RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA 1989/90-1993/94 III REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1989 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA (REPELITA V) 1989/90 — 1993/94 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat (REPELITA IV) telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup memadai sehingga dapat dijadikan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan selanjutnya; b. bahwa dengan memperhatikan hasil-hasil yang telah dicapai serta kemampuan-kemampuan yang telah dapat dikembangkan dalam REPELITA IV, maka ditetapkan REPELITA V yang merupakan kelanjutan dan peningkatan dari REPELITA IV; 3 Mengingat c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di. atas, serta dengan mendengar dan memperhatikan secara sungguh-sungguh saran-saran dari Dewan Perwakilan Rakyat, maka sesuai dengan tugas yang diberikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat seperti yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara, dipandang perlu untuk mengeluarkan Keputusan Presiden yang menetapkan Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima (1989/90 –1993/94). : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara; 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor VI/MPR/1988 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang Kepada Presiden/ Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam rangka Pensuksesan dan Pengamanan Pembangunan Nasional; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA (REPELITA V) 1989/90 — 1993/94. Pasal 1 Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima 1989/90 — 1993/94 sebagaimana termuat dalam lampiran Keputusan Presiden ini merupakan pelaksanaan dari pada Pola Dasar Pembangunan Nasio - 4 nal, Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang, dan Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Kelima sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara yang telah ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pasal 2 Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, menjadi landasan dan pedoman bagi Pemerintah dalam melaksanakan Pembangunan Lima Tahun Kelima. Pasal 3 Pelaksanaan lebih lanjut Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima, dituangkan dalam Rencana Tahunan yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijaksanaankebijaksanaan Pemerintah lainnya. Pasal 4 Penuangan dalam Rencana Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilaksanakan dengan memperhatikan kemungkinankemungkinan perubahan dan perkembangan keadaan yang memerlukan langkah-langkah penyesuaian terhadap Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima. Pasal 5 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 20 Maret 1989 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SOEHARTO 5 RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA 1989/90 ― 1993/94 LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor 13 TAHUN 1989 tentang RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA (REPELITA V) III REPUBLIK INDONESIA RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA 1989/90 — 1993/94 DAFTAR ISI BUKU I Bab 1. Tujuan dan Sasaran-sasaran Pokok Pembangunan 2. Kerangka Rencana dan Pembiayaan Pembangunan 3. Keuangan Negara Bab 4. Kebijaksanaan Moneter dan Perkreditan Bab 5. Neraca Pembayaran Internasional Bab 6. Perluasan Kesempatan Kerja Bab 7. Pengembangan Dunia Usaha Bab 8. Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup Bab 9. Pertanian. dan Pengairan Bab 10. Pangan dan Perbaikan Gizi Bab Bab BUKU II Bab 11. I n d u s t r i Bab 12. Pertambangan dan Energi Bab 13. Perhubungan dan Pariwisata Bab 14. Perdagangan Bab 15. Koperasi Bab 16. Tenaga Kerja Bab 17. Transmigrasi Bab 18. Perumahan dan Pemukiman Bab 19. A g a m a Bab 20. Pendidikan dan Generasi Muda 9 BUKU III Bab 21. Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Bab 22. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian, dan Pengembangan Statistik Bab 23. Kesehatan Bab 24. Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wanita Bab 25. Kependudukan dan Keluarga Berencana Bab 26. Pembangunan Daerah Bab 27. H u k u m Bab 28. Pertahanan Keamanan Bab 29. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial Bab 30. Aparatur Pemerintah BUKU IV 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 10 Daerah Istimewa Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Daerah Istimewa Yogyakarta Jawa Timur 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Ba1i Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Mal u k u Irian Jaya Timor Timur 11 RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA 1989/90 — 1993/94 DAFTAR ISI BUKU III Halaman Bab 21. Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa ............................................................................. 17 Bab 22. Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian, dan Pengembangan Statistik ............................................................................55 Bab 23. Kesehatan ....................................................................................111 Bab 24. Kesejahteraan Sosial dan Peranan Wanita .................................. 207 Bab 25. Kependudukan dan Keluarga Berencana .................................... 283 Bab 26. Pembangunan Daerah ................................................................ 347 Bab 27. H u k u m ................................................................................... 407 Bab 28. Pertahanan Keamanan ............................................................... 451 Bab 29. Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial ................................... 485 Bab 30. Aparatur Pemerintah .................................................................. 523 13 BAB 21 KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA BAB 21 KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA I. PENDAHULUAN Dalam usaha pengembangan kebudayaan nasional, Garis- garis Besar Haluan Negara (GBHN) menggariskan antara lain 1. Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila bahwa: diarah- kan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan agar dengan demikian pembangunan nasional merupakan pembangunan yang berbudaya. 2. Kebudayaan Indonesia harus terus dipelihara, dibina dan dikembangkan. Sehubungan dengan itu perlu diupayakan terbukanya peluang bagi masyarakat luas untuk berperan aktif dalam proses pengembangan kebudayaan nasional dan dalam menikmati hasil-hasilnya. 3. Perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyenilai-nilai dari luar yang positif dan yang diperlu- rap - kan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan. Dalam 17 pada itu perlu dicegah sikap-sikap feodal dan ke daerahan yang sempit serta pengaruh kebudayaan asing yang negatif. 4. Perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu menjawab tantangan pembangunan. Khususnya perlu ditumbuhkan sikap budaya yang mendukung upaya pembaharuan termasuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan pranata-pranata sosial yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa. 5. Usaha-usaha pembauran bangsa perlu dilanjutkan di segala bidang kehidupan, dalam rangka usaha memperkokoh persa-tuan dan kesatuan bangsa serta memantapkan ketahanan nasional. 6. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan, serta penggunaannya secara baik, benar dan penuh kebanggaan perlu makin dimasyarakatkan. Di samping itu dalam rangka memperkaya bahasa dan kesusastraan Indonesia, perlu dirangsang penulisan karya-karya sastra. 7. Bahasa daerah perlu terus dibina dan dilestarikan dalam rangka mengembangkan serta memperkaya perbendaharaan Indonesia dan khazanah kebudayaan nasional seba- bahasa gai salah satu unsur kepribadian bangsa. Sejalan dengan itu perlu ditingkatkan penelitian, pengkajian dan pengembangan bahasa dan sastra daerah. 8. Pengembangan kesenian diusahakan agar mampu menampung dan menumbuhkan daya cipta para seniman serta meningkat- kan apresiasi seni masyarakat. Dalam hubungan ini kese- 18 nian daerah perlu dipelihara dan dikembangkan dan bagi para budayawan termasuk seniman yang berprestasi perlu diberikan penghargaan. 9. Tradisi dan peninggalan sejarah perlu dipelihara dan di- - bina untuk menumbuhkan kesadaran sejarah, semangat perjuangan dan cinta Tanah Air serta memelihara kelestarian budaya dan kesinambungan pembangunan bangsa. Selanjutnya berkenaan dengan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, GBHN antara lain menggariskan sebagai berikut: 1. Kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa makin dikembangkan, sehingga terbina hidup rukun di antara sesama umat beragama, di antara sesama penganut kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan antara semua umat beragama dan semua penganut keperca- yaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam usaha memperko- koh kesatuan dan persatuan bangsa dan meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat. 2. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak merupakan agama. Pembinaan terhadap kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak diarahkan pada pembentukan agama baru, serta pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanu- siaan yang adil dan beradab. Pengembangan dasarnya kebudayaan merupakan usaha nasional menciptakan dalam Repelita kondisi sosial V pada budaya yang sesuai dengan nilai kepribadian bangsa yang berlandaskan Pancasila. Dalam upaya melembagakan Pancasila dalam kehi- dupan sosial budaya masyarakat Indonesia, program-program 19 pembinaan dan pengembangan kebudayaan diarahkan pada peng-hayatan dan pengamalan Pancasila, serta mendorong tumbuh dan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. Selain itu akan dikembangkan pula disiplin nasional serta sikap mental yang mampu menjawab tantangan pembangunan se- perti sikap kemandirian dalam kebersamaan, tenggang rasa, jujur dan kesatria, hemat, cermat, sederhana, tertib, meng-hargai waktu serta penuh pengabdian. II. KEADAAN DAN MASALAH Dalam Repelita IV telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tahap pembangunan dan prioritas nasional, sepembangunan kebudayaan telah mencapai perkembangan dalam mewujudkan kehidupan kemasyarakatan hingga yang positif yang Pancasila. Kegiatan-kegiatan tersebut ditekankan berazaskan pada usaha penggalian, pelestarian, dan pengungkapan nilai- nilai luhur budaya bangsa, serta norma-norma dan pola tingkah laku sosial budaya Pancasila. Di samping itu telah dilaksa- nakan kegiatan pemantapan prasarana dan peningkatan kemampuan pengelola, baik administratif maupun teknis, di bidang kebudayaan. Pelaksanaan kegiatan dalam Repelita IV masih kurang memberi penekanan pada usaha pengungkapan dan penanaman as- pek nilai-nilai budaya, disiplin nasional, pembauran bangsa, tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, tatakrama, dan ni- lai budaya lainnya seperti harga diri, kepercayaan diri, kemandirian, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran, ketekunan, keberanian, dan kebersihan jiwa. Pada garis besarnya keadaan dan masalah pada akhir Re-pelita IV meliputi: penanaman dan pengukuhan nilai-nilai 20 budaya; kebahasaan, kesusastraan dan perpustakaan; kesenian; tradisi,, peninggalan sejarah, permuseuman; dan pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Rincian keadaan dan masalah adalah sebagai berikut. 1. Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Inventarisasi dan pembinaan nilai-nilai budaya yang tum- - buh dan berkembang di daerah dalam Repelita IV dilakukan me-lalui perekaman, penulisan, pengkajian, penerbitan dan penyebarluasan hasil-hasil inventarisasi dan penelitian kebudaya- an daerah dan kebudayaan Nusantara ke berbagai lembaga pendidikan, baik pemerintah maupun swasta, serta lembaga-lembaga lainnya. Sementara itu dalam pelaksanaan inventarisasi dan pembi- - naan nilai-nilai budaya masih dijumpai masalah-masalah, an- tara lain belum adanya keterpaduan antara upaya pengungkapan dan penanaman nilai-nilai budaya dalam semua segi kehidupan. Di samping itu tanggung jawab sosial, kesetiakawanan sosial, disiplin nasional dalam kehidupan sosial budaya belum dapat berkembang. Di bidang tanggung jawab dan kesetiakawanan kecenderungan tumbuhnya rasa egoisme di sosial, tampak kalangan masyarakat perkotaan yang antara lain menyebabkan berkembangnya kecenderungan pengelompokan anggota masyarakat berdasarkan status ekonomi. Lingkungan keluarga, sekolah, lembaga-lembaga sosial dan instansi-instansi pemerintah belum dapat berfungsi sepenuhnya dalam menanamkan dan menumbuhkan disiplin nasional. Pembauran bangsa belum dapat terwujud secara nyata se- - hingga dikhawatirkan akan menghambat usaha terwujudnya inte- 21 grasi nasional sebagai dasar membina persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam proses penyerapan kebudayaan asing kurang diadaptasikan dengan nilai-nilai budaya bangsa. Dalam kaitan ini, dirasakan adanya kecenderungan makin memudar dalam melaksana- kan tatakrama di kalangan keluarga, sekolah, dan masyarakat disebabkan kurangnya kesadaran dalam menghayati nilai-nilai luhur dalam budaya bangsa. Kemajuan ilmu dan teknologi telah membawa dampak peru- bahan dan pergeseran nilai-nilai budaya, sementara konsepsi tentang kerangka acuan pengembangan budaya nasional belum dapat memberikan pegangan yang mantap. 2. Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan dan Perpustakaan Dalam rangka pembinaan kebahasaan, kesusastraan, dan perpustakaan dalam Repelita IV antara lain, telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan pembinaan dan pengembangan bahasa dan susastra Indonesia yang meliputi penyusunan tata bahasa baku Indonesia, kamus besar bahasa Indonesia dan kamus- bahasa kamus istilah bahasa Indonesia. Selain itu telah dilaksanakan usaha-usaha bimbingan kebahasaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui media komunikasi massa dan publikasi. Dalam usaha pengembangan kebahasaan dan kesusastraan, dalam Repelita IV masih dijumpai berbagai masalah. Antara lain, pembakuan bahasa Indonesia belum sempurna dan belum dapat dicerna secara langsung oleh seluruh lapisan masyaraPeristilahan dalam berbagai bidang ilmu dan kehidupan sepenuhnya dapat menunjang usaha pembakuan bahasa 22 kat. belum Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar belum memasyarakat sehingga jumlah serta mutu pemakai bahasa Indonesia jauh dari yang diharapkan. Selain itu kegiatan penelitian bahasa daerah terhambat oleh terbatasnya jumlah tenaga peneliti, padahal jumlah bahasa daerah sangat beragam dan wilayah penyebarannya sangat banyak dan luas. Di bidang perpustakaan secara bertahap telah berhasil ditingkatkan kualitas dan kuantitas bahan pustaka, penerbitan, perawatan dikembangkan dan berbagai kaan-perpustakaan pengawetan jenis Wilayah, bahan pustaka. perpustakaan, Perpustakaan Juga