karakteristik dua tipe endapan mangaan di daerah

advertisement
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
KARAKTERISTIK DUA TIPE ENDAPAN MANGAAN DI DAERAH SINGINGI
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU
Askari
Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
ABSTRACT
The research area located in Pulau Padang Village, Singingi Subdistrict,
Kuantan Singigi Regency of Riau Province. In the site, there are two rock units. The
slate-shale rock unit is Slate and Shale Member of triassic Tuhur Formation‘s
(Silitonga and Kastowo, 1995) sited on steep slope hillies in shoutwest and
claystone – sandstone rock unit is Lower Member of lower miosen Telisa
Formation‘s (Silitonga and Kastowo, 1995) sited on gentle slope hillies in northeast.
The both of this rock units divided by northwest-southeast direction thrust fault.
The distribution of manganese ore In the research area, is northwest –
southeast direction as like as thrust fault direction. The minerals are pyrolusite
(MnO2), psylomelane (Ba(H2O)Mn.Mn4O10), cryptomelane (K-Mn8O16), manganite
(Mn2O3.H2O), mixed with gangue minerals as quartz (SiO2), hematite (Fe2O3),
limonite (Fe(OH)2) dan chert (SiO2).
ABSTRAK
Daerah penelitian, terletak di wilayah desa Pulau Padang, Kecamatan
Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Litologi daerah penelitian
tersusun oleh dua satuan batuan, yaitu satuan batusabak-serpih yang merupakan
Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur yang berumur Trias (Silitonga dan
Kastowo, 1995) mengisi perbukitan yang berlereng curam di bagian baratdaya dan
satuan batulempung-batupasir yang merupakan Anggota Bawah Formasi Telisa
(Tmtl) yang berumur Miosen Bawah (Silitonga dan Kastowo, 1995) mengisi
pernukitan berlereng landai di bagian timur laut. Kedua satuan batuan ini
dipisahkan satu sama lainnya oleh sesar naik (thrust fault) berarah baratlaut –
tenggara.
Sebaran bijih mangan di daerah penelitian relatif berarah baratlaut –
tenggara sama dengan sesar naik yang berarah baratlaut – tenggara. Mineralmineral yang dijumpai adalah pirolusit (MnO2), psilomelan (Ba(H2O)Mn.Mn4O10),
kriptomelan (K-Mn8O16), manganit (Mn2O3.H2O), yang bercampur dengan mineralmineral lain sebagai pengotor, seperti hematit (Fe2O3), kuarsa (SiO2), limonit
(Fe(OH)2) dan rijang (SiO2).
PENDAHULUAN
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Mangaan (Mn) merupakan logam ke-empat yang banyak digunakan setelah
besi (Fe), aluminium (Al) dan tembaga (Cu). Lebih dari 90% bijih mangaan
digunakan oleh industri besi dan baja, baik untuk memproduksi besi, baja atau
campuran (alloys) baja. Sisanya digunakan untuk berbagai keperluan industri, kimia
dan farmasi. Salah satu diantaranya adalah baterai kering, korekapi, gelas, cat,
bahan celup, pupuk dan lain-lainnya.
Bijih mangaan dapat terbentuk melalui beberapa proses, yaitu proses
hidrotermal, metamorfik, sedimenter dan residu. Pada umumnya bijih mangaan
terdapat dalam bentuk mineral pirolusit (MnO2) dan psilomelan
(Ba(H2O)Mn.Mn4O10) dan sering berasosiasi dengan kegiatan volkanik dan batuan
yang bersifat basa. Mineral-mineral bijih mangaan yang penting lainnya adalah
manganit (Mn2O3.H2O), braunit (3Mn2O3.MnSiO3), hausmanit (Mn3O4), rodokrosit
(MnCO3), rodonit (MnSiO3) dan birnessit (2MnSiO3.H2O).
Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau merupakan daerah yang
banyak mengandung deposit bijih mangaan bahkan beberapa lokasi di antaranya
sudah ditambang. Keberadaan bijih mangaan ini mulai dikenali oleh masyarakat
meski pengetahuan mereka hanya sebatas pada bentuk fisik dan nilai
ekonomisnya.
