapat memecahkan persoalan yang kedua, dimana atom-atom pada
tingkat dasar akan menyerap foton hasil transisi pelaseran [Krane,1992].
3
2
1
Gambar 2.7 Atom tiga tingkat
B.
Sistem empat tingkat tenaga
Pada sistem empat tingkat yang digambarkan pada Gambar 2.8,
atom-atom pada tingkat tenaga 1 (keadaan dasar) dipompa ke suatu
keadaan eksitasi tingkat tenaga 4. Atom-atom yang berada pada keadaan
tersebut akan mengalami transisi deeksitasi dengan cepat ke tingkat
tenaga 3, seperti pada sistem tiga tingkat. Atom-atom yang telah
mengalami deeksitasi berada pada tingkat tenaga 3 cukup lama, sehingga
tercapai kondisi inversi populasi antara tingkat tenaga 1 dan 3. Pada
tingkat 3 terjadi transisi dari tingkat tenaga 3 ke suatu keadaan eksitasi
lain (tingkat tenaga 2). Transisi dari tingkat tenaga 3 ke tingkat tenaga 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
merupakan proses pancaran terangsang. Atom-atom yang berada pada
tingkat tenaga 2 kemudian mengalami deeksitasi ke keadaan dasar secara
spontan. Dengan demikian atom-atom pada keadaan dasar tidak menyerap
foton dari transisi pelaseran. Pada sistem ini dapat memenuhi syarat
terjadinya laser [Krane,1992].
4
3
2
1
Gambar 2.8 Atom empat tingkat
2.6. Penguatan Laser
Untuk memperoleh aksi laser, diperlukan kondisi inversi populasi.
Penguatan diperlukan untuk mempertahankan kondisi inversi populasi.
Penguatan dapat dilakukan dengan cara meletakkan bahan aktif laser di dalam
rongga resonator laser. Resonator laser terdiri dari dua buah cermin. Cermincermin memantulkan cahaya yang dipancarkan kembali ke dalam kumpulan
atom, sehingga terjadi pancaran terangsang tambahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
r1
r2
Laser output
Bahan laser
Cermin 1
Cermin 2
Gambar 2.9 skema laser
Tidak semua intensitas cahaya yang jatuh pada cermin dipantulkan. Jika I
intensitas cahaya yang jatuh pada cermin dan r adalah koefisien pantulan, maka
intensitas cahaya yang dipantulkan :
I r = rI
(2.18)
r merupakan koefisien pantulan cermin. Pada salah satu resonator optis
digunakan cermin parsial sehingga koefisien pantulannya akan kurang dari 1.
Dalam keadaan normal, berkas cahaya yang melewati suatu bahan
sepanjang z intensitasnya menurun setelah keluar dari bahan tersebut,
dituliskan sebagai berikut :
I v (z ) = I v (0 ) exp(− k v z )
(2.19)
Jika k v negatif, akan terjadi penguatan dan intensitasnya naik sebesar
[Laud,1988]:
I v ( z ) = I v (0) exp αz
dimana α = − k v merupakan koefisien penyerapan cahaya
(2.20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Misalkan r1 , r2 merupakan koefisien pantulan dari kedua cermin. Akan
terjadi pengurangan energi dalam lintasan bolak-balik sebesar faktor r1 r2 , dapat
dituliskan :
r1 r2 = exp(− 2γ )
1
2
γ = − ln r1 r2
(2.21)
(2.22)
dimana γ merupakan besarnya energi yang dipancarkan cahaya. Bila γ positif,
maka akan terjadi kehilangan cahaya dalam satu lintasan. Apabila terjadi
kehilangan cahaya, maka intensitas dalam tiap lintasan akan berubah sebesar:
I = I exp(αL − γ )
Agar diperoleh aksi laser, penguatan harus cukup untuk mengimbangi
kehilangan energi sehingga kondisi inversi populasi dapat tercapai. Untuk itu,
exp(αL − γ ) > 1 atau αL > γ
(2.23)
Keadaan ambang akan tercapai jika
αL = γ
(2.24)
Sehingga laser akan bekerja jika :
α≥
γ
L
(2.25)
2.7. Laser CO2
Laser CO2 merupakan bagian yang sangat penting dalam spektroskopi
fotoakustik. Laser CO2 ini merupakan sumber cahaya koheren yang pertama
kali ditemukan oleh Patel pada tahun 1966. Laser CO2 bekerja dengan panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
gelombang 9,6µm dan 10,6 µm . Medium aktif pada laser CO2 merupakan gas
yang terdiri dari campuran CO2, N2 dan He. Jika elektron dilewatkan tabung
berisi CO2, elektron membentur molekul ke tingkat-tingkat elektronis dan
vibrasi-rotasi yang lebih tinggi. Perpindahan energi resonansi dari molekul lain
seperti N2 yang ditambahkan ke dalam gas isian, untuk menaikkan pemompaan.
Untuk menghindari populasi laser rendah karena adanya rangsangan panas,
diperlukan agar temperatur CO2 rendah. Helium mempunyai penghantar panas
yang tinggi, karena itu Helium membantu menghantarkan panas keluar dan
menjaga agar temperatur CO2 tetap dingin [Laud,1988].
Pada laser CO2 terdapat dua sistem, yaitu axial flowing dimana gas selalu
dialirkan ke dalam tabung dan sealed-off dimana gas diisi ke dalam tabung
kemudian ditutup. Untuk laser CO2 axial flowing dapat dilihat pada gambar
2.9. Dan untuk laser CO2 sealed-off secara umum seperti gambar 2.10.
Gambar 2.10 tabung Laser CO2 sistem axial flowing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Gambar 2.10 tabung laser CO2 sistem sealed off
Penggunaan laser CO2 dipilih berdasarkan panjang gelombangnya, untuk
itu digunakan kisi pada salah satu resonator optis laser CO2. Penggunaan kisi
bertujuan agar kita dapat memilih panjang gelombang sesuai dengan wilayah
kerja yang diinginkan.
