SERI KRISTEN SEJATI Keindahan Hidup Kristiani (BUKU PEMBINAAN LANJUTAN SETELAH KATEKISASI) Cetakan pertama Mei 2012 Para Kontributor: GI. Alex Mirza N. Hukom, Pdt. Benny Solihin, Pdt. Hari Sudjatmiko Pdt. Hendra G. Mulia, Pdt. Jeffrey Siauw, Pdt. Paulus Kurnia, Pdt. Reggy Andreas. (nama disusun berdasarkan abjad) Editor: Pdt. Hari Sudjatmiko Diterbitkan oleh: Sub Bidang Pengajaran Bidang Pembinaan Sinode Gereja Kristus Yesus KATA PENGANTAR Buku Keindahan Hidup Kristiani adalah salah satu dari 3 modul pembinaan “Seri Kristen Sejati” yaitu: 1. Keindahan Hidup Kristiani. 2. Kelimpahan Hidup Kristiani. 3. Keberanian Hidup Kristiani. Bahan pembinaan “Seri Kristen Sejati” dirancang sebagai bahan tindak lanjut setelah seseorang mengikuti kelas katekisasi dan dapat pula digunakan oleh orang Kristen pada umumnya yang hendak bertumbuh di dalam kehidupan kerohaniannya. Di dalam setiap modul terdapat 8 bahan. Buku Keindahan Hidup Kristiani hendak membantu orang Kristen untuk mengalami keindahan hidup sebagai orang Kristen. Keindahan hidup sebagai orang Kristen acapkali tidak dinikmati oleh orang-orang Kristen, karena mereka tidak mengetahui bagaimana seharusnya kehidupan itu dijalankan. Ada pula orang Kristen yang tidak menikmati keindahan kehidupan kristianinya, karena mereka memiliki pemahaman yang keliru tentang hidup sebagai orang Kristen. Buku Keindahan Hidup Kristiani dikemas begitu rupa agar buku ini dapat menolong dan membimbing kehidupan orang Kristen, sehingga orang Kristen yang telah terlatih dengan buku ini akan dapat membiasakan diri mereka dengan pola yang telah mereka lakukan melalui buku ini. Untuk maksud dan tujuan di atas, maka buku Keindahan Hidup Kristiani disusun di dalam 2 bagian yaitu bacaan dan jurnal kehidupan. Bacaan dimaksudkan agar pembaca dapat memahami topik yang sedang dibahas. Jurnal kehidupan dimaksudkan agar pembaca dapat menerapkan di dalam 6 hari ke depan hal-hal yang mereka telah pahami melalui bacaan yang mereka telah baca. Buku Keindahan Hidup Kristiani dapat diselesaikan di dalam 8 minggu atau kurang lebih 2 bulan, jika dipergunakan secara terus menerus (setiap hari). Doa dan harapan kami adalah agar semakin hari Anda menyadari bahwa hidup kristiani itu indah dan kehidupan Anda semakin indah di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga Anda memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Selamat bertumbuh di dalam Kristus! Bidang Pembinaan Sinode Gereja Kristus Yesus DAFTAR ISI Kata Pengantar ................................................................................ 3 Daftar Isi ......................................................................................... 5 Bab 1: Menata Kehidupan .............................................................. 7 Bab 2: Karya Agung Allah . ............................................................ 23 Bab 3: Menikmati Makanan Rohani ............................................... 37 Bab 4: Hidup Dalam Firman Tuhan . .............................................. 47 Bab 5: Bersekutu Dengan Allah . .................................................... 61 Bab 6: Mendengarkan Tuhan ......................................................... 73 Bab 7: Perubahan Hidup ................................................................ 87 Bab 8: Proses yang Berkelanjutan .................................................. 99 Bab 1 MENATA KEHIDUPAN “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya.” (1 Petrus 5:10) B anyak analogi yang bisa dipakai untuk menggambarkan kehidupan manusia. Ada yang berpendapat bahwa kehidupan seorang manusia itu bagaikan sebuah kado, sebuah petualangan, sebuah sandiwara, sebuah permainan, sebuah nyanyian atau lagu, sebuah perjalanan, sebuah sasaran, dan lain sebagainya. Hidup kita ini juga dapat diibaratkan sebagai sebuah puzzle. Puzzle adalah suatu bentuk permainan teka-teki berupa sehelai kertas karton (atau media lainnya) berlukiskan gambar indah yang terdiri dari potongan-potongan kertas karton bergambar tersebut. Tantangan dari permainan puzzle ini ialah: si pemain diminta kecakapannya untuk menyusun potongan-potongan karton bergambar sampai pada akhirnya dia berhasil memecahkan misteri gambar yang seutuhnya. Alat-alat dan cara-cara puzzle ini dimainkan secara lebih terinci dapat disebutkan di sini. • Puzzle adalah sebuah permainan memecahkan misteri sebuah gambar. Gambarnya itu sendiri sudah tersedia namun perlu ditebak. • Gambar tersebut terpotong-potong menjadi: 10, atau 20, atau 50, atau 100, atau 300, atau 500, atau 1000, atau 1500, bahkan ada yang Menata Kehidupan sampai 5000 atau lebih. • Semakin banyak potongannya (dalam bahasa Inggrisnya: piece), semakin sulit pula menyusun pieces itu sampai akhirnya gambar berhasil disusun atau ditebak. • Setiap potongan memiliki bentuk yang unik dan tidak ada yang persis sama. • Pada puzzle yang potongan-potongannya minimal terdiri dari 500 buah, biasanya membutuhkan kesabaran, ketelitian, ketekunan, dan waktu yang relatif panjang untuk diselesaikan. • Dalam kondisi tertentu, misalnya: puzzle itu bukan barang yang baru dan pernah dimainkan berkali-kali, ternyata ada satu potongan atau piece yang hilang. Akibatnya tingkat kesulitan untuk memecahkan puzzle ini bertambah. Dan biasanya si pemain baru tahu bahwa ada satu potongan yang hilang setelah semua potongan dipasang. Jika satu potong puzzle yang hilang sudah membuat si pemain begitu repot, apalagi jika yang hilang lebih dari satu potong! Sebagai orang-orang Kristen yang mau bertumbuh baik secara kerohanian, iman, maupun kepribadian sehari-harinya, pertanyaan-pertanyaan berikut ini patut kita pikirkan dan temukan jawabannya sesuai dengan firman Tuhan. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud, misalnya: bagaimana kita memahami siapa diri kita, bagaimana seharusnya kita memandang dengan tepat tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan kehidupan kita, dan bagaimana rencana Allah terhadap kehidupan baru kita di dalam Kristus. Itu baru beberapa contoh pertanyaan. Di dalam sesi ini, analogi puzzle akan digunakan untuk mempermudah pembahasan isu-isu penting di atas. Tujuan bahasan dengan topik “Menata Kehidupan” ini ialah agar setelah kita percaya, menerima Kristus sebagai Tuhan, dan dibaptiskan, perjalanan hidup kita harus dilanjutkan sampai menemukan keindahan di dalamnya – walaupun untuk itu ada liku-likunya dan terkadang dihantui dengan kehidupan masa lalu kita; juga agar kita memahami bahwa perjalanan hidup kita itu adalah sebagai berikut : Menata Kehidupan A. Potongan-potongan Kehidupan Kita Seperti pada puzzle yang terdiri dari puluhan bahkan ratusan potongan gambar, demikian pula dengan kehidupan kita sebagai orang-orang Kristen. Kehidupan kita belum sepenuhnya utuh, terpotong-potong, tidak nyambung, tidak jelas potretnya seperti apa. ‘Potongan-potongan’ kehidupan kita itu bisa berupa: satu perangkat kepribadian kita, para anggota keluarga kita, para sahabat kita, kerohanian kita, persoalan hidup kita, masa lalu kita, masa kini kita, masa depan kita, berbagai peristiwa, ujian, pencobaan, kesuksesan dan kegagalan, dan banyak lagi yang lain. ‘Potongan-potongan’ itu merupakan campuran antara hal-hal yang baik dan yang jahat, yang menyenangkan dan yang menyedihkan, yang menggirangkan hati dan yang penuh dengan air mata, yang membahagiakan dan yang menyengsarakan, yang menyemangati dan yang membuat putus asa, yang membangun dan yang merusak, yang terang dan yang gelap, yang kelihatan dan yang tersembunyi, yang dapat dimengerti dan yang tidak dapat dipahami, yang dapat diterima dan yang tidak masuk akal, yang memperkenankan hati Tuhan dan yang menyusahkan Tuhan. Dan ‘potongan-potongan’ itu relatif banyak sekali, berserakan di mana-mana, tidak teratur, tidak jelas bentuknya – mungkin seperti kondisi bumi sebelum penciptaan (Kejadian 1:1-2). Setiap orang memiliki jumlah potongan masing-masing: ada yang sedikit, ada yang banyak, ada yang sekarang masih sedikit namun bertambah banyak dan ‘berkembang biak’ tanpa sanggup ditelusuri kejadiannya, ada yang banyak lalu semakin berkurang dari waktu-ke-waktu. Dari banyaknya potongan ini, kita dapat memahami betapa rumitnya kehidupan seorang manusia itu, baik sebelum dia mengenal Kristus, maupun sesudah memiliki hidup baru di dalam Kristus. Alkitab menunjukkan bahwa dosa telah membuat kehidupan manusia kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Tetapi