hubungan antara daya tarik sinetron siaran

advertisement
HUBUNGAN ANTARA DAYA TARIK SINETRON SIARAN TELEVISI SWASTA DENGAN
PERUBAHAN SIKAP PENONTON REMAJA
(Studi Kasus di Kawasan Perumahan Griya Asri BSD, Tangerang)
Laporan Penelitian Program Penelitian Dosen Muda Kopertis Wilayah III Tahun 2008
Oleh Yulius A. Taufiq
PENDAHULUAN
Sebagai mahkluk sosial manusia senantiasa
ingin berinteraksi dengan manusia lainnya dan
kebutuhan akan interaksi tersebutlah yang memaksa
manusia untuk berkomunikasi. Karena komunikasi
merupakan kebutuhan yang sangat fundamental
dalam kehidupan.
Komunikasi dari waktu ke waktu mengalami
banyak perkembangan dan perubahan sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin modern. Kemajuan dalam komunikasi
memberi banyak pengaruh terhadap cara-cara
manusia berkomunikasi, salah satunya komunikasi
massa, yaitu komunikasi dengan menggunakan
media.
Menurut
Cangara, komunikasi
dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang berlangsung
dimana pesannya dikirim dari sumber yang
melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal
melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti radio,
televisi, surat kabar dan film. (Cangara, 1998 : 35 36)
Berdasarkan sifatnya, media massa terbagai
menjadi dua, yaitu media massa cetak, seperti surat
kabar dan majalah; dan media elektronik, seperti
televisi dan radio. Penelitian ini, akan lebih
memfokuskan objek penelitian pada media
elektronik, khusunya televise.
Ditinjau dari sudut penonton, televisi
memiliki tiga fungsi yang berkaitan antara satu
dengan yang lain, yaitu sebagai alat penyebar
informasi, alat untuk menyalurkan isi pesan
pendidikan dan alat yang menyiarkan program
hiburan.
Menurut Effendy (1993 : 60) televisi adalah
media yang paling diminati, karena memiliki banyak
keunggulan, diantaranya yaitu bersifat audio visual.
Selain itu televise mampu melahirkan fenomena baru
yang menarik untuk diminati dan dianalisa. Saat ini
perkembangan teknologi televisi mencapai tahap
yang canggih dan spektakuler. Demikian juga dengan
program televisi, dari berbagai televisi yang ada
tersebut saling bersaing untuk menarik minat
audiennya dalam mempertahankan pemirsa melalui
program yang menarik dengan masing-masing
segmentasinya, misalnya sinetron.
Menurut K. Avery (dalam Endah, 1980),
bahwa seseorang dalam menerima pesan melalui
suatu media akan memberikan reaksi “selective
attention”, yaitu hanya mamilih acara yang menarik
saja; “selective perception”, yaitu hanya manfsirkan
sendiri pesan yang diterima di media massa;
“selective retention”, yaitu mengingat hal-hal yang
ingin diingatnya.
Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy
( 1993: 60) mengatakan “minat pemirsa terhadap
suatu acara tergantung pada kemampuan madia
televise dalam menyajikan berbagai kebutuhan
manusia, baik hiburan, informasi maupun
pendidikan”. Oleh sebab itu, maka ditengah
persaingan yang ada, pihak RCTI berupaya
menyajikan tayangan yang menarik, salah satunya
tayangan sinetron yang bertema remaja.
Secara umum periode remaja merupakan
klimaks
dari
periode-periode
perkembangan
sebelumnya. Dalam periode ini apa yang diperoleh
dalam masa-masa sebelumnya diuji dan dibuktikan,
sehingga dalam periode selanjutnya individu telah
mempunyai suatu pola pribadi yang lebih mantap
(irwanto : 2002 : 46 – 47)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa
acara televisi akan diminati apabila mempunyai daya
tarik. Dengan daya tarik itulah maka akan
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
43
menimbulkan minat untuk menonton tayangan
tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
dampak/efek.
Media televisi sampai saat ini masih
diasumsikan oleh Kuswandi (1994), televisi sebagai
alat informasi yang ampuh dalam mengubah sikap
dan perilaku pemirsa, karena efek suara dan bentuk
gambar secara nyata dapat disaksikan oleh mata
pemirsa.
Ada beberapa faktor yang sangat menentukan
proses pemantapan diri ini, antara lain faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal dapat dilihat dari
kondisi psikologis, kondisi fisiologis, sosial budaya
dan harapan dari individu yang bersangkutan serta
kondisi individu dalam keluarga. Sementara untuk
faktor eksternal dapat dilihat dari pengaruh
lingkungan sosial termasuk dari pengaruh media
massa. (Mulyana, 2001 : 181 – 183)
Elvinaro Ardianto (2004) mengatakan, bahwa
efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri
khalayak yang sifatnya informative bagi dirinya. Efek
afektif media massa adalah turut merasakan perasaan
iba, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Setelah
media massa mampu mempengaruhi perasaan
khalayak, maka tahap selanjutnya dan sekaligus tahap
akhir media massa dapat mempengaruhi tingkah laku
khalayak. Hal ini yang disebut sebagai efek
behavioral. Efek khalayak pada tahap ini sudah
berupa perubahan tingkah laku atau tindakan.
Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka
penelitian ini difokuskan pada efek afektif (sikap)
sebagai akibat daya tarik media televisi, khususnya
tayangan sinetron remaja “Cahaya” yang ditayangkan
RCTI setiap hari pada pukul 20.00 – 21.00. Sinetron
tersebut mengisahkan perjalan hidup, kisah cinta
Aya/Cahaya yang diperankan oleh Naysila Mirdad.
Dalam penelitian ini difokuskan pada
sinetron bertema remaja, yaitu sinetron Cahaya, yang
memiliki rating tinggi dan diminati para remaja.
Selain itu, pada sinetron Cahaya ini, tokoh/model,
bahasa, cara berpakaian dan alur cerita difokuskan
kepada remaja.
Dari keterangan tersebut, diasumsikan bahwa
karena tokoh/model, bahasa, cara berpakaian dan alur
cerita ditujukan kepada remaja, maka besar
44
kemungkinan hal tersebut dapat menimbulkan
dampak/efek sikap terhadap remaja.
Menyikapi uraian di atas, penulis tertarik
melakukan penelitian ini berdasarkan pendekatan
salah satu teori komuniasi, yaitu teori S-O-R
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana daya tarik tayangan sinetron Cahaya
terhadap Remaja di Perumahan Griya Asri BSD?
2. Bagaimana sikap Remaja di Perumahan Griya
Asri BSD Tangerang setelah menonton tayangan
sinetron Cahaya?
3. Adakah hubungan antara daya tarik tayangan
sinetron Cahaya terhadap sikap Remaja di
Perumahan Griya Asri BSD RT 35/007, Jelupang,
Serpong, Tangerang?
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis: Memperoleh pengetahuan
mengenai teori komunikasi S-O-R dan
menerapkannya dalam studi kasus, khususnya
dalam bidang komunikasi.
2. Manfaat Praktis: Sebagai masukan bukan hanya di
RCTI, tetapi bagi produser, stasiun penyiaran dan
pemirsa TV.
KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
Untuk menjawab masalah pokok penelitian, maka
dapa dijelaskan konsep dan variabel di dalam
kerangka teori yang mengacu pada teori yang relevan
sebagai berikut :
Komunikasi
Menurut Everett M. Roger, “komunikasi
adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada satu penerima atau lebih dengan
maskud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
(Cangara, 1998 : 19 ). Dilain pihak Hoeta Soehoet,
mengatakan “ilmu komunikasi adalah sutu ilmu
yang mempelajari usaha manusia dalam
menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia
lainnya”. (Soehoet, 2002 : 9)
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
Sementara
Harold
D.
Lasswell
mengungkapkan “cara yang terbaik untuk
menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan Who Says What In Channel
to Whom With What Effect? Atau siapa
mengatakan apa dengan saluran apa keapada siapa
dengan pengaruh yang bagaimana/
Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan, bahwa pada prinsipnya komunikasi
merupakan proses dimana seorang sumber atau
komunikator menyampaikan ide/pesan kepada
penerima melalui saluran/media dengan maksud
mengubah tingkah laku mereka sebagai akibat dari
proses komunikasi tersebut.
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, maka
dapat dijelaskan adanya proses komunikasi yang
didalamnya terdapat 5 unsur komunikasi berupa
komunikator, pesan, saluran, komunikan dan efek.
Kelima unsur tersebut adalah:
1. Komunikator: Dalam penelitian ini yang
dianggap sebagai komunikator adalah pihak
penyiaran televisi atau pihak production house
(rumah produksi) sebagai pihak yang membuat
atau mengadakan program acara sinetron ini,
yaitu Sinemart.
2. Pesan: Sesuatu yang disampaikan melalui
siaran sinetron berupa alur cerita, tokoh dan
gambaran kehidupan sehari-hari, dalam hal ini
keseluruhan alur cerita Cahaya.
3. Saluran atau media: Adalah media televisi
yang digunakan untuk menyampaikan pesan,
yaitu RCTI
4. Komunikan: Adalah Remaja yang menonton
sinetron Cahaya. Mereka tinggal di Perumahan
Griya Asri BSD RT 35/007, Jelupang, Serpong
– Tangerang.
