Fukushima Bagiku By Sakura on 22 March, 2011 Sakura 17 Maret 2011, 6 hari setelah gempa dan tsunami hebat di Jepang Berita gempa bumi dan tsunami yang menimpa 7 propinsi di Jepang tanggal 11 Maret lalu (propinsi terbesar yang terkena gempa bumi dan tsunami: Iwate, Sendai, Miyagi dan Fukushima) mengagetkan banyak pihak, termasuk aku. Selama hampir 10 tahun di Jepang, jujur aku tidak terlalu begitu mengenal Fukushima, hingga tahun kemarin aku mempunyai kesempatan untuk lebih mengenal Fukushima. Perkenalanku dengan Prof. Wada membawaku untuk melanjutkan tinggal di Jepang, khususnya di Fukushima. Tahun lalu akhirnya aku sudah mengunjungi Fukushima sebanyak 3 kali. Dan tahun ini rencananya aku akan memulai belajar ilmu iPS cells di lab. Prof. Wada. Ini adalah kesempatan terbesar yang aku dapatkan, untuk mempelajari ilmu baru (sejak tahun 2005) yang dikembangkan oleh Prof. Shinya Yamanaka (candidate peraih nobel tahun lalu), karena sampai saat ini tidak ada orang Indonesia yang mendalami ilmu ini. Semua literatur yang ditulis oleh dokter-dokter di Indonesia tentang iPS cells hanya sebatas teori, mereka tidak tahu dan tidak ada pengalaman secara teknik. Inilah kesempatanku. “I love Japan”, hanya itu yang bisa kukatakan, kenapa aku melarikan diri dari sebuah institut penelitian di Indonesia dan menolak tawaran sebagai dosen di Indonesia. Apa pun yang terjadi dengan Jepang, tekadku tetap bulat, untuk tetap bertahan di Jepang sampai kelak kami (aku dan Brandon) pindah ke Amerika. Aku mempunyai alergi pollen (hay fever atau kafunsho dalam bahasa Jepang) yang menyerangku setiap memasuki musim semi (bulan Maret) dan musim gugur (bulan Oktober), dan kebetulan sampai hari kemarin alergi tersebut masih hebat menyerangku hingga bersin sampai 32 kali dalam sehari, meskipun aku telah minum obat dan istirahat cukup. Shizuoka dareah pegunungan, hay feverku cukup parah di sini, dan aku tahu kelak di Fukushima pun alergi ini tidak akan stop, karena di sana pun daerah pegunungan. Fukushima daerahnya jauh lebih dingin dibandingkan Shizuoka. Dan sampai hari ini pun, para pengungsi di sana masih dalam kondisi memprihatinkan di tengah cuaca dingin bersalju (menurut ramalan cuaca, besok di sana minimum T mencapai -3 degree C dan maximum hanya mencapai 6 degree C). Bahkan bagi orang Jepang di Shizuoka, Fukushima dikenal sebagai daerah dingin, mereka sering berkata kepadaku,”Lies-san, Fukushima dingin lho”. Jawabku, “Kalau orang-orang di sana bisa bertahan, kelak aku pun bisa bertahan, bagiku, Fukushima hanya sebagai tempat adaptasi sementara dari dinginnya winter, sebelum aku kelak pindah ke daerah yang super dingin di Minnesota”. Tentu saja jawabanku cuma bisa bikin bengong mereka. Ya, aku kelak akan pindah ke MN, ke tempat Brandon. Dan sekarang, tiba-tiba gempa bumi dan tsunami serta masalah reaktor nuklir mengguncang Fukushima, apakah itu akan menyurutkan langkahku untuk pindah? Jawabanku, “SAMA SEKALI TIDAK!”. Aku tidak pernah khawatair untuk pindah ke sana, yang aku khawatirkan saat ini cuma 1, sarana transportasi (jalan) dari Shizuoka ke Fukushima apakah akan pulih dalam minggu depan, sebab aku akan pindah ke Fukushima akhir bulan ini. Segala yang telah terjadi di bumi ini, termasuk di Jepang adalah takdir Tuhan. Kalau Tuhan menghendaki kita selamat, kita pasti akan selamat, meski di daerah berbahaya sekali pun. Dan jika Tuhan menghendaki kita wafat, kita akan wafat meski di daerah paling nyaman sekali pun. Dan satu lagi yang aku yakin dan percayai, orang Jepang adalah tipe manusia-manusia hebat, dalam waktu singkat aku yakin segalanya akan menjadi pulih, termasuk masalah reaktor nuklir saat ini di Fukushima. Dari beberapa wawancara dengan para pengungsi (melalui TV), mereka selalu mengatakan, “kore kara mata hajimarimasu” (mulai sekarang saya akan memulai hidup lagi), dan kata-kata itu bukan hanya diucapkan oleh anak-anak muda, tetapi diucapkan oleh mereka yang usia 50 tahun ke atas. Betapa masayarakat Jepang mempunyai semangat yang tinggi untuk kembali membangun daerahnya, setelah dihantam gempa bumi dan tsunami, mereka tidak menyerah, dan usia pernah tidak menjadi halangan. Aku yakin, pertama dengan modal semangat dan tekad, Jepang akan menjadi pulih kembali secepatnya. Bagiku, meski Fukushima saat ini dalam berita-berita yang mengkhawatirkan, tetapi mimpi kami tidak akan pupus tentang Fukushima. Sebenarnya bukan hanya aku yang berencana untuk pindah ke Fukushima, Brandon juga, setelah dia ambil exam.nya, kalau bisa di pun sangat berkeinginan untuk mengambil residence di Fukushima. Ini lah mimpi kami. Memulai hidup yang lebih dekat bersama di Fukushima setelah 2 tahun dalam long distance relationship. Memang rencana di masa depan, kami ingin tinggal di USA, akan kembali ke MN, di tempat Brandon sekarang. Tapi selama aku masih ada di Jepang, dia pun ingin pindah ke Jepang untuk sementara waktu. Dia juga sangat suka Jepang. Hampir 40% belahan dunia dia telah kelilingi dan tinggali, termasuk bertahun-tahun lamanya seperti di Perancis, Amerika, Jepang dan Rusia, tetapi di pun selalu mengatakan “Japan is the best country for me”. So, bagi kami, kembali lagi, hanya ada satu jawaban, “We love Japan”. Bersama masyarakat Jepang, khususnya masyarakat Fukushima, kami juga akan memulai membangun mimpi baru di Fukushima, setelah gempa bumi dan tsunami ini. Tidak akan ada hal yang akan menyurutkan langkahku dan Brandon untuk pindah ke Fukushima, sebab “We love Japan”. 20 Maret 2011, 9 hari setelah bencana tersebut Sekitar 7600 orang meninggal dan sudah diidentifikasi. Orang yang hilang mencapai 12000 orang. Pengungsi bertambah menjadi 350 000 orang, disebabkan ketakutan terhadap efek radiasi, banyak orang dalam radius s/d Tokyo mengungsi ke lain propinsi yang jauh, hingga sampai ke Okinawa. Para pengungsi di lokasi dekat reaktor nuklir sungguh memilukan, setelah terkena gempa hebat dan hantaman tsunami, mereka mengungsi dalam kondisi dingin beku, kurang makanan minuman, tanpa sarana listrik, air dan gas, sekarang mereka dalam evakuasi dipindahkan ke propinsi lain. Benar-benar pukulan 3 kali: hilang keluarga dan harta benda, menyelamatkan diri dalam kondisi minim masih terkena pukulan pengaruh efek radiasi. Jepang masih mengevakuasi kondisi berbahaya dalam radius 30 km, sedangkan US mengatakan dalam radius 80 km harus diungsikan. Orang asing sudah berbondong-bondong meninggalkan Jepang. Kantor imigrasi di mana-mana penuh, mengantri berjam-jam untuk mengambil temporary re-entry permit. Reaktor nuklir masih belum mencapai perkembangan berarti. Tank reaktor no.3 dan no.4 masih dalam kondisi berbahaya, meski sudah sekitar 600 ton air diisikan ke pool raktor-reaktor tsb. Pemerintah Jepang meningkatkan level bahaya menjadi level 5. Setara dengan Three Mile accident. Sedangkan pemerintah US sudah menempatkan level bahaya pada level 6, di bawah Chernobyl (level 7). OMG….saya sendiri dalam masalah, nggak punya tempat untuk tinggal untuk 1 bulan April, meski apartment yang di Fukushima sudah ready tapi nggak mungkin pindah ke sana, di samping jalan highway masih tertutup, profesorku menyarankan untuk tidak datang sampai awal Mei. Sedangkan aku nggak bisa mendapatkan perpanjangan stay di perumahan dosen di Shizuoka Uni., krn statusku bukan lagi karyawan di sini sampai akhir Maret ini. Mana ada Moonshine kucingku yang harus pikirkan, di mana dia harus tinggal….Semoga Moonshine juga dapat dibalikin dulu ke shelter di Shiga selama April. 