Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 1 Ekstraksi Flavonoid Dari Daun Pare (Momordica charantia L.) Berbantu Gelombang Mikro Sebagai Penurun Kadar Glukosa secara In Vitro Erlita Verdia Mutiara1 dan Achmad Wildan1 1Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Abstrak Salah satu tanaman obat tradisional yang dipercaya sebagai penurun kadar glukosa adalah pare (Momordica charantia L.). Tanaman pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia, karena buahnya sering digunakan sebagai sayuran atau lalapan. Menurut Leelaprakash dkk. (2011), kandungan kimia daun pare adalah alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat digunakan sebagai antioksidan, antimikroba, antidiabetes, antitumor, dan antilepra. Dewasa ini telah dikembangkan teknik baru untuk ekstraksi cair-cair suatu produk yaitu dengan menggunakan bantuan gelombang mikro. Pengolahan bahan makanan juga tak luput memanfaatkan teknik ini (Mason dkk., 1996). Keuntungan utama dari ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro dibandingkan dengan ekstraksi konvensional menggunakan Soxhlet adalah efisiensi yang lebih besar dan waktu operasinya lebih singkat. Ekstraksi berbantu gelombang mikro akan memberikan laju perpindahan masa yang lebih tinggi dibandingkan ekstraksi konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) yang mengandung flavonoid dalam menurunkan kadar glukosa dan konsentrasi maksimal dari ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa serta variasi dari variabel ekstraksi gelombang mikro untuk memperoleh hasil ekstrak yang optimal. Proses ekstraksi flavonoid dari daun pare (Momordica charantia L.) dilakukan menggunakan alat pengektrasi microwave dengan frekuensi 2450 Mhz dengan daya maksimal 900 watt. Ekstrak yang diperoleh kemudian direksikan dengan glukosa dengan metode Nellson-Somogyi. Jenis flavonoid yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa diidentifikasi menggunakan pereaksi geser dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan kondisi yang optimum dalam proses ekstraksi flavonoid dari daun pare (Momordica charantia L.) dengan berbantu gelombang mikro adalah menit ke-30 dengan rendemen 20,85%. Konsentrasi ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah 160 ppm dengan penurunan 50,38%,. Senyawa flavonoid yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa dalam daun pare adalah 5,3’,4’-trihidroksi flavonol. Kata kunci : Ekstraksi, gelombang mikro, glukosa, daun pare, Nellson Somogyi kerja insulin atau keduanya. Penurunan PENDAHULUAN Diabetes mellitus adalah fungsi hormon insulin ini gangguan metabolik yang ditandai oleh mengakibatkan seluruh gula (glukosa) hilangnya homeostasis glukosa akibat yang dikonsumsi tubuh tidak dapat dari penurunan fungsi sekresi insulin, diproses sempurna sehingga kadar 616 glukosa di dalam tubuh akan meningkat menggunakan yang disebut hiperglikemia (Basha dan Somogyi. metode Nellson- Kumari, 2012 : 1). Gejala awal diabetes Berdasarkan penelitian tersebut di mellitus dapat berupa sering kencing atas, penelitian ini mengacu pada (poliuri), sering minum (polidipsi), dan penelitian Ahmad dkk. (2012), tetapi sering Apabila menggunakan daun pare dengan metode keadaan tersebut tidak diatasi dapat Nellson-Somogyi. Daun pare digunakan menimbulkan karena sejauh ini belum ada penelitian makan (polifagi). komplikasi penyakit berbahaya. (Hardiman, 2013). Salah satu tradisional yang mengenai tanaman antidiabetes. pare sebagai Penelitian ini sebagai menggunakan metode Nellson-Somogyi penurun kadar glukosa adalah pare karena faktor pengganggu dari metode (Momordica charantia L.). Menurut tersebut Leelaprakash