oleh anugerah Allah, seorang manusia baru dipimpin Allah untuk membenahi dan menangani ‘potongan-potongan’ kehidupannya sesuai dengan kekuatan kuasa Allah dan rencana-Nya. Menata Kehidupan B. Keunikan Diri Kita dalam Gambar Allah Dalam puzzle, setiap potongan tidak persis sama. Lekukan, ukuran, dan gambarnya berbeda dari satu piece ke piece lainnya. Sama hal dengan hakekat seorang individu ciptaan Allah. Dalam gambar dan rupa Allah, kita diciptakan dengan begitu unik dan berharga. Setiap individu itu unik: kepribadiannya, sifat-sifat dan karakternya, cara berpikirnya, pola perilakunya, seluruh keberadaan hidupnya di hadapan Allah. Selain hal-hal tadi, setiap individu juga memiliki jalan, persoalan, dan peristiwa kehidupan yang unik, tidak ada yang persis sama dengan kondisi individu yang lainnya. Hal-hal ini dapat menolong kita untuk menyadari bahwa kita harus menerima diri dengan segala pergumulan atau persoalan hidupnya sebagaimana adanya. Bahkan kita perlu mengucap syukur akan keberadaan kita di hadapan Dia. Tuhan Yesus pernah berkata bahwa sebagai Gembala yang baik Dia memberi kita kehidupan sampai berkelimpahan (Yohanes 10:10b). Dialah pemuas hidup kita. Kita harus senantiasa belajar merasa cukup dengan segala keberadaan diri dan segala kondisi di luar diri kita setiap harinya. Pada suatu hari seseorang pemudi berumur 22 tahun datang kepada saya dengan berbagai keluhan: mulai dari soal jerawat yang banyak bermunculan di wajahnya, tubuhnya merasa kurang tinggi, sampai ke soal kepribadiannya: terlalu pendiam, kurang bisa bergaul; ditambah dengan kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan. Dia tidak pernah merasa lelah untuk membanding-bandingkan kondisi hidupnya dengan teman-teman sekampus dan segerejanya. Dia merasa rendah diri dan malu sehingga ingin agar Tuhan merubah kondisinya. Namun setelah dia mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus, dia tidak lagi mempersoalkan kondisi dirinya itu. Dia mengerti bahwa sebagian besar di dalam kepribadian dan kehidupannya memang harus diterima sebagaimana adanya sesuai dengan karunia Allah, dan sebagian yang lainnya harus dikoreksi dan dikembangkan. Dia pergi secara rutin ke dokter ahli yang menangani jerawat. Dia juga belajar di internet secara cuma-cuma tentang bagaimana berkomunikasi dan bergaul 10 Menata Kehidupan dengan sesamanya. Hampir setiap waktu hatinya mengalami perasaan sukacita dan leluasa. Waktu berjalan dengan begitu cepatnya. Setelah 4 tahun berlalu, gadis itu kini menjadi seorang tenaga profesional yang percaya diri, kelihatan lebih cantik dan ceria, dan banyak pria yang tidak memiliki alasan untuk merendahkannya. Kuncinya terletak pada bagaimana dia dapat menerima dirinya sebagai ciptaan unik Tuhan dan sebagai ciptaan baru (2 Korintus 5:17). C. Gambar atau Potret Hidup Kita di Mata-Nya Sama seperti pada potongan-potongan bergambar atau berpotret pada puzzle. Walaupun gambar atau potret tersebut terpotong-potong, namun gambar asalnya memang sudah dirancang, dilukis atau terpotret, dan pasti, tidak berubah. Tahukah Saudara bahwa Allah telah memiliki dan menyimpan ‘potret’ kehidupan setiap anak-Nya. Kita tidak pernah tahu potret diri kita yang seutuhnya kecuali Dia saja. Allah telah memutuskan untuk dapat terus memimpin, memelihara, dan membawa hidup kita sesuai dengan potret yang ada ditangan-Nya. Kita diminta untuk tidak hidup di dalam belenggu ketakutan, kecemasan, kekuatiran, dan keputus-asaan untuk mendapatkan potret kehidupan buatan kita sendiri. Kita hanya diminta untuk mengerjakan hal-hal yang seharusnya menjadi bagian kita. Rasul Paulus mengingatkan agar kita hidup semakin serupa dengan Kristus (Roma 8:29a). Untuk itu kita diminta agar hidup menaati firman Tuhan. Firman itulah yang akan mengarahkan kehidupan kita selama di dunia ini sampai akhirnya kehidupan kita itu menjadi sebuah gambar atau potret yang sejak semula telah dirancang Allah. Saya masih ingat tentang kehidupan dan pelayanan salah seorang Reformator abad ke-16 bernama John Calvin. Setelah menyelesaikan studi teologi doktoralnya, dia diminta untuk melayani di kota Genewa, Swiss, Eropa Barat. Setelah suatu masa yang pendek, dia memutuskan untuk meninggalkan Genewa. Tak lama kemudian, dia dipanggil lagi Menata Kehidupan 11 untuk melayani di kota yang sama, di Genewa. Setelah melalui pergumulan-pergumulan tertentu, akhirnya dia penuhi undangan pelayanan di kota itu, tetapi hanya ingin melayani satu tahun saja. Waktu berjalan begitu cepat, tanpa disadarinya, Calvin justru menghabiskan sedikitnya 25 tahun di Genewa. Siapa yang menyangka? Dalam waktu yang panjang itu, pengabdian dan kontribusi John Calvin bagi Genewa dan dunia sangat luar biasa. Di zaman itu, hingga sekarang, sejarah mencatat bahwa Kota Genewa merupakan salah satu kota di Eropa Barat yang pernah tertata secara baik terutama di dalam soal administrasi kepemerintahan. Selain itu, di kota ini justru Calvin banyak mengajarkan firman Tuhan sambil menyelesaikan ratusan karya tulis teologi yang sampai hari ini menjadi berkat bagi ribuan pelajar teologi Kristen. Itulah potret kehidupan Calvin yang mengejutkan Calvin sendiri. D. Kehidupan Kita di dalam Pembentukan-Nya Kita yang pernah memainkan puzzle memiliki pengalaman yang mirip. Untuk memecahkan persoalan puzzle yang potongan-potongannya cukup banyak membutuhkan konsentrasi, ketekunan, kesabaran, dan kemauan yang keras untuk mencoba dan mencoba terus sampai berhasil. Satu potongan demi satu potongan dipasang ke posisi yang semestinya. Prosesnya relatif memakan banyak waktu. Puzzle tidak bisa diselesaikan dalam sekejap mata tetapi mengikuti sebuah proses yang panjang: mengamati, menganalisa, memasang, mencabut, memasang lagi, kadang-kadang perlu merombak semua pekerjaan sebelumnya. Kehidupan kita juga selalu berada di dalam proses. Selama kita bernafas, kehidupan kita terus berada di dalam proses pembentukan Tuhan supaya kita boleh semakin serupa dengan Kristus. Di dalam 2 Korintus 4:16, secara positif rasul Paulus melihat bahwa pembentukan diri dan kehidupannya merupakan pekerjaan Roh Kudus yang senantiasa membarui keseluruhan kepribadian dia dari sehari ke sehari: karakternya, sifat-sifat kemanusiaannya, pola pikirnya, isi pikirannya, kecenderungan hatinya, kepekaan rohaninya, dan pada akhirnya kematangan atau kedewasaan jiwanya sesuai dengan kehendak Kris12 Menata Kehidupan tus. Saya pernah memperhatikan seorang paman berumur 60 tahun. Dia diajak ke gereja oleh seorang penginjil perempuan di sebuah gereja lokal. Penginjil itu memberikan sebuah pekerjaan rutin di gereja sehingga sang paman ini bisa mengantongi sedikit uang saku untuk keperluan hidupnya sehari-hari. Pada tahun yang kedua, sang paman diinjili sampai akhirnya dia mau percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Lalu ini yang terjadi selanjutnya. Atas pemrosesan dan pembentukan Roh Kudus, dia mengalami perubahan hidup yang luar biasa: dari seorang pemarah, menjadi peramah; dari seorang pencandu rokok, lalu berhenti merokok sampai akhir hidupnya 16 tahun setelah dia bertobat. Dari seorang pemuram, menjadi seorang yang penuh sukacita; dari seorang pengeluh, menjadi seorang yang bisa menerima keadaan hidup sebagaimana adanya. Dalam proses itu, segala-galanya tidak selalu berjalan dengan baik dan menyenangkan. Dia pernah diejek oleh teman-teman tetangganya gara-gara dia pergi ke gereja. Istrinya marah-marah jika dia menghabiskan sedikit waktu untuk berkumpul dengan anggota jemaat di gereja pada hari Minggu. Anak lelakinya yang pengangguran selalu meminta uang jajan dari sang ayah yang baru bertobat, dan 3 tahun sebelum ia dipanggil Tuhan, ia mengidap penyakit paru-paru akut. Namun dia melihat semua persoalan hidupnya dengan ‘kacamata’ yang baru, yaitu bahwa semuanya itu merupakan bagian dari proses pembentukan kehidupan. E. Ruang Kosong yang Diizinkan-Nya Saya pernah mencoba memasang potongan-potongan puzzle di rumah saudara sepupu. Ada 150 pieces menurut angka yang tertera pada dusnya. Awalnya begitu mudah, tapi lama kelamaan saya mulai kewalahan. Saya terus mencoba tanpa mau mudah menyerah. Waktu sudah berjalan hampir satu jam namun di pemasangan 10 pieces terakhir kepala saya mulai pusing. Sepertinya ada yang salah di pemasangan yang sebelumnya. Saya mulai merombak area tertentu yang saya duga tidak beres. Proses pemasangan terus dilanjutkan namun tidak kunjung