Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap

advertisement
RENCANA
PEMBANGUNAN LIMA TAHUN
KELIMA
1989/90-1993/94
III
REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 1989
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA
(REPELITA V)
1989/90 — 1993/94
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. bahwa pelaksanaan Rencana Pembangunan
Lima Tahun Keempat (REPELITA IV) telah
menunjukkan hasil-hasil yang cukup memadai
sehingga dapat dijadikan landasan yang kuat
untuk tahap pembangunan selanjutnya;
b. bahwa dengan memperhatikan hasil-hasil yang
telah dicapai serta kemampuan-kemampuan
yang telah dapat dikembangkan dalam
REPELITA IV, maka ditetapkan REPELITA V
yang merupakan kelanjutan dan peningkatan
dari REPELITA IV;
3
Mengingat
c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di. atas, serta dengan mendengar
dan memperhatikan secara sungguh-sungguh
saran-saran dari Dewan Perwakilan Rakyat, maka
sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat seperti yang tercantum
dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara, dipandang perlu untuk
mengeluarkan
Keputusan
Presiden
yang
menetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun
Kelima (1989/90 –1993/94).
: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar
Haluan Negara;
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Nomor VI/MPR/1988 tentang Pelimpahan
Tugas dan Wewenang Kepada Presiden/
Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat
dalam rangka Pensuksesan dan Pengamanan
Pembangunan Nasional;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA (REPELITA V)
1989/90 — 1993/94.
Pasal 1
Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima 1989/90 — 1993/94
sebagaimana termuat dalam lampiran Keputusan Presiden ini
merupakan pelaksanaan dari pada Pola Dasar Pembangunan Nasio -
4
nal, Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang, dan Pola Umum
Pembangunan Lima Tahun Kelima sesuai dengan Garis-garis Besar
Haluan Negara yang telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Pasal 2
Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1, menjadi landasan dan pedoman bagi Pemerintah
dalam melaksanakan Pembangunan Lima Tahun Kelima.
Pasal 3
Pelaksanaan lebih lanjut Rencana Pembangunan Lima Tahun
Kelima, dituangkan dalam Rencana Tahunan yang tercermin dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijaksanaankebijaksanaan Pemerintah lainnya.
Pasal 4
Penuangan dalam Rencana Tahunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3, dilaksanakan dengan memperhatikan kemungkinankemungkinan perubahan dan perkembangan keadaan yang memerlukan langkah-langkah penyesuaian terhadap Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima.
Pasal 5
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Maret 1989
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SOEHARTO
5
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN
KELIMA
1989/90 ― 1993/94
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor 13 TAHUN 1989
tentang
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA
(REPELITA V)
III
REPUBLIK INDONESIA
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA
1989/90 — 1993/94
DAFTAR ISI
BUKU I
Bab 1. Tujuan dan Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan
2. Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan
3. Keuangan Negara
Bab 4. Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan
Bab 5. Neraca Pembayaran Internasional
Bab 6. Perluasan Kesempatan Kerja
Bab 7. Pengembangan Dunia Usaha
Bab 8. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup
Bab 9. Pertanian. dan Pengairan
Bab 10. Pangan dan Perbaikan Gizi
Bab
Bab
BUKU II
Bab 11. I n d u s t r i
Bab 12. Pertambangan dan Energi
Bab 13. Perhubungan dan Pariwisata
Bab 14. Perdagangan
Bab 15. Koperasi
Bab 16. Tenaga Kerja
Bab 17. Transmigrasi
Bab 18. Perumahan dan Pemukiman
Bab 19. A g a m a
Bab 20. Pendidikan dan Generasi Muda
9
BUKU III
Bab 21. Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
Bab 22. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian, dan Pengembangan
Statistik
Bab 23. Kesehatan
Bab 24. Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wanita
Bab 25. Kependudukan dan Keluarga Berencana
Bab 26. Pembangunan Daerah
Bab 27. H u k u m
Bab 28. Pertahanan Keamanan
Bab 29. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial
Bab 30. Aparatur Pemerintah
BUKU IV
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
10
Daerah Istimewa Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Daerah Istimewa Yogyakarta
Jawa Timur
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Ba1i
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Mal u k u
Irian Jaya
Timor Timur
11
RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA
1989/90 — 1993/94
DAFTAR ISI BUKU III
Halaman
Bab 21. Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan
Yang Maha Esa ............................................................................. 17
Bab 22. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian, dan Pengembangan Statistik ............................................................................55
Bab 23. Kesehatan ....................................................................................111
Bab 24. Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wanita .................................. 207
Bab 25. Kependudukan dan Keluarga Berencana .................................... 283
Bab 26. Pembangunan Daerah ................................................................ 347
Bab 27. H u k u m ................................................................................... 407
Bab 28. Pertahanan Keamanan ............................................................... 451
Bab 29. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial ................................... 485
Bab 30. Aparatur Pemerintah .................................................................. 523
13
BAB 21
KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
BAB 21
KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
I.
PENDAHULUAN
Dalam
usaha
pengembangan
kebudayaan
nasional,
Garis-
garis Besar Haluan Negara (GBHN) menggariskan antara lain
1.
Kebudayaan
nasional
yang
berlandaskan
Pancasila
bahwa:
diarah-
kan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan
nasional dalam segenap bidang kehidupan agar dengan demikian
pembangunan nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.
2.
Kebudayaan Indonesia harus terus dipelihara, dibina dan
dikembangkan.
Sehubungan
dengan
itu
perlu
diupayakan
terbukanya peluang bagi masyarakat luas untuk berperan aktif
dalam proses pengembangan kebudayaan nasional dan dalam
menikmati hasil-hasilnya.
3.
Perlu
ditumbuhkan
kemampuan
masyarakat
untuk
mengangkat
nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyenilai-nilai dari luar yang positif dan yang diperlu-
rap
-
kan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan. Dalam
17
pada itu perlu dicegah sikap-sikap feodal dan ke daerahan yang
sempit serta pengaruh kebudayaan asing yang negatif.
4.
Perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial,
disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu menjawab
tantangan pembangunan. Khususnya perlu ditumbuhkan sikap
budaya yang mendukung upaya pembaharuan termasuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehubungan dengan itu perlu
dikembangkan pranata-pranata sosial yang dapat mendukung
proses pemantapan budaya bangsa.
5.
Usaha-usaha pembauran bangsa perlu dilanjutkan di segala
bidang kehidupan, dalam rangka usaha memperkokoh persa-tuan
dan kesatuan bangsa serta memantapkan ketahanan nasional.
6.
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia perlu terus
ditingkatkan, serta penggunaannya secara baik, benar dan
penuh kebanggaan perlu makin dimasyarakatkan. Di samping itu
dalam rangka memperkaya bahasa dan kesusastraan Indonesia,
perlu dirangsang penulisan karya-karya sastra.
7.
Bahasa daerah perlu terus dibina dan dilestarikan dalam rangka
mengembangkan
serta
memperkaya
perbendaharaan
Indonesia dan khazanah kebudayaan nasional seba-
bahasa
gai salah
satu unsur kepribadian bangsa. Sejalan dengan itu perlu
ditingkatkan penelitian, pengkajian dan pengembangan bahasa
dan sastra daerah.
8.
Pengembangan kesenian diusahakan agar mampu menampung
dan
menumbuhkan daya cipta para seniman serta meningkat-
kan
apresiasi seni masyarakat. Dalam hubungan ini kese-
18
nian daerah perlu dipelihara dan dikembangkan dan bagi para
budayawan termasuk seniman yang berprestasi perlu diberikan
penghargaan.
9. Tradisi dan peninggalan sejarah perlu dipelihara dan di-
-
bina untuk menumbuhkan kesadaran sejarah, semangat perjuangan
dan cinta Tanah Air serta memelihara kelestarian budaya dan
kesinambungan pembangunan bangsa.
Selanjutnya berkenaan dengan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, GBHN antara lain menggariskan sebagai berikut:
1.
Kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa makin dikembangkan, sehingga terbina hidup
rukun di
antara sesama umat beragama, di antara sesama penganut
kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan antara semua umat
beragama dan semua penganut keperca-
yaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam usaha memperko-
koh kesatuan dan
persatuan bangsa dan meningkatkan amal untuk bersama-sama
membangun masyarakat.
2.
