EVALUASI KINERJA KEUANGAN DIUKUR DARI RASIO

advertisement
EVALUASI KINERJA KEUANGAN DIUKUR DARI RASIO
LIKUIDITAS, RENTABILITAS, DAN PERMODALAN
PADA PT. BANK PAN INDONESIA Tbk
(BANK PANIN)
SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta
Oleh:
Nama
: Nur Indah Listiya Rini
No Pokok
: 2010.02.2333
Jurusan
: S.1.Manajemen
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
AHMAD DAHLAN JAKARTA
2013
ABSTRAK
Nur Indah Listiya Rini, 2010.02.2333, Evaluasi Kinerja Keuangan Diukur Dari Rasio
Likuiditas, Rentabilitas, dan Permodalan pada PT. Bank Pan Indonesia Tbk
(Bank Panin)
Untuk mengetahui gambaran kinerja keuangan Bank Panin selama kurun waktu 5
tahun terakhir, maka penulis akan menggunakan teknis analisis yang memungkinkan
untuk mengidentifikasi, mengkaji dan merangkum hubungan-hubungan yang
signifikan dari data keuangan yang diperoleh berupa laporan keuangan Bank Panin
tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan periode 30 Juni 2012 melalui analisis rasio
keuangan.
Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah bank, maka
penulis menggunakan analisis rasio keuangan sebagai tolak ukur dalam penilaian
kinerja keuangan Bank Panin, yaitu analisis likuiditas dengan menggunakan Loan to
Deposit Ratio (LDR), analisis rentabilitas dengan menggunakan rasio Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Asset (ROA) dan Return on
Equity (ROE) dan analisis permodalan dengan menggunakan Rasio Kecukupan
Modal (CAR/Capital Adequacy Ratio), yaitu rasio yang lazim digunakan untuk
mengukur kinerja suatu bank.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa kinerja Bank Panin terlihat baik, efisien
dan produktif. Rasio-rasio yang diperoleh selalu berada pada ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bahkan untuk rasio CAR, manajemen Bank Panin
memiliki kebijakan sendiri untuk menjaga rasio CAR, yaitu menetapkan rasio
minimal 1.75 kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
benar.
Pada kesempatan ini, dengan segala hormat dan rendah hati, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Ibu Hj. Ermalina, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan
pengarahan pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak H. Ali Chaerudin, SE, M.Si selaku dosen pembimbing Akademik
3. Segenap dosen dan staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta
yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama ini.
4. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungan dalam
penyelesaian penulisan skripsi.
v
5. Rekan – rekan sesama mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan
Jakarta yang telah membantu dan berbagi informasi keilmuan selama penulis
menempuh pendidikan.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan dan bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu
pendidikan dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi peneliti
selanjutnya yang berminat meneliti hal yang sama. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, Maret 2013
(Nur Indah Listiya Rini)
vi
DAFTAR ISI
Hal
Tanda Persetujuan Skripsi……………………………………………………..
i
Lembar Pengesahan Skrispi……………………………………………………
ii
Surat Pernyataan Keaslian Tulisan……………………………………………..
iii
Abstrak………………………………………………………………………...
iv
Kata Pengantar………………………………………………………………...
v
Daftar Isi……………………………………………………………………....
vii
Daftar Tabel…………………………………………………………………....
ix
Daftar Gambar…………………………………………………………………
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……………………………………………...
1
1.2. Pembatasan Masalah………………………………………..
3
1.3. Perumusan Masalah…………………………………………
4
1.4. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian…………………
4
1.5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan…………………………
5
1.6. Kerangka Berpikir…………………………………………...
7
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pengertian Bank……………………………………………...
9
1.2. Kinerja Keuangan Bank……………………………………...
12
1.3. Laporan Keuangan Bank…………………………………….
16
1.3.1. Pengertian Laporan Keuangan………………………..
16
1.3.2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan………………………..
20
1.4. Pengertian dan Jenis-Jenis Rasio Keuangan…………………
25
vii
BAB III
BAB IV
METODE PENELITIAN
3.1. Disain Penelitian……………………………………………..
38
3.2. Objek Penelitian……………………………………………...
38
3.3. Jenis dan Sumber Data……………………………………….
38
3.4. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..
39
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian…………………………………..
48
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank
Panin)………………………………………………...
48
4.1.2. Visi…………………………………………………...
50
4.1.3. Misi…………………………………………………..
50
4.1.4. Strategi……………………………………………….
51
4.1.5. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)…...
52
4.1.6. Struktur Tata Kelola Perusahaan……………………..
55
4.2. Deskripsi Data Keuangan…………………………………….
73
4.3. Analisis Kinerja Keuangan Bank Panin……………………...
77
4.3.1. Likuiditas……………………………………………..
77
4.3.2. Rentabilitas……………………………………………
85
4.3.3. Permodalan……………………………………………
99
4.4. Kinerja Keuangan Bank Panin……………………………….. 105
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan…………………………………………………… 108
5.2. Saran………………………………………………………….. 112
Daftar Pustaka
Lampiran
viii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 Susunan Pemegang Saham…………………………………………
49
Tabel 4.2 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian…………………………..
73
Tabel 4.3 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian………………….
76
Tabel 4.4 Data Jumlah Kredit yang Diberikan dan Dana Pihak Ketiga………
79
Tabel 4.5 Besarnya Rasio LDR………………………………………………..
82
Tabel 4.6 Peringkat LDR………………………………………………………
84
Tabel 4.7 Data Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional………..........
86
Tabel 4.8 Besarnya Rasio BOPO……………………………………………...
89
Tabel 4.9 Data Laba Bersih Sebelum Pajak dan Rata-rata Total Asset……….
91
Tabel 4.10 Besarnya Rasio ROA…………………………………………….....
93
Tabel 4.11 Data Laba Setelah Pajak dan Rata-rata Total Modal……………….
95
Tabel 4.12 Besarnya Rasio ROE………………………………………………..
98
Tabel 4.13 Data Modal dan A T M R…………………………………………..
100
Tabel 4.14 Besarnya Rasio CAR……………………………………………….. 103
Tabel 4.15 Kinerja Keuangan diukur dari Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan
Permodalan…………………………………………………………. 105
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1 Kerangka Berpikir Penulis………………………………………….
x
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini perbankan nasional harus berusaha lebih keras
lagi untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mempersiapkan diri untuk
menghadapi tantangan yang semakin berat. Untuk mewujudkan perbankan
Indonesia yang lebih kokoh perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang
terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan
nasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut
adalah kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah, struktur
perbankan yang belum optimal, konsolidasi perbankan belum secepat yang
diharapkan, pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan
yang dinilai oleh masyarakat masih kurang, pengawasan bank yang masih
perlu ditingkatkan, dan perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan.
Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan
dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank dengan
kinerja keuangan yang baik, sehingga fungsi intermediasi dapat berjalan
lancar. Kinerja keuangan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah
satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan
keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat
dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar untuk melihat
kinerja bank. Penilaian terhadap kinerja bank mencakup penilaian terhadap
faktor-faktor likuiditas, rentabilitas dan permodalan.
1
2
Bank Panin merupakan bank pertama yang terdaftar sebagai
perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1982 dan mampu
mengatasi guncangan ekonomi serta melewati periode yang kadangkala
penuh dengan ketidakpastian pada waktu krisis moneter. Hal ini didukung
oleh adanya permodalan yang kuat dan manajemen resiko yang penuh
dengan kehati-hatian. Fokus pada manajemen resiko menjadi lebih penting
seiring dengan peningkatan prospek ekonomi. Melalui pemantauan dan
penilaian yang dilakukan secara teratur lebih penting untuk memberikan
peringatan dini atas setiap perubahan resiko pasar. Kemajuan dan kehatihatian berjalan seiring. Kinerja keuangan yang baik sangat berarti dalam
mempertahankan pertumbuhan usaha bank yang berkelanjutan.
Selain faktor di atas, diperlukan adanya strategi khusus untuk
mencapai kemajuan yang baik seperti fokus kepada nasabah, memahami
kebutuhan nasabah, dan memberikan layanan value-chain, pengembangan
dan pendistribusian produk-produk inovatif untuk mendukung target bisnis
nasabah serta membangun kemampuan multi-channel untuk menjangkau
nasabah di seluruh penjuru tanah air dan mendukung pertumbuhan ekonomi
nasional.
Kegiatan bisnis perbankan dapat dikatakan berhasil apabila bank dapat
mencapai sasaran bisnis yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun sasaransasaran bisnis perbankan antara lain menjaga keamanan dana masyarakat
yang dititipkan kepada mereka, perkembangan usaha yang baik serta mampu
memberikan sumbangan yang berarti terhadap perkembangan ekonomi
3
nasional. Hal tersebut hanya mungkin dilaksanakan dengan baik apabila bank
mampu meningkatkan kinerjanya. Rasio kecukupan modal, likuiditas, dan
rentabilitas adalah tolak ukur yang sering digunakan dalam pengukuran
kinerja bank. Media yang dapat digunakan untuk meneliti kinerja keuangan
tersebut adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi
laba. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengambil judul ”EVALUASI
KINERJA KEUANGAN DIUKUR DARI RASIO LIKUIDITAS,
RENTABILITAS DAN PERMODALAN PADA PT. BANK PAN
INDONESIA Tbk (BANK PANIN)”.
1.2. Pembatasan Masalah
Dengan keterbatasan yang ada penelitian ini dilakukan untuk
memberikan gambaran yang mendekati mengenai kinerja keuangan Bank
Panin selama 5 tahun terkahir. Periode laporan keuangan yang dikumpulkan
adalah selama 5 tahun, yaitu laporan keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk
(Bank Panin) tahun 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011. Disebabkan
banyaknya faktor yang mempengaruhi kinerja sebuah bank, maka penulis
menggunakan rasio-rasio sebagai berikut:
1. Likuiditas bank diukur dengan menggunakan rumus Loan to Deposit
Ratio (LDR).
2. Rentabilitas bank diukur dengan menggunakan rumus rasio biaya
operasional (BOPO), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity
(ROE).
4
3. Permodalan bank diukur dengan menggunakan rumus Capital Adequacy
Ratio (CAR).
1.3. Perumusan Masalah
Dengan diketahuinya kondisi keuangan bank, maka keputusan yang
rasional dapat dibuat dengan bantuan alat-alat analisis tertentu. Analisis
keuangan dapat dilakukan baik oleh pihak eksternal bank maupun pihak
internal bank sendiri. Berdasarkan keterangan tersebut, maka penulis
berusaha merumuskan permasalahan yaitu: “Bagaimana kinerja keuangan
Bank Panin diukur dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas dan rasio
permodalan?”.
1.4. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dimaksudkan untuk mengetahui berbagai hal seperti:
1. Untuk mengetahui likuiditas Bank Panin selama 5 tahun terkahir.
2. Untuk mengetahui rentabilitas Bank Panin selama 5 tahun terakhir.
3. Untuk mengetahui permodalan Bank Panin selama 5 tahun
terakhir.
4. Untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Panin selama 5 tahun
terakhir.
5
1.4.2. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis atau peneliti
a. Dapat menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan
terutama mata kuliah yang berkaitan dengan penelitian.
b. Dapat
menambah
ilmu,
wawasan,
pengalaman
dan
mengevaluasi kinerja keuangan.
2. Bagi Bank Panin diharapkan dapat bermanfaat bagi progress
keuangan bank dalam meningkatkan likuiditas, rentabilitas, dan
permodalan.
3. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
kinerja keuangan.
4. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya bidang manajemen keuangan perbankan.
5. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
1.5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Dalam penelitian ini penulis memaparkan penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang analisis kinerja
keuangan diukur dari rasio likuiditas, rentabilitas, dan permodalan pada
PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin).
Hidayati Naswardani (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas Terhadap
Return Saham (Study Empiris Pada Perusahaan Makanan dan Minuman di
6
BEI)” memaparkan bahwa pengambilan keputusan keuangan diperlukan
informasi keuangan. Informasi keuangan tersebut di perusahaan disajikan
oleh laporan keuangan yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi. Pada
umumnya
laporan
keuangan
dipertimbangkan
sebagai
dasar
untuk
mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan oleh para pemakai
laporan keuangan. Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaaan
seharusnya mencakup informasi keuangan yang dapat digunakan untuk
membuat keputusan ekonomi. Informasi keuangan yang dimaksud adalah
informasi tentang kinerja perusahaan, arus kas, posisi keuangan perusahaan,
serta informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi
investor dalam mengambil keputusan investasi, manfaat laporan keuangan
tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis
lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan (Penman, 1991 dalam IG. K. A.
Ulupui, 2005). Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba-rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.
Susana Suswandari (2003) dalam penelitian “Analisa Laporan
Keuangan untuk menilai Kinerja Keuangan pada Bank-Bank Pemerintah”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kinerja keuangan bankbank pemerintah yang ditinjau berdasarkan laporan keuangannya. Dari hasil
7
perhitungan diperoleh bahwa untuk BRI, nilai LDR melebihi nilai standar BI
yaitu 110%, ini menunjukkan dana pihak ketiga menurun sementara
sementara jumlah kredit yang disalurkan terus menerus meningkat. Nilai
Cash Ratio cukup berfluktuasi, namun masih berada di atas ketentuan BI
sebesar 2%, hal ini disebabkan oleh peningkatan yang cukup besar dari asset
tunainya. Untuk CARnya masih berada di bawah nilai BI yaitu 8%, hal ini
dikarenakan
total
kredit
dan
surat
berharga
mengalami
peningkatan jumlahnya. Untuk ROE dan ROA masih berada di bawah nilai
standar, ROE mengalami penurunan karena adanya pertumbuhan modal
melebihi pertumbuhan laba, sedang ROA rendah disebabkan laba mengalami
defisit. Untuk BNI, nilai LDR lebih dari 110% dan nilai CR lebih dari 2%,
CAR kurang dari 8%, sehingga dikatakan tidak sehat. Untuk ROE meningkat
yang disebabkan oleh peningkatan laba lebih besar dari kenaikan modal
sendiri, sedang ROA menurun karena bank kurang mampu dalam mengelola
asset. Untuk BTN, nilai LDR berada pada kisaran angka ideal dan CR masih
di bawah 2%. Nilai CAR di atas 8% menunjukkan kondisi bank yangsehat.
ROE dan ROA masih rendah dibawah nilai standar.
1.6. Kerangka Berpikir
Bagan berikut ini akan menjelaskan alur pemikiran penulis dalam
penelitian yang dilakukan. Dimulai dari hasil laporan keuangan PT. Bank Pan
Indonesia Tbk (Bank Panin) akan diperoleh angka-angka rasio likuiditas,
8
rentabilitas, dan permodalan sehingga dapat diketahui kinerja bank tersebut
apakah baik atau buruk.
Gambar 1.
Kerangka Berpikir Penulis
Laporan Keuangan
Neraca
Likuiditas
Rugi/Laba
Rentabilitas
Permodalan
Kinerja Keuangan
Baik
Buruk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Bank
Pengertian bank yang dikutip berikut ini, pada dasarnya
berbeda satu dengan yang lainnya. Kalaupun ada perbedaan hanya
nampak pada tugas atau usaha bank. Ada yang mengartikan bank
sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun dana dari
pihak ketiga. Sedangkan pengertian lain mengatakan, bank adalah
suatu
badan
yang tugas
utamanya
sebagai
perantara
untuk
menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang
ditentukan dan ada pula yang menyatakan bahwa bank adalah suatu
badan usaha yang tugas utamanya menciptakan kredit.
Dendawijaya (2008 : 25) mendefinisikan pengertian bank
sebagai berikut: “Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya
sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang
menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle
fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau
kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan”.
Sedangkan menurut Suyatno, dkk. (2007 : 1) bahwa: bank adalah
suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam
jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,
9
10
pengawasan
terhadap
mata
uang,
bertindak
sebagai
tempat
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaanperusahaan dan lain-lain.
Malayu S.P. Hasibuan (2008 : 1) mendefinisikan bahwa bank
adalah dana usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk
kredit
dan/atau
bentuk-bentuk
lainnya
dalam
rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Secara sederhana bank
menurut Kasmir (2008 : 2) adalah: Lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank
lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya
adalah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau
kedua-duanya.
Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah:
11
1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat
menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama
masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan
uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk melakukan
investasi
dengan
harapan
memperoleh
bunga
dari
hasil
simpanannya.
2. Menyalurkan dana ke masyarakat, maksudnya adalah bank
memberikan
pinjaman
(kredit)
kepada
masyarakat
yang
mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan
dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Pinjaman atau
kredit yang diberikan dibagi dalam berbagai jenis sesuai dengan
keinginan nasabah. Tentu saja sebelum kredit diberikan bank
terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut layak diberikan atau
tidak.
3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang
(transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam
kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari
luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe
deposit box, bank garansi, bank notes, travelers cheque dan jasa
lainnya.
12
2.2.
Kinerja Keuangan Bank
Agar perusahaan dapat tetap berjalan sesuai harapan, biasanya
manajemen
membagi-bagi
tugas,
memecah-mecah
organisasi
perusahaan menjadi divisi-divisi, dan menetapkan seorang manajer
yang bertanggung-jawab untuk setiap divisi tersebut. Para manajer
divisi diberi kewenangan untuk membuat berbagai keputusan yang
sebelumnya dilakukan oleh manajemen pusat, dan perusahaan
menetapkan berbagai instrumen evaluasi guna menilai kinerja para
manajer tersebut. Kondisi ini disebut dengan pelimpahan wewenang.
Indra Bastian (2001: 329) mendefinisikan kinerja sebagai suatu
gambaran
mengenai
tingkat
pencapaian
pelaksanaan
suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema
strategis (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum, dapat
juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai
oleh organisasi dalam periode tertentu.
Mahsun (2006: 226) menyatakan bahwa kinerja organisasi
merupakan hal yang penting untuk mengukur keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Rosenzweig (1982)
menyatakan bahwa kinerja menyangkut sejauh mana hasil dapat
dicapai.
13
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memberikan sebuah
kesimpulan bahwa performance atau kinerja merupakan pencapaian
suatu tujuan dari suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai
tujuan perusahaan yang diukur dengan standar. Menurut Soegiharto
(2007 : 10) secara umum kinerja dibagi menjadi dua yaitu kinerja
keuangan dan kinerja non keuangan. Pengukuran kinerja keuangan
mengarah kepada perbaikan, perencanaan, implementasi, dan pelaksanaan
strategis. Sedangkan kinerja non keuangan adalah faktor kualitatif yang
mendukung kinerja keuangan yang bersifat kuantitatif.
Zarkasyi (2008 : 48) bahwa: Kinerja keuangan merupakan sesuatu
yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan
mengacu pada standar yang ditetapkan. Sedangkan Gitosudarmo dan
Basri (2002 : 275) berpendapat bahwa: ”Kinerja keuangan adalah
rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan
dalam laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi dan neraca.”
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996), kinerja
perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu
seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan
dan kinerja keuangan di masa depan dan hal-hal lain yang langsung
menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan
14
harga
sekuritas
dan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
komitmennya ketika jatuh tempo.
Pengukuran-pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
tergantung pada bagaimana unit organisasi akan dinilai dan bagaimana
sasaran akan dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada tahap perumusan
strategi
dalam
sebuah
proses
manajemen
strategis
(dengan
memperhatikan profitabilitas, pangsa pasar, dan pengurangan biaya,
dari berbagai ukuran lainnya) harus betul-betul digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi strategi
(Hunger & Wheelen, 2003).
Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan merupakan hasil
yang dicapai suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang
ada dalam perusahaan yang seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Farid dan
Siswanto, 1998). Demikian juga halnya dengan kinerja perbankan
dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai bank dengan mengelola
sumber daya yang ada dalam bank seefektif mungkin dan seefisien
mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen
(Basran Desfian, 2005).
Penilaian kinerja perbankan menjadi sangat penting dilakukan
karena operasi perbankan sangat peka terhadap maju mundurnya
15
perekonomian suatu negara (Astuti Yuli Setyani, 2002). Kinerja
perbankan dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh gambaran bahwa kinerja
keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada
suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas (rentabilitas) bank.
Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan
kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga
intermediasi. Sedangkan penilaian kondisi likuiditas bank guna
mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya kepada para deposan. Penilaian aspek profitabilitas
(rentabilitas) guna mengetahui kemampuan menciptakan profit (laba),
yang sudah tentu sangat penting bagi para pemilik bank. Diharapkan
dengan adanya kinerja bank yang baik pada akhirnya akan berdampak
baik pada pihak intern maupun bagi pihak ekstern bank. Laporan
keuangan merupakan alat yang dijadikan acuan penilaian untuk
meramalkan
perusahaan.
kondisi
keuangan,
operasional
dan
hasil
usaha
16
2.3.
Laporan Keuangan Bank
2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan
Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi
kesehatan perusahaan, termasuk bank adalah laporan keuangan.
Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan
keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu
sehingga
pihak-pihak
yang
berkepentingan
terhadap
perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan
keuangan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan
perusahaan
antara
yang
lain para
pemilik
bersangkutan,
perusahaan,
investor,
manajer
karyawan,
dan
masyarakat.
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan
suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Laporan keuangan dalam suatu perusahaan sebenarnya
merupakan produk akhir dari proses atau keputusan-keputusan
akuntansi
Accounting
dalam
Entity).
suatu
kesatuan
Adapun
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
proses
akuntansi
akuntansi
(Business
meliputi
17
a. Mengumpulkan bukti-bukti transaksi
b. Mencatat transaksi dalam jurnal
c. Memposting dalam buku besar dan membuat kertas kerja
d. Menyusun laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu
proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksitransaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan. Laporan ini dibuat oleh manajemen dengan
tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Berikut
merupakan beberapa pengertian laporan keuangan yang
diungkapkan oleh para ahli.
Menurut Soemarsono (2004 : 34) “Laporan keuangan
adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan,
terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7
(IAI, 2009), “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian
terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas”. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan
suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
18
Laporan keuangan (financial statement) adalah laporan yang
menyampaikan informasi keuangan yang dipercaya kepada
pihak yang berkepentingan. Berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) tujuan laporan keuangan adalah:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan.
2. Untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai informasi termasuk menyediakan informasi yang
mungkin
dibutuhkan
pemakai
dalam
pengambilan
keputusan secara umum yang menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian dimasa lalu.
Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992 :
17) merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua tahun
buku yang bersangkutan. Sedangkan laporan keuangan
menurut Sutrisno dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen
Keuangan (Teori, Konsep, dan Aplikasi)” adalah sebagai
berikut: “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses
19
akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni, Neraca dan
Laporan Laba Rugi.”
Laporan keuangan menurut Sundjaja dan Barlian
(2001 : 47) laporan keuangan adalah suatu laporan yang
menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan
sebagai
alat
berkepentingan
komunikasi
dengan
data
untuk
pihak-pihak
keuangan
atau
yang
aktivitas
perusahaan. Pengertian laporan keuangan menurut Munawir
(2004 : 2)” Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data atau aktivitas perusahaan tersebut.”. Di samping
itu
laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di
luar perusahaan menurut Zaki Baridwan (2000 : 17).
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004 : 105) ”laporan
keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah
20
Neraca, Laporan Rugi Laba, Laporan Arus Kas dan Laporan
Perubahan posisi Keuangan”. Sedangkan Riyanto (2001 : 15)
menyatakan laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai
adanya
keuangan
suatu
perusahaan,
dimana
neraca
mencerminkan nilai aktiva, nilai hutang, dan modal sendiri
pada suatu saat tertentu dan laporan keuangan laba/rugi
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu
biasanya dalam satu tahun.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi
yang berisi data-data keuangan. Data-data keuangan ini
digunakan untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.
2.3.2. Jenis-Jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan bermacam-macam baik berupa
laporan utama maupun laporan pendukung. Jenis-jenis laporan
keuangan disesuaikan dengan kegiatan usaha perusahaan yang
bersangkutan dan pihak yang keterkaitan untuk memerlukan
informasi keuangan pada suatu perusahaan tertentu.
Menurut Munawir (2002 : 13) dalam bukunya yang
berjudul “Analisa Laporan Keuangan” menyatakan: “Laporan
21
keuangan pada umumnya terdiri dari Neraca, Laporan Laba
Rugi, dan Laporan Perubahan Modal atau Laba yang Ditahan,
walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa
daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut.
Misalnya, Laporan Perubahan Modal Kerja, Laporan Arus Kas,
Perhitungan Harga Pokok, maupun daftar-daftar lampiran yang
lain.”.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004 : 2) dalam
bukunya yang berjudul ”Standar Akuntansi Keuangan” adalah
sebagai berikut: “Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan
Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara
misalnya, Laporan Arus Kas atau Laporan Arus Dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan
bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga
termasuk skedul informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen
industri dan geografis serta pengungkapan perubahan harga.”.
Jenis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap
(2004 : 106) yang berjudul ” Analisis Kritis atas Laporan
Keuangan” menyatakan : ”Jenis laporan keuangan terdiri dari
jenis laporan keuangan utama dan pendukung, seperti, Daftar
22
Neraca, Perhitungan Laba Rugi, Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana, Laporan Arus Kas, Laporan Harga Pokok
Produksi, Laporan Laba Ditahan, Laporan Perubahan Modal,
dan Laporan Kegiatan Keuangan.”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari:
1. Neraca
Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam
data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi
perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban
perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang
keuntungan atau kerugian yang diderita oleh perusahaan
dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan
data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban
sebagai pengeluaran operasional perusahaan.
3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana,
menunjukkan
digunakannya.
asal
kas
Laporan
diperoleh
perubahan
dan
bagaimana
posisi
keuangan
23
menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana.
Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu, Laporan Perubahan
Modal Kerja dan Laporan Arus Kas. Laporan Perubahan
Modal Kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang
lancar, sedangkan Laporan Arus Kas menyajikan data-data
mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan
investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas
awal, serta saldo kas akhir.
4. Catatan dan laporan lain sebagai penjelasan bagi laporan
keuangan
Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang
tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini
tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada
waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi
tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan
keuangan. Misalnya, Laporan Harga Pokok Produksi,
Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan, Laporan
Kegiatan Keuangan.
Sedangkan laporan keuangan bank harus disusun
berdasarkan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia
(SKAPI) dan Prinsip Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI)
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Menurut
24
ketentuan tersebut laporan keuangan bank terdiri dari
(1)
Neraca,
(2)
Laporan
Perhitungan
Laba
Rugi,
(3) Laporan Komitmen dan Kontijensi, (4) Laporan Perubahan
Posisi Keuangan, dan (5) Catatan atas Laporan Keuangan
(IAI,1995).
Neraca sebagai laporan posisi keuangan bank pada saat
tertentu.
Aktiva
dan
pasiva
pada
neraca
bank
tidak
diklasifikasikan menurut lancar dan tidak lancar, melainkan
disusun sesuai dengan likuiditas dan jatuh tempo. Setiap pos
aktiva produktif harus disajikan dalam jumlah bruto dan
dikurangi dengan penyisihan penghapusannya. Laporan laba
rugi bank disusun multiple step sehingga menggambarkan
kegiatan
operasi
utama
bank
dengan
kegiatan
non
operasionalnya. Pos-pos laporan laba rugi harus disesuaikan
dengan SKAPI dan PAPI.
Laporan Komitmen dan Kontijensi harus disusun secara
sistematis, agar dapat memberikan gambaran komprehensif
posisi komitmen dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan
maupun kewajiban, secara tersendiri tanpa pos lawan.
Komitmen merupakan perjanjian atau kontrak yang tidak
dapat dibatalkan (irreversible) secara sepihak. Kontijensi
merupakan kewajiban yang timbulnya bersifat kondisional.
25
Laporan perubahan posisi keuangan merupakan laporan
arus kas yang membagi arus kas menjadi tiga kategori arus kas
operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan. Laporan
arus kas diatur sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 2 tentang laporan arus kas. Catatan atas
laporan keuangan harus menjelaskan pos-pos laporan keuangan
pokok dan catatan tentang posisi devisa menurut jenis mata
uang serta kegiatannya, seperti kegiatan wali amanat,
custodianship, dan penyaluran kredit kelolaan (IAI, 1995).
2.4.
Pengertian dan Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Saat ini orang akan sangat berhati-hati dalam mengambil
keputusan untuk menempatkan dananya di suatu bank. Perilaku
masyarakat yang seperti ini timbul karena berdasarkan pengalaman
masa kelabu perbankan nasional di tahun 1998 hingga awal tahun
2000-an, yang pada periode itu banyak bank yang dibekukan kegiatan
usahanya karena tidak dapat memenuhi ketentuan CAR dan sering
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia yang merupakan rambu-rambu bagi bank dalam
menjalankan kegiatan usahanya. Nasabah mengharapkan akan
memperoleh keuntungan dari tingkat bunga yang tinggi yang
ditawarkan bank-bank tersebut, tetapi kenyataannya yang terjadi
26
adalah para nasabah bank justru menderita kerugian ganda, yaitu tidak
memperoleh bunga sebagaimana diharapkan dan kesulitan mencairkan
dananya. Selain itu juga disebabkan karena adanya krisis keuangan
global tahun 2007 yang dipicu oleh subprime mortgage tanpa diduga
telah membawa risiko likuiditas menjadi isu terpenting dalam agenda
para praktisi dan otoritas perbankan. Krisis keuangan yang berawal
pada kuartal III tahun 2007 ini diprediksi menjadi salah satu dari krisis
yang terparah dalam sejarah, dalam hal durasi, lingkup, dan dampak
kerugian bagi lembaga keuangan, serta perekonomian global.
Oleh karena itu, agar kita tidak salah dalam menempatkan dana
di bank, maka menurut Loen dan Ericson (2008 : 118) kita perlu
mengetahui kinerja bank tersebut, dan untuk mengetahui kinerja suatu
bank, umumnya alat yang digunakan adalah dengan melakukan analisa
rasio kinerja bank, yaitu dengan melakukan analisis rasio likuiditas,
rentabilitas dan solvabilitas (permodalan).
Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama
untuk membuat perbandingan keadaan keuangan pada saat yang
berbeda. Dan kedua, untuk membuat perbandingan keadaan keuangan
dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang
berguna apabila dibandingkan dengan rasio standar yang lazim
digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama dari laporan
keuangan tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari
27
perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan
perusahaan yang dianalisis.
Pengertian rasio keuangan dikemukakan oleh Sofyan Syafri
Harahap (2007 : 297) mengemukakan bahwa rasio keuangan adalah
angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan
keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan (berarti). Rasio menurut Syafruddin (2003 :
107) bahwa rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif
maupuan absolut untuk menjelaskan hubungan-hubungan tertentu antara
faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu laporan keuangan.
Raflux (1996 : 54) mengatakan bahwa : ada berbagai macam pendekatan
yang dilakukan oleh Bank untuk mengukur kemampuannya, misalnya
dengan cara melihat kualitas assetnya, manajemen & administrasinya,
posisi likuiditas, capital adequacy, earning performace atau mengukur
rasio-rasio finansial. Selanjutnya Mulyono (2004 : 86) berpendapat
bahwa tehnik-tehnik perhitungan yang digunakan dalam analisis laporan
bank, dengan maksud untuk mengetahui hubungan timbal balik yang ada
antara bank assets, bank liabilities dan bank capital yang selanjutnya
untuk mengetahui tingkat likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas
(permodalan) dari suatu bank.
Menurut Mamduh dan Halim, (2003, 75) ukuran kinerja
meliputi rasio-rasio berikut:
28
a. Rasio
likuiditas
memenuhi
mengukur
kewajiban
jangka
kemampuan
pendeknya
perusahaan
atau
untuk
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat
ditagih.
b. Rasio aktivitas mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aset
dengan melihat tingkat aktivitas aset.
c. Rasio
solvabilitas
(permodalan)
mengukur
sejauh
mana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
panjangnya.
d. Rasio profitabilitas (rentabilitas) mengukur seberapa kemampuan
perusahaan menghasilkan laba.
e. Rasio pasar mengukur perkembangan nilai perusahaan relatif
terhadap nilai pasar.
