Tidak berjudul

advertisement
Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 1
Ekstraksi Flavonoid Dari Daun Pare (Momordica charantia L.) Berbantu
Gelombang Mikro Sebagai Penurun Kadar Glukosa secara In Vitro
Erlita Verdia Mutiara1 dan Achmad Wildan1
1Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi”
Abstrak
Salah satu tanaman obat tradisional yang dipercaya sebagai penurun kadar
glukosa adalah pare (Momordica charantia L.). Tanaman pare (Momordica charantia
L.) merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, karena buahnya
sering digunakan sebagai sayuran atau lalapan. Menurut Leelaprakash dkk. (2011),
kandungan kimia daun pare adalah alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat
digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antidiabetes, antitumor, dan antilepra.
Dewasa ini telah dikembangkan teknik baru untuk ekstraksi cair-cair suatu produk yaitu
dengan menggunakan bantuan gelombang mikro. Pengolahan bahan makanan juga tak
luput memanfaatkan teknik ini (Mason dkk., 1996). Keuntungan utama dari ekstraksi
dengan bantuan gelombang mikro dibandingkan dengan ekstraksi konvensional
menggunakan Soxhlet adalah efisiensi yang lebih besar dan waktu operasinya lebih
singkat. Ekstraksi berbantu gelombang mikro akan memberikan laju perpindahan masa
yang lebih tinggi dibandingkan ekstraksi konvensional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun pare
(Momordica charantia L.) yang mengandung flavonoid dalam menurunkan kadar
glukosa dan konsentrasi maksimal dari ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar
glukosa serta variasi dari variabel ekstraksi gelombang mikro untuk memperoleh hasil
ekstrak yang optimal. Proses ekstraksi flavonoid dari daun pare (Momordica charantia
L.) dilakukan menggunakan alat pengektrasi microwave dengan frekuensi 2450 Mhz
dengan daya maksimal 900 watt. Ekstrak yang diperoleh kemudian direksikan dengan
glukosa dengan metode Nellson-Somogyi. Jenis flavonoid yang berperan dalam
menurunkan kadar glukosa diidentifikasi menggunakan pereaksi geser dengan
spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan kondisi yang optimum dalam
proses ekstraksi flavonoid dari daun pare (Momordica charantia L.) dengan berbantu
gelombang mikro adalah menit ke-30 dengan rendemen 20,85%. Konsentrasi ekstrak
flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah 160 ppm dengan penurunan
50,38%,. Senyawa flavonoid yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa dalam
daun pare adalah 5,3’,4’-trihidroksi flavonol.
Kata kunci : Ekstraksi, gelombang mikro, glukosa, daun pare, Nellson Somogyi
kerja insulin atau keduanya. Penurunan
PENDAHULUAN
Diabetes
mellitus
adalah
fungsi
hormon
insulin
ini
gangguan metabolik yang ditandai oleh
mengakibatkan seluruh gula (glukosa)
hilangnya homeostasis glukosa akibat
yang dikonsumsi tubuh tidak dapat
dari penurunan fungsi sekresi insulin,
diproses
sempurna
sehingga
kadar
616
glukosa di dalam tubuh akan meningkat
menggunakan
yang disebut hiperglikemia (Basha dan
Somogyi.
metode
Nellson-
Kumari, 2012 : 1). Gejala awal diabetes
Berdasarkan penelitian tersebut di
mellitus dapat berupa sering kencing
atas, penelitian ini mengacu pada
(poliuri), sering minum (polidipsi), dan
penelitian Ahmad dkk. (2012), tetapi
sering
Apabila
menggunakan daun pare dengan metode
keadaan tersebut tidak diatasi dapat
Nellson-Somogyi. Daun pare digunakan
menimbulkan
karena sejauh ini belum ada penelitian
makan
(polifagi).
komplikasi
penyakit
berbahaya. (Hardiman, 2013).
Salah
satu
tradisional
yang
mengenai
tanaman
antidiabetes.
pare
sebagai
Penelitian
ini
sebagai
menggunakan metode Nellson-Somogyi
penurun kadar glukosa adalah pare
karena faktor pengganggu dari metode
(Momordica charantia L.). Menurut
tersebut
Leelaprakash dkk. (2011), kandungan
dikendalikan
kimia
alkaloid,
metode enzimatis, selain itu bahan yang
flavonoid, saponin, dan tanin. Penelitian
digunakan lebih mudah didapatkan.
yang dilakukan oleh Ahmad dkk.