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak merupakan
agama.
Pembinaan
terhadap
kepercayaan
terhadap
Tuhan
Yang Maha Esa tidak diarahkan pada pembentukan agama
baru,
serta pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan
dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanu-
siaan
yang adil dan beradab.
Pengembangan
dasarnya
kebudayaan
merupakan
usaha
nasional
menciptakan
dalam
Repelita
kondisi
sosial
V
pada
budaya
yang sesuai dengan nilai kepribadian bangsa yang berlandaskan
Pancasila. Dalam upaya melembagakan Pancasila dalam kehi-
dupan
sosial budaya masyarakat Indonesia, program-program
19
pembinaan dan pengembangan kebudayaan diarahkan pada peng-hayatan
dan pengamalan Pancasila, serta mendorong tumbuh dan berkembangnya
rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. Selain itu akan
dikembangkan pula disiplin nasional serta
sikap mental yang
mampu menjawab tantangan pembangunan se-
perti sikap
kemandirian dalam kebersamaan, tenggang rasa,
jujur dan
kesatria, hemat, cermat, sederhana, tertib, meng-hargai waktu serta
penuh pengabdian.
II.
KEADAAN DAN MASALAH
Dalam Repelita IV telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai
dengan tahap pembangunan dan prioritas nasional, sepembangunan kebudayaan telah mencapai perkembangan
dalam
mewujudkan
kehidupan
kemasyarakatan
hingga
yang positif
yang
Pancasila. Kegiatan-kegiatan tersebut ditekankan
berazaskan
pada usaha
penggalian, pelestarian, dan pengungkapan nilai-
nilai luhur
budaya bangsa, serta norma-norma dan pola tingkah laku sosial budaya
Pancasila. Di samping itu telah dilaksa-
nakan kegiatan
pemantapan prasarana dan peningkatan kemampuan pengelola, baik
administratif maupun teknis, di bidang kebudayaan.
Pelaksanaan kegiatan dalam Repelita IV masih kurang
memberi
penekanan pada usaha pengungkapan dan penanaman as-
pek
nilai-nilai budaya, disiplin nasional, pembauran bangsa, tanggung
jawab dan kesetiakawanan sosial, tatakrama, dan ni-
lai budaya
lainnya seperti harga diri, kepercayaan diri, kemandirian, ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran, ketekunan, keberanian, dan
kebersihan jiwa.
Pada garis besarnya keadaan dan masalah pada akhir
Re-pelita IV meliputi: penanaman dan pengukuhan nilai-nilai
20
budaya;
kebahasaan,
kesusastraan
dan
perpustakaan;
kesenian;
tradisi,, peninggalan sejarah, permuseuman; dan pembinaan penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Rincian keadaan dan masalah
adalah sebagai berikut.
1.
Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya
Inventarisasi dan pembinaan nilai-nilai budaya yang tum-
-
buh dan berkembang di daerah dalam Repelita IV dilakukan me-lalui
perekaman, penulisan, pengkajian, penerbitan dan penyebarluasan
hasil-hasil inventarisasi dan penelitian kebudaya-
an daerah
dan kebudayaan Nusantara ke berbagai lembaga pendidikan, baik
pemerintah maupun swasta, serta lembaga-lembaga lainnya.
Sementara itu dalam pelaksanaan inventarisasi dan pembi-
-
naan nilai-nilai budaya masih dijumpai masalah-masalah, an-
tara
lain belum adanya keterpaduan antara upaya pengungkapan
dan
penanaman nilai-nilai budaya dalam semua segi kehidupan.
Di
samping itu tanggung jawab sosial, kesetiakawanan sosial, disiplin
nasional dalam kehidupan sosial budaya belum dapat berkembang. Di
bidang tanggung jawab dan kesetiakawanan
kecenderungan tumbuhnya rasa egoisme di
sosial, tampak
kalangan masyarakat
perkotaan yang antara lain menyebabkan berkembangnya kecenderungan
pengelompokan anggota masyarakat berdasarkan status ekonomi.
Lingkungan keluarga, sekolah, lembaga-lembaga sosial dan
instansi-instansi pemerintah belum dapat berfungsi sepenuhnya dalam
menanamkan dan menumbuhkan disiplin nasional.
Pembauran bangsa belum dapat terwujud secara nyata se-
-
hingga dikhawatirkan akan menghambat usaha terwujudnya inte-
21
grasi nasional sebagai dasar membina persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam proses penyerapan kebudayaan asing kurang diadaptasikan
dengan nilai-nilai budaya bangsa. Dalam kaitan ini, dirasakan adanya
kecenderungan makin memudar dalam melaksana-
kan tatakrama di
kalangan keluarga, sekolah, dan masyarakat disebabkan kurangnya
kesadaran dalam menghayati nilai-nilai luhur dalam budaya bangsa.
Kemajuan ilmu dan teknologi telah membawa dampak peru-
bahan
dan pergeseran nilai-nilai budaya, sementara konsepsi tentang
kerangka acuan pengembangan budaya nasional belum
dapat
memberikan pegangan yang mantap.
2.
Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan dan Perpustakaan
Dalam
rangka
pembinaan
kebahasaan,
kesusastraan,
dan
perpustakaan dalam Repelita IV antara lain, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan pembinaan dan pengembangan bahasa dan susastra
Indonesia
yang
meliputi
penyusunan
tata
bahasa
baku
Indonesia, kamus besar bahasa Indonesia dan kamus-
bahasa
kamus
istilah bahasa Indonesia. Selain itu telah dilaksanakan usaha-usaha
bimbingan kebahasaan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung melalui media komunikasi massa dan publikasi.
Dalam usaha pengembangan kebahasaan dan kesusastraan,
dalam
Repelita IV masih dijumpai berbagai masalah. Antara
lain,
pembakuan bahasa Indonesia belum sempurna dan belum
dapat
dicerna secara langsung oleh seluruh lapisan masyaraPeristilahan dalam berbagai bidang ilmu dan kehidupan
sepenuhnya dapat menunjang usaha pembakuan bahasa
22
kat.
belum
Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
belum
memasyarakat sehingga jumlah serta mutu pemakai bahasa Indonesia
jauh dari yang diharapkan. Selain itu kegiatan penelitian bahasa
daerah terhambat oleh terbatasnya jumlah
tenaga peneliti,
padahal jumlah bahasa daerah sangat beragam
dan wilayah
penyebarannya sangat banyak dan luas.
Di
bidang
perpustakaan
secara
bertahap
telah
berhasil
ditingkatkan kualitas dan kuantitas bahan pustaka, penerbitan,
perawatan
dikembangkan
dan
berbagai
kaan-perpustakaan
pengawetan
jenis
Wilayah,
bahan
pustaka.
perpustakaan,
Perpustakaan
Juga
seperti
Khusus,
telah
Perpusta-
Perpustakaan
Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Umum
Dati
II dan Desa, Perpustakaan Keliling dan Perpustakaan Nasional.
Demikian pula usaha memasyarakatkan" perpustakaan
telah
dilaksanakan dengan bimbingan dan penyuluhan-penyuluhan melalui
berbagai media massa. Di samping itu telah dilaksana-
kan
peningkatan kemampuan tenaga dan status fungsional jabatpustakawan, serta tenaga perpustakaan, beserta sarana
an
fisik
yang diperlukan.
Masalah yang dihadapi di bidang perpustakaan adalah penyelenggaraan
perpustakaan
belum
memenuhi
kebutuhan
masya-
rakat, antara lain, karena penyediaan bahan pustaka belum se-banding
dengan jumlah penduduk; pengenalan masyarakat menge-
nai
perpustakaan dan upaya peningkatan gemar membaca masih terbatas; dan
pelayanan kebutuhan buku belum menjangkau se-
luruh masyarakat
pedesaan. Selain itu sarana dan prasarana operasional Perpustakaan
Nasional dan Perpustakaan Wilayah
kebutuhan masyarakat. Lagi pula probelum sepenuhnya mampu menunjang kebu-
belum sebanding dengan
duksi buku nasional
tuhan dunia
perpustakaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
23
3.