5. Efek: Sikap yang ditimbulkan setelah
menonton sinetron tersebut.
Sehubungan dengan uraian di atas, jika
dikaitkan dengan unsur-unsur komunikasi,
masalah penelitian terletak pada pesan, komunikan
dan efek. Pesan, yang berupa acara sinetron yang
di dalamnya terdapat unsur-unsur tokoh, alur
cerita dan ilustrasi gambaran kehidupan seharihari. Komunikan yaitu bagaimana remaja
Perumahan Griya Asri BSD RT 35/007, Jelupang,
Serpong – Tangerang menonton sinetron ti
televisi. Sedangkan efek yang dimaksud adalah
bagaimana sikap setelah menyaksikan sinetron di
televisi.
Dari penjelasan tersebut di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa rumusan dari permasalah
ini termasuk dalam kajian ilmu komunikasi.
Seperti kita ketahui, bahwa komunikasi terbagai
menjadi
empat
tipe,
yaitu
komunikasi
intrapersonal,
komunikasi
interpersonal,
komunikasi politik dan komunikasi massa
(Cangara, 1998 : 30).
Mengingat objek penelitian ini merupakan
salah satu media komunikasi massa, maka penulis
memfokuskan pembahasan selanjutnya dalam
komunikasi massa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian
tentang ‘hubungan antara daya tarik tayangan
sinetron Cahaya terhadap sikap Remaja di
Perumahan Griya Asri BSD RT 35/007, Jelupang,
Serpong, Tangerang’ ini dapat dimasukkan
kedalam kategori Komunikasi Massa karena
melibatkan media sebagai alat penyampai pesan.
Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa merujuk pada
pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri.1991,
merupakan
bentuk
komunikasi
yang
menggunakan
saluran
(media)
dalam
menghubungkan komunikator dan komunikan
secara massal, berjumlah banyak, bertempat
tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen,
dan menimbulkan efek tertentu. Definisi yang
paling sederhana tentang Komunikasi Massa
dirumuskan Bittner (1980: 10)
“Mass
Communication
is
messages
communicated through a mass medium to a
large number of people” (Komunikasi massa
adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang).
(Rakhmat ; 2000)
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
komunikasi massa itu harus menggunakan media
massa. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
45
dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain,
yaitu Gerbner. Gerbner (1967) menulis:
b.
“Mass communication is the technologically
and institutionally based production and
distribution of the most broadly shared
contionous flow of messages in industrial
societies” (Komunikasi massa adalah produksi
dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan
lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta
paling luas dimiliki orang dalam masyarakat
industri). (Rakhmat ; 2000)
Dari definisi Gerbner tergambar bahwa
komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk
berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut
disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas
secara terus menerus dalam jarak waktu yang
tetap, misalnya harian, mingguan, dwi mingguan
atau bulanan (Elvinaro Ardianto 2004;3-4)
Merangkum
definisi-definisi
di
atas,
komunikasi massa diartikan sebagai sebuah proses
yang berlngsung secara kontinyu, tidak diketahui
kapan dimulainya dan kapan berakhirnya.
c.
d.
e.
Televisi
Dari semua media komunikasi yang ada,
televisilah yang paling berpemgaruh pada
kehidupan
manusia.
Televisi
mengalami
perkembangan secara dramatis, terutama melalui
pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program
televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri
dengan bantuan satelit dan menerima langsung
pada layer televisi di rumha dengan menggunakan
wire atau microwave (wireless cables) yang
membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa.
Televisi
tambah
marak
lagi
setelah
dikembangkannya Direct Broadcast Satelite
(DBS).
Secara bertahap, layer televisi berkembang dari
diagonal 7 inci kemudian 12, 17, 21, 24 sampai 39
inci. Kini sedikitnya terdapat lima metode
penyampaian program televisi yang telah
dikembangkan :
a. Over-the-air reception of network and local
station program. Kualitas gambar yang masih
46
kuno ditingkatkan dengan High Density
Television (HDTV).
Cable. Program disampaikan melalui satelit ke
sistem kabel local, kemudian didistribusikan ke
rumah-rumah dengan kabel di bawah tanah
atau dengan tambahan kabel, system cable
standard dibakukan tahun 1990- an.
Digital Cable. Ini bagian dari information
super highway. System kabel local dan telepon
untuk pelanggan dalam jumlah besar, dahulu
menggunakan kabel kuno sekarang diganti
dengan kabel serat optic yang ditanam di
bawah tanah tetapi memiliki kapasitas lebih
tinggi. Kabel serat optic ini dapat memuat 500
lebih saluran. System ini memungkinkan
terjadinya komunikasi televisi dua arah.
Instalasi kabel serat optic ini termasuk program
nasional yang memerlukan biaya yang sangat
besar.
Wireless Cable. Sejumlah system kabel
menyampaikan program bagi pelanggan yang
menggunakan
transmisi
microwave
(gelombang pendek) meskipun kabel ini di
bawah tanah. Metode ini mengurangi biaya
instalasi serat optic, tetapi memerlukan
peralatan khusus dalam penerimaan program.
Direct Broadcast Satelite (DBS). Programprogram ditransmisikan oleh satelit langsung
dengan
menggunakan
piringan
yang
berdiameter 18 inci ditaruh di atap rumah atau
di Indonesia dikenal dengan istilah antenna
parabola. Metode ini merupakan terobosan
dalam system televise kabel, yang dimulai di
Amerika Serikat sejak tahun 1994.
Fungsi Televisi
Fungsi televisi sama dengan fungsi media
massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni
memberi informasi, mendidik, menghibur dan
membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih
dominant pada media televisi sebagaimana hasil
penelitian-penelitian
yang
dilakukan
oleh
mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD,
yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan
utama khalayak menonton televisi adalah untuk
memperoleh
hiburan,
selanjutnya
untuk
memperoleh informasi.
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
Karakteristik Televisi:
a. Audiovisual: Televisi memiliki kelebihan,
yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat
(audiovisual). Tidak berarti gambar lebih
penting daripada kata-kata. Keduanya harus
ada kesesuaian secara harmonis.
b. Berpikir dalam Gambar: Ada dua tahap yang
dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar.
Pertama adalah visualisasi (visualization),
yakni
menerjemahkan
kata-kata
yang
mengandung gagasan yang menjadi gambar
sevara individual. Dalam proses visualisasi,
pengarah acara harus berusaha menunjukkan
objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas
dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga
mengandung suatu makna. Kedua adalah
penggambaran (picturization), yakni kegiatan
merangkai
gambar-gambar
individual
sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya
mengandung makna tertentu.
c. Pengoperasian lebih kompleks: Dibandingkan
dengan radio siaran, pengoperasian televisi
lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan
orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih
banyak dan untuk mengoperasikannya lebih
rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang
yang terampil dan terlatih. Dengan demikian
media televisi lebih mahal daripada surat
kabar, majalah dan radio siaran.
Siaran televisi:
Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia di
mulai tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan
dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga seAsia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu
pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat
TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun
(station call) sampai sekarang (Effendy, pada
Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) selama tahun
1962-1963 TVRI berada di udara kira-kira satu
jam sehari dengan segala kesederhanaannya.
Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan
televisi siaran lainnya, yakni RCTI, SCTV, TPI,
AnTV, Indosiar, Lativi, Global TV, Jak TV, O
Channel, Space Toon, dsb. Meskipun telah banyak
berdiri stasiun televisi, televisi siaran tidak akan
dapat menggeser kedudukan radio siaran. Karena
radio siaran memiliki karakteristik tersendiri.
Televisi siaran dan radio siaran serta media
lainnya saling mengisi. Televisi siaran menggeser
radio siaran mungkin dalam hal porsii iklan.
(Elvinaro Ardianto, 2004; 127)
Daya Tarik Siaran Televisi:
a. Daya Tarik
Semakin kita tertarik kepada seseorang,
maka semakin besar kecenderungan kita untuk
berkomunikasi dengan orang tersebut. Pesanpesan yang disampaikan melalui sebuah media
massa haruslah mempunyai nilai yang
membuat
khalayak
tertarik
untuk
menontonnya, sehingga khalayak (diharapkan)
bersikap positif terhadap pesan yang
disampaikan dan lebih efektif dalam
mempengaruhi perubahan pendapat dan sikap.
Kesukaan, sikap positif dan daya tarik, kita
sebut sebagai atraksi. Atraksi berasal dari
bahasa Latin yaitu ‘attrahere-ad’ yang artinya
menuju dan trahere berarti menarik.(Jalaluddin
Rakhmat 2000;111)
Daya tarik menurut Onong Uchjana Effendy
adalah kesamaan persepsi dari komunikator
terhadap komunikasi dengan jalan menarik
perhatian, mengubah perilaku, sikap dan opini
dari komunikan (Onong Uchjana, 2003, h.38).
Menurut Kenneth E. Andersen yang dikutip
Jalaluddin
Rakhmat
dalam
Psikologi
Komunikasi, daya tarik sebagai proses mental
ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi
menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli
lainnya melemah (2001; 52).
