IV. MAKANAN DAN PENCERNAANNYA 4.1

advertisement
IV. MAKANAN DAN PENCERNAANNYA
4.1. KOMPOSISI MAKANAN UTAMA.
Makanan
digunakan
sebagai
bahan
bakar
yang
diperlukan
untuk
melaksanakan berbagai fungsi tubuh dan merupakan eampuran berbagai macam zat,
yaitu: karbohidrat, lemak, protein, vitamin-vitamin , mineral-mineral, dan air. Di samping
itu makanan merupakan sumber yang menye diakan zat-zat bagi tubuh yang berguna
untuk pembentukan jaringan-jaringan tubuh. Dengan demikian jelas bahwa semua
hewan memerlukan makanan yang cukup. untuk pertumbuhan dan mempertahankan
hidupnya. Hewan memperoleh makanannya dan Iingkungan tempat hidupnya.
4.2. VITAMIN
Sejumlah kecil molekul organik diper lukan dalam jumlah sedemikian kecil
dalam setiap harinya. Zat-zat ini disebut vitamin, banyak di antaranya berperan
sebagal ko-faktor enzim. dalam metabolisme intermedier, terutama adalah vitaminvitamin B.
Di samping vitamin-vitamin konvensional ada beberapa substansi yang
dipandang sebagai vitamin pula. Ubiquinon atau ko-enzim Q yang dikenal dalam rantai
respirasi disebut pula sebagai vitamin Q. Karnitin bagi serangga tertentu dipandang
sebagai vitamin, misalnya pada fimilia Tenebrionidae (Palarus, Tenebno moliitor,
Tribolium con fusum, dll.).
Jumlah vitamin yang diperlukan oleh setiap jenis hewan beragam. Misalnya
pada tikus, beberapa vitamin dapat disintesis dalam tubuhnya sendiri, sedang pada
manusia tidak. OIeh karena itu percobaan-percobaan pada tikus tidak selalu dapat
diterapkan pada manusia.
4.2.1. Vitamin A
Vitamin A mencakup dua substansi yaitu retinol dan karoten. Sintesis
glukoprotein jaringan mukus melibatkan vitamin A sebagai pengangkut monosakarida;
erat kaitannya dengan pemeliharaan kondisi normal selalu basah pada jaringan epitel
yang melapisi dinding rongga mulut, saluran-saluran pernapasan dan kelamin; penting
untuk pertumbuhan. Bentuk aldehidnya, retinal, diperlukan untuk penglihatan remangremang dalam kombinasinya dengan protein tertentu se bagai rhodopsin.
Kekurangan vitamin ini menyebabkan rabun senja (niktalopia), pengeringan
saluran air mata (xerophthalmia), radang kornea (keratomalasia), kebutaan dan
hambatan pertumbuhan. Vitamin A terdapat dalam minyak ikan, susu, dan mentega
berupa retinol dan dalam sayuran, wortel, dan minyak kelapa sawit berupa karoten.
4.2.2. Vitamin B1 (tiamin)
Tiamin pirofosfat adalah koenzim, kokarboksilase, diperlukan dalam de
karboksilase oksidatif, misalnya perubahan ketoglutarat menjadi suksinat dan asam
piruvat menjadi asetil. Kekurangan vitamin ml menyebabkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, penyakit yang yang timbul disebut ben-bert, darah penderi ta
menimbun asam piruvat.
Viamin dapat diperoleh dari macam-macam biji padi-padian, ragi, daging dan
telur.
4.23. Vitamin B2 (riboflavin)
Sejumlah protein yang berbeda membentuk ikatan kompleks dengan riboflavin
menjadi satu gugus koenzim yang disebut flavoprotein, penting artinya dalam oksidasi
karbohidrat. Flavoprotein bekerja sebagai pengangkut ion H+ bersama-sama dengan
flavin mononukleotid, flavin adenin dinukleotid, sitokrom c reduktase dli.
Kekurangan riboflavin dapat mengganggu oksidasi sel yang mengakibatkan
sejumiah gejala yang disebut ariboflavinosis. Beberapa di antaranya yaitu luka pada
kulit di sudut-sudut mulut (stomatitis angularis), bibir pecah-pecah (cheilosis), dan
perubahan pada lidah (glossitis). Vitamin ml dapat diperoieh dan ragi, hati, susu, telur,
keju, dan ka cang-kacangan.