2.8. Teori Fotoakuatik
Efek Fotoakustik atau yang disebut juga optoakustik, pertama kali
ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1880 [Spike,2006]. Pada
tahun 1960an telah dicapai terobosan baru yaitu untuk pertama kalinya
digunakan laser sebagai sumber pada spektroskopi fotoakustik [Besson,2006].
Pada tahun 1980an lebih dikembangkan lagi spektroskopi fotoakustik dengan
sensitivitas yang tinggi. Ini dicapai dengan digunakannya laser CO dan laser
CO2. Laser CO dan laser CO2 memiliki kemonokromatisan dan daya yang
tinggi. Hal inilah yang membuat pengukuran menggunakan spektroskopi
fotoakustik sangat sensitif sehingga dapat menjangkau orde pengukuran yang
sangat kecil (ppb).
Jika laser ditala pada frekuensi transisi dari molekul yang berada di dalam
sel fotoakustik, sebagian molekul dengan aras tenaga E1 akan dieksitasi ke aras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tenaga yang lebih tinggi E2. Molekul-molekul dengan aras tenaga E2 kemudian
dapat melepaskan tenaga eksitasinya secara radiasi maupun non-radiasi
[Santosa,2008]. Apabila pelepasan tenaga eksitasi berlangsung secara nonradiasi, maka pada waktu bertumbukan molekul tersebut akan memberikan
tenaga eksitasinya kepada molekul yang ditumbuknya. Kenaikan tenaga
translasi tersebut akan menyebabkan kenaikan suhu dan tekanan. Apabila laser
dimodulasi, tekanan dalam sel fotoakustik akan berubah secara periodik.
Perubahan tekanan tersebut akan menghasilkan sinyal akustik yang diukur
menggunakan mikrofon. Dengan adanya sinyal akustik maka dapat ditentukan
konsentrasi gas dalam sel akustik.
Keluaran dari mikrofon atau sinyal akustik dipengaruhi oleh daya laser,
koefisien serapan, dan konsentrasi gas. apabila di dalam sel fotoakustik hanya
terdapat satu jenis gas “g”, hubungan antara sinyal akustik dengan besaranbesaran lainnya dinyatakan dalam persamaan [Santosa,2008]:
S l = CPl C g α gl
(2.26)
dengan S l adalah sinyal keluaran mikrofon pada waktu menggunakan laser
jenis “l” dengan daya laser Pl , C adalah konstanta sel akustik, C g adalah
konsentrasi gas “g” yang berada dalam sel fotoakustik dan α gl adalah
koefisien serapan dari gas “g” pada laser jenis “l”. Kemudian diperoleh sinyal
ternormalisasi dengan daya laser sebagai berikut [Santosa,2008]:
⎛S⎞
⎜ ⎟ = CC g α gl
⎝ P ⎠l
(2.27)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Apabila di dalam sel fotoakustik terdapat lebih dari satu jenis gas,maka
masing-masing gas akan memberikan sumbangan pada sinyal keluaran dari
mirofon.
Sehingga
keluaran
mikrofon
total
memenuhi
persamaan
[Santosa,2008]:
G
G
⎛S⎞
⎛S⎞
=
=
C
⎜ ⎟ ∑⎜ ⎟
∑g C g α
⎝ P ⎠l
g ⎝ P ⎠l
dengan G adalah cacah komponen gas yang berada di dalam fotoakustik.
(2.28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. TEMPAT PENELITIAN
Laboratorium Analisa Kimia Fisika Pusat
Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Paingan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta
3.2. RANGKAIAN PERCOBAAN
Rangkaian percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
Gambar 3.1 Rangkaian percobaan detektor fotoakustik
Keterangan:
1. Powermeter
2. Piezo
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
3. Cermin
4. Sel fotoakustik
5. Tabung Laser CO2
6. Chopper
7. Kisi
8. Steppermotor
9. Lock-in Amplifier
10. Komputer
11. Power supply
12. Laser Kontrol
3.3. DETEKTOR FOTOAKUSTIK
Detektor fotoakustik merupakan alat yang dapat mengukur konsentrasi gas.
Detektor fotoakustik memiliki beberapa bagian penting yaitu laser, sel
fotoakustik dan mikrofon. Sistem kerja detektor fotoakustik menggunakan
prinsip serapan cahaya. Cahaya yang berasal dari sumber cahaya (laser) akan
ditangkap oleh mikrofon dan kemudian akan dikonversi menjadi sinyal akustik.
Gambar 3.1 diatas merupakan susunan alat yang digunakan dalam detektor
fotoakustik. Sedangkan pada gambar 3.2 berikut merupakan gambar dari
detektor fotoakustik yang digunakan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Gambar 3.2 Detektor fotoakustik yang digunakan dalam percobaan
Gambar 3.3 Rangkaian laser CO2 sealed-off
3.3.1. Laser
Pada detektor fotoakustik laser berfungsi sebagai sumber cahaya.
Laser banyak digunakan dalam sistem fotoakustik, karena intensitas
spektral yang tinggi dan dapat ditala [Santosa,2008]. Laser yang digunakan
sebagai sumber cahaya detoktor fotoakustik pada penelitian ini adalah laser
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
CO2 sealed-off. Rangkaian laser seperti pada gambar 3.3. Berikut akan
disampaikan bagian-bagian dari laser CO2 sealed-off.
A. Power Supply
Power supply (gambar 3.1(11)) digunakan agar kita dapat
mengatur arus listrik pada laser. Dalam arus listrik yang mengalir,
terkandung elektron-elektron. Dengan memberikan arus listrik pada
laser, maka elektron-elektron akan menembak molekul-molekul yang
terdapat pada medium laser. Molekul-molekul tersebut akan melakukan
eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Melalui proses tersebut
kondisi inversi populasi dapat tercapai.
B. Resonator Optis
Resonator optis pada laser CO2 sealed-off yang digunakan terdiri
dari cermin parsial dan kisi yang dipasang sejajar dan saling behadapan.