Kemudian berdasarkan teori sensasi
Benyamin B. Wolman, daya tarik adalah hasil
dari proses penginderaan, karena melalui alat
indera manusia dapat merasakan pengalaman
elementer yang tidak memerlukan penguraian
verbal, simbolis atau konseptual (Jalaluddin
Rakhmat, 2001; 49).
Sasa Djuarsa mengatakan daya tarik terjadi
dari penyusunuan pesan itu sendiri, ia membagi
penyusunan itu menjadi dua :
1) Penyusunan pesan satu sisi: Yaitu
memberikan penekanan hanya pada posisi
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
47
kepentingan pihak pengirim pesan, biasanya
yang ditonjolkan hanya hal-hal yang
menyangkut kekuatan atau aspek posistif
dari suatu ide produk yang akan
dikomunikasikan.
2) Penyusunan pesan dua sisi: Disamping segi
kekuatan dan aspek posisitf, hal-hal yang
merupakan kelemahan atau kekurangan dari
suatu ide atau produk yang akan
dikomunikasikan
juga
disampaikan.
Sedangkan Mochtar Lubis mengatakan
seseorang akan merasa tertarik, jika
mendengar isu-isu yang menurut mereka
layak didengar, dilihat dan dibaca oleh
mereka. (M. Lubis, 1958, h.25). Penulis
memahami bahwa daya tarik adalah sesuatu
yang membuat perhatian kita tertuju kepada
sesuatu hal dan akan membuat kita berusaha
mencari informasi lebih banyak dan
mencari
keuntungan
yang
bisa
dimanfaatkan daripadanya.
b. Daya Tarik Siaran Televisi
Menurut Elvinaro Ardianto dalam buku
Komunikasi Massa suatu Pengantar, pesan
yang akan disampaikan melalui televisi,
memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain
agar pesan tersebut dapat diterima oleh
khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan itu adalah sebagai berikut :
1) Pemirsa: Komunikator harus memahami
kebiasaan dan minat pemirsa baik yang
termasuk kategori anak-anak, remaja,
dewasa maupun orang-orang. Jadi setiap
acara.
2) Waktu: Setelah komunikator mengetahui
minat dan kebiasaan tiap kategori pemirsa,
langkah selanjutnya adalah menyesuaikan
waktu penayangan dengan minat dan
kebiasaan pemirsa.
3) Durasi: Durasi berkaitan dengan waktu,
yakni jumlah menit dalam setiap
penayangan acara. Durasi masing-masing
acara disesuaikan dengan jenis acara dan
tuntutan skrip atau naskah, yang paling
penting bahwa dengan durasi tertentu,
tujuan acara tercapai.
4) Metode penyajian: Telah diketahui bahwa
fungsi utama televisi menurut khalayak
pada umumnya adalah untuk menghibur,
selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak
48
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
berarti fungsi mendidik dan membujuk
dapat diabaikan. Fungsi nonhiburan dan
noninformasi harus tetap ada karena sama
pentingnya bagi keperluan kedua belah
pihak, komunikator dan komunikan. Agar
fungsi mendidik dan membujuk tetap ada,
namun tetap diminati pemirsa maka pihak
komunikator harus mengemas pesan
sedemikian rupa, yakni menggunakan
metode penyajian tertentu dimana pesan
non hiburan dapat mengandung unsur
informasi.
Sikap
Terdapat beraneka ragam definisi tentang
sikap menurut para ahli. Menurut Kerlinger
(1990), sikap adalah ancang-ancang atau
kecenderungan yang tertata untuk berpikir,
merasa, menyerap dan berperilaku terhadap
suatu refren atau objek kognitif. Sikap
merupakan struktur yang tahan waktu yang
terdiri dari pandangan dan keyakinan yang
mencenderungkan individu untuk berperilaku
selektif terhadap refren. Sedangkan menurut
Thurstone, sikap adalah total kecenderungan
perasaan, prasangka, ide atau keyakinan
seseorang terhadap topik tertentu. Kemudian
menurut Sarwono (1983), Sikap adalah
kesiapan pada seseorang untuk bertindak
secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Ditambahkan pula bahwa sikap dapat bersifat
positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam
sikap positif, kecenderungan tindakan adalah
mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek
tertentu, sedangkan dalam sikap negatif
terhadap kecenderungan untuk menjahui,
menghindari, membenci dan tidak menyukai
obyek tertentu.
Dari beberapa pendapat tentang sikap
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap
terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang,
yaitu
komponen
kognitif,
komponen afektif dan komponen perilaku.
Selain itu menurut Stuart (1998), pengaruh
atau efek ialah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh
pemirsa sebelum dan sesudah menerima pesan
(Cangara, 1998 : 163). Jenis-jenis efek setelah
adanya stimuli/rangsangan dari media massa
yang diungkap oleh Onong Uchjana Effendy,
sebagai berikut :
a. Efek kognitif: Efek ini terjadi ketika
khalayak memahami atu mengerti informasi
dari pesan media massa tersebut. Jadi media
massa berfungsi informatif baginya. Efek
kognitif ini berhubungan dengan pikiran
dan penalaran, sehingga khalayak yang
semula tidak tahu, yang tadinya tidak
mengerti, yang tadinya bingung, akhirnya
menjadi jelas.
b. Efek Afektif: Efek afektif berhubungan
dengan
perasaan,
akibat
membaca,
menonton televisi timbul perasaan tertentu
pada khalayak. Perasaan akibat terpaan
media massa bisa bermacam-macam, yaitu
senang, sedih, takut, penasaran, sinis dan
sebagainya.
c. Efek Konatif/Behavioral: Efek konatif
berhubungan dengan niat, tekad, upaya,
usaha yang cenderung menjadi suatu
tindakan, karena berbentuk perilaku, maka
efek konatif ini sering juga disebut efek
behavioral. Efek konatif tidak bisa langsung
timbul sebagai akibat terpaan media massa,
melainkan didahului oleh efek kognitif dan
efek afektif.
Jika dihubungkan dengan penelitian ini,
efek media di sini yaitu efek afektif atau sikap.
Menurut Fishbein (1975) yang menyatakan
bahwa sikap adalah prediposisi emosional yang
dipelajari untuk merespon secara konsisten
terhadap suatu objek. Sedangkan menurut
Thomas dan Znaniecki sikap adalah proses
mental yang berlaku individual yang
menentukan respon-respon baik yang nyata
ataupun yang potensial dari setiap orang yang
berbeda dalam kehidupan sosial (Natawidjaja,
1977 : 39)
Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan, bahwa sikap adalah proses mental
yang ada pada setiap individu dalam
menentukan respon tentang objek atau situasi.
Untuk memahami mengenai efek media
setelah adanya daya tarik dari media massa
tersebut akan dijelaskan melalui stimulis –
respon dari Melvin De Fleur. Dalam hal ini,
akan dibahas sedikit mengenai teori Stimulus
Respon yang pada dasarnya merupakan suatu
prinsip belajar yang sederhana, dimana efek
merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu.
Dengan
demikian
seseorang
dapat
memperkirakan suatu kaitan erat antara stimuli
media, dalam hal ini dalam bentuk daya tarik
pesan-pesan media dan efek media , yaitu
sikap. Dalam membahas komunikasi massa
dan efeknya terhadap khalayak, istilah-istilah
yang digunakan adalah :
a. Stimulus atau rangsangan
b. Organisme atau manusia/khalayak
c. Respon/reaksi/efek
Elemen-elemn utama dari teori S-R yang telah
dimodifikasi oleh Melvin De Fleur dengan
menambahkan
O
(organisme)
dapat
digolongkan sebagai berikut :
S-O-R
1. Pesan (stimulus): Pesan adalah stimulus
yang disampaikan oleh sumber kepada si
penerima melalui suatu saluran media
kemounikasi tertentu. Dalam penelitian ini
yaitu pesan dari sinetron remaja Cahaya
yang dapat dilihat dari alur cerita maupun
penokohannya.
2. Seseorang penerima (organisme): Penerima
adalah individu yang menerima pesan dan
memberikan respon mengenai suatu hal
yang ditunjukkan dalam menonton sinetron
Cahaya yaitu para remaja di perumahan
Griya Asri BSD, Tangerang.
3. Efek/akibat/pengaruh yang terjadi (respon):
Efek/respon/tanggapan individu para remaja
di perumahan Griya Asri BSD, Tangerang.
Teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang
terjadi pada pihak khalayak sebagai akibat dari
komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi
pada pihak penerima pada dasarnya merupakan
suatu respon dari stimulus (rangsangan tertentu).
Dengan demikian besar kecilnya pengaruh serta
dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi tergantung
pada daya tarik dari penyajian stimulus
(rangsangan).
Modifikasi terhadap teori stimulus – respon
yang dilakukan oleh De Fleur pada tahun 1970
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
49
terkenal sebagai teori “perbedaan individu” dalam
komunikasi massa. Disini ia mengasumsikan
bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu
yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan
karakteristik pribadi pada audien.