Rasio keuangan sebagai pengukuran kinerja keuangan dalam
laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai salah satu dasar
untuk memprediksi laba bersih dan dividen pada masa yang akan
datang. Cara yang digunakan untuk mendukung prediksi tersebut
adalah dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Analisis
tersebut mengkombinasikan hubungan antara komponen keuangan
yang satu dengan komponen keuangan yang lain. Pada umumnya,
hubungan tersebut dilihat dari rasio antara komponen-komponen
keuangan yang satu dengan yang lain. Dalam konteks manajemen
29
keuangan, analisis tersebut dikenal dengan analisis rasio keuangan.
Analisis rasio ini berguna untuk membandingkan kinerja perusahaan
yang satu dengan perusahaan yang lain atau membandingkan kinerja
satu perusahaan pada tahun ini dengan tahun yang lainnya.
Menurut Munawir (2002 : 68) pada dasarnya banyak sekali
angka rasio itu karena rasio dibuat menurut kebutuhan penganalisa.
Namun demikian angka-angka rasio pada dasarnya dapat digolongkan
menjadi 2 yaitu sumber data keuangannya dan berdasarkan tujuan
penganalisa.
1. Berdasarkan sumber datanya angka rasio dibedakan menjadi
a. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio)
b. Rasio-rasio laporan laba-rugi (income statement ratio)
c. Rasio-rasio antar laporan (inter statement ratio)
2. Berdasarkan tujuan penganalisa angka rasio dapat digolongkan
antara lain:
a. Rasio-rasio likuiditas
b. Rasio-rasio solvabilitas
c. Rasio-rasio profitabilitas
d. Rasio-rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisa
misalnya rasio-rasio aktivitas.
30
Menurut Robert Anggoro (1997 : 18) rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau
tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan dalam jangka
pendek untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo.
b. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan di
dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya.
c. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio
ini
menunjukkan
keberhasilan
perusahaan
didalam
menghasilkan keuntungan.
d. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini disebut juga leverage
ratio.
e. Rasio Pasar (Market Ratio)
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang
diungkapkan dalam basis perusahaan.
Menurut Riyanto (1998 : 42) angka rasio dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan. Golongan pertama berdasarkan sumber data
31
keuangan yang merupakan unsur dari angka rasio, sedangkan
golongan kedua didasarkan pada tujuan penganalisaan.
1. Berdasarkan sumber data keuangan yaitu:
a. Rasio-rasio neraca
Yaitu semua rasio yang semua datanya diambil dan bersumber
dari neraca.
b. Rasio-rasio laba/rugi
Yaitu
semua
rasio
yang datanya bersumber dari laporan
rugi/laba.
c. Rasio antar keuangan
Yaitu semua rasio yang datanya bersumber dari neraca dan
laporan rugi/laba, misalnya tingkat perputaran piutang.
2. Rasio berdasarkan tujuan penganalisaan ada tiga macam yaitu:
a. Rasio likuiditas
Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajiban lancarnya.
b. Rasio solvabilitas
Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajiban finansial pada saat
likuidasi.
32
c. Rasio rentabilitas/profitabilitas
Yaitu rasio bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba.
Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke
dalam empat macam kategori menurut Mamduh dan Halim (2003 :
77-88), yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio permodalan, dan
rasio aktivitas. Namun kali ini penulis hanya fokus pada tiga kategori
rasio yaitu:
a. Rasio Likuiditas
Menurut Kasmir (2008 : 129) rasio likuiditas merupakan rasio
yang mengambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek. Sedangkan menurut Riyanto
(1998 : 19) rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan
untuk menyediakan alat-alat
yang likuid, sehingga dapat
memenuhi kewajiban finansial pada saat jatuh tempo, kewajiban
itu sendiri bisa berkaitan dengan pihak intern maupun pihak
ekstern perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2010 : 301)
menyatakan
bahwa
likuiditas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
33
Jadi, rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahan
relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan
kewajiban perusahaan). Kaitannya dengan bank yaitu suatu bank
dikatakan
likuid,
apabila
bank
dapat
memenuhi
semua
kewajibannya khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan
dengan simpanan masyarakat (simpanan, tabungan, giro) dan bank
mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.
Oleh karena itu, bank dapat dikatakan liquid apabila:
a. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang
digunakan untuk memenuhi likuiditasnya,
b. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari
kebutuhan likuiditasnya, tetapi mempunyai aset atau aktiva
lainnya (misal surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktuwaktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya, dan
c. Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan
cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang.
Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi,
sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva
lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap
profitabilitas perusahaan. Biasanya rasio yang digunakan adalah
34
current ratio, cash ratio,net working capital to total asset ratio,
loan to deposit ratio (LDR), dan loan to asset ratio.
b. Rasio Rentabilitas
Menurut Kasmir (2008 : 196) rasio rentabilitas atau profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Menurut
Sofyan
Syafri
Harahap
(2010
:
304)
rasio
profitabilitas/rentabilitas mengambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini mengambarkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau disebut juga
Operating Ratio.
Menurut Arief Sugiono (2009 : 78) rasio profitabilitas/rentabilitas
bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin
pada imbalan atau hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau
dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhaan
dan efisiensi dalam pengolahaan kewajiban dan modal.
35
Jadi, rentabilitas atau profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba yang diperoleh dari modal/dana yang
berasal dari pinjaman dan dari modal sendiri yang telah digunakan
dalam kegiatan operasional. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa rentabilitas atau profitabilitas adalah suatu
ukuran
kemampuan
perusahaan
yang
dilakukan
dengan
membandingkan antara laba yang diperoleh dengan aktiva usaha
atau modal usaha perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan
laba.
Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin,
net profit margin, return on total asset (ROA), rasio biaya
operasional (BOPO), return on equity (ROE) dan sebagainya
menurut Mamduh dan Halim (1995 : 262).
c. Rasio Permodalan
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank
tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat
dihindarkan, sumber dana yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan usahanya sampai batas tertentu, karena sumber-sumber
dana dapat juga berasal dari hutang penjualan aset yang tidak
dipakai dan lain-lain, alat pengukuran besar kecilnya kekayaan
36
bank tersebut yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya, dan
dengan modal yang mencukupi memungkinkan manajemen bank
yang bersangkutan dengan bekerja dengan efisiensi yang tinggi,
seperti yang dikehendaki oleh para pemilik modal pada bank
tersebut. Menurut Kasmir (2008 : 151) permodalan atau leverage
ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sajauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan
dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio
permodalan digunakan untuk mengukur kamampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibanya, baik jangka pendek
maupun
jangka
penjang
apabila
perusahaan
dibubarkan
(dilikuidasi).
Menurut Arief Sugiono (2009 : 70) Rasio Permodalan (Leverage
Ratio) bertujuan untuk menganalisis pembelajaan yang dilakukan
berupa komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga dan beban tetap lainya. Sedangkan
menurut Mamduh dan Halim (2009 : 81) Rasio Permodalan
(Leverage Ratio) adalah mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban – kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan
yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih
37
besar dibandingkan total assetnya. Rasio ini mengukur likuiditas
jangka panjang perusahaan.
Rasio permodalan yang biasanya digunakan seperti debt to total
asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to
equity ratio, capital adequacy ratio (CAR), long term debt to
equity ratio, dan lain-lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Disain Penelitian
Disain penelitian yang diterapkan oleh penulis dalam penulisan ini
adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variable
yang diteliti dalam suatu situasi (Uma Sekaran, 2006).
3.2. Objek Penelitian
Penulis mengadakan penelitian pada PT. Bank Pan Indonesia
Tbk (Bank Panin) di Jalan Jenderal Sudirman KCU Senayan Kav. 1,
Senayan, Jakarta Pusat.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder.
Adapun
metode
pengumpulan
data
yang
digunakan
oleh
penulis
dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Interview (Wawancara)
Adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dengan dua orang atau lebih dengan cara bertatap
muka dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.
38
39
2. Metode Dokumentasi
Adalah suatu pengumpulan data yang berasal dari sumber tertulis
(buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan resmi), fotofoto dan data statistik sebagai data tambahan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur penting dalam
melakukan penelitian. Dalam penelitian kali ini, pengumpulan data dilakukan
dengan cara:
a.
Riset Kepustakaan (Library Research)
Riset kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dan
informasi di mana sumbernya dapat diperoleh dari berbagai literatur
seperti buku-buku, majalah-majalah ilmiah yang terhubung erat
dengan penelitian ini, dan catatan kuliah yang diperoleh selama
mengikuti perkuliahan. Dalam hal ini dilakukan pengumpulan data
mengenai kinerja keuangan bank.
b.
Riset Lapangan (Field Library)
Riset lapangan adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
melakukan observasi yang dalam penelitian ini dilakukan kunjungan
secara langsung ke Bank Panin KCU Senayan untuk memperoleh data
sekunder. Data sekunder yang diperoleh berupa annual report selama
5 tahun, mulai dari tahun 2007 sampai dengan 2011.
40
3.5. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan bertujuan untuk mendeskripsikan
data yang terkumpul dan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam
penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif.
Dalam mengevaluasi kinerja keuangan diperlukan berbagai analisa
diantaranya:
1. Analisis Likuiditas
Likuiditas merupakan masalah yang sangat esensial bagi lembaga
keuangan untuk menjaga kontinuitas usahanya. Pada prinsipnya
likuiditas merupakan kemampuan untuk memenuhi permintaan
dana yang segera harus dipenuhi.
Menurut Jumingan (2005 : 246) perhitungan likuiditas dapat
digunakan melalui perhitungan rasio yang menggambarkan
hubungan timbal balik antara asset dengan liabilities. Sedangkan
menurut Kasmir (2008 : 129) rasio likuiditas merupakan rasio yang
mengambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban (utang) jangka pendek.
Menurut Riyanto (1998 : 19) rasio likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat yang likuid,
sehingga dapat memenuhi kewajiban finansial pada saat jatuh
tempo, kewajiban itu sendiri bisa berkaitan dengan pihak intern
41
maupun pihak ekstern perusahaan. Sofyan Syafri Harahap (2010 :
301) menyatakan bahwa likuiditas menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi,
sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva
lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap
profitabilitas perusahaan. Biasanya rasio yang digunakan adalah
current ratio, cash ratio,net working capital to total asset ratio,
loan to deposit ratio (LDR), dan loan to asset ratio.
Penulis hanya menekankan pada Loan to Deposit Ratio (LDR).
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar
kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan
dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para
debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat
likuiditasnya. Perhitungan atas rasio LDR dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Kredit
LDR = -------------------------- x 100
Dana Pihak Ketiga
42
2. Analisis Rentabilitas
Menurut Jumingan (2005 : 247) cara menilai rentabilitas
suatu perusahaan bermacam-macam tergantung pada laba dan
aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan. Sedangkan
menurut Kasmir (2008 : 196) rasio rentabilitas atau profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh
laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Menurut
Sofyan
Syafri
Harahap
(2010
:
304)
rasio
profitabilitas/rentabilitas mengambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio ini mengambarkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba atau disebut juga
Operating Ratio.
Menurut Arief Sugiono (2009 : 78) rasio profitabilitas/rentabilitas
bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin
pada imbalan atau hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau
dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhaan
dan efisiensi dalam pengolahaan kewajiban dan modal.
43
Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin,
net profit margin, return on total asset (ROA), rasio biaya
operasional (BOPO), return on equity (ROE) dan sebagainya
menurut Mamduh dan Halim (1995 : 262).
Dalam analisis ini, penulis menggunakan rasio biaya operasional
(BOPO), Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
a.
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya
operasi/biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang
diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BO/PO, maka
semakin baik kondisi bank tersebut. Perhitungan atas rasio
BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut:
Beban Operasional
BOPO = ------------------------------ x 100
Pendapatan Operasional
b.
Return on Assets (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan bank di dalam memperoleh
laba dan efisiensi secara keseluruhan. Menurut Mamduh dan
Abdul Halim (2009 : 159) Return On Assets yaitu mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
dengan
mengunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan
setelah disesuikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset
tersebut.
44
Menurut Sofyan Syafri Harahap ( 2010 : 305 ) Return On
Assets yaitu rasio yang menunjukan berapa besar laba bersih
yang di peroleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
Sedangkan menurut Arief Sugiono (2009 : 80) Return On
Assets yaitu rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari
bisnis atas seluruh aset yang ada, atau rasio ini mengambarkan
efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan.
Jadi Return On Assets digunakan untuk mengambarkan
perputaran aktiva diukur dari volume penjualan, semakin
besar rasio ini maka semakin baik. Hal ini berarti bahwa
aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
Perhitungan atas rasio ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih Sebelum Pajak
ROA = -------------------------------------- x 100
Rata-rata Total Aset
c. Return on Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan
ukuran profitabilitas (rentabilitas) dari sudut pandang
pemegang saham.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2010 : 305) Return On
Equity yaitu rasio yang menunjukan berapa persen
45
diperoleh laba bersih yang bila diukur dari modal pemilik,
semakin besar semakin bagus. Sedangkan menurut Arief
Sugiono (2009 : 80) Return On Equty yaitu rasio yang
mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh
modal yang ada.
Menurut Kasmir (2008 : 204) Return On Equty yaitu rasio
untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi pengunaan modal
sendiri, Semakin tinggi rasio ini semakin baik.
Jadi, Return On Equity untuk mengukur kemampuan modal
sendiri dalam menghasilkan laba bersih koperasi atau
return on equity usaha yang merupakan perbandingan
antara laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di
suatu pihak. Laba yang digunakan yaitu laba usaha setelah
dikurangi pajak sedangkan modalnya dari modal sendiri.
Rasio ROE bisa dihitung sebagai berikut:
Laba Setelah Pajak
ROE = ------------------------------ x 100
Rata-rata Total Modal
3. Analisis Permodalan
Analisis permodalan bank yaitu analisis yang menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi segera kewajiban
46
keuangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut
Jumingan (2005 : 245) untuk menghitung apakah jumlah capital
yang ada suatu bank telah memadai atau belum.
Menurut Kasmir (2008 : 151) permodalan atau leverage ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sajauh mana
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio permodalan
digunakan untuk mengukur kamampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibanya, baik jangka pendek maupun
jangka penjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
Menurut Arief Sugiono (2009 : 70) Rasio Permodalan (Leverage
Ratio) bertujuan untuk menganalisis pembelajaan yang dilakukan
berupa komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga dan beban tetap lainya. Sedangkan
menurut Mamduh dan Halim (2009 : 81) Rasio Permodalan
(Leverage Ratio) adalah mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban – kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan
yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih
besar dibandingkan total assetnya. Rasio ini mengukur likuiditas
jangka panjang perusahaan.
47
Rasio permodalan yang biasanya digunakan seperti debt to total
asset ratio, total debt to total capital asset ratio, total debt to
equity ratio, capital adequacy ratio (CAR), long term debt to
equity ratio, dan lain-lain. Pada perhitungan ini, penulis hanya
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan
perdagangan surat-surat berharga. Perbandingan rasio CAR adalah
rasio modal terhadap ATMR/Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
(Kasmir, 2008), yang dapat dirumuskan dengan:
Modal
CAR = --------------- x 100
ATMR
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank Panin)
PT. Bank Pan Indonesia, Tbk (Bank Panin) merupakan salah
satu bank komersial utama di Indonesia. Didirikan pada tahun 1971,
hasil merger dari Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank
Industri Dagang Indonesia. Setahun kemudian, pada April 1972, Bank
Panin mendapatkan persetujuan menjadi bank devisa. Pada tahun
1982, Bank Panin mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia), sehingga merupakan bank pertama
yang go public di Indonesia. Dengan struktur permodalan yang kuat
dan Rasio Kecukupan Modal yang tinggi, Bank Panin tidak harus
direkapitalisasi oleh Pemerintah pasca krisis ekonomi (1998).
Sampai dengan akhir Desember 2011, aset Bank Panin sebesar
Rp. 125 triliun, total simpanan Rp. 85.7 triliun, outstanding kredit
Rp. 75.7 triliun dan total networth Rp. 19.8 triliun, dengan kapitalisasi
pasar dari Rp. 18.8 triliun. Dengan kondisi tersebut Bank Panin
menjadi peringkat sebagai bank terbesar ketujuh nasional dalam hal
total aktiva.