Pembinaan Kesenian
Dalam rangka pembinaan kesenian, dalam Repelita IV telah
dilaksanakan antara lain pemeliharaan dan pelestarian kese-
nian
daerah melalui berbagai kegiatan, seperti perlombaanperlombaan seni
dan pertunjukan seni daerah serta peningkatan mutu dan kreativitas
seniman melalui berbagai pergelaran. Di samping itu dilakukan pula
penyebarluasan hasil-hasil karya
seni di seluruh wilayah
Indonesia, pemberian bantuan yang
berupa bimbingan teknis, dan
peralatan kesenian untuk pro-
pinsi, kabupaten atau kotamadya,
kecamatan, organisasi-organisasi kesenian, daerah transmigrasi,
daerah perbatasan dan daerah rawan. Dalam melengkapi kebutuhan
prasarana pengem-bangan kesenian, antara lain, telah ditingkatkan
fungsi dan peranan Taman Budaya.
Masalah yang dihadapi dalam usaha pengembangan kesenian antara
lain ialah masih banyaknya bentuk kesenian daerah yang belum digali
dan dikembangkan, belum memadainya kelengkapan Taman Budaya, serta
belum tercakupnya seluruh lapisan masya-rakat dalam usaha pembinaan
kesenian. Sementara itu apresiasi seni, terutama bentuk seni
kontemporer, belum merata dan masyarakat belum sepenuhnya berperan
secara aktif dalam usaha pengembangan kesenian.
4.
Pelestarian dan Pemanfaatan Tradisi, Peninggalan Sejarah dan
Permuseuman
Usaha pelestarian dan pemanfaatan tradisi, peninggalan sejarah
dan permuseuman dalam Repelita IV telah dibina dalam rangka
membangkitkan jiwa kepahlawanan dan kebanggaan nasioserta semangat perjuangan dan cinta tanah air. Dalam
sejarah telah dilakukan penulisan dan penelitian
24
nal
bidang
sejarah daerah dan nasional, serta penyebarluasan hasil-hasil
penulisan dan penelitian tersebut.
Dalam hal pemeliharaan dan perlindungan peninggalan purbakala
telah
dilakukan
pemugaran,
rehabilitasi
bangunan
peninggalan
sejarah dan purbakala, pemeliharaan situs kepurbakalaan, serta
peningkatan pengamanan peninggalan tersebut terhadap gangguan alam
dan ulah manusia. Di samping itu telah dilaksanakan inventarisasi
dan dokumentasi serta publikasi
dan penyuluhan tentang
pelestarian peninggalan sejarah dan purbakala.
Masalah yang dihadapi dalam bidang kesejarahan adalah penulisan
sejarah yang berkaitan dengan peristiwa lokal belum seluruhnya
diungkapkan. Dalam bidang peninggalan sejarah
masih terdapat
gangguan keamanan terhadap kelestarian peninggalan sejarah baik oleh
alam maupun oleh ulah manusia. Di samping itu, situs-situs
peninggalan sejarah dan purbakala
dapat dimanfaatkan secara maksi-
yang mempunyai potensi belum
mal untuk menunjang pendidikan
dan kepariwisataan.
Dalam
usaha
penelitian
kepurbakalaan
telah
dilaksanakan
kegiatan penggalian dan penulisan naskah hasil penelitian
guna
dipakai sebagai bahan penyusunan sejarah nasional.
Dalam penelitian purbakala masalah yang dihadapi adalah
tersebarnya situs peninggalan sejarah dan purbakala di se-
-
luruh pelosok tanah air. Masih banyak situs yang belum dapat
dijangkau untuk digali dan diteliti, di antaranya termasuk
situs
yang terdapat di bawah air. Kegiatan penggalian dan penelitian
purbakala belum ditunjang oleh tenaga dan peralatan yang memadai.
Dalam rangka fungsionalisasi museum sebagai
sarana kultural
edukatif dan rekreatif, museum-museum yang
ada belum
dimanfaatkan secara maksimal.
25
Dalam usaha pengembangan permuseuman telah mulai ditingkatkan
sistem pengelolaan permuseuman dan dilaksanakan pemberian bantuan
teknis dan peralatan kepada museum swasta dan daerah. Di samping
itu, telah dilaksanakan pula usaha peningkatan jumlah koleksi,
inventarisasi, katalogisasi, konservasi, preparasi, pameran dan
penerbitan.
5. Pembinaan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
Usaha pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan
Mafia
Esa
dalam
Repelita
IV
telah
dilaksanakan
Yang
melalui
inventarisasi dan 4okumentasi 254 organisasi, serta pembinaan
penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan bekerja
sama dengan berbagai instansi yang terkait.
Masalah yang dijumpai ialah bahwa masyarakat penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa belum terbuka untuk
memberikan data dan informasi. Di samping itu, koordinasi
yang
menyangkut kebijaksanaan pembinaan penghayat kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa belum terwujud dengan baik dan pembinaan yang
dilakukan oleh pemerintah belum sepenuhnya dipahami oleh para
sesepuh dan pinisepuh, organisasi keperca-
yaan dan pamong budaya
spiritual. Nilai-nilai luhur keperca-yaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sebagai bagian dari budaya spiritual bangsa belum seluruhnya
diungkapkan dan diamalkan secara nyata dalam semua segi kehidupan
para penghayatnya.
III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
Atas dasar keadaan dan masalah sebagaimana dipaparkan di
atas dan sesuai dengan amanat GBHN, maka disusun kebijaksa-
26
naan dan langkah-langkah yang akan diuraikan secara lebih
rinci di bawah ini.
1.
Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya
Inventarisasi dan pembinaan nilai-nilai budaya diarahkan pada
usaha pengungkapan nilai-nilai budaya yang dapat mena-
-
namkan dan memantapkan disiplin, pembauran bangsa, tanggung
jawab
dan kesetiakawanan sosial, tatakrama serta nilai-nilai budaya
lainnya kepada seluruh anggota masyarakat, dalam rangka pembinaan
kesatuan dan persatuan bangsa tanpa membedakan
suku, agama,
ras dan adat istiadat.
Penanaman dan pengukuhan disiplin nasional di dalam
segala
segi kehidupan masyarakat dilakukan, antara lain, me-
lalui usaha
inventarisasi bentuk-bentuk disiplin yang tumbuh
di kalangan
masyarakat Indonesia dan menyebarluaskannya kemasyarakat. Sejalan dengan itu, ditanamkan sikap
pada
disiplin
yang dianut sebagai bentuk disiplin nasional dalam segala segi
kehidupan, baik individu, keluarga, sekolah, masyarakat maupun
pemerintah secara serentak.
Peningkatan pembauran antar suku dan golongan dilaksana-
-
kan baik dalam bidang kehidupan sosiokultural dan kegiatan ekonomi,
maupun dalam bentuk komunikasi, interaksi sosial,
dan kegiatan
pendidikan.
Selain itu ditanamkan sikap mental kemauan dan kebiasaan kerja
keras serta hemat, dalam rangka mewujudkan tanggung
jawab
masyarakat dalam menanggapi tantangan mempercepat pembangunan
bangsa. Dalam rangka mempertahankan, melestarikan
dan
mengembangkan nilai-nilai budaya yang luhur yang menjadi kepribadian
bangsa, diusahakan peningkatan usaha inventari-
sasi dan
pengkajian kebudayaan daerah dan nusantara.
27
Di samping itu, akan ditingkatkan penelitian dan peni-
laian
masuknya kebudayaan asing dalam rangka memajukan kebu-dayaan
nasional, serta akan diusahakan peningkatan kemampuan masyarakat
dalam menyaring kebudayaan asing yang negatif.
Dalam rangka fungsionalisasi objek-objek wisata budaya, akan
dilakukan kerja sama dengan sektor pariwisata serta lembaga-lembaga
yang terkait. Diplomasi kebudayaan diusahakan, antara lain melalui
upaya pengenalan kebudayaan Indonesia
2.
kepada bangsa lain.
Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan dan Perpustakaan
Pembinaan bahasa Indonesia,
baik lisan maupun
tulisan,
diarahkan pada usaha untuk memungkinkan agar bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa nasional tumbuh
menjadi bahasa modern. Sebagai bahasa modern yang merupakan unsur
kebudayaan nasional, bahasa Indonesia akan
dapat memenuhi
fungsinya sebagai sarana komunikasi nasional, sarana pengembangan
kebudayaan nasional, sarana pengembangan
dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern, dan sarana untuk mewariskan
tata nilai nasional kepada generasi penerus.