dkk. (2011), kandungan dikendalikan kimia alkaloid, metode enzimatis, selain itu bahan yang flavonoid, saponin, dan tanin. Penelitian digunakan lebih mudah didapatkan. yang dilakukan oleh Ahmad dkk. Prinsip metode Nellson-Somogyi adalah (2012) menyatakan bahwa isolat biji mengoksidasi pare pereaksi daun dipercaya obat daun pare dapat adalah digunakan untuk cenderung lebih mudah dibandingkan dengan glukosa menggunakan Nellson, kemudian menurunkan kadar glukosa secara in ditambahkan vitro. arsenomolibdat membentuk kompleks Penelitian metode ini enzimatis. menggunakan Prinsip metode molibdenum dengan yang berwarna kehijauan enzim absorbansinya untuk menentukan kadar polisakarida glukosa. tidak Hasil sehingga diubah penelitian menjadi dapat biru tersebut adalah menghambat aktivitas α-glukosidase dan larutan diukur glukosa (Razak, 2012). diperoleh bahwa isolat biji pare konsentrasi 2 mg/dL mampu menghambat enzim α- METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah glukosidase sebesar 79,18%. Selain penurunan kadar glukosa fraksi n- metode enzimatis, penurunan kadar heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air glukosa ekstrak etanol daun pare (Momordica secara in vitro dapat charantia L.) yang dinyatakan dengan 617 persentase (%) penurunan kadar glukosa. dilarutkan dengan akuades sebanyak 75 mL dan dimasukkan di dalam corong Variabel terikat dalam penelitian pisah. Larutan ditambahkan dengan n- ini berupa penurunan glukosa setelah heksan sebanyak 25 mL dan diulang pemberian fraksi ekstrak etanol daun tiga kali, kemudian dipisahkan. Fase air pare (Momordica charantia L.). difraksinasi kembali menggunakan Bahan penelitian meliputi serbuk pelarut etil asetat sebanyak 25 mL dan daun pare (Momordica charantia L.), diulang tiga kali, kemudian dipisahkan. serbuk Masing-masing glukosa Nellson, anhidrat, reagen reagen arsenomolibdat, akuades, metanol, NaOH, AlCl3, serbuk NaOAc, serbuk H3BO3. yang telah terkumpul dikentalkan menggunakan penangas air. Uji Alat penelitian meliputi labu fraksi pendahuluan dilakukan terhadap ekstrak dan fraksi meliputi takar, pipet volume, corong kaca, pipet alkaloid, tetes, penangas air, spektrofotometer tanin, saponin, dan flavonoid. Uji UV-Vis Shimadzu 1700 series. flavonoid Maserasi serbuk fenol, polifenol, dipertegas dengan pare menggunakan uji KLT yang dielusi sebanyak 50,0 gram ditambah etanol dengan eluen n-butanol : asam asetat 70% serbuk. glasial : air (4 : 1 : 5). Setelah elusi Perendaman dilakukan selama 5 hari selesai, lempeng dikeringkan kemudian pada suhu ruang dan terlindung dari lempeng cahaya. dilakukan menggunakan pengadukan, kemudian disaring, dan Terbentuknya diganti pelarut etanol 70% baru dengan menunjukkan jumlah flavonoid dalam daun pare (Robinson, sepuluh kali Setiap yang daun senyawa berat hari sama. Filtrat yang dihasilkan dijadikan satu kemudian disaring. Filtrat dikumpulkan dan tersebut uap diuapi dengan ammonia pekat. warna adanya kuning kandungan 1995 : 211). Pembuatan larutan dipekatkan di atas penangas air pada standar suhu 70˚C sampai diperoleh ekstrak menimbang kental (Purwatresna, 2012). 