Prinsip metode Nellson-Somogyi adalah
(2012) menyatakan bahwa isolat biji
mengoksidasi
pare
pereaksi
daun
dipercaya
obat
daun
pare
dapat
adalah
digunakan
untuk
cenderung
lebih
mudah
dibandingkan
dengan
glukosa
menggunakan
Nellson,
kemudian
menurunkan kadar glukosa secara in
ditambahkan
vitro.
arsenomolibdat membentuk kompleks
Penelitian
metode
ini
enzimatis.
menggunakan
Prinsip
metode
molibdenum
dengan
yang
berwarna
kehijauan
enzim
absorbansinya untuk menentukan kadar
polisakarida
glukosa.
tidak
Hasil
sehingga
diubah
penelitian
menjadi
dapat
biru
tersebut adalah menghambat aktivitas
α-glukosidase
dan
larutan
diukur
glukosa (Razak, 2012).
diperoleh
bahwa isolat biji pare konsentrasi 2
mg/dL mampu menghambat enzim α-
METODE PENELITIAN
Objek
penelitian
ini
adalah
glukosidase sebesar 79,18%. Selain
penurunan kadar glukosa fraksi n-
metode enzimatis, penurunan kadar
heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air
glukosa
ekstrak etanol daun pare (Momordica
secara
in
vitro
dapat
charantia L.) yang dinyatakan dengan
617
persentase
(%)
penurunan
kadar
glukosa.
dilarutkan dengan akuades sebanyak 75
mL dan dimasukkan di dalam corong
Variabel terikat dalam penelitian
pisah. Larutan ditambahkan dengan n-
ini berupa penurunan glukosa setelah
heksan sebanyak 25 mL dan diulang
pemberian fraksi ekstrak etanol daun
tiga kali, kemudian dipisahkan. Fase air
pare (Momordica charantia L.).
difraksinasi
kembali
menggunakan
Bahan penelitian meliputi serbuk
pelarut etil asetat sebanyak 25 mL dan
daun pare (Momordica charantia L.),
diulang tiga kali, kemudian dipisahkan.
serbuk
Masing-masing
glukosa
Nellson,
anhidrat,
reagen
reagen
arsenomolibdat,
akuades, metanol, NaOH, AlCl3, serbuk
NaOAc, serbuk H3BO3.
yang
telah
terkumpul dikentalkan menggunakan
penangas air.
Uji
Alat penelitian meliputi labu
fraksi
pendahuluan
dilakukan
terhadap ekstrak dan fraksi meliputi
takar, pipet volume, corong kaca, pipet
alkaloid,
tetes, penangas air, spektrofotometer
tanin, saponin, dan flavonoid. Uji
UV-Vis Shimadzu 1700 series.
flavonoid
Maserasi
serbuk
fenol,
polifenol,
dipertegas
dengan
pare
menggunakan uji KLT yang dielusi
sebanyak 50,0 gram ditambah etanol
dengan eluen n-butanol : asam asetat
70%
serbuk.
glasial : air (4 : 1 : 5). Setelah elusi
Perendaman dilakukan selama 5 hari
selesai, lempeng dikeringkan kemudian
pada suhu ruang dan terlindung dari
lempeng
cahaya.
dilakukan
menggunakan
pengadukan, kemudian disaring, dan
Terbentuknya
diganti pelarut etanol 70% baru dengan
menunjukkan
jumlah
flavonoid dalam daun pare (Robinson,
sepuluh
kali
Setiap
yang
daun
senyawa
berat
hari
sama.
Filtrat
yang
dihasilkan dijadikan satu kemudian
disaring.
Filtrat
dikumpulkan
dan
tersebut
uap
diuapi
dengan
ammonia
pekat.
warna
adanya
kuning
kandungan
1995 : 211).
Pembuatan
larutan
dipekatkan di atas penangas air pada
standar
suhu 70˚C sampai diperoleh ekstrak
menimbang
kental (Purwatresna, 2012).