Kedua cermin ini akan memantulkan cahaya yang datang. Melalui
proses ini akan terjadi pancaran terangsang tambahan yang akan
membentuk aksi laser. Pada resonator optis salah satu cermin yang
digunakan (gambar 3.1(3)) adalah cermin 98%. Pada cermin tersebut
98% cahaya akan dipantulkan untuk penguatan laser dan 2% cahaya
akan diteruskan sebagai keluaran laser. Untuk cermin lainnya (gambar
3.1(7)) digunakan kisi. Kisi berfungsi memantulkan cahaya. Selain itu,
dengan menggunakan kisi kita dapat memilih panjang gelombang laser
yang akan kita gunakan. Posisi kisi dapat diatur oleh steppermotor
(gambar
3.1(8)).
Steppermotor
akan
menggerakkan
kisi
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menempatkannya pada posisi panjang gelombang laser sesuai yang
diinginkan. Pada penelitian digunakan dua jenis kisi yang berbeda,
seperti pada gambar 3.4 (a) kisi yang digunakan pada penelitian
pertama dan gambar 3.4 (b) kisi yang digunakan pada penelitian kedua.
(a) kisi pada penelitian pertama
(b) kisi pada penelitian kedua
Gambar 3.4 kisi pada laser CO2 sealed-off
C. Tabung Laser
Pada penelitian ini, ada 2 jenis tabung laser yang digunakan yaitu
LTG (LaserTech Group INC.) model No. 70262, serial No. 061201,
panjang 67,5 cm dan model LT 30-626, serial No. 200801, panjang 52
cm. Pada laser CO2 sealed-off gas isian yang digunakan adalah
campuran gas CO2, N2 dan He. Di dalam tabung terdapat 2 pipa atau
ruang. Ruang bagian dalam merupakan ruang tempat gas isian laser
yang telah diukur kemudian ditutup. Ruang bagian luar merupakan
tempat untuk pendingin laser yaitu air kran yang terus-menerus
dialirkan selama beroperasi. Perlu di perhatikan pula tekanan air yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
masuk, untuk menghindari kebocoran. Bentuk tabung laser CO2 sealedoff seperti pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Bentuk tabung laser CO2 sealed-off
D. Piezo
Piezo (gambar 3.1 (2)) digunakan untuk menentukan panjang
resonator laser. Piezo terletak dibelakang cermin. Bila diberi tegangan,
piezo akan bertambah panjang dan mendorong cermin sehingga panjang
resonator laser berubah. Piezo dapat diatur sesuai dengan panjang
resonator laser yang diinginkan. Dengan mengatur piezo maka akan
diperoleh daya laser yang maksimum. Perolehan daya maksimum
dilakukan dengan mengatur tegangan pada piezo. Namun pada saat
pengoperasian detektor fotoakustik untuk pengukuran konsentrasi gas,
piezo akan bekerja secara otomatis mencari daya laser yang paling
maksimum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
E. Chopper
Chopper (gambar 3.1 (6)) digunakan untuk memodulasi laser.
Disaat laser melalui celah chopper, maka cahaya laser akan langsung
mengenai kisi sehingga dapat dipantulkan sehingga intensitas laser akan
tinggi. Namun jika cahaya laser mengenai chopper atau terhalang maka
intensitas laser yang dihasilkan adalah nol.
F. Powermeter
Powermeter (gambar 3.1 (1)) digunakan untuk mengukur keluaran
daya laser (output laser) yang dihasilkan.
3.3.2. Sel Fotoakustik
Sel fotoakustik (gambar 3.1 (4)) merupakan ruang proses konversi
cahaya menjadi sinyal akustik berlangsung. Sel fotoakustik mempunyai dua
bagian utama yaitu, resonator dan mikrofon. Sinyal keluaran dari mikrofon
akan dimonitor oleh lock-in amplifier, kemudian akan diolah oleh
komputer. Desain sel fotoakustik seperti pada gambar 3.6. Mikrofon yang
digunakan untuk menangkap sinyal akustik terletak di dalam sel
fotoakustik. Mikrofon ini sangat peka sehingga desain dari sel fotoakustik
sangat tebal yang bertujuan agar terhindar bunyi dari luar. Bunyi yang
ditangkap mikrofonpun adalah bunyi yang sesuai dengan frekuensi
resonansi gas yang terdapat di dalam sel fotoakustik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Untuk sistem intrakavitas, sel fotoakustik ditempatkan di dalam
rongga laser. Sistem ini dipilih karena dapat menghasilkan daya yang besar
sehingga memungkinkan batas deteksi yang sangat rendah.
I: pintu masuk gas; O: pintu keluar gas M: Mikropon
Gambar 3.6 desain sel fotoakustik
3.4. PERSIAPAN ALAT
Penelitian dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda. Pada penelitian
pertama digunakan tabung laser LTG (LaserTech Group INC.) model No.
70262, serial No. 061201 dan penelitian kedua menggunakan tabung model LT
30-626, serial No. 200801. Untuk masing-masing penelitian, tahap-tahap yang
dilakukan sebagai berikut:
3.4.1. Pelurusan Laser
A. Pengaturan Posisi Kisi
Untuk membuat suatu laser, cahaya datang dan pantul harus tepat
berada di tengah atau berada dalam satu garis. Langkah pertama yang
harus dilakukan adalah memastikan bahwa cahaya yang lewat benarbenar barada di tengah. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat
bantu pengatur cahaya yaitu dengan laser HeNe. Pengatur tersebut di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pasang, kemudian diamati cahaya yang melalui diafragma (mambantu
pengamatan posisi cahaya) sampai ke kisi. Jika posisi cahaya datang
belum di tengah maka cahaya datang dapat diatur dengan menggunakan
pengatur posisi cahaya yang ada. Pada laser HeNe tersebut, terdapat dua
tempat untuk mengatur, dimana pada masing-masing pengatur terdapat
dua sekrup pemutar. Salah satu sekrup pemutar untuk mengatur posisi
naik turunnya cahaya, dan sekrup yang lain untuk mengatur posisi kiri
dan kanan. Semua pengatur kemudian diatur agar posisi cahaya yang
jatuh pada kisi berada di tengah.
