Efektivitas Ekstrak Jahe - Institutional Repository UIN Syarif

advertisement
Efektivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Disusun Oleh:
Sidqa Hanief
NIM: 1110103000063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan
kekuatan, hidayah, dan petunjuk pada jalan kemudahan untuk menyelesaikan laporan
penelitian ini yang berjudul “Uji Efektivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale
Roscoe) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans”. Oleh karena itu,
penulis haturkan ribuan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis
menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ini.
3. Yuliati, S.Si, M.Biomed dan Endah Wulandari, M.Biomed selaku dosen
pembimbing yang membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian
laporan penelitian ini.
4. dr. Intan Keumala Dewi, SpMK dan Silvia F Nasution, S.Si, M.Biomed
selaku dosen penguji.
5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph. D selaku penanggungjawab riset Program
Studi Pendidikan Dokter 2010, yang tidak pernah bosan untuk selalu memfollow-up pada setiap akhir modul.
6. Kedua orang tua, M. Amin Akkas dan Mahmudah yang secara khusus selalu
memberikan doa dan semangat. Serta adik-adik, Hikmatul Mujadalah, Yazki
Mufliha, dan Nawra Tatmainna yang menjadi penyemangat dalam menjalani
laporan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Karlina Sari Sujana, Rina Karina, Nida Khofia, dan Mutia Oktavia selaku
teman satu tim riset yang selalu saling memberikan bantuan dan dukungan
v
satu sama lain selama menjalani penelitian bersama, sehingga laporan
penelitian ini dapat terselesaikan.
8. Mbak Novi dan Pak Bacok yang banyak membantu selama penelitian
berlangsung di Laboratorium Mikrobiologi.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan
juga kekurangan maupun kekeliruan yang tak terhindarkan. Untuk itu, saran dan
kritik sangat diharapkan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan ini.
Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
hidayah dan taufiq dalam setiap langkah ikhtiar yang dilakukan oleh penulis, dan
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan khasanah intelektual dalam
meningkatkan kesejahteraan dalam bidang kesehatan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 10 September 2013
Sidqa Hanief
vi
ABSTRAK
Sidqa Hanief. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roscoe) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans. 2013
Jahe adalah salah satu tanaman jenis rempah-rempah yang banyak dimanfaatkan secara
tradisional sebagai obat. Kandungan minyak atsiri dan oleoresin pada jahe, memiliki aktivitas
antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans, yang mampu membunuh dengan
cara merusak membran plasma sel bakteri serta mengganggu proses koagulasi. Streptococcus
viridans merupakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit infeksi
saluran napas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada ekstrak
jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans,
menggunakan metode disc diffusion pada media pertumbuhan agar darah. Konsentrasi yang
digunakan adalah 100mg/ml, 200mg/ml, 500mg/ml, 600mg/ml, 800mg/ml, dan 1000mg/ml
dengan pelarut etanol 96% sebagai kontrol negatif dan penisilin sebagai kontrol positif.
Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan Post Hoc Test dan uji
Mann-Whitney menunjukkan perbedaan daya hambat yang bermakna (p < 0,05) antara
berbagai konsenytrasi ekstrak jahe terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans. Hasil yang
didapatkan adalah konsentrasi yang memiliki daya hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi
1000mg/ml dengan diameter 12,3 mm. Penelitian ini membuktikan bahwa berbagai
konsentrasi ekstrak jahe memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus
viridans.
Kata kunci: Jahe, Streptococcus viridans, disc diffusion.
ABSTRACT
Sidqa Hanief. Medical Education Study Program. The Effectiveness of Ginger Extract
(Zingiber officinale Roscoe) on the Growth of Streptococcus viridans. 2013
Ginger is one of the spice plants that widely used as a traditional medicine. Essential oils and
oleoresin in Ginger have antibacterial activity against the growth of Streptococcus viridans
which is able to kill bacteria through cell membrane damage and disruption of the
coagulation process of the bacteria. Streptococcus viridans was a bacteria that can caused
respiratory infection. This research was conducted to determine the effect of ginger extract
against the growth of Streptococccus viridans by using the disc diffusion method on blood
agar. Data was analyzed by Kruskal-Wallis test, followed by Post Hoc and Mann-Whitney
test showed a significant result (p < 0,05) in which concentrations of the extract able to kill
the Streptococcus viridans effectively. The results indicated that the highest inhibitory at a
concentration of 1000mg/ml with a diameter of 12,3 mm. This research proved that the
various concentrations of the ginger extract have the ability to inhibit the growth of
Streptococcus viridans.
Key Words: Ginger, Streptococcus viridans, disc diffusion.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………...
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………
iii
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………
iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………
v
ABSTRAK…………………………………………………………………..
vii
ABSTRACT…………………………………………………………………
vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..
x
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………
xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
xiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..
2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………
3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..
5
2.1 Landasan Teori ………………………………………………………..
5
2.1.1 Jahe (Zingiber officinale Roscoe)…………………………………..
5
2.1.2 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Jahe…………………………….
7
2.1.3 Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus viridans………………….
9
2.1.3.1 Patogenesis Streptococcus viridians…………………………….
10
2.1.4 Antimikroba…………………………………………………………
11
2.1.4.1 Mekanisme Kerja………………………………………………..
12
2.1.4.2 Metode Uji………………………………………………………
12
2.2 Kerangka Konsep………………………………………………………
14
2.3 Definisi Operasional……………………………………………………
15
viii
BAB 3 METODE PENELITIAN…………………………………………….
16
3.1 Desaign Penelitian………………………………………………………
16
3.3 Bahan yang Diuji………………………………………………………..
16
3.4 Sampel Bakteri………………………………………………………….. 16
3.5 Indentifikasi Variabel…………………………………………………… 16
3.5.1 Variabel Bebas……………………………………………………….
16
3.5.1 Variabel Terikat……………………………………………………… 16
3.6 Alat dan Bahan Penelitian………………………………………………. 17
3.6.1 Alat Penelitian………………………………………………………..
17
3.6.2 Bahan Penelitian……………………………………………………..
17
3.7 Alur Penelitian…………………………………………………………..
17
3.8 Cara Kerja Penelitian……………………………………………………
18
3.8.1 Tahap Persiapan……………………………………………………… 18
3.8.2 Tahap Uji Efektivitas Ekstrak Jahe………………………………......
18
3.9 Pengelolaan Data………………………………………………………..
19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….