100,0 mg dan dilarutkan etanol 80%
Fraksinasi
dilakukan
dilakukan
glukosa
baku
dengan
glukosa
cara
anhidrat
dengan
sebanyak 2 kali masing-masing 5 mL.
menimbang 5,0 gram ekstrak kemudian
Larutan tersebut diuapkan kemudian
618
dicukupkan dengan akuades hingga
yang sesuai. Faktor yang mempengaruhi
50,0 mL. Deret baku dibuat sebanyak 5
mutu ekstrak secara kimia salah satunya
deret konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50
adalah metode ekstraksi (Depkes RI,
ppm serta diukur absorbansinya pada
2000 : 7). Metode ekstraksi yang
operating time yang stabil dan panjang
digunakan
gelombang maksimal (Sadasivam dan
Microwave adalah alat yang digunakan
Manickam, 1996).
untuk ekstraksi, mengandung medan
Pengukuran
kadar
glukosa
pada
penelitian
elektromagnetik
dalam
ini
rentang
dilakukan dengan cara sebanyak 3,0 mL
frekuensi 300 MHz sampai 300 GHz
larutan
ditambahkan
atau antara panjang gelombang dari 1
dengan 3,0 mL masing-masing dari
cm dan 1m (Chen dkk , 2007). Medan
fraksi.
elektromagnetik
baku
glukosa
Campuran
tersebut
diambil
memainkan
peran
sebanyak 1,0 mL ditambahkan dengan
penting dalam setiap upaya untuk
reagen Nellson sebanyak 1,0 mL lalu
menggambarkan fisik realitas. Bidang
ditutup dengan kapas dan dipanaskan di
dan partikel yang diekstraksi
atas penangas air dengan suhu 100˚C .
diletakkan pada tempat sehingga energi
Setelah
elektro magnetik yang mengandung
itu
didinginkan,
ditambah
reagen arsenomolibdat sebanyak 1,0 mL
momentum
kemudian dihomogenkan dan diukur
terjadi penarikan zat aktif Bidang
pada operating time dengan panjang
elektromagnetik
gelombang
materi sehingga terjadi transfer energi
maksimal
spektrofotometer
visibel
pada
(Ermaiza,
dapat
harus
berinteraksi
berinteraksi
dan
dengan
(Hartati, 2010).
2009).
Penapisan fitokimia senyawa aktif
Persentase penurunan kadar
glukosa dapat dihitung dengan rumus:
Persentase penurunan kadar =
Kadar awal - kadar tera khir
x 100%
Kadar awal
bertujuan untuk mengetahui kandungan
senyawa yang terdapat dalam ekstrak
etanol daun pare. Penapisan fitokimia
dapat
dilakukan
dengan
uji
pendahuluan. Uji tersebut meliputi uji
Penarikan senyawa aktif yang
flavonoid, tanin, saponin, polifenol,
terkandung di dalam daun pare dapat
senyawa fenol, alkaloid, glikosida-3-
dilakukan
flavonol, shinoda, dan taubeck.
dengan
proses
ekstraksi
menggunakan pelarut dan cara ekstraksi
619
Uji
flavonoid
dilakukan
kuning stabil (Leelaprakash, dkk. 2011).
menggunakan larutan NaOH dengan
Hasil perlakuan menunjukkan larutan
cara masing-masing 1 mL ekstrak
uji
etanol daun pare ditambah dengan
(Tabel 4).
ekstrak
mengandung
flavonoid
NaOH yang akan membentuk warna
Tabel 4. Hasil Uji Senyawa Flavonoid
Larutan Uji
Rutin
(Kontrol positif)
Akuades
(Kontrol negatif)
Ekstrak
Hasil Perlakuan
Larutan kuning
Keterangan
Mengandung flavonoid
Larutan jernih
Tidak mengandung flavonoid
Larutan kuning pekat
Mengandung flavonoid
Pendahuluan uji glikosida-3-
positif apabila setelah penambahan
flavonol menunjukkan hasil positif pada
pereaksi dalam waktu 2 sampai 5 menit
ekstrak. Menurut Depkes RI (1995), uji
tidak terjadi warna kuning (tabel 5).
