Efektivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun Oleh: Sidqa Hanief NIM: 1110103000063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Segala puji dan syukur atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah melimpahkan kekuatan, hidayah, dan petunjuk pada jalan kemudahan untuk menyelesaikan laporan penelitian ini yang berjudul “Uji Efektivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans”. Oleh karena itu, penulis haturkan ribuan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. Dr (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter, serta seluruh dosen atas bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 3. Yuliati, S.Si, M.Biomed dan Endah Wulandari, M.Biomed selaku dosen pembimbing yang membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian laporan penelitian ini. 4. dr. Intan Keumala Dewi, SpMK dan Silvia F Nasution, S.Si, M.Biomed selaku dosen penguji. 5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph. D selaku penanggungjawab riset Program Studi Pendidikan Dokter 2010, yang tidak pernah bosan untuk selalu memfollow-up pada setiap akhir modul. 6. Kedua orang tua, M. Amin Akkas dan Mahmudah yang secara khusus selalu memberikan doa dan semangat. Serta adik-adik, Hikmatul Mujadalah, Yazki Mufliha, dan Nawra Tatmainna yang menjadi penyemangat dalam menjalani laporan penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. 7. Karlina Sari Sujana, Rina Karina, Nida Khofia, dan Mutia Oktavia selaku teman satu tim riset yang selalu saling memberikan bantuan dan dukungan v satu sama lain selama menjalani penelitian bersama, sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. 8. Mbak Novi dan Pak Bacok yang banyak membantu selama penelitian berlangsung di Laboratorium Mikrobiologi. Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga kekurangan maupun kekeliruan yang tak terhindarkan. Untuk itu, saran dan kritik sangat diharapkan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Demikian laporan penelitian ini dibuat, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan hidayah dan taufiq dalam setiap langkah ikhtiar yang dilakukan oleh penulis, dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan khasanah intelektual dalam meningkatkan kesejahteraan dalam bidang kesehatan. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ciputat, 10 September 2013 Sidqa Hanief vi ABSTRAK Sidqa Hanief. Program Studi Pendidikan Dokter. Efektivitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus viridans. 2013 Jahe adalah salah satu tanaman jenis rempah-rempah yang banyak dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat. Kandungan minyak atsiri dan oleoresin pada jahe, memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans, yang mampu membunuh dengan cara merusak membran plasma sel bakteri serta mengganggu proses koagulasi. Streptococcus viridans merupakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit infeksi saluran napas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri pada ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans, menggunakan metode disc diffusion pada media pertumbuhan agar darah. Konsentrasi yang digunakan adalah 100mg/ml, 200mg/ml, 500mg/ml, 600mg/ml, 800mg/ml, dan 1000mg/ml dengan pelarut etanol 96% sebagai kontrol negatif dan penisilin sebagai kontrol positif. Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan Post Hoc Test dan uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan daya hambat yang bermakna (p < 0,05) antara berbagai konsenytrasi ekstrak jahe terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans. Hasil yang didapatkan adalah konsentrasi yang memiliki daya hambat tertinggi terdapat pada konsentrasi 1000mg/ml dengan diameter 12,3 mm. Penelitian ini membuktikan bahwa berbagai konsentrasi ekstrak jahe memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans. Kata kunci: Jahe, Streptococcus viridans, disc diffusion. ABSTRACT Sidqa Hanief. Medical Education Study Program. The Effectiveness of Ginger Extract (Zingiber officinale Roscoe) on the Growth of Streptococcus viridans. 2013 Ginger is one of the spice plants that widely used as a traditional medicine. Essential oils and oleoresin in Ginger have antibacterial activity against the growth of Streptococcus viridans which is able to kill bacteria through cell membrane damage and disruption of the coagulation process of the bacteria. Streptococcus viridans was a bacteria that can caused respiratory infection. This research was conducted to determine the effect of ginger extract against the growth of Streptococccus viridans by using the disc diffusion method on blood agar. Data was analyzed by Kruskal-Wallis test, followed by Post Hoc and Mann-Whitney test showed a significant result (p < 0,05) in which concentrations of the extract able to kill the Streptococcus viridans effectively. The results indicated that the highest inhibitory at a concentration of 1000mg/ml with a diameter of 12,3 mm. This research proved that the various concentrations of the ginger extract have the ability to inhibit the growth of Streptococcus viridans. Key Words: Ginger, Streptococcus viridans, disc diffusion. vii DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………… iii LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… iv KATA PENGANTAR……………………………………………………… v ABSTRAK………………………………………………………………….. vii ABSTRACT………………………………………………………………… vii DAFTAR TABEL………………………………………………………….. x DAFTAR GRAFIK………………………………………………………… xi DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xiii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1 1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….. 