100,0 mg dan dilarutkan etanol 80% Fraksinasi dilakukan dilakukan glukosa baku dengan glukosa cara anhidrat dengan sebanyak 2 kali masing-masing 5 mL. menimbang 5,0 gram ekstrak kemudian Larutan tersebut diuapkan kemudian 618 dicukupkan dengan akuades hingga yang sesuai. Faktor yang mempengaruhi 50,0 mL. Deret baku dibuat sebanyak 5 mutu ekstrak secara kimia salah satunya deret konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 adalah metode ekstraksi (Depkes RI, ppm serta diukur absorbansinya pada 2000 : 7). Metode ekstraksi yang operating time yang stabil dan panjang digunakan gelombang maksimal (Sadasivam dan Microwave adalah alat yang digunakan Manickam, 1996). untuk ekstraksi, mengandung medan Pengukuran kadar glukosa pada penelitian elektromagnetik dalam ini rentang dilakukan dengan cara sebanyak 3,0 mL frekuensi 300 MHz sampai 300 GHz larutan ditambahkan atau antara panjang gelombang dari 1 dengan 3,0 mL masing-masing dari cm dan 1m (Chen dkk , 2007). Medan fraksi. elektromagnetik baku glukosa Campuran tersebut diambil memainkan peran sebanyak 1,0 mL ditambahkan dengan penting dalam setiap upaya untuk reagen Nellson sebanyak 1,0 mL lalu menggambarkan fisik realitas. Bidang ditutup dengan kapas dan dipanaskan di dan partikel yang diekstraksi atas penangas air dengan suhu 100˚C . diletakkan pada tempat sehingga energi Setelah elektro magnetik yang mengandung itu didinginkan, ditambah reagen arsenomolibdat sebanyak 1,0 mL momentum kemudian dihomogenkan dan diukur terjadi penarikan zat aktif Bidang pada operating time dengan panjang elektromagnetik gelombang materi sehingga terjadi transfer energi maksimal spektrofotometer visibel pada (Ermaiza, dapat harus berinteraksi berinteraksi dan dengan (Hartati, 2010). 2009). Penapisan fitokimia senyawa aktif Persentase penurunan kadar glukosa dapat dihitung dengan rumus: Persentase penurunan kadar = Kadar awal - kadar tera khir x 100% Kadar awal bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol daun pare. Penapisan fitokimia dapat dilakukan dengan uji pendahuluan. Uji tersebut meliputi uji Penarikan senyawa aktif yang flavonoid, tanin, saponin, polifenol, terkandung di dalam daun pare dapat senyawa fenol, alkaloid, glikosida-3- dilakukan flavonol, shinoda, dan taubeck. dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut dan cara ekstraksi 619 Uji flavonoid dilakukan kuning stabil (Leelaprakash, dkk. 2011). menggunakan larutan NaOH dengan Hasil perlakuan menunjukkan larutan cara masing-masing 1 mL ekstrak uji etanol daun pare ditambah dengan (Tabel 4). ekstrak mengandung flavonoid NaOH yang akan membentuk warna Tabel 4. Hasil Uji Senyawa Flavonoid Larutan Uji Rutin (Kontrol positif) Akuades (Kontrol negatif) Ekstrak Hasil Perlakuan Larutan kuning Keterangan Mengandung flavonoid Larutan jernih Tidak mengandung flavonoid Larutan kuning pekat Mengandung flavonoid Pendahuluan uji glikosida-3- positif apabila setelah penambahan flavonol menunjukkan hasil positif pada pereaksi dalam waktu 2 sampai 5 menit ekstrak. Menurut Depkes RI (1995), uji tidak terjadi warna kuning (tabel 5). glikosida-3-flavonol menunjukkan hasil Tabel 5. Pendahuluan Glikosida-3-flavonol Larutan Uji Rutin (kontrol positif) Akuades (kontrol negatif) Ekstrak Hasil Perlakuan Merah muda Keterangan Mengandung Glikosida-3-flavonol Larutan jernih Tidak mengandung Glikosida-3flavonol Mengandung Glikosida-3-flavonol Hijau Uji Shinoda menunjukkan hasil terjadi warna kuning, sehingga di dalam negatif pada ekstrak. Menurut Depkes ekstrak tidak mengandung flavonoid RI (1995), uji shinoda menunjukkan golongan flavon, khalkon, dan auron hasil positif flavon, khalkon, dan auron (tabel 6). apabila setelah penambahan pereaksi 620 Tabel 6. Uji Shinoda Larutan Uji Rutin (kontrol positif) Akuades (kontrol negatif) Ekstrak Hasil Perlakuan Keterangan Larutan kuning Mengandung shinoda Larutan jernih Tidak mengandung shinoda Hijau Tidak mengandung flavon, kalkon dan auron Uji Taubeck menunjukkan hasil reaksi larutan uji berfluoresensi kuning positif pada ekstrak. Menurut Depkes intensif dibawah sinar UV 254 RI (1995), uji taubeck menunjukkan menunjukkan adanya flavonoid (tabel hasil positif apabila setelah penambahan 