20
BAB 5 PENUTUP…………………………………………………………….
24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...
25
LAMPIRAN…………………………………………………………………...
27
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik Tiga Jenis Utama Jahe…………………………..
7
Tabel 2.2 Kandungan Senyawa yang terdapat dalam Jahe……………….
8
Tabel 2.3 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri………….
13
Tabel 4.1 Hasil Analisis Post Hoc dengan Menggunakan Uji MannWhitney………………………………………………………..
21
x
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.2 Diameter Rata-Rata Zona Hambat…………………………….
20
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pohon Jahe…………………………………………………..
5
Gambar 2.2 Rimpang Jahe……………………………………………….
6
Gambar 2.3 Pewarnaan Gram Positif Bakteri Streptococcus viridans…...
9
Gambar 2.4 Biakan Streptococcus viridans pada Media Agar Darah…….
10
Gambar 4.3 Efek Ekstrak Jahe terhadap Pertumbuhan Streptococcus
Viridans…………………………………………………….
22
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Bahan Uji……………………………………...
26
Lampiran 2. Hasil Ekstraksi Jahe………………………………………………. 27
Lampiran 3. Data Hasil Uji Statistik…………………………………………… 28
Lampiran 4. Alat dan Bahan……………………………………………………
46
Lampiran 5. Uji Antibakteri Jahe Terhadap Streptococcus viridans…………..
47
Lampiran 6. Riwayat Penulis…………………………………………………..
48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai penghasil rempahrempah sejak dahulu kala. Rempah-rempah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia sebagai bahan dasar untuk kebutuhan pangan bahan obat-obatan, dan
kosmetika. Bagian dari tanaman rempah-rempah yang dapat digunakan antara lain
adalah kulit, batang, akar, daun, rimpang, bunga, buah, dan biji. Tanaman jahe
salah satu tanaman jenis rempah-rempah berbentuk rimpang yang banyak
dimanfaatkan secara tradisional sebagai minuman penghangat, serta pereda batuk,
nyeri, dan diare.1,2
Saat ini, penggunaan jahe banyak dimanfaatkan untuk menangani penyakit
infeksi saluran pernapasan. Penyakit infeksi pada saluran napas merupakan
penyakit yang banyak terjadi pada masyarakat baik infeksi saluran napas atas
maupun bawah, penyakit infeksi ini sebagai salah satu penyebab utama kematian
(12,7%).3,4 Secara umum penyebab dari penyakit infeksi saluran napas adalah
mikroorganisme, namun yang terbanyak disebabkan oleh infeksi virus dan
bakteri. Bakteri Streptococcus viridans merupakan salah satu bakteri yang dapat
menginfeksi saluran napas. Penyakit infeksi ini masih menjadi masalah kesehatan
bagi masyarakat di Indonesia, melihat masih tingginya angka kejadian penyakit
infeksi yang juga menimbulkan tingginya angka kematian terutama pada bayi dan
balita.5,6 Hal tersebut, memicu para peneliti untuk mencari pengobatan alternatif
yang sekiranya dapat dijadikan pilihan yang aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Pengobatan herbal sebagai pengobatan alternatif saat ini banyak dipilih karena
memiliki efek samping yang lebih sedikit, harga yang lebih ekonomis, dan telah
lama dimanfaatkan secara tradisional sebagai bahan dasar obat-obatan.2
Upaya pemanfaatan ekstrak jahe telah banyak dilakukan oleh beberapa
penelitian baik di luar negeri maupun di Indonesia, diantaranya dilakukan oleh
Akoachere et al (2002) telah membuktikan bahwa jahe mempunyai kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan Sarah (2011) yang menguji ekstrak
jahe dengan pelarut etil asetat menunjukkan bahwa terdapat inhibitory zone pada
2
pertumbuhan
beberapa
bakteri
patogen
seperti
Staphylococus
aureus,
Streptococcus viridans, Bacillus cereus, dan Salmonella.
Kemampuan bahan aktif yang terkandung di dalam rempah-rempah
bergantung pada jenis senyawa dan konsentrasinya. Senyawa dari jahe yang
kemungkinan mempunyai aktivitas sebagai antibakteri adalah minyak atsiri,
terdiri atas senyawa-senyawa aktif sebagai berikut: β-bisabolene, β- farnesene,
sesquiphelandrene, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol,
sineol, sitral, zingiberal, felandren, vitamin A, B, dan C, serta senyawa-senyawa
flavonoid dan polifenol. Senyawa aktif tersebut mengandung senyawa fenol yang
bekerja dengan cara merusak membran plasma sel bakteri dan mengganggu proses
koagulasi sel bakteri.7
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian
mengenai efektivitas ekstrak jahe dengan menggunakan pelarut etanol yang
terbukti lebih efektif dibandingkan jenis pelarut organik lain sebagai antibakterial
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans dengan metode difusi agar.
Penelitian ini diharapkan dapat melihat potensi jahe yang selama ini dikenal dapat
bermanfaat dalam penghambatan tumbuhnya bakteri Streptococcus viridans.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah apakah terdapat pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe)
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe)
terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans.
1.3.2
Tujuan Khusus
Untuk menentukan konsentrasi ekstrak jahe (Zingiber officinale
Roscoe) yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus
viridans.
3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan.
b. Menambah pengetahuan penulis tentang obat-obat herbal terutama
tentang efek jahe (Zingiber officinale Roscoe) yang ekstraknya
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans.
c. Sebagai prasyaratan tugas dalam memperoleh gelar S.Ked (sarjana
kedokteran) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1.4.2
Bagi Institusi
a. Menambah
informasi
dan
literatur
mengenai
keilmuan
mikrobiologi.
b. Memajukan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mempublikasikan
penelitian ini.
1.4.3
Bagi Keilmuan
a. Memberikan informasi mengenai efek ekstrak jahe (Zingiber
officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
viridans.
b. Menjadi bahan referensi bagi praktisi yang tertarik dalam
penelitian mikrobiologi.
c. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe)
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans.