Dalam jurnal ini, penulis mencoba untuk menelusuri perbedaan
karakteristik antara dua tipe endapan mangaan yang berasal dari sumber yang
sama, yaitu mangaan dari proses hidrotermal dan mangan asal sedimentasi. Kedua
jenis endapan mangaan ini ada di daerah penelitian dan menyebar pada wilayah
yang relatif sama.
DASAR TEORI
Roy (1981) membedakan pembentukan endapan mangaan ke dalam 3 tipe,
yaitu aktifitas hidrotermal, proses sedimentasi dan pelapukan. Dua cara
pembentukan, yaitu aktifitas hidrotermal dan proses sedimentasi terdapat di lokasi
penelitian.
Mangaan dari aktifitas hidrotermal berasal dari larutan sisa magma yang
bersifat “aqueous” sebagai hasil differensiasi magma. Proses pembentukan dapat
berupa cavity fillings, yang mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah
ada di dalam batuan dan metasomatisme, yaitu mengganti unsur-unsur yang telah
ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.
Menurut Hewett (1954) naiknya larutan hingga permukaan dan kemudian
bercampur dengan air meteorik yang kaya akan oksigen dan oksida tinggi pada
zona pembentukan endapan hidrotermal yang mengandung mangaan di zona
mangaan oksida, dekat permukaan, akan membentuk mineral pirolusit, psilomelan,
kriptomelan dan koronadit.
Mangaan sedimentasi dihasilkan oleh proses sedimentasi yang membentuk
endapan mangaan selama proses pengendapan sedimen di laut. Endapan dapat
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
berbentuk stratiform atau lensa. Berdasarkan kandungan mineralnya, endapan
mangaan sedimen ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu mangaan karbonat dan
mangaan oksida.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan, yaitu tahap
pendahuluan, pengumpulan data, pengolahan dan interpretasi dan tahap penyajian
data.
Metode pengumpulan data lapangan berupa pemetaan geologi
permukaan, yang meliputi pengamatan singkapan diikuti dengan pendeskripsian
bentuk singkapan, sifat-sifat fisik mineral utama bijih mangaan, mineral asosiasi,
dan mineral pengikut / pengotor, pengamatan litologi dan struktur geologi yang
berkembang di daerah tersebut serta bentuk topografi dan vegetasi penutupnya.
Selanjutnya dilakukan analisis mikroskopis sayatan tipis dari beberapa
conto bijih mangaan yang diambil dari hasil kegiatan lapangan untuk mengetahui
jenis mineral utama, asosiasi dan mineral pengikut dan hubungan antar mineral.
Dari hasil data di atas, dilanjutkan dengan tahap penyajian dan
penyelesaian data lapangan berdasarkan output berupa peta dan tabel analisis
data.
TATANAN GEOLOGI
Stratigrafi
Stratigrafi regional daerah penelitian mengacu pada peta geologi Lembar
Solok, Sumatera (Silitonga dan Kastowo, 1995) dibagi dalam beberapa formasi yang
berumur paling tua berturut-turut ke umur yang paling muda berdasarkan Sandi
Stratigrafi Indonesia, antara lain adalah Anggota Filit dan Serrpih Formasi Kuantan
(PCks), Anggota Bawah Formasi Kuantan (PCkq), Anggota Batusabak dan Serpih
Formasi Tuhur, Anggota Bawah Formasi Telisa, Anggota Bawah Formasi Palembang,
Anggota Tengah Formasi Palembang, Anggota Atas Formasi Palembang dan
Alluvium Sungai. Berdasarkan peta geologi Lembar Solok, daerah penelitian berada
dalam Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur (Gambar 1).
Di daerah penelitian, terdapat 2 (dua) satuan batuan yang berhubungan
dengan endapan mangaan, yaitu Satuan Batusabak--serpih dan Satuan
Batulempung-batupasir, Kedua satuan batuan ini dipisahkan satu sama lainnya oleh
sesar naik (trush fault) berarah tenggara – timurlaut.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian
Satuan batuan ini terdiri dari batusabak, serpih, serpih napalan sisipan
rijang radiolarit, serpih hitam terkersikkan dari lapisan tipis graywacke
termetamorfosikkan. Pada peta geologi lembar Solok, satuan ini dinamai dengan
Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur (Silitonga dan Kastowo, 1995).