glikosida-3-flavonol menunjukkan hasil
Tabel 5. Pendahuluan Glikosida-3-flavonol
Larutan Uji
Rutin
(kontrol positif)
Akuades
(kontrol negatif)
Ekstrak
Hasil Perlakuan
Merah muda
Keterangan
Mengandung Glikosida-3-flavonol
Larutan jernih
Tidak mengandung Glikosida-3flavonol
Mengandung Glikosida-3-flavonol
Hijau
Uji Shinoda menunjukkan hasil
terjadi warna kuning, sehingga di dalam
negatif pada ekstrak. Menurut Depkes
ekstrak tidak mengandung flavonoid
RI (1995), uji shinoda menunjukkan
golongan flavon, khalkon, dan auron
hasil positif flavon, khalkon, dan auron
(tabel 6).
apabila setelah penambahan pereaksi
620
Tabel 6. Uji Shinoda
Larutan Uji
Rutin (kontrol positif)
Akuades (kontrol negatif)
Ekstrak
Hasil Perlakuan
Keterangan
Larutan kuning
Mengandung shinoda
Larutan jernih
Tidak mengandung shinoda
Hijau
Tidak mengandung flavon,
kalkon dan auron
Uji Taubeck menunjukkan hasil
reaksi larutan uji berfluoresensi kuning
positif pada ekstrak. Menurut Depkes
intensif
dibawah
sinar
UV
254
RI (1995), uji taubeck menunjukkan
menunjukkan adanya flavonoid (tabel
hasil positif apabila setelah penambahan
7).
Tabel 7. Pendahuluan Flavonoid Taubeck
Larutan Uji
Hasil Perlakuan
Keterangan
Akuades
Tidak berpendar kuning Tidak mengandung flavono
(kontrol negatif)
Ekstrak
Berpendar kuning
Mengandung flavonoid
Identifikasi
tanin
dilakukan
FeCl3 1% akan membentuk warna hijau
menggunakan larutan FeCl3 1% dengan
kehitaman atau biru tua (tabel 8)
cara masing-masing 1 mL ekstrak
(Depkes RI, 1995).
etanol daun pare ditambah larutan
Larutan Uji
Larutan gambir
(kontrol positif)
Akuades
(kontrol negatif)
Ekstrak
Identifikasi
Tabel 8. Hasil Uji Senyawa Tanin
Hasil perlakuan
Keterangan
Biru tua
Mengandung senyawa tanin
Oranye
Tidak mengandung senyawa tanin
Hijau
Mengandung senyawa tanin
dilakukan
vertikal akan membentuk busa. Busa
masing-
yang terbentuk akan stabil setelah
masing 1mL ekstrak dan fraksi ekstrak
penambahan HCl 1% (tabel 9) (Depkes
etanol daun pare, kemudian dikocok
RI, 1995).
menggunakan
saponin
pemanasan
621
Tabel 9. Hasil Uji Senyawa Saponin
Larutan Uji
Larutan lerak
(kontrol positif)
Akuades
(kontrol negatif)
Ekstrak
Hasil Perlakuan
Berbusa
Keterangan
Mengandung senyawa saponin
Tidak berbusa
Tidak mengandung senyawa saponin
Berbusa
Mengandung senyawa saponin
Identifikasi polifenol dilakukan
dengan cara masing-masing
kalium heksasianoferat (III) dan 1 mL
1 mL
larutan
besi
(III)
klorida
1%
ekstrak dan fraksi ekstrak etanol daun
menunjukkan warna biru prusian (tabel
pare ditambah dengan 1 mL larutan
10) (Depkes RI, 1995).
Tabel 10. Hasil Uji Senyawa Polifenol
Larutan Uji
Larutan resorsinal
(kontrol positif)
Akuades
(kontrol negatif)
Ekstrak
Identifikasi
Hasil Perlakuan
Biru prusian
Keterangan
Mengandung senyawa polifenol
Biru terang
Tidak mengandung senyawa
polifenol
Mengandung senyawa polifenol
Biru prusian
alkaloid
dilakukan
Filtrat yang diperoleh ditambah reagen
dengan cara 1 mL ekstrak etanol daun
dragendrof. Terbentuknya warna merah
pare ditambah 1 mL larutan HCl 2N dan
cokelat menunjukkan adanya senyawa
akuades,
alkaloid (tabel 11) (Depkes RI, 1995).
kemudian
dipanaskan,
kemudian didinginkan dan disaring.
