makalah internasional jadi

advertisement
1
PEMBELAJARAN MENULIS DRAMA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN BERDASARKAN SUMBER BELAJAR
(RESOURCE BASED LEARNING)1
oleh Neneng Sri Wulan, M.Pd.2
ABSTRAK
Pembelajaran menulis drama merupakan salah satu materi yang perlu
dipelajari oleh siswa. Karena dengan menulis drama, siswa akan mendapatkan
pengalaman langsung terlibat dalam suatu karya sastra. Pembelajaran menulis
drama di sekolah/ kampus saat ini cenderung monoton. Siswa tidak dilibatkan
secara langsung dan hanya diberi teori-teori tanpa praktik. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Model pembelajaran yang dapat dijadikan salah satu alternatif solusi
dalam pembelajaran menulis drama adalah model Pembelajaran Berdasarkan
Sumber Belajar (Resource Based Learning). Di dalam model PBSB, guru
menyediakan berbagai sumber belajar untuk siswa dan siswa memilih sumber
belajar yang paling cocok untuk dirinya. Bila kedua komposisi tersebut
diaplikasikan dengan maksimal, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan
optimal. Dengan kata lain, siswa akan lebih mampu untuk menulis sebuah naskah
drama sesuai dengan ide dan krativitasnya.
Kata kunci: model pembelajaran, menulis drama, model PBSB
A.
Pendahuluan
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra. Menurut Ferdinand
Brunetiere (1914), drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap
manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.
Dengan kata lain, drama berisi kisah yang merupakan tiruan dari perilaku dan
kehidupan manusia sehari-hari.
1
Makalah ini disajikan sebagai makalah pendamping dalam Forum Ilmiah VIII (Seminar
Internasional), dengan tema Pemikiran-Pemikiran Inovatif dalam kajian Bahasa, Sastra, Seni, dan
Pembelajarannya, FPBS, UPI, pada tanggal 20 November 2012
2
Penulis adalah staf pendidik mata kuliah Bahasa Indonesia di UPI Kampus Serang, dan dapat
dihubungi pada alamat email [email protected]
2
Pembelajaran drama di sekolah saat ini masih didominasi ranah apresiasi
drama. Siswa diajak untuk menonton atau membaca naskah drama. Kegiatan
ekspresi drama terkadang dilupakan. Hal tersebut sangat disayangkan, karena
kegiatan berekspresi dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
mendalami sebuah naskah drama, misalnya kegiatan menulis drama.
Kemampuan menulis drama merupakan kemampuan yang tidak datang
secara tiba-tiba. Kemampuan tersebut harus terus diasah dengan melakukan
pembelajaran dan latihan. Kondisi kemampuan menulis teks drama pada siswa
saat ini belum maksimal. Hal ini disebabkan strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru kurang tepat. Dalam pembelajaran menulis drama, biasanya
guru hanya memberi teori tanpa praktik. Guru hanya memberi penjelasan
mengenai teks drama, tanpa melibatkan siswa secara langsung. Hal ini pulalah
yang menyebabkan siswa menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi dalam
mengikuti pembelajaran menulis teks drama.
Hal tersebut senarai dengan hasil penelitian yang dilakukan Arif Rahman
dan tertuang dalam skripsinya yang berjudul “Model Pembelajaran Menulis
naskah Drama dengan Menggunakan Media Drama Komedi Extravaganza”.
Menurut hasil penelitian tersebut, kemampuan siswa dalam menulis naskah drama
masih sangat kurang.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Agus Hamdani dan tertuang dalam tesisnya yang
berjudul “Penyusunan model pengajaran apresiasi drama : studi kuasi eksperimen
terhadap siswa kelas II SMU Negeri Cililin Gelar Magister Pendidikan Jurusan
3
Pendidikan Bahasa Indonesia”, salah satu faktor yang menyebabkan kurang
maksimalnya hasil pembelajaran yang diraih adalah kurang variatifnya model
pembelajaran yang diterapkan. Pengajaran sastra sering dikeluhkan banyak pihak.