1.4.4
Bagi Sosial
a. Meningkatkan
pemanfaatan
bahan
alami
sebagai
tanaman
berkhasiat obat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat
dengan cara yang mudah dan ekonomis.
4
b. Memberikan pengetahuan dan masukan kepada semua kalangan
masyarakat bahwa tidak hanya penggunaan obat sintesis saja yang
dapat bersifat antibakterial, tetapi tanaman herbal juga dapat
digunakan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan dari infeksi
saluran napas atas.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
Jahe termasuk tanaman yang berasal dari daerah Asia Tropik, yang tersebar
di berbagai wilayah dari India sampai Cina. Sejak zaman Kong Hu (551-479 SM),
jahe sudah dibudidayakan di India, dan diekspor ke Cina. Di kawasan Asia,
tanaman jahe tersebar hampir di seluruh daerah tropika basah. Saat ini, tanaman
jahe dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, antara lain adalah Sumatera
Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.3,8
Gambar 2.1 Pohon Jahe
Sumber: http://yudiansyahsukmana.wordpress.com/2010/01/29/jahe-1/
Kedudukan tanaman jahe dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai
berikut.
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
6
Subfamili
: Zingiberoidae
Genus
: Zingiber
Spesies
: Zingiber officinale Roscoe
Jahe merupakan tanaman tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara 30
– 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 – 23
cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman jahe
hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang, dan berbunga. Bungan
berupa malai yang tersembul pada permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat
telur, dengan panjang lebih kurang 25 cm. Mahkota bunga berbentuk tabung,
dengan helaian agak sempit, tajam, berwarna kuning kehijauan. Rimpang jahe
memiliki bentuk yang bervariasi, mulai agak pipih sampai bulat panjang, dengan
warna putih kekuning-kuningan hingga kuning kemerah-merahan. Di Indonesia,
jahe dikenal dengan beberapa nama anatara lain halia, haliya, lea, lia, lahia, jhai,
jahi, jhahik, moyuman, beuing, hairale, masin manas, reja, pimedas, jahja, padeh,
sipode, sipadas, pege, bahing, ai manas, naije, sedap, sehi, sewe, laie, gore,
gisoro, gihori, dan yoyo.8,9
Gambar 2.2 Rimpang Jahe
Sumber: http://caramudahdiet.blogspot.com/2012/03/manfaat-jaheuntuk-kesehatan-tubuh.html
Terdapat tiga jenis jahe berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpang,
yaitu jahe gajah (Zingiber officinale Roscoe) atau jahe putih, jahe putih kecil
(Zingiber officinale Amarum) atau jahe emprit,
officinale Rubrum) atau jahe sunti.10
dan jahe merah (Zingiber
7
Tabel 2.1 Karakteristik Tiga Jenis Utama Jahe
Bagian tanaman
Jahe gajah
Jahe emprit
Jahe merah
Struktur rimpang
Besar berbuku
Kecil berlapis
Kecil berlapis
Warna irisan
Putih
Putih
Jingga muda
kekuningan
kekuningan
sampai merah
Berat per rimpang (kg)
0.18 – 2.08
0.10 – 1.58
0.20 – 1.40
Diameter rimpang (cm)
8.47 – 8.50
3.27 – 4.05
4.20 – 4.26
Kadar minyak atsiri (%)
0.82 – 1.66
1.50 – 3.50
2.85 – 3.90
Kadar pati (%)
55.10
54.70
44.99
Kadar serat (%)
6.89
6.59
-
Kadar abu (%)
6.60 – 7.57
7.39 – 8.90
7.46
Sumber: Dimodifikasi dari Rostiana dkk (1991), Sri Yuliani dan Risfaheri (1990)
diacu dalam Bermawie, dkk (1997).
2.1.2 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Jahe
Menurut Rismunandar kandungan kimiawi yang terdapat pada rimpang jahe
menentukan aroma dan kepedasan jahe. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi komposisi kimia rimpang jahe, antara lain jenis jahe, tanah dimana
jahe ditanam, umur jahe saat dipanen, pengolahan rimpang jahe, dan ekosistem
tempat jahe berada.8
Jahe memiliki kandungan minyak atsiri yang terdiri atas senyawa-senyawa
sesquiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol,
sitral, zingiberal, felandren, vitamin A, B, dan C, serta senyawa-senyawa
flavonoid dan polifenol. Substansi-substansi fenolitik berperan pada pembentukan
flavor yang dimana beberapa turunan fenolitik memberikan efek yang disebut
pungensi karena karakteristik oedas, tajam, dan sensasi menyengat. Minyak atsiri
adalah minyak dari campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan
titik didih yang berbeda, berwarna kehijauan sampai kuning, dan berbau khas
jahe. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara penyulingan dan hidrodestilasi.9,12
8
Tabel 2.2 Kandungan Senyawa yang Terdapat dalam Jahe
Kandungan senyawa dalam jahe
Senyawa
Minyak atsiri
- geranial (25,9%),
- a-zingiberen (9,5%),
- (E,E)-a-farnesen (7,6%),
- neral (7,6%),
- ar-curcumen (6,6%),
- β-sesquiphellandren (27,16%), *
- caryophyllen (15,29%), *
- β-bisabolen (11,4%) **
Etanol oleoresin jahe
- eugenol (49,8%),
- zingeron (14,5%),
- trans-6-shogaol (5,9%),
- geraniol (3,7%),
- borneol (1,9%);
Methanol oleoresin jahe
- zingeron (33,6%),
- trans-6-shogaol (14,9%),
- diacetoxy-[6]-gingerdiol (4,9%),
- decanal (3,8%),
- a-zingiberen (2,7%);
CCl4 oleoresin jahe
- zingeron (33,3%),
- trans-6- shogaol (10,4%),
- geranial (7,5%),
- neral (4,9%),
- methyldiacetoxy-[6]-gingerdione (3,5%)
Isooktan oleoresin jahe
- zingeron (30,5%),
- palmitoleic acid (10,9%),
- trans-6-shogaol (9,3%),
- palmitic acid (8,9%),
- diacetoxy-[6]-gingerdiol (3,3%)
Sumber: Singh et al. (2008); *El-Baroty et al. (2010); **Sacchetti et al. (2005)
9
Oleoresin merupakan cairan kental berwarna kuning dengan rasa pedas yang
tajam, larut dalam alkohol dan potroleum eter, dan sedikit larut dalam air.