Teori De Fleur ini secara eksplisit telah
mengakui adanya intervensi variabel-variabel
psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media
massa dlam menghasilkan efek. Teori ini
memandang bahwa sikap dan organisasi personal
atau psikologis individu akan menentukan
bagaimana individu memilih stimuli dari
lingkungan dan bagaimana ia memberi makna
pada stimuli tersebut. Setiap orang memiliki
potensi biologis, pengalaman belajar dan
lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini
menyebabkan khalayak mereaksi pesan media
secara berbeda pula. Khalayak selekteif
memperhatikan suatu pesan komunikasinya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tanggapan khalayak
terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh
tatanan psikologisnya.
Teori perbedaan individu ini mengandung
rangsangan-rangsangan
khusus
yang
menimbulkan interaksi yang berbeda dengan
watak-watak perorangan khalayak. Oleh karena itu
terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi
anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat
diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai
dengan perbedaap individu tersebut. Melalui
modifikasi inilah respon tertentu yang diharapkan
akan muncul dalam perilaku individu akan
tercapai. Esensi dari model ini fokusnya adalah
pada variabel-variabel yang berhubungan dengan
individu sebagai penerima pesan, suatu kelanjutan
dari asumsi sebab akibat dan mendasakan pada
perubahan sikap sebagai ukuran dari perubahan
perilaku.
Pembentukan Sikap
Dalam mempelajari sikap, kita tdk dapat
mengabaikan pembentukan sikap. Berikut akan
diuraikan faktor-faktor pembentukan sikap, yaitu
:
50
a. Sikap itu berkembang dalam proses pemuasan
keinginan individu
b. Sikap individu terbentuk dengan adanya
informasi tertentu yang menarik perhatiannya.
c. Ketertarikan seorang individu terhadap suatu
kelompok tertentu dapat menentukan arah
pembentukan sikap individu tersebut.
d. Sikap individu mencerminkan kepribadiannya.
Penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor pembentukan sikap berkaitan
dengan masalah penelitian ini adalah point 2
9dua), yang menjelaskan bahwa sikap individu
terbentuk dengan adanya informasi tertentu yang
menarik perhatiannya. Dalam hal ini berarti
bahwa siaran sinetron yang menarik perhatiannya
dapat mempengaruhi pembentukan sikap dalam
individu.
Pemirsa
Khalayak biasa disebut dengan istilah
penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa,
audience, decoder atau komunikan. Khalayak
adalah salah satu aktor dari proses komunikasi.
Oleh karena itu unsur khalayak tidak boleh
diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses
komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak
(Cangara, 1998 : 151)
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat
dipahami bahwa khalayak merupakan penerima
pesan dalam proses komunikasi yang dapat
dilihat dari media yang digunakan. Misalnya
pembaca, yaitu khalayak yang menjadi penerima
pesan lewat media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid, buku dan lain-lain), pendengar, yaitu
khalayak yang menjadi penerima pesan lewat
media radio, dan pemirsa yaitu khalayak yang
mejadi penerima pesan lewat media televisi. Jadi
dapat dipahami, bahwa yang menjadi khalayak
media televisi disebut pemirsa.
Khalayak dalam studi komunikasi bisa
berupa individu, kelompok dan masyarakat.
Menjadi tugas komunikator untuk mengetahui
siapa yang akan menjadi khalayak sebelum
proses komunikasi berlangsung.
Ada tiga aspek yang perlu diketahui
seorang komunikator menyangkut tentang
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
khalayaknya, yakni aspek sosiodemgrafik, aspek
profil psikologis dan aspek karakteristik perilaku
khalayak.
tarik yang diterima rendah, maka efek yang
diterimapun rendah”.
Skema Hubungan antar Variabel
Remaja
Periode remaja adalah masa transisi
dalam periode anak-anak ke periode dewasa.
Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang
amat penting dalam kehidupan seseorang
khususnya dalam pembentukan kepribadian
individu (Irwanto, 1997 : 46)
Secara psikologis, masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih
tua, melainkan berada dalam tingkatan yang
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak
(Hurlock, 1980 : 206)
Dari penjelasan
di atas, dapat
disimpulkan bahwa masa remaja merupkan masa
peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.
Dalam setiap periode peralihan, status
individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan
akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini,
remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan
orang dewasa. Kalau remaja berperilakuseperti
anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai
umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku
seperti orang dewasa, ia akan sering kali dituduh
terlalu besar untuk celananya dan dimarahi,
karena mencoba bertindak seperti orang dewasa.
Di lain pihak, status remaja yang tidak
jelas ini juga menguntungkan, karena status ini
memberi waktu kepada individu untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi
dirinya (Hurlock, 1980 : 207)
Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori, khususnya
penjelasan variabel di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut ;
“Apabila daya tarik yang diterima tinggi,
maka efek yang diterima tinggi; apabila daya
DAYA TARIK
PERUBAHAN
SIKAP
OPERASIONALISASI KONSEP
Variabel Bebas (Independent Variabel)
Dalam penelitian ini yang menjadi
Variabel Bebas (X) adalah variabel Daya tarik
sinetron siaran televisi swasta. Tayangan sinetron
di televisi yang berupa kata-kata (verbal) maupun
gambar (visual) ini, diasumsikan selain
menghasilkan perubahan pemahaman dan sikap
mengenai suatu peristiwa, juga menghasilkan
pengetahuan yang berbeda mengenai suatu
peristiwa pada diri khalayak (penonton remaja)
yang menonton tayangan sinetron. Dalam hal ini
sinetron Cahaya.
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Variabel intensitas menonton tayangan sinetron
di televisi, dinyatakan sebagai variabel X,
dengan dimensi: Sering tidaknya menonton
tayangan sinetron siaran televisi swasta
(Cahaya)
2. Variabel sumber (Belch and Belch 1995 : 156).
Sumber adalah pelaku utama dalam suatu
proses komunikasi yang dapat berupa individu
atau
organisasi
yang
membagikan
informasinya kepada orang lain atau
sekelompok orang, dengan cakupan :
- Kredibilitas (Jalaluddin, 2003). Kredibilitas
adalah seperangkat persepsi komunikasi
tentang sifat-sifat komunikator.
- Daya Tarik (Venus, 2004). Daya tarik fisik
meliputi penampilan fisik dan identifikasi
psikologis.
Variabel-variabel tersebut diukur dengan
menggunakan skala Likert.
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
51
Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Menurut Kerlinger (1990), sikap adalah
ancang-ancang atau kecenderungan yang tertata
untuk berpikir, merasa, menyerap dan berperilaku
terhadap suatu refren atau objek kognitif. Sikap
merupakan struktur yang tahan waktu yang terdiri
dari
pandangan
dan
keyakinan
yang
mencenderungkan individu untuk berperilaku
selektif terhadap referen.
Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah sikap penonton remaja
(remaja putrid) yang berubah setelah menonton
sinetron Cahaya di televisi. Adapaun lingkup
perubahan sikap yang menjadi focus penelitian
ini adalah sikap dalam penampilan diri terutama
dalam hal berpakaian dan bertutur kata. Variabel
tersebut diukur dengan skala Likert.
2. Melakukan wawancara lansung kepada remaja
di perumahan Griya Asri BSD, Tangerang.
3. Studi Kepustakaan
4. Observasi/pengamatan
4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dianalisis secara :
a. Deskriptif
Yaitu data yang berdasarkan variabel-variabel
penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi
b. Analisis Hubungan
Data mengenai variabel-variabel yang diteliti
dihubungkan dengan cara menyajikan dalam
bentuk tabel silang, kemudian data dalam tabel
silang ini dianalis untuk melihat hubungan kedua
variabel. Untuk membuktikan hubungan kedua
variabel, selanjutnya dilakukan uji hipotesis
dengan menggunakan metode product moment.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
analitis, yaitu hendak medeskripsikan dan
mengkaitkan hubungan antara daya tarik sinetron
Cahaya dengan sikap penonton remaja
di
perumahan Griya Asri BSD, Tangerang setelah
menonton sinetron Cahaya.
2. Populasi dan Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 150
remaja di kawasan perumahan Griya Asri BSD
RT 35/07, Jelupang, Serpong, Tangerang.
Penarikan sampel dilakukan dengan cara
purposif sampling, yaitu memilih orang-orang
tertentu, karena dianggap berdasarkan penilaian
tertentu dapat mewakili statistik, tingkat
signifikan dan prosedur pengujian hipotesis
(Rakmat, 1998 : 81) dengan cara membagikan
kuesioner. Dalam hal ini para remaja di
perumahan Griya Asri BSD, Tangerang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara memberikan daftar pertanyaan/kuesioner.
52
5. Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian perpustakaan dimulai bulan
Juli 2008. Pretest atau uji coba dilakukan mulai
tanggal 1 – 12 Juli 2008. Sedang penelitian
lapangan untuk memperoleh data dan informasi
dari responden mulai dilaksanakan pada 13 Juli
sampai dengan 13 Agustus 2008.
6. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di
BSD (Bumi Serpong Damai). Tepatnya di
kawasan perumahan Griya Asri BSD RT 35/07,
Jelupang, Serpong, Tangerang. Alasan pemilihan
di daerah BSD karena dekat dengan tempat
tinggal peneliti, sehingga memudahkan peneliti
untuk mencari data dan informasi.