Keluhan ini umumnya mengarah pada hasil pengajaran sastra yang dianggap
kurang memuaskan dan pelaksanaan pengajarannya yang dianggap cenderung
lebih memberi tekanan pada pengetahuan sastra dibanding pada pengalaman
sastra. Salah satu faktor penyebab terjadi keluhan ini adalah karena guru kurang
memahami dan menguasai model-model pengajaran yang sesuai dengan hakikat
pengajaran sastra. Dari pernyataan tersebut bisa dilihat bahwa model
pembelajaran menjadi salah satu faktor yang bisa menentukan keberhasilan
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis drama.
Model pembelaran menulis drama yang ada sekarang cenderung monoton
dan tidak komunikatif. Siswa jarang dilibatkan secara aktif. Mereka sering diberi
teori-teori tanpa praktik. Padahal dalam pembelajaran sastra, khususnya drama,
keterlibatan siswa menjadi aspek yang penting.
B.
Isi
Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar (Resource Based Learning)
Banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran menulis drama. Salah satu model tersebut adalah model
Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar (PBSB). Model PBSB mengutamakan
sumber belajar sebagai fokus utamanya. Siswa dihadapkan dengan berbagai
macam sumber belajar yang bisa dipilih sesuai dengan kemampuannya masing-
4
masing, dengan tujuan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Berikut
ini pengertian PBSB menurut Blakley dan Carrigan (dalam Campbel, dkk., 2009)
Resource-based learning is an educational model designed to
actively engage students with multiple resources in both print and nonprint form. Ideally, the classroom teacher and media specialist collaborate
to plan resource-based units.
Model PBSB pertama kali resmi digunakan oleh Association of College
and Research Libraries (ACLR) dan American Library Association (ALA) pada
tahun 1989. Kedua institusi ini sangat mendukung pembelajaran berbasis sumber
belajar karena siswa dapat berkolaborasi dengan rekan-rekan mereka, guru, dan
masyarakat untuk menemukan jawaban dengan sumber belajar yang sangat
bervariasi.
Penerapan model PBSB dalam pembelajaran terus berkembang hingga
saat ini. Kini, sumber belajar yang digunakan pun semakin bervariasi, mulai dari
sumber yang dirancang (by design), maupun yang digunakan (by utilization). Di
beberapa negara, model ini digunakan dan berhasil mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
Model Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar (PBSB) adalah titik
tengah atau perpaduan dari model pembelajaran berbasis guru dan berbasis murid.
PBSB adalah model pembelajaran yang dirancang agar siswa terlibat secara aktif
dengan berbagai sumber pembelajaran. Siswa dapat belajar menurut langkahlangkah tertentu, seperti dalam pembelajaran berporgram, atau menurut
pemikirannya sendiri untuk memecahkan masalah tertentu. Berikut ini pemaparan
PBSB menurut Farmer (dalam Vina, 2012)
5
Teachers often teach lessons or units using a variety of media, including
guest speakers, videos, or hypermedia presentations. Because teachers
select content and mode of delivery, such instruction is more aptly deemed
resource-based instruction, a pedagogy that is more teacher-centered.
Resource-based learning is predicated upon the principle that individual
learners will be drawn to the media and content which best match their
own processing skills and learning styles (Farmer, 1999).
Dalam pembelajaran konvensional, biasanya guru yang menyediakan
semua sumber pembelajaran, baik itu media ataupun bahan ajar. Siswa mau tidak
mau harus menerima semua hal itu, baik itu cocok untuk dirinya ataupun tidak
cocok. Di dalam model pembelajaran PBSB, siswa dapat memilih sumber
pembelajaran apa yang paling cocok untuk dirinya, yang dapat membantu
meningkatkan kompetensi dirinya.