48
49
Berdasarkan Daftar Pemegang Saham Perseroan per tanggal
30 September 2012, yang dikeluarkan oleh PT. Blue Chip Mulia pada
tanggal 1 Oktober 2012, susunan para pemegang saham PT. Bank Pan
Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
PT. Bank Pan Indonesia Tbk
Susunan Pemegang Saham
Keterangan
Modal Dasar
Modal Ditempatkan
Pemegang Saham:
1. PT. Panin Financial Tbk (d/h PT. Panin Life Tbk
2. Votraint No. 1103 Pty Ltd
3. Masyarakat lainnya masing-masing dengan
kepemilikan di bawah 5%
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Saham dalam Portepel
Nilai Nominal per saham Rp. 100,Jumlah Saham
Jumlah Nominal Persentaase
(Rp)
(%)
96,000,000,000
9,600,000,000,000
24,087,645,998
2,408,764,599,800
11,065,846,285
9,349,793,152
1,106,584,628,500
934,979,315,200
45.94
38.82
3,672,006,561
24,087,645,998
71,912,354,002
367,200,656,100
2,408,764,599,800
7,191,235,400,200
15.24
100.00
Sumber : Company Profile Bank Panin
Bank Panin saat ini memiliki 4 entitas anak, yakni PT. Clipan
Finance Indonesia Tbk, PT. Asuransi Multi Artha Guna Tbk, PT. Bank
Panin Syariah, dan PT. Verena Multi Finance Tbk.
Pada akhir tahun 2011, Bank Panin memiliki jaringan usaha
lebih dari 440 kantor di berbagai kota besar di Indonesia, lebih dari
700 ATM Panin, tergabung dengan jaringan 30.000 ATM Bersama,
5.000 ATM ALTO, 1.5 juta ATM Cirrus di seluruh dunia. Bank Panin
juga menyediakan layanan Internet Banking, Mobile Banking, dan
50
juga Phone Banking dan Call Centre serta Debit Card yang bekerja
sama dengan MasterCard, dan Maestro yang dapat diakses secara
internasional.
Melalui layanan produk yang inovatif, jaringan distribusi
nasional dan pengetahuan pasar yang mendalam, Bank Panin siap
untuk terus memperluas pangsa pasar dan berperan serta dalam
meningkatkan fungsi intermediasi keuangan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional.
4.1.2. Visi
Sebagai salah satu bank papan atas di Indonesia, Bank Panin
akan senantiasa menjaga dan meningkatkan kinerja keuangannya
secara sehat, meneruskan kepeloporan dan peranannya dalam
pertumbuhan industri perbankan nasional.
4.1.3. Misi
Mentransformasi Bank Panin menjadi salah satu bank
konsumer dan bisnis terkemuka di Indonesia.
51
4.1.4. Strategi
•
Nasabah
Fokus
pada
nasabah,
memahami
kebutuhan
mereka
dan
memberikan value chain services.
•
Produk
Mengembangkan dan menawarkan produk-produk unggulan guna
mendukung bisnis nasabah.
•
Saluran Distribusi
Membangun kemampuan distribusi melalui berbagai saluran
(multi-channel distribution) untuk menjangkau nasabah di seluruh
Indonesia dan turut mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
•
Efisiensi
Mengembangkan proses pelayanan untuk mempercepat transaksi
nasabah dan memberikan biaya yang efisien dan kompetitif
melalui pengembangan teknologi.
•
Sumber Daya Manusia
Menanamkan dan meningkatkan budaya perusahaan dalam rangka
menghargai sepenuhnya prestasi individu dan terus memotivasi
personil untuk meningkatkan produktivitas dan pelayanan kepada
nasabah.
52
•
Pemegang Saham
Mengkapitalisasi kekuatan bisnis dan franchise value yang
dimiliki untuk mencapai kinerja yang unggul yang akan membawa
manfaat bagi para pemangku kepentingan, termasuk pemegang
saham.
4.1.5. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Dalam industri perbankan, tata kelola perusahaan adalah faktor
penting dalam memelihara kepercayaan dan keyakinan pemegang
saham dan nasabah. Tata kelola perusahaan yang baik dirasakan
semakin penting seiring dengan meningkatnya risiko bisnis dan
tantangan
yang
dihadapi
oleh
industri
perbankan.
Dengan
mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) dan pengelolaan risiko yang baik, Bank diharapkan dapat
terhindar dari dampak buruk krisis perekonomian global.
Dalam setiap pengambilan keputusan bisnis memiliki unsur
ketidakpastian dan juga menimbulkan risiko. Untuk menyikapi hal
tersebut Bank Panin senantiasa mengelola risiko melalui pengawasan
yang efektif dan pengendalian internal sebagai bagian dari prinsipprinsip GCG. Struktur pengendalian internal yang terpadu dan
komprehensif dapat meminimalkan dampak tersebut. Aktualisasi GCG
53
sebagai bagian yang dilakukan proses intern senantiasa melibatkan
pemangku kepentingan yaitu Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat
Senior, pimpinan dan seluruh karyawan. Interaksi tersebut membentuk
budaya kerja yang positif dan memberikan keunggulan bersaing Bank
Panin.
Dalam melaksanakan Good Corporate Governance, Bank
Panin senantiasa berpedoman pada ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia tentang prinsip-prinsip GCG. Prinsip yang
dianut adalah tata kelola perusahaan harus dijalankan dengan standar
tertinggi dalam rangka mendukung tujuan bisnis Bank yaitu
pertumbuhan, profitabilitas dan nilai tambah kepada seluruh
pemangku kepentingan. Hal ini merupakan kunci utama yang
mendukung keberlangsungan Bank Panin.
Bank Panin menetapkan pertumbuhan usaha sesuai dengan
Rencana Bisnis Tahunan yang mengacu pada “prinsip kehati-hatian”
(prudential banking) dan penerapan Tata Kelola Perusahaan atau
Good
Corporate
Governance
(GCG)
dengan
sebaik-baiknya.
Penerapan prinsip GCG tersebut berlandaskan pada 5 (lima) prinsip
dasar
GCG,
yaitu
transparansi
(transparency),
akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), independensi
(independency) dan kewajaran (fairness).
54
Manajemen Bank Panin menyadari penerapan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance sangat diperlukan dalam setiap aspek
pengelolaan kegiatan usaha Bank. Oleh sebab itu Dewan Komisaris
dan Direksi membuat komitmen bersama untuk melaksanakan Good
Corporate Governance di Bank Panin. Upaya/kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang baik,
antara lain sebagai berikut:
a. Public Expose
Kegiatan ini untuk memenuhi ketentuan pasar modal dalam rangka
memaparkan kinerja perusahaan kepada pemegang saham,
investor, analis, dan media.
b. Road Show
Untuk meningkatkan reputasi dan citra Bank kepada para investor
serta bank-bank koresponden internasional. Road Show dilakukan
secara berkala baik secara bilateral ataupun ikut serta bersama
perusahaan-perusahaan sekuritas.
c. Kepatuhan (Compliance)
Penyampaian laporan sesuai ketentuan Bank Indonesia (BI) yang
meliputi Laporan Bank Umum, Laporan Berkala Bank Umum,
laporan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) yang meliputi Cash Transaction Report (CTR) dan
Suspicious
Transaction
Report
(STR),
laporan
kepada
55
BAPEPAM-LK yang meliputi Laporan keuangan Triwulanan,
serta publikasi Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan yang
telah diaudit oleh akuntan publik secara berkala.
d. Paparan Rencana Bisnis dan hasil kinerja kepada Bank Indonesia
Rencana Bisnis Bank Panin selalu dibuat secara realistis dan
memperhatikan kondisi pasar. Hasil laporan pengawasan rencana
bisnis secara berkala dilaporkan kepada Bank Indonesia sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/21/PBI/2010 tentang
Rencana Bisnis Bank.
e. Rating Agencies
Menunjuk Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPNP
tentang lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank
Indonesia terhadap aspek kuantitas maupun kualitas, Bank Panin
telah dinilai oleh lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank
Indonesia secara berkala.
4.1.6. Struktur Tata Kelola Perusahaan
A.
Rapat Umum Pemegang Saham
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah Organ
Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Dewan Komisaris dan Direksi dalam batas yang
56
ditentukan dalam Undang-undang Perseroan Terbatas dan/atau
Anggaran Dasar Perseroan.
RUPS memiliki wewenang antara lain untuk:
a.
Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris dan
Direksi;
B.
b.
Menetapkan remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi;
c.
Mengevaluasi kinerja Dewan Komisaris dan Direksi.
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan dan
memberikan saran terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Direksi. Dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab itu,
Dewan Komisaris wajib bertindak secara independen.
Ketentuan Bank Indonesia mengenai Good Corporate
Governance (GCG) menyatakan bahwa jumlah anggota Dewan
Komisaris paling kurang 3 orang dan paling banyak sama
dengan jumlah anggota Direksi. Paling kurang satu orang
anggota Dewan Komisaris harus berdomisili di Indonesia dan
paling kurang 50% dari jumlah anggota Dewan Komisaris
merupakan Komisaris Independen.
57
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tentang
Tenaga Kerja Asing, 50% atau lebih dari anggota Komisaris
wajib berkewarganegaraan Indonesia.
Bank Panin telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia
tersebut, dari 4 orang Dewan Komisaris yang ada, kesemuanya
berdomisili di Indonesia dan 2 orang merupakan Komisaris
Independen. Selain itu 100% dari anggota Dewan Komisaris
adalah warganegara Indonesia.
Susunan Dewan Komisaris yang menjabat sejak
ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan tanggal 9
April 2012 sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang
Saham Tahunan Perseroan yang akan diadakan tahun 2014
adalah sebagai berikut:
-
Presiden Komisaris
: Drs. Johnny N. Wiraatmadja
-
Wakil Presiden Komisaris
(Komisaris Independen) : Drs. H. Bambang Winarno
-
Komisaris
: Suwirjo Djosowidjono
-
Komisaris Independen
: Drs. Riyanto
Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris:
a. Dewan Komisaris Bank Panin mengawasi dan memastikan
bahwa prinsip-prinsip GCG selalu diterapkan dalam setiap
58
kegiatan usaha bank pada berbagai tingkatan dan jenjang
organisasi sebagaimana ketentuan yang berlaku.
b. Dewan
Komisaris
melaksanakan
review
terhadap
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi secara
periodik. Monitoring dilaksanakan antara lain melalui rapat
bulanan Dewan Komisaris dengan Direksi atau melalui
laporan-laporan yang disampaikan oleh SKAI, Komite
Audit dan Direktur Kepatuhan.
c. Mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
kebijakan strategis Bank, antara lain penyusunan dan
evaluasi terhadap Corporate Plan dan Rencana Bisnis
Bank (RBB) serta evaluasi berkalanya.
d. Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan
keputusan kegiatan operasional Bank, kecuali dalam hal
penyediaan dana kepada pihak terkait atau pemberian
kredit melebihi batas jumlah tertentu serta hal-hal lain yang
ditetapkan dalam anggaran dasar Bank dan/atau peraturan
perundangan yang berlaku dalam rangka melaksanakan
tugas dan fungsi pengawasan.
e. Berkoordinasi dengan Komite Audit dan Satuan Kerja
Kepatuhan, Dewan Komisaris memastikan bahwa anggota
Direksi terkait telah menindaklanjuti temuan audit dan
59
rekomendasi yang disampaikan oleh SKAI, Auditor
Ekstern, serta Laporan Hasil Pemeriksaan Bank Indonesia
dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya. Tindak lanjut
dimaksud dilakukan melalui upaya perbaikan sesuai action
plan yang dilaksanakan sebagaimana komitmen yang
dibuat dengan pengawas/pemeriksa.
f. Untuk membantu pelaksanaan tugasnya dan memenuhi
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 Tentang
Perubahan
atas
8/4/PBI/2006
Peraturan
Tentang
Bank
Indonesia
Pelaksanaan
prinsip
Nomor
Good
Corporate Governance (GCG) bagi bank umum, Dewan
Komisaris telah membentuk:
1. Komite Audit
2. Komite Pemantau Risiko
3. Komite Remunerasi dan Nominasi
Pengangkatan anggota Komite dilakukan oleh Direksi
berdasarkan Keputusan Rapat Dewan Komisaris.
g. Rapat Dewan Komisaris dilakukan dalam satu bulan sekali,
dan rapat tersebut dihadiri oleh seluruh anggota Dewan
Komisaris.
h. Dewan Komisaris telah menyediakan waktu yang memadai
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
60
optimal, serta berperan aktif dalam penyusunan buku
pedoman operasional unit kerja internal Bank dengan
memberikan persetujuan/pengesahannya.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris berwenang
untuk melakukan hal sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Komisaris berhak
meminta bantuan tenaga ahli dalam jangka waktu terbatas.
b. Dewan Komisaris berdasarkan keputusan Rapat Dewan
Komisaris
berhak
memberhentikan
untuk
sementara
anggota Direksi sesuai dengan ketentuan pasal 106 ayat (1)
UUPT, yaitu anggota Direksi dapat diberhentikan untuk
sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan
alasannya. Untuk selanjutnya, mengacu pada pasal 106
ayat (4) yaitu: dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga
puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus
diselenggarakan RUPS, dan sesuai pasal 106 ayat (6),
RUPS
mencabut
atau
menguatkan
keputusan
pemberhentian sementara tersebut.
c. Dalam
hal
Dewan
Komisaris
melakukan
tindakan
pengurusan Perusahaan dalam keadaan tertentu dan untuk
jangka waktu tertentu, berlaku ketentuan Pasal 118 ayat (2)
UUPT yaitu: Dewan Komisaris yang dalam keadaan
61
tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan
pengurusan, berlaku semua ketentuan mengenai hak,
wewenang, dan kewajiban Direksi terhadap Perusahaan
dan pihak ketiga.
d. Dalam hal hanya ada seorang anggota Dewan Komisaris
karena anggota lainnya berhalangan, segala tugas dan
wewenang yang diberikan kepada Presiden Komisaris atau
anggota Dewan Komisaris lainnya dalam Anggaran Dasar
berlaku pula baginya.
e. Dewan Komisaris berwenang untuk menyetujui beberapa
kebijakan Perusahaan, mengacu pada ketetapan Otoritas
yang berwenang.
f. Dewan Komisaris berwenang dan bertanggung jawab
dalam manajemen risiko Perusahaan sekurang-kurangnya
mencakup:
1) menyetujui dan mengevaluasi kebijakan Manajemen
Risiko;
2) mengevaluasi
pertanggungjawaban
Direksi
pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko.
atas
62
C.
Direksi
Direksi Perseroan bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan
kepengurusan
Perseroan
sesuai
dengan
kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam
Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundangan yang
berlaku. Direksi Perseroan melaksanakan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance dalam setiap kegiatan usaha Perseroan
pada
seluruh
tingkatan
atau
jenjang
organisasi
dan
menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari Satuan
Kerja Audit Intern (SKAI), auditor eksternal dan hasil
pengawasan Bank Indonesia.
Anggota
Direksi
Bank
Panin
sampai
dengan
31 Desember 2011 berjumlah 11 orang terdiri dari 1 (satu)
Presiden Direktur, 2 (dua) Wakil Presiden Direktur dan
8 (delapan) Direktur yang 1 (satu) diantaranya merupakan
Direktur Kepatuhan. Seluruh anggota Direksi berdomisili di
Indonesia.