Tabel 11. Hasil Uji Senyawa Alkaloid
Larutan Uji
Larutan kafein
(kontrol positif)
Akuades
(kontrol negatif)
Ekstrak
Hasil Perlakuan
Merah cokelat
Keterangan
Mengandung senyawa alkaloid
Merah
Tidak mengandung senyawa alkaloid
Merah cokelat
Mengandung senyawa alkaloid
622
Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 1
Identifikasi
senyawa
fenol
dengan 1 mL larutan besi (III) klorida
dilakukan dengan cara masing-masing
1%. Terbentuknya warna merah, ungu,
fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi
biru, dan hitam menunjukkan adanya
air, dan ekstrak etanol daun pare
senyawa fenol (tabel 12) (Depkes RI,
(Momordica
1995).
charantia
L.)
diambil
sebanyak 1 mL kemudian ditambah
Tabel 12. Hasil Uji Senyawa Fenol
Larutan Uji
Larutan pfenol
(kontrol positif)
Akuades
(kontrol negatif)
Ekstrak
Hasil Perlakuan
Ungu
Keterangan
Mengandung senyawa fenol
Oranye
Tidak mengandung senyawa
fenol
Mengandung senyawa fenol
Hijau kehitaman
Uji pendahuluan dilakukan untuk
Selain uji pendahuluan dengan
menunjukkan adanya senyawa aktif
pereaksi kimia, uji senyawa flavonoid
yang terkandung di dalam ekstrak
juga
secara
perlakuan
kromatografi lapis tipis (KLT). Fase
menunjukkan bahwa ekstrak etanol
diam yang digunakan adalah silika gel
positif mengandung flavonoid, tanin,
GF254 dan fase gerak n-butanol : asam
saponin, senyawa fenol, polifenol, dan
asetat : akuades (4 : 1 : 5), jarak elusi 8
alkaloid. Berdasarkan hasil perlakuan
cm,
tersebut
ammonia.
umum.
maka
Hasil
daun
pare
positif
dilakukan
dan
dengan
penampak
Baku
metode
bercak
uap
pembanding
rutin
mengandung flavonoid, tanin, saponin,
digunakan untuk melihat perbandingan
fenolik, polifenol, dan alkaloid. Hasil
nilai Rf. Flavonoid yang bersifat polar
perlakuan ini sesuai dengan penelitian
terikat kuat pada fase diam. Dengan
yang
oleh
adanya fase gerak yang bersifat semi
polar
pernah
dilakukan
Rachmawati
dkk.
(2001)
dan
Leelaprakash
dkk.
(2011)
yang
akan
membawa
flavonoid
melewati fase diam dan akan memisah.
menyatakan bahwa daun pare positif
Adanya
uap
ammonia
akan
mengandung flavonoid, tanin, saponin,
menyebabkan gugus hidroksi fenolik
senyawa fenol, polifenol, dan alkaloid.
623
pada
flavonoid
membentuk
warna
fraksi n-heksan tidak menunjukkan
kuning.
adanya fluoresensi warna ungu maupun
Hasil identifikasi pada ekstrak,
noda
kuning
setelah
diberi
uap
fraksi etil asetat, dan fraksi air ekstrak
ammonia.
etanol
untuk ekstrak yaitu 0,61 dan baku rutin
daun
pare
menunjukkan
Harga Rf yang diperoleh
terjadinya fluoresensi warna ungu saat
0,57
(Tabel
13),
sehingga
dapat
dilihat di bawah sinar UV 254 nm dan
disimpulkan bahwa pada ekstrak etanol
terbentuk noda berwarna kuning lemah
daun pare mengandung flavonoid.
setelah diberi uap ammonia. Sedangkan
Tabel 13. Hasil Identifikasi Flavonoid Secara KLT
Larutan Uji
Rf
Baku rutin
Ekstrak
0,57
0,61
Pengukuran
glukosa
baku glukosa dibuat dengan konsentrasi
dilakukan dengan membuat larutan
10, 20, 30, 40, dan 50 ppm. Masing-
baku glukosa. Serbuk glukosa anhidrat
masing
yang
direaksikan dengan reagen Nellson,
sudah
kadar
Warna tampak dengan
amoniak
Kuning kecoklatan
Kuning lemah
ditimbang
dilarutkan
konsentrasi
baku
dengan etanol 80% panas, kemudian
kemudian
diuapkan
sebelum
Pengukuran
akuades.