4.2.4. Vitamin B6
Vitamin mi ada tiga ragam turunan dan 2-metil-piridin yaitu senyawa hidroksi,
piridoksin,
senyawa
aldehid,
piridoksal,
dan
amin,
piridoksamin.
Ketiganya
keaktifannya serupa.
Kekurangan menyebabkan konvulsi dan kelainan kulit (akrodinia) pada ti kus,
sel-sel darah merah tidak normal pada sapi perah, anemia pada anjing, dan serangan
epileptiform pada bayi manusia. Vitamin B6 berperan sebagai koenzim dekarboksilase
dan deaminase asam amino khas, transaminase dan transmetilase. Sumber vitamin mi
misalnya daging, ikan, padi-padian, biji-bijian.
4.2.5. Vitamin B12( sianokobalamin)
Vitamin B12 berperan dalam sintesis asam nukleat dan pembentukan set darah
merah. Penyerapannya oleh sel-sel epitel usus memerlukan”faktor intrinsik” yang
terdapat dalam mukosa lambung. Untuk memenuhi keperluan tubuh, vitamin ml dapat
diperoleh dan daging, hati, dan ginjal.
4.2.6. Vitamin C
Berdasarkan struktur kimianya, vitamin ini disebut asam L-xiloaskorbat.
lsomernya yaitu asam D-araboaskorbat atau asam isoaskorbat atau asam eritorbat
aktivitas biologinya lebih rendah daripada vitamin C (O,05x). tsomernya diman faatkan
untuk antioksidan dalam makanan.
Fungsinya ialah mengendalikan pembuatan substansi semen (perekat) antar
set berdasarkan aktivitasnya dalam hidroksilasi prolin menjadi hidroksiprolin, satu
tahap dalam pembuatan kotagen. Rusaknya matriks ini membeni peluang darah
merembes ke luar kapiter yang menimbulkan skorbut. Vitamin ini dapat diperoleh dan
buah-buahan dan sayuran.
4.2.7. Vitamin H (Biotin)
Vitamin ini termasuk datam B kompleks bersama-sama dengan macammacam vitamin B. Fungsinya serupa dengan vitamin B yaitu sebagai koenzim. Biotin
bekerja dalam proses-proses yang melibatkan fiksasi CO2 sepenti dalam manusia.
4.3. Pencernaan Makanan
Hewan-hewan sederhana dengan tubuh berupa sel tunggal menyerap
makanan langsung melalui
seluruh permukaan tubuhnya
atau
memasukkan
mangsanya ke dalam tubuh dengan fagositosis atau endositosis. Sedang pada hewanhewan multisel pengambilan makanan itu menjadi lebih rumit caranya. Untuk
memperoleh makanan dan mengubahnya menjadi tenaga atau zat-zat metabolic harus
melalui proses yang bertiku-liku yaitu:
1. Penemuan makanan
2. Pemasukan makanan ke dalam mulutnya dan
3. Pencernaan
Pencernaan adalah suatu proses yang rumit yang pada hakekatnya meliputi
sederetan tahapan sebagai berikut:
1. Pengambilan makanan [ingesti]
2. Mengunyah [mastikasi atau deglutisis]
3. Pencernaan [digesti]
4. Defekasi [membersihkan]
Pada umumnya proses pencernaan dapat dilakukan di suatu tempat yaitu
pencernaan di dalam set [pencernaan intrasel] dan di luar sel [pencernaan ekstrasel].
Pencernaan intrasel dipandang sebagai bentuk pencernaan primitif dan dijumpai pada
hewan yang tidak mempunyai saluran pencernaan, misalnya Protozoa dan Porifera.
Pada hewan yang sudah mempunyai saluran pencernaan didalamnya dapat terjadi
balk pencernaan intrasel maupun pencernaan ekstrasel. Pencernaan ekstrasel
berlangsung dalam lumennya, sedang lainya terjadi di dalam sebagian sel-sel
penyususn dindingnya. Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan [tractus
digestivus] dan kelenjar-kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan pada manusia adalah sebagai berikut:
1. Rongga mulut [cavitas oris]
2. Tekak atau faring [pharynx]
3. Kerongkongan [oesophagus]
4. Lambung [ventriculus]
5. Usus halus [intestinum tenue]
6. Usus besar [intestinum crassum]
7. Pelepasan [anus]
4.4.1. Pencernaan di Mulut
Mulut merupakan alat penerima makanan dan luar tubuh, namun di dalamnya
telah dimulai pencennaan, balk secara mekanik maupun kimiawi. Hal mi ditunjang
dengan adanya gigi-gigi dan kelenjar-kelenjar dalam rongga mulut. Di dalam rongga
mulut dijumpal 3 pasang kelenjar penghasil Iudah yaitu:
1. Glandula parotis [dibawah telinga]
2. Glandula submandibularis [dibawah rahang]
3. Glandula sublingualis [dibawah lidah]
Ludah memiliki berbagal fungsi yaitu sebagai pelumas;
a. Mempercepat melarutkan komponen-komponen makanan yang larut air.
dengan demikian mempercepat penginderaan rasa makanan;
b. Membersihkan dan membantu memelihara kesehatan jaringan mulut dengan
enzim proteolitik, antibodi, dan faktor anti bakteri yang lain;
c. Memulai pencemaan pati dengan amilase air ludah (ptialin. a-amilase);
d. Membantu menyingkirkan logam-logam berat seperti Pb dan Hg, demikian pula
yodium dan tiosianat.
Pengeluaran ludah tenjadi setelah membau makanan melihat makanan dan
sesudah makanan berada dalam mulut. Makanan dalam mulut merangsang alat-alat
indera yang terdapat di dalam selaput lendir mulut (tunica mucosa) dan Iidah. Hal ml
menyebabkan timbuinya reflek sekresi ludah dan kelenjar-kelenjar Iudah. dalam hal mi
disebut reflek tidak bersyarat. Di samping itu dapat pula terjadi reflek bersyarat dalam
sekresi ludah. Untuk yang kedua mi impuls-impuls dihantarkan ke pusat susunan saraf
yang lebih tinggi yaitu otak.
Seperti telah dikemukakan di atas lidah terlibat dalam memulai sekresi ludah
melalui alat-alat indera pengecap (organum gustatorium). juga mengenali tingkat
panas, sakit, dan tekanan. Selain itu lidah berperan dalam membantu berbicara,
membantu menelan makanan (bolus) dan menjaga supaya bolus tetap berada di
anatra gigi-gigi atas dan bawah ketika dikunyah.
Makanan setelah dikunyah dan digumpalkan menjadi bolus selanjutnya ditelan
(deglutisi). dengan gerak sadar atau gerak reflek. Makanan sampai di kerongkongan
(oesophagus) dan di situ didorong maju dengan gerak peristaltik(peristsltikos =
menekan bersama-sama).
2) Pencemaan di lambung (ventriculus, gaster). Berdasarkan strukturnya dapat
dibedakan tiga macam lambung: lambung sederhana. lambung komplek. dan lambung
burung (pemakan biji-bijian dan pemakan daging). Perbedaan ini sebagai penyesuaian
terhadap makanan yang berbeda dan tentu saja berbeda pula dalam mekanisme
pencernaannya.
4.4.2 Pencernaan dalam lambung sederhana.
Pencernaan Yang sesungguhnya belum terjadi di sini, yang utama adalah pra
perlakuan untuk pencernaan dalam usus. Bolus berada di sini cukup lama (pada
manusia 3-6 jam), selama itu mengalami beberapa perlakuan yaitu:
a) semuanya mengalami perlakuan mekanik dengan peristaltik dan hasilnya bolus
teraduk.
b) semuanya mengalami perlakuan dengan HCI dan hasilnya bolus bebas kuman.
c) sebagian mengalami pencernaan kimiawi yaitu protein dan sedikit lemak.
Untuk menyelenggarakan kegiatan itu dinding lambung mengeluarkan getah yang
mengandung: sejumlah hormon, enzim, faktor intrinsik, dan HCI.
4.4.3. Pencemasan dalam lambung kompleks.
Lambung kompleks dijumpai pada Ruminantia. Alat mi khas untuk pencernaan
material tumbuhan, berdasarkan itu lambung komplek adalah utama bagi herbivora.
Selulose yang terkandung dalam makanan dapat dihancurkan, dan selanjutnya
diragikan oleh mikroflora. Berdasarkan ml herbivora disebut foregut fermenter. Proses
ml juga berlangsung pada hewan lain, namun terjadi setelah pencernaan utama
berakhir, maka hewan nya disebut hindgut fermenter. Jadi pada hakikatnya di sini juga
terjadi pra perlakuan.
4.4.4. Pencernaan dalam lambung burung.
Lambung burung terbagi dua yaltu: lambung berkelenjar (proventriculus,
ventriculus glandularis) dan lambung berotot (ventriculus muscularis). Lambung
berkelenjar dapat hanya berfungsi sebagal penghasil getah lambung dan sebagai jalan
bolus mencapai lambung berotot, atau dengan fungsi tambahan sebagai penyimpan
makanan dan tempat pencemaan kimiawi. Fungsi tambahan pertama dijumpai pada
jenis pemakan biji-bijian, termasuk dalam Galliformes dan Passeriforines, seperti nun,
angsa, dan merpati. Fungsi tambahan yang kedua misalnya terdapat pada burung
pelatuk, elang, dan burung burung laut pemakan ikan.
Fungsi lambung berotot. Bentuk dan tingkat perkembangannya beragam yang
sangat erat hubungannya dengan jenis makanan yang dicema. Pada burung pemakan
biji-bijian dan herbivora, perototan lambung dan lapisan khas (‘koilin, keratinoid) pada
pemiukaannya sebelah dalam berkembang balk. Di antara burung-burung pemakan
daging (karnivora), lambung ini cenderung berdinding tipis dan menyerupai kantong
sederhana. Burung-burung omnivora dan insektivora memiliki lambung berotot dengan
bentuk antara. Burung-burung frugivora (frugis=buah), terutama pemakan buah
berdaging lunak cenderung memiliki lambung berotot yang tereduksi.
4.4. Pencernaan dalam usus dan penyerapan hasil-hasilnya.
Tempat utama untuk pencemaan kimiawi ialah usus halus( intestinum tenue).
Sama pentingnya ialah peranannya dalam mentransfer material makanan dan lumen
ke dalam darah dan limfe mukosa. Usus halus juga berperan dalam mendorong isi
lumen. Di antara sel-sel dalam mukosa berfungsi eksokrin dan endokrin.
Untuk mencapai tingkat keefektifan yang tinggi dalam mencema makanan usus
halus melakukan pengadukan dengan berbagai mekanisme gerak: gerak. Segmentasi,
gerak mengayun dan peristaltik.
Keperluan enzim-enzim dan sarana-sarana lain dipasok oleh pankreas dan hepar,dan
sel-sel eksokrin sepanjang dinding usus halus. Getah pankreas mengandung:
sejumlah
besar
NaHCO3,
enzim-enzim
(a-amilase,
B-amilase,
tripsinogen,
kimototripsinogen, karboksipeptidase, lipase, deoksiribonuklease, niboklease), dan air.
Dinding duodenum mengeluarkan enzim-enzim: enterokinase, erepsin, lipase, sukrase,
mltase, deoksiribonuklease, ribonuklease dan laktase. Hepar mengeluarkan garam
empedudalam bilus.
4.5. RESORPSI. Efisiensi resorpsi ditingkatkan beberapa ratus kali dengan menambah
luas bidang permukaan absorptif. Hal itu dicapai dengan bangunan bangunan pada
permukaan dalam usus halus berupa valvulae conniventes, viii, dan micro viii.
1) Mekanisme resorpsi karbohidrat.
Hasil-hasil pencernaan karbohidrat ialah glukosa, galaktose dan fruktose. Resorpsi
glukose. dan galaktose dengan mekanisme ko-tanspor Na. Fruktose diresorpsi
dengan difusi di. permudah (facillitated diffusion).
2) Mekanisme absorpsi protein.
Hasil pencernaan berupa macam-macam asam amino diresorpsi dengan transpor
yang diperantarai pengangkut” bergantung pada Na +.
3) Mekanisme resorpsi lipid..
Lipid diresorpsi dalam bentuk utuh maupun berupa hasil-hasil pencernaannya
dengan mekanisme difusi pasif.
Download