Satuan ini.menyebar dari bagian tengah daerah penelitian hingga ke bagian
baratdaya, menempati kurang lebih 65% luas daerah penelitian.
Satuan batuan ini terdiri dari batulempung dengan beberapa sisipan
batupasir dan batupasir glaukonitan. Pada peta geologi lembar Solok, satuan ini
dinamai dengan Anggota Bawah Formasi Palembang (Silitonga dan Kastowo, 1995).
Satuan ini.menyebar dari bagian tengah daerah penelitian hingga ke bagian
timurlaut, menempati kurang lebih 35% luas daerah penelitian.
Struktur Geologi
Struktur geologi berupa sesar naik terdapat di daerah penelitian.. Sesar ini
berarah baratlaut – tenggara, (SE – NW) yang mengangkat Anggota Bawah Formasi
Palembang yang berumur lebih muda (Miosen Atas) berada bedampingan dengan
Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur yang berumur lebih tua
(Permokarbon).
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
HASIL PENELITIAN
Di daerah penelitian ditemukan 2 (dua) jenis endapan mangaan
berdasarkan ciri fisik dan proses kejadiannya, yaitu mangaan yang berasal dari
aktifitas hidrothermal dan mangaan asal sedimentasi. Kedua jenis mangaan ini ada
bersama-sama dan menyebar pada wilayah yang relatif sama.
Mangaan asal hidrotermal
Mangaan yang berasal dari proses hidrothermal umumnya dijumpai dalam
bentuk tubuh (ore body) tidak teratur, fragmen-fragmen (bongkah-bongkah)
batuan mengandung mangaan dan urat-urat mangaan (epitermal). Fragmenfragmen batuan mengandung mangaan berukuran kecil seperti kerikil hingga
bongkah bijih mangaan yang relatif besar hingga berukuran 200 cm, sedangkan
bijih mangaan berupa tubuh masif dapat mencapai ukuran lebih dari 4m x 6m.
Sementara mangaan yang berupa urat-urat (epitermal) berukuran mulai dari 1 mm
- 4 cm, namun panjangnya dapat mencapai lebih dari 1 m. Urat-urat ini mengisi
celah-celah atau retakan (cavity fillings”) pada batusabak, serpih, filit, sekis,
batulempung dan batupasir tufan.
Di lapangan, tubuh masif atau fragmen yang mengadung bijih mangaan ini
berwarna, hitam – hitam kebiruan, kilap metalik – submetalik, pecahan tidak rata subkonkoidal, warna gores hitam - hitam kecoklatan, relatif keras (kekerasan 5 – 6),
berat dan masif. Sebagian besar bijih mangaan ini membekas bila dipegang atau
disentuh dengan jari tangan dan kadang-kadang memperlihatkan struktur
berlubang (scorious).
Sebagian besar dari bijih mangaan ini terdapat mineral-mineral lain sebagai
pengotor (gangue) seperti hematit (Fe2O3), kuarsa (SiO2), limonit (Fe(OH)2) dan
rijang (SiO2). Selain itu mineral bijih mangaan ini masuk menyisip ke bidang foliasi
pada batuan metamorf jenis sekis dan filit atau mengisi rongga-rongga pada batuan
sedimen batupasir tufan dan batulempung membentuk urat-urat (veins) mangaan
epitermal.