21 Maret 2011, 10 hari setelah bencana tersebut Dilaporkan sebanyak 8600 orang yang wafat telah teridentifikasi, sedangkan jumlah orang hilang (termasuk yang wafat dan belum bisa diidentifikasi) mencapai 201 000 orang. Jumlah pengungsi diperkirakan masih terus bertambah, akibat ketakutan terhadap efek radiasi. Berita-berita di TV melaporkan bahwa setelah 10 hari ditemukan seorang nenek (80 tahun) bersama cucu laki-lakinya (16 tahun) dalam keadaaan hidup di tengah hancurnya rumah mereka, setelah mereka bertahan dengan sisa-sisa makanan dan minuman dari sebuah kulkas mereka yang ikut mengambang dan tersangkut di dekat mereka. Sebenarnya nenek tersebut kondisi kakinya lemah dan tidak bisa berjalan dengan sehat sebelum bencana terjadi, dan sang cucu kakinya tertimpa bangunan rumah sehingga tidak bisa berjalan ketika diketemukan oleh regu penolong. Tetapi inilah sekali lagi bukti kekuasaan Tuhan, mereka masih bisa bertahan hidup selama 10 hari dan makan makanan dingin dari kulkas yang tersangkut, yogurt, coca cola dan softdrink. Dalam kedaaan dingin bersalju, kaki terluka dan tidak sehat, mereka masih bisa bertahan, sungguh suatu berkah Tuhan, bahkan dokter-dokter di rumah sakit mengatakan, “ini sesuatu yang di luar logika kami”. Ketika gempa dan tsunami terjadi, mereka sedang menyiapkan makanan di dapur dan tiba-tiba bencana datang hingga mereka terkepung dalam bangunan dan berhasil naik ke atas “yane” (bagian atas bangunan rumah yang biasanya digunakan untuk menjemur pakaian). Keadaan reaktor nuklir masih dalam kondisi bahaya. Kemarin bahkan diberitakan bahwa susu dan sayuran mulai terkena efek radiasi nuklir, meskipun dalam level sangat kecil, tetapi sedikitnya membutuhkan inspeksi selama 1 tahun sampai efek radiasi bisa hilang dari makanan. Reaktor no.1 dan 2 telah aliran listriknya telah berhasil dimatikan, tetapi secara keseluruhan masih dalam kondisi bahaya. Aku sendiri, akhirnya memutuskan bertahan di Jepang dalam 1 bulan (bulan April) sebelum rencana pindah ke Fukushima awal bulan Mei. Jika dalam bulan Mei keadaan reaktor masih buruk, aku akan pikirkan lagi langkah selanjutnya bagiku, sebab bertahan berbulan-bulan di Jepang tanpa perkerjaan juga tidak baik bagiku, uangku akan habis. Demi Moonshine juga, aku bertahan di Jepang, aku tidak tega melepas dia di shelter selama sebulan jika aku balik ke Indonesia bulan April. Bagaimana pun, Moonshine adalah keluargaku dan sahabatku yang telah menemaniku selama 1 tahun di Jepang, membuatku tidak kesepian karena aku bercakap-cakap dengannya. Bagaimana mungkin aku tega melepas dia ke shelter selama sebulan, meski di sana dia akan berada dalam perawatan yang baik dan bersama kucing-kucing lain, tetapi dia sudah terbiasa tidur bersamaku dan makan dari tanganku langsung, dia juga selalu menungguku di depan pintu ketika aku pulang dan menungguku di depan pintu kamar mandi ketika aku mandi. Seekor kucing yang setia harus aku perjuangkan juga supaya bisa tetap bersamaku. Tidak mungkin membawa Moonshine ke Indonesia secara tiba-tiba, dia harus masuk karantina dulu berbulan-bulan, lebih baik aku di Jepang bersamanya. Sekarang aku sedang mencari sebuah apartment yang bisa menampungku dan Moonshine selama 1 bulan (suatu hal yang sulit di Jepang, karena umumnya sewa kontrak apartment minimum adalah 6 bulan), tapi semoga Tuhan memberkatiku untuk mendapatkannya. Barang-barang rumahku, semuanya aku akan masukkan ke apartment temanku selama di ada di negaranya selama 1 bulan (bulan April). Tuhan memberkatiku untuk hal ini, dia berbaik hati menolongku. Untuk pertama kalinya aku melihat wajahku begitu sedih dan pucat hampir menangis di depan cermin. Tetapi aku harus kuat, aku harus bisa bertahan. Semoga Jepang akan kembali pulih sehingga aku bisa berangkat ke Fukushima bulan Mei nanti. Foto-foto: REUTERS, DIGITAL GLOBE Fukushima Nuclear Plants Update By Sakura on 25 March, 2011 Sakura EFEK RADIASI FUKUSHIMA NUCLEAR PLANTS TIDAK PERLU DICEMASKAN DAN DITAKUTKAN 24 Maret 2011 Saya perlu menulis ini, untuk memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dan seterangterangnya kepada seluruh masyarakat Indonesia yang berada di Jepang khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa efek radiasi dari nuclear plants Fukushima masih jauh sekali dari kadar yang ditetapkan internasional. Pada tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya pernah menuliskan bahwa efek radiasi telah diketemukan di dalam susu, sayuran “horenshou” dan air ledeng. Saya menulis, para peternak diminta untuk membuang produksi susu segar, dan kerugian mencapai ratusan liter susu segar oleh seorang peternak susu sapi. Mohon untuk tidak membuat salah tafsir dari tulisan saya tersebut, bahwa meskipun pemerintah Jepang melakukan hal ini, bukan berarti bahwa radiasi yang terkandung di dalam susu segar itu berbahaya, semua kadar radiasi yang telah diketemukan, masih jauh di bawah batas kontaminasi radiasi secara internasional. Pertimbangan pemerintah Jepang adalah “LEBIH BAIK MENGHILANGKAN BARANG-BARANG TERSEBUT DARI MASYARAKAT” meskipun kadarnya sangat kecil sekali. Jadi BUKAN KARENA KADAR EFEK RADIASINYA MEMBAHAYAKAN. Akan saya jelaskan lebih detail di bawah. 1. Fukushima Nuclear Plants berbeda dengan Chernobyl Nuclear Plants Pertama-tama yang harus saya jelaskan, bahwa Fukushima Nuclear Plants berbeda dengan Chernobyl Nuclear Plants (yang mengalami kecelakaan pada tahun 1986, Chenobyl Nuclear Plant sekarang berada dalam wilayah negara Ukraina). Prinsip kerja reaktor nuklir di Fukushima: Reaktor nuklir di Fukushima disebut sebagai Boiling Water Reactors (BWR). Boiling Water Reactors serupa dengan pressure cooker. Radioaktif uranium ditrap berada dalam air. Reaksi pembelahan inti dari radiokatif uranium menghasilkan panas, panas ini mengakibatkan air menjadi panas dan menguap. Selanjutnya aliran uap air yang panas ini digunakan untuk menggerakkan turbin generator, selanjutnya turbin generator akan menghasilkan listrik. Uap air didinginkan dan dikondensasikan kembali menjadi air, kemudian air ini akan teralir kembali ke dalam tank yang berisi uranium tadi. The pressure cooker operates at about 250°C. Fundamentals of nuclear reactions: The uranium fuel generates heat by nuclear fission. Big uranium atoms are split into smaller atoms. That generates heat plus neutrons (one of the particles that forms an atom). When the neutron hits another uranium atom, that splits, generating more neutrons and so on. That is called the nuclear chain reaction. Pada Fukushima reaktor nuklir, uranium akan membelah (meluruh) menjadi intermediatenya, yaitu cesium dan iodium. Cesium dan iodium merupakan 2 isotop yang tidak lagi bersifat radioaktif dan mempunyai waktu luruh yang jauh lebih pendek