seperti Khusus, telah Perpusta- Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Umum Dati II dan Desa, Perpustakaan Keliling dan Perpustakaan Nasional. Demikian pula usaha memasyarakatkan" perpustakaan telah dilaksanakan dengan bimbingan dan penyuluhan-penyuluhan melalui berbagai media massa. Di samping itu telah dilaksana- kan peningkatan kemampuan tenaga dan status fungsional jabatpustakawan, serta tenaga perpustakaan, beserta sarana an fisik yang diperlukan. Masalah yang dihadapi di bidang perpustakaan adalah penyelenggaraan perpustakaan belum memenuhi kebutuhan masya- rakat, antara lain, karena penyediaan bahan pustaka belum se-banding dengan jumlah penduduk; pengenalan masyarakat menge- nai perpustakaan dan upaya peningkatan gemar membaca masih terbatas; dan pelayanan kebutuhan buku belum menjangkau se- luruh masyarakat pedesaan. Selain itu sarana dan prasarana operasional Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Wilayah kebutuhan masyarakat. Lagi pula probelum sepenuhnya mampu menunjang kebu- belum sebanding dengan duksi buku nasional tuhan dunia perpustakaan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 23 3. Pembinaan Kesenian Dalam rangka pembinaan kesenian, dalam Repelita IV telah dilaksanakan antara lain pemeliharaan dan pelestarian kese- nian daerah melalui berbagai kegiatan, seperti perlombaanperlombaan seni dan pertunjukan seni daerah serta peningkatan mutu dan kreativitas seniman melalui berbagai pergelaran. Di samping itu dilakukan pula penyebarluasan hasil-hasil karya seni di seluruh wilayah Indonesia, pemberian bantuan yang berupa bimbingan teknis, dan peralatan kesenian untuk pro- pinsi, kabupaten atau kotamadya, kecamatan, organisasi-organisasi kesenian, daerah transmigrasi, daerah perbatasan dan daerah rawan. Dalam melengkapi kebutuhan prasarana pengem-bangan kesenian, antara lain, telah ditingkatkan fungsi dan peranan Taman Budaya. Masalah yang dihadapi dalam usaha pengembangan kesenian antara lain ialah masih banyaknya bentuk kesenian daerah yang belum digali dan dikembangkan, belum memadainya kelengkapan Taman Budaya, serta belum tercakupnya seluruh lapisan masya-rakat dalam usaha pembinaan kesenian. Sementara itu apresiasi seni, terutama bentuk seni kontemporer, belum merata dan masyarakat belum sepenuhnya berperan secara aktif dalam usaha pengembangan kesenian. 4. Pelestarian dan Pemanfaatan Tradisi, Peninggalan Sejarah dan Permuseuman Usaha pelestarian dan pemanfaatan tradisi, peninggalan sejarah dan permuseuman dalam Repelita IV telah dibina dalam rangka membangkitkan jiwa kepahlawanan dan kebanggaan nasioserta semangat perjuangan dan cinta tanah air. Dalam sejarah telah dilakukan penulisan dan penelitian 24 nal bidang sejarah daerah dan nasional, serta penyebarluasan hasil-hasil penulisan dan penelitian tersebut. Dalam hal pemeliharaan dan perlindungan peninggalan purbakala telah dilakukan pemugaran, rehabilitasi bangunan peninggalan sejarah dan purbakala, pemeliharaan situs kepurbakalaan, serta peningkatan pengamanan peninggalan tersebut terhadap gangguan alam dan ulah manusia. Di samping itu telah dilaksanakan inventarisasi dan dokumentasi serta publikasi dan penyuluhan tentang pelestarian peninggalan sejarah dan purbakala. Masalah yang dihadapi dalam bidang kesejarahan adalah penulisan sejarah yang berkaitan dengan peristiwa lokal belum seluruhnya diungkapkan. Dalam bidang peninggalan sejarah masih terdapat gangguan keamanan terhadap kelestarian peninggalan sejarah baik oleh alam maupun oleh ulah manusia. Di samping itu, situs-situs peninggalan sejarah dan purbakala dapat dimanfaatkan secara maksi- yang mempunyai potensi belum mal untuk menunjang pendidikan dan kepariwisataan. Dalam usaha penelitian kepurbakalaan telah dilaksanakan kegiatan penggalian dan penulisan naskah hasil penelitian guna dipakai sebagai bahan penyusunan sejarah nasional. Dalam penelitian purbakala masalah yang dihadapi adalah tersebarnya situs peninggalan sejarah dan purbakala di se- - luruh pelosok tanah air. Masih banyak situs yang belum dapat dijangkau untuk digali dan diteliti, di antaranya termasuk situs yang terdapat di bawah air. Kegiatan penggalian dan penelitian purbakala belum ditunjang oleh tenaga dan peralatan yang memadai. Dalam rangka fungsionalisasi museum sebagai sarana kultural edukatif dan rekreatif, museum-museum yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal. 25 Dalam usaha pengembangan permuseuman telah mulai ditingkatkan sistem pengelolaan permuseuman dan dilaksanakan pemberian bantuan teknis dan peralatan kepada museum swasta dan daerah. Di samping itu, telah dilaksanakan pula usaha peningkatan jumlah koleksi, inventarisasi, katalogisasi, konservasi, preparasi, pameran dan penerbitan. 5. Pembinaan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Usaha pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Mafia Esa dalam Repelita IV telah dilaksanakan Yang melalui inventarisasi dan 4okumentasi 254 organisasi, serta pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan bekerja sama dengan berbagai instansi yang terkait. Masalah yang dijumpai ialah bahwa masyarakat penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa belum terbuka untuk memberikan data dan informasi. Di samping itu, koordinasi yang menyangkut kebijaksanaan pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa belum terwujud dengan baik dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah belum sepenuhnya dipahami oleh para sesepuh dan pinisepuh, organisasi keperca- yaan dan pamong budaya spiritual. Nilai-nilai luhur keperca-yaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai bagian dari budaya spiritual bangsa belum seluruhnya diungkapkan dan diamalkan secara nyata dalam semua segi kehidupan para penghayatnya. III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH Atas dasar keadaan dan masalah sebagaimana dipaparkan di atas dan sesuai dengan amanat GBHN, maka disusun kebijaksa- 26 naan dan langkah-langkah yang akan diuraikan secara lebih rinci di bawah ini. 1. Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Inventarisasi dan pembinaan nilai-nilai budaya diarahkan pada usaha pengungkapan nilai-nilai budaya yang dapat mena- - namkan dan memantapkan disiplin, pembauran bangsa, tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, tatakrama serta nilai-nilai budaya lainnya kepada seluruh anggota masyarakat, dalam rangka pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras dan adat istiadat. Penanaman dan pengukuhan disiplin nasional di dalam segala segi kehidupan masyarakat dilakukan, antara lain, me- lalui usaha inventarisasi bentuk-bentuk disiplin yang tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia dan menyebarluaskannya kemasyarakat. Sejalan dengan itu, ditanamkan sikap pada disiplin yang dianut sebagai bentuk disiplin nasional dalam segala segi kehidupan, baik individu, keluarga, sekolah, masyarakat maupun pemerintah secara serentak. Peningkatan pembauran antar suku dan golongan dilaksana- - kan baik dalam bidang kehidupan sosiokultural dan kegiatan ekonomi, maupun dalam bentuk komunikasi, interaksi sosial, dan kegiatan pendidikan. Selain itu ditanamkan sikap mental kemauan dan kebiasaan kerja keras serta hemat, dalam rangka mewujudkan tanggung jawab masyarakat dalam menanggapi tantangan mempercepat pembangunan bangsa. Dalam rangka mempertahankan, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang luhur yang menjadi kepribadian bangsa, diusahakan peningkatan usaha inventari- sasi dan pengkajian kebudayaan daerah dan nusantara. 