Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 KARAKTERISTIK DUA TIPE ENDAPAN MANGAAN DI DAERAH SINGINGI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Askari Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta ABSTRACT The research area located in Pulau Padang Village, Singingi Subdistrict, Kuantan Singigi Regency of Riau Province. In the site, there are two rock units. The slate-shale rock unit is Slate and Shale Member of triassic Tuhur Formation‘s (Silitonga and Kastowo, 1995) sited on steep slope hillies in shoutwest and claystone – sandstone rock unit is Lower Member of lower miosen Telisa Formation‘s (Silitonga and Kastowo, 1995) sited on gentle slope hillies in northeast. The both of this rock units divided by northwest-southeast direction thrust fault. The distribution of manganese ore In the research area, is northwest – southeast direction as like as thrust fault direction. The minerals are pyrolusite (MnO2), psylomelane (Ba(H2O)Mn.Mn4O10), cryptomelane (K-Mn8O16), manganite (Mn2O3.H2O), mixed with gangue minerals as quartz (SiO2), hematite (Fe2O3), limonite (Fe(OH)2) dan chert (SiO2). ABSTRAK Daerah penelitian, terletak di wilayah desa Pulau Padang, Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Litologi daerah penelitian tersusun oleh dua satuan batuan, yaitu satuan batusabak-serpih yang merupakan Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur yang berumur Trias (Silitonga dan Kastowo, 1995) mengisi perbukitan yang berlereng curam di bagian baratdaya dan satuan batulempung-batupasir yang merupakan Anggota Bawah Formasi Telisa (Tmtl) yang berumur Miosen Bawah (Silitonga dan Kastowo, 1995) mengisi pernukitan berlereng landai di bagian timur laut. Kedua satuan batuan ini dipisahkan satu sama lainnya oleh sesar naik (thrust fault) berarah baratlaut – tenggara. Sebaran bijih mangan di daerah penelitian relatif berarah baratlaut – tenggara sama dengan sesar naik yang berarah baratlaut – tenggara. Mineralmineral yang dijumpai adalah pirolusit (MnO2), psilomelan (Ba(H2O)Mn.Mn4O10), kriptomelan (K-Mn8O16), manganit (Mn2O3.H2O), yang bercampur dengan mineralmineral lain sebagai pengotor, seperti hematit (Fe2O3), kuarsa (SiO2), limonit (Fe(OH)2) dan rijang (SiO2). PENDAHULUAN Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 Mangaan (Mn) merupakan logam ke-empat yang banyak digunakan setelah besi (Fe), aluminium (Al) dan tembaga (Cu). Lebih dari 90% bijih mangaan digunakan oleh industri besi dan baja, baik untuk memproduksi besi, baja atau campuran (alloys) baja. Sisanya digunakan untuk berbagai keperluan industri, kimia dan farmasi. Salah satu diantaranya adalah baterai kering, korekapi, gelas, cat, bahan celup, pupuk dan lain-lainnya. Bijih mangaan dapat terbentuk melalui beberapa proses, yaitu proses hidrotermal, metamorfik, sedimenter dan residu. Pada umumnya bijih mangaan terdapat dalam bentuk mineral pirolusit (MnO2) dan psilomelan (Ba(H2O)Mn.Mn4O10) dan sering berasosiasi dengan kegiatan volkanik dan batuan yang bersifat basa. Mineral-mineral bijih mangaan yang penting lainnya adalah manganit (Mn2O3.H2O), braunit (3Mn2O3.MnSiO3), hausmanit (Mn3O4), rodokrosit (MnCO3), rodonit (MnSiO3) dan birnessit (2MnSiO3.H2O). Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau merupakan daerah yang banyak mengandung deposit bijih mangaan bahkan beberapa lokasi di antaranya sudah ditambang. Keberadaan bijih mangaan ini mulai dikenali oleh masyarakat meski pengetahuan mereka hanya sebatas pada bentuk fisik dan nilai ekonomisnya. Dalam jurnal ini, penulis mencoba untuk menelusuri perbedaan karakteristik antara dua tipe endapan mangaan yang berasal dari sumber yang sama, yaitu mangaan dari proses hidrotermal dan mangan asal sedimentasi. Kedua jenis endapan mangaan ini ada di daerah penelitian dan menyebar pada wilayah yang relatif sama. DASAR TEORI Roy (1981) membedakan pembentukan endapan mangaan ke dalam 3 tipe, yaitu aktifitas hidrotermal, proses sedimentasi dan pelapukan. Dua cara pembentukan, yaitu aktifitas hidrotermal dan proses sedimentasi terdapat di lokasi penelitian. Mangaan dari aktifitas hidrotermal berasal dari larutan sisa magma yang bersifat “aqueous” sebagai hasil differensiasi magma. Proses pembentukan dapat berupa cavity fillings, yang mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan dan metasomatisme, yaitu mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal. Menurut Hewett (1954) naiknya larutan hingga permukaan dan kemudian bercampur dengan air meteorik yang kaya akan oksigen dan oksida tinggi pada zona pembentukan endapan hidrotermal yang mengandung mangaan di zona mangaan oksida, dekat permukaan, akan membentuk mineral pirolusit, psilomelan, kriptomelan dan koronadit. Mangaan sedimentasi dihasilkan oleh proses sedimentasi yang membentuk endapan mangaan selama proses pengendapan sedimen di laut. Endapan dapat Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 berbentuk stratiform atau lensa. Berdasarkan kandungan mineralnya, endapan mangaan sedimen ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu mangaan karbonat dan mangaan oksida. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan, yaitu tahap pendahuluan, pengumpulan data, pengolahan dan interpretasi dan tahap penyajian data. Metode pengumpulan data lapangan berupa pemetaan geologi permukaan, yang meliputi pengamatan singkapan diikuti dengan pendeskripsian bentuk singkapan, sifat-sifat fisik mineral utama bijih mangaan, mineral asosiasi, dan mineral pengikut / pengotor, pengamatan litologi dan struktur geologi yang berkembang di daerah tersebut serta bentuk topografi dan vegetasi penutupnya. Selanjutnya dilakukan analisis mikroskopis sayatan tipis dari beberapa conto bijih mangaan yang diambil dari hasil kegiatan lapangan untuk mengetahui jenis mineral utama, asosiasi dan mineral pengikut dan hubungan antar mineral. Dari hasil data di atas, dilanjutkan dengan tahap penyajian dan penyelesaian data lapangan berdasarkan output berupa peta dan tabel analisis data. TATANAN GEOLOGI Stratigrafi Stratigrafi regional daerah penelitian mengacu pada peta geologi Lembar Solok, Sumatera (Silitonga dan Kastowo, 1995) dibagi dalam beberapa formasi yang berumur paling tua berturut-turut ke umur yang paling muda berdasarkan Sandi Stratigrafi Indonesia, antara lain adalah Anggota Filit dan Serrpih Formasi Kuantan (PCks), Anggota Bawah Formasi Kuantan (PCkq), Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur, Anggota Bawah Formasi Telisa, Anggota Bawah Formasi Palembang, Anggota Tengah Formasi Palembang, Anggota Atas Formasi Palembang dan Alluvium Sungai. Berdasarkan peta geologi Lembar Solok, daerah penelitian berada dalam Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur (Gambar 1). Di daerah penelitian, terdapat 2 (dua) satuan batuan yang berhubungan dengan endapan mangaan, yaitu Satuan Batusabak--serpih dan Satuan Batulempung-batupasir, Kedua satuan batuan ini dipisahkan satu sama lainnya oleh sesar naik (trush fault) berarah tenggara – timurlaut. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian Satuan batuan ini terdiri dari batusabak, serpih, serpih napalan sisipan rijang radiolarit, serpih hitam terkersikkan dari lapisan tipis graywacke termetamorfosikkan. Pada peta geologi lembar Solok, satuan ini dinamai dengan Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur (Silitonga dan Kastowo, 1995). Satuan ini.menyebar dari bagian tengah daerah penelitian hingga ke bagian baratdaya, menempati kurang lebih 65% luas daerah penelitian. Satuan batuan ini terdiri dari batulempung dengan beberapa sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan. Pada peta geologi lembar Solok, satuan ini dinamai dengan Anggota Bawah Formasi Palembang (Silitonga dan Kastowo, 1995). Satuan ini.menyebar dari bagian tengah daerah penelitian hingga ke bagian timurlaut, menempati kurang lebih 35% luas daerah penelitian. Struktur Geologi Struktur geologi berupa sesar naik terdapat di daerah penelitian.. Sesar ini berarah baratlaut – tenggara, (SE – NW) yang mengangkat Anggota Bawah Formasi Palembang yang berumur lebih muda (Miosen Atas) berada bedampingan dengan Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur yang berumur lebih tua (Permokarbon). Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 HASIL PENELITIAN Di daerah penelitian ditemukan 2 (dua) jenis endapan mangaan berdasarkan ciri fisik dan proses kejadiannya, yaitu mangaan yang berasal dari aktifitas hidrothermal dan mangaan asal sedimentasi. Kedua jenis mangaan ini ada bersama-sama dan menyebar pada wilayah yang relatif sama. Mangaan asal hidrotermal Mangaan yang berasal dari proses hidrothermal umumnya dijumpai dalam bentuk tubuh (ore body) tidak teratur, fragmen-fragmen (bongkah-bongkah) batuan mengandung mangaan dan urat-urat mangaan (epitermal). Fragmenfragmen batuan mengandung mangaan berukuran kecil seperti kerikil hingga bongkah bijih mangaan yang relatif besar hingga berukuran 200 cm, sedangkan bijih mangaan berupa tubuh masif dapat mencapai ukuran lebih dari 4m x 6m. Sementara mangaan yang berupa urat-urat (epitermal) berukuran mulai dari 1 mm - 4 cm, namun panjangnya dapat mencapai lebih dari 1 m. Urat-urat ini mengisi celah-celah atau retakan (cavity fillings”) pada batusabak, serpih, filit, sekis, batulempung dan batupasir tufan. Di lapangan, tubuh masif atau fragmen yang mengadung bijih mangaan ini berwarna, hitam – hitam kebiruan, kilap metalik – submetalik, pecahan tidak rata subkonkoidal, warna gores hitam - hitam kecoklatan, relatif keras (kekerasan 5 – 6), berat dan masif. Sebagian besar bijih mangaan ini membekas bila dipegang atau disentuh dengan jari tangan dan kadang-kadang memperlihatkan struktur berlubang (scorious). Sebagian besar dari bijih mangaan ini terdapat mineral-mineral lain sebagai pengotor (gangue) seperti hematit (Fe2O3), kuarsa (SiO2), limonit (Fe(OH)2) dan rijang (SiO2). Selain itu mineral bijih mangaan ini masuk menyisip ke bidang foliasi pada batuan metamorf jenis sekis dan filit atau mengisi rongga-rongga pada batuan sedimen batupasir tufan dan batulempung membentuk urat-urat (veins) mangaan epitermal. Dari hasil pengamatan megaskopis meskipun agak sulit untuk dibedakan, paling tidak terdapat 4 (empat) jenis mineral mangaan sebagai penyusun utama endapan bijih mangaan di daerah penelitian. Keempat mineral mangaan ini dikelompokkan ke dalam kelompok mangaan oksida (oxides manganese minerals), yaitu psilomelan (BaMn2O16(OH)4), kriptomelan (K-Mn8O16), manganit (Mn2O3H2O) dan pirolusit (MnO2). Dua, tiga atau keempat mineral-mineral bijih mangaan ini dapat berada bersama sebagai mineral utama dan mineral asosiasi dari mineral utama bijih mangan. Misalnya mineral utama psilomelan dapat berada bersamasama dengan kriptomelan atau pirolusit dan manganit sebagai mineral asosiasinya. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 Foto 1. Bongkah/fragmen mengandung mangaan (A) dan urat mangaan (epitermal) pada batulempung (B) Psilomelan dan kriptomelan sangat sulit dibedakan bila hanya menggunakan pengamatan megaskopis. Kedua mineral mempunyai ciri fisik yang hampir sama, berwarna hitam baja – hitam kebiruan, kilap metalik, warna gores hitam, keras, pecahan subkonkoidal-konkoidal, permukaan agak licin dan tidak begitu membekas bila dipegang atau digores di tangan dan sering menampakkan tekstur colloform dan bentuk ”botryoidal”. Perbedaan kedua mineral terletak pada kekerasan (hardness) kriptomelan relatif lebih tinggi 6–6,5 (skala Mohs) dibandingkan dengan kekerasan psiilomelan yang 5–6 dan kriptomelan cenderung berkilap metalik sedangkan psiilomelan berkilap submetalik. Pada kedua mineral sering dijumpai kerutan-kerutan atau lubang-lubang kecil yang menurut Frenze (1980, dalam Naseem, 1996).menunjukkan adanya penyerapan air (1-2%) dan elemen-elemen lain pada saat pembentukannya. Manganit, mineral bijih mangaan yang juga berwarna hitam, kilap submetalik, namun berbeda dengan psilomelan/kriptomelan karena warna goresnya coklat kemerahan - hitam kecoklatan dan mempunyai kekerasan 4 (skala Mohs) serta agak membekas bila dipegang atau disentuh dengan tangan, sedangkan pirolusit yang mempunyai kekerasan agak lunak (kekerasan < 2,5) dengan pecahan tidak rata (uneven), kadang sangat rapuh (brittle) dan membekas bila dipegang atau disentuh dengan tangan. Di bawah mikroskop, kriptomelan dan kriptomelan relatif berwarna berwarna putih – abu-abu terang, an-isotropik, berbutir halus dan sering bertekstur colloform. Pada sayatan tipis kedua mineral ini merupakan penyusun utama mineral bijih mangaan di daerah penelitian, yang sebagiannya berupa urat-urat halus yang mengisi retakan-retakan dan rongga pada mineral bukan-logam dan kadang membentuk perlapisan kasar-halus (Foto 2A), sedangkan manganit berwarna abu-abu gelap, refleksi-ganda lemah, an-isotropi sangat kuat dan refleksidalam abu-abu kebiruan – ungu muda. Pada sayatan tipis, terlihat bahwa sebagian Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 mineral manganit membentuk tekstur colloform dan sebagian lagi membentuk ikatan sangat komplek dengan mineral psilomelan, kriptomelan dan pirolusit, namun sebarannya tidak merata dan pirolusit berwarna krem terang, refleksiganda kuat, an-isotropi sangat kuat, bentuk kristal relatif memanjang dan sebagian berbentuk radiated. Umumnya terdapat mengisi celah-celah pada batuan atau sebagai urat-urat mangaan epitermal yang mengisi ruang diantara mineral-mineral bukan logam (Foto 2B). Foto 2. Foto mikroskopis dua sayatan poles bijih mangaan (psilomelan/Ps, kriptomelan/Kr, manganit/Mn, pirolusit/Pr, dan limonit/L) Psilomelan, kriptomelan, pirolusit dan manganit sebagai mineral asosasi membentuk tubuh masif atau bongkah mengandung mangaan yang komersial untuk ditambang. Kehadiran mineral lain sebagai pengotor seperti kuarsa, rijang, hematit atau limonit dapat mengurangi kadar unsur mangaan dalam batuan. Tubuh masif dan bongkah mangaan ini terbentuk pada fase mesotermal dengan kisaran suhu pembentukan antara 1500C - 3500C, sedangkan mangaan berupa urat mengisi celah-celah atau ruang-ruang kosong pada batuan seperti