Susunan
anggota
Direksi
yang
menjabat
sejak
ditutupnya Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan
tanggal 9 April 2012 sampai dengan penutupan Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan Perseroan yang akan diadakan
tahun 2015 adalah sebagai berikut:
63
-
Presiden Direktur
: Drs. H. Rostian
Sjamsudin
-
Wakil Presiden Direktur
: Chandra Rahardja
Gunawan
-
Wakil Presiden Direktur
: Roosniati Salihin
-
Direktur Retail Banking
: Ng Kean Yik
-
Direktur Kredit Komersial
: Edy Heryanto
-
Direktur Kredit Korporasi
: Iswanto Tjitradi
-
Direktur Umum dan Personalia : Lionto Gunawan
-
Direktur International Banking
: Hendrawan Danusaputra
-
Direktur Treasury
: Gunawan Santoso
-
Direktur Keuangan
: H. Ahmad Hidayat
-
Direktur Kepatuhan dan
Manajemen Resiko
: Antonius Ketut
Dwirianto
Tugas dan Tanggung Jawab Direksi:
a. Seluruh anggota Direksi bertanggung jawab penuh dalam
pengembangan bisnis dan pengelolaan risiko bank dengan
mengedepankan
prinsip
kehati-hatian,
meningkatkan
shareholder value serta berpedoman pada peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
b. Menetapkan
strategi
usaha
dan
memantau
serta
memastikan pelaksanaan Good Corporate Governance
64
dengan memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian serta
kepatuhan pada Peraturan Bank Indonesia dan ketentuan
perundang-undangan lainnya yang berlaku, sesuai dengan
visi/misi yang ditetapkan.
c. Menyusun Rencana Bisnis dan/atau revisinya, melakukan
supervisi dan sosialisasi kepada pejabat-pejabat unit kerja
terkait,
menyampaikannya
ke
Bank
Indonesia
dan
selanjutnya memantau pelaksanaannya dari waktu ke
waktu.
d. Menyelenggarakan
Rapat
Kerja
Tahunan
untuk
mengevaluasi dan menetapkan Program Kerja.
e. Menetapkan struktur organisasi perusahaan, beserta uraian
tugas dan wewenang sesuai pembidangan masing-masing.
f. Mengelola
Sumber
Daya
Perusahaan
untuk
mengoptimalkan kinerja perusahaan, meneliti setiap hal
yang terkait dengan efisiensi usaha, mengambil keputusan,
membuat kebijakan, melaksanakan pengawasan serta
verifikasi yang dianggap perlu.
g. Melakukan supervisi kepada jajaran manajemen untuk
memastikan
ketepatan
dan
kualitas
laporan
serta
menyetujui data keuangan yang disajikan kepada publik
dan pemegang saham.
65
h. Menyelenggarakan
rapat
Direksi
sekurang-kurangnya
sekali dalam sebulan untuk membahas perkembangan
usaha,
masalah
yang
dihadapi
dan
memastikan
terlaksananya manajemen risiko.
i. Menciptakan struktur pengendalian intern, menjamin
terselenggaranya fungsi audit intern Bank dalam setiap
tingkatan manajemen dan menindaklanjuti temuan audit
intern Bank sesuai dengan kebijakan atau pengarahan yang
diberikan Dewan Komisaris.
j. Direksi
wajib
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum
Pemegang Saham.
k. Direksi tidak menggunakan penasehat perorangan dan/atau
jasa profesional sebagai konsultan, kecuali untuk proyek
yang bersifat khusus.
l. Memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku
kepentingan PaninBank.
Kewenangan Direksi:
a. Direksi berhak mewakili Perusahaan di dalam dan di luar
Pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian,
mengikat Perusahaan dengan pihak lain dan pihak lain
dengan perseroan, serta menjalankan segala tindakan, baik
66
yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan akan
tetapi dengan pembatasan bahwa persetujuan tertulis dari
dan atau surat-surat yang berkenan harus ditandatangani
oleh 3 (tiga) orang anggota Dewan Komisaris yang
ditunjuk oleh rapat Dewan Komisaris dimana satu diantara
mereka harus Presiden Komisaris atau Wakil Presiden
Komisaris.
b. Melakukan perbuatan hukum untuk mengalihkan kekayaan
perseroan atau menjadinya jaminan utang kekayaan
perseroan yang merupakan lebih dari 50% jumlah
kekayaan bersih perseroan dalam satu transaksi atau lebih
baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak, harus
disetujui oleh RUPS.
c. Melakukan perbuatan hukum dimana terdapat benturan
kepentingan antara kepentingan ekonomis pribadi anggota
Direksi, Dewan Komisaris atau pemegang saham, dengan
kepentingan ekonomis perseroan, disyaratkan persetujuan
RUPS.
d. Direksi untuk perbuatan tertentu berhak pula mengangkat
seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan
memberikan kepadanya kekuasaan yang diatur dalam surat
kuasa khusus.
67
Bank Indonesia telah menerbitkan peraturan untuk
pelaksanaan tata kelola perusahaan yan baik (good corporate
governance) bagi bank umum pada tanggal 30 Januari 2006
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 dan
dilengkapi
dengan
Peraturan
Bank
Indonesia
No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 yang akan
mempengaruhi
operasi
industri
perbankan
dan
kinerja
keuangan. Dalam bidang kepengurusan, persyaratan Komisaris
dan Direksi Bank Panin telah memenuhi kewajiban peraturan
tersebut,
baik
dari
sisi
jumlah,
komposisi,
kriteria,
independensi, peran da tanggung jawabnya, Direksi dan
Komisaris mengadakan rapat secara berkala dan rapat-rapat
yang
dilakukan
senantiasa
dibuat
risalah
rapat
dan
didokumentasikan secara baik.
Untuk menjamin terlaksananya Manajemen Resiko
serta pengendalian yang efektif serta meningkatkan kinerja
perusahaan, maka Bank Panin telah membentuk beberapa
Komite, yaitu:
1. Komite Kredit
-
Komite Kredit Kantor Pusat
Bertanggung jawab atas pemberian dan persetujuan
krredit yang diajukan ke tingkat Direksi. Dewan
68
Komisaris menentukan wewenang pemberian kredit
kepada Anggota Direksi yang diitunjuk sebagai Komite
Kredit Direksi (KKD) melalui Surat Keputusan
Komisaris.
-
Komite Kredit Kantor Cabang
Bertanggung jawab atas pemberian dan persetjuan
kredit dalam batasan wewenang Pimpinan Cabang yang
ditetapkan oleh Direksi melalui Surat Keputusan
Direksi.
Pemberian kredit yang berjumlah di atas wewenang
pemberian kredit cabang wajib terlebih dahulu diajukan
kepada KKD Kantor Pusat melalui Divisi Perkreditan.
2. Komite Aset & Liability (ALCO)
Komite ALCO terdiri dari Direktur Bidang dan Kepala
Divisi/Biro yang bertanggung jawab untuk menegelola
risiko likuiditas dan risiko pasar, termasuk risiko suku
bunga dan nilai tukar, serta memonitor rasio-rasio
keuangan penting.
Komite ALCO menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri
oleh seluruh anggota sedikitnya sekali dalam sebulan untuk
membahas kondisi pasar dan perubahan-perubahan yang
berdampak terhadap keuangan bank, khususnya sumber-
69
sumber dan penggunaan dana, serta rasio-rasio keuangan.
Kinerja keuangan tahun berjalan dianalisa mengacu kepada
proyeksi
yang
ditetapkan
dalam
Rencana
Bisnis
Perusahaan.
3. Komite Manajemen Risiko
Komite Manajemen Risiko
melapor dan bertanggung
jawab kepada Direktur Utama meliputi hal-hal yang terkait
dengan
penyusunan
kebijakan
Manajemen
Risiko,
penyesuaian dan penyempurnaan penerapan Manajemen
Risiko Bank secara keseluruhan. Komite Manajemen
Risiko (KMR) terdiri dari Anggota Tetap yaitu Presden
Direktur, Wakil Presiden Direktur, Direktur Bidang
Perkreditan, Direktur Treasury, Direktur International
Banking dan Operational Support dan Direktur Kepatuhan
dan Manajemen Risiko serta Anggota Tidak Tetap yaitu
para Kepala Divisi (Biro) terkait.
4. Komite Audit
Bertanggung
jawab
untuk
mengkaji
seluruh
aspek
pengawasan dan untuk memberikan pendapat serta
rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Komite Audit
memiliki independensi dalam mengevaluasi permasalahan
yang terkait dengan policy dan mengantisipasi akibat atau
70
risiko yang mungkin timbul sehingga membutuhkan
perhatian khusus. Komite Audit juga memastikan bahwa
manajemen memahami dan melaksanakan peraturan serta
kebijakan yang berlaku termasuk mengawasi persiapan
pembuatan laporan keuangan dan independensi dari auditor
eksternal.
5. Komite Pemantau Risiko
Bertindak mewakili Dewan Komisaris dan bertanggung
jawab serta berfungsi memantau dan mengevaluasi
kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko Bank. Tugas
dan Tanggung Jawab Komite Pemantau Risiko adalah
mengevaluasi antara kebijakan manajemen risiko dengan
pelaksanaan
kebijakan
tersebut,
memantau
dan
mengevaluasi pelaksanaan Manajemen Risiko dan Satuan
Kerja Manajemen Risiko Bank serta mengevaluasi dan
memberikan masukan atas rekomendasi dari Direksi yang
berkaitan dengan transaksi yang memerlukan persetetujuan
Dewan Komisaris.
6. Komite Remunerasi dan Nominasi
Bertugas merancang dan mengevaluasi remunerasi bagi
Dewan Komisaris, Direksi, dan Pejabat Eksekutif serta
menominasikan calon/kandidat pengurus Bank. Komite ini
71
juga berwenang menyampaikan usulan paket remunerasi
anggota Direksi dan Komisaris kepada Dewan Komisaris
serta memberikan masukan mengenai remunerasi calon
Anggota Direksi pada Dewan Komisaris untuk diputuskan
dalam RUPS.
7. Komite Manajemen Risiko
Bertugas memberikan rekomendasi kepada Direksi, yang
paling kurang meliputi: penyusunan kebijakan, strategi, dan
pedoman
Manajemen
penyempurnaan
berdasarkan
hasil
Risiko,
pelaksanaan
evaluasi
perbaikan
Manajemen
pelaksanaan
atau
Risiko
dimaksud,
penetapan (justification) hal-hal yang terkait dengan
keputusan bisnis yang tidak sesuai dengan prosedur normal
(irregularities).
7. Komite Pengarah Teknologi Informasi
Bertugas memberikan rekomendasi kepada Direksi terkait
dengan rencana Strategis Teknologi Informasi (Information
Technology Strategic Plan) yang searah dengan rencana
strategis kegiatan usaha bank, antara lain: kesesuaian
proyek-proyek Teknologi Informasi yang disetujui dengan
Rencana Strategis Teknologi Informasi, kesesuaian antara
pelaksanaan proyek-proyek Teknologi Informasi dengan
72
rencana proyek yang disepakati (project charter), dan lainlain.
73
4.2.
Deskripsi Data Keuangan
Tabel 4.2
PT. BANK PAN INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
30 JUNI 2012, 31 DESEMBER 2011, 2010, 2009, DAN 1 JANUARI 2009/31 DESEMBER 2008
30 Juni
2012
Rp Juta
2011
Rp Juta
31 Desember
2010
Rp Juta
2009
Rp Juta
1 Januari
2009/
31 Desember
2008
Rp Juta
ASET
KAS
GIRO PADA BANK INDONESIA
GIRO PADA BANK LAIN - setelah dikurangi
cadangan kerugian penurunan nilai sebesar
Rp. 1 juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 2 juta
pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010,
Rp. 8.655 juta pada tanggal 31 Desember 2009
dan Rp. 14.112 juta pada tanggal 1 Januari2009/
31 Desember 2008
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA
DAN BANK LAIN - setelah dikurangi
cadangan kerugian penurunan nilai pada tanggal
sebesar nihil pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 500
juta pada tanggal 31 Desember 20111, Rp. 600
juta pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 78.280
juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan
Rp. 40.249 juta pada tanggal 1 Januari 2009/
31 Desember 2008
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
EFEK-EFEK
Pihak Berelasi
Dimiliki hingga jatuh tempo
Tersedia untuk dijual
Diperdagangkan
Pihak Ketiga
Dimiliki hingga jatuh tempo
Tersedia untuk dijual
Diperdagangkan
Jumlah
Dikurangi:
Cadangan kerugian penurunan nilai
Bersih
TAGIHAN DERIVATIF - setelah dikurangi
cadangan kerugian penurunan nilai sebesar nihil
pada tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011
dan 2010, Rp. 32 Juta pada tanggal 31 Desember
2009 dan Rp. 1.114 juta pada tanggal 1 Januari
2009/31 Desember 2008
KREDIT - setelah dikurangi cadangan kerugian
penurunan nilai sebesar Rp. 2.281.530 juta pada
tanggal 30 Juni 2012, Rp. 2.000.491 juta pada
tanggal 31 Desember 2011, Rp. 1.563.457 juta
pada tanggal 31 Desember 2010, Rp. 1.154.324
juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan
Rp. 1.244.127 juta pada tanggal 1 Januari 2009/
31 Desember 2008
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
TAGIHAN ANJAK PIUTANG - setelah dikurangi
cadangan kerugian penurunan nilai sebesar Rp. 170
juta pada tanggal 30 Juni 2012, Rp. 330 juta pada
tanggal 31 Desember 2011, Rp. 2.121 juta pada
tanggal 31 Desember 2010, Rp. 15.237 juta pada
tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 6.667 juta
pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008
1,127,088
8,395,204
1,392,325
7,490,081
1,076,074
5,403,656
900,900
2,480,939
928,108
1,921,074
29,466
588,279
617,745
79,389
1,105,833
1,185,222
78,740
790,014
868,754
35,738
821,398
857,136
70,605
1,293,917
1,364,522
9,450,117
9,450,117
15,968,557
15,968,557
180,200
16,808,876
16,989,076
485,100
7,621,983
8,107,083
49,500
5,244,061
5,293,561
38,946
30,000
9,893
18,631
30,000
9,613
2,039
30,000
10,000
-
12,545,884
3,688,713
524,108
16,797,651
13,379,925
1,605,757
552,320
15,596,526
7,985,894
12,570,626
100,147
20,698,319
4,785,688
14,270,535
28,564
19,124,787
12,632,637
277,214
73,441
12,983,292
(162,218)
16,635,433
(58,751)
15,537,775
(10,618)
20,687,701
(38,316)
19,086,471
(34,798)
12,948,494
-
8,839
3,316
4,936
3,122
110,268
13,485
81,367,339
81,380,824
14,398
69,064,913
69,079,311
14,058
55,668,504
55,682,562
13,023
39,954,075
39,967,098
12,621
35,269,835
35,282,456
1,044,310
1,078,015
567,094
270,345
258,590
Sumber: Annual Report PT. Bank Pan Indonesia Tbk
74
Tabel 4.2 Lanjutan
PT. BANK PAN INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
30 JUNI 2012, 31 DESEMBER 2011, 2010, 2009, DAN 1 JANUARI 2009/31 DESEMBER 2008
30 Juni
2012
Rp Juta
EFEK YANG DIBELI DENGAN JANJI DIJUAL
KEMBALI - setelah dikurangi cadangan kerugian
penurunan nilai sebesar nihil pada tanggal 30 Juni
2012, 31 Desember 2011, 2010 dan 2009 dan
Rp. 596 juta pada tanggal 1 Januari 2009/31
Desember 2008
INVESTASI NETO SEWA PEMBIAYAAN setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai
sebesar Rp. 7.970 juta pada tanggal 30 Juni 2012,
Rp. 4.054 juta pada tanggal 31 Desember 2011,
Rp. 15.006 juta pada tanggal 31 Desember 2010,
Rp. 28.074 juta pada tanggal 31 Desember 2009
dan Rp. 30.747 juta pada tanggal 1 Januari 2009/
31 Desember 2008
PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai
sebesar Rp. 37.962 juta pada tanggal 30 Juni 2012,
Rp. 41.174 juta pada tanggal 31 Desember 2011,
Rp. 28.119 juta pada tanggal 31 Desember 2010,
Rp. 24.121 juta pada tanggal 31 Desember 2009
dan Rp. 17.565 juta pada tanggal 1 Januari 2009/
31 Desember 2008
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