Setelah posisi cahaya yang jatuh ke permukaan kisi berada di
tengah, dilakukan pengecekan arah pantulan cahaya yang berasal dari
kisi menuju kembali ke diafragma (sumber datangnya cahaya). Apabila
pantulan cahaya tersebut belum segaris atau kembali ke posisi
datangnya cahaya, maka pantulan cahaya tersebut dapat diarahkan
dengan mengatur posisi kisi. Pengaturan dilakukan dengan memutar
mikrometer pada kisi. Selain itu juga dilakukan pengecekan banyaknya
berkas pantulan cahaya yang segaris yang masuk kembali ke diafragma.
Berkas pantulan cahaya yang masuk kembali ke diafragma diusahakan
sebanyak mungkin dapat masuk, dengan arah tepat pada satu titik.
B. Pemasangan Tabung Laser dan Chopper
Setelah posisi cahaya datang maupun cahaya pantul berada pada
satu titik, tabung laser dapat dipasang. Kemudian posisi tabung juga
diatur agar cahaya laser yang melalui tabung berada di tengah dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mengenai sisi tabung. Pada tabung terdapat pengatur untuk masingmasing ujung tabung. Pengatur tersebut diatur agar posisi cahaya yang
melewati tabung benar-benar berada di tengah tabung dan tidak
membentur sisi tabung.
Setelah tabung terpasang dan telah diatur posisi cahaya laser,
chopper dapat dipasang. Pemasangan chopper harus diperhatikan
letaknya. Agar pada saat bekerja tidak mengenai tabung laser. Chopper
ditempatkan di dekat kisi dengan tujuan mengurangi bunyi yang masuk
ke sel fotoakustik dan juga untuk menghindari sinar pantulan laser dari
chopper tidak masuk ke sel fotoakustik.
C. Pemasangan dan Pengaturan Cermin
Apabila cahaya datang dan pantulannya telah diyakini berada
ditengah, pemasangan cermin dapat dilakukan. Bila cermin telah
dipasang, pantulan dari cermin juga diatur agar posisi pantulan berada
ditengah-tengah sumber cahaya. Pengaturan dilakukan dengan memutar
dua buah mikrometer yang ada. Salah satu mikrometer untuk posisi naik
turunnya cahaya dan mikrometer yang lain untuk posisi kiri kanan
cahaya. Kedua mikrometer tersebut diatur agar posisi cahaya pantulan
yang berasal dari cermin tepat berada ditengah cahaya datang.
D. Perolehan Garis Laser
Langkah selanjutnya adalah pencarian garis laser. Laser HeNe
kemudian diangkat dan diganti dengan powermeter. Laser kemudian
dinyalakan dan dihubungkan dengan osiloskop. Pencarian awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dilakukan secara manual yaitu dengan menggerakkan kisi menggunakan
tangan. Langkah ini dilakukan agar diketahui daerah kerja laser.
Pencarian daerah kerja laser perlu agar pada saat dijalankan kisi tidak
mengenai chopper. Pada saat menggerakkan kisi, osiloskop terus
diperhatikan apakah terdapat sinyal atau tanda adanya laser. Apabila
terdapat sinyal adanya laser, maka pencarian dilanjutkan menggunakan
komputer.
E. Pencarian Daya Laser
Apabila daerah kerja laser telah diketahui, selanjutkan komputer
dihubungkan untuk menggerakkan steppermotor menggunakan program
software yang telah tersedia. Dengan menggunakan program tersebut,
scanning dapat dilakukan untuk menampilkan hasil pengesetan laser.
Dari hasil scanning dapat diketahui keluaran laser yang dihasilkan dan
juga besarnya daya laser yang diperoleh.
3.4.2. Optimalisasi Daya Laser
Proses optimalisasi dilakukan untuk mencari daya laser yang
maksimal. Optimalisasi dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
A. Arus Listrik
Setelah didapat posisi cermin dan kisi yang menghasilkan daya
laser terbesar, optimalisasi dilanjutkan dengan mengatur arus listrik.
Arus listrik kemudian divariasikan dan dilakukan proses scanning
untuk mengetahui perubahan yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
B. Pengaturan Tegangan pada Piezo
Optimalisasi juga dilakukan dengan memvariasikan tegangan pada
piezo. Tegangan pada piezo diatur secara manual melalui pengatur
tegangan piezo pada laser kontrol. Setiap pengaturan tegangan pada
piezo, kemudian diamati daya yang dihasilkan. Bila diperoleh indikasi
kenaikan daya, proses scanning dlakukan pada posisi tegangan tersebut.
3.4.3. Pemasangan Sel Fotoakustik
Setelah proses optimalisasi dilakukan, pemasangan sel fotoakustik
dapat dilakukan. Untuk sistem intrakavitas, sel fotoakustik diletakkan di
dalam rongga resonator laser, yaitu diantara cermin dan tabung laser. Pada
saat pemasangan sel fotoakustik, posisi steppermotor diletakkan pada posisi
garis laser yang memiliki daya paling besar. Hal ini dilakukan karena pada
waktu pemasangan sel fotoakustik akan terjadi penyerapan. Apabila pada
posisi garis dengan daya yang kecil, maka daya tersebut akan habis.
Pemasangan sel fotoakustik harus secara hati-hati. Kerena bobot dari sel
fotoakustik yang sangat berat akan mempengaruhi posisi resonator laser.
Apabila posisi resonator laser berubah maka daya laser akan hilang. Posisi
sel fotoakustik juga diatur, agar laser tidak membentur dinding sel akustik.
3.5. Perolehan garis laser CO2 untuk gas etilen
Setelah pemasangan dan pengaturan sel fotoakustik, pencarian garis laser
untuk gas etilen dapat dilakukan. Proses pencarian dilakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
memasukkan sampel ke dalam kuvet, kemudian dilakukan proses scanning.
Setelah diperoleh hasil scanning, kemudian diamati garis laser yang mengalami
penyerapan terbesar. Apabila terjadi penyerapan terbesar pada salah satu garis
laser, maka garis tersebut merupakan garis laser untuk gas etilen. Garis laser
tersebut kemudian digunakan untuk mengukur konsentrasi gas etilen pada buah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Perolehan Garis Laser
Pada penelitian pertama digunakan tabung laser CO2 sealed-off
dengan panjang 67,5 cm dan kisi berbentuk bulat seperti gambar 3.4(a).