2 1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………… 3 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………. 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 5 2.1 Landasan Teori ……………………………………………………….. 5 2.1.1 Jahe (Zingiber officinale Roscoe)………………………………….. 5 2.1.2 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Jahe……………………………. 7 2.1.3 Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus viridans…………………. 9 2.1.3.1 Patogenesis Streptococcus viridians……………………………. 10 2.1.4 Antimikroba………………………………………………………… 11 2.1.4.1 Mekanisme Kerja……………………………………………….. 12 2.1.4.2 Metode Uji……………………………………………………… 12 2.2 Kerangka Konsep……………………………………………………… 14 2.3 Definisi Operasional…………………………………………………… 15 viii BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………………. 16 3.1 Desaign Penelitian……………………………………………………… 16 3.3 Bahan yang Diuji……………………………………………………….. 16 3.4 Sampel Bakteri………………………………………………………….. 16 3.5 Indentifikasi Variabel…………………………………………………… 16 3.5.1 Variabel Bebas………………………………………………………. 16 3.5.1 Variabel Terikat……………………………………………………… 16 3.6 Alat dan Bahan Penelitian………………………………………………. 17 3.6.1 Alat Penelitian……………………………………………………….. 17 3.6.2 Bahan Penelitian…………………………………………………….. 17 3.7 Alur Penelitian………………………………………………………….. 17 3.8 Cara Kerja Penelitian…………………………………………………… 18 3.8.1 Tahap Persiapan……………………………………………………… 18 3.8.2 Tahap Uji Efektivitas Ekstrak Jahe………………………………...... 18 3.9 Pengelolaan Data……………………………………………………….. 19 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………. 20 BAB 5 PENUTUP……………………………………………………………. 24 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 25 LAMPIRAN…………………………………………………………………... 27 ix DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Karakteristik Tiga Jenis Utama Jahe………………………….. 7 Tabel 2.2 Kandungan Senyawa yang terdapat dalam Jahe………………. 8 Tabel 2.3 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri…………. 13 Tabel 4.1 Hasil Analisis Post Hoc dengan Menggunakan Uji MannWhitney……………………………………………………….. 21 x DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 4.2 Diameter Rata-Rata Zona Hambat……………………………. 20 xi DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Pohon Jahe………………………………………………….. 5 Gambar 2.2 Rimpang Jahe………………………………………………. 6 Gambar 2.3 Pewarnaan Gram Positif Bakteri Streptococcus viridans…... 9 Gambar 2.4 Biakan Streptococcus viridans pada Media Agar Darah……. 10 Gambar 4.3 Efek Ekstrak Jahe terhadap Pertumbuhan Streptococcus Viridans……………………………………………………. 22 xii DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Identifikasi Bahan Uji……………………………………... 26 Lampiran 2. Hasil Ekstraksi Jahe………………………………………………. 27 Lampiran 3. Data Hasil Uji Statistik…………………………………………… 28 Lampiran 4. Alat dan Bahan…………………………………………………… 46 Lampiran 5. Uji Antibakteri Jahe Terhadap Streptococcus viridans………….. 47 Lampiran 6. Riwayat Penulis………………………………………………….. 48 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai penghasil rempahrempah sejak dahulu kala. Rempah-rempah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan dasar untuk kebutuhan pangan bahan obat-obatan, dan kosmetika. Bagian dari tanaman rempah-rempah yang dapat digunakan antara lain adalah kulit, batang, akar, daun, rimpang, bunga, buah, dan biji. Tanaman jahe salah satu tanaman jenis rempah-rempah berbentuk rimpang yang banyak dimanfaatkan secara tradisional sebagai minuman penghangat, serta pereda batuk, nyeri, dan diare.1,2 Saat ini, penggunaan jahe banyak dimanfaatkan untuk menangani penyakit infeksi saluran pernapasan. Penyakit infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang banyak terjadi pada masyarakat baik infeksi saluran napas atas maupun bawah, penyakit infeksi ini sebagai salah satu penyebab utama kematian (12,7%).3,4 Secara umum penyebab dari penyakit infeksi saluran napas adalah mikroorganisme, namun yang terbanyak disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Bakteri Streptococcus viridans merupakan salah satu bakteri yang dapat menginfeksi saluran napas. Penyakit infeksi ini masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di Indonesia, melihat masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi yang juga menimbulkan tingginya angka kematian terutama pada bayi dan balita.5,6 Hal tersebut, memicu para peneliti untuk mencari pengobatan alternatif yang sekiranya dapat dijadikan pilihan yang aman dikonsumsi oleh masyarakat. Pengobatan herbal sebagai pengobatan alternatif saat ini banyak dipilih karena memiliki efek samping yang lebih sedikit, harga yang lebih ekonomis, dan telah lama dimanfaatkan secara tradisional sebagai bahan dasar obat-obatan.2 Upaya pemanfaatan ekstrak jahe telah banyak dilakukan oleh beberapa penelitian baik di luar negeri maupun di Indonesia, diantaranya dilakukan oleh Akoachere et al (2002) telah membuktikan bahwa jahe mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan Sarah (2011) yang menguji ekstrak jahe dengan pelarut etil asetat menunjukkan bahwa terdapat inhibitory zone pada 2 pertumbuhan beberapa bakteri patogen seperti Staphylococus aureus, Streptococcus viridans, Bacillus cereus, dan Salmonella. Kemampuan bahan aktif yang terkandung di dalam rempah-rempah bergantung pada jenis senyawa dan konsentrasinya. Senyawa dari jahe yang kemungkinan mempunyai aktivitas sebagai antibakteri adalah minyak atsiri, terdiri atas senyawa-senyawa aktif sebagai berikut: β-bisabolene, β- farnesene, sesquiphelandrene, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal, felandren, vitamin A, B, dan C, serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Senyawa aktif tersebut mengandung senyawa fenol yang bekerja dengan cara merusak membran plasma sel bakteri dan mengganggu proses koagulasi sel bakteri.7 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai efektivitas ekstrak jahe dengan menggunakan pelarut etanol yang terbukti lebih efektif dibandingkan jenis pelarut organik lain sebagai antibakterial terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans dengan metode difusi agar. Penelitian ini diharapkan dapat melihat potensi jahe yang selama ini dikenal dapat bermanfaat dalam penghambatan tumbuhnya bakteri Streptococcus viridans. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk menentukan konsentrasi ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus viridans. 3 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani perkuliahan. b. Menambah pengetahuan penulis tentang obat-obat herbal terutama tentang efek jahe (Zingiber officinale Roscoe) yang ekstraknya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. c. Sebagai prasyaratan tugas dalam memperoleh gelar S.Ked (sarjana kedokteran) di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.4.2 Bagi Institusi a. Menambah informasi dan literatur mengenai keilmuan mikrobiologi. b. Memajukan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mempublikasikan penelitian ini. 1.4.3 Bagi Keilmuan a. Memberikan informasi mengenai efek ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. b. Menjadi bahan referensi bagi praktisi yang tertarik dalam penelitian mikrobiologi. c. Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. 1.4.4 Bagi Sosial a. Meningkatkan pemanfaatan bahan alami sebagai tanaman berkhasiat obat dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat dengan cara yang mudah dan ekonomis. 4 b. Memberikan pengetahuan dan masukan kepada semua kalangan masyarakat bahwa tidak hanya penggunaan obat sintesis saja yang dapat bersifat antibakterial, tetapi tanaman herbal juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan dari infeksi saluran napas atas. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Jahe termasuk tanaman yang berasal dari daerah Asia Tropik, yang tersebar di berbagai wilayah dari India sampai Cina. Sejak zaman Kong Hu (551-479 SM), jahe sudah dibudidayakan di India, dan diekspor ke Cina. Di kawasan Asia, tanaman jahe tersebar hampir di seluruh daerah tropika basah. Saat ini, tanaman jahe dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia, antara lain adalah Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.3,8 Gambar 2.1 Pohon Jahe Sumber: http://yudiansyahsukmana.wordpress.com/2010/01/29/jahe-1/ Kedudukan tanaman jahe dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut. Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae 6 Subfamili : Zingiberoidae Genus : Zingiber Spesies : Zingiber officinale Roscoe Jahe merupakan tanaman tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara 30 – 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 – 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang, dan berbunga. Bungan berupa malai yang tersembul pada permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur, dengan panjang lebih kurang 25 cm. Mahkota bunga berbentuk tabung, dengan helaian agak sempit, tajam, berwarna kuning kehijauan. Rimpang jahe memiliki bentuk yang bervariasi, mulai agak pipih sampai bulat panjang, dengan warna putih kekuning-kuningan hingga kuning kemerah-merahan. Di Indonesia, jahe dikenal dengan beberapa nama anatara lain halia, haliya, lea, lia, lahia, jhai, jahi, jhahik, moyuman, beuing, hairale, masin manas, reja, pimedas, jahja, padeh, sipode, sipadas, pege, bahing, ai manas, naije, sedap, sehi, sewe, laie, gore, gisoro, gihori, dan yoyo.8,9 Gambar 2.2 Rimpang Jahe Sumber: http://caramudahdiet.blogspot.com/2012/03/manfaat-jaheuntuk-kesehatan-tubuh.html Terdapat tiga jenis jahe berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpang, yaitu jahe gajah (Zingiber officinale Roscoe) atau jahe putih, jahe putih kecil (Zingiber officinale Amarum) atau jahe emprit, officinale Rubrum) atau jahe sunti.10 dan jahe merah (Zingiber 7 Tabel 2.1 Karakteristik Tiga Jenis Utama Jahe Bagian tanaman Jahe gajah Jahe emprit Jahe merah Struktur rimpang Besar berbuku Kecil berlapis Kecil berlapis Warna irisan Putih Putih Jingga muda kekuningan kekuningan sampai merah Berat per rimpang (kg) 0.18 – 2.08 0.10 – 1.58 0.20 – 1.40 Diameter rimpang (cm) 8.47 – 8.50 3.27 – 4.05 4.20 – 4.26 Kadar minyak atsiri (%) 0.82 – 1.66 1.50 – 3.50 2.85 – 3.90 Kadar pati (%) 55.10 54.70 44.99 Kadar serat (%) 6.89 6.59 - Kadar abu (%) 6.60 – 7.57 7.39 – 8.90 7.46 Sumber: Dimodifikasi dari Rostiana dkk (1991), Sri Yuliani dan Risfaheri (1990) diacu dalam Bermawie, dkk (1997). 2.1.2 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Jahe Menurut Rismunandar kandungan kimiawi yang terdapat pada rimpang jahe menentukan aroma dan kepedasan jahe. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi kimia rimpang jahe, antara lain jenis jahe, tanah dimana jahe ditanam, umur jahe saat dipanen, pengolahan rimpang jahe, dan ekosistem tempat jahe berada.8 Jahe memiliki kandungan minyak atsiri yang terdiri atas senyawa-senyawa sesquiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal, felandren, vitamin A, B, dan C, serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Substansi-substansi fenolitik berperan pada pembentukan flavor yang dimana beberapa turunan fenolitik memberikan efek yang disebut pungensi karena karakteristik oedas, tajam, dan sensasi menyengat. Minyak atsiri adalah minyak dari campuran zat yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda, berwarna kehijauan sampai kuning, dan berbau khas jahe. Minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara penyulingan dan hidrodestilasi.9,12 8 Tabel 2.2 Kandungan Senyawa yang Terdapat dalam Jahe Kandungan senyawa dalam jahe Senyawa Minyak atsiri - geranial (25,9%), - a-zingiberen (9,5%), - (E,E)-a-farnesen (7,6%), - neral (7,6%), - ar-curcumen (6,6%), - β-sesquiphellandren (27,16%), * - caryophyllen (15,29%), * - β-bisabolen (11,4%) ** Etanol oleoresin jahe - eugenol (49,8%), - zingeron (14,5%), - trans-6-shogaol (5,9%), - geraniol (3,7%), - borneol (1,9%); Methanol oleoresin jahe - zingeron (33,6%), - trans-6-shogaol (14,9%), - diacetoxy-[6]-gingerdiol (4,9%), - decanal (3,8%), - a-zingiberen (2,7%); CCl4 oleoresin jahe - zingeron (33,3%), - trans-6- shogaol (10,4%), - geranial (7,5%), - neral (4,9%), - methyldiacetoxy-[6]-gingerdione (3,5%) Isooktan oleoresin jahe - zingeron (30,5%), - palmitoleic acid (10,9%), - trans-6-shogaol (9,3%), - palmitic acid (8,9%), - diacetoxy-[6]-gingerdiol (3,3%) Sumber: Singh et al. (2008); *El-Baroty et al. (2010); **Sacchetti et al. (2005) 9 Oleoresin merupakan cairan kental berwarna kuning dengan rasa pedas yang tajam, larut dalam alkohol dan potroleum eter, dan sedikit larut dalam air. Oleoresin mengandung senyawa aktif gingerol yang apabila selah melalui proses penyimpanan dan pengeringan dapat berubah menjadi shogaol. Senyawa-senyawa kimia tersebut bekerja aktif untuk merusak membran luar dan membran sitoplasma dinding sel bakteri.11 2.1.3 Morfologi dan Klasifikasi Streptococcus viridans Streptococcus merupakan salah satu flora normal yang terdapat dalam rongga mulut. Keberadaan bakteri tersebut tidak hanya memberikan efek yang menguntungkan, namun dapat merugikan bagi kesehatan mulut.13 Gambar 2.3 Pewarnaan Gram Positif Bakteri Streptococcus viridans Sumber: http://www.vitanatural.pl/paciorkowiec-ropny-anginapaciorkowcowa-ptonica-szkarlatyna Streptococcus viridans adalah flora normal pada saluran napas atas yang berperan untuk menjaga membran mukus. Mikroorganisme ini bersifat Gram positif, berbentuk bulat dan tersusun dalam bentuk rantai selama pertumbuhannya. Mikroorganisme ini termasuk alpha hemolytic, sehingga bila dilakukan pembiakan dalam agar darah menunjukkan koloni berwarna kehijauan. Pewarnaan Gram didapatkan gambaran bentuk bulat berwarna ungu. Streptococcus viridans memiliki kekerabatan dengan spesies lain, seperti Streptococcus mutans, Streptococcus anginosus, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarius, dan Streptococcus bovis. 13, 14 Streptococcus sanguis, 10 Gambar 2.4 Biakan Streptococcus viridans pada media Agar Darah Sumber: http://lib.jiangnan.edu.cn/ASM/114-Introduce1.htm Klasifikasi Streptococcus viridans menurut Bergey: Ordo : Eubacteriales Famili : Lactobacillaceae Tribus : Streptococcaceae Genus : Streptococcus Spesies : Streptococcus viridans Pertumbuhan pada Streptococcus viridans tidak dihambat oleh optochin dan koloninya tidak dapat larut dalam empedu (deoxycholate). Bakteri ini dapat mencapai aliran darah akibat trauma dan dikenal sebagai penyebab utama endokarditis pada katub jantung yang abnormal. Selain itu, beberapa bakteri S. viridans mensintesa polisakarida dari sukrosa dan berperan penting pada proses pembentukan karies gigi.13 2.1.3.1 Patogenesis Streptococcus viridans Penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi Streptococcus dapat dipengaruhi oleh beberapa macam faktor, antara lain sifat biologik bakteri, cara host memberikan respons, dan port d’ entree bakteri.13 Mulut merupakan organ yang mengandung banyak bakteri, dengan Streptococcus menjadi genus dominan. Orofaring terdapat campuran dari beberapa bakteri Streptococcus dan beberapa spesies dari Streptococcus. Streptococcus viridans mencegah kolonisasi bakteri lain di rongga mulut dengan menjadi lebih agresif dari mikroorganisme lain. Berbagai bakteri bersaing dengan melakukan mucosal adherence dan 11 memproduksi bakteriosin yang mempunyai efek bakterisid. Hanya sedikit yang diketahui tentang mekanisme patogen pada Streptococcus viridans, namun diketahui bahwa bakteri tersebut dapat menghasilkan beberapa eksotoksin dan enzim litik, mengaktivasi komplemen, menginduksi produksi dari sitokin.15 Pada seseorang yang menjalani bedah mulut dan ekstraksi gigi memicu terjadinya perdarahan, 30% pasien akan mengalami bakteremia yang disebabkan oleh Streptococcus viridans.13 Streptococcus viridans adalah mikroorganisme penyebab utama endokarditis bakterialis subakuta. Lesi ini bersifat progresif dan bagian yang mengalami penyembuhan akan mengalami inflamasi aktif dengan vegetasi yang terdiri atas fibrin, platelet, sel darah dan bakteri yang melekat pada katup jantung. Menurut Refuoa, selain endokarditis dilaporkan juga dalam penelitiannya bahwa Streptococcus viridans mempunyai peranan dalam terjadinya dental abcesses.16 2.1.4 Antimikroba Antimikroba merupakan substansi kimia yang berasal dari berbagai macam mikroorganisme dalam konsentrasi rendah, namun mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotika mempunyai sifat-sifat antibiotika, antara lain: menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak host, bersifat bakterisid, tidak ada resistensi pada bakteri, tidak bersifat alergenik, tetap aktif dalam plasma dan eksudat, larut di dalam air dan stabil, dan bactericidal level di dalam tubuh cepat dicapai dan bertahan untuk waktu lama.14 2.1.4.1 Mekanisme kerja antimikroba Antimikroba yang mempunyai sifat bakteriostatik dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan membunuh bakteri. Terdapat beberapa mekanisme kerja antimikroba, antara lain: 1. Antimikroba yang mempengaruhi dinding sel Mikroorganisme memiliki dinding sel yang merupakan struktur kaku yang terdiri dari suatu kompleks polimer mukopeptida. Dinding sel ini menjaga tekanan osmotik di dalam bakteri, sehingga mampu mencegah gangguan dalam sintesisnya. Antibiotika yang dapat menghambat reaksi 12 dalam proses sintesis dinding sel adalah penisilin, fosfomisin, sikloserin, ristosetin, vankomisin dan basitrasin.13 2. Antimikroba yang merusak membran sel Beberapa antibiotika yang mampu merusak kehidupan sel mikroorganisme. Membran sel sebagai pembatas osmotik bagi difusi antara lingkungan luar dan dalam sel. Obat seperti polimiksin yang merupakan kelompok polipeptida sederhana yang sukar berdifusi dan sangat toksik. 