TAGIHAN AKSEPTASI - setelah dikurangi
cadangan kerugian penurunan nilai sebesar nihil pada
tanggal 30 Juni 2012, 31 Desember 2011 dan 2010,
Rp. 5.169 juta pada tanggal 31 Desember 2009 dan
Rp. 39.200 juta pada tanggal 1 Januari 2009/
31 Desember 2008
PENYERTAAN DALAM BENTUK SAHAM setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai
sebesar Rp. 625 juta pada tanggal 30 Juni 2012,
31 Desember 2011 dan 2010, Rp. 11.796 juta pada
tanggal 31 Desember 2009 dan Rp. 10.064 juta
pada tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008
ASET TETAP - setelah dikurangi akumulasi
penyusutan sebesar Rp. 1.785.858 juta pada tanggal
30 Juni 2012, Rp. 1.672. 164 juta pada tanggal 31
Desember 2011, Rp. 1.462.250 juta pada tanggal
31 Desember 2010, Rp. 1.229.296 juta pada tanggal
31 Desember 2009 dan Rp. 949.138 juta pada
tanggal 1 Januari 2009/31 Desember 2008
ASET PAJAK TANGGUHAN - BERSIH
ASET LAIN-LAIN
Aset tetap yang belum digunakan dalam kegiatan
operasional
Agunan yang diambil alih - setelah dikuranngi
cadangan kerugian penurunan nilai sebesar
Rp. 54.459 juta pada tanggal 30 Juni 2012,
Rp. 96.300 juta pada tanggal 31 Desember 2011,
Rp. 135.734 juta pada tanggal 31 Desember 2010,
Rp. 120.081 juta pada tanggal 1 Januari 2009/
31 Desember 2008
Lainnya - setelah dikurangi cadangan kerugian
penurunan nilai sebesar Rp. 1.634 juta pada
tanggal 30 Juni 2012, Rp. 1.420 juta pada tanggal
31 Desember 2011, Rp. 446 juta pada tanggal
31 Desember 2010, Rp. 152 juta pada tanggal 31
Desember 2009 dan nihil pada tanggal 1 Januari
2009/31 Desember 2008
Jumlah
JUMLAH ASET
2011
Rp Juta
5,789,023
2,798,161
1,419,557
1,152,711
3,696,266
3,696,266
31 Desember
2010
Rp Juta
-
2009
Rp Juta
1 Januari
2009/
31 Desember
2008
Rp Juta
8,000
127,010
926,382
864,914
878,882
154
3,453,946
3,454,100
189
1,905,074
1,905,263
85
1,069,922
1,070,007
59
821,037
821,096
1,155,133
848,825
503,849
511,736
682,967
429,413
419,529
276,925
203,627
169,068
1,893,960
96,860
1,805,408
43,485
1,763,280
53,157
1,702,829
77,293
1,671,786
79,740
486,072
523,581
507,941
429,974
409,416
260,771
227,913
378,237
375,721
369,214
1,906,923
2,653,766
135,793,538
1,745,864
2,497,358
124,754,179
1,400,447
2,286,625
108,995,334
998,522
1,804,217
77,915,717
1,092,823
1,871,453
64,409,075
Sumber: Annual Report PT. Bank Pan Indonesia Tbk
75
Tabel 4.2 Lanjutan
PT. BANK PAN INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
30 JUNI 2012, 31 DESEMBER 2011, 2010, 2009, DAN 1 JANUARI 2009/31 DESEMBER 2008
30 Juni
2012
Rp Juta
2011
Rp Juta
31 Desember
2010
Rp Juta
2009
Rp Juta
1 Januari
2009/
31 Desember
2008
Rp Juta
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
LIABILITAS SEGERA
SIMPANAN
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
SIMPANAN DARI BANK LAIN
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
EFEK YANG DIJUAL DENGAN JANJI DIBELI
KEMBALI - PIHAK KETIGA
LIABILITAS DERIVATIF - PIHAK KETIGA
LIABILITAS AKSEPTASI
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
SURAT BERHARGA YANG DITERBITKAN BERSIH
PINJAMAN YANG DITERIMA
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
UTANG PAJAK
LIABILITAS PAJAK TANGGUHAN - BERSIH
LIBILITAS LAIN-LAIN
OBLIGASI SUBORDINASI - BERSIH
JUMLAH LIABILITAS
374,837
255,962
138,272
164,729
286,231
422,960
92,364,285
92,787,245
424,923
85,323,609
85,748,532
379,438
74,900,282
75,279,720
288,374
55,946,113
56,234,487
689,008
45,354,671
46,043,679
12,468
8,568,736
8,581,204
10,155
5,305,074
5,315,229
30,000
3,537,326
3,567,326
30,864
2,228,936
2,259,800
29,298
1,305,280
1,334,578
3,062,667
3,419
3,665,163
2,951
4,653,892
7,216
503,887
5,295
94,549
1,155,912
1,155,912
4,139
845,855
849,994
503,849
503,849
516,905
516,905
42,042
648,397
690,439
3,879,993
4,591,701
2,789,842
2,303,760
1,623,516
3,269,645
3,269,645
239,974
209
1,441,064
3,894,605
118,690,774
2,985,155
2,985,155
268,626
1,291,121
3,891,614
108,866,048
3,582,389
3,582,389
136,305
953,658
3,886,111
95,498,580
1,631,918
1,631,918
227,052
779,304
1,491,856
66,118,993
545,000
2,646,603
3,191,603
94,822
728,945
1,489,350
55,577,712
2,408,765
3,444,330
2,408,765
3,444,330
2,408,765
3,444,330
2,408,765
3,444,330
2,033,530
2,318,626
EKUITAS
EKUITAS YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN
KEPADA PEMILIK ENTITAS INDUK
MODAL SAHAM - nilai nominal Rp. 100 per saham
Modal dasar - 96.000.000.000 saham pada tanggal
30 Juni 2012, 31 Desember 2011 dan 2010,
59.000.000.000 saham pada tanggal 31 Desember
2009 dan 1 Januari 2009/31 Desember 2008
Modal ditempatkan dan disetor penuh 24.087.645.998 saham pada tanggal 30 Juni 2012,
31 Desember 2011, 2010 dan 2009 serta
20.335.300.386 saham pada tanggal 1 Januari
2009/31 Desember 2008
AGIO SAHAM
SELISIH TRANSAKSI EKUITAS DENGAN
PIHAK NON- PENGENDALI
KOMPONEN EKUITAS LAINNYA - LABA
(RUGI) BELUM DIREALISASI DARI
PEMILIKAN EFEK
SALDO LABA
Ditentukan penggunaannya
Tidak ditentukan penggunaannya
EKUITAS YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN
KEPADA PEMILIK ENTITAS INDUK
KEPENTINGAN NON-PENGENDALI
JUMLAH EKUITAS
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
(16,454)
(16,454)
(8,782)
(12,768)
(31,159)
(24,598)
(3,747)
130,478
(3,747)
(260,002)
140,000
9,393,699
120,000
8,315,575
100,000
6,505,244
100,000
4,812,285
100,000
3,851,679
15,357,572
1,745,192
17,102,764
135,793,538
14,241,057
1,647,074
15,888,131
124,754,179
12,424,959
1,071,795
13,496,754
108,995,334
10,892,111
904,613
11,796,724
77,915,717
8,040,086
791,277
8,831,363
64,409,075
Sumber: Annual Report PT. Bank Pan Indonesia Tbk
76
Tabel 4.3
PT. BANK PAN INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN
UNTUK PERIODE ENAM BULAN YANG BERAKHIR 30 JUNI 2012 DAN 2011 (2011 - TIDAK DIAUDIT)
SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011, 2010, 2009 DAN 2008
2011
2012
(enam bulan)
2011
2010
2009
2008
(enam bulan) (Tidak diaudit) (satu tahun) (satu tahun) (satu tahun) (satu tahun)
Rp Juta
Rp Juta
Rp Juta
Rp Juta
Rp Juta
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL
Pendapatan Bunga
Bunga yang diperoleh
5,256,077
4,658,439
9,611,181
7,965,031
7,158,372
Provisi dan komisi kredit
178,135
169,971
334,469
218,936
217,295
Jumlah Pendapatan Bunga
5,434,212
4,828,410
9,945,650
8,183,967
7,375,667
6,011,625
Beban Bunga
Bunga
2,395,433
2,349,566
4,708,193
3,843,861
4,029,752
Hadiah
334,968
7,221
67,261
12,907
11,193
Provisi dan komisi yang dibayar
138,386
88,652
207,455
124,725
109,732
Jumlah Beban Bunga
2,868,787
2,445,439
4,982,909
3,981,493
4,150,677
3,451,922
Pendapatan Bunga - Bersih
2,565,425
2,382,971
4,962,741
4,202,474
3,224,990
2,559,703
Pendapatan Operasional Lainnya
Keuntungan bersih penjualan efek
95,462
76,945
185,714
325,393
223,227
Pendapatan underwriting
176,351
149,286
278,231
245,602
216,937
Provisi dan komisi selain kredit - bersih
33,584
9,126
36,340
52,482
53,528
Pendapatan transaksi valuta asing - bersih
152,856
101,590
287,348
217,266
174,287
Kenaikan (penurunan) nilai efek yang
diperdagangkan
(55,728)
7,542
49,851
1,913
4,697
Bagian laba bersih entitas asosiasi
30,765
30,277
58,569
69,986
43,511
Lainnya
481,894
441,142
1,214,238
448,822
232,543
Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya
915,184
815,908
2,110,291
1,361,464
948,730
587,158
Beban (pemulihan) kerugian penurunan nilai
Aset produktif
471,993
498,803
998,356
1,198,296
914,031
Aset non produktif dan lainnya
(37,939)
(41,340)
(36,489)
18,294
35,897
Jumlah Beban Kerugian Penurunan Nilai
434,054
457,463
961,867
1,216,590
949,928
518,529
Beban Operasional Lainnya
Umum dan dan administrasi
766,675
1,039,162
2,078,973
1,381,499
967,017
Tenaga kerja
415,964
333,682
874,835
705,290
533,832
Beban pensiun dan imbalan pasca kerja lainnya
121,171
60,534
120,818
83,877
66,462
Lainnya
196,404
196,949
408,476
320,793
255,050
Jumlah Beban Operasional Lainnya
1,500,214
1,630,327
3,483,102
2,491,459
1,822,361
1,568,887
Beban Operasional Lainnya - Bersih
(1,019,084)
(1,271,882)
(2,334,678)
(2,346,585)
(1,823,559)
(1,500,258)
LABA OPERASIONAL
1,546,341
1,111,089
2,628,063
1,855,889
1,401,431
1,059,445
PENDAPATAN (BEBAN) NON OPERASIONAL
Hasil sewa
Lainnya - sewa
PENDAPATAN NON OPERASIONAL - BERSIH
LABA SEBELUM BEBAN PAJAK
PENGHASILAN (BEBAN) PAJAK
Pajak kini
Pajak tangguhan
Jumlah
LABA BERSIH PERIODE BERJALAN
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN
Kenaikan (penurunan) nilai efek yang belum
belum direalisasi
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF
LABA PER SAHAM
(dalam Rupiah penuh)
Dasar
6,435
77,381
83,816
1,630,157
6,457
29,112
35,569
1,146,658
12,649
95,654
108,303
2,736,366
12,164
75,773
87,937
1,943,826
11,885
53,239
65,124
1,466,555
31,742
1,091,187
(441,893)
53,166
(388,727)
1,241,430
(272,792)
(8,154)
(280,946)
865,712
(673,579)
(9,672)
(683,251)
2,053,115
(470,753)
(24,136)
(494,889)
1,448,937
(385,155)
(1,567)
(386,722)
1,079,833
(329,742)
761,445
23,904
1,265,334
18,789
884,501
(14,846)
2,038,269
(155,434)
1,293,503
390,526
1,470,359
-302647
458,798
75.99
53.66
45.59
31.12
Sumber: Annual Report PT. Bank Pan Indonesia Tbk
43.03
32.8
77
4.3.
Analisa Kinerja Keuangan Bank Panin
Tolak ukur yang dapat dipakai untuk menilai kondisi dan prestasi
keuangan adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua atau lebih data
keuangan. Analisis dari macam-macam rasio akan dapat memberikan
pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi atau kinerja
keuangan dibanding jika hanya menggunakan data keuangan sendiri yang
tidak berbentuk rasio.
Untuk itu dalam menilai kinerja keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk (Bank
Panin) akan dianalisis melalui rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Permodalan.
4.3.1. Likuiditas
Analisis terhadap komponen likuiditas merupakan analisis
yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah
jatuh tempo. Berdasarkan ketentuan yang sudah dikeluarkan oleh
Bank Indonesia, komponen likuiditas bank diukur berdasarkan Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Jumlah Kredit yang Diberikan
LDR = ------------------------------------------ x 100
Dana Pihak Ketiga
78
Kriteria penetapan peringkat LDR:
-
Peringkat 1: 50 < Rasio < 80%, mencerminkan bahwa bank
tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif
kondisi perekonomian dan industri keuangan.
-
Peringkat 2: 80% < Rasio < 85%, mencerminkan bahwa bank
tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi
perekonomian dan industri keuangan namun bank masih memiliki
kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh
tindakan rutin.
-
Peringkat 3: 85% < Rasio < 95%, mencerminkan bahwa bank
tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang
dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila
bank tidak segera melakukan tindakan korektif.
-
Peringkat 4: 95% < Rasio < 100%, mencerminkan bahwa bank
tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif
kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki
kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi
beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak
dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami
kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
-
Peringkat 5: Rasio ≥ 100%, mencerminkan bahwa bank tergolong
tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi
79
perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan
yang membahayakan kelangsungan usahanya.
Sebelum melakukan perhitungan LDR, maka terlebih dahulu
akan disajikan data jumlah kredit yang diberikan dan dana yang
diterima yang diperoleh dari Bank Panin untuk 5 tahun terakhir yakni
tahun
2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.4
PT. Bank Panin Tbk
Data Jumlah Kredit yang Diberikan dan Dana Pihak Ketiga
Tahun 2008 - 30 Juni 2012
Jumlah Kredit yang Diberikan Dana Pihak Ketiga
Tahun
(dalam Rp Juta)
(dalam Rp Juta)
2008
36.526.583
46.043.679
2009
41.121.422
56.234.487
2010
57.246.019
75.279.720
2011
71.079.802
85.748.532
30 Juni 2012
83.662.354
92.787.245
Sumber: Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Dari tabel tersebut, besarnya rasio LDR per tahunnya dapat dihitung
sebagai berikut:
80
1. Tahun 2008
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai
berikut:
36.526.583
LDR (%) = -------------------- x 100%
46.043.679
= 79.33 %
2. Tahun 2009
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai
berikut:
41.121.422
LDR (%) = -------------------- x 100%
56.234.487
= 73.12 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai
berikut:
57.246.019
LDR (%) = -------------------- x 100%
75.279.720
= 76.04 %
81
4. Tahun 2011
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai
berikut:
71.079.802
LDR (%) = -------------------- x 100%
85.748.532
= 82.89 %
5. Tahun 2012 (per 30 Juni)
Besarnya rasio LDR untuk tahun 2012 dapat dihitung sebagai
berikut:
83.662.354
LDR (%) = -------------------- x 100%
92.787.245
= 90.17 %
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan
melalui tabel berikut ini:
82
Tabel 4.5
PT. Bank Panin Tbk
Besarnya Rasio LDR
Tahun 2008 – 30 Juni 2013
Tahun
Rasio LDR (%)
2008
79.33
2009
73.12
2010
76.04
2011
82.89
30 Juni 2012
90.17
Sumber : Hasil Olahan Data
Dari tabel 4.5 diketahui bahwa rasio LDR mengalami tren yang
fluktuatif sepanjang periode 2008 sampai dengan 30 Juni 2012.
Persentase rasio LDR di tahun 2009 menurun menjadi 73.12 % dari
sebelumnya sebesar 79.33% di tahun 2009. Hal ini dikarenakan
peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga tidak diimbangi oleh
besarnya peningkatan pada kredit yang diberikan. Peningkatan yang
cukup berpengaruh yaitu adanya peningkatan pada produk simpanan
dengan dana murah yaitu berupa giro dan tabungan. Sedangkan
peningkatan pada kredit tahun 2009 tidak cukup besar bila
dibandingkan dana pihak ketiga yang diperoleh, hal ini dipicu oleh
adanya krisis ekonomi global akhir tahun 2008 hingga tahun 2009
83
yang bermula dari krisis di Amerika Serikat akibat kredit perumahan
(subprime mortgage). Agar menghindari permasalahan yang serupa
maka beberapa bank termasuk Bank Panin juga ikut berhati-hati dalam
pemberian kredit terutama untuk kredit konsumsi. Hal ini berpengaruh
terhadap pencapaian kredit yang terjadi pada tahun 2009.