27 Di samping itu, akan ditingkatkan penelitian dan peni- laian masuknya kebudayaan asing dalam rangka memajukan kebu-dayaan nasional, serta akan diusahakan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menyaring kebudayaan asing yang negatif. Dalam rangka fungsionalisasi objek-objek wisata budaya, akan dilakukan kerja sama dengan sektor pariwisata serta lembaga-lembaga yang terkait. Diplomasi kebudayaan diusahakan, antara lain melalui upaya pengenalan kebudayaan Indonesia 2. kepada bangsa lain. Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan dan Perpustakaan Pembinaan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulisan, diarahkan pada usaha untuk memungkinkan agar bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa nasional tumbuh menjadi bahasa modern. Sebagai bahasa modern yang merupakan unsur kebudayaan nasional, bahasa Indonesia akan dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi nasional, sarana pengembangan kebudayaan nasional, sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, dan sarana untuk mewariskan tata nilai nasional kepada generasi penerus. Pembinaan bahasa daerah, baik lisan maupun tulisan, diarahkan agar bahasa daerah sebagai unsur kebudayaan yang hi- dup dan mempunyai peranan tersendiri dalam masyarakat etnik, dapat berperanan antara lain sebagai sarana komunikasi di daerah, sarana pengembangan kebudayaan daerah serta sarana tata nilai daerah yang luhur. Dengan demi- untuk mewariskan kian bahasa daerah akan tumbuh dan berkembang serasi dengan bahasa Indonesia sehingga dapat pula berfungsi sebagai sumber utama pemekaran kosa kata bahasa Indonesia. 28 Kebijaksanaan yang menyangkut bahasa asing diarahkan agar pembinaan bahasa asing, sebagai sarana memasuki dunia pergaulan antar bangsa di bidang ilmu, teknologi, agama, kebudayaan, ekonomi, dan politik, berkembang tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia. Pembinaan perpustakaan diarahkan pada usaha memantapkan sistem nasional perpustakaan, peningkatan layanan perpusta- kaan yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sampai ke desa-desa. Dalam bidang perbukuan nasional diarahkan agar dapat menunjang sistem nasional perpustakaan, serta penyebarluasan ilmu pengetahuan dan informasi kebudayaan. 3. Pembinaan Kesenian Pembinaan kesenian diarahkan pada usaha menumbuhkan kreativitas dan daya cipta para seniman yang dapat mendorong terwujudnya kebudayaan nasional untuk memperkuat integritas, kebanggaan nasional dan identitas bangsa dengan meningkatkan partisipasi masyarakat. Media massa seperti radio dan televisi yang bersifat au-dial dan audiovisual akan dimanfaatkan untuk menyebarluaskan produk-produk seni budaya serta meningkatkan standar seni budaya. Pembinaan dan penyebarluasan kesenian ditingkatkan juga dalam rangka mendukung diplomasi kebudayaan dan untuk kepentingan kepariwisataan, serta melaksanakan pemantauan dan penyaringan pengaruh kebudayaan dari luar (asing) yang nega- tif. Pembinaan kesenian dilakukan secara terpadu, baik dalam sektor, lintas sektoral, maupun antar instansi. 29 4. Pembinaan Tradisi, Peninggalan-Sejarah dan Permuseuman Pembinaan tradisi dan peninggalan sejarah diarahkan pada usaha menumbuhkan kesadaran bersejarah, semangat perjuangan dan cinta tanah air untuk mendukung usaha pengembangan kebudayaan nasional. Usaha ini dilaksanakan melalui penelitian, pengkajian dan perekaman kesejarahan terhadap peristiwa se-jarah. Di samping itu, dilaksanakan penulisan sejarah, pere- kaman dan penjernihan kesejarahan, dan persiapan bahan ajaran sejarah guna keperluan pendidikan dan keperluan lainnya. Perlindungan dan pembinaan peninggalan sejarah dan pur- bakala beserta situs-situsnya, baik yang berada di darat mau- pun di bawah air, diarahkan untuk menumbuhkan kebanggaan nasional, kesadaran bersejarah, semangat perjuangan dan cinta tanah air, serta meningkatkan kemanfaatannya bagi kepentingan pembangunan bidang pariwisata. Dalam hubungan ini rancangan Undang-undang Benda Cagar Budaya akan diselesaikan, di samstatus dan lingkungan peninggalan ping usaha mengukuhkan sejarah dan purbakala sebagai cagar-budaya sesuai perundangundangan yang berlaku. Dalam hal pembangunan fisik baru, akan diutamakan usaha penyelamatan situs peninggalan sejarah dan purbakala. Penelitian arkeologi diarahkan pada usaha untuk menyudan menyempurnakan pandangan baru tentang penyusunan sun sejarah nasional dan daerah. Dalam hubungan ini akan ditingkatkan usaha penelitian, penggalian (ekskavasi), dan pengperalatan laboratorium serta peningkatan sarana ujian dengan dan fasilitas penelitian. Pembinaan permuseuman diarahkan pada usaha meningkatkan fungsi museum sebagai lembaga yang melestarikan warisan 30 budaya bangsa dan menyajikannya kepada masyarakat untuk tujuan-tujuan kultural-edukatif dan rekreasi. Selain itu akan ditingkatkan pula fungsi museum sebagai pusat studi ilmiah dan objek wisata budaya. Untuk itu akan disusun peraturan perundang-undangan permuseuman, penyempurnaan sistem permuseuman, pengadaan koleksi, peningkatan pengenalan koleksi melalui pameran tetap, temporer dan keliling. Selain itu akan dibangun laboratorium-laboratorium konservasi, ditingkatkan kegiatan penelitian, dan ditingkatkan pula sistem pengamanan museum. 5. Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan pada usaha meningkatkan pengungkapan dan penabudi luhur budaya spiritual yang sesuai dengan Pancasiserta pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa. Pembinaan ini tidak mengarah pada terbentuknya naman la Maha agama baru. Dalam hubungan ini akan dilanjutkan usaha pembipenghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa naan dengan melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data serta pengungkapan nilai-nilai tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang tersebar di seluruh Nusantara. I V . PROGRAM-PROGRAM Untuk mencapai tujuan pembangunan kebudayaan nasional dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan penggarisan yang telah ditetapkan dalam GBHN, dan dengan kebijaksanaan serta langkah-langkah yang telah dirumuskan, disusun berbagai program kegiatan sebagai berikut. 31 1. Program Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya a. Inventarisasi Nilai-nilai Budaya Program nilai budaya ini meliputi bertujuan usaha-usaha untuk inventarisasi mengungkapkan dan nilai- menanamkan nilai-nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai luhur bangsa yang relevan dengan tuntutan pembangunan agar dapat diwujudkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dalam kaitan ini akan dikembangkan dan dikukuhkan nilai-nilai bu- daya baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyara- kat, kemajuan ilmu dan teknologi serta perubahan lingkungan yang berlangsung dalam masyarakat Indonesia. Pengungkapan dan penanaman pengembangan serta pemantapan bertentangan dengan Pancasila dimaksudkan untuk lebih nilai-nilai nilai-nilai dan budaya baru Undang-Undang mengembangkan lama yang Dasar pranata-pranata dan tidak 1945 dan lembaga-lembaga sosial. Pranata-pranata dan lembaga-lembaga sosial itu diperlukan dalam proses pembangunan menuju masya- rakat yang adil dan makmur, dan pengembangannya dilakukan melalui berbagai saluran pendidikan dalam arti luas. Oleh karena itu akan ditingkatkan peranan edukatif keluarga serta lembagalembaga sosial lainnya