dibandingkan uranium. Perbedaan dengan Nuclear Plant di Chernobyl: In Chernobyl, the explosion was caused by excessive pressure buildup, hydrogen explosion and rupture of all containments, propelling molten core material into the environment (a “dirty bomb”). Chernobyl tidak menggunakan air untuk mentrap bahan bakar radiokatif, tetapi mereka menggunakan hidrogen, yang jelas-jelas lebih membahayakan. Fukushima nuclear plant tidak akan mengalami hal seperti Chernobyl. Why that did not and will not happen in Japan, further below. In order to control the nuclear chain reaction, the reactor operators use so-called “moderator rods”. The moderator rods absorb the neutrons and kill the chain reaction instantaneously. A nuclear reactor is built in such a way, that when operating normally, you take out all the moderator rods. The coolant water then takes away the heat (and converts it into steam and electricity) at the same rate as the core produces it. And you have a lot of leeway around the standard operating point of 250°C. The challenge is that after inserting the rods and stopping the chain reaction, the core still keeps producing heat. The uranium “stopped” the chain reaction. But a number of intermediate radioactive elements are created by the uranium during its fission process, most notably Cesium and Iodine isotopes, i.e. radioactive versions of these elements that will eventually split up into smaller atoms and not be radioactive anymore. Those elements keep decaying and producing heat. Because they are not regenerated any longer from the uranium (the uranium stopped decaying after the moderator rods were put in), they get less and less, and so the core cools down over a matter of days, until those intermediate radioactive elements are used up. This residual heat is causing the headaches right now. 2. Yang terjadi saat ini di Jepang Pada berita-berita di TV tadi malam, pada tanggal 23 Maret 2011, pemerintah Jepang telah mengumumkan bahwa di beberapa propinsi ditemukan beberapa makanan dan minuman yang terkena radiasi. Dan untuk propinsi Fukushima, ada 11 macam bahan makanan/minuman yang tercemar iodium hydride (bahasa Jepangnya “you san”). Cesium dan iodium merupakan isotop intermediate akibat peluruhan radiaoctive uranium di dalam reaktor nuklir Fukushima. Kadar iodium yang terdeteksi dalam bentuk iodium hydride (HI) atau “you san”. Sebelas macam bahan makanan dan minuman yang tercemar HI, di antaranya “horenshou” (sayuran seperti sawi), broccoli, cabbage, spinach, milk etc. Berapa banyak kadar yang diketemukan? Semua berada dalam kadar yang jauh sekali dari kadar kontaminasi yang ditetapkan secara internasional. Saya telah berusaha mencari-cari listnya lewat internet tapi list secara detail belum saya ketemukan di dalam website-website Jepang. Ada 3 jenis makanan dan minuman yang bisa dijadikan indikasi tolok ukur untuk perhitungan, yatu air, susu dan horenshou (sejenis sayuran). Air yang tercemar HI kadarnya 300 Beq (becquerel) per kg, susu sebesar 300 Bq per kg dan horenshou sebesar 200 Bq per kg. Kadar batas tercemar radiasi di dalam tubuh manusia secara intersional untuk setiap bahan makanan atau minuman adalah 50 000 micro Sv per tahun. Sekarang mari kita konversi perhitungan dari Bq menjadi Sv (Sievert). Misalnya 100 Bq, ini akan setara dengan 100 x 2,2 x (1/100 000) mSv =2.2 micro Sv. Jadi kadar HI dalam air dan susu adalah 6.6 micro Sv per kg, dan dalam horensho sebesar 4.4 micro Sv per kg. Ini suatu jumlah yang sangat kecil sekali. Sebagai perbandingan, untuk 1 kali rontgen dengan sinar X, kadar radiasinya adalah 50 micro Sv. Berapa perhitungan rata-rata jumlah konsumsi bahan makanan/minuman tersebut oleh 1 orang? Pemerintah Jepang menghitung secara rata-rata, jika untuk 1 orang mengkonsumsi air sebanyak 1700 liter per tahun, susu sebanyak 1700 kg per tahun dan horenshou sebanyak 250 kg per tahun, maka kadar radiasi yang ada dalam air yang dikonsumsi menjadi 10 100 micro SV per tahun. Demikian juga untuk susu dan horenshou, sebanyak 10 100 micro Sv per tahun. Sedangkan batasan radiasi yang dalam tubuh secara internasional sebesar 50 000 micro Sv per tahun untuk setiap jenis bahan makanan. Jadi kesmpulannya, SEMUA MASIH JAUH SEKALI DI BAWAH BATAS YANG DITETAPKAN. Dari berita TV kemarin malam, ada 23 ward di Tokyo yang dianjurkan untuk tidak mengkomsi air ledeng sebagai minuman dan menggantinya dengan air mineral dalam pet bottle. Sekarang, akan timbul pertanyaan, mengapa pemerintah Jepang MENGANJURKAN untuk tidak mengkonsumsi air ledeng sebagai minuman jika itu dinyatakan tidak berbahaya? Kembali lagi, pemerintah Jepang berprinsip, lebih baik mengkosumsi minuman yang tidak mengandung HI, daripada meminum air yang mengandung, meskipun HI yang ditemukan kadarnya sangat kecil sekali. Tetapi jika ternyata minuman mineral sulit ditemukan dan tidak ada cara lain selain mengkonsumsi air ledeng, maka itu tidak apa-apa dan tidak berbahaya. Kepada para ibu yang mempunya bayi, dianjurkan untuk menggunakan air mineral saat membuat susu buat bayi dan makanan bayi. Tetapi jika tidak ada air mineral dan mau tak mau harus menggunakan air ledeng, hal ini juga tidak apa-apa dan tidak berbahaya. Pertanyaan lain, mengapa radiasi nuklirnya di Fukushima kok yang dilarang di Tokyo? Karena air-air tanah di daerah sekitar Tokyo dan juga aliran air sungainya, semuanya dari Utara, yang berarti aliran air dari Fukushima juga akan mengalir ke daerah Tokyo meski dalam radius yang sangat jauh dari lokasi nuklir. Daerah yang lebih Selatan dari Tokyo dinyatakan tidak apa-apa, termasuk Shizuoka. Demikian catatan yang saya buat hari ini, semoga dapat mengurangi kecemasan semua temanteman Indonesia yang ada di Jepang. Kita menjadi takut karena tidak mengerti. Sekarang kita mengerti, jadi hilangkanlah ketakutan anda. Berita terbaru dari reaktor nuklir di Fukushima, bahwa kemarin sekitar pukul 4.20 sore hari keluar asap hitam dari tank no.3 di Plant I, untuk sebab yang belum diketahui sampai hari ini. Para regu pemadam kebakaran segera ditarik dari lokasi dan perkerjaan dihentikan semua begitu keluar asap hitam. Jepang terus berjuang. Pemerintah Jepang selalu berada di tengah-tengah rakyat Jepang untuk melindungi rakyat Jepang dan semua orang yang berada di dalam wilayah Jepang. Pemerintah Jepang bekerja untuk rakyat. Perdana mentri Jepang sendiri mengatakan, bahwa yang jelek harus dikatakan jelek di depat rakyat, yang baik harus dikatakan baik juga, jadi semua berita-berita yang disampaikan oleh pemerintah Jepang mengenai reaktor nuklir di Fukushima adalah hal yang benar dan tidak ditutup-tutupi. Terima kasih. Tidak ada penjarahan pasca gempa dan tsunami di Jepang By Sakura on 28 March, 2011 Sakura 26 Maret 2011 Saya tergerak untuk menulis artikel ini, setelah ada kesimpangsiuran berita di Indonesia, di mana banyak berita-berita yang mengatakan terjadi penjarahan di Jepang. Hal ini sama sekali tidak benar. Berita-berita yang salah tersebut harus diluruskan dan tidak dibenarkan untuk menulis berita tanpa berita akurat dari Jepang, hanya demi mengejar rating