Setelah proses pelurusan laser, dilakukan scanning untuk mengetahui
keluaran daya laser CO2 sealed-off. Telah dihasilkan keluaran daya laser
CO2 sealed-off pada penelitian pertama seperti pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi
steppermotor untuk panjang tabung 67,5 cm dan kisi berbentuk bulat
Dilakukan pula penelitian kedua menggunakan jenis laser yang sama
yaitu laser CO2 sealed-off, namun dengan bentuk tabung laser dan kisi yang
berbeda. Pada penelitian kedua ini digunakan tabung dengan panjang 52 cm
dan kisi berbentuk kotak seperti gambar 3.4(b). Melalui proses pelurusan
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dan scanning yang telah dilakukan, dihasilkan keluaran daya laser CO2
sealed-off seperti pada gambar 2.4 berikut.
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi
steppermotor untuk panjang tabung 52 cm dan kisi berbentuk kotak
Pada gambar 4.2 diatas, merupakan keluaran daya laser CO2 sealedoff berupa garis-garis radiasi laser. Bentuk keluaran laser CO2 sealed-off
juga dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut.
Gambar 4.3 keluaran laser CO2 selaed-off yang ditangkap powermeter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
4.1.2. Optimasi Laser CO2 sealed-off
Hasil yang telah diperoleh gambar 4.2, kemudian dioptimalkan
dengan mengatur arus listrik laser dan tegangan pada piezo. Optimasi
dilakukan agar diperoleh daya laser yang optimal.
A. Arus Listrik
Optimasi laser dilakukan dengan mengatur arus listrik pada laser
CO2 sealed-off. Proses optimasi dilakukan melalui penscanan pada nilai
arus listrik yang berbeda. Gambar 4.4 merupakan scanning laser pada
arus sebesar 11,15 mA dan gambar 4.5 scanning laser pada arus 10,75
mA.
Gambar 4.4 grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi
steppermotor pada arus 11,15 mA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Gambar 4.5grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi
steppermotor pada arus 10,75 mA
B. Tegangan Piezo
Selain mengatur arus, optimasi juga dilakukan dengan mengatur
tegangan pada piezo agar diperoleh daya laser yang maksimum.
Besarnya tegangan pada piezo ditentukan dengan memberikan nilai
pada pengatur tegangan piezo (data tabel A pada lampiran). Pada
gambar 4.6, gambar 4.7, gambar 4.8 dan gambar 4.9 diperlihatkan
besarnya daya laser terhadap nilai pengatur tegangan pada piezo untuk
beberapa garis laser yang telah dihasilkan pada gambar 4.5.
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap pengatur
trgangan piezo pada posisi steppermotor 1574
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Gambar 4.7 Grafik hubungan antara daya laser terhadap pengatur
tegangan piezo pada posisi steppermotor 2374
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap pengatur
tegangan piezo pada posisi steppermotor 5088
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap pengatur
tegangan piezo pada posisi steppermotor 6994
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Dari perolehan hasil pengaturan tegangan pada piezo di atas,
kemudian dilakukan scanning untuk beberapa nilai pengatur tegangan
piezo.
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi
steppermotor untuk nilai pengatur tegangan piezo 4,6
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi
steppermotor untuk nilai pengatur tegangan piezo 5,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 4.12 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi
steppermotor untuk pengatur tegangan piezo 6,2
4.1.3. Pemasangan Sel Fotoakustik
Setelah diperoleh keluaran daya laser CO2 sealed-off dari hasil
optimasi, dilakukan pemasangan sel fotoakustik. Sel fotoakustik merupakan
tempat pengukuran konsentrasi gas berlangsung. Pada sistem intrakavitas
akan terjadi penyerapan. Untuk itu pemasangan sel fotoakustik dilakukan
pada posisi garis laser dengan daya terbesar. Garis laser yang digunakan
merupakan hasil keluaran daya laser yang telah dihasilkan pada penelitian
kedua dan telah dioptimasi (gambar 4.5). Dari hasil penscanan, selain daya
laser juga diperoleh sinyal akustik. Gambar 4.13 merupakan daya laser CO2
sealed-off dan gambar 4.14 merupakan sinyal akustik yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 4.13 Grafik hubungan antara daya laser (AU) terhadap posisi
steppermotor
Pada kondisi penscanan yang sama dihasilkan sinyal akustik seperti
pada gambar 4.14 berikut.
Gambar 4.14 Grafik hubungan antara sinyal akustik (AU) terhadap posisi
steppermotor
Setelah diperoleh daya laser dan juga sinyal akustik, kemudian dilakukan
normalisasi sinyal terhadap daya laser. Sinyal ternormalisasi ini yang kemudian
digunakan untuk proses pengukuran. Hasil normalisasi seperti gambar berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Gambar 4.15 Grafik hubungan antara sinyal ternormalisir (AU) terhadap
posisi steppermotor
4.1.4. Penentuan Garis etilen
Selanjutnya akan ditentukan garis laser untuk gas etilen. Penentuan
garis etilen dilakukan dengan penscanan untuk medium udara tanpa sampel
dan juga menggunakan sampel. Gambar 4.19 berikut merupakan hasil
penscanan untuk medium udara tanpa sampel.
Gambar 4.16 Grafik hubungan antara sinyal ternormalisir (AU) terhadap
posisi steppermotor untuk medium udara tanpa sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dari hasil yang telah diperoleh diatas, kemudian dilakukan penscanan
dengan menggunakan sampel. Pada kondisi alat yang sama dilakukan penscanan
menggunakan sampel. Berikut adalah hasil penscanan dengan menggunakan
sampel, jenis sampel yang digunakan adalah buah apel.
Gambar 4.17 Grafik hubungan antara sinyal ternormalisir (AU) terhadap
posisi steppermotor untuk medium udara dengan sampel
4.1.5.