Oleoresin mengandung senyawa aktif gingerol yang apabila selah melalui proses
penyimpanan dan pengeringan dapat berubah menjadi shogaol. Senyawa-senyawa
kimia tersebut bekerja aktif untuk merusak membran luar dan membran
sitoplasma dinding sel bakteri.11
2.1.3 Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus viridans
Streptococcus merupakan salah satu flora normal yang terdapat dalam
rongga mulut. Keberadaan bakteri tersebut tidak hanya memberikan efek yang
menguntungkan, namun dapat merugikan bagi kesehatan mulut.13
Gambar 2.3 Pewarnaan Gram Positif Bakteri Streptococcus viridans
Sumber: http://www.vitanatural.pl/paciorkowiec-ropny-anginapaciorkowcowa-ptonica-szkarlatyna
Streptococcus viridans adalah flora normal pada saluran napas atas yang
berperan untuk menjaga membran mukus. Mikroorganisme ini bersifat Gram
positif, berbentuk bulat dan tersusun dalam bentuk rantai selama pertumbuhannya.
Mikroorganisme ini termasuk alpha hemolytic, sehingga bila dilakukan
pembiakan dalam agar darah menunjukkan koloni berwarna kehijauan. Pewarnaan
Gram didapatkan gambaran bentuk bulat berwarna ungu. Streptococcus viridans
memiliki kekerabatan dengan spesies lain, seperti Streptococcus mutans,
Streptococcus
anginosus,
Streptococcus
mitis,
Streptococcus salivarius, dan Streptococcus bovis. 13, 14
Streptococcus
sanguis,
10
Gambar 2.4 Biakan Streptococcus viridans pada media Agar Darah
Sumber: http://lib.jiangnan.edu.cn/ASM/114-Introduce1.htm
Klasifikasi Streptococcus viridans menurut Bergey:
Ordo
: Eubacteriales
Famili
: Lactobacillaceae
Tribus
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Spesies
: Streptococcus viridans
Pertumbuhan pada Streptococcus viridans tidak dihambat oleh optochin dan
koloninya tidak dapat larut dalam empedu (deoxycholate). Bakteri ini dapat
mencapai aliran darah akibat trauma dan dikenal sebagai penyebab utama
endokarditis pada katub jantung yang abnormal. Selain itu, beberapa bakteri S.
viridans mensintesa polisakarida dari sukrosa dan berperan penting pada proses
pembentukan karies gigi.13
2.1.3.1 Patogenesis Streptococcus viridans
Penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi Streptococcus dapat dipengaruhi
oleh beberapa macam faktor, antara lain sifat biologik bakteri, cara host
memberikan respons, dan port d’ entree bakteri.13 Mulut merupakan organ yang
mengandung banyak bakteri, dengan Streptococcus menjadi genus dominan.
Orofaring terdapat campuran dari beberapa bakteri Streptococcus dan beberapa
spesies dari Streptococcus. Streptococcus viridans mencegah kolonisasi bakteri
lain di rongga mulut dengan menjadi lebih agresif dari mikroorganisme lain.
Berbagai
bakteri
bersaing
dengan
melakukan
mucosal
adherence
dan
11
memproduksi bakteriosin yang mempunyai efek bakterisid. Hanya sedikit yang
diketahui tentang mekanisme patogen pada Streptococcus viridans, namun
diketahui bahwa bakteri tersebut dapat menghasilkan beberapa eksotoksin dan
enzim litik, mengaktivasi komplemen, menginduksi produksi dari sitokin.15
Pada seseorang yang menjalani bedah mulut dan ekstraksi gigi memicu
terjadinya perdarahan, 30% pasien akan mengalami bakteremia yang disebabkan
oleh Streptococcus viridans.13 Streptococcus viridans adalah mikroorganisme
penyebab utama endokarditis bakterialis subakuta. Lesi ini bersifat progresif dan
bagian yang mengalami penyembuhan akan mengalami inflamasi aktif dengan
vegetasi yang terdiri atas fibrin, platelet, sel darah dan bakteri yang melekat pada
katup jantung. Menurut Refuoa, selain endokarditis dilaporkan juga dalam
penelitiannya bahwa Streptococcus viridans mempunyai peranan dalam terjadinya
dental abcesses.16
2.1.4 Antimikroba
Antimikroba merupakan substansi kimia yang berasal dari berbagai macam
mikroorganisme dalam konsentrasi rendah, namun mampu menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme
lainnya. Antibiotika
mempunyai
sifat-sifat
antibiotika, antara lain: menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host,
bersifat bakterisid, tidak ada resistensi pada bakteri, tidak bersifat alergenik, tetap
aktif dalam plasma dan eksudat, larut di dalam air dan stabil, dan bactericidal
level di dalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama.14
2.1.4.1 Mekanisme kerja antimikroba
Antimikroba yang mempunyai sifat bakteriostatik dapat menghambat
pertumbuhan bakteri dan membunuh bakteri. Terdapat beberapa mekanisme kerja
antimikroba, antara lain:
1. Antimikroba yang mempengaruhi dinding sel
Mikroorganisme memiliki dinding sel yang merupakan struktur kaku
yang terdiri dari suatu kompleks polimer mukopeptida. Dinding sel ini
menjaga tekanan osmotik di dalam bakteri, sehingga mampu mencegah
gangguan dalam sintesisnya. Antibiotika yang dapat menghambat reaksi
12
dalam proses sintesis dinding sel adalah penisilin, fosfomisin, sikloserin,
ristosetin, vankomisin dan basitrasin.13
2. Antimikroba yang merusak membran sel
Beberapa
antibiotika
yang
mampu
merusak
kehidupan
sel
mikroorganisme. Membran sel sebagai pembatas osmotik bagi difusi
antara lingkungan luar dan dalam sel. Obat seperti polimiksin yang
merupakan kelompok polipeptida sederhana yang sukar berdifusi dan
sangat toksik. 13
3. Antimikroba yang mengganggu fungsi DNA
Obat antimikroba yang berfungsi untuk merusak fungsi DNA hanya
beberapa saja yang dapat dipakai karena faktor toksisitasnya. Antimikroba
yang bekerja sesuai dengan mekanisme tersebut adalah mitosin dan asam
nalidiksat. 13
4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein
Sintesis protein pada mikroorganisme berlangsung di ribosom
dengan bantuan mRNA dan tRNA. Terdapat dua hasil akhir dari proses
sintesis protein, yaitu transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNAdependent, dan translasi atau sintesis protein yang RNA-dependent.
Antimikroba yang mampu menghambat sintesis protein adalah rifampisin,
aminoglikosida, tetrasiklin, dan kloramfenikol. 13
2.1.4.2 Metode uji antimikroba
Uji antimikroba dilakukan dengan metode difusi dan metode dilusi untuk
mengukur nilai konsentrasi hambat minimum (KHM).
A. Metode difusi
Pada metode difusi, dilakukan pengukuran daya hambat dari senyawa
antimikroba yang terkandung dalam ekstrak. Metode ini merupakan metode yang
paling umum digunakan. Metode difusi dibedakan melalui 3 cara, yaitu:
a. Metode disc diffusion
Metode ini menggunakan blank disc yang berfungsi untuk menampung
zat antimikroba. Blank disc yang mengandung zat antimikroba diletakkan di atas
13
permukaan media pertumbuhan yang telah diinokulasi. Setelah itu, diinkubasi
pada pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Hasil yang akan didapat adalah ada
tidaknya zona bening (clear zone) yang terbentuk di sekitar blank disc yang
menunjukan zona hambat pada pertumbuhan bakteri. Dari hasil yang ditunjukan,
dilakukan pengukuran dengan menggunakan penggaris. Semakin besar zona
hambat yang dihasilkan, semakin besar pula akitivitas suatu zat antimikroba.17,18
Tabel 2.3 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri
Diameter Zona Terang
Respon Hambatan Pertumbuhan
>20 mm
Kuat
16-20 mm
Sedang
10-15 mm
Lemah
<10 mm
Tidak ada
Sumber: Greenwood, 1995.
b. Metode lubang (sumuran/hole)
Pada metode ini, media agar yang sudah diinokulasikan dengan bakteri
uji kemudian dibuat lubang atau sumur. Lubang tersebut diisi ekstrak yang
mengandung zat antimikroba. Setelah semua terisi oleh zat antimikroba,
kemudian inkubasi pada waktu dan suhu optimum lalu dilakukan pengamatan
hambatan yang akan terbentuk. 17
c. Metode parit
Media pertumbuhan agar diinokulasikan dengan bakteri kemudian
dibuat sebidang parit. Parit tersebut diisi dengan ekstrak dan diinkubasi pada
waktu dan suhu optimum pertumbuhan bakteri. Setelah itu, dilakukan pengamatan
dengan melihat ada atau tidaknya hambatan yang terbentuk. 17
B. Metode dilusi
Pada metode dilusi atau pengenceran, senyawa antimikroba diencerkan
menjadi beberapa konsentrasi kemudian setiap konsentrasi tersebut dimasukkan
bakteri uji dalam media cair. Lakukan inkubasi dan lihat apakah terdapat
pertumbuhan bakteri. Pada umumnya, metode ini terbagi menjadi dua metode,
14
yaitu metode dilusi cair dan padat. Kedua metode tersebut digunakan untuk
menentukan konsentrasi hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal
(KBM) dari zat antimikroba terhadap bakteri uji. Namun, terbedakan dengan
media yang digunakan. 18
2.2 Kerangka Teori
Ekstrak Jahe
Minyak atsiri dan oleoresin
β-bisabolene, β- farnesene,
sesquiphelandrene, Gingerol,
Shagaol, Bisabolene
Merusak membran plasma sel
bakteri Streptococcus viridans
2.3 Kerangka Konsep
Ekstrak jahe
(Zingiber
officinale
Roscoe)
Koloni
Streptococcus
viridans
Pertumbuhan
koloni normal
Hambatan pada
pertumbuhan koloni
(+)
Zona hambat (+)
15
2.3 Definisi Operasional
No.
1.
Variabel
Zona hambat
Definisi
Operasional
Daerah
Alat Ukur
S.viridans
sekeliling blank
zona bersih
disc yang tidak
(clear zone)
Penggaris
Hasil Ukur
Diameter
Skala
Ukur
Numerik
ditemukan
adanya
pertumbuhan S.
viridans
2.
Konsentrasi
Jahe yang sudah
Mikro
Jumlah
ekstrak jahe
dikeringkan
pipet
ekstrak sesuai
(100mg/ml,
yang kemudian
dengan
200mg/ml,
dilarutkan
konsentrasi
500mg/ml,
dengan
pada setiap
600mg/ml,
konsentrasi yang
tabung
800mg/ml,
telah ditentukan
Kategorik
1000mg/ml)
3.
Larutan
Larutan kontrol
Mikro
Blank disc
kontrol
negatif yang
pipet
berisi etanol
negatif
berisi etanol
Kategorik
96%
96%
4.
Kontrol
Kontrol positif
positif
berupa blank
berisi
disc berisi
antibiotik
antibiotik
penisilin
penisilin
Tidak ada
Blank disc
Kategorik
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Juli
2013 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Jakarta. Proses ekstraksi jahe (Zingiber officinale
Roscoe) dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO)
Bogor.
3.3 Bahan yang Diuji
Ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) yang telah diekstraksi oleh Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.
3.4 Sampel Bakteri
Bakteri Streptococcus viridans yang diisolasi pada media Agar darah, dan
diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
3.5 Identifikasi Variabel
3.5.1 Variabel Bebas
Ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) dengan konsentrasi 100 mg/ml,
200 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 800 mg/ml, 1000 mg/ml.
`3.5.2 Variabel Terikat
Pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans dalam media pertumbuhan
Agar Darah.