Berdasarkan pemaparan mengenai rumusan model pembelajaran menurut
Bruce Joice dan Marsha Weil (2000), maka model pembelajaran PBSB
dirumuskan memiliki konsep-konsep sebagai berikut.
a. Orientasi Model
Model pembelajaran PBSB berorientasi pada sumber belajar. Pada setiap
proses pembelajaran dengan model PBSB, sumber belajar yang variatif
merupakan faktor penunjang keberhasilan mahasiswa. Mahasiswa diberi
kebebasan untuk memilih sumber belajar yang paling sesuai dengan
kebutuhannya untuk menyelesaikan masalah.
b. Model Mengajar
(1) Sintaksis
Model ini memiliki empat fase, yaitu (a) siswa dihadapkan pada masalah;
(2) siswa dihadapkan pada sumber-sumber belajar; (3) siswa memilih
6
sumber belajar yang cocok untuk memecahkan masalah; (4) siswa
memecahkan masalah dengan sumber belajar yang sudah dipilihnya.
Fase-fase tersebut bisa terlihat pada bagan Prosedur PBSB berikut ini.
SINTAKSIS PBM PBSB
SISTEM
SOSIAL
FASE KE-1 (Menghadapkan kepada masalah)
PRINSIP REAKSI
STRATEGI
SISTEM
PENUNJANG
FASE KE-2 (Menghadapkan mahamahasiswa
pada sumber-sumber belajar)
FASE KE-3 (Siswa memilih sumber belajar)
FASE KE-4 (Siswa memecahkan masalah dengan
memanfaatkan sumber belajar
Model PBSB ini menempuh strategi sebagai berikut.
1) Fase kesatu: Siswa menerima informasi tentang model PBSB, kemudian
mahasiswa dihadapkan pada masalah dalam pembelajaran.
2) Fase kedua: Siswa dihadapkan pada berbagai macam sumber belajar yang bisa
mendukung dan meningkatkan keterampilan mereka.
3) Fase ketiga: Siswa memilih sumber belajar yang paling sesuai bagi dirinya
untuk memecahkan masalah.
4) Fase keempat: Siswa memanfaatkan/ menggunakan sumber belajar tersebut
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam pembelajaran.
(2) Sistem Sosial
Sistem sosial model PBSB ini bersifat kooperatif. Guru dan siswa menjadi
satu tim yang sama-sama bekerja untuk menemukan sumber belajar yang
cocok untuk diterapkan mahasiswa dalam memecahkan masalah.
(3) Prinsip-prinsip Reaksi
Reaksi dari guru terutama dibutuhkan pada fase kedua dan ketiga. Tugas guru
pada fase kedua dan ketiga adalah membantu siswa dalam mencari dan
7
menemukan sumber belajar yang cocok digunakan mahasiswa untuk
memecahkan masalah, tetapi bukan berarti guru melakukan semuanya sendiri
sementara siswa pasif. Pada fase terakhir, tugas guru adalah mengarahkan
siswa untuk menggunakan sumber belajar yang telah dipilihnya semaksimal
mungkin agar mereka dapat memecahkan masalah dengan sumber belajar itu.
(4) Sistem Penunjang
Penunjang yang secara optimal dapat berdampak positif pada pelaksanaan
model ini ialah adanya sumber belajar yang variatif untuk meningkatkan
kemampuan siswa.
c. Penerapan
Model PBSB ini tidak hanya sesuai bagi pelajaran ilmu sosial akan tetapi juga
bagi ilmu pengetahuan alam. Model PBSB dapat diterapkan pada setiap materi
pelajaran dan pada semua kelas berdasarkan tingakatn usia ataupun tingkatan
kelas.
d. Dampak Instruksional dan Penyerta
Meskipun model ini menekankan pada sumber belajar, tetapi keberhasilannya
juga tidak terlepas pada proses sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Model ini memberikan dampak instruksionalnya dalam hal (1) meningkatkan
keterampilan mengkaji dan memecahkan masalah; dan (2) mengembangkan
strategi untuk memecahkan masalah. Sedangkan dampak penyertanya ialah
8
dalam hal (1) memupuk inisiatif; (2) menumbuhkan keaktifan dalam belajar;
dan (3) membiasakan toleran terhadap keberagaman.