Pengukuran Konsentrasi Gas Etilen
Setelah dilakukan pencarian garis radiasi laser etilen, kemudian
dilakukan pengukuran konsentrasi etilen pada buah apel. Diperoleh hasil
pengukuran seperti pada gambar 4.18. Kondisi A sebelum sampel
dimasukkan dan kondisi B sesudah sampel dimasukkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 4.18 grafik hubungan antara konsentrasi etilen (AU) terhadap
waktu (jam)
Selama proses pengukuran berlangsung, dapat dilihat pula
kestabilan daya laser CO2 sealed-off. Kestabilan daya tampak seperti
gambar berikut :
Gambar 4.19 grafik kestabilan daya laser (AU) antara garis 10P14 dan 10P16
terhadap waktu
4.2. Pembahasan
Faktor
yang
mempengaruhi
pengukuran
menggunakan
detektor
fotoakustik gas adalah daya laser. Daya laser mempengaruhi keluaran mikrofon
atau sinyal akustik yang dihasilkan. Daya laser diperoleh melalui proses
pelurusan laser seperti yang telah disampaikan pada metodelogi penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 4.1 merupakan hasil dari penelitian pertama. Pada penelitian
tersebut digunakan tabung laser CO2 sealed-off dengan panjang 67,5 cm dan
model kisi berbentuk bulat seperti pada gambar 3.4 (a). Dari hasil yang
diperoleh
terlihat
bahwa garis-garis laser CO2 sealed-off yang dihasilkan
sangat sedikit. Daya laser menggunakan satuan sembarang (AU). Satuan yang
tertera pada hasil bukanlah satuan yang sebenarnya, karena belum adanya
kalibrasi.
Dari hasil tersebut kemudian dilakukan optimasi laser CO2 sealed-off
dengan mengatur posisi kisi dan cermin. Langkah ini diupayakan agar perolehan
daya lebih besar dan garis-garis laser semakin banyak. Namun setelah beberapa
beberapa kali proses pengesetan laser dan juga optimasi laser, tidak diperoleh
garis laser yang lebih banyak.
Hasil yang diperoleh pada penelitian yang pertama tidak maksimal, maka
dilanjutkan penelitian kedua. Pada penelitian kedua rangkaian alat maupun
proses pelurusan laser sama seperti penelitian yang pertama. Namun pada
penelitian yang kedua digunakan bentuk tabung dan kisi yang berbeda. Tabung
yang digunakan lebih pendek dengan panjang 52 cm dan model kisi berbentuk
kotak seperti pada gambar 3.4(b). Pada penelitian kedua permukaan kisi yang
lebih kecil, sedangkan kisi yang digunakan sebelumnya permukaannya lebih
lebar.
Pada penelitian pertama, sinar datang dan berkas cahaya yang dipantulkan
oleh kisi tidak berada pada satu titik. Pada kisi tidak terdapat sekrup pengatur,
sehingga hanya sedikit berkas cahaya yang kembali ke arah sinar datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Sedangkan kisi pada penelitian kedua memiliki sekrup pengatur, sehingga
berkas-berkas cahaya pantul dapat diarahkan ke arah datangnya sinar. Semakin
banyak berkas cahaya yang mengenai titik sinar datang, maka semakin banyak
garis-garis radiasi laser yang dihasilkan
Hasil yang diperoleh pada penelitian pertama maupun kedua dapat terlihat
pada gambar 4.1 dan gambar 4.2. Dari gambar-gambar tersebut terlihat
perbedaan hasil dari kedua penelitian. Pada penelitian pertama dihasilkan 5
garis laser. Penelitian kedua diperoleh 35 garis radiasi laser yang tersebar dalam
4 band. Dimana band pertama peroleh 4 garis, band kedua 6 garis, band ketiga
13 garis dan band keempat 12 garis.
Hasil yang diperoleh pada penelitian kedua lebih baik dari penelitian
pertama. Banyaknya garis-garis laser yang dihasilkan menunjukkan bahwa daya
yang diperoleh juga semakin besar. Semakin banyak garis laser yang nampak,
semakin banyak pula kemungkinan pengukuran konsentrasi untuk berbagai
macam jenis gas yang mempunyai panjang gelombang sesuai dengan panjang
gelombang garis-garis laser CO2.
Keluaran laser yang ditangkap oleh powermeter dapat dilihat pada
gambar 4.3. Gambar 4.1 dan gambar 4.2 merupakan gambar grafik hubungan
antara daya laser terhadap posisi steppermotor. Posisi steppermotor terkait
dengan panjang gelombang laser. Setiap garis laser memiliki daya laser dan
panjang gelombang. Dapat dilihat pada grafik dimana setiap garis laser
memiliki daya dan kedudukan pada posisi steppermotor yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Hasil yang diperoleh pada gambar 4.2 belum maksimal, sehingga perlu
adanya optimasi. Optimasi laser CO2 sealed-off dilakukan dengan mengatur
arus listrik pada laser dan tegangan pada pengatur tegangan
piezo. Hasil
optimasi arus listrik laser, dapat dilihat pada gambar 4.4 dan gambar 4.5.
Pengaturan arus listrik mempengaruhi perolehan daya laser. Dengan arus yang
semakin besar, maka jumlah elektron juga semakin banyak. Kemungkinan
elektron menembak atom-atom yang terdapat dalam tabung laser juga semakin
besar, sehingga membantu proses inversi populasi berlangsung. Pada arus listrik
10,75 mA jumlah total garis-garis radiasi yang dihasilkan adalah 37 garis yang
tersebar dalam 4 band. Band 1 terdapat 4 garis, band 2 terdapat 7 garis, band 3
terdapat 13 garis, dan band 4 terdapat 13 garis (gambar 4.5). Sedangkan pada
arus listrik 11,15mA jumlah garis-garis laser yang dihasilkan sebanyak 35 garis
(gambar 4.4).
Pada cermin yang digunakan terdapat piezo, yang dapat berpengaruh
dalam perubahan daya yang dihasilkan. Piezo terletak tepat dibelakang cermin.
Jika piezo diberi tegangan, maka piezo akan menggeser cermin yang
mengakibatkan panjang resonator laser akan berubah. Perubahan panjang
resonator laser juga akan mempengaruhi daya yang diperoleh.