7). Tabel 7. Pendahuluan Flavonoid Taubeck Larutan Uji Hasil Perlakuan Keterangan Akuades Tidak berpendar kuning Tidak mengandung flavono (kontrol negatif) Ekstrak Berpendar kuning Mengandung flavonoid Identifikasi tanin dilakukan FeCl3 1% akan membentuk warna hijau menggunakan larutan FeCl3 1% dengan kehitaman atau biru tua (tabel 8) cara masing-masing 1 mL ekstrak (Depkes RI, 1995). etanol daun pare ditambah larutan Larutan Uji Larutan gambir (kontrol positif) Akuades (kontrol negatif) Ekstrak Identifikasi Tabel 8. Hasil Uji Senyawa Tanin Hasil perlakuan Keterangan Biru tua Mengandung senyawa tanin Oranye Tidak mengandung senyawa tanin Hijau Mengandung senyawa tanin dilakukan vertikal akan membentuk busa. Busa masing- yang terbentuk akan stabil setelah masing 1mL ekstrak dan fraksi ekstrak penambahan HCl 1% (tabel 9) (Depkes etanol daun pare, kemudian dikocok RI, 1995). menggunakan saponin pemanasan 621 Tabel 9. Hasil Uji Senyawa Saponin Larutan Uji Larutan lerak (kontrol positif) Akuades (kontrol negatif) Ekstrak Hasil Perlakuan Berbusa Keterangan Mengandung senyawa saponin Tidak berbusa Tidak mengandung senyawa saponin Berbusa Mengandung senyawa saponin Identifikasi polifenol dilakukan dengan cara masing-masing kalium heksasianoferat (III) dan 1 mL 1 mL larutan besi (III) klorida 1% ekstrak dan fraksi ekstrak etanol daun menunjukkan warna biru prusian (tabel pare ditambah dengan 1 mL larutan 10) (Depkes RI, 1995). Tabel 10. Hasil Uji Senyawa Polifenol Larutan Uji Larutan resorsinal (kontrol positif) Akuades (kontrol negatif) Ekstrak Identifikasi Hasil Perlakuan Biru prusian Keterangan Mengandung senyawa polifenol Biru terang Tidak mengandung senyawa polifenol Mengandung senyawa polifenol Biru prusian alkaloid dilakukan Filtrat yang diperoleh ditambah reagen dengan cara 1 mL ekstrak etanol daun dragendrof. Terbentuknya warna merah pare ditambah 1 mL larutan HCl 2N dan cokelat menunjukkan adanya senyawa akuades, alkaloid (tabel 11) (Depkes RI, 1995). kemudian dipanaskan, kemudian didinginkan dan disaring. Tabel 11. Hasil Uji Senyawa Alkaloid Larutan Uji Larutan kafein (kontrol positif) Akuades (kontrol negatif) Ekstrak Hasil Perlakuan Merah cokelat Keterangan Mengandung senyawa alkaloid Merah Tidak mengandung senyawa alkaloid Merah cokelat Mengandung senyawa alkaloid 622 Media Farmasi Indonesia Vol 9 No 1 Identifikasi senyawa fenol dengan 1 mL larutan besi (III) klorida dilakukan dengan cara masing-masing 1%. Terbentuknya warna merah, ungu, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, fraksi biru, dan hitam menunjukkan adanya air, dan ekstrak etanol daun pare senyawa fenol (tabel 12) (Depkes RI, (Momordica 1995). charantia L.) diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambah Tabel 12. Hasil Uji Senyawa Fenol Larutan Uji Larutan pfenol (kontrol positif) Akuades (kontrol negatif) Ekstrak Hasil Perlakuan Ungu Keterangan Mengandung senyawa fenol Oranye Tidak mengandung senyawa fenol Mengandung senyawa fenol Hijau kehitaman Uji pendahuluan dilakukan untuk Selain uji pendahuluan dengan menunjukkan adanya senyawa aktif pereaksi kimia, uji senyawa flavonoid yang terkandung di dalam ekstrak juga secara perlakuan kromatografi lapis tipis (KLT). Fase menunjukkan bahwa ekstrak etanol diam yang digunakan adalah silika gel positif mengandung flavonoid, tanin, GF254 dan fase gerak n-butanol : asam saponin, senyawa fenol, polifenol, dan asetat : akuades (4 : 1 : 5), jarak elusi 8 alkaloid. Berdasarkan hasil perlakuan cm, tersebut ammonia. umum. maka Hasil daun pare positif dilakukan dan dengan penampak Baku metode bercak uap pembanding rutin mengandung flavonoid, tanin, saponin, digunakan untuk melihat perbandingan fenolik, polifenol, dan alkaloid. Hasil nilai Rf. Flavonoid yang bersifat polar perlakuan ini sesuai dengan penelitian terikat kuat pada fase diam. Dengan yang oleh adanya fase gerak yang bersifat semi polar pernah dilakukan Rachmawati dkk. (2001) dan Leelaprakash dkk. (2011) yang akan membawa flavonoid melewati fase diam dan akan memisah. menyatakan bahwa daun pare positif Adanya uap ammonia akan mengandung flavonoid, tanin, saponin, menyebabkan gugus hidroksi fenolik senyawa fenol, polifenol, dan alkaloid. 