yang berkembang dalam masyarakat. Demikian pula akan ditingkatkan usaha pendidikan kebudayaan melalui pendidikan formal dengan memperbanyak bahan bacaan tentang aneka ragam kebudayaan di Indonesia. Untuk mendukung usaha memperbanyak informasi kebudayaan dan pelayanan di bidang pendidikan kebudayaan, akan digali, dikaji, dan diungkapkan nilai-nilai budaya bangsa yang luhur, baik dari sumber-sumber sejarah tertulis maupun lisan, adat- 32 istiadat dan lain sebagainya untuk ditawarkan kepada masyara- kat Mengingat kemajemukan masyarakat Indonesia serta kesen-jangan perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang ada, akan dilaksanakan penelitian yang mendalam agar dapat disusun kebijaksanaan pendekatan yang menyeluruh. Program inventarisasi dan pengembangan nilai-nilai budaya diarahkan pada pengamatan kecenderungan sosial budaya yang berkaitan dengan modernisasi dan pembangunan di segala sektor kehidupan masyarakat. Berdasarkan pengamatan tersebut akan disusun kebijaksanaan dan arah kegiatan pengembangan nilai-nilai budaya yang diperlukan guna mendukung pembangunan dan pengembangan kebudayaan na- sional. Perekaman proses pembauran bangsa dalam masyarakat Indo- - nesia yang majemuk dilakukan dalam rangka menemukenali nilai-nilai budaya, norma-norma sosial yang dapat mempertemukan minat dan kepentingan, serta arena-arena sosial yang mempu- nyai potensi sebagai wadah pembauran bangsa, pengembangan kebudayaan nasional serta kecenderungannya untuk menghindarkan ketegangan sosial yang mungkin timbul. Selain itu, akan direkam proses pemasyarakatan suku ter-asing untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna menyusun kebijaksanaan sebagai usaha memperkecil kesen-jangan budaya yang dapat mengganggu kesatuan dan persatuan bangsa, serta yang menghambat pemanfaatan hasil pembangunan. secara merata. Pengkajian nilai-nilai budaya luhur yang dapat mendukung dan mempermudah internalisasi atau penghayatan nilai-nilai Pancasila melalui pengkajian tradisi tulis dan tradisi lisan, 33 adat-istiadat dan permainan, serta upacara tradisional akan dilaksanakan di 27 propinsi. b. Pembinaan Nilai-nilai Budaya Nilai-nilai budaya luhur yang telah diinventarisir, se-lanjutnya akan dibina dan disebarluaskan kepada masyarakat. Untuk itu pelayanan informasi kebudayaan ditingkatkan guna mempercepat proses enkulturasi dalam wadah Pancasila. Untuk menampung dan menghimpun aspirasi masyarakat di bidang kebu-dayaan akan diperbanyak peluang agar masyarakat dapat mening-katkan peran serta melalui berbagai kegiatan antara lain temu budaya, kongres kebudayaan, ceramah-ceramah dan sayembara, dalam rangka enkulturasi yang ikut yang dilakukan mendukung pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional. Di samping itu, kepada masyarakat akan diberikan penerangan tentang aneka ragam kebudayaan di Indonesia yang dapat memperluas cakrawala budaya, merangsang peran serta masyarakat dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional dengan cara mengadakan pameran dan peragaan budaya, baik tingkat daerah, nasional maupun regional. Juga akan diadakan penelitian dan pengkajian kebudayaan nasional, termasuk penerjemahan, trans-literasi dan pengungkapan nilai-nilai budaya yang tercatat dalam naskah lama yang tersebar di seluruh Indonesia. Demi- kian pula akan diterbitkan dan disebarluaskan buku-buku ten-tang aneka ragam kebudayaan di Indonesia baik ke dalam maupun ke luar negeri. Dalam hal penerbitan dan penyebarluasan hasil-hasil penelitian, akan dilibatkan peranan- pihak swasta secara aktif. Di samping itu akan dilaksanakan penelitian dan pengkajian mengenai etika sosial yang berkaitan dengan disiplin, tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial serta pembauran bangsa. 34 Demikian pula akan ditingkatkan pembuatan film dokumententang aneka ragam kebudayaan Indonesia sebagai alat tasi bantu pendidikan budaya. Usaha lain dilakukan dengan meningkatkan kerja sama dengan lembaga swasta dan negeri yang relevan termasuk lembaga kebudayaan, tokoh sosial dan budaya- wan. Untuk mendukung pelaksanaan pelayanan informasi tentang aneka ragam kebudayaan di Indonesia akan didirikan Pusat Do-kumentasi Kebudayaan yang memuat informasi tentang aneka ragam kebudayaan di Indonesia. Pusat Dokumentasi Kebudayaan itu merupakan wadah nasional yang berperan sebagai koordina- tor Balai-Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional di wilayah-wilayah kebudayaan daerah. Serangkaian penelitian dan pengembangan nilai budaya (disiplin, tata krama, pembauran, tanggung jawab dan kesetia-kawanan sosial) akan menghasilkan sejumlah naskah yang akan dibukukan dan disebarluaskan. Untuk merangsang sikap kreativitas dan inovatif budayaakan diberikan penghargaan pada mereka yang berjasa wan, dalam pengembangan dan pelestarian kebudayaan dan mereka yang berjasa sebagai sumber informasi kebudayaan. Pengadaan sarana dan prasarana dimaksudkan untuk menabahan yang akan melengkapi pusat kajian sejarah dan ta nilai tradisional. Selain itu akan ditingkatkan penyuluhan dan penanaman nilai-nilai budaya luhur ke dalam segala segi kehidupan sosial melalui berbagai media massa. Dalam rangka mendirikan Pusat Dokumentasi Kebudayaan dan melengkapi Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional di beberapa propinsi akan dikumpulkan informasi-informasi kebuda- yaan. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional di Kaliman- tan Barat, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Riau, akan dilanjutkan 35 pembangunannya dan difungsikan. Di samping itu akan didirikan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional di Sulawesi SelaTimur, Bali, Irian Jaya, Sumatera Selatan, DI tan, Timor Aceh, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Maluku dan DI Yogyakarta. Sejumlah naskah hasil usaha pengungkapan nilai-nilai budaya, sistem sosial dan lingkungan sosial yang mendukung strategi dan pengembangan kebudayaan nasional akan diterbitmelibatkan partisipasi aktif pihak swasta. kan dengan Selanjutnya akan diselenggarakan Kongres Kebudayaan Nasional, berbagai ceramah dan pameran kebudayaan, pembuatan skenario dan film dokumentasi mengenai nilai budaya, dan akan dibukukan "human relation area files" mengenai keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan Indonesia. Di samping itu akan disusun bahan-bahan acuan pendidikan dan kebudayaan yang meliputi sejumlah naskah kajian tentang pendidikan dan kebudayaan, kodefikasi perundang-undangan dan peraturan, statistik dan hasilhasil penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Dalam rangka penelitian dan pengkajian kebudayaan nu-santara akan dilaksanakan penelitian dan penganalisisan se-jumlah naskah, pameran kebudayaan nusantara, ceramah, pener-bitan sejumlah naskah dan penyebarluasannya, serta perte- muan-pertemuan ilmiah. Kegiatan-kegiatan tersebut akan melibatkan partisipasi aktif pihak swasta. Selanjutnya dalam pengembangan media kebudayaan akan diusahakan kerja sama dengan berbagai instansi yang terkait guna menunjang pengembangan wisata budaya dan peningkatan penyebarluasan informasi kebudayaan. Usaha itu dimaksudkan agar masyarakat dapat mengikuti perkembangan dan berperan aktif dalam proses pembangunan kebudayaan nusantara. Guna menunjang kerja sama luar negeri akan 36 dikembangkan Pusat Informasi Budaya di negara-negara sahabat khususnya negara ASEAN. nasional, akan dilaksanakan peningkatan penyebarluasan informasi kebudayaan Untuk menunjang pengembangan kebudayaan di beberapa tempat di dalam dan luar negeri. Akan diterbitkan pula sejumlah buku paket wisata dan paket bahan-bahan infor- masi kebudayaan, antara lain melalui media massa, dan juga dengan menerbitkan berbagai pustaka wisata budaya seperti ragam bias, kerajinan, museum, dan percandian. Di samping itu akan dibuat sejumlah copy film kebudayaan, dan disusun nas- kah-naskah kerja sama antar instansi. Selain itu akan diada- kan sarana penunjang untuk pengisian pusat-pusat informasi kebudayaan di negara sahabat yang potensial. 