seleMenata Kehidupan 13 sai. Lewat kurang-lebih 90 menit saya hampir menyerah. Keponakan saya tiba-tiba muncul dan membantu. Dia memang seorang penolong yang kompeten di bidang puzzle rupanya. Dalam waktu 6 menit puzzle selesai sudah dengan satu kenyataan: ternyata ada satu piece yang hilang. Saya tidak menduga sebelumnya apalagi curiga. Walaupun secara keseluruhan, gambar terlihat dengan jelas tetapi tetap tidak sempurna karena ada satu lubang yang tidak terisi satu piece yang terakhir. Kalau dikaitkan dengan kehidupan setiap orang di dunia ini, mau tidak mau kita harus mengakui hidup itu tidak ada yang sempurna. Dan jangan pernah bermimpi untuk memilikinya walau cuma untuk sesaat. Banyak hal yang bisa membuat hidup kita tidak sempurna, antara lain: masa lalu hidup kita yang cukup kelam, pengalaman-pengalaman traumatis kita, kegagalan-kegagalan, pengalaman pernah dirampok dan dicederai oleh pihak-pihak tertentu. Pasangan hidup dan anak-anak kita juga tidak sempurna. Bahkan, kehidupan para rohaniwan dan pembimbing rohani kita juga tidak sempurna. Kehidupan tokoh-tokoh di Alkitab juga sarat akan ketidaksempurnaan. Yakub menipu ayahnya. Paman Yakub menipu dia ketika ingin mendapatkan Rahel. Musa tidak diizinkan masuk ke Kanaan. Musa gagap, Gideon miskin. Yunus tidak taat. Daud berselingkuh dengan Batsyeba. Salomo tidak puas dengan cuma memiliki satu istri. Petrus yang pemberani malah menyangkal Tuhannya sendiri. Para murid Yesus saling meminta agar diakui siapa yang paling besar di antara mereka. Para imam dan ahli Taurat orang Yahudi yang pandai Kitab Suci, praktek kehidupannya dikritik pedas oleh Tuhan Yesus. Kita juga bisa menemukan ketidaksempurnaan dari tokoh-tokoh Alkitab lainnya. Sisi gelap, pengalaman menyedihkan, kejadian yang membuat kita terluka atau kurang percaya diri atau kehilangan harga diri, segala bentuk keterbatasan, yang kita sebut sebagai ‘lubang-lubang’ merupakan bagian dari seluruh totalitas kehidupan tidak sempurna kita. Seringkali kita juga kehilangan satu ‘potongan’ (piece) yang kita harapkan atau dambakan atau impikan dalam kehidupan ini. Tetapi kita tidak perlu merasa terpukul atau kehilangan oleh karena hal itu semua. Seringkali 14 Menata Kehidupan hal-hal itu terjadi di dalam kehidupan kita atas seizin Allah. Artinya: ketika peristiwa terjadi melawan hukum-Nya, Allah tidak berintervensi. Dia membiarkan semuanya terjadi walaupun Dia tetap mengawasi kita. Kita memiliki Sang Penolong, Penghibur, Sahabat karib, Juruselamat, Pemimpin sempurna, yakni Allah Tritunggal. Allah kita tahu dan mengerti semua persoalan dan kekurangan di kehidupan kita masing-masing. Dia menyediakan pengampunan, kesempatan kedua, jalan keluar, kekuatan, dorongan, dan semua yang kita perlukan. Kunci kekuatan dan harapan kita ada di dalam kuasa Tuhan. Coba simak 2 Korintus 4:7-12. F. Bagian Kita sebagai Karya Agung-Nya Dari liku-liku memasang puzzle yang rumit, saya belajar banyak hal. Sukses atau gagal tidak menjadi masalah. Itu hanya sebuah permainan teka-teki. Saya belajar sedikitnya tentang bagaimana melakukan sebuah analisa, tentang kesabaran, tentang daya juang, dan tentang tanggung jawab. Jika saya cepat menyerah, paling sedikit saya merasa malu pada diri sendiri. Jadi, saya harus berjuang dan mengerjakan bagian saya sampai gambarnya selesai dipecahkan. Di dalam Alkitab, gambar sempurna tentang diri kita ada di tangan Tuhan. Kita adalah salah satu karya Agung-Nya. Di sisi yang lain, Tuhan juga telah mengerjakan karya Agung-Nya di dalam Kristus Yesus yang sudah menjadi kurban demi pengampunan bagi orang-orang berdosa. Barangsiapa yang mengerti dan mau membuka hatinya untuk mempercayai Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, dosa-dosanya diampuni dan dia memiliki kehidupan yang kekal. Karya Agung Allah ini masih belum dialami oleh milyaran orang tersesat secara rohani di dunia ini. Adalah bagian kita setelah diselamatkan untuk mencari calon-calon murid Kristus selama masih ada kesempatan (Matius 28:19-20). Ketika saya menerima Tuhan di tahun 1976 dan kehidupan saya dibuat baru melalui pekerjaan Roh Kudus, Pertama-tama, saya mengalami sukacita yang luar biasa; Kedua, dari hari-ke-hari sifat, karakMenata Kehidupan 15 ter, dan kemauan saya diubahkan. Ketiga, saya digerakkan oleh Roh Kudus untuk memberitahukan teman-teman saya tentang Juruselamat saya. Saya giat melayani Tuhan di gereja, saya mengikuti kursus-kursus penginjilan pribadi, saya terjun memperkenalkan Kristus ketika ada peluang, khususnya di kalangan kolega sekantor saya. Adalah anugerah Tuhan juga yang akhirnya saya dipanggil untuk menjadi seorang hamba Tuhan secara penuh waktu walaupun ketika saya harus pergi ke seminari Alkitab di tahun 1982, saya harus meninggalkan jabatan penting saya di perusahaan, penghasilan besar saya dari pekerjaan profesional saya, cita-cita saya untuk menjadi seorang ahli audit keuangan, serta mobil kesayangan saya. Saya tunduk kepada proses pembentukan dan panggilan Ilahi yang Tuhan kerjakan di dalam diri saya. Saya adalah sebagaimana adanya saya: penuh kekurangan, tidak sempurna, masih banyak membuat kesalahan secara berulang-ulang, namun satu hal yang pasti bahwa hingga saat ini saya masih berkomitmen untuk mengerjakan bagian saya sebagai anggota tubuh Kristus, yakni melayani dan menolong orang lain memahami jalan ke surga. Bagian saya adalah memenuhi harapan Bapa surgawi. G. Penutup Setelah kita diselamatkan dan dibaptiskan di dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Tuhan masih mempunyai urusan penting dengan kita. Salah satu urusan penting itu berkenaan dengan rencana agungNya bagi seisi dunia ini sebelum segalanya berakhir. Untuk itu, Dia ingin memakai kita. Untuk dipakainya kita diproses, dipersiapkan, dan dipimpin ke jalan yang Dia kehendaki sesuai dengan prinsip-prinsip firman-Nya. Tetapi di dalam perjalanan hidup kita sebagai anak-anak-Nya menuju ke tempat yang Dia sesungguhnya inginkan – ternyata penuh dengan teka-teki yang perlu dipecahkan. Mengapa? Karena kehidupan kita itu bagaimana sebuah puzzle. Tidak utuh, banyak potongan-potongan yang perlu dikumpulkan dan dirangkai sesuai dengan kemauan Tuhan. Yang penting kita mau taat pada pimpinan dan kehendak Tuhan yang sudah menyelamatkan kita – dengan sebuah tujuan. 16 Menata Kehidupan Jurnal Kehidupan Hari ke-1: Potongan-potongan kehidupan Anda. Sebutkan ‘potongan-potongan’ besar kehidupan Anda yang sangat mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, tutur kata, dan perilaku Anda sehari-hari. Tentunya ada ‘potongan’ yang positif dan yang negatif. Apa yang akan Anda perbuat dengan ‘potongan-potongan’ kehidupan tersebut? (Petunjuk: Pilihlah ‘potongan’ yang menjadi prioritas Anda dalam 6 bulan ke depan) Menata Kehidupan 17 Hari ke-2: Keunikan diri Anda dalam gambar Allah. Apa saja yang Anda sadari tentang keunikan diri Anda? (Petunjuk: pikirkan kekuatan-kekuatan Anda dan daftarkan hal-hal yang Anda butuhkan perhatian khusus untuk dikembangkan) 18 Menata Kehidupan Hari ke-3: Gambar atau potret hidup Anda di mata-Nya. Untuk menemukan gambar atau potret kehidupan Anda sesuai dengan rancangan Tuhan, apa saja yang perlu Anda lakukan? (Petunjuk: mungkin potret kehidupan Anda tetap merupakan sebuah misteri sampai Anda mati) Menata Kehidupan 19 Hari ke-4: Kehidupan Anda di dalam pembentukan-Nya. Pembentukan apa yang sedang Tuhan kerjakan di dalam kehidupan Anda? Apa kira-kira hasil akhir dari pembentukan itu secara konkret? (Petunjuk: Hindari yang abstrak dalam jurnal hari ini, tuliskan yang se-nyata dan se-realistis mungkin) 20 Menata Kehidupan Hari ke-5: Ruang kosong yang diizinkan-Nya. Tuliskan kesedihan paling mendalam yang masih tersimpan dan mempengaruhi hidup Anda hari ini. Prinsip-prinsip rohani apa yang dapat Anda petik dari bacaan 2 Korintus 4:7-12? Apa rencana Anda untuk menangani perasaan sedih itu? (Petunjuk: mungkin Anda perlu untuk menghubungi seorang konselor Kristen?) Menata Kehidupan 21 Hari ke-6: Bagian Anda sebagai karya agung-Nya. Menurut Anda, apa bagian yang perlu Anda kerjakan bagi Kerajaan Allah mulai saat ini? Jika Anda sudah menjalani bagian Anda di masa yang lalu, bagaimana Anda dapat melakukan itu lebih baik lagi di masa yang akan datang? (Petunjuk: harap menuliskannya secara terperinci, seperti ketika membuat sebuah action plan) 22 Menata Kehidupan bab 2 KARYA AGUNG ALLAH “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:10) P