623 pada flavonoid membentuk warna fraksi n-heksan tidak menunjukkan kuning. adanya fluoresensi warna ungu maupun Hasil identifikasi pada ekstrak, noda kuning setelah diberi uap fraksi etil asetat, dan fraksi air ekstrak ammonia. etanol untuk ekstrak yaitu 0,61 dan baku rutin daun pare menunjukkan Harga Rf yang diperoleh terjadinya fluoresensi warna ungu saat 0,57 (Tabel 13), sehingga dapat dilihat di bawah sinar UV 254 nm dan disimpulkan bahwa pada ekstrak etanol terbentuk noda berwarna kuning lemah daun pare mengandung flavonoid. setelah diberi uap ammonia. Sedangkan Tabel 13. Hasil Identifikasi Flavonoid Secara KLT Larutan Uji Rf Baku rutin Ekstrak 0,57 0,61 Pengukuran glukosa baku glukosa dibuat dengan konsentrasi dilakukan dengan membuat larutan 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm. Masing- baku glukosa. Serbuk glukosa anhidrat masing yang direaksikan dengan reagen Nellson, sudah kadar Warna tampak dengan amoniak Kuning kecoklatan Kuning lemah ditimbang dilarutkan konsentrasi baku dengan etanol 80% panas, kemudian kemudian diuapkan sebelum Pengukuran akuades. menggunakan spektrofotometri visibel panas karena senyawa yang akan diukur berfungsi untuk mencegah pertumbuhan berupa larutan berwarna yang dapat mikroba karena glukosa dapat menjadi diserap pada panjang gelombang 400 nutrisi yang baik untuk pertumbuhan nm sampai 750 nm. terlebih dicukupkan Penambahan dahulu dengan etanol 80% diukur glukosa absorbansinya. kadar glukosa mikroba. Larutan glukosa selanjutnya Pengukuran panjang gelombang diuapkan untuk mengurangi jumlah maksimal dilakukan setelah didapatkan etanol. dibuat operating time. Panjang gelombang kemudian maksimal yang diperoleh pada menit Larutan konsentrasi 2000 glukosa ppm, diencerkan menjadi 100 ppm. Deret ke-11 adalah 761 nm, sehingga 624 pengukuran baku glukosa anhidrat kapas agar reaksi berlangsung secara dilakukan pada menit ke-11 dengan maksimal. Dengan adanya pemanasan panjang gelombang 761 nm. dapat meningkatkan energi kinetik dari Deret konsentrasi larutan baku molekul-molekul sehingga akan glukosa anhidrat 10, 20, 30, 40, dan 50 meningkatkan kecepatan reaksi. Larutan ppm yang sudah dipanaskan selanjutnya ditambahkan dengan reagen Nellson. Penambahan reagen tersebut didinginkan dapat mereduksi kuprioksida menjadi arsenomolibdat didapatkan warna biru kuprooksida ekuivalen dengan jumlah kehijauan karena glukosa bereaksi dengan yang mereduksi ada. Adanya disebabkan sifat dan ditambah reagen arsenomolibdat kuprooksida oleh adanya membentuk molibdenum. Pengukuran gugus aldehid bebas yang terdapat dilakukan pada saat operating time dalam glukosa. Selanjutnya glukosa dengan mengalami nm.Kurva baku glukosa anhidrat dapat oksidasi oleh pereaksi Nellson menghasilkan asam glukonat. panjang gelombang 761 dilihat pada gambar 9. absorbansi baku glukosa Larutan dipanaskan dengan ditutup 1.000 y = 0,0162x + 0,0102 R² = 0,9965 0.800 0.600 0.400 0.200 0.000 0.000 20.000 40.000 60.000 konsentrasi baku glukosa (ppm) Gambar 9. Kurva Baku Glukosa Anhidrat Konsentrasi larutan baku glukosa direaksikan dengan reagen Nellson. yang digunakan