pembaca. Ada berita yang mengatakan, bahwa banyak barang-barang rumah para pengungsi yang dicuri dan dijarah dsetelah mereka mengungsi. Perlu saya tegaskan, hal ini SAMA SEKALI TIDAK BENAR. Sejak terjadinya gempa dan tsunami (tanggal 11 Maret 2011) hingga saat ini, tanggal 26 Maret 2011, tak satu pun ada cerita dari para pengungsi bahwa barang-barang di rumahnya kecurian, juga tidak ada beritanya di surat kabar dan TV. Hal yang sangat aneh untuk mempercayai hal tersebut, jika logika kita bisa bekerja dengan benar, dapat dibayangkan, tsunami yang mencapai ketinggian 5 m hingga 15 m telah menyeret rumah-rumah penduduk hingga tinggal pondasinya dan terseret sampai kejauhan 100 m. Ini untuk rumah yang masih bisa bertahan, sedangkan kebanyakan yang terjadi adalah rumah hancur lebur, tinggal atap rumah yang mengambang sampai ke laut. Lalu bagaimana bias dikatakan jika barang-barang di rumah kecurian? Untuk rumah-rumah yang masih utuh pun, akses jalan menuju rumah sama sekali buntu, timbunan lumpur dan pasir sedikitnya mencapai ketinggian 30 cm dan banyak sekali bangkai barang-barang, bangkai rumah dan bangkai mobil menyatu menutupi jalan. Rumah yang bisa bertahan biaanya berada berada pada permukaan tanah yang cukup tinggi, tapi aliran tsunami yang menyeret bangkai-bangkai barang-barang tersebut mengakibatkan timbunan bangkai barang-barang tersebut di tempat yang lebih tinggi. Banyak sekali ditemukan bangkai mobil di pagar rumah yang utuh dengan posisi bagian belakang mobil naik ke atas (ini karena bagian depan lebih berat karena ada mesin). Belum lagi bau menyengat dari korban-korban yang tewas dan terserat tsunami kemudian terdampar bersama tumpukan bangkai barang-barang. Logikanya, kalau anda di lokasi dan mencium bau sangat menyengat, jalan tertutup lumpur dan pasir, apakah anda masih tega mencuri barang-barang dari rumah para korban gempa? Bangsa Jepang mempunyai sikap “muri-ari” (how to understand others feeling without say anything), ini suatu karakter yang sangat bagus dan tidak dipunyai bangsa lain, mereka bukan bangsa beringas yang akan semena-mena melanggar hak asasi orang lain dengan mudah begitu ditimpa musibah (akan saya jelaskan di bawah berdasarkan pengalaman saya yang lama tinggal di Jepang). Yang sebenarnya terjadi adalah, banyak para pengungsi yang menuju rumah mereka pasca gempa, untuk membersihkan rumah dari timbunan lumpur dan pasir serta mencari barang-barang yang masih bisa dijadikan memory untuk mengenang anggota keluarga mereka yang hilang tidak diketemukan atau diketemukan dalam keadaan tewas. Dan pada malam harinya mereka balik lagi ke tempat pengungsian dan menginap di sana, karena rumah mereka masih tidak mungkin untuk ditinggali karena hancur dan porak poranda. Listrik tidak ada, gas tidak ada, air tidak ada, cuaca dingin menggigit, itulah yang mereka alami di pengungsian. Dalam pengamatan saya, saat para pengungsi membersihkan rumah mereka, mencari-cari barang sebagai kenangan, menyeret tumpukan bangkai dari pintu pagar, saat itulah pers yang tidak bertanggung jawab mengatakan bahwa telah terjadi penjarahan di rumah-rumah korban gempa dan tsunami. Banyak orang-orang pers dari luar Jepang yang ke lokasi, tapi mereka tidak dibekali bahasa Jepang yang cukup, bagaimana mereka bisa membuat kesimpulan yang salah, karena mereka tidak mewawancari para pengungsi secara langsung, hanya pandangan mata dan membandingkan Jepang dengan kondisi negara-negara lain pasca gempa (Indonesia misalnya yang terkena tsunami di Sumatra) yang mengalami penjarahan besar-besaran. Kalau anda berada di Jepang dan menyaksikan siaran-siaran TV secara langsung, anda akan kagum dengan sikap community, “muriari” dan koordinasi yang sangat kuat di dalam masyarakat Jepang. Dalam suatu rumah yang berhasil selamat, mereka malah menggelar barangbarang rumah mereka di depan rumah mereka, seperti baju-baju, coat, makanan, dengan tujuan untuk membantu sesama “silahkan ambil ini semua dengan bebas”, mereka menampung 7 keluarga sekaligus, ada 20 orang dalam 1 rumah, meskipun mereka sendiri kesulitan tanpa air, gas, listrik, tapi mereka masih mempunyai hati untuk memberikan tempat di rumah mereka bagi yang lain. Jika anda menyaksikan apa yang terjadi di lokasi pengungsian, hati anda akan begitu terenyuh melihat sikap solid bangsa Jepang, tanpa komando, beberapa orang langsung naik ke gunung/hutan dan mencari kayu untuk sarana memasak, padahal cuaca sangat dingin menggigit, yang lainnya mencari baskom dan ember, dan langsung pergi ke arah sungai untuk mencari air, pada beberapa tempat pengungsian yang tidak ada sungai, mereka beramai-ramai menyaring air kolam renang sehingga layak dimasak dan diminum, mereka menghancurkan bongkahanbongkahan es untuk dijadikan air buat keperluan toilet. Inilah karakter bangsa Jepang yang sebenarnya, mereka mengerti penderitaan orang lain, mereka tidak mengeluh, tapi berjuang untuk hidup, bukan untuk hidup diri sendiri, tapi bagaimana semua orang yang selamat di pengungsian bisa bertahan semuanya. Sangat solid kerjasamanya. Negara Jepang adalah negara yang mempunyai angka kriminalitas yang sangat kecil, ini negara yang paling aman yang pernah saya tinggali. Kalau anda ada di stasiun kereta dan sedang mengantri kereta, tetapi anda ada keperluan lain, misalnya ingin ke toilet atau membeli sesuatu, anda cukup meletakkan tas atau barang anda di tempat anda antri. Dijamin 100%, bahwa ketika anda kembali barang anda masih dalam keadaan utuh, Mereka tidak akan mengambil barang anda dan menyerobot antrian. Beda dengan di Inggris misalnya, polisi di stasiun akan langsung mengambil tas yang anda tinggalkan karena dicurigai ada bom di dalamnya. Saya sering meninggalkan rumah dalam keadaan pintu belakang rumah terbuka pada saat saya kerja di tempat lain (supaya kucing saya bisa keluar masuk rumah dengan mudah), padahal pekarangan belakang rumah saya cuma dibatasi pagar setinggi 50 cm dan langsung akses ke jalan raya, ternyata sampai saat ini pun saya tidak pernah sekali pun kecurian, dan hal ini sudah berlangsung selama 1,5 tahun. Di daerah saya tinggal, banyak sekali pohon-pohon jeruk, pohon-pohonnya sangat rendah. Ketika jeruk-jeruknya matang, tidak akan ada orang yang mencuri jeruk, sekali pun pohon jeruknya ada di pinggir jalan. Yang ada, banyak buah jeruk yang jatuh ke tanah berceceran dan busuk karena tertiup angin kencang. Dari pengalaman tinggal lama di Jepang, saya bisa katakan, bangsa Jepang bukan bangsa beringas yang akan melakukan penjarahan seperti yang banyak dilansir berita-berita yang tidak bertanggung jawab. Tidak ada pengungsi dan korban gempa dan tsunami yang kelaparan hingga beringas dan menjarah. Dari berita-berita di TV, internet dan surat kabar di Jepang sini, para pengungsi memang berada dalam kondisi minim makanan dan minuman. Seminim-minimnya, mereka sehari makan 2 kali, makan pagi dengan sepotong nasi onigiri dan secawan miso shiru (sup Jepang), dan makan malam dengan sepotong pisang dan jeruk. Tidak ada pengungsi yang tidak kebagian makan, semua dikoordinasi dengan sangat baik. Ada berita yang mengatakan bahwa