7. Uji Coba Pertanyaan Penelitian (Question
Pre Test)
Seperti pada umumnya penelitian yang
bersifat
kuantitatif,
sebelum
melakukan
penelitian, terlebih dahulu dilakukan pre test atau
uji coba untuk menguji instrumen pertanyaan
penelitian. Dalam melakukan uji coba, diambil 50
(lima puluh) responden, yaitu para remaja yang
bertempat tinggal di perumahan Griya Asri BSD
RT 35/07, Jelupang, Serpong, Tangerang.
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
Responden yang ada dikumpulkan di suatu
tempat, kemudian diberi pengarahan tentang
maksud uji coba ini dilakukan, kemudian kepada
para responden dibagikan daftar pertanyaan untuk
diisi.
Tujuan dari uji coba ini untuk
mengetahui apakah pertanyaan yang diajukan
dapat dipahami oleh para responden dan
responden dapat menjawab sesuai dengan
pertanyaan yang dimaksud.
8. Keterbatasan – keterbatasan Penelitian
Meskipun penelitian ini diusahakan
sebaik-baiknya untuk menghindari hal-hal yang
dapat mempengaruhi ketepatan hasil penelitian,
namun masih tetap ada kelemahan-kelemahan
dan keterbatas-keterbatasan baik dari segi teoritis,
metodologi maupun penulisan. Beberapa hal
yang dapat dianggap secara langsung maupun
tidak langsung merupakan keterbatasan dalam
penelitian ini :
1. Penelitian ini hanya mengambil sejumlah kecil
dari jumlah remaja yang ada di perumahan
Griya Asri BSD, Tangerang
2. Dari segi reliabilita instrumen pengukuran
disadari bahwa ada keterbatasan, karena
penjabaran konsep dan operasionalisasi
konsep yang kurang sempurna.
3. Beberapa kelemahan penelitian ini terutama
disebabkan oleh keterbatasan dana, tenaga dan
waktu yang tersedia untuk melakukan
penelitian.
GAMBARAN UMUM
1. Deskripsi Sinetron Cahaya
Sinetron
remaja
“Cahaya”
yang
ditayangkan RCTI setiap hari pada pukul 20.00 –
21.00. Sinetron tersebut mengisahkan perjalan
hidup, kisah cinta Aya/Cahaya yang diperankan
oleh Naysila Mirdad.Alur cerita Cahaya, sebelum
kemunculan tokoh Satrya, terfokus pada cinta
segitiga Raka-Cahaya-Talitha. Cahaya yang
sempat pacaran dengan Raka, merelakan Raka
untuk Talitha, anak majikannya. Saat itu
dikisahkan, Raka akrab dengan Talitha,
sedangkan Cahaya didekati Satrya.
Cahaya kembali menjalin kasih dengan
Raka, dan Talitha akrab dengan SatryaBeberapa
pembaca dan komentator situs ini memprediksi
nasib Cahaya akan sama dengan Intan. Awalawal kemunculannya dipuji-puji, menjelang
tamat dicaci.
Talitha yang merasa terhibur dengan
munculnya
Sakti
kembali
ke
dalam
kehidupannya, karena Sakti selalu mendampingi
Talitha, di saat Talitha sedih melihat kemesraan
Satrya dengan Cahaya. Bahkan kini Sakti juga
akan meniru Satrya yang tetap sabar menunggu
cinta talitha tanpa memaksakan kehendak. Talitha
jadi merasa nyaman disamping Sakti, karena tak
ada tuntutan apapun. Bahkan ia bisa menangis di
pundak Sakti sepuasnya setelah melihat
kemesraan Satrya dan Cahaya. Cahaya terus saja
digosipkan di kantor Satrya, sehingga ia memilih
mundur dari kantor Satrya dan bekerja kembali
pada Rio, ayah kandungnya. Hal ini sekaligus
mendekatkan hubungan diantara mereka. Cahaya
juga sudah mulai pindah, ikut dengan Pertiwi dan
Rio, meski Elga masih belum menerima.
Sementara itu Raka bertambah parah dan
tidak mau makan dan minum. Tabib
menyarankan agar Raka dibawa ke Jakarta, tetapi
Wangi keberatan Orang tua Wangi memarahi
Wangi yang egois. Tetapi karena kondisi Raka
bertambah buruk, Wangi berjanji akan membawa
Raka ke Jakarta setelah sembuh.Sementara itu
Judith keki melihat Satrya pacaran dengan
Cahaya, ia mencoba mempermalukan Satrya dan
Cahaya, kalau mereka hanya pacaran pura-pura.
Satrya lalu mengumumkan pada Judith bahwa
benar mereka telah jadian. Lalu dikuatkan oleh
kemunculan Talitha dan Sakti. Sakti bahkan
pamer pada Judith kalau dia juga sudah jadian
dengan Talitha. Semua kaget termasuk Talitha
sendiri. Tetapi di lain hari Judith mendapati
Cahaya sedang curhat pada Rio kalau dia
sebenarnya belum bisa mencintai Satrya. Inilah
yang digunakan Judith sebagai senjata untuk
mempermalukan Satrya di depan wartawan.
Cahaya sedih memikirkan Hendra yang
terkena tumor otak, namun Rio dan Pertiwi
berhasil meyakinkan bahwa itu trik dan
kebohongan Hendra untuk menarik simpati
Cahaya.Raka bersiap-siap akan ke Jakarta dan
Wangi bertekad untuk tidak mempertemukan
Raka dengan Cahaya.
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
53
Reni dan Mariska akhirnya memutuskan
untuk mengontrakkan rumah itu dan pindah ke
luar kota karena mereka selalu teringat pada
Raka. Sebelum pergi mereka sempat pamitan
pada Cahaya. Cahaya merasa sedih dan masih
sangat kehilangan Raka, tapi Reni menguatkan
batin Cahaya, karena ia juga sudah tahu Cahaya
jadian dengan Satrya. Reni berharap Satrya dapat
membahagiakan Cahaya, karena Cahaya memang
harus melanjutkan kehidupannya.Rio dihajar
penagih hutang dan Cahaya yang memergoki Rio
sedang digebuki, mencegah mereka dan berjanji
akan membayarkan hutang Rio. Rio merasa tidak
enak pada Cahaya, tapi ia juga tak mau Pertiwi
membayarkan hutangnya karena takut dikira
memanfaatkan kekayaan Pertiwi. Cahaya dengan
sigap akan membantu Rio.Kebetulan ada sebuah
usaha konveksi yang memerlukan penjahit.
Cahaya melamar kerja disitu dan diterima. Ia
bekerja dengan giat sepulang kerja di restoran.
Untuk itu waktunya bersama Satrya menjadi
semakin berkurang. Hal ini membuat heran
Satrya, tetapi Cahaya tetap tidak akan berterus
terang karena khawatir Satrya akan membayarkan
hutang
ayahnya.
Dia
tidak
mau
merepotkan.Sementara itu Raka dan Wangi
sampai di Jakarta. Raka ingin langsung ke tempat
Cahaya tetapi Wangi selalu mencegahnya. Ketika
Raka mengajak ke rumah Reni, ternyata rumah
sudah kosong. Akhirnya Wangi mencari
kontrakan. Raka ingin langsung menemui
Cahaya, tetapi Wangi berdalih siapa tahu kondisi
sudah berubah sehingga Wangi akan menyelidiki
terlebih dulu. Wangi akhirnya sendiri menuju
rumah Erwin. Awalnya alamat itu akan disobek,
tetapi Wangi ingin tahu juga kondisi Cahaya
sekarang.Sakti semakin intens kembali mendekati
Talitha dan sangat sabar menemani Talitha meski
Talitha belum juga membuka hatinya. Dalam satu
kesempatan, Talitha merasa seperti melihat Raka,
tetapi karena memakai tongkat penyangga, maka
ia tak yakin itu Raka. Lagi pula Raka kan sudah
meninggal.Saking giatnya bekerja Cahaya
kelelahan dan Satrya yang menjemput di restoran
merasa kasihan melihat Cahaya tertidur
54
sementara cucian piring kotor masih banyak.
Satrya lalu membantu mencuci piring dan
mengantar Cahaya pulang. Cahaya kaget ketika
terbangun, Cahaya sudah sampai di depan
rumahnya. Ia berniat kan mencuci piring, tetapi
kemudian Satrya bilang bahwa dia sudah cuci
semuanya.
Cahaya
berterimakasih
pada
Satrya.Wangi melakukan penyelidikan ke rumah
Erwin, tetapi dia hanya bertemu satpam, tingkah
Wangi cukup aneh, sehingga mengundang
perhatian Talitha. Tetapi Wangi sudah berlalu
ketika Talitha menanyakan siapa yang datang
kepada Satpam.