Pada tahun 2010 hingga akhir semester I tahun 2012,
persentase rasio LDR mengalami trend yang terus naik, sehingga
berakibat menurunnya tingkat likuiditas Bank Panin. Hal ini
disebabkan karena kondisi ekonomi yang sudah mulai stabil sehingga
menyebabkan adanya peningkatan kredit yang cukup signifikan, baik
peningkatan pada kredit konsumsi seperti Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) dan Kredit Pemilikan Mobil (KPM) maupun peningkatan pada
kredit komersil untuk keperluan modal kerja seperti Pinjaman
Rekening Koran (PRK) maupun untuk keperluan investasi dalam
bentuk angsuran seperti Pinjaman Jangka Menengah (PJM) dan
Pinjaman Jangka Panjang (PJP). Adapun peningkatan jumlah kredit
yang diberikan pada tahun-tahun tersebut karena didukung oleh
adanya penurunan suku bunga kredit, baik untuk kredit konsumsi
maupun kredit komersil sehingga bagi masyarakat yang memiliki dana
menganggur (idle money) lebih tertarik untuk memutar uangnya dalam
bisnis (usaha) maupun digunakan sebagai uang muka untuk pembelian
properti sedangkan sisanya dengan mengajukan kredit di bank.
84
Selama periode 2008 sampai dengan akhir semester I tahun
2012, bila diukur berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sesuai kriteria
penetapan LDR, maka peringkat Bank Panin selama kurang lebih
5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
PT. Bank Panin Tbk
Peringkat LDR
Tahun 2008 – 30 Juni 2013
Tahun
Rasio LDR (%)
Peringkat
Keterangan
2008
79.33
Peringkat 1
Sangat Baik
2009
73.12
Peringkat 1
Sangat Baik
2010
76.04
Peringkat 1
Sangat Baik
2011
82.89
Peringkat 2
Baik
30 Juni 2012
90.17
Peringkat 3
Cukup Baik
Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa LDR Bank Panin
masih sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Bank Indonesia.
Adapun penurunan peringkat pada pertengahan tahun 2012 disebabkan
karena Bank Panin sedang dalam mengalami pertumbuhan (growth)
terutama untuk kredit. Beberapa penyebab pertumbuhan kredit juga
dikarenakan relatif terkendalinya inflasi yang mendukung kestabilan
daya beli masyarakat. Trend suku bunga kredit yang cenderung
85
menurun dan suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) yang stabil di
level cukup rendah mendukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Dengan adanya beberapa kondisi tersebut maka memicu meningkatnya
permintaan akan kredit konsumsi terutama yang mengarah kepada
nasabah ritel. Namun, untuk mengimbangi adanya peningkatan pada
posisi kredit maka Bank Panin juga mengeluarkan beberapa produk
baru serta penawaran yang menarik untuk simpanan dana pihak ketiga
seperti produk Tabungan Bisnis Panin, Tabungan Bisnis Combo,
Tabungan Panin Promo, dan lain-lain. Secara umum, LDR Bank Panin
masih pada posisi “BAIK”.
4.3.2. Rentabilitas
1. BOPO
Rasio BOPO digunakan mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO
diperoleh dengan cara membagi biaya operasional dengan pendapatan
operasional, dengan menggunakan rumus:
Beban Operasional
BOPO = ------------------------------------ x 100%
Pendapatan Operasional
86
Untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu bank, maka Bank
Indonesia menentukan besarnya rasio BOPO adalah sebesar 92%.
Sebelum mengetahui rasio BOPO Bank Panin, maka terlebih dahulu
akan disajikan data beban operasional dan pendapatan operasional
untuk tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
PT. Bank Panin Tbk
Data Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Biaya Operasional
(dalam Rp Juta)
Pendapatan Operasional
(dalam Rp Juta)
2008
5.539.338
6.598.783
2009
6.922.966
8.324.397
2010
7.689.542
9.545.431
2011
9.427.878
12.055.941
30 Juni 2012
4.803.055
6.349.396
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Bedasarkan data di atas, maka dapat dihitung rasio BOPO sebagai
berikut:
1. Tahun 2008
Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai
berikut:
87
5.539.338
BOPO (%)
= -------------------- x 100%
6.598.783
= 83.94 %
2. Tahun 2009
Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai
berikut:
6.922.966
BOPO (%)
= -------------------- x 100%
8.324.397
= 83.16 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai
berikut:
7.689.542
BOPO (%)
= -------------------- x 100%
9.545.431
= 80.56 %
4. Tahun 2011
Besarnya rasio BOPO untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai
berikut:
88
9.427.878
BOPO (%) = -------------------- x 100%
12.055.941
= 78.20 %
5. Tahun 2012 (per 30 Juni)
Besarnya rasio BOPO periode 30 Juni 2012 dapat dihitung
sebagai berikut:
4.803.055
BOPO (%) = -------------------- x 100%
6.349.396
= 75.65 %
Rasio BOPO tahun 2012 tidak dapat dijadikan perbandingan
karena data yang diperoleh berupa biaya operasional dan
pendapatan operasional tidak disetahunkan.
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat disajikan
melalui tabel berikut ini:
89
Tabel 4.8
PT. Bank Panin Tbk
Besarnya Rasio BOPO
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Rasio BOPO (%)
2008
83.94
2009
83.16
2010
80.56
2011
78.20
30 Juni 2012
75.65
Sumber : Hasil Olahan Data
Dari tabel mengenai hasil perhitungan rasio BOPO,
menunjukkan bahwa sejak tahun 2008 sampai dengan 30 Juni
2012 rasio BOPO mengalami penurunan.
Namun, data rasio
BOPO per 30 Juni 2012 belum bisa dijadikan acuan, karena data
yang tersedia hanya selama satu semester (6 bulan pertama).
Secara keseluruhan, dari rasio yang ditampilkan memperlihatkan
bahwa Bank Panin dalam mengelola biaya operasional dan
pendapatan operasionalnya cukup efisiensi. Hal ini terlihat pada
pendapatan operasionalnya yang selalu mengalami peningkatan, di
mana
porsi
terbesarnya
karena
adanya
peningkatan
90
pendapatan bunga dari hasil pemberian kredit terutama berupa
pinjaman angsuran.
2. Return On Asset (ROA)
Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba bersih
sebelum pajak). Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank, sehingga kemampuan suatu bank
dalam suatu kondisi bermasalah semakin kecil. Besarnya nilai
ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Laba Bersih Sebelum Pajak
ROA = -------------------------------------- x 100%
Rata-Rata Total Asset
Angka ROA sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia dengan
standar terbaik yaitu minimal sebesar 1,5%.
Sebelum dilakukan perhitungan ROA, maka terlebih dahulu akan
disajikan laba bersih sebelum pajak dan rata-rata total asset untuk
tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat disajikan
melalui tabel berikut ini:
91
Tabel 4.9
PT. Bank Panin Tbk
Data Laba Bersih Sebelum Pajak dan Rata-rata Total Asset
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Laba Bersih
Sebelum Pajak
(dalam Rp Juta)
Rata-rata
Total Asset
(dalam Rp Juta)
2008
1.091.187
58.970.593
2009
1.466.555
71.162.396
2010
1.943.826
93.455.526
2011
2.736.366
116.874.757
30 Juni 2012
1.630.157
130.273.859
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Berdasarkan data di atas, maka besarnya ROA dapat dihitung
sebagai berikut:
1. Tahun 2008
Besarnya rasio ROA untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai
berikut:
1.091.187
ROA (%) = -------------------- x 100%
58.970.593
= 1.85 %
92
2. Tahun 2009
Besarnya rasio ROA untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai
berikut:
1.466.555
ROA (%) = -------------------- x 100%
71.162.396
= 2.06 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio ROA untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai
berikut:
1.943.826
ROA (%) = -------------------- x 100%
93.455.526
= 2.08 %
4. Tahun 2011
Besarnya rasio ROA untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai
berikut:
2.736.366
ROA (%) = -------------------- x 100%
116.874.757
= 2.34 %
93
5. Tahun 2012 (per 30 Juni)
Besarnya rasio per 30 Juni 2012 adalah sebagai berikut:
1.630.157
ROA (%) = -------------------- x 100%
130.273.859
= 1.25 %
Besarnya rasio ROA periode 30 Juni 2012 tidak dapat
dijadikan perbandingan karena laba periode tahun 2012 tidak
disetahunkan (annualisasi).
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat
disajikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 4.10
PT. Bank Panin Tbk
Besarnya Rasio ROA
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Rasio ROA (%)
2008
1.85
2009
2.06
2010
2.08
2011
2.34
30 Juni 2012
1.65
Sumber : Hasil Olahan Data
94
Berdasarkan tabel 4.10 yakni hasil perhitungan ROA sejak tahun
2008 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami peningkatan,
sedangkan rasio ROA tahun 2012 belum bisa dijadikan
perbandingan.
Sejak tahun 2008, rasio ROA Bank Panin selalu melebihi
ketentuan yang ditetapkan dari Bank Indonesia, hal ini diketahui
bahwa Bank Panin dapat dikatakan produktif dalam mengelola
aktivitasnya, sehingga menghasilkan laba.
3. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas (rentabilitas) dari sudut pandang pemegang saham.
Rasio ROE bisa dihitung sebagai berikut:
Laba Setelah Pajak
ROE = ------------------------------ x 100
Rata-rata Total Modal
Berdasarkan ketentuan dari Bank Indonesia, rasio ROE dengan
standar terbaik yaitu lebih besar dari 7%.
Sebelum dilakukan perhitungan ROE, maka terlebih dahulu akan
disajikan laba setelah pajak dan rata-rata total modal untuk tahun
95
2008 sampai dengan 30 Juni 2012 yang dapat disajikan melalui
tabel berikut ini:
Tabel 4.11
PT. Bank Panin Tbk
Data Laba Setelah Pajak dan Rata-rata Total Modal
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Laba
Setelah Pajak
(dalam Rp Juta)
Rata-rata
Total Modal
(dalam Rp Juta)
2008
761.445
8.646.110
2009
1.079.833
10.314.044
2010
1.448.937
12.646.739
2011
2.053.115
14.692.443
30 Juni 2012
1.241.430
16.495.448
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
Berdasarkan data di atas, maka besarnya ROE dapat dihitung
sebagai berikut:
1. Tahun 2008
Besarnya rasio ROE untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai
berikut:
761.445
ROE (%)
= -------------------- x 100%
8.646.110
= 8.85 %
96
2. Tahun 2009
Besarnya rasio ROE untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai
berikut:
1.079.833
ROE (%)
= -------------------- x 100%
10.314.044
= 10.47 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio ROE untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai
berikut:
1.448.937
ROE (%)
= -------------------- x 100%
12.646.739
= 11.46 %
4. Tahun 2011
Besarnya rasio ROE untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai
berikut:
2.053.115
ROE (%)
= -------------------- x 100%
14.692.443
= 13.97 %
97
5. Tahun 2012 (per 30 Juni)
Besarnya rasio ROE untuk periode 30 Juni 2012 dapat dihitung
sebagai berikut:
1.241.430
ROE (%)
= -------------------- x 100%
16.495.448
= 7.53 %
Seperti halnya pada BOPO dan ROA periode 30 Juni 2012,
maka ROE pun tidak dapat diperbandingkan karena data dari
Laba Setelah Pajak tidak disetahunkan.
Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan tersebut di atas dapat
disajikan melalui tabel berikut ini:
98
Tabel 4.12
PT. Bank Panin Tbk
Besarnya Rasio ROE
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Rasio ROE (%)
2008
8.85
2009
10.47
2010
11.46
2011
13.97
30 Juni 2012
7.53
Sumber : Hasil Olahan Data
Dari tabel di atas terlihat bahwa dalam pengelolaan modalnya,
Bank Panin juga terbilang produktif, di mana rasio ROE selalu
lebih dari 7%. Namun rasio ROE pada 30 Juni 2012 tidak bisa
dijadikan perbandingan, karena data berupa besarnya laba setelah
pajak hanya terdiri dari enam bulan. Bila dilihat dari trend yang
ada, rasio ROE selalu mengalami peningkatan. Adapun secara
keseluruhan, kenaikan rasio ROE disebabkan oleh kenaikan laba
operasional karena adanya kenaikan pendapatan bunga bersih dan
penurunan beban operasional lainnya.
99
4.3.3. Faktor Permodalan
Sasaran utama atas kebijakan pengelolaan permodalan yang
dilakukan oleh Bank adalah untuk mematuhi ketentuan permodalan
eksternal yang berlaku dan untuk mempertahankan rasio permodalan
yang sehat agar dapat mendukung usaha dan memaksimalkan nilai
bagi pemegang saham. Bank mengelola struktur modal dan melakukan
penyesuaian atas struktur tersebut terhadap perubahan kondisi
ekonomi dan karakteristik risiko aktivitasnya. Untuk mempertahankan
atau menyesuaikan struktur modal tersebut, Bank dapat menyesuaikan
jumlah pembayaran dividen kepada pemegang saham, mengembalikan
modal kepada pemegang saham atau mengeluarkan saham baru.
Manajemen menggunakan rasio permodalan yang diwajibkan
regulator untuk memantau permodalan Bank. Pendekatan Bank
Indonesia
untuk
pengukuran
tersebut
terutama
berdasarkan
pengawasan atas hubungan antara kecukupan modal dengan
ketersediaan modal.
Rasio yang digunakan dalam mengukur kecukupan modal
adalah rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). Rasio ini merupakan
salah satu cara yang digunakan dalam menghitung apakah modal yang
ada pada suatu bank telah mencukupi. Sehingga rasio CAR dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
100
Modal
CAR = --------------- x 100
ATMR
Kemudian perlu ditambahkan bahwa menurut ketentuan Bank
Indonesia yang dinyatakan bahwa bank yang dikategorikan sehat jika
memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%.
Sebelum dilakukan perhitungan CAR, maka terlebih dahulu
akan disajikan data modal dan aktiva tertimbang yang diperoleh
selama kurang lebih 5 tahun terakhir yakni dari tahun 2008 sampai
dengan 30 Juni 2012 yang dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13
PT. Bank Panin Tbk
Data Modal dan A T M R
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Modal
ATM R
(dalam Rp Juta)
(dalam Rp Juta)
2008
8.831.363
42.490.133
2009
11.796.724
46.023.987
2010
13.496.754
61.201.831
2011
15.888.131
75.586.460
30 Juni 2012
17.102.764
85.442.731
Tahun
Sumber : Laporan Keuangan Bank Panin dan Hasil Olahan Data
101
Berdasarkan tabel 4.13 yakni data modal dan aktiva tertimbang,
khususnya dalam kurun waktu hampir 5 tahun terakhir maka besarnya
CAR dapat dihitung sebagai berikut:
1. Tahun 2008
Besarnya rasio CAR untuk tahun 2008 dapat dihitung sebagai
berikut :
8.831.363
CAR (%) = -------------------- x 100%
42.490.133
= 20.78 %
2. Tahun 2009
Besarnya rasio CAR untuk tahun 2009 dapat dihitung sebagai
berikut:
11.796.724
CAR (%) = -------------------- x 100%
46.023.987
= 25.63 %
3. Tahun 2010
Besarnya rasio CAR untuk tahun 2010 dapat dihitung sebagai
berikut:
102
13.496.754
CAR (%) = -------------------- x 100%
61.201.831
= 22.05 %
4. Tahun 2011
Besarnya rasio CAR untuk tahun 2011 dapat dihitung sebagai
berikut:
15.888.131
CAR (%) = -------------------- x 100%
75.586.460
= 21.02 %
5. Tahun 2012 (per 30 Juni)
Besarnya rasio CAR untuk periode 30 Juni 2012 dapat dihitung
sebagai berikut:
17.102.764
CAR (%) = -------------------- x 100%
85.442.731
= 20.02 %
Dari hasil perhitungan tersebut di atas maka akan disajikan hasil
perhitungan rasio CAR untuk tahun 2007 sampai dengan tahun
2011 yang dapat dilihat melalui tabel 4.10 berikut ini:
103
Tabel 4.14
PT. Bank Panin Tbk
Besarnya Rasio CAR
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun
Rasio CAR (%)
2008
20.78
2009
25.63
2010
22.05
2011
21.02
30 Juni 2012
20.02
Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel 4.14 yaitu hasil perhitungan CAR selama
kurun waktu hampir 5 tahun, yakni sejak tahun 2008 sampai
dengan 30 Juni 2012
menunjukkan bahwa rasio CAR cukup
flutuatif. Namun secara keseluruhan rasio CAR Bank Panin berada
pada posisi yang sangat baik, di mana seluruh rasio menunjukkan
persentase yang jauh lebih besar dari yang ditentukan oleh Bank
Indonesia, yaitu sebesar 8%. Rata-rata rasio CAR Bank Panin
sejak tahun 2008 sampai dengan 30 Juni 2012 adalah sebesar 20%
yang disebabkan karena adanya peningkatan modal sendiri dan
peningkatan aktiva tertimbang yang berimbang.