mereka membobol brankas uang. Ini juga sama sekali tidak benar. Dari beberapa liputan TV, kejadian yang sebenarnya adalah, bahwa ketika tsunami tibatiba datang, petugas bank di sebuah bank sedang akan mengunci brankas, tetapi tsunami sudah datang tiba-tiba setinggi 5 m, mereka panik dan segera menyelamatkan diri, brankas lupa terkunci, dan ketika tsunami reda, mereka menemukan brankas terseret ke pintu depan bank, dan uang sebanyak 40 juta yen lenyap. Jadi, apakah ini bisa dikatakan pembobolan bank? Tsunami setinggi itu bisa bisa saja membuka brankas yang tidak terkunci dan menyeret seluruh uang dari dalam brankas. Dikatakan juga ada pembobolan ATM, duh, untuk yang satu ini, saya bisa katakan, ini sangat jahat. Yang terjadi sebenarnya adalah, banyak pos-pos surat yang box-boxnya terseret aliran tsunami. Penduduk mengangkat box-box surat tersebut, untuk mengamankan isi surat-surat tersebut di dalamnya, supaya surat-surat tersebut bisa disampaikan kepada alamat yang dituju. Mereka berkata, “Meskipun seandainya pemilik surat tidak diketahui keberadaannya sekarang, saya berharap surat dia dapat disampaikan ke alamat yang dituju sebagai pesan terakhir”. Betapa mulianya. Tetapi berita di luar sangat ironis, dikatakan bahwa mereka membobol mesin-mesin ATM. Satu lagi berita yang sangat miring, dikatakan bahwa terjadi pencurian bensin secara besarbesaran dari mobil-mobil. Keadaan yang sebenarnya, di propinsi Sendai, ada 4 orang anak muda yang tidak bertanggung jawab, mereka mencuri bensin dari mobil-mobil yang ditinggalkan para pemiliknya yang mengungsi. Memang ada pencurian bensin, tapi ini hanya 1 kasus kriminalitas, dan tidak terjadi secara menyeluruh di lokasi yang tertimpa gempa dan tsunami. Di mana pun anda berada, pasti ada orang yang jahat juga. Jika anda menghitung, 4 anak muda melakukan pencurian bensin, persentasinya kecil sekali kalau anda bandingkan dengan jumlah penduduk yang selamat dari total 4 propinsi utama yang tertimpa gempa dan tsunami hebat. Ini bukan pencurian bensin besar-besaran. Hanya 1 kasus. Dan penduduk yang bensinnya dicuri, ketika diwawancarai, mereka berkata sambil tertawa, “Hmm, apa boleh buat ya, lagi pula mobil-mobil yang selamat dan ada bensinnya di sini juga sangat sedikit”. Yang kebanyakan terjadi pasca gempa, banyak orang yang beruntung mobilnya selamat dan mempunyai bensin, mereka justru menawarkan kepada penduduk umum untuk ikut menumpang, “Ojii-san, doko he iku, issho ni notte kudasai” (Kakek, mau ke mana? Ayo ikut mobil saya), begitu yang ditawarkan seorang lelaki baya kepada seorang kakek-kakek yang jalan kaki. Kakek tersebut mengatakan, “Obat di rumah sudah habis, tadi dari rumah juga menumpang mobil tetangga sampai apotik ini, ternyata tutup, bingung juga sebenarnya mau pulang, tapi nggak ada sarana transportasi, ya mau nggak mau jalan kaki”. Bangsa Jepang adalah bangsa yang solid dan kuat community-nya terhadap sesama. Bahkan anak-anak SD di tempat pengungsian, tanpa disuruh, mereka mempunyai ide untuk memijiti orang-orang jompo di pengungsian, setiap hari selama kurang lebih 1-2 jam. Bahkan anak-anak mempunyai empati yang sangat tinggi untuk melakukan apa saja yang bisa dilakukan untuk membantu sesama. Siaran TV berkali-kali menayangkan anjuran untuk tidak menggunakan listrik berlebihan, untuk mengurangi penggunaan telepon dan email, untuk tidak membeli barang-barang yang tidak perlu. Ini sebagai wujud toleransi terhadap penduduk yang tertimpa musibah. Ketika terjadi pencemaran radiasi terhadap air ledeng dalam dosis sangat kecil dan rakyat dianjurkan untuk mengkonsumsi air mineral, supermarket-supermarket dan toko-toko yang menjual air mineral segera memasang pengumuman “setiap orang hanya boleh membeli 1 botol” dengan tujuan agar semua orang bisa kebagian air mineral secara rata. Jika ada berita musibah di negara lain, yang pertama kali dilakukan oleh pemerintah Jepang adalah segera mencari tahu, apakah ada WN Jepang di sana, jika ada, dia selamat atau tidak, dan beritanya langsung masuk TV supaya keluarga si korban segera mengetahui. Bangsa Jepang adalah bangsa yang sigap dan segera “bangun” dari keterpurukan suasana. Dari berita-berita di TV, beberapa aktivitas sudah mulai bangun, sarana air ledeng sudah mulai beroperasi di beberapa lokasi gempa. Akses highway ke Utara Jepang (ke arah Fukushima, Sendai, Miyagi) sudah mulai dibuka kembali kemarin setelah beberapa ruas jalan yang rusak paah akibat gempa berhasil diperbaiki. Sarana perumahan bagi korban gempa juga sudah mulai dibangun sejak minggu lalu. Petugas kantor pos juga sudah mulai beroperasi, mereka menjangkau penduduk yang rumahnya hancur dengan berjalan kaki. Kaisar Jepang juga secara pribadi telah mengirmkan ratusan botol susu segar buat bayi, berkarung-karung ubi dan beras buat para pengungsi. Bukan hanya pemerintah yang mulai mengaktifkan kembali sarana-sarana umum, penduduk secara individual juga melakukan apa yang mereka bisa lakukan, pemilik toko kacamata segera menyumbangkan 3000 frame dan kacamata kepada para korban gempa, para tukang cukur rambut segera terkoordinasi dan membuka jasa gratis pemotongan rambut bagi para pengungsi, pemilik toko sepeda menyumbang beratus-ratus sepeda supaya para pengungsi bisa mencari anggota keluarganya yang belum ada kabar, dengan tidak mengandalkan mobil karena stok bensin sudah habis. Seorang anak muda petugas pom bensin malah memberikan bensin gratis kepada penduduk dan mengatakan, “Pompa bensinnya hancur lebur, mesinnya juga rusak semua, saya cuma menemukan mobil tanki ini yang masih ada bensinnya, saya bagikan kepada penduduk, untuk pulang, saya sendiri juga tidak tahu, sekarang mobil tanki ini juga sudah kosong”. Ada seorang penduduk yang membuat sarana ofuro (pemandian air panas) gratis di depan pekarangan rumahnya, supaya para pengungsi bisa memberishkan diri, dia bilang, “Hati saya jadi cerah setelah mendengarkan suara anak-anak yang tertawa dan bercanda sambil mandi”. Dengan memberitakan hal-hal yang benar, sebenarnya banyak pelajaran yang bisa diambil dari keadaan yang sesungguhnya di Jepang, bagaimana solidnya kerjasamanya masyarakat Jepang menghadapi bencana dan bangun dari keterpurukan suasana. Beberapa jam setelah bencana gempa bumi dan tsunami hebat melanda Jepang, siaran di TV Jepang mengatakan “Indonesia mengatakan akan mengirimkan bantuan dengan segera. Ini adalah negara pertama yang menyampaikan pesan kepada Jepang”. Tetapi apa yang terjadi sesungguhnya? Tim SAR dan rescue yang pertama kali datang, sehari setelah bencana, adalah dari Cina. Mereka datang secara mendadak dan langsung bekerja di lokasi. Negara kedua yang mengirimkan tim recuenya adalah Jerman. Hingga hari ini pun, tidak ada kabar tim SAR dari Indonesia datang ke Jepang. Hanya ada 1 berita bagus tentang Indonesia, bahwa ada satu grup volunteers orang asing, gabungan WN Sri Lanka, Bangladesh, Pakistan dan Indonesia yang datang ke lokasi gempa dan dengan truk dan membuat masakan kare buat para pengungsi. Grup sukarelawan ini mayoritas orang Sri Lanka (30 orang) di mana WN Sri Lanka mengatakan, “Negara kami porak poranda