Pembinaan bahasa daerah, baik lisan maupun tulisan, diarahkan
agar bahasa daerah sebagai unsur kebudayaan yang hi-
dup
dan mempunyai peranan tersendiri dalam masyarakat etnik, dapat
berperanan antara lain sebagai sarana komunikasi di daerah, sarana
pengembangan kebudayaan daerah serta sarana
tata nilai daerah yang luhur. Dengan demi-
untuk mewariskan
kian bahasa daerah
akan tumbuh dan berkembang serasi dengan bahasa Indonesia sehingga
dapat pula berfungsi sebagai sumber utama pemekaran kosa kata bahasa
Indonesia.
28
Kebijaksanaan yang menyangkut bahasa asing diarahkan
agar
pembinaan bahasa asing, sebagai sarana memasuki dunia pergaulan
antar bangsa di bidang ilmu, teknologi, agama, kebudayaan, ekonomi,
dan politik, berkembang tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap
pertumbuhan bahasa Indonesia.
Pembinaan perpustakaan diarahkan pada usaha memantapkan sistem
nasional perpustakaan, peningkatan layanan perpusta-
kaan
yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sampai
ke
desa-desa. Dalam bidang perbukuan nasional diarahkan agar dapat
menunjang sistem nasional perpustakaan, serta penyebarluasan ilmu
pengetahuan dan informasi kebudayaan.
3.
Pembinaan Kesenian
Pembinaan
kesenian
diarahkan
pada
usaha
menumbuhkan
kreativitas dan daya cipta para seniman yang dapat mendorong
terwujudnya
kebudayaan
nasional
untuk
memperkuat
integritas,
kebanggaan nasional dan identitas bangsa dengan meningkatkan
partisipasi masyarakat.
Media massa seperti radio dan televisi yang bersifat au-dial
dan
audiovisual
akan
dimanfaatkan
untuk
menyebarluaskan
produk-produk seni budaya serta meningkatkan standar seni budaya.
Pembinaan dan penyebarluasan kesenian ditingkatkan juga dalam rangka
mendukung
diplomasi
kebudayaan
dan
untuk
kepentingan
kepariwisataan, serta melaksanakan pemantauan dan penyaringan
pengaruh kebudayaan dari luar (asing) yang nega-
tif. Pembinaan
kesenian dilakukan secara terpadu, baik dalam sektor, lintas
sektoral, maupun antar instansi.
29
4.
Pembinaan Tradisi, Peninggalan-Sejarah dan Permuseuman
Pembinaan tradisi dan peninggalan sejarah diarahkan pada usaha
menumbuhkan kesadaran bersejarah, semangat perjuangan
dan
cinta tanah air untuk mendukung usaha pengembangan kebudayaan
nasional. Usaha ini dilaksanakan melalui penelitian, pengkajian dan
perekaman kesejarahan terhadap peristiwa se-jarah. Di samping itu,
dilaksanakan penulisan sejarah, pere-
kaman dan penjernihan
kesejarahan, dan persiapan bahan ajaran sejarah guna keperluan
pendidikan dan keperluan lainnya.
Perlindungan dan pembinaan peninggalan sejarah dan pur- bakala
beserta situs-situsnya, baik yang berada di darat mau-
pun
di bawah air, diarahkan untuk menumbuhkan kebanggaan nasional,
kesadaran bersejarah, semangat perjuangan dan cinta tanah air,
serta meningkatkan kemanfaatannya bagi kepentingan pembangunan
bidang pariwisata. Dalam hubungan ini rancangan Undang-undang Benda
Cagar Budaya akan diselesaikan, di samstatus dan lingkungan peninggalan
ping usaha mengukuhkan
sejarah dan purbakala sebagai
cagar-budaya sesuai perundangundangan yang berlaku. Dalam hal
pembangunan fisik baru, akan diutamakan usaha penyelamatan situs
peninggalan sejarah dan purbakala.
Penelitian arkeologi diarahkan pada usaha untuk menyudan menyempurnakan pandangan baru tentang penyusunan
sun
sejarah
nasional dan daerah. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan usaha
penelitian, penggalian (ekskavasi), dan pengperalatan laboratorium serta peningkatan sarana
ujian dengan
dan fasilitas
penelitian.
Pembinaan permuseuman diarahkan pada usaha meningkatkan fungsi museum sebagai lembaga yang melestarikan warisan
30
budaya
bangsa
dan
menyajikannya
kepada
masyarakat
untuk
tujuan-tujuan kultural-edukatif dan rekreasi. Selain itu akan
ditingkatkan pula fungsi museum sebagai pusat studi ilmiah dan objek
wisata budaya. Untuk itu akan disusun peraturan perundang-undangan
permuseuman, penyempurnaan sistem permuseuman, pengadaan koleksi,
peningkatan pengenalan koleksi melalui pameran tetap, temporer dan
keliling.
Selain
itu
akan
dibangun
laboratorium-laboratorium
konservasi, ditingkatkan kegiatan penelitian, dan ditingkatkan pula
sistem pengamanan museum.
5.
Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa
Pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
diarahkan pada usaha meningkatkan pengungkapan dan penabudi luhur budaya spiritual yang sesuai dengan Pancasiserta pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Esa. Pembinaan ini tidak mengarah pada terbentuknya
naman
la
Maha
agama
baru. Dalam hubungan ini akan dilanjutkan usaha pembipenghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
naan
dengan
melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data serta pengungkapan
nilai-nilai tentang kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
yang tersebar di seluruh Nusantara.
I V . PROGRAM-PROGRAM
Untuk
mencapai
tujuan
pembangunan
kebudayaan
nasional
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
penggarisan yang telah ditetapkan dalam GBHN, dan dengan kebijaksanaan serta langkah-langkah yang telah dirumuskan, disusun berbagai program kegiatan sebagai berikut.
31
1. Program Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya
a.
Inventarisasi Nilai-nilai Budaya
Program
nilai
budaya
ini
meliputi
bertujuan
usaha-usaha
untuk
inventarisasi
mengungkapkan
dan
nilai-
menanamkan
nilai-nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai luhur
bangsa
yang relevan dengan tuntutan pembangunan agar dapat diwujudkan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam
kaitan ini akan
dikembangkan dan dikukuhkan nilai-nilai bu-
daya baru yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyara-
kat, kemajuan
ilmu dan teknologi serta perubahan lingkungan
yang berlangsung
dalam masyarakat Indonesia.
Pengungkapan
dan
penanaman
pengembangan
serta
pemantapan
bertentangan
dengan
Pancasila
dimaksudkan
untuk
lebih
nilai-nilai
nilai-nilai
dan
budaya
baru
Undang-Undang
mengembangkan
lama
yang
Dasar
pranata-pranata
dan
tidak
1945
dan
lembaga-lembaga sosial. Pranata-pranata dan lembaga-lembaga sosial
itu diperlukan dalam proses pembangunan menuju masya-
rakat yang
adil dan makmur, dan pengembangannya dilakukan melalui berbagai
saluran pendidikan dalam arti luas. Oleh karena itu akan ditingkatkan
peranan edukatif keluarga serta lembagalembaga sosial lainnya yang
berkembang dalam masyarakat.
Demikian pula akan ditingkatkan
usaha pendidikan kebudayaan melalui pendidikan formal dengan
memperbanyak bahan bacaan tentang aneka ragam kebudayaan di
Indonesia.
Untuk mendukung usaha memperbanyak informasi kebudayaan
dan
pelayanan di bidang pendidikan kebudayaan, akan digali, dikaji, dan
diungkapkan nilai-nilai budaya bangsa yang luhur, baik dari
sumber-sumber sejarah tertulis maupun lisan, adat-
32
istiadat dan lain sebagainya untuk ditawarkan kepada masyara-
kat
Mengingat kemajemukan masyarakat Indonesia serta kesen-jangan
perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang ada, akan dilaksanakan
penelitian yang mendalam agar dapat disusun kebijaksanaan pendekatan
yang menyeluruh. Program inventarisasi
dan pengembangan
nilai-nilai budaya diarahkan pada pengamatan kecenderungan sosial
budaya yang berkaitan dengan modernisasi
dan pembangunan di segala
sektor kehidupan masyarakat. Berdasarkan pengamatan tersebut akan
disusun kebijaksanaan dan
arah kegiatan pengembangan nilai-nilai
budaya yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pengembangan
kebudayaan na-
sional.