ada abad pertengahan, seorang seniman sering mengerjakan satu karya seni berbulan-bulan lamanya. Di situ ia menuangkan seluruh bakat dan kemampuan seninya dengan satu tujuan, yakni bila telah selesai, ia akan mempertunjukkan karyanya itu di paguyuban para seniman dengan harapan karyanya akan disebut masterpiece atau karya yang agung dan ia mendapat julukan master. Betapa bangganya seorang seniman bila ia mampu menghasilkan suatu karya agung. Ketika orangorang melihat karya agungnya, maka mereka akan memuji kreatifitas dan kemampuannya. Namun, untuk menghasilkan sebuah karya agung tidak mudah. Paling tidak, ada dua kualitas yang harus dipenuhi: Pertama, indah; Kedua, unik. Artinya, berbeda dengan yang lain, hanya satu-satunya. Menghasilkan suatu karya dengan dua persyaratan ini tidak mudah, tetapi sekali saja menghasilkannya, luar biasa. Anda adalah suatu karya agung, suatu mahakarya yang luar biasa. Diri Anda indah dan unik. Anda adalah karya agung Allah. Anda adalah mahakarya Allah yang diciptakan untuk kemuliaan-Nya. Karya Agung Allah 23 A. Karena kita ini buatan Allah (Efesus 2:10a) Keindahan diri kita justru terletak pada keagungan Pencipta kita. Ayat 10a mengatakan, “Karena kita ini buatan Allah.” Paulus sedang mengingatkan jemaat Efesus bahwa baik dirinya yang Yahudi maupun jemaat Efesus yang sebagian besar adalah orang-orang Yunani adalah buatan Allah. Dalam konsep Alkitab, pengertian bangsa Yahudi dan Yunani adalah mencakup semua bangsa. Frasa dalam ayat ini mengingatkan kita pada Kejadian 1:1, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Allah adalah sumber utama dari keberadaan alam semesta, sumber utama dari kehidupan manusia dan sekaligus merupakan fokus kehidupan yang menggerakkan manusia. Allah selalu menjadi yang awal. Sebelum manusia ada, Allah sudah ada. Sebelum manusia bekerja, Allah sudah bekerja. Sebelum manusia berkarya, Allah sudah berkarya. Kata “buatan Allah” bahasa Yunaninya adalah “poeiema”. Dalam bahasa Inggris kata ini menjadi “poem” yang artinya adalah puisi. Ini bisa diartikan bahwa setiap manusia adalah ‘puisi’ Allah. Karena yang menulis ‘puisi’ itu adalah Allah sendiri, maka Anda sudah tentu merupakan ‘puisi-puisi’ yang indah, yang berkualitas karya agung. Semua yang diciptakan Allah pasti luar biasa, tetapi manusia jauh lebih luar biasa daripada ciptaan yang lain. Manusia dibuat dengan “dahsyat dan ajaib” segambar dan serupa dengan Allah. Tuhan telah membentuk kita menjadi manusia yang memiliki bentuk fisik, spiritual, dan talenta-talenta yang berbeda-beda dan menenunnya ketika kita masih berada di dalam kandungan ibu kita. Mungkin Anda masih ragu karena Anda tidak melihat sesuatu pun yang indah dalam diri dan hidup Anda. Di mata Allah, Anda adalah karya agung-Nya. Anda adalah ‘puisi’-Nya yang indah. Apa pun yang orang lain katakan tentang Anda, itu tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah apa yang Tuhan katakan tentang Anda, 24 Karya Agung Allah “You are a masterpiece of God.” Kamu adalah karya agung-Ku. Kamu adalah ‘puisi’-Ku. B. Diciptakan di dalam Kristus Yesus (Efesus 10:10b) Sebagai anak-anak Tuhan, kita memiliki keunikan yang luar biasa dibanding dengan orang-orang yang belum percaya. Setiap manusia di dunia ini diciptakan oleh Tuhan hanya satu kali, kecuali orang-orang percaya, termasuk Anda. Kita diciptakan Allah dua kali. Pertama, kita ini buatan Allah. Kedua, diciptakan di dalam Kristus Yesus. Diciptakan dua kali bukan karena buatan yang pertama kurang baik. Dalam kitab Kejadian pasal 1, kita melihat bahwa setiap kali Allah selesai menciptakan alam semesta dengan segala isinya, termasuk manusia, Alkitab mengatakan bahwa “Allah melihat bahwa semuanya itu baik.” Kita dibuat dua kali karena ‘puisi’ yang lama itu telah rusak karena dosa. Kebebasan yang diberikan oleh Allah kita pergunakan dengan salah sehingga gambar dan rupa Allah yang ada dalam diri kita menjadi rusak total. ‘Puisi’ itu tidak lagi mampu memancarkan keindahan yang seharusnya dipancarkannya. Dalam Efesus 2:1, Paulus berkata “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Dosa telah merusak segala yang baik yang Allah ciptakan. Dosa juga merusak moral dan hidup kita. Di mata Allah, kita tidak lagi hidup sebagaimana yang Allah inginkan. Kita telah mati. Semua makhluk hidup yang telah mati mempunyai dua ciri utama. Pertama, ketidakberdayaan. Orang yang mati tidak mampu melakukan apa-apa, ia tidak berdaya. Pada waktu kita hidup di dalam dosa, kita tidak mampu lagi menjadi tuan atas diri kita. Pikiran dan hati kita telah ditawan oleh dosa dan menjadi budak dosa. Kita tidak bisa berkata tidak kepada dosa, kita tidak berdaya. Kedua adalah mengalami pembusukan. Sesuatu yang telah mati, lambat laun akan membusuk. Kematian rohani menyebabkan jiwa kita mengalami pembusukan. Sesuatu yang mati lambat laun akan membusuk. Kematian rohani menyebabkan jiwa kita mengalami pembusukan. Makin Karya Agung Allah 25 hari watak kita, karakter kita, dan hati kita makin tidak baik. Hidup kita bukan makin kudus, tetapi makin kotor. Segala sesuatu yang jahat, licik dan najis tersimpan dalam hati kita dan kita melakukannya. Namun pada ayat 4 Paulus berkata, “Tetapi, Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita ....“ ‘Puisi’ rusak yang tidak lagi memancarkan keindahan Penciptanya itu, yang hanya layak dibuang dalam api pembakaran, oleh karena anugerah Allah dihidupkan kembali. Dalam ayat 10b dikatakan “diciptakan di dalam Kristus Yesus.” Kata “diciptakan” dalam bahasa Yunaninya “ktizo”, sejajar dengan kata “barah” dalam bahasa Ibrani (Kejadian 1:1). Kedua kata ini hanya digunakan bila pelaku penciptaan itu adalah Allah. Kata “diciptakan” yang berbentuk pasif mempunyai pengertian bahwa dalam penciptaaan ulang itu manusia pasif, tidak ada andil sedikit pun di dalamnya. Perbuatan “menciptakan” dilakukan oleh Allah, hanya oleh Allah anugerahNya di dalam Kristus Yesus. Ini ditegaskan dalam ayat 8-9 :“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri.” Penciptaan ulang ‘puisi’ tersebut memerlukan pengorbanan yang sangat mahal. ‘Puisi’ yang telah cemar itu hanya bisa dibersihkan oleh darah Kristus sendiri melalui kematian-Nya di kayu salib. Murka Allah yang menyala-nyala yang seharusnya ditimpakan kepada kita, telah Ia timpakan kepada Anak-Nya sebagai tumbal penebus dosa kita. Setelah itu, Allah tidak lagi murka kepada kita, bahkan Ia menghidupkan, membangkitkan dan juga memberikan kita tempat untuk memerintah bersama-sama dengan Dia (ayat 5, 6). Kita yang dulu adalah musuh Allah, diampuninya, diperdamaikan, bahkan dijadikan rekan sekerja-Nya. Benarlah apa yang dikatakan Paulus dalam 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: 26 Karya Agung Allah yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Inilah keunikan kita. Keunikan kita bukan hanya sampai di sana. Setiap kita yeng telah menjadi ciptaan baru oleh Roh-Nya dilengkapi dengan karunia-karunia yang unik. Allah tidak pernah menduplikasi karya-Nya. Ia seniman terbesar yang tidak pernah kehabisan kreaktifitas. Tidak satupun dari kita yang dibuat-Nya sama, juga dalam karunia-karunia-Nya. Penciptaan kedua itu membuat kita begitu unik. Kita adalah karya agung Allah. Kita diciptakan dengan indah dan unik. Jangan meremehkan apa yang Tuhan ciptakan dengan dahsyat dan ajaib. Kita harus menghargai diri kita dan melihat diri kita sebagaimana Allah melihat kita. Kita diberi-Nya karunia-karunia, talentatalenta, kelebihan-kelebihan yang sangat unik. C. Untuk melakukan pekerjaan baik (Efesus 2:10c) Untuk apa kita dijadikan karya agung-Nya? Apa tujuan-Nya? Ayat 10c mengatakan bahwa tujuan Allah menyelamatkan kita adalah “untuk melakukan pekerjaan baik.” Pada waktu Tuhan menciptakan dan menyelamatkan manusia, Ia mempunyai rancangan yang indah di dalam diri manusia. RancanganNya itu tidak terbatas hanya berbicara tentang ekonomi yang dipulihkan, penyakit yang disembuhkan dan segala berkat-berkat yang dilimpahkan dalam hidup ini, melainkan juga berbicara soal sesuatu yang baru yang harus manusia lakukan, yaitu melakukan pekerjaan baik. Pekerjaan baik itu dilakukan bukan agar kita memperoleh keselamatan, tetapi karena kita telah diselamatkan. “Salvation is not ‘by works’ but ‘for works’ .” Melakukan “pekerjaan baik” (to do “good works”) adalah tindakantindakan kreatif dan positif yang kita lakukan untuk kepentingan orang lain, bukan untuk kepentingan diri