akibat tsunami Sumatra, jadi kami bisa merasakan penderitaan yang menimpa Jepang dan ingin memberikan sedikit bantuan dengan memasak kare di sini”. Hanya itu berita bagusnya. Harapan saya cuma 1, semoga berita-berita miring di luar Jepang tidak langsung dipercayai begitu saja. Kasihan bangsa Jepang, mereka sudah ditimpa musibah, tidak perlu lagi membuat berita tidak benar untuk menjelekkan bangsa Jepang. Foto-foto: http://www.boston.com/bigpicture/ Tiga Minggu Pertama di Fukushima By Sakura on 13 May, 2011 Sakura Pada artikel saya sebelumnya, saya pernah menuliskan bahwa sebenarnya saya mempunyai rencana untuk pindah ke Fukushima-shi pada awal April lalu. Setelah mengalami penundaan selama 1 bulan untuk pindah ke Fukushima-shi akibat efek gempa 9.0 M tanggal 11 Maret lalu, akhirnya tanggal 26 April aku pindah ke Fukushima-shi. Suatu catatan tersendiri, penundaan proyek riset yang harus saya lakukan di Fukushima Medical University tidak terkait dengan efek NPP (nuclear plant power) Fukushima, tetapi lebih difokuskan kepada kekhawatiran adanya gempa besar susulan. Akan saya jelaskan di bawah ini lebih lanjut mengapa penduduk di Fukushima-shi terlihat `tenang-tenang saja` dengan efek NPP Fukushima. Perjalanan melalui highway membutuhkan waktu sekitar 7 jam, normalnya hanya 5-6 jam, tetapi karena highway dari Utsunomiya ke Fukushima masih tidak rata (`gata-gata` bahasa Jepangnya), perjalanan jadi agak lambat. Memang beberapa ruas jalan terlihat aspalnya masih baru, ada sekitar 7 ruas jalan yang mengalami kerusakan akibat gempa, semua sudah diperbaiki, tetapi beberapa pondasi jembatan tertekuk ke atas akibat gempa, perbaikan jalan tidak bisa 100% mulus seperti sedia kala. Suatu pemandangan tersendiri sepanjang jalan, melihat masih banyak atap rumah-rumah yang ditutup lembaran vynil plastic warna biru karena atap rumah rusak akibat gempa Maret lalu. Sebagaimana diberitakan di TV Jepang dan media massa Jepang lainnya, gempa-gempa susulan masih terus terjadi di area yang tertimpa gempa hebat pada Maret lalu (Sendai, Iwate, Miyage, Fukushima), bahkan sampai ke arah Selatan (Saitama, Ibaraki) dan 1-2 kali gempa selama bulan April juga masih terjadi sampai di Shizuoka. Hingga hari ini (tanggal 10 Mei), sedikitnya sehari 1-2 kali gempa susulan masih terjadi di Fukushima-shi, level gempanya tidak sebesar di daerah Hamadori (daerah pesisir pantai), di Fukushima-shi yang terletak di sebelah dalam (Nakadori) level gempanya sekitar 2-4 MW (MW adalah satuan moment magnitude scale (MMS) yang terbaru, untuk merivisi satuan gempa yang lama, yang mengikuti scale Richter (ML)). Hari pertama penyambutan kedatanganku ke Fukushima-shi adalah dari gempa 4M pada tanggal 26 April jam 3 dini hari, sekitar 1 menit. Memang saat itu saya agak khawatir, karena baru pindah, tumpukan barang-barang dalam kardus-kardus besar masih disusun ke atas dan ruangan apartment-ku ada di lantai 5, hanya beberapa kardus yang sempat dibongkar, terutama kardus yang isinya peralatan tidur. Badanku capek sekali memangku si Moonshine dalam perjalanan dari Shizuoka ke Fukushima, jadi yang penting tidur dulu pada malam pertama tiba di Fukushima-shi. Moonshine adalah kucingku seberat 6,8 kg. Semula dia saya letakkan di sebelah tempat dudukku dalam mobil, tetapi karena cerewet dan terlihat stress setalah 2 jam perjalanan, akhirnya aku pangku dia bersama box-nya sekalian supaya dia bisa lebih tenang, sambil diusap-usap, akibatnya 5 jam memangku kucing 7 kg kakiku jadi pegel. Tidak disangka ternyata malam harinya langsung mengalami gempa lagi. Segera aku turunkan tumpukan-tumpukan kardus meski mata masih mengantuk dan badan masih pegel-pegel. Penyambutan resmi dari members laboratorium baru diadakan keesokan harinya tanggal 27 April malam di restoran Italia..yummy! Tanggal 27 April pagi aku masih tidak ke luar rumah, karena masih membongkar-bongkar tumpukan kardus supaya aman dari gempa susulan. Ada gempa kecil lagi pada pagi itu, mungkin sekitar 2 Mw (tidak tahu pastinya karena saat itu TV belum disetting). Sampai aku sempat mengeluh, `gempa lagi, gempa lagi, salah `kali ya pindah ke sini`. Tapi setelah 3 minggu di sini, kok jadi `kebal` dengan gempa-gempa susulan, sampai si Moonshine juga sudah bisa cuek dan tidak masuk ke dalam rumah kalau pas berada di balcony. Karena kebetulan aktivitas laboratoium baru akan dimulai setelah liburan Golden Week (jadi setelah tanggal 5 Mei), sejak tanggal 28 April sampai 5 Mei kerjaanku cuma kelayapan seputar kota untuk pengenalan kota sambil belanja barang-barang dan bahan makanan, dan registrasi status penduduk ke City Hall Fukushima. Iseng-iseng saya tanyakan ke officer di City Hall, sudah berapa banyak orang asing yang masuk ke Fukushima-shi, dijawab, belum seorang pun, jadi cuma saya seorang yang pindah masuk ke Fukushima-shi sejak terjadinya kecelakaan NPP Fukushima. Sebagaimana diketahui, reaksi internsional cukup panik akibat kecelakaan tersebut, Amerika, Australia, dan Swedia menginstruksikan warganya untuk mengungsi di luar radius 80 km dari NPP I Fukushima. Kemudian disusul oleh Korea Selatan. Spanyol juga tidak kalah hebohnya, sampai dengan radius 120 km harus diungsikan. Dan yang wah lagi adalah Perancis, Inggris, Jerman, Swiss, Austria, Italia, Selandia Baru, Italiam Finlandia, Kenya, dan Israel, pokoke sampai Tokyo harus diungsikan, padahal Tokyo jauh sekali, berada 250 km dari NPP I Fukushima. Australia kelihatannya jadi tambah panik setelah itu, akhirnya mengeluarkan keputusan yang sama, yang di Tokyo harus mengungsi semua juga….beginilah efek kalau berita jadi simpang-siur, terjadi salah-terjemahan bahasa Jepang, atau membuat keputusan per negara. Sampai radius 80 km, masih dimaklumi, karena Amerika mengkhawatirkan efek dari tank no.2 yang sekarang bangunannya masih terlihat utuh dari luar, kemungkinan jika terjadi explosi di tank tersebut akan mengakibatkan efek yang lebih berat. Tapi kalau sampai daerah Tokyo harus diungsikan tanpa dasar alasan yang jelas, ini namannya ikut-ikutan heboh tanpa mengerti apaapa. Banyak pihak yang menyamakan kecelakaan di NPP I Fukushima sama dengan kecelakaan di Three Miles dan Chernobyl, padahal jelas-jelas berbeda. Sayangnya, pemerintah Jepang sendiri tidak berupaya lebih jauh untuk membuat penjelasan dalam bahasa Inggris secara gambling dan jelas. Chanel-chanel TV Jepang juga hanya membuat penjelasan lebih dalam di dalam bahasa Jepang, yang tentunya hanya bisa dimengerti oleh orang-orang asing yang mengerti bahasa Jepang dengan baik. Beginilah tipe orang Jepang, tidak mau show off kalau tidak disuruh, meski di luar Jepang berita sudah heboh, simpang siur tidak jelas dan semakin absurd dan chaos. Tempat tinggalku di Fukushima-shi tepatnya berada pada 57 km dari lokasi NPP I Fukushima di Ookuma yang mengalami kecelakaan. Sebelum terjadinya gempa tanggal 11 Maret lalu, level radiasi alami di Fukushima sebesar 0.15 micro Sv/h. Fukushima-shi sendiri, mencapai level radiasi tertinggi setelah gempa yaitu pada tanggal 16 Maret, sebesar 18.4 micro Sv/h di tempat terbuka di sekitar Fukushima City Hall dan 6.97 