Sementara Satrya yang penasaran dengan
Cahaya akhirnya menyelidiki apa yang dilakukan
Cahaya hingga tangannya terluka dan selalu
terlihat sangat lelah. Satrya akhirnya tahu kalau
cahaya bekerja lagi di konveksi hingga larut
malam. Ketika ditanya untuk apa kerja seberat itu
cahaya mengelak. Tetapi Satrya mendesak,
sehingga akhirnya cahaya berterus terang bahwa
ia memang sedang sangat membutuhkan uang
untuk membayar utang Rio, sehingga ia harus
bekerja keras. Satrya sudah siap dengan
pertolongannya, karena merasa menjadi pacarnya
wajar jika membantu. Tetapi Cahaya malah
karena pacar ia jadi tidak enak dibantu terus
menerus. Akhirnya Satrya sepakat tidak akan
membantu cahaya dengan uang, tetapi membantu
Cahaya dengan ikut bekerja di konveksi itu.
Wangi akhirnya berjualan jamu untuk
menghidupi dirinya dan Raka. Raka diminta
membuat ramuan di rumah, sementara yang
menjual Wangi. Sejauh ini Raka masih terus
berhasil mencegah Raka untuk bertemu Cahaya.
Suatu saat Wangi tahu Cahaya sedang pacaran
dengan Satrya. Ia menjadi sangat senang karena
berarti cahaya benar-benar percaya kalau Raka
sudah meninggal.
Lain halnya dengan Judith yang mengadu
kepada Yulia, mama Satrya bahwa kini Satrya
pacaran dengan seorang mantan pembantu dan
setengah janda. Parahnya wanita itu tidak
mencintai Satrya. Judith memang pernah
memergoki Cahaya saat mengungkapkan kalau
Cahaya belum bisa mencintai Satrya sepenuhnya.
Atrya kemudian disidang orang tuanya. Ia
mengakui kalau pacaran dengan Cahaya karena
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
memang sangat mencintainya. Meski kini Cahaya
belum cinta padanya ia yakin suatu saat Satrya
akan mendapatkan cinta Cahaya.
Raka yang tak sabar ingin bertemu
Cahaya mencoba mencari Cahaya, di jalan
hampir saja mereka bertemu, tetapi tidak jadi
bertemu karena Raka kemudian tak kuat jalan dan
jatuh, lalu ditolong Wangi. Wangi sendiri sempat
berkenalan dengan Talitha yang menumpahkan
dagangan
jamunya
sehingga
Talitha
menggantinya dengan banyak uang. Sebagai
ungkapan terimakasih Wangi memberikan jamu
yang cukup banyak pada Talitha. Raka kaget
ketika Wangi bercerita soal kenalan barunya
bernama Talitha.
Satrya yang menabrak Hendra dan
membawanya ke rumah sakit, shock diberitahu
dokter kalau Hendra menderita tumor otak dan
hidupnya tak lama lagi jika tidak segera
dioperasi. Satrya berniat memberitahu Cahaya.
Talitha sedang bersama Cahaya, cahaya
bercerita kalau dia kenal Wangi ketika di NTT.
Wangi adalah gadis yang merawat Raka hingga
meninggal. Sakti datang cahaya pamit untuk ke
warung Rio. Satrya muncul mencari Cahaya.
Talitha bilang baru saja pergi, ia akan
memanggilkan Cahaya untuk Satrya. Ketika
hanya ada Sakti dan Satrya, Satrya menanyakan
kebenaran Sakti dan talitha berpacaran. Sakti
akhirnya berterus terang waktu itu hanya
menghindari hinaan Judith pada Talitha. Sakti
juga mengucapkan kalau kini ia ingin memiliki
Talitha jika hati Talitha memang sudah jatuh
padanya. Satrya kemudian memikirkan ucapan
Sakti terkait Cahaya yang belum mencintainya.
Satrya akhirnya ke warung Rio, disanalah
Satrya memberitahu kondisi Hendra. Cahaya dan
Rio mengatakan kalau mereka tak harus percaya.
Tapi Satrya bilang kalau yang mengatakan
Hendra kena tumor otak adalah dokter. Cahaya
dan Rio shock. Mereka ke rumah sakit, Hendra
sedang marah-marah karena matanya kini buta.
Cahaya langsung mendapat penjelasan dokter, ia
lari memeluk Hendra. Hendra menangis sedih.
Cahaya juga sangat sedih. Satrya menghiburnya.
Wangi akhirnya melamar pekerjaan di
tempat Rio. Rio memang memerlukan tenaga
bantuan tetapi sedang kesulitan keuangan. Wangi
bersedia dibayar belakangan, yang penting ia
dapat menyelidiki Cahaya. Raka terus
menanyakan cahaya, tetapi Wangi kemudian
keceplosan kalau Cahaya kini sudah memiliki
pacar baru.
Cahaya menemani Satrya di acara
penting orang tua Satrya. Sebenarnya orang tua
Satrya kurang setuju, tetapi Satrya ngotot ingin
membawa Cahaya. Tetapi justru saat itulah Judith
kembali
mempermalukan
Satrya
dengan
menampilkan video tentang Cahaya yang hanya
seorang mantan cleaning service di depan tamu
penting keluarga Satrya. Orang tua Satrya kesal
pada Satrya. Terjadi kebimbangan pada diri
Satrya, sampai ia berniat memutuskan Cahaya
karena Cahaya ternyata tak pernah bisa
mencintainya.
Pada kesempatan yang sudah dipilih,
Satrya membawa Cahaya ke suatu tempat
bermaksud untuk mengutarakan maksudnya
memutuskan hubungan mereka. Namun ternyata
Satrya diincar penjahat. Cahaya yang tahu Satrya
dalam bahaya berusaha melindungi Satrya. Tetapi
pada akhirnya Cahaya yang terkena tusukan para
penjahat itu. Cahaya terluka dan dalam kondisi
kritis, Satrya histeris dan langsung membawanya
ke rumah sakit.
Di rumah sakit, semua berkumpul
menunggu Cahaya. Satrya paling panik dengan
kondisi Cahaya yang terluka karena telah
menyelamatkan nyawanya. Tetapi Cahaya
siuman dan bahkan Satrya mendapati kenyataan
yang membahagiakan. Cahaya akhirnya berterus
terang kalau ternyata ia sangat mencintai Satrya,
sehingga secara refleks tak mau Satrya terluka,
dan tak mau kehilangan maka ia melindungi
Satrya, Satrya sangat bahagia mendengarnya,
sementara Talitha yang ikut mendengar
pengakuan Cahaya sangat sedih dan terluka.
Beruntung ada Sakti yang menghiburnya.
Raka
akhirnya
meminta
Wangi
mengantarkannya pada Cahaya. Wangi terpaksa
membawa Raka mengintip Cahaya yang kini
sudah jadian dengan Satrya di rumah sakit.
Awalnya Raka tidak percaya, tetapi ketika
menyaksikan sendiri kemesraan Cahaya dan
Satrya, Raka sangat frustasi. Keberadaan Raka di
rumah sakit, kepergok Rio. Rio menanyakan
kepada Wangi apakah itu Raka, tetapi Wangi
mengelak kalau itu Embun tunangannya dari
kampung. Rio sebenarnya berniat memberitahu
Cahaya soal Raka tetapi demi melihat
kebahagiaan Cahaya dengan Satrya akhirnya ia
mengurungkan niatnya memberitahu Cahaya soal
Raka. Ia akan menyelidiki terlebih dulu.
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
55
Sementara itu Hendra di rumahsakit yang
sama tak mau makan dan minum. Akhirnya
Cahayalah yang membujuk Hendra untuk makan
dan minum. Terjadi keharuan diantara mereka
karena Hendra kini benar-benar putus asa dan
sudah kehilangan segala-galanya, namun Cahaya
meyakinkan Hendra bahwa sampai kapanpun
akan menganggap hendra sebagai ayahnya karena
ia yang membesarkan Cahaya. Hendra akhirnya
mau makan dan minum.
Wangi berusaha menjelekkan Cahaya
kalau dia memang perempuan tak setia karena tak
mau balas surat Raka, dan malah sudah pacaran
lagi dengan orang lain. Raka tidak tahan, dia
merasa harus menemui Cahaya. Wangi panik dan
berusaha mencegahnya. Tetapi Raka malah
marah padanya, tidak memedulikan omongan
Wangi. Ia nekad akan menemui Cahaya.
Wangi terus mendesak Raka melupakan
Cahaya, Raka lalu bangkit dan bertekad sembuh.
Ia kemudian mendatangi rumah sakit tempatnya
Co As dulu. Kemunculannya membuat heboh
teman-temannya yang mengira Raka sudah
meninggal. Raka meminta tolong kepada dokter
disana untuk menjalani terapi hingga sembuh dan
meminta tidak menyampaikan kepada siapapun
perihal kemunculannya.
Sementara itu orang tua Satrya sudah
menyetujui hubungan Satrya dengan Cahaya.
Bahkan Satrya mengajak Cahaya untuk tunangan.
Talitha masih sedih mendengar Cahaya akan
tunangan dengan Satrya. Ketika Cahaya bertanya
mengapa Talitha sedih, Talitha tak mau
menjawabnya.
Sementara
Satrya
sendiri
merahasiakan cinta Talitha padanya karena
khawatir Cahaya akan memutuskannya jika tahu
Talitha menyukainya.