menggunakan spektrofotometri visibel
panas
karena senyawa yang akan diukur
berfungsi untuk mencegah pertumbuhan
berupa larutan berwarna yang dapat
mikroba karena glukosa dapat menjadi
diserap pada panjang gelombang 400
nutrisi yang baik untuk pertumbuhan
nm sampai 750 nm.
terlebih
dicukupkan
Penambahan
dahulu
dengan
etanol
80%
diukur
glukosa
absorbansinya.
kadar
glukosa
mikroba. Larutan glukosa selanjutnya
Pengukuran panjang gelombang
diuapkan untuk mengurangi jumlah
maksimal dilakukan setelah didapatkan
etanol.
dibuat
operating time. Panjang gelombang
kemudian
maksimal yang diperoleh pada menit
Larutan
konsentrasi
2000
glukosa
ppm,
diencerkan menjadi 100 ppm. Deret
ke-11
adalah
761
nm,
sehingga
624
pengukuran
baku
glukosa
anhidrat
kapas agar reaksi berlangsung secara
dilakukan pada menit ke-11 dengan
maksimal. Dengan adanya pemanasan
panjang gelombang 761 nm.
dapat meningkatkan energi kinetik dari
Deret konsentrasi larutan baku
molekul-molekul
sehingga
akan
glukosa anhidrat 10, 20, 30, 40, dan 50
meningkatkan kecepatan reaksi. Larutan
ppm
yang sudah dipanaskan selanjutnya
ditambahkan
dengan
reagen
Nellson. Penambahan reagen tersebut
didinginkan
dapat mereduksi kuprioksida menjadi
arsenomolibdat didapatkan warna biru
kuprooksida ekuivalen dengan jumlah
kehijauan
karena
glukosa
bereaksi
dengan
yang
mereduksi
ada.
Adanya
disebabkan
sifat
dan
ditambah
reagen
arsenomolibdat
kuprooksida
oleh adanya
membentuk molibdenum. Pengukuran
gugus aldehid bebas yang terdapat
dilakukan pada saat operating time
dalam glukosa. Selanjutnya glukosa
dengan
mengalami
nm.Kurva baku glukosa anhidrat dapat
oksidasi
oleh
pereaksi
Nellson menghasilkan asam glukonat.
panjang
gelombang
761
dilihat pada gambar 9.
absorbansi baku glukosa
Larutan dipanaskan dengan ditutup
1.000
y = 0,0162x + 0,0102
R² = 0,9965
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
0.000
20.000
40.000
60.000
konsentrasi baku glukosa (ppm)
Gambar 9. Kurva Baku Glukosa Anhidrat
Konsentrasi larutan baku glukosa
direaksikan dengan reagen Nellson.
yang digunakan dalam penelitian ini 50
Larutan dipanaskan dengan ditutup
ppm.
kapas,
Masing-masing
konsentrasi
lalu
didinginkan,
dan
ditambahkan dengan baku glukosa,
ditambahkan dengan arsenomolibdat,
kemudian
kemudian larutan diukur pada saat
diambil
dari
campuran
sebanyak
1,0
mL
tersebut
untuk
625
operating
time
dengan
panjang
meningkat dari 80 ppm sampai 160
gelombang 761 nm.
Hasil
data
ppm.
penurunan
kadar
penurunan
yang
penurunan
paling
tinggi pada konsentrasi 160 ppm dengan
glukosa menunjukkan bahwa rata-rata
persentase
Persentase
rata-rata 50,38
terus
Tabel 16. Hasil Perhitungan Persen Penurunan Glukosa
persentase penurunan kadar glukosa
Konsentrasi
(ppm)
% penurunan glukosa
Replikasi 1
Replikasi 2
Replikasi 3
Rata-rata %
penurunan
glukosa
80
10,81%
11,18%
12,66%
11,55%
100
23,84%
23,96%
24,08%
23,96%
120
36,25%
35,76%
35,39%
35,80%
140
44,85%
45,22%
45,34%
45,14%
160
49,77%
50,63%
50,75%
50,38%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
% Penurunan kadar
glukosa
20.00%
Linear (% Penurunan
kadar glukosa)
10.00%
0.00%
0
50
100
150
200
konsentrasi (ppm)
Gambar 10. Kurva Penurunan Kadar Glukosa
626
Pada grafik tersebut dapat diketahui
bahwa
persentase
penurunan
kadar
CHO
H
OH
H
OH
HO
H
H
dibandingkan dengan kadar 80 ppm
COOH
2+
-
+ 2Cu + 4OH
Nellson
OH
HO
H
H
OH
HO
H
H
CH2OH
+ Cu2O + 2H2O
merah bata
(1).