dalam penelitian ini 50 Larutan dipanaskan dengan ditutup ppm. kapas, Masing-masing konsentrasi lalu didinginkan, dan ditambahkan dengan baku glukosa, ditambahkan dengan arsenomolibdat, kemudian kemudian larutan diukur pada saat diambil dari campuran sebanyak 1,0 mL tersebut untuk 625 operating time dengan panjang meningkat dari 80 ppm sampai 160 gelombang 761 nm. Hasil data ppm. penurunan kadar penurunan yang penurunan paling tinggi pada konsentrasi 160 ppm dengan glukosa menunjukkan bahwa rata-rata persentase Persentase rata-rata 50,38 terus Tabel 16. Hasil Perhitungan Persen Penurunan Glukosa persentase penurunan kadar glukosa Konsentrasi (ppm) % penurunan glukosa Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata % penurunan glukosa 80 10,81% 11,18% 12,66% 11,55% 100 23,84% 23,96% 24,08% 23,96% 120 36,25% 35,76% 35,39% 35,80% 140 44,85% 45,22% 45,34% 45,14% 160 49,77% 50,63% 50,75% 50,38% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% % Penurunan kadar glukosa 20.00% Linear (% Penurunan kadar glukosa) 10.00% 0.00% 0 50 100 150 200 konsentrasi (ppm) Gambar 10. Kurva Penurunan Kadar Glukosa 626 Pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa persentase penurunan kadar CHO H OH H OH HO H H dibandingkan dengan kadar 80 ppm COOH 2+ - + 2Cu + 4OH Nellson OH HO H H OH HO H H CH2OH + Cu2O + 2H2O merah bata (1). OH CH2OH asam glukonat glukosa (NH4)6Mo7O24.4H2O 12MoO42- glukosa lebih besar pada kadar 160 ppm 3H2SO4 AsO43- [AsMo12VO40]3- [AsMo12O40] (3). 12H2O [AsMo4VMo8VIO40]7- 4Cu+ (2). 3(NH4)2SO4 7H2MoO4 (4). 4Cu2+ Gambar 11. Reaksi Pembentukan Senyawa Kompleks Glukosa dengan Arsenomolibdat (Kautsar, 2011) Kompleks molibdenum yang Shapiro-Wilk, dan uji homogenitas terukur sebanding dengan kadar glukosa dengan menggunakan rumus dari Lavene dalam larutan. Komponen warna dari Test. Untuk uji normalitas dan uji pereaksi Nellson-Somogyi juga akan homogenitas nilai signifikansi lebih besar mengabsorbsi panjang dari 0,05. Uji normalitas digunakan untuk gelombang 747 nm, sehingga dalam mengetahui apakah data berdistribusi analisis ini digunakan blangko dengan normal menambahkan pereaksi tersebut. Hal ini homogenitas bertujuan untuk meminimalkan adanya mengetahui peningkatan absorban yang terukur oleh perlakuan homogen atau tidak. instrumen cahaya pada yang berasal dari atau tidak, sedangkan digunakan apakah ragam uji untuk antar warna Berdasarkan perhitungan dari uji senyawa yang tidak diharapkan, yang Tukey antar kelompok glukosa setelah mengakibatkan penambahan data berbeda signifikan penurunan akurasi pengukuran. Analisis yaitu nilai signifikansinya kurang dari data penelitian secara 0,05, sehingga dapat disimpulkan statistik menggunakan SPSS versi 16 masing-masing kelompok data terdapat yang didahului dengan uji normalitas perbedaan dengan glukosa. menggunakan rumus dari dalam menurunkan kadar 627 Tabel 19. Data Interpretasi Spektrum UV-Vis λ maks (nm) Perlakuan Sampel Isolat Flavonoid Pergeseran λ (nm) Pita I Pita II - Penafsiran Pita I 366,4 Pita II 271,2 Sampel dalam metanol + NaOH 343,4 266,2 -23 -5 Sampel dalam metanol + NaOH (5menit) Sampel dalam metanol + NaOAc Sampel dalam metanol + NaOAc + H3BO3 Sampel dalam metanol + AlCl3 Sampel dalam metanol + AlCl3 + HCl 332,6 261,6 -33,8 -9,6 Flavonol (3-OH bebas) 3,4’-OH, o-diOH pada cicin A, pada cincin B : 3-OH berdampingan - 401,8 262,6 +35,4 -8,6 - 398,8 - +32,4 - 414,8 248,4 +48,4 - 331,4 262,4 -35 -8,8 Sampel dalam metanol Pada spektrum yang ditunjukkan geser Na o- di OH pada cincin B 5-OH - asetat digunakan untuk pada sampel yang dilarutkan dalam mendeteksi adanya gugus 7-hidroksil metanol didapatkan dua pita yaitu pita