Dari hasil pengamatan megaskopis meskipun agak sulit untuk dibedakan,
paling tidak terdapat 4 (empat) jenis mineral mangaan sebagai penyusun utama
endapan bijih mangaan di daerah penelitian. Keempat mineral mangaan ini
dikelompokkan ke dalam kelompok mangaan oksida (oxides manganese minerals),
yaitu psilomelan (BaMn2O16(OH)4), kriptomelan (K-Mn8O16), manganit (Mn2O3H2O)
dan pirolusit (MnO2). Dua, tiga atau keempat mineral-mineral bijih mangaan ini
dapat berada bersama sebagai mineral utama dan mineral asosiasi dari mineral
utama bijih mangan. Misalnya mineral utama psilomelan dapat berada bersamasama dengan kriptomelan atau pirolusit dan manganit sebagai mineral asosiasinya.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Foto 1. Bongkah/fragmen mengandung mangaan (A) dan urat mangaan (epitermal)
pada batulempung (B)
Psilomelan dan kriptomelan sangat sulit dibedakan bila hanya
menggunakan pengamatan megaskopis. Kedua mineral mempunyai ciri fisik yang
hampir sama, berwarna hitam baja – hitam kebiruan, kilap metalik, warna gores
hitam, keras, pecahan subkonkoidal-konkoidal, permukaan agak licin dan tidak
begitu membekas bila dipegang atau digores di tangan dan sering menampakkan
tekstur colloform dan bentuk ”botryoidal”. Perbedaan kedua mineral terletak pada
kekerasan (hardness) kriptomelan relatif lebih tinggi 6–6,5 (skala Mohs)
dibandingkan dengan kekerasan psiilomelan yang 5–6 dan kriptomelan cenderung
berkilap metalik sedangkan psiilomelan berkilap submetalik.
Pada kedua mineral sering dijumpai kerutan-kerutan atau lubang-lubang
kecil yang menurut Frenze (1980, dalam Naseem, 1996).menunjukkan adanya
penyerapan air (1-2%) dan elemen-elemen lain pada saat pembentukannya.
Manganit, mineral bijih mangaan yang juga berwarna hitam, kilap
submetalik, namun berbeda dengan psilomelan/kriptomelan karena warna
goresnya coklat kemerahan - hitam kecoklatan dan mempunyai kekerasan 4 (skala
Mohs) serta agak membekas bila dipegang atau disentuh dengan tangan,
sedangkan pirolusit yang mempunyai kekerasan agak lunak (kekerasan < 2,5)
dengan pecahan tidak rata (uneven), kadang sangat rapuh (brittle) dan membekas
bila dipegang atau disentuh dengan tangan.
Di bawah mikroskop, kriptomelan dan kriptomelan relatif berwarna
berwarna putih – abu-abu terang, an-isotropik, berbutir halus dan sering bertekstur
colloform. Pada sayatan tipis kedua mineral ini merupakan penyusun utama
mineral bijih mangaan di daerah penelitian, yang sebagiannya berupa urat-urat
halus yang mengisi retakan-retakan dan rongga pada mineral bukan-logam dan
kadang membentuk perlapisan kasar-halus (Foto 2A), sedangkan manganit
berwarna abu-abu gelap, refleksi-ganda lemah, an-isotropi sangat kuat dan refleksidalam abu-abu kebiruan – ungu muda. Pada sayatan tipis, terlihat bahwa sebagian
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
mineral manganit membentuk tekstur colloform dan sebagian lagi membentuk
ikatan sangat komplek dengan mineral psilomelan, kriptomelan dan pirolusit,
namun sebarannya tidak merata dan pirolusit berwarna krem terang, refleksiganda kuat, an-isotropi sangat kuat, bentuk kristal relatif memanjang dan sebagian
berbentuk radiated. Umumnya terdapat mengisi celah-celah pada batuan atau
sebagai urat-urat mangaan epitermal yang mengisi ruang diantara mineral-mineral
bukan logam (Foto 2B).
Foto 2. Foto mikroskopis dua sayatan poles bijih mangaan
(psilomelan/Ps, kriptomelan/Kr, manganit/Mn, pirolusit/Pr,
dan limonit/L)
Psilomelan, kriptomelan, pirolusit dan manganit sebagai mineral asosasi
membentuk tubuh masif atau bongkah mengandung mangaan yang komersial
untuk ditambang. Kehadiran mineral lain sebagai pengotor seperti kuarsa, rijang,
hematit atau limonit dapat mengurangi kadar unsur mangaan dalam batuan. Tubuh
masif dan bongkah mangaan ini terbentuk pada fase mesotermal dengan kisaran
suhu pembentukan antara 1500C - 3500C, sedangkan mangaan berupa urat mengisi
celah-celah atau ruang-ruang kosong pada batuan seperti sekis, filit dan/atau ruang
kosong antar mineral. Proses pengisian mangaan pada celah-celah batuan ini sering
menghasilkan tekstur “vuggy” pada mineral bijih mangaan di dalam batuan
samping seperti sekis, filit dan batupasir tufan atau “sheered” pada mineral kuarsa.