Sementara itu Eva, teman lama yang
tergila-gila pada Satrya muncul dan diberitahu
Mama Satrya kalau kini Satrya sudah punya
pacar. Eva meminta Mama Satrya menceritakan
siapa pacar Satrya sekarang. Julia, mama Satrya
menceritakan tentang Cahaya. Eva mengaku
hanya ingin tahu kabar Satrya dan tak akan lagi
mengejar-ngejar Satrya.
Satrya kaget melihat Eva, teman lama
yang dulu sangat mengejarnya ketika kuliah di
luar negeri sedang berbincang dengan Julia
mamanya. Satrya sudah bete, tetapi Eva
kemudian mengatakan kalau dia sudah tahu
Satrya kini punya pacar dan dia tak akan lagi
mengganggu Satrya. Satrya menjadi lega. Eva
56
hanya minta agar ia bisa dikenalkan dengan
Cahaya.
Sementara itu Talitha memergoki Sakti
sedang berbicara dengan pamannya dan
Pamannya meminta Sakti segera mencari istri.
Sakti tidak meu dijodohkan. Ketika Talitha
menanyakan hal ini pada Sakti, Sakti hanya
menjawab, semua tergantung Talitha. Artinya
kalau Talitha menyimpan cinta 1 persen saja
untuknya dia tak akan mau dijodohkan sampai
kapanpun. Talitha terharu, akhirnya ia menjawab
ada 10 persen cinta untuk Sakti. Sakti sangat
senang mendengar pengakuan Talitha.
Cahaya grogi dikenalkan dengan Eva
yang lulusan luar negeri. Sikap Eva kemudian
berlebihan dan membuat Cahaya semakin
tertekan. Satrya melindungi Cahaya dan
menyesal telah mengenalkan Cahaya pada Eva.
Tetapi Cahaya tidak merasa ditekan. Eva
penasaran kemudian membayar orang untuk
menyelidiki siapa Cahaya.
Eva ke rumah sakit dan bertemu Raka.
Pada akhirnya Eva akrab dengan Wangi dan
berhasil mengorek keterangan ternyata Raka
mantan tunangan Cahaya dan hingga sekarang
Cahaya belum tahu kalau Raka masih hidup. Ia
bertekad akan menghancurkan hubungan Satrya
dan Cahaya.
Karakter :
Cahaya: Cahaya diperankan oleh Naysila
Mirdad. Dalam sinetron ini, Cahaya digambarkan
sebagai seorang yang lucu, baik hati, namun suka
menangis. Dalam sinetron ini pula, ia kerap kali
dipanggil oleh Elga dengan sebutan Aya Cahaya
Aya.
Talita: Talita diperankan oleh Ririn Dwi
Ariyanti. Dalam sinetron ini, Talita digambarkan
sebagai seorang yang berani, baik hati, namun
pelupa.
Raka: Raka diperankan oleh Glenn Alinskie.
Dalam sinetron ini, Raka digambarkan sebagai
seorang yang sifat hampir mirip dengan Cahaya
dan begitu charming sehingga disukai oleh
Cahaya dan Talita. Raka terkadang tidak bisa
mengendalikan emosi, tapi dibalik itu semua,
Raka memiliki hati yang baik dan benar - benar
tulus untuk mencintai seseorang.
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
Satria: Satria diperankan oleh Dude Harlino.
Dalam sinetron ini, Satria digambarkan sebagai
seorang yang hampir mirip dengan Raka. Satria
adalah seorang yang baik, tapi sering berbohong
demi mendapatkan cinta Cahaya.
Darwin: Darwin diperankan oleh Rio Reifan.
Dalam sinetron ini, Darwin merupakan orang
kedua yang paling lucu setelah Nenek Reni yang
merupakan nenek dari Raka.
Erwin: Erwin diperankan oleh Rama Michael dia
orangnya kreatif dan pemarah.
Tedi: Papa Talita Diperankan Oleh Dwi Yan dia
orangnya mengstop marah dan baik.
Elga” Mama Talita Diperankan Oleh Meriam
Bellina dia orangnya pemarah dan suka
menggunakan
bahasa
campuran
InggrisIndonesia seperti I Tidak Thank You Sama You
yang artinya Saya Tidak Terima Kasih Sama
Kamu atau Coba Kamu Think-Think yang artinya
Coba Kamu Pikir-Pikir atau You come sini here
yang artinya Kamu ke sini dll.
Hendra: Papa Aya Diperankan Oleh Yadi Timo
dia orangnya tidak betah, pemarah, pencuri dan
baik. papanya adalah orang jahat yang sudah
menjualnya ke tempat pelacuran.
Pertiwi: Ibu Aya Diperankan oleh Dian Nitami
yang lama terpisah. Ia dalah wanita kaya namun
punya penyakit asma.
Eva: Bekas pacar Satria dari America ini
diperankan oleh Kimberly Ryder. Ia orang yang
sangat ambisius dan selalu mencoba untuk
merebut kembali Satria dari Cahaya.
2. Gambaran Umum Wilayah RT 35/07
Perumahan Griya Asri BSD
Menurut letak wilayahnya RT 35/07,
perumahan Griya Asri BSD terletak di kelurahan
Jelupang, kecamatan Serpong dan termasuk ke
dalam wilayah Kotamadya Tangerang, propinsi
Banten.
Dengan luas sekitar 18.375 m2.Wilayah RT
35/07 Perumahan Griya Asri BSD dihuni oleh
sekitar 118 kepala keluarga. Total jumlah
penduduk RT35/07 perumahan Griya Asri BSD
sekitar 415 orang.
Struktur organisasi Wilayah RT 35/07
Perumahan Griya asri BSD adalah sebagai
berikut
DATA dan PENGUJIAN HIPOTESIS
Dari penelitian yang dilakukan terhadap 60 orang
reponden pemirsa tayangan sinetron cahaya yang
berada di Griya Asri BSD RT 35/07 Jelupang,
Serpong Tangerang, , maka didapat hasil sebagai
berikut :
Tabel 1
Jenis Kelamin Responden
n = 60
Jenis Kelamin
F
%
Laki-laki
17
28,33
Perempuan
43
71,67
Jumlah
60
100 %
Tabel 2
Usia Responden
n = 60
Usia
F
13 – 17 Tahun
2
18 – 22 Tahun
50
23 – 27 Tahun
8
Jumlah
60
%
3,33
83,33
13,33
100 %
Tabel 3
Tingkat Pendidikan Responden
n = 60
Tingkat Pendidikan
F
%
SMP
1
1,67
SLTA
23
38,33
AKADEMI/UNIVERSITAS
36
60
Jumlah
60
100 %
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
57
Tabel 4
Pendapat Responden tentang
Sinetron Cahaya
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Bagus
Kurang Bagus
Bagus
53
88,33
Sangat Bagus
7
11,67
Jumlah
60
100%
Tabel 8
Pendapat Responden tentang
Lagu-lagu yang ditampilkan
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Variatif
Kurang Variatif
16
26,7
Variatif
41
68,3
Sangat Variatif
3
5
Jumlah
60
100%
Tabel 5
Pendapat Responden tentang
Penerimaan Gambar Sinetron Cahaya
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Jelas
Kurang Jelas
2
3,33
Jelas
39
65
Sangat Jelas
19
31,67
Jumlah
60
100%
Tabel 9
Pendapat Responden tentang
Penerimaan Suara
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Jelas
Kurang Jelas
Jelas
41
68,33
Sangat Jelas
19
31,67
Jumlah
60
100%
Tabel 6
Pendapat Responden tentang
Sinetron Cahaya
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Serasi
Kurang Serasi
11
18,33
Serasi
43
71,67
Sangat Serasi
6
10
Jumlah
60
100%
Tabel 10
Pendapat Responden tentang
Penampilan para Artis sinetron Cahaya
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Menarik
Kurang Menarik
Menarik
46
76,7
Sangat Menarik
14
23,3
Jumlah
60
100%
Tabel 7
Pendapat Responden tentang
Ketajaman Warna
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Terang
Kurang Terang
11
18,3
Terang
43
72,7
Sangat Terang
6
9
Jumlah
60
100%
Tabel 11
Pendapat Responden tentang
Akting Para Artis Sinetron Cahaya
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Bagus
Kurang Bagus
Bagus
58
96,6
Sangat Bagus
2
3,3
Jumlah
60 100%
58
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
Tabel 12
Daya Tarik Sinetron Cahaya
n = 60
Daya Tarik
F
%
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
26
43,3
Sangat Tinggi
34
56,7
Jumlah
60 100%
Tabel 13
Responden Menurut Kesukaan pada
peran Naysila Mirdad dalam
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
2
3,33
Kurang Suka
22
36,7
Suka
34
56,7
Sangat Suka
2
3,3
Jumlah
60
100%
Tabel 14
Responden Menurut Kesukaan pada
Peran Ririn Dwi Ariyanti
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
Kurang Suka
10
16,7
Suka
42
70
Sangat Suka
8
13,3
Jumlah
60 100%
Tabel 15
Responden Menurut Kesukaan pada
Peran Glen Alinskie
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
Kurang Suka
11
18,3
Suka
32
53,3
Sangat Suka
17
28,4
Jumlah
60 100%
Tabel 16
Responden Menurut Kesukaan pada
Peran Dude Herlino
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
Kurang Suka
8
13,3
Suka
24
40
Sangat Suka
28
46,7
Jumlah
60 100%
Tabel 17
Responden Menurut Kesukaan pada
Peran Meriam Belina
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
6
10
Kurang Suka
12
20
Suka
10
16,7
Sangat Suka
32
53,3
Jumlah
60 100%
Tabel 18
Responden Menurut Kesukaan pada
Peran Ingka Noverita
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
10
16,7
Kurang Suka
36
60
Suka
14
23,3
Sangat Suka
Jumlah
60 100%
Tabel 19
Responden Menurut Kesukaan pada
Peran Yadi Timo
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
8
13,3
Kurang Suka
41
68,4
Suka
11
18,3
Sangat Suka
Jumlah
60 100%
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
59
Tabel 20
Responden Menyukai Tipe Orang yang Lembut
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
12
20
Kurang Suka
12
20
Suka
24
40
Sangat Suka
12
20
Jumlah
60 100%
Tabel 24
Responden Menurut Penggunaan kata “Aku”
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
14
5,4
Kurang Suka
18
29,5
Suka
16 26,67
Sangat Suka
12
20
Jumlah
60 100%
Tabel 21
Responden Menukai Tipe Orang yang Cuek
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
24
40
Kurang Suka
22
37
Suka
13
22
Sangat Suka
1
1,7
Jumlah
60 100%
Tabel 25
Responden Menurut Penggunaan Kata “Gue”
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
Kurang Suka
15
25
Suka
35 58,33
Sangat Suka
10 16,66
Jumlah
60 100%
Tabel 22
Responden Menurut Penggunaan Bahasa Gaul
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
Kurang Suka
16 26,66
Suka
38 63,33
Sangat Suka
6
10
Jumlah
60 100%
Tabel 26
Responden Menurut Kesenangannya mengenakan
Pakaian casual
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
Kurang Suka
19 31,66
Suka
26 43,33
Sangat Suka
15
25
Jumlah
60 100%
Tabel 23
Responden Menurut Penggunaan Bahasa Formal
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
Kurang Suka
18
30
Suka
39
65
Sangat Suka
3
5
Jumlah
60 100%
60
Tabel 27
Responden Menurut Kesenangannya mengenakan
rok
n = 60
Pendapat Responden
F
%
Tidak Suka
32 53,33
Kurang Suka
13 21,66
Suka
15
25
Sangat Suka
Jumlah
60 100%
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
Untuk menguji dan memastikan hubungan
antara dua variable yaitu Daya Tarik dengan Sikap
Penonton Remaja, maka penulis melakukan uji
statistic dengan mempergunakan metode Korelasi
Product Moment.