Contoh Aplikasi Proses Pembelajaran Menulis Drama dengan Model
Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar (Resource Based Learning)
Dalam pelaksanaan model Pembelajaran Berdasarkan Sumber Belajar,
siswa dapat menggunakan berbagai macam sumber belajar untuk meningkatkan
kreativitasnya. Berikut ini akan dipaparkan contoh pelaksanaan proses
pembelajaran menulis drama dengan menggunakan model PBSB.
1. Pembelajaran pertemuan ke-1
Berikut ini adalah pemaparan kegiatan inti proses pembelajaran menulis
drama dengan menggunakan model PBSB pada pertemuan ke-1. Dosen membagi
mahasiswa menjadi beberapa kelompok menulis (writing group). Kemudian,
dosen memaparkan materi mengenai unsur-unsur drama, khususnya unsur tema
dan plot. Dosen menghadirkan sebuah sumber belajar, yaitu potongan sebuah lagu
berjudul “Rintihan Kuntilanak”, potongan sebuah drama Korea berjudul “Kiss”,
dan sebuah film pendek berjudul “Teeth”. Dosen mempersilakan kelompokkelompok mahasiswa untuk mencari sebuah tema yang menarik berdasarkan
sumber belajar yang mereka anggap tepat dan menarik untuk diangkat menjadi
sebuah cerita.
Setiap kelompok mahasiswa mencari tema dan mengembangkan menjadi
sebuah sinopsis yang memiliki plot. Setelah selesai, setiap perwakilan kelompok
membacakan hasil diskusi kelompoknya. Kelompok lain menanggapi hasil
pekerjaan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
9
2. Pembelajaran pertemuan Ke-2
Berikut ini adalah pemaparan kegiatan inti proses pembelajaran menulis
drama dengan menggunakan model PBSB pada pertemuan ke-2. Pertemuan ini
dilaksanakan di sebuah taman yang berada di dalam kampus. Mahasiswa sangat
antusias melakukan pembelajaran ini. Mereka duduk sesuai dengan kelompok
yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.
Pertemuan ketiga ini membahas mengenai dialog, penokohan, latar, dan
penulisan naskah. Dosen menghadirkan sumber belajar, yaitu alam atau
lingkungan sekitar tempat mereka belajar, sebuah potongan naskah drama
berjudul “Orang Asing”, dan sebuah majalah berisi gambar tokh-tokoh terkenal.
Setelah itu, dosen memberikan kesempatan mahasiswa untuk bertanya.
Mahasiswa sangat anstusias untuk bertanya. Setelah itu, mahasiswa diminta untuk
membuat penokohan, dialog, dan latar yang terangkai dalam sebuah adegan
drama. Mereka harus memilih sumber belajar yang paling tepat untuk mereka,
sehingga mereka bisa mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen.
Setiap kelompok melalukan diskusi. Mereka mengerjakan tugas yang
diberikan oleh dosen dengan antusias. Setelah mereka selesai berdiskusi, setiap
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan ditanggapi
oleh kelompok lain.
3. Pembelajaran pertemuan ke-3
Berikut ini adalah pemaparan kegiatan inti proses pembelajaran menulis
drama dengan menggunakan model PBSB pada pertemuan ke-3.Dosen
menghadirkan sumber belajar, yaitu seorang penulis drama. Penulis drama
10
tersebut berbagi keahliannya dalam menulis drama kepada mahasiswa. Penulis
drama tersebut memaparkan proses kreatif menulis drama, mulai dari pencarian
ide atau tema cerita, membangun plot, membangun penokohan, membangun
dialog, membangun latar, dan menyusun wawancang dan kramagung di dalam
drama. Penulis drama memberikan materi selama 30 menit. Setelah itu, dosen
mempersilakan mahasiswa untuk berdiskusi dengan penulis drama tersebut. Pada
akhir pembelajaran, dosen menugaskan mahasiswa untuk menggali materi drama
di perpustakaan atau menggunakan koneksi internet di rumah masing-masing.