Urat-urat mengandung mangaan ini terbentuk pada fase epitermal dengan kisaran
suhu pembentukan antara 00C - 2000C
Naseem (1996) dalam desertasi doctor (PhD) di bidang geologi mengatakan
bahwa adanya mineral pirolusit, psilomelan dan manganit sebagai mineral utama
bijih mangaan dalam jumlah yang relatif banyak mengindikasikan lingkungan
pembentukan yang bersifat oksidasi dan alkalin dengan kisaran suhu yang rendah,
yaitu < 350 oC
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Mangaan asal sedimentasi
Mangaan asal sedimentasi adalah mangaan yang terbentuk karena proses
sedimentasi. Endapan mangaan jenis ini dapat berupa lensa atau massa yang
cenderung membentuk pola sejajar perlapisan (stratiform). Endapan mangaan ini,
umumnya berasosiasi dengan sedimen klastik berbutir kasar.
Hasil pengamatan pada anak sungai Sembacang Hilir pada posisi 101o 19’
31,1 BT; 00o 26’ 27,7” LS menunjukkan adanya endapan mangaan dengan fragmen
berukuran 10 – 40 cm yang terdiri dari berbagai komponen batuan seperti
batulempung, kuarsit dan rijang, yang tertanam pada matriks berupa mangaan.
Tebal lapisan mencapai 1,5 m (Foto 3).
Foto 3. Singkapan mangaan yang memperlihatkan pola perlapisan
(Terdiri dari fragmen batulempung, kuarsit rijang, matriks
berupa mangaan)
Mangan yang dihasilkan dari proses sedimentasi ini berwarna hitam –
hitam kebiruan, kilap tanah, pecahan tidak rata, warna gores hitam, relatif lunak
(kekerasan < 2,5), sangat rapuh dan membekas bila dipegang atau disentuh di
tangan. Jenis mineral adalah pirolusit.
Endapan mangaan asal sedimentasi hanya terdapat secara lokal, di tenggra
daerah penelitian, yaitu di Sungai Sembacang Hilir dan anak-anaknya sungai saja,
dan setempat di bagian tengah daerah penelitian, yaitu di daerah Sungai Lumut.
Diperkirakan sumber dari mangaan sedimentasi berasal dari larutan
hidrotermal mengandung unsur mangaan terbawa arus laut, kemudian
terendapkan pada kondisi oksidasi yang kuat dengan sirkulasi air yang bebas,
sehingga menghasilkan mangaan oksida jenis pirolusit (MnO2) dengan fragmenfragmen batuan pengotor yang berukuran relatif kasar. Karena aktivitas vulkanik
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
bawah laut makin berkembang, maka deposit mangaan yang terbentuk juga banyak
mengandung fragmen pengotor seperti kuarsa dan fragmen batuan vulkanik
berupa tuf dan batupasir tufan yang ukurannya relatif besar (hingga 40 cm).
Foto 4. Pirolusit (matriks) dengan berbagai fragmen batuan lain
A
B
Tidak hadirnya mineral bijih selain pirolusit kemungkinan karena cairan
hidrotermal yang mengandung psilomelan, kriptomelan dan manganit telah larut
pada kondisi air laut yang sirkulasinya bebas, sehingga mineral yang terbentuk
hanya pirolusit saja. Pirolusit dilaporkan sebagai fase paling stabil di antara mineralmineral yang berkomposisi MnO2 (Dressel dan Kenworthy, 1961; Hariya, 1961,
dalam Naseem, 1996)
Mangaan sedimentasi ini tidak dimanfaatkan (ditambang) karena kualitas /
kadar Mnnya relatif rendah, sedangkan mineral atau batuan pengotornya sangat
banyak, sehingga tidak atau kurang laku di pasaran.
Pengaruh struktur geologi
Struktur sesar naik berarah baratlaut – tenggara (NW – SE). dengan arah
sekitar N 270o E mempengaruhi sebaran endapan mangaan di daerah penelitian.