micro Sv/h di Fukushima Medical University. Saat ini (tanggal 8 Mei lalu), level radiasinya sudah berangsur turun, maksimum pada 1.52 micro Sv/h di sekitar tempat terbuka di Fukushima City Hall, 0.96 micro Sv/h di sekitar bypass (highway) dan 0.48 micro Sv/h di sekitar Fukushima Medical University. Jadi dapat dikatakan bahwa Fukushima-shi level radiasinya sekitar 10-20 kali dari radiasi alami yang mana hal ini sama sekali tidak berpengaruh terhadap manusia. Tambahan lagi, mengikuti pergerakan angin, kadang level radiasinya turun banyak, jadi tidak bisa diambil perhitungan bahwa perhari di Fukushima-shi level radiasinya sebesar 1.52 micro Sv/h x 24 h = 36.48 micro Sv/d. Lebih jauh lagi, tidak 24 jam seseorang berada di luar ruangan, di mana level radiasi di dalam ruangan sangat kecil sekali, sehingga perhitungan 36.48 micro Sv/d tidak bisa diambil sebagai acuan dosis akumulasi per hari. Kehidupan di Fukushima-shi sehari-hari berjalan normal, tidak perlu memakai masker saat berada di luar ruangan. Di sini yang mengenakan masker hanya orang-orang yang mempunyai hay fever terhadap pollen (termasuk saya), karena di sini sedang musim semi dan banyak serbuk bunga. Untuk anak-anak, maksimum level radiasi yang diperbolehkan sebesar 20 mili Sv/tahun. Di sekolah-sekolah dan di tempat terbuka tidak banyak terlihat anak-anak melakukan aktivitas, karena kegiatan dilakukan indoor termasuk kegiatan olah-raga di sekolah-sekolah. Pada liburan sepanjang Golden Week lalu (29-30 April dan 1, 3-5 Mei lalu) di tempat-tempat umum terlihat biasa-biasa saja dan tetap ramai. Supply bahan makanan untuk penduduk kota Fukushima semuanya didatangkan dari luar Fukushima-ken (propinsi Fukushima) dengan harga yang sama dan tidak mengalami perubahan. Beberapa bahan makanan, mengalami kenaikan harga sebesar 10-20 yen per item, tapi hanya sedikit sekali yang mengalami kenaikan harga. Jadi tidak ada perubahan berarti bagi penduduk Fukushima-shi, baik sebelum dan sesudah kecelakaan reaktor tersebut. Kota di sebelah Fukushima, di Koriyama-shi, level radiasinya sekitar 3.7 micro Sv/h, karena efek arah angin. Kadang-kadang level radiasi tidak bisa ditebak, dalam radius 20 km untuk daerah-daerah yang ke arah dalam propinsi Fukushima, level radiasinya sangat rendah sekali, 0.6 micro Sv/h bahkan sampai 0.3 micro Sv/h, tetapi untuk daerah yang lebih ke Utara, seperti desa Minami Soumashi, level radiasinya cukup tinggi. Ini adalah daerah terberat yang mengalami kerusakan akibat gempa bumi, tsunami dan disusul kemudian oleh efek kecelakaan NPP I Fukushima. Desa tersebut berada dalam radius 25 km dari lokasi kecelakaan nuklir tersebut. Hingga kepala desanya tahun ini dinobatkan sebagai salah seorang terbaik dari 100 orang terbaik di dunia tahun ini. Kalau saya yang jadi kepala desanya, kepala saya pasti sudah dilibet kain karena pusying 1000 keliling mengalami masalah bertubitubi yang menghantam desa, belum lagi kehilangan 400 orang penduduk yang tewas akibat gempa dan tsunami. Untuk daerah-daerah yang berada dalam radius 20 km, pemerintah Jepang mengijinkan penduduk setempat untuk pulang ke rumah masing-masing untuk mengambil barang-barang, selama maksimum 2 jam per orang dan hanya diperbolehkan membawa barang dari rumahnya sebesar maksimum volume 70 cm x 70 cm x 70 cm. Siapa yang ketahuan melanggar aturan, dikenakan pinalti denda sebesar 100.000 yen per orang. Pemerintah Jepang sendiri, hanya mengcover kerugian sebesar 1 juta yen per keluarga untuk penduduk dalam lokasi sampai radius 20 km dari lokasi NPP I Fukushima. Suatu harga yang sangat rendah, jika dihitung salary rata-rata sebesar 300 ribu yen per keluarga, dan terpaksa harus mengungsi selama minimum 6 bulan dengan kehilangan segala privacy di tempat pengungsian, tentulah wajar jika penduduk di lokasi tersebut sangat marah terhadap pemerintah Jepang (terhadap PM Jepang dan TEPCO Jepang). Sebenarnya pemerintah Jepang telah memperhitungkan untuk pembangunan semua bangunan PLTN dalam kondisi yang aman dari gempa dan tsunami, sayangnya, tsunami 11 Maret lalu memang jauh di luar dugaan sehingga mencapai rata-rata 15 m dan ketinggian tertinggi 38 m di Miyagi. Sehingga derita yang harus ditanggung penduduk ternyata harus dibayar ternyata cukup mahal dan semua bangunan PLTN se Jepang yang berada di lokasi pesisir pantai harus direnovasi dan dinaikkan sampai penambahan ketinggian 30 m dari permukaan laut. Setelah shutdown-nya 4 lokasi PLTN termasuk di Onagawa dan Fukushima seteleh gempa dan tsunami, disusul shutdown-nya 1 lagi PLTN di Hamaoka (Shizuoka) tanggal 6 Mei lalu, TEPCO Jepang harus melakukan penghematan besar-besaran terhadap sumber daya listrik untuk supply daerah Kanto dan Tohoku, terutama menghadapi musim panas nanti. Akibatnya, pemerintah Jepang akan menaikkan harga tarif listrik untuk seluruh Jepang. Penutupan NPP Hamaoka juga menimbulkan kontra dari beberapa propinsi lain, yang merasa Hamaoka di-anakemas-kan atau terpaksa harus menanggung supply energy listrik untuk Kanto dan Tohoku juga. Alasan penutupan NPP Hamaoka, karena diperkirakan dalam 30 tahun ini akan terjadinya gempa sampai dengan 8 M adalah sebesar 87%. Memang sekarang banyak pro dan kontra dalam masyarakat Jepang sendiri untuk masalah PLTN. Karena ide di kepala saya cukup banyak untuk membahas masalah ini, saya akan tuliskan dalam artikel tersendiri kemudian. Saat ini Jepang sendiri mempunyai 54 lokasi PLTN, dan 1 PLTN sekarang dalam pembangunan, yang kelihatannya ini sangat berlebihan untuk daerah yang rawan gempa seperti Jepang, meski harga listrik dari PLTN adalah yang termurah, tetapi efek seperti NPP I Fukushima yang harus ditanggung ternyata juga cukup mahal. Tanggal 5 Mei lalu saya sempat mengikuti ceramah dari gubernur Fukushima mengenai safety di Fukushima-shi dan ditambah ceramah dari seorang dokter yang ibunya adalah salah seorang korban dari ledakan nuklir di Nagasaki tahun 1945 lalu, yang intinya meminta semua orang di Fukushima Medical University tetap tenang dan memberikan informasi yang benar kepada masyarakat umum. Saya cukupkan sampai di sini. Insya Allah disambung dalam artikel yang lain lagi, yang selesai nulisnnya kapan masih belum jelas, karena kegiatan lab, saya sudah mulai aktif dan saya jadi mulai sibuk. Salam dari Fukushima-shi yang semuanya biasa-biasa saja di sini…hihihi… Ilustrasi: thestate.com guardian.co.uk csmonitor.com PLTN Jepang, Antara Pro dan Kontra By Sakura on 23 May, 2011 Sakura – Jepang Menyambung tulisan saya di artikel sebelum ini (`Tiga minggu pertama di Fukushima-shi`), kali saya akan lebih membahas mengenai fakta PLTN Jepang yang sebenarnya. Jepang adalah negara yang sangat minim sumber daya energi fosil (kecuali batu bara), sampaisampai harus mengimpor minyak mentah dan gas alam dari negara-negara lain, termasuk juga mengimpor uranium, karena persediaan batu bara Jepang hanya dapat mengcover 21-24% kebutuhan listrik Jepang. Dengan miskinnya sumber energi, sejak tahun 1973 pemerintah Jepang lebih meningkatkan pembangunan PLTN, karena biaya energi listrik yang dihasilkan dari nuklir adalah yang terendah dibandingkan