Tegangan piezo diatur oleh laser kontrol. Dalam laser kontrol terdapat
pengatur nilai tegangan piezo yang diberikan melalui komputer. Tegangan piezo
akan berubah jika diberikan nilai pada pengatur tegangan piezo. Pengaruh
perubahan tegangan piezo terhadap daya laser, dapat dilihat pada gambar 4.6,
gambar 4.7, dan gambar 4.8. Dari grafik-grafik tersebut terlihat bahwa hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pada tegangan tertentu saja terdapat daya laser. Jika posisi cermin berada pada
posisi resonansi laser, maka daya yang dihasilkan akan semakin besar. Proses
ini dapat terlihat pada gambar 4.10, gambar 4.11, dan gambar 4.12. Tegangan
yang tertera pada gambar merupakan nilai masukan untuk pengatur tegangan
piezo yang terdapat dalam laser kontrol.
Dengan adanya piezo yang mengatur panjang resonator laser, membantu
perolehan daya yang maksimum. Pengukuran dilakukan pada daya yang
maksimum. Selama proses pengukuran berlangsung laser kontrol akan
menggerakkan piezo secara otomatis untuk mencari panjang resonator laser
yang menghasilkan daya maksimum.
Selain laser komponen penting pada detektor fotoakustik adalah sel
fotoakustik dan mikrofon. Mikrofon terletak di dalam sel fotoakustik. Mikrofon
yang digunakan sangat peka terhadap bunyi, untuk itu desain sel fotoakustik
sangat tebal agar terhindar dari gangguan bunyi dari luar. Desain yang sangat
tebal inilah yang membuat bobot dari sel fotoakustik menjadi berat. Sel
fotoakustik merupakan tempat dimana pengukuran konsentrasi gas berlangsung.
Tanpa adanya sel fotoakustik, laser yang telah dikerjakan tidak dapat digunakan
untuk proses pengukuran.
Untuk sistem intrakavitas, sel fotoakustik ditempatkan di dalam rongga
laser. Pemilihan sistem intrakavitas karena pengukuran dapat dilakukan pada
daya yang besar sehingga memungkinkannya diperoleh batas deteksi yang
sangat rendah. Setelah diperoleh laser dan dioptimasi, sel fotoakustik kemudian
diletakkan di dalam rongga laser. Pemasangannya rumit dan juga memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
resiko yang tinggi. Dengan bobotnya yang berat memungkinkan pada saat
pemasangan, posisi resonator optis pada laser akan berubah. Dengan
berubahnya posisi resonator optis, laser yang diperoleh juga akan hilang.
Pada sistem intrakavitas terjadi penyerapan, untuk itu pada waktu
pemasangan sel fotoakustik dilakukan pada garis laser dengan daya terbesar.
Pada penelitian kedua telah berhasil dilakukan pemasangan sel fotoakustik
dengan hasil seperti pada gambar 4.13, gambar 4.14 dan gambar 4.15.
Gambar 4.13 merupakan grafik hubungan antara daya laser terhadap
posisi steppermotor. Pada gambar hanya tampak garis-garis laser pada band 3
dan 4 saja. Hal ini dikarenakan pada waktu pemasangan sel fotoakustik terdapat
beberapa daya laser yang memiliki daya laser rendah. Selain itu pada waktu
pemasangan, posisi steppermotor ditempatkan pada posisi garis laser yang
memiliki daya tertinggi yang terletak pada band 4. Sehingga membuat band 1
dan band 2 tidak tampak.
Sel fotoakustik menghasilkan sinyal akustik yang terlihat pada gambar
4.14. Sinyal tersebut kemudian dinormalisir terhadap daya laser, yang kemudian
digunakan untuk mengukur konsentrasi gas. Normalisasi dilakukan karena pada
masing-masing garis laser memiliki besar daya yang berbeda. Dengan
melakukan normalisasi sinyal terhadap daya laser, dapat mengatasi kestabilan
daya selama detektor fotoakustik beroperasi.
Dari perumusan dasar teori dipaparkan bahwa salah satu faktor yang
mampengaruhi sinyal akustik adalah daya laser. Terlihat pada gambar 4.12 dan
4.13, pada satu panjang gelombang yang sama terdapat daya laser dan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sinyal akustik. Apabila terjadi perubahan daya maka sinyal yang dihasilkan juga
berubah sesuai perubahan daya.
Dalam pengukuran setiap garis laser digunakan untuk satu jenis gas
tertentu. Untuk pengukuran etilen misalnya, digunakan garis laser etilen yang
terdapat pada daerah kerja laser CO2 sealed-off. Penentuan garis etilen dengan
memasukkan sampel kedalam kuvet yang tersedia. Sampel yang digunakan
adalah apel, dimana apel merupakan salah satu buah yang mengeluarkan gas
etilen. Setelah apel dimasukkan ke dalam kuvet, terjadi perubahan volume gas
yang ada (gambar 4.14 dan gambar 4.15). Dengan membandingkan kedua
gambar tersebut dapat terlihat bahwa setelah apel dimasukkan kedalam kuvet
terjadi pertambahan nilai pada sinyal ternormalisasi. Proses ini menunjukkan
bahwa apel mengeluarkan gas.
Untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang dihasilkan apel, terlebih
dahulu diketahui garis laser untuk etilen. Penentuan garis laser untuk gas etilen
ditentukan dengan memasukkan sampel yang telah tersedia ke dalam kuvet
yang berisi udara yang berfungsi sebagai gas pembawa. Garis laser untuk gas
etilen ditandai dengan adanya penyerapan terbesar pada saat gas etilen
dimasukan.
Dari hasil perolehan garis etilen. Kemudian dilakukan percobaan
pengukuran konsentrasi etilen pada buah apel. Hasil pengukuran seperti pada
gambar 4.18. Pengukuran dilakukan dengan waktu kurang dari satu jam. Nilai
konsentrasi daerah A menunjukkan nilai nol. Pada kondisi ini sampel belum
dimasukkan sehinga belum ada kenaikan nila konsentrasi. Kenaikan konsentrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
tampak pada daerah B, pada kondisi ini sampel dimasukkan ke dalam kuvet.
Setelah sampel dimasukkan nilai konsentrasi bertambah, ini ditunjukkan dari
bentuk grafik semakin meningkat.