Proses mineralisasi bijih mangaan yang berada di sepanjang zona sesar naik
menyebabkan tubuh batuan atau bongkah-bongkah yang mengandung bijih
mangaan tersingkap dengan biak.
Zona lemah berupa retakan-retakan, rongga-rongga dan bukaan-bukaan
(openings) halus pada sesar naik berarah baratlaut – tenggara menjebak cairan
hidrotermal mengandung mangaan mengkristal membentuk mineral psilomelan,
kriptomelan, manganit dan pirolusit dan mineral pengotornya.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Di daerah penelitian paling tidak ditemukan 2 (dua) jenis endapan mangaan
berdasarkan bentuk, ciri fisik dan proses kejadiannya, yaitu mangaan yang
berasal dari proses hidrothermal dan mangaan asal sedimentasi. Kedua jenis
mangaan ini ada bersama-sama dan menyebar pada wilayah yang sama.
2. Bijih mangaan yang berasal dari aktifiatas hidrothermal umumnya dijumpai
dalam bentuk tubuh (ore body) tidak teratur, fragmen (bongkah-bongkah)
batuan mangaan dan urat-urat mangaan epitermal. Dijumpai 4 (empat) jenis
mineral mangaan sebagai penyusun utama bijih mangaan di daerah penelitian,
yaitu psilomelan, kriptomelan, manganit dan pirolusit. Keempat jenis mangaan
ini dikelompokkan ke dalam kelompok mangaan oksida (oxides manganese
minerals). Psilomelan, kriptomelan dan pirolusit adalah mineral utama bijih
mangaan, sedangkan manganit adalah mineral asosiasi. Sebagai pengotor, yaitu
hematit (Fe2O3), kuarsa (SiO2), rijang (SiO2) dan mineral atau batuan lain, baik
yang menempel ataupun mengisi lubang-lubang pada bijih mangaan adalah
limonit (Fe(OH)2), tuf, batupasir tufan, sekis, filit dan mineral lempung.
3. Pola sebaran bijih mangaan inipun mengikuti jurus (strike) sesar yang berarah
baratlaut – tenggara (NW – SE). Hal ini dapat dilihat pada singkapan di Sungai
Sembacang, Sungai Jual dan Sungai Lumut, yang menunjukkan satu garis lurus
sebaran berarah baratdaya – tenggara, dengan arah sebaran N 270o E.
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, J.W, 1981, Basic Geological Mapping, Open University Press – Milton
Keynes – UK and Halsted Press, John Wiley & Sons, New York – Toronto.
Christie, T., , Mineral Commodity Report 7 – Manganese. Insitute of Geological and
Nuclear Sciences Ltd.
Compton, R.R, 1962, Manual of Field Geology, John Wiley & Sons, New York.
Hewett, D.I., 1964, Veins of hypogen manganese oxide minerals, United State
Economic Geology, v.58, no. 8, p.1424–1472..
Naseem, S., 1996, Genesis of Manganese Ore Deposits of Lasbela Area, Balochistan,
Pakistan. Departement of Geology, University of Karachi (dissertation for
PhD).
Pirajno, F. 1992. Hydrothermal Mineral Deposit. Berlin Heiderberg : SpringerVerlag.
Roy, S., 1981, Manganese Deposits, Academic Press, London.
............, 1997, Genetic diversity of manganese deposition in the terrestrial
geological record. Geological Society, London. Special Publication, 1997,
v.119,p.5-27.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Silitonga, P.H. dan Kastowo, 1995, Peta Geologi Lembar Solok. Sumatera, Edisi 2.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologi dan
Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.
Sitompul. D dan Askari, 2009, Laporan Eksplorasi Endapan Mangaan di Desa Petai,
Kecamatan Singingi Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. PT.
Karya Mas (tidak dipublikasikan).
Tushadi Madjadipura dkk, 1990, Bahan Galian Industri di Indonesia. Direktorat
Sumberdaya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.
Wells, K.H., 1918, Manganese in New Mexico, Bulletin of the New Mexico State
School of Mines, Bulletin No. 02, Mineral Resource Survey.
Download