sekis, filit dan/atau ruang kosong antar mineral. Proses pengisian mangaan pada celah-celah batuan ini sering menghasilkan tekstur “vuggy” pada mineral bijih mangaan di dalam batuan samping seperti sekis, filit dan batupasir tufan atau “sheered” pada mineral kuarsa. Urat-urat mengandung mangaan ini terbentuk pada fase epitermal dengan kisaran suhu pembentukan antara 00C - 2000C Naseem (1996) dalam desertasi doctor (PhD) di bidang geologi mengatakan bahwa adanya mineral pirolusit, psilomelan dan manganit sebagai mineral utama bijih mangaan dalam jumlah yang relatif banyak mengindikasikan lingkungan pembentukan yang bersifat oksidasi dan alkalin dengan kisaran suhu yang rendah, yaitu < 350 oC Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 Mangaan asal sedimentasi Mangaan asal sedimentasi adalah mangaan yang terbentuk karena proses sedimentasi. Endapan mangaan jenis ini dapat berupa lensa atau massa yang cenderung membentuk pola sejajar perlapisan (stratiform). Endapan mangaan ini, umumnya berasosiasi dengan sedimen klastik berbutir kasar. Hasil pengamatan pada anak sungai Sembacang Hilir pada posisi 101o 19’ 31,1 BT; 00o 26’ 27,7” LS menunjukkan adanya endapan mangaan dengan fragmen berukuran 10 – 40 cm yang terdiri dari berbagai komponen batuan seperti batulempung, kuarsit dan rijang, yang tertanam pada matriks berupa mangaan. Tebal lapisan mencapai 1,5 m (Foto 3). Foto 3. Singkapan mangaan yang memperlihatkan pola perlapisan (Terdiri dari fragmen batulempung, kuarsit rijang, matriks berupa mangaan) Mangan yang dihasilkan dari proses sedimentasi ini berwarna hitam – hitam kebiruan, kilap tanah, pecahan tidak rata, warna gores hitam, relatif lunak (kekerasan < 2,5), sangat rapuh dan membekas bila dipegang atau disentuh di tangan. Jenis mineral adalah pirolusit. Endapan mangaan asal sedimentasi hanya terdapat secara lokal, di tenggra daerah penelitian, yaitu di Sungai Sembacang Hilir dan anak-anaknya sungai saja, dan setempat di bagian tengah daerah penelitian, yaitu di daerah Sungai Lumut. Diperkirakan sumber dari mangaan sedimentasi berasal dari larutan hidrotermal mengandung unsur mangaan terbawa arus laut, kemudian terendapkan pada kondisi oksidasi yang kuat dengan sirkulasi air yang bebas, sehingga menghasilkan mangaan oksida jenis pirolusit (MnO2) dengan fragmenfragmen batuan pengotor yang berukuran relatif kasar. Karena aktivitas vulkanik Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 bawah laut makin berkembang, maka deposit mangaan yang terbentuk juga banyak mengandung fragmen pengotor seperti kuarsa dan fragmen batuan vulkanik berupa tuf dan batupasir tufan yang ukurannya relatif besar (hingga 40 cm). Foto 4. Pirolusit (matriks) dengan berbagai fragmen batuan lain A B Tidak hadirnya mineral bijih selain pirolusit kemungkinan karena cairan hidrotermal yang mengandung psilomelan, kriptomelan dan manganit telah larut pada kondisi air laut yang sirkulasinya bebas, sehingga mineral yang terbentuk hanya pirolusit saja. Pirolusit dilaporkan sebagai fase paling stabil di antara mineralmineral yang berkomposisi MnO2 (Dressel dan Kenworthy, 1961; Hariya, 1961, dalam Naseem, 1996) Mangaan sedimentasi ini tidak dimanfaatkan (ditambang) karena kualitas / kadar Mnnya relatif rendah, sedangkan mineral atau batuan pengotornya sangat banyak, sehingga tidak atau kurang laku di pasaran. Pengaruh struktur geologi Struktur sesar naik berarah baratlaut – tenggara (NW – SE). dengan arah sekitar N 270o E mempengaruhi sebaran endapan mangaan di daerah penelitian. Proses mineralisasi bijih mangaan yang berada di sepanjang zona sesar naik menyebabkan tubuh batuan atau bongkah-bongkah yang mengandung bijih mangaan tersingkap dengan biak. Zona lemah berupa retakan-retakan, rongga-rongga dan bukaan-bukaan (openings) halus pada sesar naik berarah baratlaut – tenggara menjebak cairan hidrotermal mengandung mangaan mengkristal membentuk mineral psilomelan, kriptomelan, manganit dan pirolusit dan mineral pengotornya. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Di daerah penelitian paling tidak ditemukan 2 (dua) jenis endapan mangaan berdasarkan bentuk, ciri fisik dan proses kejadiannya, yaitu mangaan yang berasal dari proses hidrothermal dan mangaan asal sedimentasi. Kedua jenis mangaan ini ada bersama-sama dan menyebar pada wilayah yang sama. 2. Bijih mangaan yang berasal dari aktifiatas hidrothermal umumnya dijumpai dalam bentuk tubuh (ore body) tidak teratur, fragmen (bongkah-bongkah) batuan mangaan dan urat-urat mangaan epitermal. Dijumpai 4 (empat) jenis mineral mangaan sebagai penyusun utama bijih mangaan di daerah penelitian, yaitu psilomelan, kriptomelan, manganit dan pirolusit. Keempat jenis mangaan ini dikelompokkan ke dalam kelompok mangaan oksida (oxides manganese minerals). Psilomelan, kriptomelan dan pirolusit adalah mineral utama bijih mangaan, sedangkan manganit adalah mineral asosiasi. Sebagai pengotor, yaitu hematit (Fe2O3), kuarsa (SiO2), rijang (SiO2) dan mineral atau batuan lain, baik yang menempel ataupun mengisi lubang-lubang pada bijih mangaan adalah limonit (Fe(OH)2), tuf, batupasir tufan, sekis, filit dan mineral lempung. 3. Pola sebaran bijih mangaan inipun mengikuti jurus (strike) sesar yang berarah baratlaut – tenggara (NW – SE). Hal ini dapat dilihat pada singkapan di Sungai Sembacang, Sungai Jual dan Sungai Lumut, yang menunjukkan satu garis lurus sebaran berarah baratdaya – tenggara, dengan arah sebaran N 270o E. DAFTAR PUSTAKA Barnes, J.W, 1981, Basic Geological Mapping, Open University Press – Milton Keynes – UK and Halsted Press, John Wiley & Sons, New York – Toronto. Christie, T., , Mineral Commodity Report 7 – Manganese. Insitute of Geological and Nuclear Sciences Ltd. Compton, R.R, 1962, Manual of Field Geology, John Wiley & Sons, New York. Hewett, D.I., 1964, Veins of hypogen manganese oxide minerals, United State Economic Geology, v.58, no. 8, p.1424–1472.. Naseem, S., 1996, Genesis of Manganese Ore Deposits of Lasbela Area, Balochistan, Pakistan. Departement of Geology, University of Karachi (dissertation for PhD). Pirajno, F. 1992. Hydrothermal Mineral Deposit. Berlin Heiderberg : SpringerVerlag. Roy, S., 1981, Manganese Deposits, Academic Press, London. ............, 1997, Genetic diversity of manganese deposition in the terrestrial geological record. Geological Society, London. Special Publication, 1997, v.119,p.5-27. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012 Silitonga, P.H. dan Kastowo, 1995, Peta Geologi Lembar Solok. Sumatera, Edisi 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung. Sitompul. D dan Askari, 2009, Laporan Eksplorasi Endapan Mangaan di Desa Petai, Kecamatan Singingi Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. PT. Karya Mas (tidak dipublikasikan). Tushadi Madjadipura dkk, 1990, Bahan Galian Industri di Indonesia. Direktorat Sumberdaya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung. Wells, K.H., 1918, Manganese in New Mexico, Bulletin of the New Mexico State School of Mines, Bulletin No. 02, Mineral Resource Survey.