I bebas. Pada hasil tidak didapatkan bahwa pada panjang gelombang 366,4 nm dan terkandung adanya gugus 7-hidroksil pita II pada panjang gelombang 271,2 bebas. nm. Interpretasi spektrum pada kedua menjembatani kedua gugus hidroksil o- pita di atas adalah rentang spektrum dari diOH, pada hasil menunjukkan adanya senyawa flavonoid golongan flavonol. gugus Penambahan pereaksi geser NaOH untuk Penambahan pereaksi geser AlCl3 dan mendeteksi HCl untuk mendeteksi adanya gugus 5- yanglebih adanya asam, gugus pada o-diOH H3BO3 pada untuk cincin B. hasil hidroksil bebas. Pada hasil didapatkan diperoleh gugus hidroksil pada rantai bahwa terkandung adanya gugus 5- karbon hidroksil bebas. 4’. yang hidroksil Penambahan Penambahan kekuatan tertentu Hasil yang didapat dari interpretasi menunjukkan bahwa gugus ini tidak peka spektrum di atas adalah 5, 3’, 4’ – spektrum setelah waktu terhadap basa. Penambahan pereaksi trihidroksi flavonol. 628 OH OH O OH OH O Gambar 12. Interpretasi spektrum flavonoid 5, 3’, 4’-trihidroksi flavonol SIMPULAN Kondisi yang optimum dalam proses ekstraksi flavonoid (Momordica dari charantia daun L.) pare dengan berbantu gelombang mikro adalah menit ke-30 dengan rendemen 20,85%. Konsentrasi ekstrak flavonoid yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah 160 ppm dengan penurunan 50,38%. Jenis flavonoid dalam daun pare (Momordica charantia L.) yang dapat menurunkan kadar glukosa adalah 5, 3’, 4’-trihidroksi flavonol. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Z., Khairul F.Z., Azhar Y., Chiong H.S., Malarvilis S., Amin I., dan Muhammad N.H. 2012. In Vitro Antidiabetic Activities and Chemical Analysis of PolipeptideK and Oil Isolated from Seeds of Momordica charantia (Bitter Gourd). Journal Molecules. 17. 9631-9640. Basha S. K. dan Kumari. 2012. In Vitro Antidiabetic Activity of Psidium Guajava Leaves Extracs, Asian Pasific Journal Disease. 1-3 of Tropical Departemen Kesehatan RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Depkes RI Ermaiza. 2009. Pengaruh Dua Jenis Polisakarida dalam Biji Alpukat (Persea americana mill) Terhadap Kandungan Sirup Glukosa Melalui Proses Hidrolisis dengan HCl 3%. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Hardiman, D. 2013. Diabetes dan Komplikasinya Mengintai Kelengahan Kita. Tumbuh. Edisi Januari: 3-5. Heinrich, M., Joanne B., Simon G., dan Elisabeth M. W. 2009. Farmakognosi dan Fitoterapi. Diterjemahkan oleh Amalia H. Hadinata. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Kautsar, R. H. 2011. Kajian Hidrolisis Enzimatis Selulosa dari Alga Merah (Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottoni) Menggunakan Enzim Selulase dari Aspergillus niger. Skripsi. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim 629 Leelaprakash, G., J. Caroline, Gowtham B.M., Pradeep K., dan Shivram P. 2011. In Vitro Antimicrobial and Antioxidant Activity of Momordica charantia Leaves. Pharmacophore. 2. (4) : 242-252 Purwatresna, E. 2012. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun Sirsak Secara in vitro melalui inhibisi enzim αglukosidase. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor Razak A. K., Ni Ketut Sumarni, Basuki Rahmat. 2012. Optimasi Hidrolisis Sukrosa Menggunakan Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural Science. 1. (1) : 119-131 Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Terjemahan Padmawinata, K. Bandung: ITB Press. Sadasivam, S. dan Manickam, A. 1996. Biochemical Methods. New Delhi: New Age International Zaini, R. 2006. Isolasi Komponen Bioaktif Flavonoid dari Tanaman Daun Dewa (Gynura pseudochina L.). Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 630