Tabel 28
Responden Berdasarkan Kadar Sikap
n = 60
Daya Tarik
F
%
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi
59 98,33
Sangat Tinggi
1
1,67
Jumlah
60 100%
Berikut ini adalah table iktisar Korelasi
Product Moment antara Variabel Daya Tarik
dengan Sikap Penonton Sinetron Cahaya.
HUBUNGAN DAYA TARIK DENGAN SIKAP
PENONTON REMAJA
Hubungan antara Daya Tarik dengan Sikap
Penonton Sinetron Cahaya dapat dilihat melalui tabel
silang yang dihitung berdasarkan dengan Prosen
Kolom, berikut ini :
Tabel 29
Hubungan Daya Tarik dengan
Sikap Penonton Remaja
n = 60
Berdasarkan data yang telah ditabulasikan pada
table 29, maka dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
a. Responden yang menyatakan bahwa daya tarik
Sinetron Cahaya sangat tinggi cenderung
memiliki kadar sikap sangat tinggi, yaitu
1,67%
b. Responden dengan kadar daya tarik sinetron
Cahaya tinggi, cenderung memiliki kadar sikap
tinggi, yaitu 43,3%
Dari penjelasan di atas, penulis dapat
berasumsi bahwa ada kecenderungan hubungan
antara daya tarik tayangan sinetron Cahaya dengan
kadar sikap remaja di Perumahan Griya Asih BSD
RT 35/07, Jelupang, Serpong, Tangerang..
Hasil uji statistic dengan metode product moment di
atas menunjukkan bahwa terdapat Hubungan yang
searah / positif antara Daya Tarik dengan Sikap
Penonton
Tayangan Sinetron Cahaya, Tingkat
Hubungan atau keeratan hubungan antara Daya Tarik
dengan Sikap Penonton Perumahan Griya Asri BSD
RT35/07 yaitu Ho diterima/Hk ditolak, dengan syarat
berikut :
Rxy
= 0,46
N
= 60
Dengan taraf signifikansi 5 % atau interval
kepercayan 95 %
R table 95 %
= 0,254
N
= 60
Maka, Rxy = 0,46  Rxy table = 0,254 jadi
Ho ditolak/Hk diterima
Dengan demikian terdapat hubungan antara Daya
Tarik Sinetron Cahaya dengan Sikap Penonton
Remaja Perumahan Griya Asri BSD RT 35/07
Data tersebut di atas menunjukkan adanya
kecenderungan hubungan antara Daya Tarik
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
61
Tayangan Sinetron Cahaya dengan Sikap Penonton
Remaja Perumahan Griya asri BSD RT 35/07
KESIMPULAN
Dari uraian hasil analisis data, maka jawaban
masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Daya tarik tayangan sinetron Cahaya terhadap
Perubahan Sikap penonton Remaja di Perumahan
Griya Asri BSD RT 35/07 jelupang, Serpong
Tangerang adalah Tinggi.
2. Perubahan Sikap remaja di Perumahan Griya Asri
BSD RT 35/07 Jelupang, Serpong Tangerang
adalah Tinggi.
3. Ada hubungan antara daya tarik dengan perubahan
sikap penonton remaja di Perumahan Griya Asri
BSD RT 35/07 Jelupang, Serpong Tangerang
Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka dapat
dikemukakan bantahan pandangan umum tentang
pengaruh media massa sebagai faktor dominan yang
mempengaruhi sikap seseorang
Hal ini diperkuat oleh pendapat Hafied Cangara
(1998 : 15) yang membuktikan bahwa komunikasi
antar pribadi dan komunikasi kelompok pengaruh
dapat diamati secara langsung, misalnya penerima
kelihatan gembira mendengar cerita lucu atau
mengangguk-angguk sebagai tanda mengerti terhadap
apa yang disampaikan oleh pembicara.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi bukanlah faktor
dominan yang dapat mempengaruhi sikap seseorang,
karena faktor lain yang cenderung dapat
mempengaruhi sikap seseorang secara langsung
adalah komunikasi antar pribadi
SARAN
Perlunya melakukan penelitian kembali untuk
mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pembentukan sikap remaja.
Diasumsikan bahwa pembentukan sikap, selain
karena media massa, faktor lain yang juga
menentukan adalah lingkungan keluarga dan
lingkungan permainan yang menjadi cakupan
komunikasi antar pribadi, serta nilai-nilai yang dianut
oleh remaja itu sendiri.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya, 2004.
Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung :
Simbiosa Rekatama Media
Assegaf, Dja’far H, 1983. Jurnalistik Masa Kini
Pengantar ke Praktek Kewartawanan.
Jakarta : Ghalia Indonesia.
Belch, G.E., & Belch, M.A.1995.Introduction to
Advertising and Promotion : An integrated
marketing Commnunication Perspective.
Cangara, Hafied, 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta : raja Grafindo Persada
Goonasekera, Anura.2000.Growing Up With TV :
Asian Children’s Experience. Singapore :
Asian
Media
information
and
Communication Centre.
Hurlock,
Elisabeth
B,
1980.
Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta :
Erlangga
Irwanto, 2002. Psikologi Umum. Jakarta : PT
Prenhallindo
Kerlinger.1990.Azas-azas
Penelitian
Behavioral.Yogyakarta : UGM
Kuswandi, Wawan, 1994. Komunikasi Massa
sebuah Analisa Media Televisi. Jakarta :
Rineka Cipta
M. A, Morissan, 2005. Media Penyiaran Strategi
Mengelola radio dan Televisi. Tangerang :
Ramadina Prakarsa
Mcquail, Denis, 1987. Teori Komunikasi Massa.
Jakarta : Uni Primas
Mulyana, Deddy, 2001. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Rakhmad, Jalaluddin, 2003. Psikologi Komunikasi.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito W. 1983.Pengantar Psikologi
Umum.Jakarta
Soehoet, Hoeta, AM, 2002. Teori Komunikasi 2.
Jakarta : IISIP
Susanto, Phil Astrid, 1995. Filsafat Komunikasi.
Bandung : Binacipta.
Venus,
Antar.2004.Manajemen
Kampanye.
Bandung : Sembiosa Rekatama Media
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
PENULIS:
YULIUS A. TAUFIQ, Lahir di Salatiga, 3 Juni
1970. Sarjana Pendidikan IKIP Jakarta, Lulus
1998, Puket III bid. Kemahasiswaan STISIP
Widuri Jakarta, Email : [email protected]
INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010
63
Download