Setelah itu, mahasiswa ditugaskan untuk membuat sebuah naskah drama sesuai
dengan ide dan kreativitas masing-masing.
4. Pembelajaran pertemuan ke-4
Berikut ini adalah pemaparan kegiatan inti proses pembelajaran menulis
drama dengan menggunakan model PBSB pada pertemuan ke-4.Dosen meminta
mahasiswa untuk mengumpulkan naskah drama yang telah mereka buat selama
satu minggu. Dosen meminta beberapa mahasiswa untuk membacakan naskah
drama yang dibuatnya, kemudian ditanggapi oleh mahasiswa yang lain.
Pemaparan contoh di atas dapat diterapkan hampir pada setiap jenjang
pendidikan, baik itu jenjang sekolah maupun kuliah. Pada contoh aplikasi model
PBSB ini, dosen menyediakan berbagai sumber belajar pada setiap pertemuan dan
mahasiswa menentukan sumber belajar mana yang paling cocok bagi mereka.
Mahasiswa dituntun dan didorong untuk mempelajari dan menguasai setiap unsurunsur yang terdapat di dalam drama, agar nanti mereka dapat mengaplikasikannya
ketika menulis naskah drama.
11
C.
Penutup
Pembelajaran menulis drama menuntut pendidik untuk berinovasi. Hal
tersebut bertujuan agar siswa menjadi lebih termotivasi dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang optimal. PBSB pun tidak jauh berbeda. Seperti pada contoh
pelaksanaan PBSB yang telah dipaparkan, dosen berinovasi untuk menyediakan
berbagai sumber belajar bagi mahasiswa, misalnya lagu, video pementasan drama,
film pendek, alam/ lingkungan sekitar, majalah, internet, siswa/ mahasiswa lain,
ahli/ penulis drama, dan bahkan dirinya sendiri sebagai sumber belajar.
Hal tersebut menunjukan bahwa pelaksanaan PBSB menuntut kreativitas
pendidik dan siswa. Guru/ dosen dapat menjadi fasilitator yang menyediakan
berbagai sumber belajar yang menunjang, dan siswa dapat memilih sumber belajar
yang benar-benar cocok untuk dirinya. Bila kedua hal tersebut diaplikasikan
dengan baik, maka tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan maksimal.
Pembelajaran menulis drama pun tidak akan menjadi momok yang menakutkan
bagi siswa/ mahasiswa, tetapi akan menjadi salah satu materi pembelajaran yang
ditunggu dan diminati.
REFERENSI
Brown, H. Douglas. (2001). Teaching by Principles an Interactive Approach to
Language Pedagogy. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Brunetiere, Ferdinand. 1914. The Law of the Drama. New York: University of
Columbia.
Campbel, dkk. (2009). Resource Based Learning. [online]. Tersedia di:
http://projects.coe.uga.edu/epltt/index.php?title=ResourceBased_Learning.
Collie, Joanne & Stephen Slater. 1987. Literature in Language Classroom a
Resource Book of Ideas and Activities. New York: Cambridge University
Press.
Hamdani, Agus. 2003. Tesis, Penyusunan model pengajaran apresiasi drama :
12
studi kuasi eksperimen terhadap siswa kelas II SMU Negeri Cililin.
Bandung: UPI.
Iskandarwassid & Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Joice, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. USA: a Person
Education Company.
Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Rahman, Arif. 2006. Skripsi, Model Pembelajaran Menulis naskah Drama
dengan Menggunakan Media Drama Komedi Extravaganza. Bandung:
UPI
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Vina. 2012. Resource Based Project. [online]. Tersedia di: http://samonte-vinap.blogspot.com/2012_01_01_archive.html
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
BIODATA PENULIS
Neneng Sri Wulan, M.Pd. merupakan salah seorang pendidik di UPI Kampus
Serang. Kini, lulusan S1 dan S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI ini
tinggal di Serang, Banten. Selain akademisi, penulis juga merupakan penulis
skenario program televisi nasional. Penulis dapat dihubungi di nomor
081321526843, dan email [email protected].
Download