kita sendiri. Lawan dari “good Karya Agung Allah 27 works” adalah “evil works,” yaitu tindakan yang hanya tertuju untuk kepentingan diri sendiri tanpa pernah memikirkan perasaan dan kesulitan orang lain. Lalu sebenarnya apa tujuan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik itu? Apakah untuk nama baik atau kemuliaan diri sendiri? Bukan! Perbuatan baik itu mempunyai tujuan final yaitu untuk kemuliaan Allah. Suatu karya agung dibuat oleh penciptanya bukan untuk nama baik karya agung itu sendiri, tetapi untuk nama baik penciptanya. Manusia tidak boleh mempunyai tujuan hidup untuk kemuliaan dirinya sendiri, apalagi ia adalah karya agung Allah. Tuhan Yesus berkata kepada para murid-Nya, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga” (Matius 5:16). Jika manusia tidak boleh mempunyai tujuan hidup untuk kemuliaan dirinya sendiri, salahkah Allah jika Ia mempunyai tujuan untuk dimuliakan oleh manusia? Tidak! Mengapa? J.I. Packer berkata bahwa Allah boleh mempunyai tujuan untuk kemuliaan diri-Nya sendiri karena Dia adalah Allah, Pencipta. Sebaliknya, manusia tidak boleh, karena manusia bukan Allah. Orang-orang yang bersikeras bahwa Allah tidak boleh memuliakan diri-Nya sendiri sesungguhnya meminta Allah berhenti menjadi Allah. Dan tidak ada penghujatan yang lebih besar daripada menghendaki hal seperti ini. Ajaibnya, pada saat manusia hidup hanya untuk kemuliaan Allah, manusia menemukan kemuliaannya sendiri dan menikmati kepuasan hidup yang tertinggi yang tidak akan pernah ia capai dengan tujuan hidup yang lain. Jadi, maksud untuk melakukan pekerjaan baik adalah agar nama Allah dimuliakan melalui hidup kita. Allah tidak menyelamatkan kita supaya kita bisa hidup dalam ruang nyaman (comfort zone) kita. Tetapi, Ia ingin agar kita, sebagai karya agung-Nya, hidup dengan memancarkan kemuliaan Allah sehingga setiap orang yang melihat kita kagum dan memuji Sang Pencipta. Pekerjaan baik seharusnya manjadi gaya hidup dari orang-orang yang telah mendapat kasih karunia Allah yaitu dengan melakukan pekerjaan baik. 28 Karya Agung Allah Karya agung itu harus memancarkan keindahan Sang Pencipta. D. Yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya (Efesus 10:10d) Bagian ini mengandung arti bahwa pekerjaan-pekerjaan baik itu disiapkan Allah untuk orang-orang yang telah dihidupkan, dibangkitkan dan didudukkan bersama-sama dengan Kristus. Dengan kata lain, pekerjaan-pekerjaan baik itu diperuntukkan bagi para karya agung-Nya. Tentu saja setiap karya agung-Nya mempunyai “kavling” yang berbeda-beda, sesuai dengan apa yang telah Tuhan tentukan. Satu hal yang perlu kita yakini, bila Tuhan telah menyiapkannya, maka Tuhan juga akan memberi kemampuan untuk mengerjakannya. Paulus berkata, “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2 Timotius 3:17). Perlengkapan itu sudah diberi oleh Tuhan kepada kita. Sekarang persoalannya bukan “bisa atau tidak bisa” melainkan “mau atau tidak mau.” Tuhan ingin kita melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, kemampuan akan datang menyusul. Sebagai karya agung Allah, kita tidak mungkin berdiam diri atau hanya hidup bagi diri sendiri. Itu tidak sesuai dengan rencana Allah yang menciptakan kita untuk menjadi karya agung-Nya. Ada “kavling kebaikan” yang Allah tetapkan untuk kita kerjakan. Masing-masing kita mendapat “kavling” yang berbeda-beda. Mari kita singsingkan lengan baju kita dan terjun mengerjakannya. Jangan tunggu lagi, jangan berdalih lagi. Ada banyak perbuatan-perbuatan baik yang harus kita kerjakan bagi sesama kita. Mereka membutuhkan Kristus. Bagaimanakah orangorang seperti itu bisa dijangkau bila tidak ada yang memberitakannya? Bagaimana mereka bisa mendengar bila kita para karya agung-Nya tidak rela untuk meluangkan waktu dan bersahabat dengan mereka? Demi Tuhan yang telah mengasihi Anda, kasihilah Tuhan dengan mengasihi orang-orang yang dikasihi Tuhan itu. Karya Agung Allah 29 E. Penutup Jangan pernah lupa bahwa kita ini karya agung Allah. Apa pun pendapat orang tentang kita, tidak membuat perbedaan apa pun. Di mata Allah kita ini tetap karya agung-Nya yang diciptakan dengan harga yang sangat mahal, yaitu darah Anak-Nya sendiri, Yesus Kristus. Ia ingin kita hidup untuk kemuliaan-Nya dengan cara melakukan perbuatan-perbuatan baik yang telah disiapkan sebelumnya. 30 Karya Agung Allah Jurnal Kehidupan Hari ke-1: Sikap seorang karya agung Allah sehari-hari. Alkitab mengajarkan bahwa diri Anda adalah karya agung Allah. Coba Anda menjalani kehidupan hari ini dengan kesadaran bahwa Anda adalah karya agung Allah. Hal-hal apa yang perlu ada di dalam sikap Anda hari ini dan coba aplikasikan. Karya Agung Allah 31 Hari ke-2: Kemerdekaan seorang karya agung Allah. Anda diciptakan di dalam Kristus Yesus memberikan implikasi bahwa Anda tidak lagi di bawah kekuasaan dosa atau Anda sesungguhnya sudah merdeka dari kungkungan dosa. Sekarang Anda bisa dengan bebas menyatakan bahwa Anda adalah masterpiece Allah. Coba Anda lihat diri Anda, adakah dosa tertentu yang masih mengikat Anda dan selama ini Anda menganggapnya sebagai hal yang tidak dapat Anda hindari. Mulai hari ini katakan pada diri Anda sendiri bahwa Anda karya agung Allah diciptakan di dalam Kristus dan Anda sudah merdeka dari ikatan tersebut, kemudian hiduplah sebagai orang merdeka dari dosa. 32 Karya Agung Allah Hari ke-3: Keluar dari comfort zone (zona nyaman). Hari ini Anda harus belajar keluar dari comfort zone Anda yang membuat Anda tidak bisa memancarkan kemuliaan Allah bagi orang lain. Wilayah nyaman apakah yang Anda rasa menghalangi Anda untuk menyatakan kemuliaan Allah dan hari ini di dalam anugerah Allah keluarlah dari wilayah nyaman Anda. Karya Agung Allah 33 Hari ke-4: Melihat dan berbuat. Cobalah pada hari ini Anda lebih memperhatikan sekitar Anda dan pikirkan perbuatan baik apakah yang Allah ingin untuk Anda kerjakan dari apa yang Anda lihat tersebut dan lakukanlah. 34 Karya Agung Allah Hari ke-5: Apa kata Allah? Coba Anda pikirkan apa kata Allah tentang diri Anda sebagai karya agung-Nya yang ditebus dengan harga mahal yaitu dengan darah Yesus Kristus, ketika Anda gagal di dalam pencapaian Anda. Ada 2 pilihan, Pertama, “Aku muak denganmu dan Aku membuang engkau; atau Kedua, “Aku mengasihimu dan Aku akan menopangmu.” Ketika Anda sadar bahwa Anda adalah karya agung Allah di dalam Kristus, maka pilihan ke-2 lah yang harusnya terlintas di dalam pikiran Anda. Bagaimanakah sikap Anda ketika Anda gagal ketika Allah bersikap di dalam pilihan ke-2? Hiduplah seperti itu hari ini. Karya Agung Allah 35 Hari ke-6: Respons terhadap apa kata orang lain. Hari ini adalah hari terakhir untuk jurnal tema bab ini. Kemarin Anda memikirkan apa kata Allah tentang Anda, sekarang pikirkan apa kata orang tentang diri Anda. Setelah Anda melewati bahan bacaan bab ini dan 5 hari jurnal, bagaimanakah Anda menyikapi pendapat orang tentang diri Anda baik yang positif mau pun yang negatif? 36 Karya Agung Allah bab 3 Menikmati makanan rohani “tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” (Mazmur 1:2-3) K ehidupan orang Kristen digambarkan sebagai sebuah pohon yang ditanam di tepi aliran air, gambaran pohon yang segar, bertumbuh dan penuh buah. Tetapi sayang sekali kebenaran ayat ini tidak terwujud dalam hidup orang Kristen. Selain dari kehidupan ritual seperti ke gereja tiap Minggu, berdoa dan membaca Alkitab, kehidupan orang Kristen tidak dapat dibedakan dengan orang non Kristen lainnya. Buah-buah rohani tidak nampak dalam kehidupan orang Kristen. Mengapa hal ini dapat terjadi? Bukankah orang Kristen membaca Alkitabnya? Bukankah orang Kristen percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang dapat menjadikan hidup kita seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air? Namun, mengapa perubahan kehidupan tidak nampak dalam kehidupan orang Kristen? Mengapa firman Tuhan yang berkuasa untuk mengubahkan tidak nampak dalam kehidupan orang Kristen? Kesalahan pasti tidak terletak dalam Alkitab, tetapi kesalahan ada dalam cara kita membaca Alkitab. Menikmati Makanan Rohani 37 A. Bagaimana Membaca Alkitab Agar Dapat Bertumbuh? Pemazmur mengajar kita untuk bukan saja membaca, tetapi juga untuk “merenungkannya siang dan malam.” Disiplin yang selama ini kita jalankan adalah membaca Alkitab tanpa “mengunyahnya” dengan teliti. Pembacaan yang demikian tidak akan dapat menjadi pembacaan yang formatif (bersifat membentuk kita) karena