dengan sumber-sumber listrik lainnya (solar energy masih menjadi sumber listrik termahal, meski bagi Jepang sekali pun). Saat ini, sebanyak 24% sumber listrik negara Jepang disupply dari reaktor nuklir. Jepang mempunyai 54 tank reaktor pada 21 lokasi PLTN, di mana 17 lokasi di antaranya terletak di daerah pesisir pantai, termasuk juga PLTN yang sedang dalam sorotan saat ini: PLTN I Fukushima dan PLTN Hamaoka (Shizuoka). Satu PLTN sebagai tank reaktor ke-55 sedang dalam proses pembangunan di Shimane tahun ini. Sampai dengan tanggal 16 Mei ini, dari 54 tank reaktor tersebut yang semula beroperasi, 9 tank reaktor telah mengalami shutdown (4 tank reaktor di PLTN I Fukushima dan 5 tank reaktor di PLTN Hamaoka), sehingga yang masih beroperasi sebanyak 45 tank reaktor. Dari 54 tank reaktor semula, 29 tank reaktor menggunakan sistem BWR (boiling water reactor), suatu sistem yang sama dengan yang PLTN I Fukushima. Sistem lainnya yang digunakan pada PLTN Jepang adalah PWR (pressurized water reactor) and ABWR (advanced boling water reactor), sedangkan sistem FBR (fast breeder reactor) dan Magnox (yang serupa dengan PLTN di UK), telah distop karena menggunakan radionuclide utama dari plutonium. Membandingkan dengan sistem di PLTN Chernobyl, di sana menggunakan sistem RBMK (reaktor bolshoy moshchnosti kanalniy, dalam bahasa Rusia) atau High Power Channel-Type Reactors yang juga menggunakan sumber radionuclide dari plutonium. Sebenarnya semua PLTN Jepang yang menggunakan plutonium sudah ditutup. Tetapi melihat efek dari PLTN I Fukushima akibat gempa 11 Maret lalu terhadap masyarakat Jepang, kontra terhadap pemakaian nuklir sebagai sumber listrik di Jepang meningkat menjadi 80%, termasuk aksi demo menentang operasional PLTN Hamaoka, karena dikawatirkan akan menimbulkan efek yang sama dengan PLTN I Fukushima. Kontra terhadap PLTN juga sebagai efek dari beberapa kecelakaan yang terjadi sepanjang sejarah PLTN Jepang (akan saya uraikan di bawah ini). Sebanyak 20% yang pro disebabkan oleh alasan bisnis, adalah mereka yang menggunakan energi nuklir bukan sebagai konsumsi rumah tangga, tetapi untuk industri/pabriknya, mereka yang rumah-rumahnya disewakan untuk para pekerja PLTN, dan mereka yang mensupply bahan makanan untuk para pekerja PLTN. Akibat penutupan 9 tank reaktor pada tahun ini, Jepang kehilangan supply enargi listrik sebesar 9693 MW (4696 MW dari PLTN I Fukushima dan 4997 MW dari PLTN Hamaoka). Akibatnya, pemerintah dan rakyat Jepang harus melakukan penghematan energi listrik besarbesaran saat ini, terutama untuk menghadapi musim panas nanti (secara khusus saya juga harus melakukan puasa Ramadhan musim panas ini, benar-benar tidak terbayang kalau tidak bisa menggunakan AC, karena panasnya di sini lebih panas daripada di Indonesia). Pemerintah Jepang berencana akan menaikkan harga tarif listrik tahun ini (update dari berita TV tanggal 12 Mei, kenaikan harga listrik sekitar 0.5% sampai 2%). Untuk masa depan, pemerintah Jepang akan lebih menfokuskan kepada pembangunan energi listrik panas bumi (geothermal), mengikuti jejak New Zealand, karena Jepang juga mempunyai banyak sumber panas bumi dan mengandalkan sumber batu bara saja tentu tidak akan mencukupi. Beberapa kecelakaan reaktor nuklir Jepang 1. Tahun 1981: Sebanyak 300 pekerja terekspos radiasi secara berlebihan, setelah batang fuel di tank reaktor pecah selama perbaikan (sayang sekali, informasi lengkapnya susah didapat dari internet). 2. December 1995: terjadi kecelakaan reaktor nuklir di Manju (propinsi Fukui), setelah terjadi kebocoran sodium yang menyebabkan timbulnya api hingga termperatur naik ratusan Celcius. Reaktor di Fukui ini menggunakan sistem MOX (campuran uranium dan plutonium) di mana radiasi dari plutonium jelas lebih berbahaya dibandingkan uranium. 3. Maret 1997: terjadi eksplosi dari sampah radiaokatif pada saat pemprosesan ulang. Kecelakaannya terjadi di PLTN Kushima (di propinsi Miyazaki-pulau Kyuushu), mengakibatkan penutupan PLTN tersebut. 4. Tahun 1999: kembali lagi PLTN Fukui menimbulkan masalah di mana sistem pemasukan fuel tidak berfungsi dengan baik. 5. 30 September 1999, jam 10.35 am: Terjadi kecelakan di tempat lain, di PLTN Tokai, Ibaraki. Kecelakaan akibat human error di mana mereka kurang mempunyai qualifikasi dan pengalaman yang cukup. Ketika terjadi pengisian uranium, volumenya melebihi batas critical mass, hingga mencapai 40 liter atau 16 kg U-235. Dua pekerja tewas dan seorang pekerja tercemar radiasi dengan dosis yang sangat tinggi. 6. 9 Agustus 2004: PLTN di Fukui kembali menimbulkan masalah, 5 pekerja tewas akibat eksplosi uap panas di PLTN Mihama-Fukui. Ini adalah kecelakaan yang terberat hingga telah merenggut korban jiwa. 7. 6 Juli 2007: Kerusakan tank reaktor akibat gempa bumi di propinsi Niigata 6.8 skala Ritcher, sebanyak 7 tank reactor di Kashiwazaki dan Kariwa (propinsi Niigata) mengamai shut down selama 21 bulan. 8. 2008: Akibat gempa bumi sebesar 7.2 M di Kurihara (propinsi Miyagi) pada tahun 2008, menyebabkan keretakan pada menara pendingin reactor di PLTN Kurihara, mengabikatkan limbah air mengalami kebocoran dan kerusakan pada batang reaktor. 9. 11 Maret 2011: Akibat gempa bumi Tokai-Tohoku sebesar 9.0 M, mengakibatkan PLTN I di Futaba (di propinsi Fukushima) mengalami ledakan dan keursakan pada 4 tank reactor (tank no.1-4) yang sampai saat ini masalahnya masih dalam proses penanganan. Sebanyak 140 000 orang penduduk dalam radius sampai dengan 20 km masih dalam proses evakuasi hingga hari ini. Sampai saat iti, sedikitnya 5 PLTN telah mengalami pembatalan dan shutdown, di antaranya: PLTN Houhoku di propinsi Yamaguchi (tahun 1994), PLTN Kushima di propinsi Miyazaki (tahun 1997), PLTN Ashihama di propinsi Mie (tahun 2000), PLTN Suzu di propinsi Ishikawa (tahun 2003), PLTN Maki di Niigata (tahun 2003) dan kemungkinan 1 PLTN yang sedang dibangun saat ini di Shimane juga akan mengalami pembatalan. Keadaaan PLTN I Fukushima saat ini Sampai dengan hari ini (16 Mei), tank reaktor no.1 sudah mengalami melt-down, tetapi tank reaktor no.2-4 belum bisa melt down. Masalahnya, setelah melt down, apakah sampah nuklirnya akan dibuang ke propinsi Omori (Jepang mempunyai tempat pembuangan sampah nuklir di propinsi Omori, di wilayah Tohoku), sedangkan masyarakat Jepang saat ini sedang besar-besaran melakukan kontra terhadap operasional PLTN. Jepang pernah berpikir untuk membangun fasilitas pembuangan sampah nuklir di bawah tanah, seperti yang dilakukan oleh negara Finlandia, tetapi masalah kembali terbentur kepada penolakan masyarakat untuk pembangunan sistem pembuangan sampah nuklir bawah tanah tersebut. Menghadapi musim panas tahun ini Untuk menghadapi musim panas tahun ini, pemerintah Jepang menganjurkan masyarakat Jepang untuk menurunkan satuan Ampere. Secara individual, beberapa hal lain yang dapat dilakukan misalnya: memasang krei di luar jendela kaca, untuk mengurangi panas di dalam ruangan, menggunakan kipas angin (sampai dengan bulan ini, kipas angin di toko-toko elektronik kebanyakan sudah terjual habis), memakai pakaian yang sejuk, dan sebagainya.