Perekaman proses pembauran bangsa dalam masyarakat Indo-
-
nesia yang majemuk dilakukan dalam rangka menemukenali nilai-nilai
budaya, norma-norma sosial yang dapat mempertemukan
minat
dan kepentingan, serta arena-arena sosial yang mempu-
nyai
potensi sebagai wadah pembauran bangsa, pengembangan kebudayaan
nasional serta kecenderungannya untuk menghindarkan ketegangan
sosial yang mungkin timbul.
Selain itu, akan direkam proses pemasyarakatan suku ter-asing
untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan
guna menyusun
kebijaksanaan sebagai usaha memperkecil kesen-jangan budaya yang
dapat mengganggu kesatuan dan persatuan bangsa, serta yang menghambat
pemanfaatan hasil pembangunan. secara merata.
Pengkajian nilai-nilai budaya luhur yang dapat mendukung
dan
mempermudah internalisasi atau penghayatan nilai-nilai Pancasila
melalui pengkajian tradisi tulis dan tradisi lisan,
33
adat-istiadat dan permainan, serta upacara tradisional akan
dilaksanakan di 27 propinsi.
b. Pembinaan Nilai-nilai Budaya
Nilai-nilai
budaya
luhur
yang
telah
diinventarisir,
se-lanjutnya akan dibina dan disebarluaskan kepada masyarakat.
Untuk
itu
pelayanan
informasi
kebudayaan
ditingkatkan
guna
mempercepat proses enkulturasi dalam wadah Pancasila. Untuk
menampung dan menghimpun aspirasi masyarakat di bidang kebu-dayaan
akan diperbanyak peluang agar masyarakat dapat mening-katkan peran
serta melalui berbagai kegiatan antara lain temu budaya, kongres
kebudayaan, ceramah-ceramah dan sayembara,
dalam rangka enkulturasi
yang
ikut
yang dilakukan
mendukung pembinaan
dan
pengembangan kebudayaan nasional. Di samping
itu, kepada
masyarakat akan diberikan penerangan tentang
aneka ragam
kebudayaan di Indonesia yang dapat memperluas cakrawala budaya,
merangsang peran serta masyarakat dalam pembinaan dan pengembangan
kebudayaan nasional dengan cara mengadakan pameran dan peragaan
budaya, baik tingkat daerah, nasional maupun regional. Juga akan
diadakan penelitian dan pengkajian kebudayaan nasional, termasuk
penerjemahan, trans-literasi dan pengungkapan nilai-nilai budaya
yang tercatat dalam naskah lama yang tersebar di seluruh Indonesia.
Demi-
kian pula akan diterbitkan dan disebarluaskan buku-buku
ten-tang aneka ragam kebudayaan di Indonesia baik ke dalam maupun ke luar negeri. Dalam hal penerbitan dan penyebarluasan
hasil-hasil penelitian, akan dilibatkan peranan- pihak swasta secara
aktif. Di samping itu akan dilaksanakan penelitian dan pengkajian
mengenai etika sosial yang berkaitan dengan disiplin, tanggung
jawab dan kesetiakawanan sosial serta pembauran bangsa.
34
Demikian pula akan ditingkatkan pembuatan film dokumententang aneka ragam kebudayaan Indonesia sebagai alat
tasi
bantu
pendidikan budaya. Usaha lain dilakukan dengan meningkatkan kerja
sama dengan lembaga swasta dan negeri yang
relevan termasuk
lembaga kebudayaan, tokoh sosial dan budaya-
wan. Untuk
mendukung pelaksanaan pelayanan informasi tentang aneka ragam
kebudayaan di Indonesia akan didirikan Pusat Do-kumentasi Kebudayaan
yang memuat informasi tentang aneka
ragam kebudayaan di
Indonesia. Pusat Dokumentasi Kebudayaan
itu merupakan wadah
nasional yang berperan sebagai koordina-
tor Balai-Balai Kajian
Sejarah dan Nilai Tradisional di
wilayah-wilayah kebudayaan
daerah.
Serangkaian
penelitian
dan
pengembangan
nilai
budaya
(disiplin, tata krama, pembauran, tanggung jawab dan kesetia-kawanan
sosial) akan menghasilkan sejumlah naskah yang akan dibukukan dan
disebarluaskan.
Untuk merangsang sikap kreativitas dan inovatif budayaakan diberikan penghargaan pada mereka yang berjasa
wan,
dalam
pengembangan dan pelestarian kebudayaan dan mereka yang berjasa
sebagai sumber informasi kebudayaan.
Pengadaan sarana dan prasarana dimaksudkan untuk menabahan
yang
akan
melengkapi
pusat
kajian
sejarah
dan
ta
nilai
tradisional. Selain itu akan ditingkatkan penyuluhan dan penanaman
nilai-nilai budaya luhur ke dalam segala segi kehidupan sosial
melalui berbagai media massa.
Dalam rangka mendirikan Pusat Dokumentasi Kebudayaan dan
melengkapi Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional di beberapa
propinsi akan dikumpulkan informasi-informasi kebuda-
yaan.
Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional di Kaliman-
tan
Barat, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Riau, akan dilanjutkan
35
pembangunannya dan difungsikan. Di samping itu akan didirikan Balai
Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional di Sulawesi SelaTimur, Bali, Irian Jaya, Sumatera Selatan, DI
tan, Timor
Aceh, Kalimantan
Timur, Sumatera Barat, Maluku dan DI Yogyakarta.
Sejumlah naskah hasil usaha pengungkapan nilai-nilai budaya,
sistem sosial dan lingkungan sosial yang mendukung strategi dan
pengembangan kebudayaan nasional akan diterbitmelibatkan
partisipasi
aktif
pihak
swasta.
kan dengan
Selanjutnya
akan
diselenggarakan Kongres Kebudayaan Nasional, berbagai ceramah dan
pameran
kebudayaan,
pembuatan
skenario
dan film
dokumentasi
mengenai nilai budaya, dan akan dibukukan "human relation area
files" mengenai keanekaragaman suku
bangsa dan kebudayaan
Indonesia. Di samping itu akan disusun bahan-bahan acuan pendidikan
dan kebudayaan yang meliputi sejumlah naskah kajian tentang
pendidikan dan kebudayaan, kodefikasi
perundang-undangan
dan
peraturan, statistik dan hasilhasil penelitian dan pengembangan
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.
Dalam rangka penelitian dan pengkajian kebudayaan nu-santara
akan dilaksanakan penelitian dan penganalisisan se-jumlah naskah,
pameran kebudayaan nusantara, ceramah, pener-bitan sejumlah naskah
dan penyebarluasannya, serta perte-
muan-pertemuan ilmiah.
Kegiatan-kegiatan tersebut akan melibatkan partisipasi aktif pihak
swasta. Selanjutnya dalam pengembangan media kebudayaan akan
diusahakan kerja sama dengan berbagai instansi yang terkait guna
menunjang pengembangan wisata budaya dan peningkatan penyebarluasan
informasi kebudayaan. Usaha itu dimaksudkan agar masyarakat dapat
mengikuti perkembangan dan berperan aktif dalam proses pembangunan
kebudayaan nusantara. Guna menunjang kerja sama luar negeri akan
36
dikembangkan Pusat Informasi Budaya di negara-negara sahabat
khususnya negara ASEAN.
nasional,
akan
dilaksanakan peningkatan penyebarluasan informasi kebudayaan
Untuk
menunjang
pengembangan
kebudayaan
di
beberapa tempat di dalam dan luar negeri. Akan diterbitkan pula
sejumlah buku paket wisata dan paket bahan-bahan infor-
masi
kebudayaan, antara lain melalui media massa, dan juga dengan
menerbitkan berbagai pustaka wisata budaya seperti
ragam bias,
kerajinan, museum, dan percandian. Di samping itu akan dibuat
sejumlah copy film kebudayaan, dan disusun nas-
kah-naskah
kerja sama antar instansi. Selain itu akan diada-
kan sarana
penunjang untuk pengisian pusat-pusat informasi kebudayaan di negara
sahabat yang potensial.
2.
Program Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan, dan
Perpustakaan
a.