13 3. Antimikroba yang mengganggu fungsi DNA Obat antimikroba yang berfungsi untuk merusak fungsi DNA hanya beberapa saja yang dapat dipakai karena faktor toksisitasnya. Antimikroba yang bekerja sesuai dengan mekanisme tersebut adalah mitosin dan asam nalidiksat. 13 4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein Sintesis protein pada mikroorganisme berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Terdapat dua hasil akhir dari proses sintesis protein, yaitu transkripsi atau sintesis asam ribonukleat yang DNAdependent, dan translasi atau sintesis protein yang RNA-dependent. Antimikroba yang mampu menghambat sintesis protein adalah rifampisin, aminoglikosida, tetrasiklin, dan kloramfenikol. 13 2.1.4.2 Metode uji antimikroba Uji antimikroba dilakukan dengan metode difusi dan metode dilusi untuk mengukur nilai konsentrasi hambat minimum (KHM). A. Metode difusi Pada metode difusi, dilakukan pengukuran daya hambat dari senyawa antimikroba yang terkandung dalam ekstrak. Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan. Metode difusi dibedakan melalui 3 cara, yaitu: a. Metode disc diffusion Metode ini menggunakan blank disc yang berfungsi untuk menampung zat antimikroba. Blank disc yang mengandung zat antimikroba diletakkan di atas 13 permukaan media pertumbuhan yang telah diinokulasi. Setelah itu, diinkubasi pada pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Hasil yang akan didapat adalah ada tidaknya zona bening (clear zone) yang terbentuk di sekitar blank disc yang menunjukan zona hambat pada pertumbuhan bakteri. Dari hasil yang ditunjukan, dilakukan pengukuran dengan menggunakan penggaris. Semakin besar zona hambat yang dihasilkan, semakin besar pula akitivitas suatu zat antimikroba.17,18 Tabel 2.3 Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri Diameter Zona Terang Respon Hambatan Pertumbuhan >20 mm Kuat 16-20 mm Sedang 10-15 mm Lemah <10 mm Tidak ada Sumber: Greenwood, 1995. b. Metode lubang (sumuran/hole) Pada metode ini, media agar yang sudah diinokulasikan dengan bakteri uji kemudian dibuat lubang atau sumur. Lubang tersebut diisi ekstrak yang mengandung zat antimikroba. Setelah semua terisi oleh zat antimikroba, kemudian inkubasi pada waktu dan suhu optimum lalu dilakukan pengamatan hambatan yang akan terbentuk. 17 c. Metode parit Media pertumbuhan agar diinokulasikan dengan bakteri kemudian dibuat sebidang parit. Parit tersebut diisi dengan ekstrak dan diinkubasi pada waktu dan suhu optimum pertumbuhan bakteri. Setelah itu, dilakukan pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya hambatan yang terbentuk. 17 B. Metode dilusi Pada metode dilusi atau pengenceran, senyawa antimikroba diencerkan menjadi beberapa konsentrasi kemudian setiap konsentrasi tersebut dimasukkan bakteri uji dalam media cair. Lakukan inkubasi dan lihat apakah terdapat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya, metode ini terbagi menjadi dua metode, 14 yaitu metode dilusi cair dan padat. Kedua metode tersebut digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM) dari zat antimikroba terhadap bakteri uji. Namun, terbedakan dengan media yang digunakan. 18 2.2 Kerangka Teori Ekstrak Jahe Minyak atsiri dan oleoresin β-bisabolene, β- farnesene, sesquiphelandrene, Gingerol, Shagaol, Bisabolene Merusak membran plasma sel bakteri Streptococcus viridans 2.3 Kerangka Konsep Ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) Koloni Streptococcus viridans Pertumbuhan koloni normal Hambatan pada pertumbuhan koloni (+) Zona hambat (+) 15 2.3 Definisi Operasional No. 1. Variabel Zona hambat Definisi Operasional Daerah Alat Ukur S.viridans sekeliling blank zona bersih disc yang tidak (clear zone) Penggaris Hasil Ukur Diameter Skala Ukur Numerik ditemukan adanya pertumbuhan S. viridans 2. Konsentrasi Jahe yang sudah Mikro Jumlah ekstrak jahe dikeringkan pipet ekstrak sesuai (100mg/ml, yang kemudian dengan 200mg/ml, dilarutkan konsentrasi 500mg/ml, dengan pada setiap 600mg/ml, konsentrasi yang tabung 800mg/ml, telah ditentukan Kategorik 1000mg/ml) 3. Larutan Larutan kontrol Mikro Blank disc kontrol negatif yang pipet berisi etanol negatif berisi etanol Kategorik 96% 96% 4. Kontrol Kontrol positif positif berupa blank berisi disc berisi antibiotik antibiotik penisilin penisilin Tidak ada Blank disc Kategorik 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2012 sampai bulan Juli 2013 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta. Proses ekstraksi jahe (Zingiber officinale Roscoe) dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. 3.3 Bahan yang Diuji Ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) yang telah diekstraksi oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. 3.4 Sampel Bakteri Bakteri Streptococcus viridans yang diisolasi pada media Agar darah, dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. 3.5 Identifikasi Variabel 3.5.1 Variabel Bebas Ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) dengan konsentrasi 100 mg/ml, 200 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 800 mg/ml, 1000 mg/ml. `3.5.2 Variabel Terikat Pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans dalam media pertumbuhan Agar Darah. 