ia akan menjadi sekedar pengisi otak dan menjadi suatu pengetahuan belaka. Kata “merenungkan” (bahasa Ibraninya “hagah”) biasanya dipakai untuk menunjuk pada pembacaan yang berkenaan dengan roh dan jiwa manusia. “Merenungkan” bukanlah sekedar menelan makanan yang masuk ke dalam mulut. Ia seperti orang yang memakan sebuah permen, merasakan manis dan rasanya permen itu. Perlahan-lahan ia menikmatinya sampai habis. ”Merenungkan” firman Tuhan juga demikian. Kita tidak membaca dengan tergesa-gesa untuk menyelesaikan tugas rohani kita. Dalam membaca kita menyerahkan diri kita kepada Roh Kudus yang mengantar kita pada pengertian firman Tuhan di depan hadirat Kristus, dan mengizinkannya untuk mengubah atau membentuk kita. Pembacaan yang demikian juga membutuhkan praktek dalam kehidupan. Kita tidak mungkin dapat berenang hanya dengan sekedar membaca buku bagaimana berenang dengan baik. Kita perlu untuk mempraktekkan teori-teori yang kita baca dengan mencoba berenang, sesuai dengan teori yang diberikan. Perenungan firman Tuhan juga berjalan demikian. Setelah kita membaca, perenungan kita tidak selesai disitu, tetapi kita perlu meneruskan melihat kebenaran firman Tuhan itu dalam hidup kita sehari-hari. Pemazmur mendorong kita untuk merenungkannya “siang dan malam,” dan bukan hanya pada beberapa menit kita melakukan saat teduh kita. 38 Menikmati Makanan Rohani B. Bagaimana Merenungkan Firman Tuhan Setiap Hari? Tentu bukan maksud pemazmur kita memakai seluruh waktu kita dalam keseharian hanya untuk merenungkan firman Tuhan dalam hidup kita. Namun, dalam sela-sela kegiatan kita tiap hari, firman Tuhan dapat menjadi pokok refleksi. Pencetakan Alkitab memberi dua pengaruh. Di satu pihak, Alkitab dapat dengan mudah disebarkan dan dibaca oleh jutaan orang ke seluruh dunia. Di lain pihak, pencetakan Alkitab membuat memori kita tidak bekerja lagi. Orang Israel pada waktu dahulu tidak mempunyai Alkitab pribadi. Mereka mendengarkan firman Tuhan dan menghafalkannya. Namun, sekali firman Tuhan dapat dengan mudah dibaca kita tidak lagi menghafal Alkitab. Alkitab yang kita miliki tidak membantu kita untuk mengingatnya, tetapi justru membantu kita melupakannya. Hal ini serupa dengan nomor telepon. Sebelum ada memori dalam telepon genggam kita, kita dapat mengingat nomor telepon teman-teman dekat dan tentunya keluarga kita. Namun, sekali nomor-nomor tersebut tercatat dalam memori telepon kita, kita tidak lagi dapat mengingatnya, bahkan nomor telepon orang yang paling dekat dengan kita. Bila kita memiliki disiplin untuk melakukan saat teduh setiap hari, setelah kita membaca Alkitab, kita cenderung untuk tidak memperhatikannya lagi karena prosedur pembacaan kita selesai setelah kita menutup saat teduh kita. Dan kita seperti orang yang bercermin, “Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya” (Yakobus 1:24). Bagi kita, firman yang kita baca seperti nomor telepon yang telah dimasukkan ke dalam telepon genggam kita. Selesai membaca kita tidak lagi mengingatnya karena kita tahu kita dapat kembali melihatnya bilamana saja kita mau. Membaca Alkitab dengan cara yang demikian membuat kebenaran Alkitab menjadi kebenaran masa lalu belaka. Kebenaran Alkitab itu menjadi kebenaran dalam hidup orang-orang Kristen pada masa lalu, tetapi tidak merupaMenikmati Makanan Rohani 39 kan bagian yang kita alami pada masa kini. Alkitab adalah firman Tuhan dimana kita memperoleh kesaksian Allah sendiri mengenai diri-Nya. Ia berfirman kepada kita, menegur, menghibur dan menguatkan kita melalui firman-Nya. Ia memberkati, menunjukkan jalan dan menyertai kita. Perenungan Alkitab tidak berhenti setelah kita membacanya. Kita harus mengizinkan firman Tuhan itu tetap berbicara kepada kita, menegur kita atau menguatkan kita sewaktu kita menjalani hari-hari kita. Hanya dengan demikian kita dapat membuat kebenaran-kebenaran Alkitab pada masa lalu bekerja juga pada masa sekarang. Dengan cara demikian kita dapat membuat Alkitab tetap relevan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan. Pembacaan seperti ini tidak dapat dilakukan dengan terburu-buru. Banyak orang Kristen yang membaca Alkitab dengan mengejar target. Pada akhir pembacaan, yang ia dapatkan sesuai dengan tujuan pembacaannya yakni target yang tercapai atau tidak tercapai. Ia tidak mendapat manfaat rohani yang sungguh dalam pembacaannya itu. Dan memang itu bukan merupakan tujuan dalam pembacaannya. Orang Kristen yang ingin bertumbuh dalam pembacaannya membaca dengan satu tujuan, yakni membuka diri bagi firman Tuhan untuk berkata-kata dalam kehidupan sehari-harinya dan mengubahnya. 40 Menikmati Makanan Rohani Jurnal Kehidupan Hari ke-1: Belajar merenungkan firman Tuhan. Sebagaimana Anda membaca Alkitab setiap hari, demikian pula hari ini Anda membaca Alkitab. Hari ini dan seterusnya mulai latihlah diri Anda bukan saja membaca Alkitab, namun juga belajar merenungkannya sebagaimana diajarkan di dalam bab ini. Cobalah Anda membaca bagian firman Tuhan yang Anda baca hari ini dengan lebih cermat lagi sambil dipikirkan apa yang dimaksudkan oleh firman Tuhan itu. (Caranya: Bacalah bagian tersebut berulang-ulang setidaknya 3-4 kali di mana setiap pengulangan pembacaannya semakin diperlambat kecepatannya agar Anda dapat menyimak setiap kata dan mulai memikirkan apa yang dimaksud oleh firman Tuhan). Catatlah apa yang Anda dapatkan dari perenungan tersebut. Menikmati Makanan Rohani 41 Hari ke-2: Merasakan Hati Tuhan. Hari ini Anda kembali membaca Alkitab sesuai dengan jadwal bagian yang harus Anda baca. Praktekkan kembali dengan bahan hari ini apa yang Anda lakukan di dalam merenungkan firman Tuhan kemarin. Sebagai tambahannya adalah coba Anda pikirkan dan rasakan apa yang ada di hati Tuhan bagi Anda secara pribadi. Catatlah itu baik-baik dan biarlah bagian itu mengiringi perjalanan hidup Anda hari ini untuk terus direnungkan. 42 Menikmati Makanan Rohani Hari ke-3: Mengalami Keterlibatan Tuhan. Praktekkan kembali seluruh langkah-langkah yang telah Anda lakukan di hari pertama dan kedua di dalam merenungkan firman Tuhan hari ini. Apa yang Anda dapatkan dari maksud hati Tuhan bagi Anda pribadi hari ini, mintalah kepada Tuhan agar Anda merasakan pengalaman keterlibatan Tuhan di dalam menghidupi pesan tersebut hari ini. Di dalam menjalani kehidupan hari ini, selain Anda mengingat apa yang menjadi pesan firman Tuhan, coba Anda perhatikan apakah Anda mengalami Allah melalui pesan firman Tuhan tersebut. (Jikalau belum, tidak perlu kecewa, karena memang belum waktunya atau bukan waktunya, tetap camkanlah pesan firman itu di dalam hati Anda.) Menikmati Makanan Rohani 43 Hari ke-4: Bagikanlah pesan firman Tuhan. Hari ini, Anda perlu melakukan perenungan firman Tuhan sebagaimana hari pertama sampai dengan hari ketiga. Namun agar memperkaya Anda di dalam perenungan firman Tuhan hari ini, coba Anda pikirkan kepada siapakah Anda akan bagikan pesan firman Tuhan, bukan dengan semangat menasehati tetapi dengan semangat berbagi. Lihatlah betapa kayanya perenungan Anda hari ini. Catatlah apa yang Anda alami hari ini. 44 Menikmati Makanan Rohani Hari ke-5: Mengatasi kesulitan Anda. Setelah Anda melalui 4 hari pelatihan, hari ini Anda kembali melakukan sebagaimana di hari pertama sampai dengan keempat. Hari ini cobalah Anda mencatat kesulitan-kesulitan apa yang Anda alami selama ini, coba pikirkan langkah-langkah apa yang dapat Anda lakukan sebagai jalan keluar atau setidaknya menjadi solusi bagi kesulitan Anda dan doakan. Menikmati Makanan Rohani 45 Hari ke-6: Siapkan buku catatan perjalanan rohani Anda. Hari ini adalah hari terakhir pelatihan Anda dengan pelajaran bab ini. Agar kelangsungan kebiasaan yang baik yang telah Anda lakukan tetap dapat dilakukan, siapkanlah buku catatan khusus untuk mencatat perjalanan rohani Anda dengan firman Tuhan. Mulai hari ini dan seterusnya Anda mencatatkan langkah-langkah di hari pertama sampai dengan ke lima di dalam perenungan firman Tuhan di dalam buku catatan khusus dan evaluasilah atau bacalah kembali apa yang telah Anda tulis di dalam catatan khusus tersebut setelah melewati beberapa hari. 46 Menikmati Makanan Rohani bab 4 HIDUP DALAM FIRMAN TUHAN “Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!” (Mazmur 119:105) M enjadi percaya kepada Yesus Kristus bukanlah akhir dari perjalanan hidup seorang Kristen di dalam dunia. Bahkan sesungguhnya, menjadi percaya itu baru merupakan awal dari perjalanan