Pembinaan Kebahasaan dan Kesusastraan
(1) Pembinaan Bahasa Indonesia
Program kebahasaan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan jumlah
pemakai bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
sikap positip
dan bangga para pemakai terhadap bahasa Indo-nesia. Pembinaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara dan sarana komunikasi resmi serta
pengembangan ilmu dan teknologi dilakukan secara menyeluruh termasuk
peningkatan mutu kebahasaan. Untuk itu akan dijalin keserasian usaha
pembinaan
pembinaan ba-
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional serta
hasa daerah sebagai unsur kebudayaan yang hidup.
Usaha pembinaan bahasa Indonesia akan ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Dalam hubungan
37
itu, akan ditingkatkan usaha memasyarakatkan pedoman umum
ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum pembentukan
istilah.
Selain itu, akan ditingkatkan kemampuan dan keterampilan bahasa
Indonesia yang baik dan benar di kalangan petugas pemerintah,
khususnya yang berhubungan langsung dengan masyara-
kat.
Agar setiap lapisan masyarakat dapat menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, akan ditingkatkan usaha pembinaannya melalui
media RRI, TVRI, penerbitan majalah keba-
hasaan, penyuluhan
serta bimbingan langsung. Demi pengembangbahasa Indonesia agar menjadi bahasa
an sistem dan kaidah
modern yang dapat berperan
sebagai sarana kebudayaan, pengembangan ilmu dan teknologi serta
pembangunan bangsa, akan disempurnakan Tata Bahasa Indonesia Baku dan
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam hubungan itu akan diselenggarakan
penyusunan Tata Bahasa Sekolah, penyusunan Kamus sekolah, daftar
istilah, kamus dwibahasa, penerjemahan dan penyaduran buku acuan,
serta penyusunan buku-buku pedoman dan biografi. Peningkatan keserasian antara pembinaan bahasa Indonesia dan pembinaan bahasa asing,
demi terciptanya rasa bangga dan cinta terhadap bahasa nasional,
diusahakan dengan cara mencegah dampak negatif penggunaan bahasa
asing.
Dalam
rangka
pembinaan
bahasa
Indonesia
akan
dilakukan
pembakuan di bidang tata tulis, tata Bahasa, dan tata istilah,
melanjutkan pemekaran kosa kata, penyusunan kamus, pengembangan
laras
bahasa,
dan
buku
acuan
kebahasaan.
Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan perguruan tinggi
dan lembaga lain yang relevan.
(2) Pembinaan Kesusastraan
Peningkatan mutu dan apresiasi kesusastraan dilakukan
38
dengan merangsang kegiatan penulisan karya sastra yang berdan
dilaksanakan
melalui
lomba,
sayembara,
dan
mutu
pemberian
bimbingan.
Selanjutnya, agar jumlah dan mutu pemakai bahasa serta
pencipta dan penikmat kesusastraan meningkat, dilakukan pembimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat melalui media
massa
cetak dan elektronik, diadakan sayembara penulisan
karya
sastra, dan diberikan penghargaan terhadap karya sastra yang
bermutu. Selanjutnya akan diselenggarakan pertemuan dan kerja sama
kebahasaan
dan
kesusastraan
yang
bersifat
nasional
dan
internasional. Untuk itu akan diterbitkan serta disebarluaskan
majalah
dan
monografi
kebahasaan
dan
kesusastraan
dengan
mengikutsertakan pihak swasta.
(3) Bahasa dan Sastra Daerah
Usaha pembinaan bahasa dan sastra daerah diusahakan
dengan
cara melakukan penelitian dan inventarisasi bahasa dan sastra
daerah.
Bahasa dan sastra daerah akan dibina dan dikembangkan antara
lain melalui usaha-usaha inventarisasi bahasa dan sas-tra daerah
secara menyeluruh. Selain itu akan dilanjutkan perekaman dan
penyebarluasan sastra lisan, sastra tulis dan sastra kuno yang
bersifat langka, serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap
bahasa dan sastra daerah.
Dalam
usaha
peningkatan
partisipasi
tenaga
ahli
dan
masyarakat dalam usaha pembinaan bahasa dan sastra Indonesia akan
dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VI, pameran kebahasaan, dan
kerja sama kebahasaan tingkat nasional dan internasional. Dalam
kegiatan penelitian bahasa dan sastra Indo-nesia dan daerah,
termasuk penerjemahan karya-karya kebaha39
saan dan kesusastraan, akan diadakan kerja sama dengan universitas.
Hasil-hasil penelitian akan diterbitkan dengan mengikutsertakan
pihak swasta. Di samping itu, akan didirikan
Balai Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa di 8 propinsi yaitu
DI Yogyakarta,
Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Utara, Irian Jaya dan Riau.
b. Pembinaan Perpustakaan
Pembinaan perpustakaan diarahkan untuk memantapkan sistem nasional perpustakaan dan meningkatkan layanan perpusta-
-
kaan
yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sampai
ke
desa-desa. Usaha perpustakaan akan ditingkatkan, antara
lain
dengan bekerjasama dengan Pemda melalui pengembangan pembinaan
perpustakaan nasional, perpustakaan wilayah, perpustakaan umum
kabupaten, perpustakaan kecamatan dan desa, perpustakaan sekolah,
perpustakaan keliling, perpustakaan perguruan tinggi dan instansi.
Dalam kaitan ini akan dibina sejumlah perpustakaan keliling unit
darat dan kapal air.
Usaha-usaha
ini
diarahkan
untuk
menumbuhkan
kegiatan
perpustakaan desa lewat Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. Selain
itu akan dilakukan penyusunan Rencana Undang-undang Perpustakaan,
dan Undang-undang Wajib Simpan Karya Cetak, penyusunan buku pemandu
perpustakaan, pengkajian dan pengasesuai dengan tipologi perpustaperpustakaan
melalui
media
daan koleksi bahan pustaka
kaan, penyebaran informasi
elektronika,
penyuluhan dan sayembara. Juga
berbagai naskah sistem perpusta-
media
cetak,
serta
akan dilakukan pengkajian
kaan. Demikian pula akan
dilanjutkan pembangunan Gedung Perpustakaan Wilayah di 5 propinsi
yaitu Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara
dan Sumatera Selatan,
40
serta dilanjutkan pembangunan prasarana lingkungan. perpusta-kaan-perpustakaan wilayah.
Di samping itu, usaha pengembangan Perpustakaan Nasional akan
dilanjutkan dan ditingkatkan secara terarah dan bertaSelanjutnya akan diusahakan pengadaan dan pengelolaan
hap.
teknis bahan
informasi, penerbitan bahan informasi, preser-
vasi dan
konservasi bahan-bahan pustaka, serta pameran dan
temu
karya ilmiah.
Dalam
rangka
penyusunan
kebijaksanaan
nasional
mengenai
perbukuan dan kepustakaan, kegiatan Badan Pertimbangan Perbukuan Nasional (BPPN) akan ditingkatkan untuk memacu pener-
bitan
buku yang bermutu dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas.
Selanjutnya akan ditulis naskah-naskah yang meliputi antara lain
kebijaksanaan perbukuan nasional, bibliografi nasional, "authority
file" pengarang, pembakuan (standardisasi) grafika dan bahan pokok,
transliterasi, penerjemahan dan penerbitan naskah kuno, termasuk
yang bernilai sejarah dan kebudayaan yang ada di luar negeri.
Selain itu dalam bidang penerbitan buku kesusastraan Indonesia
dan daerah akan dilaksanakan penulisan sejumlah nas-
kah. Dalam
penerbitan naskah-naskah tersebut akan dilibatkan pihak swasta.
3.
Program Pembinaan Kesenian
Pembinaan kesenian sebagai ungkapan budaya diarahkan
agar
mampu menampung dan menumbuhkan daya cipta para seniman, meningkatkan
apresiasi seni masyarakat, memperluas kesempatan masyarakat untuk
menikmati seni budaya bangsa serta membang-
kitkan semangat
dan gairah membangun. Kesenian daerah dipeli-
41
hara dan dikembangkan untuk melestarikan dan memperkaya keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.
Usaha pembinaan dan pengembangan kesenian yang meliputi
penumbuhan daya cipta para seniman dalam mewujudkan karya
seni
akan dilaksanakan melalui sayembara, lomba, eksperimen-
tasi
karya seni, festival karya cipta tingkat propinsi dan nasional.