17
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
Tabung reaksi, mikro pipet, vortex, bunsen, alkohol, ose, cawan petri,
penggaris, korek api, rak tabung, autoclave, baki, alumuniumfoil, swab kapas,
erlenmeyer, inkubator, penggaris, label, alat tulis, laminar air flow, tisu, pinset,
dan kamera.
3.6.2 Bahan Penelitian
Jahe, pelarut etanol 96%; pembenihan Agar darah, larutan pengencer
thioglikolat, biakan Streptococcus viridans, blank disc, blank disc berisi antibiotik
penicillin.
3.7 Alur Penelitian
Kultur bakteri Streptococcus viridans
di media Agar Darah
Pembuatan konsentrasi ekstrak jahe
Masukkan 1 ose Streptococcus
viridans ke dalam larutan thioglikolat
Timbang ekstrak jahe dengan berat
1000, 800, 600, 500, 200, dan 100
gram, masukkan ke dalam tabung
Thioglikolat dan Streptococcus
viridans divortex hingga omogen
Masukkan 1ml etanol 96% ke dalam
masing-masing tabung
Kekeruhan distandarisasi dengan
menggunakan larutan standarisasi
konsentrasi 0,5 Mac Farland
Ekstrak jahe dan etanol 96% divortex
hingga homogen
Usapkan bakteri ke media Agar Darah
dengan swab kapas steril
Blank disc diletakkan di media Agar
Darah yang telah diberi bakteri
Streptococcus viridans
Inkubasi selama 24 jam
Amati dan ukur zona hambat yang
terbentuk
Pindahkan konsentrasi ekstrak jahe
yang homogen ke cawan petri
Rendam blank disc ke dalam cawan
petri selama 10-15 menit
18
3.8 Cara Kerja Penelitian
3.8.1 Tahap Persiapan
3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat yang akan digunakan sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan
dan dibungkus dengan kertas. Setelah itu, sterilisasi dapat dilakukan dengan
menggunakan autoclave selama 15-30 menit dan kemudian mengatur tekanan
sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 121o C.
3.8.1.2 Persiapan Sampel
Jahe diperoleh dari pasar tradisional di Jakarta Timur yang homogen
sebanyak 4 kilogram. Kemudian dilakukan pembuatan ekstrak jahe di Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. Proses ekstraksi
meliputi pencucian, pegirisan, dan pengeringan. Pada jahe yang sudah meliputi
tahap pengeringan, kemudian diekstraksi melalui proses maserasi dengan pelarut
etanol 96%. Pada penelitian ini, digunakan 4 kg jahe, yang dimana setelah
mengalami proses ekstraksi didapatkan ekstrak kental sebanyak 500 gram.
3.8.1.3 Pembuatan stok bakteri
Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak bakteri,
dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni bakteri Streptococcus viridans
dalam media agar darah, kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C
di dalam inkubator.
3.8.1.4. Pembuatan stok variabel konsentrasi
Stok ekstrak jahe akan dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu konsentrasi
100 mg/ml, 200 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 800 mg/ml, dan 1000 mg/ml.
Etanol 96% digunakan sebagai kontrol negatif dan antibiotik penisilin sebagai
kontrol positif, sehingga seluruhnya berjumlah 8 variabel. Penelitian ini
dikerjakan secara triplet. Blank disc dimasukkan ke dalam masing-masing stok
variabel konsentrasi selama 10-15 menit. Kemudian masing-masing stok variabel
akan dimasukkan ke dalam 6 cawan petri (1 cawan petri akan berisi 3 blank disc
kosong, kontrol negatif dan penisilin sebagai kontrol positif) yang akan digunakan
dalam tahap pengujian selanjutnya.
19
3.8.2 Tahap uji efektivitas ekstrak jahe
Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose bakteri Streptococcus
viridans ke dalam tabung reaksi yang telah berisi thiloglikolat steril, kemudian
dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan kekeruhannya distandarisasi
dengan konsentrasi 0.5 Mac Farland. Bakteri dalam thioglikolat yang telah
terstandarisasi dioleskan pada media pertumbuhan Agar Darah (AD) dengan
menggunakan swab kapan steril. Konsentrasi ekstrak jahe kemudian dimasukkan
ke dalam cawan petri dan rendam blank disc selama ± 15 menit. Setelah dilakukan
perendaman, blank disc diletakkan di atas permukaan media pertumbuhan yang
sudah diolesi dengan campuran bakteri dan thioglikolat secara higienis di dalam
laminar air flow. Media Agar Darah kemudian diinkubasi ke dalam inkubator
pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan pengukuran diameter
zona hambat yang terbentuk sebagai area bening atau zona bersih dengan
menggunakan penggaris.
3.9 Pengelolaan data
Pada penelitian ini menggunakan data yang merupakan variable numerik
lebih dari 2 kelompok yang tidak berpasangan, sehingga analisis data
menggunakan uji One Way ANOVA (distribusi data normal dan varians data harus
homogen). Namun, jika distribusi data tidak normal, maka uji alternatif yang
dilakukan adalah uji ststistik nonparameter Kruskall-Wallis. Untuk menentukan
konsentrasi mana yang memiliki kebermaknaan maka dilakukan analisis Post Hoc
menggunakan uji Mann-Whitney.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Efek Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap Pertumbuhan
Streptococcus viridans
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji metode disc diffusion
secara triplo dengan beberapa konsentrasi ekstrak jahe (100 mg/ml, 200 mg/ml,
500 mg/ml, 600 mg/ml, 800 mg/ml, dan 1000 mg/ml). Blank disc yang telah
direndam dalam ekstrak selama 10-15 menit diletakkan pada media pertumbuhan
Agar Darah yang terinokulasi bakteri Streptococcus viridans, kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Ekstrak jahe diketahui dapat
memberikan efek menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans yang
Lebar Zona Hambat (mm)
terlihat dari terbentuknya zona hambat disekitar blank disc.
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
0,00
1
100
2
200
3
500
4600
5
800
6
1000
7K(+)
Konsentrasi Ekstrak Jahe (mg/ml)
8K(-)
Grafik 4.2 Diameter rata-rata zona hambat
Pada hasil pengamatan, didapatkan berbagai diameter zona hambat yang
terbentuk dari masing-masing konsentrasi ekstrak jahe yang digunakan. Rata-rata
diameter pada konsentrasi 100 mg/ml sebesar 6,67 mm dengan standar deviasi
0,58. Pada konsentrasi 200 mg/ml sebesar 7,67 mm dengan standar deviasi 0,58.