Selama proses pengukuran berlangsung dilakukan pula pemantauan
kestabilan daya laser yang telah diperoleh. Kestabilan daya laser CO2 sealed-off
selama detektor fotoakustik beroperasi dapat terlihat pada grafik 4.19. Pada
waktu pengukuran digunakan dua garis laser yaitu garis 10P14 dan 10P16. Daya
yang dihasilkan kedua garis cukup stabil. Terlihat pada grafik, nilai daya tidak
mengalami penurunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Panjang tabung dan bentuk kisi yang digunakan mempengaruhi keluaran daya
laser CO2 sealed-off
2. Pada pengaturan resonator optis laser CO2 sealed-off yang telah dilakukan,
diperoleh hasil maksimum pada arus 10,75 mA dengan jumlah garis radiasi
laser yang dihasilkan sebanyak 37 garis.
5.2. Saran
Untuk pengukuran beberapa gas secara simultan, terlebih dahulu
dilakukan penentuan garis laser untuk setiap gas. Diharapkan untuk penelitian
selanjutnya diperoleh garis radiasi laser yang lebih banyak lagi, sehingga
semakin banyak jenis gas yang dapat diukur.
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M.N.,2008,Kinerja Spektroskopi Fotoakustik Konfigurasi Intrakavitas Laser
CO2 untuk menyelidiki pengaruh scrubber KOH dan CaCl2 terhadap
pengaruh sinyal serapan gas Aseton dan Etilen, Skripsi FMIPA
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Besson,J.P., 2006, “Photoacoustic Spectroscopy for Multi-Gas Sensing Using Near
Infrared Lasers”,http:// bibion.epfl.ch/EPFL/theses/2006/3070/3670_abs.pdf.,
Diakses pada tanggal, 6 November 2007.
Budi, S., Hogervorst, W., 1999, Fisika Laser, Jakarta
Darmawati, V., 2007. Penentuan Panjang Gelombang yang paling Sensitif pada
Detektor HPCL untuk Pengukuran Choromphornicol Plamiat, Skripsi
FMIPA universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Haliday, D. dan Resnick, R.,1996, Fisika jilid 2 edisi 3, Jakarta : Erlangga.
Krane, K. S., 1992, Fisika Modern, Jakarta : Universitas Indonesia.
Laud, B.B., 1988, Laser dan Optik Linear, Jakarta : Universitas Indonesia.
Mitrayana, Muslim, Wasono, M.A.J., “Spektrometer Fotoakustik Laser Sistem
Multipass Berkepekaan PPT”, Jurnal Fisika Indonesia, No 19, Vol. VI
edisi Desember 2002, hal 67-74.
Persijn,S., 2007, Sensitive gas Detection using CO2 Laser Photoacoutic
Spectrocopy, Makalah kursus singkat laboratorium analisa kimia fisika
pusat : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Santosa, I. E., 2003, Pengukuran Konentrasi Gas dengan Detektor Fotoakustik,
Makalah seminar dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Santosa, I. E., 2008, Pengukuran Konsentrasi Gas menggunakan Detektor
Fotoakustik, Lab. Analisa Kimia Fisika Pusat : Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Spike,
B.T.
2006.
“The
uw.physics.wisc.edu/timbie/P325/
Photoacoustic
Effec”.
Spike-photoacoustic
http://
effect.pdf.
Diakses pada tanggal, 6 November 2007.
Watini, K., 2008, Optimalisasi Detektor Fotoakustik dengan Menentukan Frekuensi
Resonansinya, Skripsi FST Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
Tabel A hubungan daya terhadap piezo pada posisi steppermotor tertentu
Daya (AU) pada posisi
steppermotor
Pengatur
Tegangan
(AU)
1574
2374
5088
0
0,08
0,2
0,19
0,2
0,2
0,1
0,22
0,17
0,22
0,4
0,12
0,25
0,12
0,23
6994
0,6
0,1
0,24
0,02
0,24
0,8
0,05
0,21
0
0,23
1
0,01
0,14
0
0,21
1,2
0,01
0,02
0,02
0,19
1,4
0,01
0,01
0,08
0,15
1,6
0,01
0,01
0,15
0,16
1,8
0,01
0,01
0,17
0
2
0,01
0,01
0,2
0
2,2
0,01
0,01
0,22
0,06
2,4
0,01
0,06
0,22
0,13
2,6
0,01
0,18
0,21
0,17
2,8
0,05
0,21
0,2
0,2
3
0,11
0,25
0,16
0,22
3,2
0,12
0,25
0,13
0,23
3,4
0,09
0,23
0,02
0,24
3,6
0,02
0,21
0,08
0,23
3,8
0,01
0,14
0,1
0,22
4
0,01
0,02
0,15
0,21
4,2
0,01
0,01
0,17
0,19
4,4
0,01
0,01
0,19
0,16
4,6
0,01
0,01
0,21
0,11
4,8
0,01
0,01
0,22
0,05
5
0,01
0,01
0,22
0
5,2
0,01
0,01
0,22
0
5,4
0,01
0,08
0,22
0,02
5,6
0,01
0,15
0,22
0,08
5,8
0,07
0,2
0,21
0,13
6
0,09
0,23
0,21
0,17
6,2
0,11
0,25
0,19
0,18
6,4
0,12
0,25
0,17
0,21
6,6
0,1
0,25
0,14
0,22
6,8
0,06
0,23
0,1
0,23
7
0,02
0,2
0
0,24
7,2
0,02
0,16
0
0,24
7,4
0,02
0,1
0
0,24
7,6
0,02
0,02
0
0,23
7,8
0,02
0,02
0,1
0,22
8
0,02
0,02
0,13
0,21
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lanjutan
8,2
0,02
0,02
0,15
0,2
8,4
0,02
0,02
0,17
0,17
8,6
0,02
0,02
0,18
0,15
8,8
0,02
0,02
0,2
0,12
9
0,02
0,02
0,21
0,06
9,2
0,02
0,02
0,2
0,01
9,4
0,02
0,02
0,2
0
9,6
0,02
0,02
0,2
0
9,8
0,02
0,02
0,2
0
10
0,02
0,02
0,2
0
Download