17 3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian Tabung reaksi, mikro pipet, vortex, bunsen, alkohol, ose, cawan petri, penggaris, korek api, rak tabung, autoclave, baki, alumuniumfoil, swab kapas, erlenmeyer, inkubator, penggaris, label, alat tulis, laminar air flow, tisu, pinset, dan kamera. 3.6.2 Bahan Penelitian Jahe, pelarut etanol 96%; pembenihan Agar darah, larutan pengencer thioglikolat, biakan Streptococcus viridans, blank disc, blank disc berisi antibiotik penicillin. 3.7 Alur Penelitian Kultur bakteri Streptococcus viridans di media Agar Darah Pembuatan konsentrasi ekstrak jahe Masukkan 1 ose Streptococcus viridans ke dalam larutan thioglikolat Timbang ekstrak jahe dengan berat 1000, 800, 600, 500, 200, dan 100 gram, masukkan ke dalam tabung Thioglikolat dan Streptococcus viridans divortex hingga omogen Masukkan 1ml etanol 96% ke dalam masing-masing tabung Kekeruhan distandarisasi dengan menggunakan larutan standarisasi konsentrasi 0,5 Mac Farland Ekstrak jahe dan etanol 96% divortex hingga homogen Usapkan bakteri ke media Agar Darah dengan swab kapas steril Blank disc diletakkan di media Agar Darah yang telah diberi bakteri Streptococcus viridans Inkubasi selama 24 jam Amati dan ukur zona hambat yang terbentuk Pindahkan konsentrasi ekstrak jahe yang homogen ke cawan petri Rendam blank disc ke dalam cawan petri selama 10-15 menit 18 3.8 Cara Kerja Penelitian 3.8.1 Tahap Persiapan 3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan Seluruh alat yang akan digunakan sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan kertas. Setelah itu, sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan autoclave selama 15-30 menit dan kemudian mengatur tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu sebesar 121o C. 3.8.1.2 Persiapan Sampel Jahe diperoleh dari pasar tradisional di Jakarta Timur yang homogen sebanyak 4 kilogram. Kemudian dilakukan pembuatan ekstrak jahe di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor. Proses ekstraksi meliputi pencucian, pegirisan, dan pengeringan. Pada jahe yang sudah meliputi tahap pengeringan, kemudian diekstraksi melalui proses maserasi dengan pelarut etanol 96%. Pada penelitian ini, digunakan 4 kg jahe, yang dimana setelah mengalami proses ekstraksi didapatkan ekstrak kental sebanyak 500 gram. 3.8.1.3 Pembuatan stok bakteri Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak bakteri, dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni bakteri Streptococcus viridans dalam media agar darah, kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C di dalam inkubator. 3.8.1.4. Pembuatan stok variabel konsentrasi Stok ekstrak jahe akan dibuat dalam berbagai konsentrasi yaitu konsentrasi 100 mg/ml, 200 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 800 mg/ml, dan 1000 mg/ml. Etanol 96% digunakan sebagai kontrol negatif dan antibiotik penisilin sebagai kontrol positif, sehingga seluruhnya berjumlah 8 variabel. Penelitian ini dikerjakan secara triplet. Blank disc dimasukkan ke dalam masing-masing stok variabel konsentrasi selama 10-15 menit. Kemudian masing-masing stok variabel akan dimasukkan ke dalam 6 cawan petri (1 cawan petri akan berisi 3 blank disc kosong, kontrol negatif dan penisilin sebagai kontrol positif) yang akan digunakan dalam tahap pengujian selanjutnya. 19 3.8.2 Tahap uji efektivitas ekstrak jahe Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose bakteri Streptococcus viridans ke dalam tabung reaksi yang telah berisi thiloglikolat steril, kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vortex dan kekeruhannya distandarisasi dengan konsentrasi 0.5 Mac Farland. Bakteri dalam thioglikolat yang telah terstandarisasi dioleskan pada media pertumbuhan Agar Darah (AD) dengan menggunakan swab kapan steril. Konsentrasi ekstrak jahe kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri dan rendam blank disc selama ± 15 menit. Setelah dilakukan perendaman, blank disc diletakkan di atas permukaan media pertumbuhan yang sudah diolesi dengan campuran bakteri dan thioglikolat secara higienis di dalam laminar air flow. Media Agar Darah kemudian diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk sebagai area bening atau zona bersih dengan menggunakan penggaris. 3.9 Pengelolaan data Pada penelitian ini menggunakan data yang merupakan variable numerik lebih dari 2 kelompok yang tidak berpasangan, sehingga analisis data menggunakan uji One Way ANOVA (distribusi data normal dan varians data harus homogen). Namun, jika distribusi data tidak normal, maka uji alternatif yang dilakukan adalah uji ststistik nonparameter Kruskall-Wallis. Untuk menentukan konsentrasi mana yang memiliki kebermaknaan maka dilakukan analisis Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney. 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efek Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap Pertumbuhan Streptococcus viridans Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji metode disc diffusion secara triplo dengan beberapa konsentrasi ekstrak jahe (100 mg/ml, 200 mg/ml, 500 mg/ml, 600 mg/ml, 800 mg/ml, dan 1000 mg/ml). Blank disc yang telah direndam dalam ekstrak selama 10-15 menit diletakkan pada media pertumbuhan Agar Darah yang terinokulasi bakteri Streptococcus viridans, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Ekstrak jahe diketahui dapat memberikan efek menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans yang Lebar Zona Hambat (mm) terlihat dari terbentuknya zona hambat disekitar blank disc. 