21
Pada konsentrasi 500 mg/ml sebesar 9 mm dengan standar deviasi 0. Pada
konsentrasi 600 mg/ml sebesar 10 mm dengan standar deviasi 0. Pada konsentrasi
800 mg/ml sebesar 11 mm dengan standar deviasi 0. Pada konsentrasi 1000
mg/ml sebesar 12,33 mm dengan standar deviasi 0,58. Pada uji kontrol positif
yang menggunakan antibiotik penisilin terbentuk zona hambat dengan rata-rata
sebesar 29,83 mm dengan standar deviasi 0,29. Pada uji kontrol negatif yang
menggunakan etanol 96% tidak terbentuk zona hambat yang memberikan arti
bahwa tidak adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
viridans.
Data penelitian diatas menunjukkan bahwa data tidak memenuhi syarat
untuk melakukan uji One-Way Annova, maka digunakan uji Kruskall-Wallis.19
Pada uji Kruskall-Wallis menunjukkan nilai signifikan atau bermakna yang mana
dapat dikatakan bermakna jika p < 0,05, sehingga diketahui bahwa berbagai
konsentrasi ekstrak jahe yang digunakkan pada penelitian ini berpengaruh
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans.
Tabel 4.1. Hasil Analisis Post Hoc dengan Menggunakan Uji Mann-Whitney
Perlakuan
Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney
Etanol
Etanol
100 mg/ml
200 mg/ml
500 mg/ml
600 mg/ml
800 mg/ml
1000 mg/ml
100
200
500
600
800
1000
Penisilin
mg/ml
mg/ml
mg/ml
mg/ml
mg/ml
mg/ml
0.034*
0.034*
0.025*
0.025*
0.025*
0.034*
0.034*
0.099
0.034*
0.034*
0.034*
0.043*
0.043*
0.034*
0.034*
0.034*
0.043*
0.043*
0.025*
0.025*
0.034*
0.034*
0.025*
0.034*
0.034*
0.034*
0.034*
0.043*
Penisilin
Keterangan: *p < 0,05
Berdasarkan hasil statistik analisis Post Hoc yang didapatkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antar setiap konsentrasi dengan penisilin
dengan indeks kepercayaan 95%. Akan tetapi terdapat konsentrasi yang tidak
memiliki perbedaan yang bermakna yaitu antar konsentrasi 100 mg/ml dan 200
22
mg/ml. Pada penelitian ini, diketahui bahwa respon yang terbentuk dari
penghambatan tumbuhnya bakteri Streptococcus viridans merupakan respon
lemah.
Pemberian ekstrak jahe berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus viridans. Diameter rata-rata zona hambat terbesar didapatkan pada
pemberian 1000 mg/ml (12,33 mm), kemudian dengan pemberian konsentrasi 800
mg/ml (10 mm) dan konsentrasi 600 mg/ml (11 mm), tetapi berbeda bila
dibandingkan dengan pemberian konsentrasi 100 mg/ml, 200 mg/ml, dan 500
mg/ml. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe mengakibatkan semakin besar
diameter rata-rata zona hambat yang terbentuk terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus viridans.
100 mg/ml
1000 mg/ml
K (+)
600 mg/ml
500 mg/ml
K (+)
K (-)
K (-)
800 mg/ml
200 mg/ml
Gambar 4.3 Efek ekstrak jahe terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans
Aktivitas antibakteri yang ditimbulkan dari pemberian ekstrak jahe dapat
dihubungkan
dengan
adanya
kandungan
senyawa-senyawa
kimia
jahe.
Kandungan utama jahe adalah seskuiterpen dan zingiberen. Komponen lainnya
termasuk β-sesquiphellandrene, bisabolene dan farnesene yang termasuk
seskuiterpen. Jahe memiliki senyawa reaktif yang disebut terpenoid, yang
menstimulasi produksi air liur dan merupakan senyawa penting dalam farmasi
(Ekam et al, 2007).
Menurut Winarto (2007) berdasarkan dari analisa kimia diketahui bahwa
tanaman jahe mengandung senyawa antara lain flavonoida, polivenol, minyak
atsiri, gingerol, limonene, oleoresin, 1,8 cineole, 10-dehydroginger dione, 6-
23
gingerdione, alpha-linolenic acid, arginine, aspartic, betha-sitosterol, caprilicacid, capcaicin, chorogenic acid, farnesal, farnese dan farnesol.20
Minyak atsiri dan oleoresin merupakan senyawa kimia yang mampu
menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dengan merusak membran
plasma bakteri, merusak sistem kerja sel, dan menyebabkan lisis pada sel bakteri.
Selain itu, struktur 3 dimensi protein terganggu sehingga menyebabkan protein
terdenaturasi. Setelah mengalami denaturasi, deret asam amino pada bakteri tetap
utuh namun tidak dapat lagi melakukan fungsinya.21
Penelitian telah dilakukan oleh Malu et al (2009) yang membuktikan bahwa
ekstrak jahe mengandung senyawa aktif yaitu zingiberene yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Pada penelitian
tersebut, jahe yang sudah dilakukan pengeringan dan penggilingan menjadi bubuk
halus dengan menggunakan electric grinder, dihasilkan serbuk jahe sebanyak 100
gram. Serbuk jahe kemudian dibagi menjadi masing-masing 20 gram dan akan
dilakukan ekstraksi dengan berbagai pelarut (n-heksana, etil asetat, etanol soxhlet,
dan air). Hasil yang didapatkan adalah adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak
jahe dengan berbagai pelarut kecuali air. Zona hambat yang terbentuk sebesar 5
mm, 5,6 mm, 7 mm, dan 0 mm.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, terdapat
perbedaan yang signifikan dengan penelitian ini. Perbedaaan yang ada
dipengaruhi oleh metode pembuatan variabel konsentrasi berupa simplisia, jenis
dan konsentrasi pelarut yang digunakan berupa n-heksana, etil asetat, etanol
soxhlet, dan air, tempat tanaman jahe diperoleh di pasar di Nigeria, dan usia panen
tanaman jahe (semakin tua tanaman jahe saat dipanen, semakin banyak
kandungan minyak atsiri di dalamnya).