sampai akhir hidup yang seharusnya membentuk seorang percaya menjadi dewasa di dalam hidup imannya. Perjalanan yang tidak mudah, tetapi berharga. Dalam perjalanan iman itu, setiap orang percaya membutuhkan firman Tuhan dalam hidupnya. Melalui firman Tuhan, orang percaya ditolong untuk menjalani hidupnya. Dalam hal ini, firman Tuhan bukan sekadar untuk diketahui, tetapi untuk dihidupi dan ditaati. Dalam ketaatan itulah orang percaya mendapatkan manfaat dari firman Tuhan. A. Pelita dan Terang Kehidupan “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105) Alkitab menggambarkan peran firman Tuhan sebagai penuntun jalan kehidupannya (Mazmur 119:105). Dengan firman Tuhan, seorang percaya dibimbing langkah demi langkah seumur hidupnya. Hal itu seperti lampu mobil yang menyorot jalan di depan kita. Orang yang menyetir yang ada di dalam mobil hanya akan melihat jalan sejauh lampu itu menyorot. Dia akan melihat lebih jauh lagi, hanya ketika mobil itu bergerak maju. Dengan bergerak maju, maka lampu mobil juga bergerak meHidup Dalam Firman Tuhan 47 nunjukkan jalan selanjutnya. Jika mobil itu berhenti, maka lampu itu pun tidak akan bergerak maju. Demikianlah firman Tuhan bagi hidup orang percaya. Dia menjadi pelita dan terang yang menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan orang percaya. Untuk mendapatkan manfaat yang sepenuhnya, maka jalan yang ditunjukkan oleh pelita dan terang itu perlu diikuti. Dengan setia mengikuti pelajaran dari firman Tuhan, seorang percaya dibimbing untuk terus berjalan maju dalam kehidupan imannya. Itu berarti untuk mendapatkan manfaat Alkitab sepenuhnya, seorang percaya tidak cukup hanya membaca dan menjadi tahu kebenaran firman Tuhan. Seorang percaya perlu hidup sesuai dengan firman Tuhan. B. Penjaga Perilaku “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu..” (Mazmur 119:9) Selain itu, Pemazmur menyatakan bahwa orang percaya menjaga kelakuannya bersih melalui firman Tuhan (Mazmur 119:9). Dalam hidup di dunia, setiap orang percaya akan selalu bergumul dengan perilaku yang tidak benar. Godaan akan datang dari lingkungan, diri sendiri, dan/atau Iblis yang mau menjatuhkan orang percaya. Dalam pergumulan untuk bisa mempertahankan hidup kudus, maka Tuhan sudah memberikan firman-Nya. Paulus bahkan menyatakan bahwa Tuhan sudah memberikan perlengkapan untuk setiap perbuatan baik melalui firman Tuhan (2 Timotius 3:16-17). Dengan demikian, seharusnya setiap orang percaya bisa melakukan setiap perbuatan yang baik. Syaratnya adalah dia mau mempelajari dan melakukan firman Tuhan dalam hidupnya. Dengan kata lain, firman Tuhan berfungsi seperti seorang penjaga. Penjaga itu mengawasi, mengingatkan, menegur, dan menolong agar seorang percaya tetap berjalan atau berada di area yang seharusnya. 48 Hidup Dalam Firman Tuhan Jadi, dengan adanya firman Tuhan, seorang percaya dijaga untuk jangan menjauh dari Tuhan, dijaga untuk jangan hidup dalam dosa, dijaga untuk tetap berjalan dalam kehendak Tuhan. Itu semua terjadi ketika seorang percaya mempelajari dan melakukan firman Tuhan dalam hidupnya. C. Untuk Meneguhkan Kasih Kita Kepada Tuhan “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14: 15) “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yohanes 14:21) Manfaat lain dari melakukan firman Tuhan adalah untuk meneguhkan kasih seorang percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menyatakan bahwa seorang yang mengasihi Dia akan memegang dan melakukan perintah-Nya (Yohanes 14:15, 21). Itu seperti seorang anak kecil yang ditugaskan oleh orang tuanya untuk melakukan sesuatu. Ada banyak hal yang bisa menggoda dia untuk mengabaikan tugas dari orang tuanya itu, tetapi semakin dia mengasihi orang tuanya, semakin dia berusaha untuk tetap menaati pesan dari orang tuanya tersebut. Godaan mungkin datang, tetapi ketika dia mengingat orang tua yang dikasihinya, maka dia akan mencoba untuk mengabaikan godaan tersebut dan tetap menaati perintah orang tuanya. Demikian juga dengan sikap orang percaya terhadap firman Tuhan. Kita bisa banyak tahu firman Tuhan, kita bisa banyak membaca firman Tuhan, tetapi membaca dan menjadi tahu belum cukup membuktikan bahwa kita sungguh mengasihi Tuhan. Bukti kasih kita kepada Tuhan adalah ketika apa yang kita ketahui itu kita terapkan dalam hidup kita Hidup Dalam Firman Tuhan 49 sehari-hari. Godaan mungkin datang untuk mengabaikan firman Tuhan, tetapi ketika mengingat Tuhan yang kita kasihi, maka kita tidak ingin mengecewakan atau membuat hati-Nya sedih. Kita tetap mencoba melakukan firman-Nya. D. Melakukan Seluruh Firman “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:17) Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah melakukan firman Tuhan secara utuh. Paulus menyatakan, “tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.” (2 Timotius 3:17) dan perlengkapan itu adalah firman Tuhan (2 Timotius 3:16). Gambaran Paulus di bagian tersebut adalah bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah” (yaitu firman Allah) mempunyai manfaat. “Segala tulisan” yang dimaksud oleh Paulus itu mencakup keseluruhan firman Tuhan. Ini berarti setiap orang percaya dipanggil untuk memahami dan melakukan firman Tuhan tanpa pilih-pilih. Setiap orang percaya tidak boleh memilih bagian tertentu saja yang mau dia taati. Jika itu bagian yang menyenangkan, maka dia mau taat. Jika itu bagian yang tidak disukainya, maka dia tidak mau menaatinya. Ini tidak boleh terjadi demikian. Setiap bagian firman Tuhan perlu dipelajari untuk dipahami. Akan tetapi sesudah memahaminya, setiap bagian tersebut harus dilakukan dalam hidup berimannya. Tentu saja pertumbuhan iman dan pemahaman firman mempengaruhi bagaimana dan berapa banyak firman yang seorang percaya lakukan. Akan tetapi setiap orang percaya tidak boleh mengabaikan bagian manapun dari firman yang sudah diketahuinya untuk dilakukannya. 50 Hidup Dalam Firman Tuhan E. Cara Praktis Untuk Hidup Sesuai Firman Tuhan Jika sedemikian pentingnya kita hidup dan melakukan firman Tuhan, maka tentu kita perlu memikirkan dengan sungguh bagaimana melakukan firman Tuhan dalam hidup kita. Berikut diberikan beberapa hal praktis untuk melakukan firman Tuhan. Hal pertama yang perlu dilakukan untuk hidup di dalam firman Tuhan adalah melakukan yang realistis dan mulai dari hal yang sederhana dulu untuk dilakukan. Jangan kita berpikir terlalu muluk, misalnya dengan mengambil tekad “Saya mau berdamai dengan kawan saya itu,” (padahal kita sudah lama tidak bertemu dengan dia, bahkan kita tidak tahu dia ada di mana) atau “Saya mau memberitakan Injil ke pedalaman Afrika besok,” (padahal kita adalah seorang mahasiswa yang memiliki tanggung jawab di rumah dan kuliah kita). Lebih baik kita bertekad untuk berdamai dengan anggota keluarga atau teman pelayanan yang memang kita masih sering bertemu dan mungkin pernah kita sakiti hatinya. Atau kita mulai memberitakan Injil kepada teman-teman di sekitar kita. Tentu kita juga mesti terbuka terhadap kemungkinan berdamai dengan teman yang sudah lama kita tidak bertemu itu atau kemungkinan Tuhan memanggil kita untuk menjadi tenaga misi ke pedalaman Afrika, tetapi kita mesti memulai ketaatan kepada firman Tuhan dengan hal-hal yang memang memungkinkan untuk kita lakukan pada saat ini. Dalam kesediaan untuk menaati firman Tuhan, ketika Tuhan membuka jalan untuk melakukan firman-Nya lebih luas lagi, maka kita pun mesti menaati firman tersebut. Hal kedua, baiklah kita jangan menunda-nunda untuk menaati firman Tuhan. Seringkali seorang percaya menunda melakukan apa yang dipelajarinya. Akibatnya, sesudah beberapa waktu, pemahaman itu terlupakan dan kerinduan untuk melakukan firman Tuhan tersebut menjadi berkurang. Kalau sudah demikian, biasanya kita tidak melakukannya. Karena itu, penting sekali untuk mulai melakukan firman Tuhan sesegera mungkin. Jika Tuhan menggerakkan kita untuk melakukan perdamaian dengan keluarga kita, maka segeralah hubungi keluarga kita Hidup Dalam Firman Tuhan 51 itu dan berdamai. Jika Tuhan menggerakkan kita untuk memberitakan Injil, maka segeralah mulai melakukannya. Jangan tunda, karena hari esok bukan milik kita. Kemudian, hal ketiga, kita perlu membiasakan untuk menghafalkan firman Tuhan yang mendasari perbuatan tersebut. Pemazmur menyatakan bahwa dirinya menyimpan janji Tuhan dan firman-Nya tidak akan dilupakan agar dia tidak berdosa terhadap Tuhan (Mazmur 119:11, 16). Adalah baik jika