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 1 100 2 200 3 500 4600 5 800 6 1000 7K(+) Konsentrasi Ekstrak Jahe (mg/ml) 8K(-) Grafik 4.2 Diameter rata-rata zona hambat Pada hasil pengamatan, didapatkan berbagai diameter zona hambat yang terbentuk dari masing-masing konsentrasi ekstrak jahe yang digunakan. Rata-rata diameter pada konsentrasi 100 mg/ml sebesar 6,67 mm dengan standar deviasi 0,58. Pada konsentrasi 200 mg/ml sebesar 7,67 mm dengan standar deviasi 0,58. 21 Pada konsentrasi 500 mg/ml sebesar 9 mm dengan standar deviasi 0. Pada konsentrasi 600 mg/ml sebesar 10 mm dengan standar deviasi 0. Pada konsentrasi 800 mg/ml sebesar 11 mm dengan standar deviasi 0. Pada konsentrasi 1000 mg/ml sebesar 12,33 mm dengan standar deviasi 0,58. Pada uji kontrol positif yang menggunakan antibiotik penisilin terbentuk zona hambat dengan rata-rata sebesar 29,83 mm dengan standar deviasi 0,29. Pada uji kontrol negatif yang menggunakan etanol 96% tidak terbentuk zona hambat yang memberikan arti bahwa tidak adanya hambatan terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Data penelitian diatas menunjukkan bahwa data tidak memenuhi syarat untuk melakukan uji One-Way Annova, maka digunakan uji Kruskall-Wallis.19 Pada uji Kruskall-Wallis menunjukkan nilai signifikan atau bermakna yang mana dapat dikatakan bermakna jika p < 0,05, sehingga diketahui bahwa berbagai konsentrasi ekstrak jahe yang digunakkan pada penelitian ini berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Tabel 4.1. Hasil Analisis Post Hoc dengan Menggunakan Uji Mann-Whitney Perlakuan Analisis Multikomparasi dengan Uji Mann-Whitney Etanol Etanol 100 mg/ml 200 mg/ml 500 mg/ml 600 mg/ml 800 mg/ml 1000 mg/ml 100 200 500 600 800 1000 Penisilin mg/ml mg/ml mg/ml mg/ml mg/ml mg/ml 0.034* 0.034* 0.025* 0.025* 0.025* 0.034* 0.034* 0.099 0.034* 0.034* 0.034* 0.043* 0.043* 0.034* 0.034* 0.034* 0.043* 0.043* 0.025* 0.025* 0.034* 0.034* 0.025* 0.034* 0.034* 0.034* 0.034* 0.043* Penisilin Keterangan: *p < 0,05 Berdasarkan hasil statistik analisis Post Hoc yang didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar setiap konsentrasi dengan penisilin dengan indeks kepercayaan 95%. Akan tetapi terdapat konsentrasi yang tidak memiliki perbedaan yang bermakna yaitu antar konsentrasi 100 mg/ml dan 200 22 mg/ml. Pada penelitian ini, diketahui bahwa respon yang terbentuk dari penghambatan tumbuhnya bakteri Streptococcus viridans merupakan respon lemah. Pemberian ekstrak jahe berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Diameter rata-rata zona hambat terbesar didapatkan pada pemberian 1000 mg/ml (12,33 mm), kemudian dengan pemberian konsentrasi 800 mg/ml (10 mm) dan konsentrasi 600 mg/ml (11 mm), tetapi berbeda bila dibandingkan dengan pemberian konsentrasi 100 mg/ml, 200 mg/ml, dan 500 mg/ml. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak jahe mengakibatkan semakin besar diameter rata-rata zona hambat yang terbentuk terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. 100 mg/ml 1000 mg/ml K (+) 600 mg/ml 500 mg/ml K (+) K (-) K (-) 800 mg/ml 200 mg/ml Gambar 4.3 Efek ekstrak jahe terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans Aktivitas antibakteri yang ditimbulkan dari pemberian ekstrak jahe dapat dihubungkan dengan adanya kandungan senyawa-senyawa kimia jahe. Kandungan utama jahe adalah seskuiterpen dan zingiberen. Komponen lainnya termasuk β-sesquiphellandrene, bisabolene dan farnesene yang termasuk seskuiterpen. Jahe memiliki senyawa reaktif yang disebut terpenoid, yang menstimulasi produksi air liur dan merupakan senyawa penting dalam farmasi (Ekam et al, 2007). Menurut Winarto (2007) berdasarkan dari analisa kimia diketahui bahwa tanaman jahe mengandung senyawa antara lain flavonoida, polivenol, minyak atsiri, gingerol, limonene, oleoresin, 1,8 cineole, 10-dehydroginger dione, 6- 23 gingerdione, alpha-linolenic acid, arginine, aspartic, betha-sitosterol, caprilicacid, capcaicin, chorogenic acid, farnesal, farnese dan farnesol.20 Minyak atsiri dan oleoresin merupakan senyawa kimia yang mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dengan merusak membran plasma bakteri, merusak sistem kerja sel, dan menyebabkan lisis pada sel bakteri. Selain itu, struktur 3 dimensi protein terganggu sehingga menyebabkan protein terdenaturasi. Setelah mengalami denaturasi, deret asam amino pada bakteri tetap utuh namun tidak dapat lagi melakukan fungsinya.21 Penelitian telah dilakukan oleh Malu et al (2009) yang membuktikan bahwa ekstrak jahe mengandung senyawa aktif yaitu zingiberene yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. Pada penelitian tersebut, jahe yang sudah dilakukan pengeringan dan penggilingan menjadi bubuk halus dengan menggunakan electric grinder, dihasilkan serbuk jahe sebanyak 100 gram. Serbuk jahe kemudian dibagi menjadi masing-masing 20 gram dan akan dilakukan ekstraksi dengan berbagai pelarut (n-heksana, etil asetat, etanol soxhlet, dan air). Hasil yang didapatkan adalah adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak jahe dengan berbagai pelarut kecuali air. Zona hambat yang terbentuk sebesar 5 mm, 5,6 mm, 7 mm, dan 0 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan yang signifikan dengan penelitian ini. Perbedaaan yang ada dipengaruhi oleh metode pembuatan variabel konsentrasi berupa simplisia, jenis dan konsentrasi pelarut yang digunakan berupa n-heksana, etil asetat, etanol soxhlet, dan air, tempat tanaman jahe diperoleh di pasar di Nigeria, dan usia panen tanaman jahe (semakin tua tanaman jahe saat dipanen, semakin banyak kandungan minyak atsiri di dalamnya). Pada penelitian ini terdapat beberapa hambatan, antara lain: 1. Penggunaan media pertumbuhan Agar Darah yang baik bagi berbagai bakteri sehingga mempermudah adanya kontaminasi. 