Counter Review 1 Nama : Muti Dewitari NPM : 0706165570 Sumber : A. Prasentyatoko, Bencana Finansial Global, (2008), hal. 47-65. Pemikiran Schumpeter, Sektor Finansial, dan Krisis Global Pada bab 2 bukunya yang berjudul “Bencana Finansial Global”, A. Prasentyatoko berusaha menjelaskan pokok pemikiran dari Joseph Schumpeter, seorang pemikir ekonomi terkemuka di dunia. Pada awal penjelasannya Prasentyatoko menyebutkan tesis utama dari siklus bisnis di mana baginya sistem kapitalisme identik dengan instabilitas dalam jangka panjang. Mengapa instabilitas? Pada dasarnya pelaku ekonomi dipandangnya sebagai makhluk yang terus melakukan inovasi-inovasi dalam memajukan siklus perekonomian itu sendiri. Namun inovasi itu sendiri sangatlah sarat dengan sifat instabilitas. Dalam memahami pemikiran Schumpeter, maka satu poin penting yang harus dipahami adalah konsep creative destruction. Creative destruction pada dasarnya merujuk kepada usaha dalam memecahkan berbagai halangan guna mencapai inovasi dan kemajuan, di mana kemajuan ini kemudian dirujukkan oleh Schumpeter ke dalam pengembangan teknologi itu sendiri. Apabila menuangkan diagram pemikiran Schumpeter, maka baginya siklus ekonomi adalah siklus yang selalu berputar karena dorongan pembangunan dan tidak pernah sampai pada satu titik keseimbangan tertentu. Ekonomi akan bergerak melalui tahap resesi dan booming. Jika inovasi belum membuahkan hasil, ekonomi akan mengalami resesi, sebaliknya jika inovasi sudah berjalan dengan baik, akibat didorong oleh injeksi kapital dari sistem perbankan, ekonomi akan bergerak ke arah optimis. Begitu seterusnya, sehingga sistem ekonomi kapitalis pada dasarnya akan bergerak dari resesi (burst) ke optmisis (boom). Diagram pemikiran Schumpeter itu kemudian menunjukkan bagaimana uang dan perbankan memiliki peran yang sangat sentral dalam perekonomian. Namun Schumpeter tetap menekankan peran perbankan sebagai faktor pendukung dari kegiatan ekonomi utama yaitu yang bergerak di sektor riil. Schumpeter berusaha mengembangkan ide bagaimana inovasi tidak seharusnya berkembang pada sektor finansial, hal ini disebabkan inovasi serta pembangunan pada sektor finansial hanya mengandalkan spekulasi-spekulasi yang dapat menjatuhkan serta menghancurkan perekonomian itu sendiri. Apabila sektor finansial mengalami kehancuran, maka dampaknya akan terasa secara langsung oleh sektor riil karena 1 inovasi-inovasi yang membutuhkan suntikan dana dari perbankan akan terhambat, sehingga perekonomian pun akan merasakan dampaknya. Noureen Adnan yang merupakan seorang akademisi menyatakan bahwa pada dasarnya tidak ada hubungan antara pembangunan di sektor finansial terhadap pertumbuhan ekonomi, melainkan bagaimana pertumbuhan ekonomi selalu diikuti oleh pembangunan dalam sektor finansial itu sendiri.1 Hal ini menunjukkan bagaimana pada dasarnya sektor finansial tidaklah memegang peran penting dalam pertumbuhan ekonomi melainkan hanya sebagai faktor penunjang sektor riil yang bersifat lebih pasti itu sendiri. Pada dasarnya apa yang digambarkan oleh Schumpeter mengenai sektor finansial yang dapat menghambat jalannya perekonomian jelas dapat menjawab bagaimana dunia sering kali dihantam oleh krisis finansial berkepanjangan, terutama krisis finansial pada tahun 2008 kemarin. Krisis finansial global yang berawal dari kasus kredit macet perumahan di Amerika Serikat, yang kemudian berkembang hingga tingkat global, pada dasarnya menunjukkan bagaimana inovasi seharusnya berkembang pada sektor riil dan tidak pada sektor sekuritas yakni real estate itu sendiri.2 Bahwa perbankan seharusnya tidak memberikan kelonggaran suntikan dana pada para “spekulan” yang akan berinvestasi pada sektor non-riil. Kredit macet yang berkembang di Amerika Serikat pada sektor finansial ini pun kemudian berdampak secara masif pula terhadap sektor riil yang notabene akan berdampak secara langsung kepada roda perekonomian itu sendiri. Pada titik ini penulis setuju dengan pendapat Schumpeter yang melihat bahwa sektor finansial seharusnya tidak bergerak maupun berkembang secara mandiri karena pada dasarnya sektor finansial yang sangat rentan dengan langkah spekulasi adalah “borok” utama dari sistem kapitalisme itu sendiri. Namun perkembangan dalam sektor finansial pada dasarnya adalah hal yang tidak dapat ditahan lagi. Hal ini pada dasarnya juga dipahami dengan benar oleh Schumpeter. Maka penulis meyakinkan bahwa seharusnya terdapat sebuah mekanisme dan regulasi yang jelas dalam sektor finansial tersebut, sehingga perubahan dan perkembangan yang terjadi kemudian dapat berjalan beriringan dengan sektor riil seperti yang diharapkan oleh Schumpeter. Dalam hal ini regulasi yang jelas pada tingkat global dan tingkat nasional menjadi suatu hal yang sangat diperlukan, dan koordinasi menjadi krusial mengingat dunia yang semakin cross borders ini. Noureen Adnan, “The Role of Financial Sector in Economic Growth”, diakses dari http://www.esds.ac.uk/international/documents/conf2009/pecha-kucha/noureenadnan_paper.pdf, pada tanggal 16 Februari 2010, pukul 21.37. 2 Malcolm D. Knight, “Globalisation and Financial Markets”, diakses dari http://www.bis.org/speeches/sp060522.htm, pada tanggal 17 Februari 2010, pukul 00.07. 1 2