OH
CH2OH
asam glukonat
glukosa
(NH4)6Mo7O24.4H2O
12MoO42-
glukosa lebih besar pada kadar 160 ppm
3H2SO4
AsO43-
[AsMo12VO40]3-
[AsMo12O40]
(3).
12H2O
[AsMo4VMo8VIO40]7-
4Cu+
(2).
3(NH4)2SO4
7H2MoO4
(4).
4Cu2+
Gambar 11. Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks Glukosa dengan
Arsenomolibdat (Kautsar, 2011)
Kompleks
molibdenum
yang
Shapiro-Wilk,
dan
uji
homogenitas
terukur sebanding dengan kadar glukosa
dengan menggunakan rumus dari Lavene
dalam larutan. Komponen warna dari
Test. Untuk uji normalitas dan uji
pereaksi Nellson-Somogyi juga akan
homogenitas nilai signifikansi lebih besar
mengabsorbsi
panjang
dari 0,05. Uji normalitas digunakan untuk
gelombang 747 nm, sehingga dalam
mengetahui apakah data berdistribusi
analisis ini digunakan blangko dengan
normal
menambahkan pereaksi tersebut. Hal ini
homogenitas
bertujuan untuk meminimalkan adanya
mengetahui
peningkatan absorban yang terukur oleh
perlakuan homogen atau tidak.
instrumen
cahaya
pada
yang berasal
dari
atau
tidak,
sedangkan
digunakan
apakah
ragam
uji
untuk
antar
warna
Berdasarkan perhitungan dari uji
senyawa yang tidak diharapkan, yang
Tukey antar kelompok glukosa setelah
mengakibatkan
penambahan data berbeda signifikan
penurunan
akurasi
pengukuran.
Analisis
yaitu nilai signifikansinya kurang dari
data
penelitian
secara
0,05,
sehingga
dapat
disimpulkan
statistik menggunakan SPSS versi 16
masing-masing kelompok data terdapat
yang didahului dengan uji normalitas
perbedaan
dengan
glukosa.
menggunakan
rumus
dari
dalam
menurunkan
kadar
627
Tabel 19. Data Interpretasi Spektrum UV-Vis
λ maks (nm)
Perlakuan Sampel
Isolat Flavonoid
Pergeseran λ
(nm)
Pita I
Pita II
-
Penafsiran
Pita I
366,4
Pita II
271,2
Sampel dalam metanol
+ NaOH
343,4
266,2
-23
-5
Sampel dalam metanol
+ NaOH (5menit)
Sampel dalam metanol
+ NaOAc
Sampel dalam metanol
+ NaOAc + H3BO3
Sampel dalam metanol
+ AlCl3
Sampel dalam metanol
+ AlCl3 + HCl
332,6
261,6
-33,8
-9,6
Flavonol (3-OH
bebas)
3,4’-OH, o-diOH
pada cicin A, pada
cincin B : 3-OH
berdampingan
-
401,8
262,6
+35,4
-8,6
-
398,8
-
+32,4
-
414,8
248,4
+48,4
-
331,4
262,4
-35
-8,8
Sampel dalam metanol
Pada spektrum yang ditunjukkan
geser
Na
o- di OH pada cincin
B
5-OH
-
asetat
digunakan
untuk
pada sampel yang dilarutkan dalam
mendeteksi adanya gugus 7-hidroksil
metanol didapatkan dua pita yaitu pita I
bebas. Pada hasil tidak didapatkan bahwa
pada panjang gelombang 366,4 nm dan
terkandung adanya gugus 7-hidroksil
pita II pada panjang gelombang 271,2
bebas.
nm. Interpretasi spektrum pada kedua
menjembatani kedua gugus hidroksil o-
pita di atas adalah rentang spektrum dari
diOH, pada hasil menunjukkan adanya
senyawa flavonoid golongan flavonol.
gugus
Penambahan pereaksi geser NaOH untuk
Penambahan pereaksi geser AlCl3 dan
mendeteksi
HCl untuk mendeteksi adanya gugus 5-
yanglebih
adanya
asam,
gugus
pada
o-diOH
H3BO3
pada
untuk
cincin
B.
hasil
hidroksil bebas. Pada hasil didapatkan
diperoleh gugus hidroksil pada rantai
bahwa terkandung adanya gugus 5-
karbon
hidroksil bebas.