Penyebarluasan karya seni dan peningkatan apre-
siasi seni
masyarakat untuk memperkokoh kesatuan dan persa-
tuan dalam
rangka memantapkan ketahanan nasional dilakukan, antara lain,
dengan jalan perekaman dan pengambilan gambar suara, pembuatan
naskah seni, pergelaran seni dalam rangka
hari-hari besar
nasional. Usaha lain ialah menyelenggarakan pameran, pergelaran
karya cipta baru seni musik, tari dan teater, pameran karya cipta,
pergelaran
karya
tradisional.
seni
Pemupukan
tari
dan
ketahanan
pertukaran seni antar daerah. Senegara
ASEAN
dan
luar
negeri
musik
tradisional
nasional
dan
dilakukan
non
melalui
lain itu kerja sama antar
lainnya
di
bidang
seni
akan
ditingkatkan.
Dalam usaha melestarikan dan mengembangkan kesenian
daerah
untuk memperkaya kebudayaan nasional, akan dilaksana-
kan
rekonstruksi dan refungsionalisasi kesenian yang hampir punah.
Usaha lain ialah studi perbandingan, penilaian teknis kesenian,
pemupukan keterampilan seni, serta inventarisasi
dan
dokumentasi hasil karya seniman dan pakar budaya. Dalam rangka
meningkatkan kegiatan-kegiatan pergelaran seni musik, tari dan
teater, pameran seni rupa, serta penciptaan seni
diadakan di Taman Budaya, akan didorong peranan
rupa yang
aktif
masyarakat. Selain itu akan dibangun gedung Wisma Seni Nasional dan
studio seni rupa Indonesia di propinsi-propinsi.
Dalam memfungsikan gedung Pameran Seni Rupa di Jakarta,
42
akan dilaksanakan pameran dan pengadaan koleksi. Untuk me-
-
ningkatkan mutu seni serta meningkatkan minat masyarakat
dalam
pengembangan seni akan diberi bantuan peralatan seni
bagi
organisasi kesenian, lembaga tingkat kabupaten atau
kotamadya,
kecamatan, dan daerah transmigrasi serta daerah perbatasan. Selain itu
pendirian Taman Budaya di propinsi
akan diteruskan. Selanjutnya
untuk meningkatkan pembinaan kebudayaan di daerah akan ditingkatkan
fasilitas operasional
Penilik Kebudayaan.
Dalam rangka pengembangan kesenian akan dilakukan usaha-
-
usaha untuk meningkatkan mutu seni, meningkatkan keterampilan
dan
kreativitas seniman, membina seniman tradisional, dan merangsang minat
generasi muda. Modernisasi seni akan dilakukan melalui adaptasi
aspek-aspek
modern
ke
dalam
kebudayaan
tradisional,
modernisasi akan tetap bertumpu pada kebu-
sehingga
dayaan nasional.
-
Dalam usaha meningkatkan taraf hidup seniman tradisional, kepada mereka akan diberi bimbingan dan bantuan. Di
samping
itu akan ditingkatkan usaha untuk lebih menggalakkan partisipasi
masyarakat dalam pembinaan dan pengembangan ke4.
senian.
Program Pembinaan Tradisi, Peninggalan Sejarah dan
Permuseuman
a. Pembinaan Tradisi
Pembinaan tradisi diarahkan untuk mendukung upaya pem-
binaan kebudayaan nasional yang berakar kuat pada tradisi
sebagai
nilai-nilai kesejarahan yang mempunyai dinamika yang tinggi. Oleh
karena itu akan dilakukan dan ditingkatkan ke-
43
giatan penelitian, perekaman dan penganalisisan sejarah untuk
mengungkapkan sejarah yang bernilai luhur untuk memperkaya
dan
memberi corak kepribadian nasional yang sedang berkem-
bang.
Demikian pula akan dilakukan secara selektip pengungkap-
-
an tradisi, nilai-nilai kesejarahan dan pemikiran yang ada di balik
kebudayaan materiil sebagai unsur kekayaan budaya bangsa untuk
dipamerkan dan diperagakan. Pembinaan tradisi yang dilakukan pada
hari-hari bersejarah dimaksudkan sebagai pendo-
rong dan
pengembang sikap kreativitas dan inovatif masyarakat.
Penelitian kesejarahan diarahkan untuk merekam dan menjernihkan masalah kesejarahan yang hidup dalam masyarakat
tingkat lokal maupun nasional. Usaha pengungkapan tra-
baik
-
disi dilakukan melalui penulisan mengenai masa lampau yang mempunyai
nilai-nilai tradisi yang sangat penting artinya
bagi pembinaan
kepribadian bangsa.
Pengungkapan nilai-nilai tradisi digunakan sebagai bahan
informasi sejarah yang secara selektif diterbitkan untuk mem-bina
pengetahuan dan kebanggaan nasional serta merangsang generasi muda
untuk meningkatkan prestasi. Selain itu dalam rangka meningkatkan
kesadaran
nilai-nilai
sejarah
bagi
masyarakat,
akan
dibuat
film-film kesejarahan, album, peta, dan ensiklopedi. Upaya itu
dimaksudkan untuk melengkapi bahan penulisan buku sejarah bagi
keperluan pendidikan budaya. Sepenyusunan
buku
standar
sejarah
lain itu akan dilanjutkan
nasional
tentang
sejarah
perkembangan masyarakat, termasuk sejarah sosial budaya, ekonomi,
dan politik. Di samping itu
penyebarluasan informasi kesejarahan
akan ditingkatkan usaha
ke berbagai tempat baik
di dalam maupun di luar negeri. Upaya itu akan dilakukan melalui
kerja sama dengan berbagai lembaga
44
penelitian pemerintah dan swasta. Selain itu akan dilakukan penulisan
sejarah tematis sebagai bahan bacaan pelengkap di bidang sejarah
nasional, penerjemahan buku-buku sejarah dari bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia dan dari bahasa daerah
ke dalam bahasa
Indonesia, serta penulisan naskah babon Se-
jarah Nasional
Indonesia.
Kegiatan lainnya ialah mempersiapkan bahan pengajaran sejarah
untuk keperluan penataran pendidikan tenaga pengajar sejarah di
sekolah-sekolah. Hasil-hasil penelitian dan penudibukukan. Dalam penerbitan dan penyebarluasan
lisan akan
buku-buku
akan didorong peranan aktif pihak swasta.
b. Pembinaan Peninggalan Sejarah
Usaha pembinaan peninggalan sejarah diarahkan pada ke-giatan
pelestarian dan pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala
sebagai warisan budaya bangsa sesuai dengan Monu-
menten
Ordonantie secara selektif dan berdasarkan skala prioritas. Untuk itu
akan ditingkatkan keikutsertaan pemerintah daerah, perguruan tinggi
dan instansi lain yang terkait dalam proses pemugaran. Di samping itu
akan dilakukan pengaturan pemanfaatan situs kepurbakalaan yang telah
selesai dipugar.
pemugaran, pemeliha-
Usaha itu dilaksanakan melalui kegiatan
raan, pengamanan, penyuluhan dan
pemanfaatan.
Selanjutnya itu akan dilakukan dan dilanjutkan usahapemugaran dan penataan lingkungan situs-situs peninggal-
usaha
-
an sejarah dan purbakala, seperti candi, pura, puri, istana, mesjid,
gereja, benteng, kuil, makam dan rumah adat. Juga
akan
dilanjutkan pemugaran bangunan bersejarah, seperti Candi Muara Jambi
di Jambi, Candi Muara Takus di Riau, Candi Pram-
banan dan bekas
Ratu Boko di DI Yogyakarta, Candi Sewu di
45
Jawa Tengah, bekas Kota Lama Banten di Jawa Barat, bekas peninggalan
Mojopahit di Trowulan Jawa Timur, dan Monumen Nasional di Jakarta.
Di samping itu, akan ditingkatkan usaha pemeliharaan situs
peninggalan sejarah dan purbakala oleh
juru pelihara. Usaha
konservasi dilakukan di 7 lokasi yaitu
di Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Banten, Jambi, dan Bali.
Di samping itu akan dilanjutkan penyusunan naskah rancangan
Undang-undang Benda Cagar Budaya dan penyempurnaan naskah rancangan
peraturan pemerintahnya.
Dalam hal pengamanan situs bawah air akan dilakukan ker-
-
ja sama dengan instansi yang terkait. Selain itu akan dilaku-kan
penyusunan naskah peraturan dan pelaksanaan pengambilan
dan
pemanfaatan situs di bawah air. Selanjutnya akan dilaku-
kan
usaha penyelamatan dan pengamanan bangunan peninggalan sejarah dan
purbakala terutama dari gangguan manusia dan
Dalam
rangka
penyuluhan
akan
alam.
disebarluaskan
informasi
peninggalan sejarah dan purbakala antara lain melalui penyelenggaraan pameran kepurbakalaan dan pembuatan film untuk siaran
di TVRI. Dalam rangka pengembangan pustaka yang berhubungan dengan
ilmu purbakala dan sejarah akan diterbitkan sejumlah buku sejarah.
Dalam rangka pembinaan dan perlindungan peninggalan sejarah
dan purbakala yang lebih mantap, akan dibangun kantor Suaka
Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Propinsi Jawa
Barat, DI
Aceh, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Barat. Di sam-
ping itu akan
ditingkatkan partisipasi masyarakat dalam
melestarikan,
melindungi, dan memanfaatkan benda-benda peningsejarah dan purbakala.
46
galan
Usaha
penelitian
prasejarah,
purbakala
arkeologi
bio-paleoantropologi,
klasik,
dan
diarahkan
arkeologi
untuk
Islam,
penelitian
arkeometri,
paleoekologi-radiometri
dalam
meningkatkan pengetahuan arkeologi di Indonesia. Demikian
upaya
pula
akan dilanjutkan dan ditingkatkan usaha-usaha penganali-sisan
laboratorium,
bio-paleoantropologi,
palrad,
paleologi,
paleontologi, sedimentologi dan unsur bahan untuk data pertanggalan
di pusat dan balai penelitian arkeologi di Jakarta, Bandung,
Yogyakarta dan Bali. Di samping itu akan ditingkat-
kan
penelitian konservasi batu di Candi Borobudur. Dalam
rangka
penyebarluasan pengetahuan di bidang arkeologi akan dilanjutkan
usaha pendokumentasian dan penerbitan hasil penelitian lapangan.
Upaya lain yang akan dilakukan adalah pekerangka
acuan
penelitian
sejumlah
situs
nyusunan buku
obyek
penganalisisan laboratorium, pembimbingan peneli-
purbakala,
tian dan
teknis operasional, evaluasi hasil penelitian, pen-dokumentasian
serta penerbitan sejumlah buku. Di samping itu
akan didirikan
gedung Laboratorium masing-masing di Palembang
dan Manado.
c. Pembinaan Permuseuman
Usaha pembinaan permuseuman diarahkan untuk menciptakan suatu
sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila.
Kegiatan organisasi maupun sarana dan fasilitas pendukungnya akan
ditingkatkan sehingga dapat menjamin peranan museum sebagai pusat
studi ilmiah. Dalam rangka pembinaan permuseuman akan dilanjutkan
penyelesaian pembangunan Museum Negeri Propinsi di Riau, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tenggara,
serta pengembangan Mu-
Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur
seum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan,
Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Selanjutnya akan diteruskan
penataan lingkungan
47
dan pengadaan peralatan teknis permuseuman. Usaha lain ialah
meningkatkan pembinaan permuseuman yang meliputi peningkatan jumlah
dan jenis koleksi, antara lain meliputi etnografika, arkeologika,
historika, naskah kuno, numismatika, replika dan miniatur bagi
museum propinsi. Agar koleksi yang telah menjadi milik museum dapat
dilestarikan, kegiatan konservasi dan preparasi dilaksanakan di
semua museum. Dalam rangka peningkatan fungsionalisasi museum, akan
terus dikembangkan mutu pameran. Untuk terus meningkatkan apresiasi
masyarakat terhadap museum akan diselenggarakan berbagai jenis
pameran antara lain pa-
meran tetap, temporer, keliling, serta
pameran khusus. Selain itu, akan dilanjutkan usaha inventarisasi dan
dokumentasi koleksi.
Dalam rangka pembinaan museum akan ditingkatkan peran
Pemerintah Daerah, masyarakat dan perorangan. Di sam-
serta
ping
itu akan ditingkatkan fungsionalisasi Museum Le Mayeur, serta akan
dilanjutkan pemberian bantuan kepada museum-museum swasta dan
daerah, antara lain Museum Lempad di Bali. Usaha
lain ialah
meningkatkan apresiasi masyarakat, khususnya gene-
rasi muda,
dan meningkatkan mutu pelayanan museum kepada masyarakat.
Pengkajian minat masyarakat terhadap museum dilakukan melalui
kerja
sama
dengan
lembaga-lembaga
pendidikan,
lembaga
pengetahuan sosial, dan budaya yang relevan. Di samping
ilmu
itu
dilaksanakan penyebarluasan informasi melalui penerbitan sejumlah
buku, dan transkripsi naskah kuno. Dengan makin berkembangnya fungsi
permuseuman, akan didirikan pula pusat mikrofilm di 8 Propinsi dan
akan dirintis berdirinya pusat konservasi nasional di tingkat pusat.
Di samping itu, akan dilanjutkan usaha penyusunan rancangan
undang-undang permu-
48
seuman dan peraturan lainnya.
Selanjutnya pembinaan Museum Nasional ditingkatkan sebapusat studi warisan budaya dan pusat informasi budaya
gai
yang
bersifat edukatif kultural dan rekreatif. Pembinaan
Museum
Bekas Benteng Vredeburg akan dilanjutkan dengan rehabilitasi,
pengadaan diorama, serta dilengkapi dengan penataan prasarana
1ingkungan.
5.
Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang
Maha Esa
Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan
antara
lain bahwa kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
tidak
merupakan agama. Pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha
Esa diarahkan supaya tidak mengarah kepada pembenbaru dan dalam pembinaannya dilakukan melalui
instansi
yang
terkait.
Langkah-langkah
kerja sama dengan
pembinaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa benar-benar
tukan agama
kepercayaan
harus sesuai dengan
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanu-siaan yang adil dan beradab.
Dalam rangka pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa akan dilanjutkan kegiatan inventarisasi, dokumentasi dan
evaluasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam
rangka
mempertinggi
budi
luhur
akan
dilaksanakan
penyebarluasan informasi melalui media TVRI, Radio dan media cetak
lainnya. Komunikasi antara para penghayat terhadap
Yang Maha Esa dilakukan melalui sarasehan, pemaparan
Tuhan
budaya
spiritual, kerja sama antar instansi dan antar umat berketuhanan Yang
Maha Esa serta pembinaan pamong budaya spiritual.
Keseluruhan usaha pembinaan merupakan bahan pemantapan
pola kebijaksanaan pembinaan penghayat kepercayaan terhadap
49
Tuhan Yang Maha Esa agar tidak mengarah pada pembentukan
agama
baru. Selain itu akan dilakukan pengkajian nilai-nilai luhur budaya
spiritual
melalui
penggalian
nilai-nilai
luhur
bangsa,
pengalihbahasaan nilai-nilai luhur bangsa, pemaduan nilai-nilai
budi luhur budaya spiritual, penanaman nilai-ni-
lai budi
luhur budaya spiritual. Selanjutnya akan diselenggarakan forum
komunikasi, penyebarluasan nilai-nilai luhur
dan penerbitan sejumlah naskah.
50
budaya spiritual
TABEL 21 - 1
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 - 1993/94
(dalam milyar rupiah)
KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN
TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
No. Kode
SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM
09
SEKTOR PENDIDIKAN GENERASI MUDA KEBUDAYAAN NASIONAL
KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA
09.3
Sub Sektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan
Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
1989/90
(Anggaran
Pembangunan)
1989/90-1993/94
(Anggaran
Pembangunan)
DAN
1.683,1
12,3
16.981,0
93,8
09.3.01 Program Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai
Budaya
2,1
16,4
09.3.02 Program Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan dan
Perpustakaan
3,5
26,6
09.3.03 Program Pembinaan Kesenian
2,5
21,4
09.3.04 Program Pembinaan Tradisi, Peninggalan Sejarah
dan Permuseuman
4,0
28,3
09.3.05 Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
0,2
1,1
51
Download