2. Program Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan, dan Perpustakaan a. Pembinaan Kebahasaan dan Kesusastraan (1) Pembinaan Bahasa Indonesia Program kebahasaan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan jumlah pemakai bahasa Indonesia yang baik dan benar serta sikap positip dan bangga para pemakai terhadap bahasa Indo-nesia. Pembinaan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan sarana komunikasi resmi serta pengembangan ilmu dan teknologi dilakukan secara menyeluruh termasuk peningkatan mutu kebahasaan. Untuk itu akan dijalin keserasian usaha pembinaan pembinaan ba- bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional serta hasa daerah sebagai unsur kebudayaan yang hidup. Usaha pembinaan bahasa Indonesia akan ditingkatkan melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Dalam hubungan 37 itu, akan ditingkatkan usaha memasyarakatkan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan pedoman umum pembentukan istilah. Selain itu, akan ditingkatkan kemampuan dan keterampilan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan petugas pemerintah, khususnya yang berhubungan langsung dengan masyara- kat. Agar setiap lapisan masyarakat dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, akan ditingkatkan usaha pembinaannya melalui media RRI, TVRI, penerbitan majalah keba- hasaan, penyuluhan serta bimbingan langsung. Demi pengembangbahasa Indonesia agar menjadi bahasa an sistem dan kaidah modern yang dapat berperan sebagai sarana kebudayaan, pengembangan ilmu dan teknologi serta pembangunan bangsa, akan disempurnakan Tata Bahasa Indonesia Baku dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam hubungan itu akan diselenggarakan penyusunan Tata Bahasa Sekolah, penyusunan Kamus sekolah, daftar istilah, kamus dwibahasa, penerjemahan dan penyaduran buku acuan, serta penyusunan buku-buku pedoman dan biografi. Peningkatan keserasian antara pembinaan bahasa Indonesia dan pembinaan bahasa asing, demi terciptanya rasa bangga dan cinta terhadap bahasa nasional, diusahakan dengan cara mencegah dampak negatif penggunaan bahasa asing. Dalam rangka pembinaan bahasa Indonesia akan dilakukan pembakuan di bidang tata tulis, tata Bahasa, dan tata istilah, melanjutkan pemekaran kosa kata, penyusunan kamus, pengembangan laras bahasa, dan buku acuan kebahasaan. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga lain yang relevan. (2) Pembinaan Kesusastraan Peningkatan mutu dan apresiasi kesusastraan dilakukan 38 dengan merangsang kegiatan penulisan karya sastra yang berdan dilaksanakan melalui lomba, sayembara, dan mutu pemberian bimbingan. Selanjutnya, agar jumlah dan mutu pemakai bahasa serta pencipta dan penikmat kesusastraan meningkat, dilakukan pembimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat melalui media massa cetak dan elektronik, diadakan sayembara penulisan karya sastra, dan diberikan penghargaan terhadap karya sastra yang bermutu. Selanjutnya akan diselenggarakan pertemuan dan kerja sama kebahasaan dan kesusastraan yang bersifat nasional dan internasional. Untuk itu akan diterbitkan serta disebarluaskan majalah dan monografi kebahasaan dan kesusastraan dengan mengikutsertakan pihak swasta. (3) Bahasa dan Sastra Daerah Usaha pembinaan bahasa dan sastra daerah diusahakan dengan cara melakukan penelitian dan inventarisasi bahasa dan sastra daerah. Bahasa dan sastra daerah akan dibina dan dikembangkan antara lain melalui usaha-usaha inventarisasi bahasa dan sas-tra daerah secara menyeluruh. Selain itu akan dilanjutkan perekaman dan penyebarluasan sastra lisan, sastra tulis dan sastra kuno yang bersifat langka, serta peningkatan apresiasi masyarakat terhadap bahasa dan sastra daerah. Dalam usaha peningkatan partisipasi tenaga ahli dan masyarakat dalam usaha pembinaan bahasa dan sastra Indonesia akan dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VI, pameran kebahasaan, dan kerja sama kebahasaan tingkat nasional dan internasional. Dalam kegiatan penelitian bahasa dan sastra Indo-nesia dan daerah, termasuk penerjemahan karya-karya kebaha39 saan dan kesusastraan, akan diadakan kerja sama dengan universitas. Hasil-hasil penelitian akan diterbitkan dengan mengikutsertakan pihak swasta. Di samping itu, akan didirikan Balai Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di 8 propinsi yaitu DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Irian Jaya dan Riau. b. Pembinaan Perpustakaan Pembinaan perpustakaan diarahkan untuk memantapkan sistem nasional perpustakaan dan meningkatkan layanan perpusta- - kaan yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sampai ke desa-desa. Usaha perpustakaan akan ditingkatkan, antara lain dengan bekerjasama dengan Pemda melalui pengembangan pembinaan perpustakaan nasional, perpustakaan wilayah, perpustakaan umum kabupaten, perpustakaan kecamatan dan desa, perpustakaan sekolah, perpustakaan keliling, perpustakaan perguruan tinggi dan instansi. Dalam kaitan ini akan dibina sejumlah perpustakaan keliling unit darat dan kapal air. Usaha-usaha ini diarahkan untuk menumbuhkan kegiatan perpustakaan desa lewat Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa. Selain itu akan dilakukan penyusunan Rencana Undang-undang Perpustakaan, dan Undang-undang Wajib Simpan Karya Cetak, penyusunan buku pemandu perpustakaan, pengkajian dan pengasesuai dengan tipologi perpustaperpustakaan melalui media daan koleksi bahan pustaka kaan, penyebaran informasi elektronika, penyuluhan dan sayembara. Juga berbagai naskah sistem perpusta- media cetak, serta akan dilakukan pengkajian kaan. Demikian pula akan dilanjutkan pembangunan Gedung Perpustakaan Wilayah di 5 propinsi yaitu Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, 40 serta dilanjutkan pembangunan prasarana lingkungan. perpusta-kaan-perpustakaan wilayah. Di samping itu, usaha pengembangan Perpustakaan Nasional akan dilanjutkan dan ditingkatkan secara terarah dan bertaSelanjutnya akan diusahakan pengadaan dan pengelolaan hap. teknis bahan informasi, penerbitan bahan informasi, preser- vasi dan konservasi bahan-bahan pustaka, serta pameran dan temu karya ilmiah. Dalam rangka penyusunan kebijaksanaan nasional mengenai perbukuan dan kepustakaan, kegiatan Badan Pertimbangan Perbukuan Nasional (BPPN) akan ditingkatkan untuk memacu pener- bitan buku yang bermutu dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas. Selanjutnya akan ditulis naskah-naskah yang meliputi antara lain kebijaksanaan perbukuan nasional, bibliografi nasional, "authority file" pengarang, pembakuan (standardisasi) grafika dan bahan pokok, transliterasi, penerjemahan dan penerbitan naskah kuno, termasuk yang bernilai sejarah dan kebudayaan yang ada di luar negeri. Selain itu dalam bidang penerbitan buku kesusastraan Indonesia dan daerah akan dilaksanakan penulisan sejumlah nas- kah. Dalam penerbitan naskah-naskah tersebut akan dilibatkan pihak swasta. 