2. Bakteri Streptococcus viridans yang tidak dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama. 24 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada penelitian ini, berdasarkan hasil uji efektivitas dan analisis statistik dapat disimpulkan bahwa: 1. Ekstrak tanaman jahe dengan pelarut etanol 96% dapat memberikan efek hambat terhadap pertumbuhan bakteri Strptococcus viridans (p < 0,05). 2. Rata-rata efek hambat yang paling besar terdapat pada konsentrasi ekstrak jahe 1000 mg/ml yaitu sebesar 12,33 mm, konsentrasi 800 mg/ml sebesar 11 mm, konsentrasi 600 mg/ml sebesar 10 mm, konsentrasi 500 mg/ml sebesar 9 mm, konsentrasi 200 mg/ml sebesar 7,67 mm, dan konsentrasi 100 mg/ml sebesar 6,67 mm. 3. Efektivitas ekstrak jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans termasuk dalam golongan respon lemah. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka disarankan bagi peneliti selanjutnya: 1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh konsentrasi ekstrak tanaman jahe terhadap bakteri Streptococcus viridans dengan menggunakan konsentrasi yang lebih kecil daripada penelitian ini. 2. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang kerja antibakteri ekstrak jahe terhadap bakteri lainnya. 3. Melakukan uji aktivitas antibakteri esktrak tanaman jahe terhadap bakteri Streptococcus viridans secara in-vivo. 25 DAFTAR PUSTAKA 1. Fathia S, dkk. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Beberapa Bakteri Patogen. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2011. 2. Santoso B. Jahe. Yogyakarta: Penerbit Kanisius: 15-17. 3. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2005. Diunduh dari: http://www.depkes.go.id. Diakses pada: 20 Januari 2013. 4. Departemen Kesehatan RI. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Saluran Pernapasan. 2005. 5. Bisno A. Acute Pharyngitis. N Engl J Med. 2001; 344(3). Diunduh dari: http://.www.nejm.org. Diakses pada: 14 Februari 2013. 6. Malu S, Obochi G, Tawo N, Nyong B. Antibacterial Activity And Medicinal Properties Of Ginger (Zingiber officinale), Global Journal Of Pure And Applied Sciences. Nigeria. 2009; Vol(3): 365-368. 7. Astuti V. Uji Antibakteri Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Dan Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Semarang: Universitas Diponegoro. 2000. 8. Rukmana R. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Penerbit Kanisius: 12-17. 9. Miksusanti. Kajian Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Temu Kunci dan Aplikasinya dalam Fil Edibel Antibakteri. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2008 10. Kaushik P. Evaluation of Various Crude Extracts of Zingiber officinale Rhizome for Potential Antibacterial Activity: A Study in Vitro. India: Department of Botany and Microbiology, Gurukul Kangri University. Scientific Research 2011. Diunduh di http://www.SciRP.org/journal/aim. Diakses 16 Februari 2013. 11. Fathona D. Kandungan Gingerol dan Shogaol, Intensitas Kepedasan dan Penerimaan Panelis terhadap Oleoresin Jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), Jahe Emprit (Zingiber officinale var. Amarum), dan Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum). Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2011. 12. Duke J, et al. Handbook of Medicinal Hebrs. United State of America: CRC Press. 2000: 327-328. 26 13. Brooks GF, Butel JS, Ornston NL. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996: 327-338. 14. Chatim A, Suharto. Sterilisasi dan Desinfeksi. Dalam: Staf Pengajar FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher: 64-69. 15. Topazian R, et al. Oral and Maxillofacial Infections. Philadelphia: W.B Saunders Company: 33-34. 16. Refoua. A Study of Streptococcus Viridans in the Maxillofacial Region: Original Article University of Medical Sciences Tehran. Iran: 2005;Vol(4): 174-177. 17. Kusmiyati. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari Mikroalga Porphyridium cruentum. Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Cibinong: 2007; Vol(1): 48-53. 18. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and Chemotheraphy. United State of America: Mc Graw Hill Company. 1995. 19. Dahlan M Sopiyudin. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2009: 83-105 20. Winarto W. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal. Karyasari Herba Media. 2007. 21. Hertiani T, et al. Effect of Indonesian Medicinal Plants Essential Oils on Streptococcus mutans Biofilm. Yogyakarta: Faculty of Pharmacy UGM. 2011. 27 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Identifikasi/Determinasi Bahan Uji 28 Lampiran 2 Hasil Ekstraksi Jahe 29 Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik UJI NORMALITAS 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Lampiran 4 Alat dan Bahan Media Agar Darah Ekstrak Jahe Etanol 96%, Ose, Pinset, Tisu, Spirtus Cawan Petri Laminar Air Flow Lemari Pendingin Timbangan, Tabung Reaksi, Sendok Vortex 47 Lampiran 5 Uji Antibakteri Jahe Terhadap Streptococcus viridan 500mg/ml 100mg/ml K (+) 200mg/ml K (-) 1000mg/ml 600mg/ml K (+) 800mg/ml K (-) 48 Lampiran 6 Riwayat Penulis Identitas Nama : Sidqa Hanief Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Desember 1992 Agama : Islam Alamat : Jl. Masjid Al Munir No. 44 RT 012 RW 003, Jakarta Timur Email : [email protected] Riwayat Pendidikan 1997-1998 : TK Purwarini Jakarta 1998-2004 : SDS Angkasa 3 Jakarta 2004-2007 : SMP Negeri 81 Jakarta 2007-2010 : SMA Madania Indonesian School Bogor 2010-sekarang : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta