Fukushima Bagiku By Sakura on 22 March, 2011 Sakura 17 Maret

advertisement
Fukushima Bagiku
By Sakura on 22 March, 2011
Sakura
17 Maret 2011, 6 hari setelah gempa dan tsunami hebat di Jepang
Berita gempa bumi dan tsunami yang menimpa 7 propinsi di Jepang tanggal 11 Maret lalu
(propinsi terbesar yang terkena gempa bumi dan tsunami: Iwate, Sendai, Miyagi dan Fukushima)
mengagetkan banyak pihak, termasuk aku. Selama hampir 10 tahun di Jepang, jujur aku tidak
terlalu begitu mengenal Fukushima, hingga tahun kemarin aku mempunyai kesempatan untuk
lebih mengenal Fukushima.
Perkenalanku dengan Prof. Wada membawaku untuk melanjutkan tinggal di Jepang, khususnya
di Fukushima. Tahun lalu akhirnya aku sudah mengunjungi Fukushima sebanyak 3 kali. Dan
tahun ini rencananya aku akan memulai belajar ilmu iPS cells di lab. Prof. Wada. Ini adalah
kesempatan terbesar yang aku dapatkan, untuk mempelajari ilmu baru (sejak tahun 2005) yang
dikembangkan oleh Prof. Shinya Yamanaka (candidate peraih nobel tahun lalu), karena sampai
saat ini tidak ada orang Indonesia yang mendalami ilmu ini.
Semua literatur yang ditulis oleh dokter-dokter di Indonesia tentang iPS cells hanya sebatas teori,
mereka tidak tahu dan tidak ada pengalaman secara teknik. Inilah kesempatanku. “I love Japan”,
hanya itu yang bisa kukatakan, kenapa aku melarikan diri dari sebuah institut penelitian di
Indonesia dan menolak tawaran sebagai dosen di Indonesia. Apa pun yang terjadi dengan
Jepang, tekadku tetap bulat, untuk tetap bertahan di Jepang sampai kelak kami (aku dan
Brandon) pindah ke Amerika.
Aku mempunyai alergi pollen (hay fever atau kafunsho dalam bahasa Jepang) yang
menyerangku setiap memasuki musim semi (bulan Maret) dan musim gugur (bulan Oktober),
dan kebetulan sampai hari kemarin alergi tersebut masih hebat menyerangku hingga bersin
sampai 32 kali dalam sehari, meskipun aku telah minum obat dan istirahat cukup. Shizuoka
dareah pegunungan, hay feverku cukup parah di sini, dan aku tahu kelak di Fukushima pun alergi
ini tidak akan stop, karena di sana pun daerah pegunungan.
Fukushima daerahnya jauh lebih dingin dibandingkan Shizuoka. Dan sampai hari ini pun, para
pengungsi di sana masih dalam kondisi memprihatinkan di tengah cuaca dingin bersalju
(menurut ramalan cuaca, besok di sana minimum T mencapai -3 degree C dan maximum hanya
mencapai 6 degree C). Bahkan bagi orang Jepang di Shizuoka, Fukushima dikenal sebagai
daerah dingin, mereka sering berkata kepadaku,”Lies-san, Fukushima dingin lho”.
Jawabku, “Kalau orang-orang di sana bisa bertahan, kelak aku pun bisa bertahan, bagiku,
Fukushima hanya sebagai tempat adaptasi sementara dari dinginnya winter, sebelum aku kelak
pindah ke daerah yang super dingin di Minnesota”. Tentu saja jawabanku cuma bisa bikin
bengong mereka. Ya, aku kelak akan pindah ke MN, ke tempat Brandon. Dan sekarang, tiba-tiba
gempa bumi dan tsunami serta masalah reaktor nuklir mengguncang Fukushima, apakah itu akan
menyurutkan langkahku untuk pindah? Jawabanku, “SAMA SEKALI TIDAK!”. Aku tidak
pernah khawatair untuk pindah ke sana, yang aku khawatirkan saat ini cuma 1, sarana
transportasi (jalan) dari Shizuoka ke Fukushima apakah akan pulih dalam minggu depan, sebab
aku akan pindah ke Fukushima akhir bulan ini.
Segala yang telah terjadi di bumi ini, termasuk di Jepang adalah takdir Tuhan. Kalau Tuhan
menghendaki kita selamat, kita pasti akan selamat, meski di daerah berbahaya sekali pun. Dan
jika Tuhan menghendaki kita wafat, kita akan wafat meski di daerah paling nyaman sekali pun.
Dan satu lagi yang aku yakin dan percayai, orang Jepang adalah tipe manusia-manusia hebat,
dalam waktu singkat aku yakin segalanya akan menjadi pulih, termasuk masalah reaktor nuklir
saat ini di Fukushima.
Dari beberapa wawancara dengan para pengungsi (melalui TV), mereka selalu mengatakan,
“kore kara mata hajimarimasu” (mulai sekarang saya akan memulai hidup lagi), dan kata-kata itu
bukan hanya diucapkan oleh anak-anak muda, tetapi diucapkan oleh mereka yang usia 50 tahun
ke atas. Betapa masayarakat Jepang mempunyai semangat yang tinggi untuk kembali
membangun daerahnya, setelah dihantam gempa bumi dan tsunami, mereka tidak menyerah, dan
usia pernah tidak menjadi halangan. Aku yakin, pertama dengan modal semangat dan tekad,
Jepang akan menjadi pulih kembali secepatnya.
Bagiku, meski Fukushima saat ini dalam berita-berita yang mengkhawatirkan, tetapi mimpi kami
tidak akan pupus tentang Fukushima. Sebenarnya bukan hanya aku yang berencana untuk pindah
ke Fukushima, Brandon juga, setelah dia ambil exam.nya, kalau bisa di pun sangat
berkeinginan untuk mengambil residence di Fukushima. Ini lah mimpi kami. Memulai hidup
yang lebih dekat bersama di Fukushima setelah 2 tahun dalam long distance relationship.
Memang rencana di masa depan, kami ingin tinggal di USA, akan kembali ke MN, di tempat
Brandon sekarang. Tapi selama aku masih ada di Jepang, dia pun ingin pindah ke Jepang untuk
sementara waktu. Dia juga sangat suka Jepang. Hampir 40% belahan dunia dia telah kelilingi dan
tinggali, termasuk bertahun-tahun lamanya seperti di Perancis, Amerika, Jepang dan Rusia, tetapi
di pun selalu mengatakan “Japan is the best country for me”.
So, bagi kami, kembali lagi, hanya ada satu jawaban, “We love Japan”. Bersama masyarakat
Jepang, khususnya masyarakat Fukushima, kami juga akan memulai membangun mimpi baru di
Fukushima, setelah gempa bumi dan tsunami ini. Tidak akan ada hal yang akan menyurutkan
langkahku dan Brandon untuk pindah ke Fukushima, sebab “We love Japan”.
20 Maret 2011, 9 hari setelah bencana tersebut
Sekitar 7600 orang meninggal dan sudah diidentifikasi. Orang yang hilang mencapai 12000
orang. Pengungsi bertambah menjadi 350 000 orang, disebabkan ketakutan terhadap efek radiasi,
banyak orang dalam radius s/d Tokyo mengungsi ke lain propinsi yang jauh, hingga sampai ke
Okinawa. Para pengungsi di lokasi dekat reaktor nuklir sungguh memilukan, setelah terkena
gempa hebat dan hantaman tsunami, mereka mengungsi dalam kondisi dingin beku, kurang
makanan minuman, tanpa sarana listrik, air dan gas, sekarang mereka dalam evakuasi
dipindahkan ke propinsi lain.
Benar-benar pukulan 3 kali: hilang keluarga dan harta benda, menyelamatkan diri dalam kondisi
minim masih terkena pukulan pengaruh efek radiasi. Jepang masih mengevakuasi kondisi
berbahaya dalam radius 30 km, sedangkan US mengatakan dalam radius 80 km harus
diungsikan.
Orang asing sudah berbondong-bondong meninggalkan Jepang. Kantor imigrasi di mana-mana
penuh, mengantri berjam-jam untuk mengambil temporary re-entry permit.
Reaktor nuklir masih belum mencapai perkembangan berarti. Tank reaktor no.3 dan no.4 masih
dalam kondisi berbahaya, meski sudah sekitar 600 ton air diisikan ke pool raktor-reaktor tsb.
Pemerintah Jepang meningkatkan level bahaya menjadi level 5. Setara dengan Three Mile
accident. Sedangkan pemerintah US sudah menempatkan level bahaya pada level 6, di bawah
Chernobyl (level 7).
OMG….saya sendiri dalam masalah, nggak punya tempat untuk tinggal untuk 1 bulan April,
meski apartment yang di Fukushima sudah ready tapi nggak mungkin pindah ke sana, di samping
jalan highway masih tertutup, profesorku menyarankan untuk tidak datang sampai awal Mei.
Sedangkan aku nggak bisa mendapatkan perpanjangan stay di perumahan dosen di Shizuoka
Uni., krn statusku bukan lagi karyawan di sini sampai akhir Maret ini. Mana ada Moonshine
kucingku yang harus pikirkan, di mana dia harus tinggal….Semoga Moonshine juga dapat
dibalikin dulu ke shelter di Shiga selama April.
21 Maret 2011, 10 hari setelah bencana tersebut
Dilaporkan sebanyak 8600 orang yang wafat telah teridentifikasi, sedangkan jumlah orang hilang
(termasuk yang wafat dan belum bisa diidentifikasi) mencapai 201 000 orang. Jumlah pengungsi
diperkirakan masih terus bertambah, akibat ketakutan terhadap efek radiasi.
Berita-berita di TV melaporkan bahwa setelah 10 hari ditemukan seorang nenek (80 tahun)
bersama cucu laki-lakinya (16 tahun) dalam keadaaan hidup di tengah hancurnya rumah mereka,
setelah mereka bertahan dengan sisa-sisa makanan dan minuman dari sebuah kulkas mereka
yang ikut mengambang dan tersangkut di dekat mereka.
Sebenarnya nenek tersebut kondisi kakinya lemah dan tidak bisa berjalan dengan sehat sebelum
bencana terjadi, dan sang cucu kakinya tertimpa bangunan rumah sehingga tidak bisa berjalan
ketika diketemukan oleh regu penolong. Tetapi inilah sekali lagi bukti kekuasaan Tuhan, mereka
masih bisa bertahan hidup selama 10 hari dan makan makanan dingin dari kulkas yang
tersangkut, yogurt, coca cola dan softdrink.
Dalam kedaaan dingin bersalju, kaki terluka dan tidak sehat, mereka masih bisa bertahan,
sungguh suatu berkah Tuhan, bahkan dokter-dokter di rumah sakit mengatakan, “ini sesuatu
yang di luar logika kami”. Ketika gempa dan tsunami terjadi, mereka sedang menyiapkan
makanan di dapur dan tiba-tiba bencana datang hingga mereka terkepung dalam bangunan dan
berhasil naik ke atas “yane” (bagian atas bangunan rumah yang biasanya digunakan untuk
menjemur pakaian).
Keadaan reaktor nuklir masih dalam kondisi bahaya. Kemarin bahkan diberitakan bahwa susu
dan sayuran mulai terkena efek radiasi nuklir, meskipun dalam level sangat kecil, tetapi
sedikitnya membutuhkan inspeksi selama 1 tahun sampai efek radiasi bisa hilang dari makanan.
Reaktor no.1 dan 2 telah aliran listriknya telah berhasil dimatikan, tetapi secara keseluruhan
masih dalam kondisi bahaya.
Aku sendiri, akhirnya memutuskan bertahan di Jepang dalam 1 bulan (bulan April) sebelum
rencana pindah ke Fukushima awal bulan Mei. Jika dalam bulan Mei keadaan reaktor masih
buruk, aku akan pikirkan lagi langkah selanjutnya bagiku, sebab bertahan berbulan-bulan di
Jepang tanpa perkerjaan juga tidak baik bagiku, uangku akan habis.
Demi Moonshine juga, aku bertahan di Jepang, aku tidak tega melepas dia di shelter selama
sebulan jika aku balik ke Indonesia bulan April. Bagaimana pun, Moonshine adalah keluargaku
dan sahabatku yang telah menemaniku selama 1 tahun di Jepang, membuatku tidak kesepian
karena aku bercakap-cakap dengannya.
Bagaimana mungkin aku tega melepas dia ke shelter selama sebulan, meski di sana dia akan
berada dalam perawatan yang baik dan bersama kucing-kucing lain, tetapi dia sudah terbiasa
tidur bersamaku dan makan dari tanganku langsung, dia juga selalu menungguku di depan pintu
ketika aku pulang dan menungguku di depan pintu kamar mandi ketika aku mandi. Seekor
kucing yang setia harus aku perjuangkan juga supaya bisa tetap bersamaku.
Tidak mungkin membawa Moonshine ke Indonesia secara tiba-tiba, dia harus masuk karantina
dulu berbulan-bulan, lebih baik aku di Jepang bersamanya. Sekarang aku sedang mencari sebuah
apartment yang bisa menampungku dan Moonshine selama 1 bulan (suatu hal yang sulit di
Jepang, karena umumnya sewa kontrak apartment minimum adalah 6 bulan), tapi semoga Tuhan
memberkatiku untuk mendapatkannya. Barang-barang rumahku, semuanya aku akan masukkan
ke apartment temanku selama di ada di negaranya selama 1 bulan (bulan April). Tuhan
memberkatiku untuk hal ini, dia berbaik hati menolongku. Untuk pertama kalinya aku melihat
wajahku begitu sedih dan pucat hampir menangis di depan cermin. Tetapi aku harus kuat, aku
harus bisa bertahan. Semoga Jepang akan kembali pulih sehingga aku bisa berangkat ke
Fukushima bulan Mei nanti.
Foto-foto: REUTERS, DIGITAL GLOBE
Fukushima Nuclear Plants Update
By Sakura on 25 March, 2011
Sakura
EFEK RADIASI FUKUSHIMA NUCLEAR PLANTS
TIDAK PERLU DICEMASKAN DAN DITAKUTKAN
24 Maret 2011
Saya perlu menulis ini, untuk memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dan seterangterangnya kepada seluruh masyarakat Indonesia yang berada di Jepang khususnya dan
masyarakat Indonesia pada umumnya, bahwa efek radiasi dari nuclear plants Fukushima masih
jauh sekali dari kadar yang ditetapkan internasional.
Pada tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya pernah menuliskan bahwa efek radiasi telah
diketemukan di dalam susu, sayuran “horenshou” dan air ledeng. Saya menulis, para peternak
diminta untuk membuang produksi susu segar, dan kerugian mencapai ratusan liter susu segar
oleh seorang peternak susu sapi. Mohon untuk tidak membuat salah tafsir dari tulisan saya
tersebut, bahwa meskipun pemerintah Jepang melakukan hal ini, bukan berarti bahwa radiasi
yang terkandung di dalam susu segar itu berbahaya, semua kadar radiasi yang telah diketemukan,
masih jauh di bawah batas kontaminasi radiasi secara internasional. Pertimbangan pemerintah
Jepang adalah “LEBIH BAIK MENGHILANGKAN BARANG-BARANG
TERSEBUT DARI MASYARAKAT” meskipun kadarnya sangat kecil sekali. Jadi
BUKAN KARENA KADAR EFEK RADIASINYA MEMBAHAYAKAN. Akan saya
jelaskan lebih detail di bawah.
1. Fukushima Nuclear Plants berbeda dengan Chernobyl Nuclear
Plants
Pertama-tama yang harus saya jelaskan, bahwa Fukushima Nuclear Plants berbeda dengan
Chernobyl Nuclear Plants (yang mengalami kecelakaan pada tahun 1986, Chenobyl Nuclear
Plant sekarang berada dalam wilayah negara Ukraina).
Prinsip kerja reaktor nuklir di Fukushima:
Reaktor nuklir di Fukushima disebut sebagai Boiling Water Reactors (BWR). Boiling Water
Reactors serupa dengan pressure cooker. Radioaktif uranium ditrap berada dalam air. Reaksi
pembelahan inti dari radiokatif uranium menghasilkan panas, panas ini mengakibatkan air
menjadi panas dan menguap. Selanjutnya aliran uap air yang panas ini digunakan untuk
menggerakkan turbin generator, selanjutnya turbin generator akan menghasilkan listrik. Uap air
didinginkan dan dikondensasikan kembali menjadi air, kemudian air ini akan teralir kembali ke
dalam tank yang berisi uranium tadi. The pressure cooker operates at about 250°C.
Fundamentals of nuclear reactions:
The uranium fuel generates heat by nuclear fission. Big uranium atoms are split into smaller
atoms. That generates heat plus neutrons (one of the particles that forms an atom). When the
neutron hits another uranium atom, that splits, generating more neutrons and so on. That is called
the nuclear chain reaction. Pada Fukushima reaktor nuklir, uranium akan membelah (meluruh)
menjadi intermediatenya, yaitu cesium dan iodium. Cesium dan iodium merupakan 2 isotop yang
tidak lagi bersifat radioaktif dan mempunyai waktu luruh yang jauh lebih pendek dibandingkan
uranium.
Perbedaan dengan Nuclear Plant di Chernobyl:
In Chernobyl, the explosion was caused by excessive pressure buildup, hydrogen explosion and
rupture of all containments, propelling molten core material into the environment (a “dirty
bomb”). Chernobyl tidak menggunakan air untuk mentrap bahan bakar radiokatif, tetapi mereka
menggunakan hidrogen, yang jelas-jelas lebih membahayakan. Fukushima nuclear plant tidak
akan mengalami hal seperti Chernobyl. Why that did not and will not happen in Japan, further
below.
In order to control the nuclear chain reaction, the reactor operators use so-called “moderator
rods”. The moderator rods absorb the neutrons and kill the chain reaction instantaneously. A
nuclear reactor is built in such a way, that when operating normally, you take out all the
moderator rods. The coolant water then takes away the heat (and converts it into steam and
electricity) at the same rate as the core produces it. And you have a lot of leeway around the
standard operating point of 250°C. The challenge is that after inserting the rods and stopping the
chain reaction, the core still keeps producing heat.
The uranium “stopped” the chain reaction. But a number of intermediate radioactive elements are
created by the uranium during its fission process, most notably Cesium and Iodine isotopes, i.e.
radioactive versions of these elements that will eventually split up into smaller atoms and not be
radioactive anymore. Those elements keep decaying and producing heat. Because they are not
regenerated any longer from the uranium (the uranium stopped decaying after the moderator rods
were put in), they get less and less, and so the core cools down over a matter of days, until those
intermediate radioactive elements are used up. This residual heat is causing the headaches right
now.
2. Yang terjadi saat ini di Jepang
Pada berita-berita di TV tadi malam, pada tanggal 23 Maret 2011, pemerintah Jepang telah
mengumumkan bahwa di beberapa propinsi ditemukan beberapa makanan dan minuman yang
terkena radiasi. Dan untuk propinsi Fukushima, ada 11 macam bahan makanan/minuman yang
tercemar iodium hydride (bahasa Jepangnya “you san”).
Cesium dan iodium merupakan isotop intermediate akibat peluruhan radiaoctive uranium di
dalam reaktor nuklir Fukushima. Kadar iodium yang terdeteksi dalam bentuk iodium hydride
(HI) atau “you san”. Sebelas macam bahan makanan dan minuman yang tercemar HI, di
antaranya “horenshou” (sayuran seperti sawi), broccoli, cabbage, spinach, milk etc.
Berapa banyak kadar yang diketemukan?
Semua berada dalam kadar yang jauh sekali dari kadar kontaminasi yang ditetapkan
secara internasional. Saya telah berusaha mencari-cari listnya lewat internet tapi list secara
detail belum saya ketemukan di dalam website-website Jepang. Ada 3 jenis makanan dan
minuman yang bisa dijadikan indikasi tolok ukur untuk perhitungan, yatu air, susu dan
horenshou (sejenis sayuran). Air yang tercemar HI kadarnya 300 Beq (becquerel) per kg, susu
sebesar 300 Bq per kg dan horenshou sebesar 200 Bq per kg. Kadar batas tercemar radiasi di
dalam tubuh manusia secara intersional untuk setiap bahan makanan atau minuman adalah 50
000 micro Sv per tahun.
Sekarang mari kita konversi perhitungan dari Bq menjadi Sv (Sievert). Misalnya 100 Bq, ini
akan setara dengan 100 x 2,2 x (1/100 000) mSv =2.2 micro Sv. Jadi kadar HI dalam air dan susu
adalah 6.6 micro Sv per kg, dan dalam horensho sebesar 4.4 micro Sv per kg. Ini suatu jumlah
yang sangat kecil sekali. Sebagai perbandingan, untuk 1 kali rontgen dengan sinar X, kadar
radiasinya adalah 50 micro Sv.
Berapa perhitungan rata-rata jumlah konsumsi bahan makanan/minuman tersebut oleh 1 orang?
Pemerintah Jepang menghitung secara rata-rata, jika untuk 1 orang mengkonsumsi air sebanyak
1700 liter per tahun, susu sebanyak 1700 kg per tahun dan horenshou sebanyak 250 kg per tahun,
maka kadar radiasi yang ada dalam air yang dikonsumsi menjadi 10 100 micro SV per tahun.
Demikian juga untuk susu dan horenshou, sebanyak 10 100 micro Sv per tahun. Sedangkan
batasan radiasi yang dalam tubuh secara internasional sebesar 50 000 micro Sv per tahun untuk
setiap jenis bahan makanan. Jadi kesmpulannya, SEMUA MASIH JAUH SEKALI DI
BAWAH BATAS YANG DITETAPKAN.
Dari berita TV kemarin malam, ada 23 ward di Tokyo yang dianjurkan untuk tidak mengkomsi
air ledeng sebagai minuman dan menggantinya dengan air mineral dalam pet bottle. Sekarang,
akan timbul pertanyaan, mengapa pemerintah Jepang MENGANJURKAN untuk tidak
mengkonsumsi air ledeng sebagai minuman jika itu dinyatakan tidak berbahaya? Kembali lagi,
pemerintah Jepang berprinsip, lebih baik mengkosumsi minuman yang tidak mengandung
HI, daripada meminum air yang mengandung, meskipun HI yang ditemukan kadarnya
sangat kecil sekali. Tetapi jika ternyata minuman mineral sulit ditemukan dan tidak ada cara
lain selain mengkonsumsi air ledeng, maka itu tidak apa-apa dan tidak berbahaya.
Kepada para ibu yang mempunya bayi, dianjurkan untuk menggunakan air mineral saat membuat
susu buat bayi dan makanan bayi. Tetapi jika tidak ada air mineral dan mau tak mau harus
menggunakan air ledeng, hal ini juga tidak apa-apa dan tidak berbahaya.
Pertanyaan lain, mengapa radiasi nuklirnya di Fukushima kok yang dilarang di Tokyo? Karena
air-air tanah di daerah sekitar Tokyo dan juga aliran air sungainya, semuanya dari Utara, yang
berarti aliran air dari Fukushima juga akan mengalir ke daerah Tokyo meski dalam radius yang
sangat jauh dari lokasi nuklir. Daerah yang lebih Selatan dari Tokyo dinyatakan tidak apa-apa,
termasuk Shizuoka.
Demikian catatan yang saya buat hari ini, semoga dapat mengurangi kecemasan semua temanteman Indonesia yang ada di Jepang. Kita menjadi takut karena tidak mengerti. Sekarang kita
mengerti, jadi hilangkanlah ketakutan anda.
Berita terbaru dari reaktor nuklir di Fukushima, bahwa kemarin sekitar pukul 4.20 sore hari
keluar asap hitam dari tank no.3 di Plant I, untuk sebab yang belum diketahui sampai hari ini.
Para regu pemadam kebakaran segera ditarik dari lokasi dan perkerjaan dihentikan semua begitu
keluar asap hitam.
Jepang terus berjuang. Pemerintah Jepang selalu berada di tengah-tengah rakyat Jepang untuk
melindungi rakyat Jepang dan semua orang yang berada di dalam wilayah Jepang. Pemerintah
Jepang bekerja untuk rakyat. Perdana mentri Jepang sendiri mengatakan, bahwa yang jelek harus
dikatakan jelek di depat rakyat, yang baik harus dikatakan baik juga, jadi semua berita-berita
yang disampaikan oleh pemerintah Jepang mengenai reaktor nuklir di Fukushima adalah hal
yang benar dan tidak ditutup-tutupi. Terima kasih.
Tidak ada penjarahan pasca gempa dan
tsunami di Jepang
By Sakura on 28 March, 2011
Sakura
26 Maret 2011
Saya tergerak untuk menulis artikel ini, setelah ada kesimpangsiuran berita di Indonesia, di mana
banyak berita-berita yang mengatakan terjadi penjarahan di Jepang. Hal ini sama sekali tidak
benar. Berita-berita yang salah tersebut harus diluruskan dan tidak dibenarkan untuk menulis
berita tanpa berita akurat dari Jepang, hanya demi mengejar rating pembaca.
Ada berita yang mengatakan, bahwa banyak barang-barang rumah para pengungsi yang dicuri
dan dijarah dsetelah mereka mengungsi. Perlu saya tegaskan, hal ini SAMA SEKALI TIDAK
BENAR. Sejak terjadinya gempa dan tsunami (tanggal 11 Maret 2011) hingga saat ini, tanggal
26 Maret 2011, tak satu pun ada cerita dari para pengungsi bahwa barang-barang di rumahnya
kecurian, juga tidak ada beritanya di surat kabar dan TV.
Hal yang sangat aneh untuk mempercayai hal tersebut, jika logika kita bisa bekerja dengan
benar, dapat dibayangkan, tsunami yang mencapai ketinggian 5 m hingga 15 m telah menyeret
rumah-rumah penduduk hingga tinggal pondasinya dan terseret sampai kejauhan 100 m. Ini
untuk rumah yang masih bisa bertahan, sedangkan kebanyakan yang terjadi adalah rumah hancur
lebur, tinggal atap rumah yang mengambang sampai ke laut. Lalu bagaimana bias dikatakan jika
barang-barang di rumah kecurian?
Untuk rumah-rumah yang masih utuh pun, akses jalan menuju rumah sama sekali buntu,
timbunan lumpur dan pasir sedikitnya mencapai ketinggian 30 cm dan banyak sekali bangkai
barang-barang, bangkai rumah dan bangkai mobil menyatu menutupi jalan. Rumah yang bisa
bertahan biaanya berada berada pada permukaan tanah yang cukup tinggi, tapi aliran tsunami
yang menyeret bangkai-bangkai barang-barang tersebut mengakibatkan timbunan bangkai
barang-barang tersebut di tempat yang lebih tinggi. Banyak sekali ditemukan bangkai mobil di
pagar rumah yang utuh dengan posisi bagian belakang mobil naik ke atas (ini karena bagian
depan lebih berat karena ada mesin). Belum lagi bau menyengat dari korban-korban yang tewas
dan terserat tsunami kemudian terdampar bersama tumpukan bangkai barang-barang.
Logikanya, kalau anda di lokasi dan mencium bau sangat menyengat, jalan tertutup lumpur dan
pasir, apakah anda masih tega mencuri barang-barang dari rumah para korban gempa? Bangsa
Jepang mempunyai sikap “muri-ari” (how to understand others feeling without say anything), ini
suatu karakter yang sangat bagus dan tidak dipunyai bangsa lain, mereka bukan bangsa beringas
yang akan semena-mena melanggar hak asasi orang lain dengan mudah begitu ditimpa musibah
(akan saya jelaskan di bawah berdasarkan pengalaman saya yang lama tinggal di Jepang).
Yang sebenarnya terjadi adalah, banyak para pengungsi yang menuju rumah mereka pasca
gempa, untuk membersihkan rumah dari timbunan lumpur dan pasir serta mencari barang-barang
yang masih bisa dijadikan memory untuk mengenang anggota keluarga mereka yang hilang tidak
diketemukan atau diketemukan dalam keadaan tewas. Dan pada malam harinya mereka balik lagi
ke tempat pengungsian dan menginap di sana, karena rumah mereka masih tidak mungkin untuk
ditinggali karena hancur dan porak poranda. Listrik tidak ada, gas tidak ada, air tidak ada, cuaca
dingin menggigit, itulah yang mereka alami di pengungsian.
Dalam pengamatan saya, saat para pengungsi membersihkan rumah mereka, mencari-cari barang
sebagai kenangan, menyeret tumpukan bangkai dari pintu pagar, saat itulah pers yang tidak
bertanggung jawab mengatakan bahwa telah terjadi penjarahan di rumah-rumah korban gempa
dan tsunami. Banyak orang-orang pers dari luar Jepang yang ke lokasi, tapi mereka tidak
dibekali bahasa Jepang yang cukup, bagaimana mereka bisa membuat kesimpulan yang salah,
karena mereka tidak mewawancari para pengungsi secara langsung, hanya pandangan mata dan
membandingkan Jepang dengan kondisi negara-negara lain pasca gempa (Indonesia misalnya
yang terkena tsunami di Sumatra) yang mengalami penjarahan besar-besaran.
Kalau anda berada di Jepang dan menyaksikan siaran-siaran TV secara langsung, anda akan
kagum dengan sikap community, “muriari” dan koordinasi yang sangat kuat di dalam
masyarakat Jepang. Dalam suatu rumah yang berhasil selamat, mereka malah menggelar barangbarang rumah mereka di depan rumah mereka, seperti baju-baju, coat, makanan, dengan tujuan
untuk membantu sesama “silahkan ambil ini semua dengan bebas”, mereka menampung 7
keluarga sekaligus, ada 20 orang dalam 1 rumah, meskipun mereka sendiri kesulitan tanpa air,
gas, listrik, tapi mereka masih mempunyai hati untuk memberikan tempat di rumah mereka bagi
yang lain.
Jika anda menyaksikan apa yang terjadi di lokasi pengungsian, hati anda akan begitu terenyuh
melihat sikap solid bangsa Jepang, tanpa komando, beberapa orang langsung naik ke
gunung/hutan dan mencari kayu untuk sarana memasak, padahal cuaca sangat dingin menggigit,
yang lainnya mencari baskom dan ember, dan langsung pergi ke arah sungai untuk mencari air,
pada beberapa tempat pengungsian yang tidak ada sungai, mereka beramai-ramai menyaring air
kolam renang sehingga layak dimasak dan diminum, mereka menghancurkan bongkahanbongkahan es untuk dijadikan air buat keperluan toilet.
Inilah karakter bangsa Jepang yang sebenarnya, mereka mengerti penderitaan orang lain, mereka
tidak mengeluh, tapi berjuang untuk hidup, bukan untuk hidup diri sendiri, tapi bagaimana semua
orang yang selamat di pengungsian bisa bertahan semuanya. Sangat solid kerjasamanya. Negara
Jepang adalah negara yang mempunyai angka kriminalitas yang sangat kecil, ini negara yang
paling aman yang pernah saya tinggali.
Kalau anda ada di stasiun kereta dan sedang mengantri kereta, tetapi anda ada keperluan lain,
misalnya ingin ke toilet atau membeli sesuatu, anda cukup meletakkan tas atau barang anda di
tempat anda antri. Dijamin 100%, bahwa ketika anda kembali barang anda masih dalam keadaan
utuh, Mereka tidak akan mengambil barang anda dan menyerobot antrian. Beda dengan di
Inggris misalnya, polisi di stasiun akan langsung mengambil tas yang anda tinggalkan karena
dicurigai ada bom di dalamnya. Saya sering meninggalkan rumah dalam keadaan pintu belakang
rumah terbuka pada saat saya kerja di tempat lain (supaya kucing saya bisa keluar masuk rumah
dengan mudah), padahal pekarangan belakang rumah saya cuma dibatasi pagar setinggi 50 cm
dan langsung akses ke jalan raya, ternyata sampai saat ini pun saya tidak pernah sekali pun
kecurian, dan hal ini sudah berlangsung selama 1,5 tahun.
Di daerah saya tinggal, banyak sekali pohon-pohon jeruk, pohon-pohonnya sangat rendah.
Ketika jeruk-jeruknya matang, tidak akan ada orang yang mencuri jeruk, sekali pun pohon
jeruknya ada di pinggir jalan. Yang ada, banyak buah jeruk yang jatuh ke tanah berceceran dan
busuk karena tertiup angin kencang. Dari pengalaman tinggal lama di Jepang, saya bisa katakan,
bangsa Jepang bukan bangsa beringas yang akan melakukan penjarahan seperti yang banyak
dilansir berita-berita yang tidak bertanggung jawab.
Tidak ada pengungsi dan korban gempa dan tsunami yang kelaparan hingga beringas dan
menjarah. Dari berita-berita di TV, internet dan surat kabar di Jepang sini, para pengungsi
memang berada dalam kondisi minim makanan dan minuman. Seminim-minimnya, mereka
sehari makan 2 kali, makan pagi dengan sepotong nasi onigiri dan secawan miso shiru (sup
Jepang), dan makan malam dengan sepotong pisang dan jeruk. Tidak ada pengungsi yang tidak
kebagian makan, semua dikoordinasi dengan sangat baik.
Ada berita yang mengatakan bahwa mereka membobol brankas uang. Ini juga sama sekali tidak
benar. Dari beberapa liputan TV, kejadian yang sebenarnya adalah, bahwa ketika tsunami tibatiba datang, petugas bank di sebuah bank sedang akan mengunci brankas, tetapi tsunami sudah
datang tiba-tiba setinggi 5 m, mereka panik dan segera menyelamatkan diri, brankas lupa
terkunci, dan ketika tsunami reda, mereka menemukan brankas terseret ke pintu depan bank, dan
uang sebanyak 40 juta yen lenyap. Jadi, apakah ini bisa dikatakan pembobolan bank? Tsunami
setinggi itu bisa bisa saja membuka brankas yang tidak terkunci dan menyeret seluruh uang dari
dalam brankas.
Dikatakan juga ada pembobolan ATM, duh, untuk yang satu ini, saya bisa katakan, ini sangat
jahat. Yang terjadi sebenarnya adalah, banyak pos-pos surat yang box-boxnya terseret aliran
tsunami. Penduduk mengangkat box-box surat tersebut, untuk mengamankan isi surat-surat
tersebut di dalamnya, supaya surat-surat tersebut bisa disampaikan kepada alamat yang dituju.
Mereka berkata, “Meskipun seandainya pemilik surat tidak diketahui keberadaannya sekarang,
saya berharap surat dia dapat disampaikan ke alamat yang dituju sebagai pesan terakhir”. Betapa
mulianya. Tetapi berita di luar sangat ironis, dikatakan bahwa mereka membobol mesin-mesin
ATM.
Satu lagi berita yang sangat miring, dikatakan bahwa terjadi pencurian bensin secara besarbesaran dari mobil-mobil. Keadaan yang sebenarnya, di propinsi Sendai, ada 4 orang anak muda
yang tidak bertanggung jawab, mereka mencuri bensin dari mobil-mobil yang ditinggalkan para
pemiliknya yang mengungsi. Memang ada pencurian bensin, tapi ini hanya 1 kasus kriminalitas,
dan tidak terjadi secara menyeluruh di lokasi yang tertimpa gempa dan tsunami. Di mana pun
anda berada, pasti ada orang yang jahat juga.
Jika anda menghitung, 4 anak muda melakukan pencurian bensin, persentasinya kecil sekali
kalau anda bandingkan dengan jumlah penduduk yang selamat dari total 4 propinsi utama yang
tertimpa gempa dan tsunami hebat. Ini bukan pencurian bensin besar-besaran. Hanya 1 kasus.
Dan penduduk yang bensinnya dicuri, ketika diwawancarai, mereka berkata sambil tertawa,
“Hmm, apa boleh buat ya, lagi pula mobil-mobil yang selamat dan ada bensinnya di sini juga
sangat sedikit”. Yang kebanyakan terjadi pasca gempa, banyak orang yang beruntung mobilnya
selamat dan mempunyai bensin, mereka justru menawarkan kepada penduduk umum untuk ikut
menumpang, “Ojii-san, doko he iku, issho ni notte kudasai” (Kakek, mau ke mana? Ayo ikut
mobil saya), begitu yang ditawarkan seorang lelaki baya kepada seorang kakek-kakek yang jalan
kaki.
Kakek tersebut mengatakan, “Obat di rumah sudah habis, tadi dari rumah juga menumpang
mobil tetangga sampai apotik ini, ternyata tutup, bingung juga sebenarnya mau pulang, tapi
nggak ada sarana transportasi, ya mau nggak mau jalan kaki”.
Bangsa Jepang adalah bangsa yang solid dan kuat community-nya terhadap sesama. Bahkan
anak-anak SD di tempat pengungsian, tanpa disuruh, mereka mempunyai ide untuk memijiti
orang-orang jompo di pengungsian, setiap hari selama kurang lebih 1-2 jam. Bahkan anak-anak
mempunyai empati yang sangat tinggi untuk melakukan apa saja yang bisa dilakukan untuk
membantu sesama. Siaran TV berkali-kali menayangkan anjuran untuk tidak menggunakan
listrik berlebihan, untuk mengurangi penggunaan telepon dan email, untuk tidak membeli
barang-barang yang tidak perlu. Ini sebagai wujud toleransi terhadap penduduk yang tertimpa
musibah.
Ketika terjadi pencemaran radiasi terhadap air ledeng dalam dosis sangat kecil dan rakyat
dianjurkan untuk mengkonsumsi air mineral, supermarket-supermarket dan toko-toko yang
menjual air mineral segera memasang pengumuman “setiap orang hanya boleh membeli 1 botol”
dengan tujuan agar semua orang bisa kebagian air mineral secara rata. Jika ada berita musibah di
negara lain, yang pertama kali dilakukan oleh pemerintah Jepang adalah segera mencari tahu,
apakah ada WN Jepang di sana, jika ada, dia selamat atau tidak, dan beritanya langsung masuk
TV supaya keluarga si korban segera mengetahui.
Bangsa Jepang adalah bangsa yang sigap dan segera “bangun” dari keterpurukan suasana. Dari
berita-berita di TV, beberapa aktivitas sudah mulai bangun, sarana air ledeng sudah mulai
beroperasi di beberapa lokasi gempa. Akses highway ke Utara Jepang (ke arah Fukushima,
Sendai, Miyagi) sudah mulai dibuka kembali kemarin setelah beberapa ruas jalan yang rusak
paah akibat gempa berhasil diperbaiki. Sarana perumahan bagi korban gempa juga sudah mulai
dibangun sejak minggu lalu. Petugas kantor pos juga sudah mulai beroperasi, mereka
menjangkau penduduk yang rumahnya hancur dengan berjalan kaki. Kaisar Jepang juga secara
pribadi telah mengirmkan ratusan botol susu segar buat bayi, berkarung-karung ubi dan beras
buat para pengungsi.
Bukan hanya pemerintah yang mulai mengaktifkan kembali sarana-sarana umum, penduduk
secara individual juga melakukan apa yang mereka bisa lakukan, pemilik toko kacamata segera
menyumbangkan 3000 frame dan kacamata kepada para korban gempa, para tukang cukur
rambut segera terkoordinasi dan membuka jasa gratis pemotongan rambut bagi para pengungsi,
pemilik toko sepeda menyumbang beratus-ratus sepeda supaya para pengungsi bisa mencari
anggota keluarganya yang belum ada kabar, dengan tidak mengandalkan mobil karena stok
bensin sudah habis.
Seorang anak muda petugas pom bensin malah memberikan bensin gratis kepada penduduk dan
mengatakan, “Pompa bensinnya hancur lebur, mesinnya juga rusak semua, saya cuma
menemukan mobil tanki ini yang masih ada bensinnya, saya bagikan kepada penduduk, untuk
pulang, saya sendiri juga tidak tahu, sekarang mobil tanki ini juga sudah kosong”. Ada seorang
penduduk yang membuat sarana ofuro (pemandian air panas) gratis di depan pekarangan
rumahnya, supaya para pengungsi bisa memberishkan diri, dia bilang, “Hati saya jadi cerah
setelah mendengarkan suara anak-anak yang tertawa dan bercanda sambil mandi”.
Dengan memberitakan hal-hal yang benar, sebenarnya banyak pelajaran yang bisa diambil dari
keadaan yang sesungguhnya di Jepang, bagaimana solidnya kerjasamanya masyarakat Jepang
menghadapi bencana dan bangun dari keterpurukan suasana.
Beberapa jam setelah bencana gempa bumi dan tsunami hebat melanda Jepang, siaran di TV
Jepang mengatakan “Indonesia mengatakan akan mengirimkan bantuan dengan segera. Ini
adalah negara pertama yang menyampaikan pesan kepada Jepang”. Tetapi apa yang terjadi
sesungguhnya? Tim SAR dan rescue yang pertama kali datang, sehari setelah bencana, adalah
dari Cina. Mereka datang secara mendadak dan langsung bekerja di lokasi. Negara kedua yang
mengirimkan tim recuenya adalah Jerman. Hingga hari ini pun, tidak ada kabar tim SAR dari
Indonesia datang ke Jepang.
Hanya ada 1 berita bagus tentang Indonesia, bahwa ada satu grup volunteers orang asing,
gabungan WN Sri Lanka, Bangladesh, Pakistan dan Indonesia yang datang ke lokasi gempa dan
dengan truk dan membuat masakan kare buat para pengungsi. Grup sukarelawan ini mayoritas
orang Sri Lanka (30 orang) di mana WN Sri Lanka mengatakan, “Negara kami porak poranda
akibat tsunami Sumatra, jadi kami bisa merasakan penderitaan yang menimpa Jepang dan ingin
memberikan sedikit bantuan dengan memasak kare di sini”. Hanya itu berita bagusnya.
Harapan saya cuma 1, semoga berita-berita miring di luar Jepang tidak langsung dipercayai
begitu saja. Kasihan bangsa Jepang, mereka sudah ditimpa musibah, tidak perlu lagi membuat
berita tidak benar untuk menjelekkan bangsa Jepang.
Foto-foto:
http://www.boston.com/bigpicture/
Tiga Minggu Pertama di Fukushima
By Sakura on 13 May, 2011
Sakura
Pada artikel saya sebelumnya, saya pernah menuliskan bahwa sebenarnya saya mempunyai
rencana untuk pindah ke Fukushima-shi pada awal April lalu. Setelah mengalami penundaan
selama 1 bulan untuk pindah ke Fukushima-shi akibat efek gempa 9.0 M tanggal 11 Maret lalu,
akhirnya tanggal 26 April aku pindah ke Fukushima-shi.
Suatu catatan tersendiri, penundaan proyek riset yang harus saya lakukan di Fukushima Medical
University tidak terkait dengan efek NPP (nuclear plant power) Fukushima, tetapi lebih
difokuskan kepada kekhawatiran adanya gempa besar susulan. Akan saya jelaskan di bawah ini
lebih lanjut mengapa penduduk di Fukushima-shi terlihat `tenang-tenang saja` dengan efek NPP
Fukushima.
Perjalanan melalui highway membutuhkan waktu sekitar 7 jam, normalnya hanya 5-6 jam, tetapi
karena highway dari Utsunomiya ke Fukushima masih tidak rata (`gata-gata` bahasa Jepangnya),
perjalanan jadi agak lambat. Memang beberapa ruas jalan terlihat aspalnya masih baru, ada
sekitar 7 ruas jalan yang mengalami kerusakan akibat gempa, semua sudah diperbaiki, tetapi
beberapa pondasi jembatan tertekuk ke atas akibat gempa, perbaikan jalan tidak bisa 100%
mulus seperti sedia kala.
Suatu pemandangan tersendiri sepanjang jalan, melihat masih banyak atap rumah-rumah yang
ditutup lembaran vynil plastic warna biru karena atap rumah rusak akibat gempa Maret lalu.
Sebagaimana diberitakan di TV Jepang dan media massa Jepang lainnya, gempa-gempa susulan
masih terus terjadi di area yang tertimpa gempa hebat pada Maret lalu (Sendai, Iwate, Miyage,
Fukushima), bahkan sampai ke arah Selatan (Saitama, Ibaraki) dan 1-2 kali gempa selama bulan
April juga masih terjadi sampai di Shizuoka.
Hingga hari ini (tanggal 10 Mei), sedikitnya sehari 1-2 kali gempa susulan masih terjadi di
Fukushima-shi, level gempanya tidak sebesar di daerah Hamadori (daerah pesisir pantai), di
Fukushima-shi yang terletak di sebelah dalam (Nakadori) level gempanya sekitar 2-4 MW (MW
adalah satuan moment magnitude scale (MMS) yang terbaru, untuk merivisi satuan gempa yang
lama, yang mengikuti scale Richter (ML)).
Hari pertama penyambutan kedatanganku ke Fukushima-shi adalah dari gempa 4M pada tanggal
26 April jam 3 dini hari, sekitar 1 menit. Memang saat itu saya agak khawatir, karena baru
pindah, tumpukan barang-barang dalam kardus-kardus besar masih disusun ke atas dan ruangan
apartment-ku ada di lantai 5, hanya beberapa kardus yang sempat dibongkar, terutama kardus
yang isinya peralatan tidur.
Badanku capek sekali memangku si Moonshine dalam perjalanan dari Shizuoka ke Fukushima,
jadi yang penting tidur dulu pada malam pertama tiba di Fukushima-shi. Moonshine adalah
kucingku seberat 6,8 kg. Semula dia saya letakkan di sebelah tempat dudukku dalam mobil,
tetapi karena cerewet dan terlihat stress setalah 2 jam perjalanan, akhirnya aku pangku dia
bersama box-nya sekalian supaya dia bisa lebih tenang, sambil diusap-usap, akibatnya 5 jam
memangku kucing 7 kg kakiku jadi pegel.
Tidak disangka ternyata malam harinya langsung mengalami gempa lagi. Segera aku turunkan
tumpukan-tumpukan kardus meski mata masih mengantuk dan badan masih pegel-pegel.
Penyambutan resmi dari members laboratorium baru diadakan keesokan harinya tanggal 27 April
malam di restoran Italia..yummy!
Tanggal 27 April pagi aku masih tidak ke luar rumah, karena masih membongkar-bongkar
tumpukan kardus supaya aman dari gempa susulan. Ada gempa kecil lagi pada pagi itu, mungkin
sekitar 2 Mw (tidak tahu pastinya karena saat itu TV belum disetting). Sampai aku sempat
mengeluh, `gempa lagi, gempa lagi, salah `kali ya pindah ke sini`. Tapi setelah 3 minggu di sini,
kok jadi `kebal` dengan gempa-gempa susulan, sampai si Moonshine juga sudah bisa cuek dan
tidak masuk ke dalam rumah kalau pas berada di balcony.
Karena kebetulan aktivitas laboratoium baru akan dimulai setelah liburan Golden Week (jadi
setelah tanggal 5 Mei), sejak tanggal 28 April sampai 5 Mei kerjaanku cuma kelayapan seputar
kota untuk pengenalan kota sambil belanja barang-barang dan bahan makanan, dan registrasi
status penduduk ke City Hall Fukushima.
Iseng-iseng saya tanyakan ke officer di City Hall, sudah berapa banyak orang asing yang masuk
ke Fukushima-shi, dijawab, belum seorang pun, jadi cuma saya seorang yang pindah masuk ke
Fukushima-shi sejak terjadinya kecelakaan NPP Fukushima. Sebagaimana diketahui, reaksi
internsional cukup panik akibat kecelakaan tersebut, Amerika, Australia, dan Swedia
menginstruksikan warganya untuk mengungsi di luar radius 80 km dari NPP I Fukushima.
Kemudian disusul oleh Korea Selatan. Spanyol juga tidak kalah hebohnya, sampai dengan radius
120 km harus diungsikan. Dan yang wah lagi adalah Perancis, Inggris, Jerman, Swiss, Austria,
Italia, Selandia Baru, Italiam Finlandia, Kenya, dan Israel, pokoke sampai Tokyo harus
diungsikan, padahal Tokyo jauh sekali, berada 250 km dari NPP I Fukushima. Australia
kelihatannya jadi tambah panik setelah itu, akhirnya mengeluarkan keputusan yang sama, yang
di Tokyo harus mengungsi semua juga….beginilah efek kalau berita jadi simpang-siur, terjadi
salah-terjemahan bahasa Jepang, atau membuat keputusan per negara.
Sampai radius 80 km, masih dimaklumi, karena Amerika mengkhawatirkan efek dari tank no.2
yang sekarang bangunannya masih terlihat utuh dari luar, kemungkinan jika terjadi explosi di
tank tersebut akan mengakibatkan efek yang lebih berat. Tapi kalau sampai daerah Tokyo harus
diungsikan tanpa dasar alasan yang jelas, ini namannya ikut-ikutan heboh tanpa mengerti apaapa.
Banyak pihak yang menyamakan kecelakaan di NPP I Fukushima sama dengan kecelakaan di
Three Miles dan Chernobyl, padahal jelas-jelas berbeda. Sayangnya, pemerintah Jepang sendiri
tidak berupaya lebih jauh untuk membuat penjelasan dalam bahasa Inggris secara gambling dan
jelas. Chanel-chanel TV Jepang juga hanya membuat penjelasan lebih dalam di dalam bahasa
Jepang, yang tentunya hanya bisa dimengerti oleh orang-orang asing yang mengerti bahasa
Jepang dengan baik.
Beginilah tipe orang Jepang, tidak mau show off kalau tidak disuruh, meski di luar Jepang berita
sudah heboh, simpang siur tidak jelas dan semakin absurd dan chaos.
Tempat tinggalku di Fukushima-shi tepatnya berada pada 57 km dari lokasi NPP I Fukushima di
Ookuma yang mengalami kecelakaan. Sebelum terjadinya gempa tanggal 11 Maret lalu, level
radiasi alami di Fukushima sebesar 0.15 micro Sv/h. Fukushima-shi sendiri, mencapai level
radiasi tertinggi setelah gempa yaitu pada tanggal 16 Maret, sebesar 18.4 micro Sv/h di tempat
terbuka di sekitar Fukushima City Hall dan 6.97 micro Sv/h di Fukushima Medical University.
Saat ini (tanggal 8 Mei lalu), level radiasinya sudah berangsur turun, maksimum pada 1.52 micro
Sv/h di sekitar tempat terbuka di Fukushima City Hall, 0.96 micro Sv/h di sekitar bypass
(highway) dan 0.48 micro Sv/h di sekitar Fukushima Medical University. Jadi dapat dikatakan
bahwa Fukushima-shi level radiasinya sekitar 10-20 kali dari radiasi alami yang mana hal ini
sama sekali tidak berpengaruh terhadap manusia.
Tambahan lagi, mengikuti pergerakan angin, kadang level radiasinya turun banyak, jadi tidak
bisa diambil perhitungan bahwa perhari di Fukushima-shi level radiasinya sebesar 1.52 micro
Sv/h x 24 h = 36.48 micro Sv/d. Lebih jauh lagi, tidak 24 jam seseorang berada di luar ruangan,
di mana level radiasi di dalam ruangan sangat kecil sekali, sehingga perhitungan 36.48 micro
Sv/d tidak bisa diambil sebagai acuan dosis akumulasi per hari.
Kehidupan di Fukushima-shi sehari-hari berjalan normal, tidak perlu memakai masker saat
berada di luar ruangan. Di sini yang mengenakan masker hanya orang-orang yang mempunyai
hay fever terhadap pollen (termasuk saya), karena di sini sedang musim semi dan banyak serbuk
bunga. Untuk anak-anak, maksimum level radiasi yang diperbolehkan sebesar 20 mili Sv/tahun.
Di sekolah-sekolah dan di tempat terbuka tidak banyak terlihat anak-anak melakukan aktivitas,
karena kegiatan dilakukan indoor termasuk kegiatan olah-raga di sekolah-sekolah.
Pada liburan sepanjang Golden Week lalu (29-30 April dan 1, 3-5 Mei lalu) di tempat-tempat
umum terlihat biasa-biasa saja dan tetap ramai. Supply bahan makanan untuk penduduk kota
Fukushima semuanya didatangkan dari luar Fukushima-ken (propinsi Fukushima) dengan harga
yang sama dan tidak mengalami perubahan. Beberapa bahan makanan, mengalami kenaikan
harga sebesar 10-20 yen per item, tapi hanya sedikit sekali yang mengalami kenaikan harga.
Jadi tidak ada perubahan berarti bagi penduduk Fukushima-shi, baik sebelum dan sesudah
kecelakaan reaktor tersebut. Kota di sebelah Fukushima, di Koriyama-shi, level radiasinya
sekitar 3.7 micro Sv/h, karena efek arah angin. Kadang-kadang level radiasi tidak bisa ditebak,
dalam radius 20 km untuk daerah-daerah yang ke arah dalam propinsi Fukushima, level
radiasinya sangat rendah sekali, 0.6 micro Sv/h bahkan sampai 0.3 micro Sv/h, tetapi untuk
daerah yang lebih ke Utara, seperti desa Minami Soumashi, level radiasinya cukup tinggi.
Ini adalah daerah terberat yang mengalami kerusakan akibat gempa bumi, tsunami dan disusul
kemudian oleh efek kecelakaan NPP I Fukushima. Desa tersebut berada dalam radius 25 km dari
lokasi kecelakaan nuklir tersebut. Hingga kepala desanya tahun ini dinobatkan sebagai salah
seorang terbaik dari 100 orang terbaik di dunia tahun ini. Kalau saya yang jadi kepala desanya,
kepala saya pasti sudah dilibet kain karena pusying 1000 keliling mengalami masalah bertubitubi yang menghantam desa, belum lagi kehilangan 400 orang penduduk yang tewas akibat
gempa dan tsunami.
Untuk daerah-daerah yang berada dalam radius 20 km, pemerintah Jepang mengijinkan
penduduk setempat untuk pulang ke rumah masing-masing untuk mengambil barang-barang,
selama maksimum 2 jam per orang dan hanya diperbolehkan membawa barang dari rumahnya
sebesar maksimum volume 70 cm x 70 cm x 70 cm. Siapa yang ketahuan melanggar aturan,
dikenakan pinalti denda sebesar 100.000 yen per orang.
Pemerintah Jepang sendiri, hanya mengcover kerugian sebesar 1 juta yen per keluarga untuk
penduduk dalam lokasi sampai radius 20 km dari lokasi NPP I Fukushima. Suatu harga yang
sangat rendah, jika dihitung salary rata-rata sebesar 300 ribu yen per keluarga, dan terpaksa harus
mengungsi selama minimum 6 bulan dengan kehilangan segala privacy di tempat pengungsian,
tentulah wajar jika penduduk di lokasi tersebut sangat marah terhadap pemerintah Jepang
(terhadap PM Jepang dan TEPCO Jepang).
Sebenarnya pemerintah Jepang telah memperhitungkan untuk pembangunan semua bangunan
PLTN dalam kondisi yang aman dari gempa dan tsunami, sayangnya, tsunami 11 Maret lalu
memang jauh di luar dugaan sehingga mencapai rata-rata 15 m dan ketinggian tertinggi 38 m di
Miyagi. Sehingga derita yang harus ditanggung penduduk ternyata harus dibayar ternyata cukup
mahal dan semua bangunan PLTN se Jepang yang berada di lokasi pesisir pantai harus
direnovasi dan dinaikkan sampai penambahan ketinggian 30 m dari permukaan laut.
Setelah shutdown-nya 4 lokasi PLTN termasuk di Onagawa dan Fukushima seteleh gempa dan
tsunami, disusul shutdown-nya 1 lagi PLTN di Hamaoka (Shizuoka) tanggal 6 Mei lalu, TEPCO
Jepang harus melakukan penghematan besar-besaran terhadap sumber daya listrik untuk supply
daerah Kanto dan Tohoku, terutama menghadapi musim panas nanti. Akibatnya, pemerintah
Jepang akan menaikkan harga tarif listrik untuk seluruh Jepang.
Penutupan NPP Hamaoka juga menimbulkan kontra dari beberapa propinsi lain, yang merasa
Hamaoka di-anakemas-kan atau terpaksa harus menanggung supply energy listrik untuk Kanto
dan Tohoku juga. Alasan penutupan NPP Hamaoka, karena diperkirakan dalam 30 tahun ini akan
terjadinya gempa sampai dengan 8 M adalah sebesar 87%. Memang sekarang banyak pro dan
kontra dalam masyarakat Jepang sendiri untuk masalah PLTN.
Karena ide di kepala saya cukup banyak untuk membahas masalah ini, saya akan tuliskan dalam
artikel tersendiri kemudian. Saat ini Jepang sendiri mempunyai 54 lokasi PLTN, dan 1 PLTN
sekarang dalam pembangunan, yang kelihatannya ini sangat berlebihan untuk daerah yang rawan
gempa seperti Jepang, meski harga listrik dari PLTN adalah yang termurah, tetapi efek seperti
NPP I Fukushima yang harus ditanggung ternyata juga cukup mahal.
Tanggal 5 Mei lalu saya sempat mengikuti ceramah dari gubernur Fukushima mengenai safety di
Fukushima-shi dan ditambah ceramah dari seorang dokter yang ibunya adalah salah seorang
korban dari ledakan nuklir di Nagasaki tahun 1945 lalu, yang intinya meminta semua orang di
Fukushima Medical University tetap tenang dan memberikan informasi yang benar kepada
masyarakat umum.
Saya cukupkan sampai di sini. Insya Allah disambung dalam artikel yang lain lagi, yang selesai
nulisnnya kapan masih belum jelas, karena kegiatan lab, saya sudah mulai aktif dan saya jadi
mulai sibuk. Salam dari Fukushima-shi yang semuanya biasa-biasa saja di sini…hihihi…
Ilustrasi:
thestate.com
guardian.co.uk
csmonitor.com
PLTN Jepang, Antara Pro dan Kontra
By Sakura on 23 May, 2011
Sakura – Jepang
Menyambung tulisan saya di artikel sebelum ini (`Tiga minggu pertama di Fukushima-shi`), kali
saya akan lebih membahas mengenai fakta PLTN Jepang yang sebenarnya.
Jepang adalah negara yang sangat minim sumber daya energi fosil (kecuali batu bara), sampaisampai harus mengimpor minyak mentah dan gas alam dari negara-negara lain, termasuk juga
mengimpor uranium, karena persediaan batu bara Jepang hanya dapat mengcover 21-24%
kebutuhan listrik Jepang. Dengan miskinnya sumber energi, sejak tahun 1973 pemerintah Jepang
lebih meningkatkan pembangunan PLTN, karena biaya energi listrik yang dihasilkan dari nuklir
adalah yang terendah dibandingkan dengan sumber-sumber listrik lainnya (solar energy masih
menjadi sumber listrik termahal, meski bagi Jepang sekali pun).
Saat ini, sebanyak 24% sumber listrik negara Jepang disupply dari reaktor nuklir. Jepang
mempunyai 54 tank reaktor pada 21 lokasi PLTN, di mana 17 lokasi di antaranya terletak di
daerah pesisir pantai, termasuk juga PLTN yang sedang dalam sorotan saat ini: PLTN I
Fukushima dan PLTN Hamaoka (Shizuoka). Satu PLTN sebagai tank reaktor ke-55 sedang
dalam proses pembangunan di Shimane tahun ini. Sampai dengan tanggal 16 Mei ini, dari 54
tank reaktor tersebut yang semula beroperasi, 9 tank reaktor telah mengalami shutdown (4 tank
reaktor di PLTN I Fukushima dan 5 tank reaktor di PLTN Hamaoka), sehingga yang masih
beroperasi sebanyak 45 tank reaktor.
Dari 54 tank reaktor semula, 29 tank reaktor menggunakan sistem BWR (boiling water reactor),
suatu sistem yang sama dengan yang PLTN I Fukushima. Sistem lainnya yang digunakan pada
PLTN Jepang adalah PWR (pressurized water reactor) and ABWR (advanced boling water
reactor), sedangkan sistem FBR (fast breeder reactor) dan Magnox (yang serupa dengan PLTN di
UK), telah distop karena menggunakan radionuclide utama dari plutonium.
Membandingkan dengan sistem di PLTN Chernobyl, di sana menggunakan sistem RBMK
(reaktor bolshoy moshchnosti kanalniy, dalam bahasa Rusia) atau High Power Channel-Type
Reactors yang juga menggunakan sumber radionuclide dari plutonium. Sebenarnya semua PLTN
Jepang yang menggunakan plutonium sudah ditutup. Tetapi melihat efek dari PLTN I Fukushima
akibat gempa 11 Maret lalu terhadap masyarakat Jepang, kontra terhadap pemakaian nuklir
sebagai sumber listrik di Jepang meningkat menjadi 80%, termasuk aksi demo menentang
operasional PLTN Hamaoka, karena dikawatirkan akan menimbulkan efek yang sama dengan
PLTN I Fukushima.
Kontra terhadap PLTN juga sebagai efek dari beberapa kecelakaan yang terjadi sepanjang
sejarah PLTN Jepang (akan saya uraikan di bawah ini). Sebanyak 20% yang pro disebabkan oleh
alasan bisnis, adalah mereka yang menggunakan energi nuklir bukan sebagai konsumsi rumah
tangga, tetapi untuk industri/pabriknya, mereka yang rumah-rumahnya disewakan untuk para
pekerja PLTN, dan mereka yang mensupply bahan makanan untuk para pekerja PLTN.
Akibat penutupan 9 tank reaktor pada tahun ini, Jepang kehilangan supply enargi listrik sebesar
9693 MW (4696 MW dari PLTN I Fukushima dan 4997 MW dari PLTN Hamaoka).
Akibatnya, pemerintah dan rakyat Jepang harus melakukan penghematan energi listrik besarbesaran saat ini, terutama untuk menghadapi musim panas nanti (secara khusus saya juga harus
melakukan puasa Ramadhan musim panas ini, benar-benar tidak terbayang kalau tidak bisa
menggunakan AC, karena panasnya di sini lebih panas daripada di Indonesia). Pemerintah
Jepang berencana akan menaikkan harga tarif listrik tahun ini (update dari berita TV tanggal 12
Mei, kenaikan harga listrik sekitar 0.5% sampai 2%).
Untuk masa depan, pemerintah Jepang akan lebih menfokuskan kepada pembangunan energi
listrik panas bumi (geothermal), mengikuti jejak New Zealand, karena Jepang juga mempunyai
banyak sumber panas bumi dan mengandalkan sumber batu bara saja tentu tidak akan
mencukupi.
Beberapa kecelakaan reaktor nuklir Jepang
1. Tahun 1981: Sebanyak 300 pekerja terekspos radiasi secara berlebihan, setelah batang
fuel di tank reaktor pecah selama perbaikan (sayang sekali, informasi lengkapnya susah
didapat dari internet).
2. December 1995: terjadi kecelakaan reaktor nuklir di Manju (propinsi Fukui), setelah
terjadi kebocoran sodium yang menyebabkan timbulnya api hingga termperatur naik
ratusan Celcius. Reaktor di Fukui ini menggunakan sistem MOX (campuran uranium dan
plutonium) di mana radiasi dari plutonium jelas lebih berbahaya dibandingkan uranium.
3. Maret 1997: terjadi eksplosi dari sampah radiaokatif pada saat pemprosesan ulang.
Kecelakaannya terjadi di PLTN Kushima (di propinsi Miyazaki-pulau Kyuushu),
mengakibatkan penutupan PLTN tersebut.
4. Tahun 1999: kembali lagi PLTN Fukui menimbulkan masalah di mana sistem pemasukan
fuel tidak berfungsi dengan baik.
5. 30 September 1999, jam 10.35 am: Terjadi kecelakan di tempat lain, di PLTN Tokai,
Ibaraki. Kecelakaan akibat human error di mana mereka kurang mempunyai qualifikasi
dan pengalaman yang cukup. Ketika terjadi pengisian uranium, volumenya melebihi
batas critical mass, hingga mencapai 40 liter atau 16 kg U-235. Dua pekerja tewas dan
seorang pekerja tercemar radiasi dengan dosis yang sangat tinggi.
6. 9 Agustus 2004: PLTN di Fukui kembali menimbulkan masalah, 5 pekerja tewas akibat
eksplosi uap panas di PLTN Mihama-Fukui. Ini adalah kecelakaan yang terberat hingga
telah merenggut korban jiwa.
7. 6 Juli 2007: Kerusakan tank reaktor akibat gempa bumi di propinsi Niigata 6.8 skala
Ritcher, sebanyak 7 tank reactor di Kashiwazaki dan Kariwa (propinsi Niigata)
mengamai shut down selama 21 bulan.
8. 2008: Akibat gempa bumi sebesar 7.2 M di Kurihara (propinsi Miyagi) pada tahun 2008,
menyebabkan keretakan pada menara pendingin reactor di PLTN Kurihara,
mengabikatkan limbah air mengalami kebocoran dan kerusakan pada batang reaktor.
9. 11 Maret 2011: Akibat gempa bumi Tokai-Tohoku sebesar 9.0 M, mengakibatkan PLTN
I di Futaba (di propinsi Fukushima) mengalami ledakan dan keursakan pada 4 tank
reactor (tank no.1-4) yang sampai saat ini masalahnya masih dalam proses penanganan.
Sebanyak 140 000 orang penduduk dalam radius sampai dengan 20 km masih dalam
proses evakuasi hingga hari ini.
Sampai saat iti, sedikitnya 5 PLTN telah mengalami pembatalan dan shutdown, di antaranya:
PLTN Houhoku di propinsi Yamaguchi (tahun 1994), PLTN Kushima di propinsi Miyazaki
(tahun 1997), PLTN Ashihama di propinsi Mie (tahun 2000), PLTN Suzu di propinsi Ishikawa
(tahun 2003), PLTN Maki di Niigata (tahun 2003) dan kemungkinan 1 PLTN yang sedang
dibangun saat ini di Shimane juga akan mengalami pembatalan.
Keadaaan PLTN I Fukushima saat ini
Sampai dengan hari ini (16 Mei), tank reaktor no.1 sudah mengalami melt-down, tetapi tank
reaktor no.2-4 belum bisa melt down. Masalahnya, setelah melt down, apakah sampah nuklirnya
akan dibuang ke propinsi Omori (Jepang mempunyai tempat pembuangan sampah nuklir di
propinsi Omori, di wilayah Tohoku), sedangkan masyarakat Jepang saat ini sedang besar-besaran
melakukan kontra terhadap operasional PLTN.
Jepang pernah berpikir untuk membangun fasilitas pembuangan sampah nuklir di bawah tanah,
seperti yang dilakukan oleh negara Finlandia, tetapi masalah kembali terbentur kepada penolakan
masyarakat untuk pembangunan sistem pembuangan sampah nuklir bawah tanah tersebut.
Menghadapi musim panas tahun ini
Untuk menghadapi musim panas tahun ini, pemerintah Jepang menganjurkan masyarakat Jepang
untuk menurunkan satuan Ampere. Secara individual, beberapa hal lain yang dapat dilakukan
misalnya: memasang krei di luar jendela kaca, untuk mengurangi panas di dalam ruangan,
menggunakan kipas angin (sampai dengan bulan ini, kipas angin di toko-toko elektronik
kebanyakan sudah terjual habis), memakai pakaian yang sejuk, dan sebagainya.
Download