3. Program Pembinaan Kesenian Pembinaan kesenian sebagai ungkapan budaya diarahkan agar mampu menampung dan menumbuhkan daya cipta para seniman, meningkatkan apresiasi seni masyarakat, memperluas kesempatan masyarakat untuk menikmati seni budaya bangsa serta membang- kitkan semangat dan gairah membangun. Kesenian daerah dipeli- 41 hara dan dikembangkan untuk melestarikan dan memperkaya keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Usaha pembinaan dan pengembangan kesenian yang meliputi penumbuhan daya cipta para seniman dalam mewujudkan karya seni akan dilaksanakan melalui sayembara, lomba, eksperimen- tasi karya seni, festival karya cipta tingkat propinsi dan nasional. Penyebarluasan karya seni dan peningkatan apre- siasi seni masyarakat untuk memperkokoh kesatuan dan persa- tuan dalam rangka memantapkan ketahanan nasional dilakukan, antara lain, dengan jalan perekaman dan pengambilan gambar suara, pembuatan naskah seni, pergelaran seni dalam rangka hari-hari besar nasional. Usaha lain ialah menyelenggarakan pameran, pergelaran karya cipta baru seni musik, tari dan teater, pameran karya cipta, pergelaran karya tradisional. seni Pemupukan tari dan ketahanan pertukaran seni antar daerah. Senegara ASEAN dan luar negeri musik tradisional nasional dan dilakukan non melalui lain itu kerja sama antar lainnya di bidang seni akan ditingkatkan. Dalam usaha melestarikan dan mengembangkan kesenian daerah untuk memperkaya kebudayaan nasional, akan dilaksana- kan rekonstruksi dan refungsionalisasi kesenian yang hampir punah. Usaha lain ialah studi perbandingan, penilaian teknis kesenian, pemupukan keterampilan seni, serta inventarisasi dan dokumentasi hasil karya seniman dan pakar budaya. Dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan pergelaran seni musik, tari dan teater, pameran seni rupa, serta penciptaan seni diadakan di Taman Budaya, akan didorong peranan rupa yang aktif masyarakat. Selain itu akan dibangun gedung Wisma Seni Nasional dan studio seni rupa Indonesia di propinsi-propinsi. Dalam memfungsikan gedung Pameran Seni Rupa di Jakarta, 42 akan dilaksanakan pameran dan pengadaan koleksi. Untuk me- - ningkatkan mutu seni serta meningkatkan minat masyarakat dalam pengembangan seni akan diberi bantuan peralatan seni bagi organisasi kesenian, lembaga tingkat kabupaten atau kotamadya, kecamatan, dan daerah transmigrasi serta daerah perbatasan. Selain itu pendirian Taman Budaya di propinsi akan diteruskan. Selanjutnya untuk meningkatkan pembinaan kebudayaan di daerah akan ditingkatkan fasilitas operasional Penilik Kebudayaan. Dalam rangka pengembangan kesenian akan dilakukan usaha- - usaha untuk meningkatkan mutu seni, meningkatkan keterampilan dan kreativitas seniman, membina seniman tradisional, dan merangsang minat generasi muda. Modernisasi seni akan dilakukan melalui adaptasi aspek-aspek modern ke dalam kebudayaan tradisional, modernisasi akan tetap bertumpu pada kebu- sehingga dayaan nasional. - Dalam usaha meningkatkan taraf hidup seniman tradisional, kepada mereka akan diberi bimbingan dan bantuan. Di samping itu akan ditingkatkan usaha untuk lebih menggalakkan partisipasi masyarakat dalam pembinaan dan pengembangan ke4. senian. Program Pembinaan Tradisi, Peninggalan Sejarah dan Permuseuman a. Pembinaan Tradisi Pembinaan tradisi diarahkan untuk mendukung upaya pem- binaan kebudayaan nasional yang berakar kuat pada tradisi sebagai nilai-nilai kesejarahan yang mempunyai dinamika yang tinggi. Oleh karena itu akan dilakukan dan ditingkatkan ke- 43 giatan penelitian, perekaman dan penganalisisan sejarah untuk mengungkapkan sejarah yang bernilai luhur untuk memperkaya dan memberi corak kepribadian nasional yang sedang berkem- bang. Demikian pula akan dilakukan secara selektip pengungkap- - an tradisi, nilai-nilai kesejarahan dan pemikiran yang ada di balik kebudayaan materiil sebagai unsur kekayaan budaya bangsa untuk dipamerkan dan diperagakan. Pembinaan tradisi yang dilakukan pada hari-hari bersejarah dimaksudkan sebagai pendo- rong dan pengembang sikap kreativitas dan inovatif masyarakat. Penelitian kesejarahan diarahkan untuk merekam dan menjernihkan masalah kesejarahan yang hidup dalam masyarakat tingkat lokal maupun nasional. Usaha pengungkapan tra- baik - disi dilakukan melalui penulisan mengenai masa lampau yang mempunyai nilai-nilai tradisi yang sangat penting artinya bagi pembinaan kepribadian bangsa. Pengungkapan nilai-nilai tradisi digunakan sebagai bahan informasi sejarah yang secara selektif diterbitkan untuk mem-bina pengetahuan dan kebanggaan nasional serta merangsang generasi muda untuk meningkatkan prestasi. Selain itu dalam rangka meningkatkan kesadaran nilai-nilai sejarah bagi masyarakat, akan dibuat film-film kesejarahan, album, peta, dan ensiklopedi. Upaya itu dimaksudkan untuk melengkapi bahan penulisan buku sejarah bagi keperluan pendidikan budaya. Sepenyusunan buku standar sejarah lain itu akan dilanjutkan nasional tentang sejarah perkembangan masyarakat, termasuk sejarah sosial budaya, ekonomi, dan politik. Di samping itu penyebarluasan informasi kesejarahan akan ditingkatkan usaha ke berbagai tempat baik di dalam maupun di luar negeri. Upaya itu akan dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai lembaga 44 penelitian pemerintah dan swasta. Selain itu akan dilakukan penulisan sejarah tematis sebagai bahan bacaan pelengkap di bidang sejarah nasional, penerjemahan buku-buku sejarah dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dan dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, serta penulisan naskah babon Se- jarah Nasional Indonesia. Kegiatan lainnya ialah mempersiapkan bahan pengajaran sejarah untuk keperluan penataran pendidikan tenaga pengajar sejarah di sekolah-sekolah. Hasil-hasil penelitian dan penudibukukan. Dalam penerbitan dan penyebarluasan lisan akan buku-buku akan didorong peranan aktif pihak swasta. b. Pembinaan Peninggalan Sejarah Usaha pembinaan peninggalan sejarah diarahkan pada ke-giatan pelestarian dan pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala sebagai warisan budaya bangsa sesuai dengan Monu- menten Ordonantie secara selektif dan berdasarkan skala prioritas. Untuk itu akan ditingkatkan keikutsertaan pemerintah daerah, perguruan tinggi dan instansi lain yang terkait dalam proses pemugaran. Di samping itu akan dilakukan pengaturan pemanfaatan situs kepurbakalaan yang telah selesai dipugar. pemugaran, pemeliha- Usaha itu dilaksanakan melalui kegiatan raan, pengamanan, penyuluhan dan pemanfaatan. Selanjutnya itu akan dilakukan dan dilanjutkan usahapemugaran dan penataan lingkungan situs-situs peninggal- usaha - an sejarah dan purbakala, seperti candi, pura, puri, istana, mesjid, gereja, benteng, kuil, makam dan rumah adat. Juga akan dilanjutkan pemugaran bangunan bersejarah, seperti Candi Muara Jambi di Jambi, Candi Muara Takus di Riau, Candi Pram- banan dan bekas Ratu Boko di DI Yogyakarta, Candi Sewu di 45 Jawa Tengah, bekas Kota Lama Banten di Jawa Barat, bekas peninggalan Mojopahit di Trowulan Jawa Timur, dan Monumen Nasional di Jakarta. Di samping itu, akan ditingkatkan usaha pemeliharaan situs peninggalan sejarah dan purbakala oleh juru pelihara. Usaha konservasi dilakukan di 7 lokasi yaitu di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Banten, Jambi, dan Bali. Di samping itu akan dilanjutkan penyusunan naskah rancangan Undang-undang Benda Cagar Budaya dan