Pada penelitian ini terdapat beberapa hambatan, antara lain:
1. Penggunaan media pertumbuhan Agar Darah yang baik bagi berbagai bakteri
sehingga mempermudah adanya kontaminasi.
2. Bakteri Streptococcus viridans yang tidak dapat bertahan hidup dalam waktu
yang cukup lama.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini, berdasarkan hasil uji efektivitas dan analisis statistik
dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak tanaman jahe dengan pelarut etanol 96% dapat memberikan efek
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Strptococcus viridans (p < 0,05).
2. Rata-rata efek hambat yang paling besar terdapat pada konsentrasi ekstrak
jahe 1000 mg/ml yaitu sebesar 12,33 mm, konsentrasi 800 mg/ml sebesar
11 mm, konsentrasi 600 mg/ml sebesar 10 mm, konsentrasi 500 mg/ml
sebesar 9 mm, konsentrasi 200 mg/ml sebesar 7,67 mm, dan konsentrasi
100 mg/ml sebesar 6,67 mm.
3. Efektivitas
ekstrak
jahe
(Zingiber
officinale
Roscoe)
terhadap
pertumbuhan Streptococcus viridans termasuk dalam golongan respon
lemah.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka disarankan bagi peneliti
selanjutnya:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh konsentrasi ekstrak
tanaman jahe terhadap bakteri Streptococcus viridans dengan menggunakan
konsentrasi yang lebih kecil daripada penelitian ini.
2. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang kerja antibakteri ekstrak jahe
terhadap bakteri lainnya.
3. Melakukan uji aktivitas antibakteri esktrak tanaman jahe terhadap bakteri
Streptococcus viridans secara in-vivo.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Fathia S, dkk. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Jahe (Zingiber officinale
Roscoe) Terhadap Beberapa Bakteri Patogen. Bogor: Institut Pertanian
Bogor. 2011.
2. Santoso B. Jahe. Yogyakarta: Penerbit Kanisius: 15-17.
3. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. 2005. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id.
Diakses pada: 20 Januari 2013.
4. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Saluran
Pernapasan. 2005.
5. Bisno A. Acute Pharyngitis. N Engl J Med. 2001; 344(3). Diunduh dari:
http://.www.nejm.org. Diakses pada: 14 Februari 2013.
6. Malu S, Obochi G, Tawo N, Nyong B. Antibacterial Activity And
Medicinal Properties Of Ginger (Zingiber officinale), Global Journal Of
Pure And Applied Sciences. Nigeria. 2009; Vol(3): 365-368.
7. Astuti V. Uji Antibakteri Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus
aureus Secara In Vitro. Semarang: Universitas Diponegoro. 2000.
8. Rukmana R. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Penerbit Kanisius: 12-17.
9. Miksusanti. Kajian Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Temu Kunci dan
Aplikasinya dalam Fil Edibel Antibakteri. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
2008
10. Kaushik P. Evaluation of Various Crude Extracts of Zingiber officinale
Rhizome for Potential Antibacterial Activity: A Study in Vitro. India:
Department of Botany and Microbiology, Gurukul Kangri University.
Scientific Research 2011. Diunduh di http://www.SciRP.org/journal/aim.
Diakses 16 Februari 2013.
11. Fathona D. Kandungan Gingerol dan Shogaol, Intensitas Kepedasan dan
Penerimaan Panelis terhadap Oleoresin Jahe gajah (Zingiber officinale
var. Roscoe), Jahe Emprit (Zingiber officinale var. Amarum), dan Jahe
Merah (Zingiber officinale var. Rubrum). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
2011.
12. Duke J, et al. Handbook of Medicinal Hebrs. United State of America:
CRC Press. 2000: 327-328.
26
13. Brooks GF, Butel JS, Ornston NL. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996: 327-338.
14. Chatim A, Suharto. Sterilisasi dan Desinfeksi. Dalam: Staf Pengajar
FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher: 64-69.
15. Topazian R, et al. Oral and Maxillofacial Infections. Philadelphia: W.B
Saunders Company: 33-34.
16. Refoua. A Study of Streptococcus Viridans in the Maxillofacial Region:
Original Article University of Medical Sciences Tehran. Iran:
2005;Vol(4): 174-177.
17. Kusmiyati. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Mikroalga
Porphyridium cruentum. Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong: 2007; Vol(1): 48-53.
18. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and
Chemotheraphy. United State of America: Mc Graw Hill Company. 1995.
19. Dahlan M Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika. 2009: 83-105
20. Winarto W. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal.
Karyasari Herba Media. 2007.
21. Hertiani T, et al. Effect of Indonesian Medicinal Plants Essential Oils on
Streptococcus mutans Biofilm. Yogyakarta: Faculty of Pharmacy UGM.
2011.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Identifikasi/Determinasi Bahan Uji
28
Lampiran 2
Hasil Ekstraksi Jahe
29
Lampiran 3
Data Hasil Uji Statistik
UJI NORMALITAS
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Lampiran 4
Alat dan Bahan
Media Agar Darah
Ekstrak Jahe
Etanol 96%, Ose, Pinset,
Tisu, Spirtus
Cawan Petri
Laminar Air Flow
Lemari Pendingin
Timbangan, Tabung
Reaksi, Sendok
Vortex
47
Lampiran 5
Uji Antibakteri Jahe Terhadap Streptococcus viridan
500mg/ml
100mg/ml
K (+)
200mg/ml
K (-)
1000mg/ml
600mg/ml
K (+)
800mg/ml
K (-)
48
Lampiran 6
Riwayat Penulis
Identitas
Nama
: Sidqa Hanief
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Desember 1992
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Masjid Al Munir No. 44 RT 012 RW 003, Jakarta
Timur
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
1997-1998
: TK Purwarini Jakarta
1998-2004
: SDS Angkasa 3 Jakarta
2004-2007
: SMP Negeri 81 Jakarta
2007-2010
: SMA Madania Indonesian School Bogor
2010-sekarang
: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Download