104
Adapun dasar kebijakan Bank Panin selalu mempertahankan
rasio yang cukup tinggi adalah sebagai berikut:
-
Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris No. 01/SKDK/2011 tentang Wewennang dan Prosedur Persetujuan Komite
Kredit Tingkat Direksi, yang isinya menyatakan bahwa Bank
Panin menerapkan kebijakan untuk memelihara Rasio Kecukupan
Modal (CAR) sekurang-kurangnya 1,75 (satu koma tujuh puluh
lima) kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku.
-
Manfaat yang diperoleh dengan mempertahankan rasio CAR
dibandingkan dengan pengelolaan asset Bank Panin agar
pendapatan yang diterima lebih meningkat.
Dengan rasio CAR yang tinggi, Bank Panin akan memperoleh manfaat
berupa:
-
Kemampuan menyerap risiko yang lebih besar sehingga tidak
rentan terhadap perubahan kondisi perekonomian, gejolak pasar,
dan risiko usaha lainnya.
-
Memiliki kesempatan yang lebih besar untuk merebut peluang
usaha yang ada tanpa adanya hambatan dari aspek permodalan.
-
Kepercayaan yang lebih besar dari nasabah, kreditor, dan pasar
uang sehingga dapat memperoleh dana dengan suku bunga yang
lebih baik.
105
4.4.
Kinerja Keungan Bank Panin
Berdasarkan rasio keuangan yang diukur dari likuiditas, rentabilitas
dan permodalan Bank Panin selama dalam kurun waktu hampir 5 tahun,
terhitung sejak tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan periode 30 Juni 2012 maka
diketahui kinerja keuangan Bank Panin sebagai berikut:
Tabel 4.15
PT. Bank Pan Indonesia Tbk
Kinerja Keuangan diukur dari Rasio Likuiditas, Rentabilitas dan Permodalan
Tahun 2008 – 30 Juni 2012
Tahun 2008
Rasio Bank Panin
(%)
Ketentuan BI
(%)
Keterangan
79.33
< 95
Sangat Baik
- BOPO
83.94
< 92
Efisien
- ROA
1.85
1.5
Produktif
- ROE
8.85
7
Produktif
20.78
8
Sangat Baik
Rasio Bank Panin
(%)
Ketentuan BI
(%)
Keterangan
73.12
< 95
Sangat Baik
Likuiditas
- LDR
Rentabilitas
Permodalan
- CAR
Tahun 2009
Likuiditas
- LDR
106
Tabel 4.15 Lanjutan
Rentabilitas
- BOPO
83.16
< 92
Efisien
- ROA
2.06
1.5
Produktif
- ROE
10.47
7
Produktif
25.63
8
Sangat Baik
Rasio Bank Panin
(%)
Ketentuan BI
(%)
Keterangan
76.04
< 95
Sangat Baik
- BOPO
80.56
< 92
Efisien
- ROA
2.08
1.5
Produktif
- ROE
11.46
7
Produktif
22.05
8
Sangat Baik
Rasio Bank Panin
(%)
Ketentuan BI
(%)
Keterangan
82.89
< 95
Baik
78.20
< 92
Efisien
Permodalan
- CAR
Tahun 2010
Likuiditas
- LDR
Rentabilitas
Permodalan
- CAR
Tahun 2011
Likuiditas
- LDR
Rentabilitas
- BOPO
107
- ROA
2.34
1.5
Produktif
- ROE
13.97
7
Produktif
21.02
8
Sangat Baik
Rasio Bank Panin
(%)
Ketentuan BI (%)
Keterangan
90.17
< 95
Cukup Baik
- BOPO
75.65
< 92
Efisien
- ROA
1.65
1.5
Produktif
- ROE
7.53
7
Produktif
20.02
8
Sangat Baik
Tabel 4.15 Lanjutan
Permodalan
- CAR
30 Juni 2012
Likuiditas
- LDR
Rentabilitas
Permodalan
- CAR
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data berupa Laporan
Keuangan dari PT. Bank Pan Indonesia Tbk selama kurun waktu hampir
5 tahun yaitu sejak tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan periode 30 Juni 2012,
maka dapat disimpulkan kinerja keuangan PT. Bank Pan Indonesia Tbk bila
diukur dengan menggunakan rasio likuiditas, rentabilitas dan permodalan
adalah sebagai berikut:
1. Likuiditas.
Untuk melihat bagaimana tingkat likuiditas yang ada pada Bank Panin,
penulis menggunakan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio LDR
merupakan perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. Dengan
menggunakan rasio LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank
dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpunnya. Melalui
perhitungan dan analisis yang dilakukan, diketahui rasio LDR Bank Panin
mengalami tren yang fluktuatif sejak tahun 2008 sampai dengan
30 Juni 2012. Loan to Deposit Ratio pada tanggal 30 Juni 2012 sebesar
90.17% dengan kredit sebesar Rp. 83.662,35 miliar dan dana pihak ketiga
108
109
sebesar Rp. 92.787,25 miliar. LDR pada tanggal 31 Desember 2011, 2010,
2009 dan 2008, masing-masing adalah sebesar 82.89%, 76.04%, 73.12%,
dan 79.33%. Dari rasio LDR terlihat bahwa Bank Panin senantiasa sangat
menjaga likuiditasnya agar dapat selalu memenuhi kewajiban terhadap
nasabahnya dan juga mengikuti ketentuan dari Bank Indonesia mengenai
Loan to Deposit Ratio yaitu berada di antara 78% - 100%.
2. Rentabilitas
Untuk mengukur rentabilitas Bank Panin, penulis menggunakan 3 macam
rasio yaitu:
a. BOPO (Biaya Operasional dibandingkan Pendapatan Operasional)
Biaya operasional untuk periode 6 bulan yang berakhir pada tanggal
30 Juni 2012 sebesar Rp. 4.803,06 miliar dan total pendapatan
operasional sebesar Rp. 6.349,40 miliar atau BOPO sebesar 75.65%.
BOPO Bank Panin untun tahun-tahun yang berakhir pada tahun 2011,
2010, 2009 dan 2008, masing-masing sebesar 78.20%, 80.56%,
83,16%, dan 83.94%. Berdasarkan dari rasio BOPO terlihat bahwa
persentasenya setiap tahunnya semakin kecil, hal ini disimpulkan
bahwa kinerja keuangannya semakin membaik dan sangat efisiensi
dalam mengelola pendapatan operasionalnya bila dibandingkan
dengan biaya operasionalnya.
110
b. Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) dihitung berdasarkan laba sebelum pajak
dalam periode satu tahun dibandingkan dengan rata-rata jumlah aset
dalam periode yang sama. Laba sebelum pajak untuk periode 6 bulan
yang berakhir tanggal 30 Juni 2012 sebesar Rp. 1.630,16 miliar dan
rata-rata aset sebesar Rp. 130.273,86 miliar. Persentase ROA pada
tanggal 30 Juni 2012 belum dapat diperbandingkan karena periode
perhitungan hanya selama 6 bulan. Sedangkan ROA tahun 2011, 2010,
2009 dan 2008, masing-masing adalah sebesar 2.34%, 2.08%, 2.06%
dan 1.85%. Selama hampir kurun waktu 5 tahun, bila dilihat dari rasio
ROA diketahui bahwa kinerja atau kemampuan Bank Panin dalam
menghasilkan laba sebelum pajak dari aset yang dimilikinya terlihat
produktif. Di mana seluruh persentase ROA selalu di atas ketentuan
yang diberikan dari Bank Indonesia yaitu sebesar 1.5%.
c. Return on Equity (ROE)
Rasio ROE didapat dengan membandingkan antara laba bersih dengan
rata-rata jumlah ekuitas. Seperti halnya pada ROA, untuk rasio ROE
pada tanggal 30 Juni 2012 juga tidak dapat diperbandingkan karena
laba bersih hanya menggambarkan perolehan selama 6 bulan. Untuk
rasio ROE tahun 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-masing sebesar
111
13.97%, 11.46%, 10.47%, 8.85%. Rasio ini terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja
keuangan Bank Panin dalam menghasilkan laba bersih dari ekuitas
yang telah ditanamkan juga terlihat produktif, di mana ketentuan dari
Bank Indonesia adalah sebesar 7%, sedangkan rasio ROE Bank Panin
selama hampir 5 tahun terakhir selalu berada di atas dari ketentuan
Bank Indonesia.
3. Permodalan
Dari komponen-komponen yang menentukan tingkat kekuatan dari faktor
permodalan, maka yang memiliki bobot terbesar dan sering digunakan
adalah dengan menggunakan rasio kecukupan modal (CAR/Capital
Adequacy Ratio). Saat ini Bank Indonesia mewajibkan bank-bank untuk
memiliki struktur perbandingan antara jumlah modal dengan aset
tertimbang menurut risiko minimum sebesar 8%. Untuk rasio CAR, Bank
Panin memiliki ketentuan tersendiri berdasarkan Surat Keputusan Dewan
Komisaris No. 01/SK-DK/2011 tentang Wewenang dan Prosedur
Persetujuan Komite Kredit Tingkat Direksi yaitu menerapkan kebijakan
untuk memeliha Rasio Kecukupan Modal (CAR) sekurang-kurangnya
1.75 kali dari ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Sehingga tidak
diragukan lagi bila rasio CAR Bank Panin terlihat sangat baik. Rasio CAR
pada tanggal 30 Juni 2012, tahun 2011, 2010, 2009 dan 2008, masing-
112
masing persentasenya selalu berada jauh di atas ketentuang Bank
Indonesia yaitu sebesar 20.02%, 21.02%, 22.05%, 25.63% dan 20.78%.
5.2.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, terlihat bahwa secara keseluruhan bila diukur
berdasarkan rasio keuangan melalui analisis likuiditas, rentabilitas dan
permodalan maka kinerja keuangan Bank Panin selama kurun waktu 5 tahun
terakhir sudah berjalan dengan baik, di mana rasio-rasionya selalu berada
pada ketentuan dari Bank Indonesia, sehingga saran penulis agar manajemen
Bank Panin dapat mempertahankan kinerja yang sudah ada. Namun untuk
menjaga rasio LDR agar pada posisi yang sangat baik maka perlu
menigkatkan komposisi pendanaan dengan meningkatkan porsi tabungan dan
giro karena kedua produk tersebut merupakan produk simpanan dengan biaya
yang rendah sehingga pihak Bank Panin juga sekaligus dapat meningkatkan
keuntungan. Sedangkan untuk besarnya kredit yang diberikan juga tetap harus
dipertahankan dan juga ditingkatkan agar profit yang didapat juga terus
bertambah. Cara lain untuk memperbesar laba adalah dengan menigkatkan fee
based income dari transaksi trade finance, kiriman uang, transaksi luar negeri,
perdagangan surat-surat berharga, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Annual Report PT. Bank Pan Indosenia, Tbk.
Arief Sugiyono, (2009), Manajemen Keuangan: Untuk Praktisi Keuangan,
PT. Grasindo, Jakarta.
Astuti Yuli Setyani, (2002), Analisis Kinerja Perusahaan Perbankan Sebelum dan
Sesudah Menjadi Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta, Undip.
Bambang Riyanto, (1998), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yayasan Badan
Penerbit & Percetakan DMP YKPN, Yogyakarta.
_______________, (2001), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat,
Cetakan Ketujuh, BPFE - UGM, Yogyakarta.
Basran Desfian, (2005), Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja
Bank Umum di Indonesia Tahun 2000 – 2003, Undip.
Boy Loen dan Sonny Ericson, (2008), Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa,
PT. Grasindo, Jakarta.
Dahlan
Siamat. 1999.
Jakarta : LP-FEUI.
Manajemen
Lembaga
Keuangan.
Edisi
kedua.
Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, (1998), Perangkat dan Teknik Analisis
Investasi di Pasar Modal Indonesia, PT. Bursa Efek Jakarta, Jakarta.
Fremont E & Rosenzweig, James E Kast, (1982), Organisasi dan Manajemen, (Alih
Bahasa Hasymi Ali), Edisi Ketiga, Bina Aksara, Jakarta.
Harnanto, Drs, 1991, Analisa Laporan Keuangan, BPFE – UGM, Yogyakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia, (1995), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
______________________, (1996), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
______________________, (2004), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
______________________, (2009), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
Indra Bastian, (2001), Akuntansi Sektor Publik, BPFE – UGM, Yogykarta.
Info situs www.bi.go.id. Tanggal 02 Januari 2010.
Info situs www.panin.co.id. Tanggal 02 Januari 2010.
Info situs www.wikipedia.com. Tanggal 12 Januari 2010.
Indriyo Gitusudarmo dan Basri, (2002), Manajemen Keuangan, Edisi Keempat,
BPFE – UGM, Yogyakarta.
Jumingan, Drs, (2005), Analisa Laopran Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.
J. David Hunger, Thomas L. Wheelen, (2003), Manajemen Strategis, (Alih Bahasa
Julianto Agung S), Yogyakarta : Andi.
Kasmir, SE, MM, (2008), Manajemen Perbankan, Edisi Revisi 2008, Rajawali Pers
Lampiran 2 SK DIR BI Nomor 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997.
Laporan Keuangan. Laporan Keuangan PT. Pan Indonesia, Tbk per akhir tahun.
Lukman Dendawijaya, Ir, Drs, MM, (2008), Manajemen Perbankan, PT. Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, (1995), Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
________________________________, (2003), Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Revisi, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
________________________________, (2009), Analisis Laporan Keuangan, Edisi
Keempat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Malayu S.P. Hasibuan, (2006), Dasar-Dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta.
Mohamad Mahsun, (2006), Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Cetakan Pertama,
BPFE – UGM, Yogyakarta.
Moh Wahyudin Zarkasyi, Dr, H, Ak, (2008), Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan lainnya, Alfabeta,
Bandung.
Muchdarsyah Sinungan, Drs, 1997, Manajemen Dana Bank, Bumi Akasara, Jakarta.
Nur Indrianto dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi
Pertama, BPFE Yogyakarta.
Raflux Rax, (1996), Banking Strategy: Asset, Liability, Management, Edisi Pertama,
ALCO, Jakarta.
Robert Anggoro, (1997), Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia,
Jakarta.
Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, (2001), Manajemen Keuangan Satu, Edisi
Ketiga, Cetakan Pertama, Prenhallindo, Jakarta.
Slamet Munawir, (2002), Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
_____________, (2004), Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty,
Yogyakarta.
Soegiharto, (2007), Influence Factors Affecting The Performance of Accounting
Information System, Gajah Mada International Jounal of Business Volume
III No. 2, Yogyakarta.
Soemarsono, S.R, (2004), Akuntansi: Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Buku Pertama,
Salemba Empat, Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap, (2004), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Ketiga,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
__________________, (2007), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
__________________, (2010), Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bank. Bandung.
Sri Mulyono, (2004), Riset Operasi, LPFE – UI, Jakarta.
Syafruddin Ginting, (2003), Pengaruh Struktur Modal Terhadap Produktivitas Aktiva,
Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka di
Indonesia, Universitas Airlangga, Surabaya.
Thomas Suyatno, Djuhaepah T. Marala MBA, Azhar Abdullah SH, Johan Thomas
Aponno, Dra. C. Tinon Yunianti Ananda, Drs. H.A. Chalik, (2007),
Kelembagaan Perbankan, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat Belas, Bumi
Aksara, Jakarta.
Uma Sekaran, (2006), Metodologi Penelitian Bisnis 1, Edisi Keempat, Salemba
Empat, Jakarta.
Uma Sekaran, (2006), Metodologi Penelitian Bisnis 2, Edisi Keempat, Salemba
Empat, Jakarta.
Zaki Baridwan, (1992), Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, FE – Universitas
Atma Jaya, Yogyakarta.
_____________, (2000), Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, BPFE – UGM,
Yogyakarta.
Download