penyempurnaan naskah rancangan peraturan pemerintahnya. Dalam hal pengamanan situs bawah air akan dilakukan ker- - ja sama dengan instansi yang terkait. Selain itu akan dilaku-kan penyusunan naskah peraturan dan pelaksanaan pengambilan dan pemanfaatan situs di bawah air. Selanjutnya akan dilaku- kan usaha penyelamatan dan pengamanan bangunan peninggalan sejarah dan purbakala terutama dari gangguan manusia dan Dalam rangka penyuluhan akan alam. disebarluaskan informasi peninggalan sejarah dan purbakala antara lain melalui penyelenggaraan pameran kepurbakalaan dan pembuatan film untuk siaran di TVRI. Dalam rangka pengembangan pustaka yang berhubungan dengan ilmu purbakala dan sejarah akan diterbitkan sejumlah buku sejarah. Dalam rangka pembinaan dan perlindungan peninggalan sejarah dan purbakala yang lebih mantap, akan dibangun kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala di Propinsi Jawa Barat, DI Aceh, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Barat. Di sam- ping itu akan ditingkatkan partisipasi masyarakat dalam melestarikan, melindungi, dan memanfaatkan benda-benda peningsejarah dan purbakala. 46 galan Usaha penelitian prasejarah, purbakala arkeologi bio-paleoantropologi, klasik, dan diarahkan arkeologi untuk Islam, penelitian arkeometri, paleoekologi-radiometri dalam meningkatkan pengetahuan arkeologi di Indonesia. Demikian upaya pula akan dilanjutkan dan ditingkatkan usaha-usaha penganali-sisan laboratorium, bio-paleoantropologi, palrad, paleologi, paleontologi, sedimentologi dan unsur bahan untuk data pertanggalan di pusat dan balai penelitian arkeologi di Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Bali. Di samping itu akan ditingkat- kan penelitian konservasi batu di Candi Borobudur. Dalam rangka penyebarluasan pengetahuan di bidang arkeologi akan dilanjutkan usaha pendokumentasian dan penerbitan hasil penelitian lapangan. Upaya lain yang akan dilakukan adalah pekerangka acuan penelitian sejumlah situs nyusunan buku obyek penganalisisan laboratorium, pembimbingan peneli- purbakala, tian dan teknis operasional, evaluasi hasil penelitian, pen-dokumentasian serta penerbitan sejumlah buku. Di samping itu akan didirikan gedung Laboratorium masing-masing di Palembang dan Manado. c. Pembinaan Permuseuman Usaha pembinaan permuseuman diarahkan untuk menciptakan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila. Kegiatan organisasi maupun sarana dan fasilitas pendukungnya akan ditingkatkan sehingga dapat menjamin peranan museum sebagai pusat studi ilmiah. Dalam rangka pembinaan permuseuman akan dilanjutkan penyelesaian pembangunan Museum Negeri Propinsi di Riau, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, serta pengembangan Mu- Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur seum Negeri Propinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Selanjutnya akan diteruskan penataan lingkungan 47 dan pengadaan peralatan teknis permuseuman. Usaha lain ialah meningkatkan pembinaan permuseuman yang meliputi peningkatan jumlah dan jenis koleksi, antara lain meliputi etnografika, arkeologika, historika, naskah kuno, numismatika, replika dan miniatur bagi museum propinsi. Agar koleksi yang telah menjadi milik museum dapat dilestarikan, kegiatan konservasi dan preparasi dilaksanakan di semua museum. Dalam rangka peningkatan fungsionalisasi museum, akan terus dikembangkan mutu pameran. Untuk terus meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum akan diselenggarakan berbagai jenis pameran antara lain pa- meran tetap, temporer, keliling, serta pameran khusus. Selain itu, akan dilanjutkan usaha inventarisasi dan dokumentasi koleksi. Dalam rangka pembinaan museum akan ditingkatkan peran Pemerintah Daerah, masyarakat dan perorangan. Di sam- serta ping itu akan ditingkatkan fungsionalisasi Museum Le Mayeur, serta akan dilanjutkan pemberian bantuan kepada museum-museum swasta dan daerah, antara lain Museum Lempad di Bali. Usaha lain ialah meningkatkan apresiasi masyarakat, khususnya gene- rasi muda, dan meningkatkan mutu pelayanan museum kepada masyarakat. Pengkajian minat masyarakat terhadap museum dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan, lembaga pengetahuan sosial, dan budaya yang relevan. Di samping ilmu itu dilaksanakan penyebarluasan informasi melalui penerbitan sejumlah buku, dan transkripsi naskah kuno. Dengan makin berkembangnya fungsi permuseuman, akan didirikan pula pusat mikrofilm di 8 Propinsi dan akan dirintis berdirinya pusat konservasi nasional di tingkat pusat. Di samping itu, akan dilanjutkan usaha penyusunan rancangan undang-undang permu- 48 seuman dan peraturan lainnya. Selanjutnya pembinaan Museum Nasional ditingkatkan sebapusat studi warisan budaya dan pusat informasi budaya gai yang bersifat edukatif kultural dan rekreatif. Pembinaan Museum Bekas Benteng Vredeburg akan dilanjutkan dengan rehabilitasi, pengadaan diorama, serta dilengkapi dengan penataan prasarana 1ingkungan. 5. Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan antara lain bahwa kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak merupakan agama. Pembinaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan supaya tidak mengarah kepada pembenbaru dan dalam pembinaannya dilakukan melalui instansi yang terkait. Langkah-langkah kerja sama dengan pembinaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa benar-benar tukan agama kepercayaan harus sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanu-siaan yang adil dan beradab. Dalam rangka pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan dilanjutkan kegiatan inventarisasi, dokumentasi dan evaluasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam rangka mempertinggi budi luhur akan dilaksanakan penyebarluasan informasi melalui media TVRI, Radio dan media cetak lainnya. Komunikasi antara para penghayat terhadap Yang Maha Esa dilakukan melalui sarasehan, pemaparan Tuhan budaya spiritual, kerja sama antar instansi dan antar umat berketuhanan Yang Maha Esa serta pembinaan pamong budaya spiritual. Keseluruhan usaha pembinaan merupakan bahan pemantapan pola kebijaksanaan pembinaan penghayat kepercayaan terhadap 49 Tuhan Yang Maha Esa agar tidak mengarah pada pembentukan agama baru. Selain itu akan dilakukan pengkajian nilai-nilai luhur budaya spiritual melalui penggalian nilai-nilai luhur bangsa, pengalihbahasaan nilai-nilai luhur bangsa, pemaduan nilai-nilai budi luhur budaya spiritual, penanaman nilai-ni- lai budi luhur budaya spiritual. Selanjutnya akan diselenggarakan forum komunikasi, penyebarluasan nilai-nilai luhur dan penerbitan sejumlah naskah. 50 budaya spiritual TABEL 21 - 1 PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA, 1989/90 - 1993/94 (dalam milyar rupiah) KEBUDAYAAN NASIONAL DAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM 09 SEKTOR PENDIDIKAN GENERASI MUDA KEBUDAYAAN NASIONAL KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA 09.3 Sub Sektor Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 1989/90 (Anggaran Pembangunan) 1989/90-1993/94 (Anggaran Pembangunan) DAN 1.683,1 12,3 16.981,0 93,8 09.3.01 Program Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya 2,1 16,4 09.3.02 Program Pembinaan Kebahasaan, Kesusastraan dan Perpustakaan 3,5 26,6 09.3.03 Program Pembinaan Kesenian 2,5 21,4 09.3.04 Program Pembinaan Tradisi, Peninggalan Sejarah dan Permuseuman 4,0 28,3 09.3.05 Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 0,2 1,1 51