4’.
yang
hidroksil
Penambahan
Penambahan
kekuatan
tertentu
Hasil yang didapat dari interpretasi
menunjukkan bahwa gugus ini tidak peka
spektrum di atas adalah 5, 3’, 4’ –
spektrum
setelah
waktu
terhadap basa. Penambahan pereaksi
trihidroksi
flavonol.
628
OH
OH
O
OH
OH
O
Gambar 12. Interpretasi spektrum flavonoid 5, 3’, 4’-trihidroksi flavonol
SIMPULAN
Kondisi yang optimum dalam proses
ekstraksi
flavonoid
(Momordica
dari
charantia
daun
L.)
pare
dengan
berbantu gelombang mikro adalah menit
ke-30
dengan
rendemen
20,85%.
Konsentrasi ekstrak flavonoid yang dapat
menurunkan kadar glukosa adalah 160
ppm dengan penurunan 50,38%. Jenis
flavonoid dalam daun pare (Momordica
charantia L.) yang dapat menurunkan
kadar glukosa adalah 5, 3’, 4’-trihidroksi
flavonol.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Z., Khairul F.Z., Azhar Y.,
Chiong H.S., Malarvilis S., Amin
I., dan Muhammad N.H. 2012. In
Vitro Antidiabetic Activities and
Chemical Analysis of PolipeptideK and Oil Isolated from Seeds of
Momordica charantia
(Bitter
Gourd). Journal Molecules. 17.
9631-9640.
Basha S. K. dan Kumari. 2012. In Vitro
Antidiabetic Activity of Psidium
Guajava Leaves Extracs, Asian
Pasific Journal
Disease. 1-3
of
Tropical
Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan
Galenik. Jakarta: Depkes RI
Ermaiza. 2009. Pengaruh Dua Jenis
Polisakarida dalam Biji Alpukat
(Persea americana mill) Terhadap
Kandungan Sirup Glukosa Melalui
Proses Hidrolisis dengan HCl 3%.
Skripsi.
Medan:
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara
Hardiman, D. 2013. Diabetes dan
Komplikasinya
Mengintai
Kelengahan Kita. Tumbuh. Edisi
Januari: 3-5.
Heinrich, M., Joanne B., Simon G., dan
Elisabeth
M.
W.
2009.
Farmakognosi dan Fitoterapi.
Diterjemahkan oleh Amalia H.
Hadinata.
Jakarta:
Buku
Kedokteran EGC.
Kautsar, R. H. 2011. Kajian Hidrolisis
Enzimatis Selulosa dari Alga
Merah (Eucheuma spinosum dan
Eucheuma cottoni) Menggunakan
Enzim Selulase dari Aspergillus
niger. Skripsi. Malang: Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim
629
Leelaprakash, G., J. Caroline, Gowtham
B.M., Pradeep K., dan Shivram P.
2011. In Vitro Antimicrobial and
Antioxidant Activity of Momordica
charantia
Leaves.
Pharmacophore. 2. (4) : 242-252
Purwatresna,
E.
2012.
Aktivitas
Antidiabetes Ekstrak Air dan
Etanol Daun Sirsak Secara in vitro
melalui
inhibisi
enzim
αglukosidase.
Skripsi.
Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Razak A. K., Ni Ketut Sumarni, Basuki
Rahmat. 2012. Optimasi Hidrolisis
Sukrosa Menggunakan Resin
Penukar Kation Tipe Sulfonat.
Jurnal Natural Science. 1. (1) :
119-131
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
Tumbuhan
Tingkat
Tinggi.
Terjemahan Padmawinata, K.
Bandung: ITB Press.
Sadasivam, S. dan Manickam, A. 1996.
Biochemical
Methods.
New
Delhi: New Age International
Zaini,
R. 2006. Isolasi Komponen
Bioaktif Flavonoid dari Tanaman
Daun Dewa (Gynura pseudochina
L.). Tesis. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
630
Download