kita pun meneladani kebiasaan Pemazmur itu. Perintah yang ingin kita lakukan, kita coba hafalkan. Setiap kali kita tergoda untuk mengabaikan firman Tuhan tersebut, maka apa yang kita hafalkan akan mengingatkan kita. Jika kita mengalami kesulitan menghafalkan firman Tuhan, ada baiknya kita memiliki buku catatan kecil yang berisikan tekad dan ayat yang mendasarinya. Lalu, hal keempat yang perlu kita miliki adalah Teman/Sahabat rohani yang sehati dan sedia untuk mengingatkan kita. Penulis kitab Pengkhotbah menyatakan pentingnya seorang teman untuk membantu kita (Pengkhotbah 4:9-11). Sahabat rohani ini bukan seorang yang sekadar tempat kita bercerita. Bukan juga sekadar seorang yang tahu pergumulan kita. Sahabat rohani ini adalah seorang yang bisa kita bagikan pergumulan kita, yang tahu pergumulan kita, dan yang mau mendoakan serta mengingatkan kita akan tekad-tekad kita untuk menaati firman Tuhan. Karena itu, carilah sahabat rohani itu dalam gereja dimana kita biasa beribadah. Itu bisa kita dapatkan melalui persekutuan komisi atau persekutuan doa di gereja, rekan pelayanan, pasangan hidup kita, atau dalam kelompok-kelompok kecil di gereja. Ceritakanlah dan bagikan pergumulan kita untuk menaati firman Tuhan dengan sahabat rohani kita itu. Biarlah sahabat-sahabat rohani ini menjadi berkat yang menguatkan dan mendoakan kita untuk berjuang dalam kehidupan iman di dunia ini. Hal kelima adalah kita perlu memiliki kesiapan hati dan kewaspadaan untuk menghadapi kesulitan dan tantangan dalam menerapkan firman Tuhan. Kita perlu ingat bahwa kita ada di dalam dunia yang tidak 52 Hidup Dalam Firman Tuhan sependapat dengan firman Tuhan, maka tentu saja kita akan menghadapi penolakan dan tantangan dari dunia sekeliling kita. Seringkali penolakan yang kita dapatkan ketika kita ingin melakukan firman Tuhan membuat kita mundur dan tidak mau mencoba lagi. Itu terjadi karena kita tidak siap menghadapi penolakan itu. Sebaliknya kalau hati kita siap dan waspada, maka kesulitan dan tantangan yang muncul tidak akan dengan mudah membuat kita mundur untuk mencoba lagi. Kita akan mau mencoba lagi untuk menaati firman Tuhan. Terakhir, kita harus menyadari dan bergantung penuh pada kuasa dan pimpinan Roh Kudus. Setiap kita mesti menyadari bahwa ketaatan dan kemampuan untuk menaati firman Tuhan bukanlah bergantung pada kemampuan kita. Jika kita bergantung pada kekuatan kita, maka kita akan gagal. Kekuatan kita sesungguhnya hanya ada pada Roh Kudus yang memampukan kita untuk berjuang dalam iman. Karena itu, kita harus selalu berdoa dan berharap pada kuasa dan pimpinan RohNya. Dalam anugerah dan kasih-Nya kita akan dapat bertahan untuk melakukan firman-Nya. Hidup Dalam Firman Tuhan 53 Jurnal Kehidupan Hari ke-1: Mengevaluasi diri terkait firman Tuhan. Pikirkanlah bagian firman Tuhan yang Anda baca atau yang sudah Anda ketahui, tetapi belum Anda lakukan. Apa sebab Anda belum melakukannya? Pikirkanlah cara yang realistis dan sederhana untuk melakukan bagian firman tersebut pada hari ini dan cobalah lakukan firman tersebut. 54 Hidup Dalam Firman Tuhan Hari ke-2: Tidak menunda untuk melakukan firman Tuhan. Apakah bagian firman Tuhan yang Anda pelajari hari ini? Apakah ada tekad yang Anda ambil untuk dilakukan? Segeralah lakukan, jangan tunda. Di akhir hari ini, bersyukurlah dan pelajari apa yang Anda dapatkan dari melakukan firman Tuhan dengan segera. Hidup Dalam Firman Tuhan 55 Hari ke-3: Belajar mengingat firman Tuhan. Dari bagian firman Tuhan yang Anda baca hari ini, pilihlah ayat yang mendukung tekad untuk melakukan firman Tuhan dan berusahalah untuk menghafalkannya. Apakah ada kesulitan untuk mulai membiasakan mengingat bagian firman yang akan dilakukan? Cobalah cari cara untuk mengingat bagian firman Tuhan. 56 Hidup Dalam Firman Tuhan Hari ke-4: Miliki sahabat rohani. Apakah Anda memiliki seorang teman/sahabat rohani yang sehati dan bersedia untuk mengingatkan kita? Apakah Anda memiliki seorang yang bisa diajak untuk menjadi teman/sahabat rohani? Cobalah ajak dan mulai bergumul bersama untuk menjadi pelaku firman Tuhan. Hidup Dalam Firman Tuhan 57 Hari ke-5: Pulihkan Tekad Anda. Pernahkah Anda mundur dari melakukan firman Tuhan karena adanya kesulitan dan tantangan? Jika ya, cobalah siapkan hati untuk melakukannya lagi. Hati yang siap dan waspada untuk menghadapi kesulitan dan tantangan akan menolong untuk melakukan firman Tuhan. 58 Hidup Dalam Firman Tuhan Hari ke-6: Kemajuan Anda dalam melakukan firman Tuhan. Di akhir jurnal bahan ini, ujilah seberapa banyak kemajuan Anda dalam melakukan firman Tuhan. Apakah Anda makin rindu untuk melakukan firman Tuhan? Dalam semua itu, seberapa banyak Anda berdoa dan berharap pada kuasa dan pimpinan Roh Kudus? Ingatlah selalu bahwa keberhasilan kita menaati firman Tuhan bergantung sepenuhnya pada kuasa dan pimpinan Roh Kudus. Karena itu, teruslah berdoa dan berserah pada Dia yang memberi kekuatan dan kemampuan untuk melakukan firman-Nya. Hidup Dalam Firman Tuhan 59 bab 5 BERSEKUTU DEnGAN ALLAH “TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.” (Mazmur 145:18) D r. Madison, yang mengajar matematika di Universitas Vanderbilt selama bertahun-tahun, sebelum memberi ujian, biasanya memberi tahu murid-muridnya begini: “Hari ini saya akan memberi dua ujian – satu ujian dalam mata pelajaran trigonometri, dan satunya lagi ujian dalam kejujuran. Saya berharap kalian bisa lulus dalam keduanya. Jika kalian gagal dalam salah satunya, lebih baik gagal dalam trigonometri.” Ungkapan Dr. Madison itu banyak memberikan motivasi bagi murid-muridnya. Memang beberapa orang tidak lulus dalam trigonometri, tapi tak seorang pun yang tidak lulus dalam ujian kejujuran. Di tengah-tengah kemunafikan dan kepalsuan ibadah dari tokoh-tokoh agama waktu itu, Yesus menampilkan sebuah kejujuran seorang Anak Allah. Hal ini nampak dalam doanya yang sangat terkenal, yang dipanjatkan di sebuah taman yang bernama Getsemani. Yesus tanpa rasa malu berdoa dalam kemanusiaan-Nya yang sama seperti manusia lainnya. Dia gentar menghadapi saat-saat kematian-Nya yang penuh penderitaan. Dia tidak menutupi bagaimana suasana hati-Nya: “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (Matius 26:38). Dalam kitab Lukas dituliskan: “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguhsungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:44). Tapi Yesus dalam natur kemanusiaanBersekutu Dengan Tuhan 61 Nya memperoleh kemenangan, karena akhirnya Dia berkata: “tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Lukas 22:42). Dalam doa yang penuh pergumulan itu, Yesus telah mengalami kemenangan-Nya, karena Dia serahkan otoritas itu pada BapaNya. Kehendak Bapa adalah supaya manusia diselamatkan dalam darah Anak Tunggal Bapa, yaitu Yesus yang telah mati di atas kayu salib. Kisah pergumulan dan kehidupan doa Yesus dengan Bapa-Nya di atas memberikan suatu inspirasi bagi kita yang hidup di masa kini, tentang berkomunikasi dengan Tuhan dan menjadikan doa merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam seluruh aspek kehidupan kita sebagai orang percaya, baik saat suka maupun duka. Seringkali kita merasa kagum waktu mendengar ada orang-orang Kristen yang menetapkan doa sebagai prioritas dalam pelayanan mereka. Mengapa demikian? Karena kita mengagumi bagaimana caranya mereka bisa begitu akrab bersekutu pribadi dengan Tuhan dalam doa berjam-jam lamanya, mereka melakukan kebiasaan doa yang begitu disiplin dan sungguh-sungguh menghidupi doanya. Kalau kita merefleksikan kepada diri kita sendiri, kita mungkin menyadari bahwa selama bertahun-tahun sebagai orang Kristen, kehidupan doa kita kondisinya naik-turun. Sekalipun kita dibesarkan dalam lingkungan keluarga Kristen yang saleh dan taat, kita begitu aktif dan giat dalam pelayanan di gereja, namun persekutuan pribadi kita dalam doa umumnya “datar” dan “biasa” saja. Bahkan kalau kita mau jujur, dalam kehidupan pelayanan kita di gereja Tuhan, kita bisa menggunakan waktu berjam-jam untuk hal-hal yang lain, tapi begitu sedikit waktu yang kita gunakan untuk berdoa! A. Meneladani Yesus Tokoh penting yang kita teladani dalam kehidupan doanya adalah Tuhan Yesus sendiri. Murid-murid Tuhan Yesus sudah bertahun-tahun 62 Bersekutu Dengan Tuhan menyaksikan dan mendengarkan khotbah yang hebat dari Tuhan Yesus, namun tidak ada di dalam Alkitab bahwa para murid Yesus memohon kepada-Nya: Ajarlah kami berkhotbah! Murid-murid Tuhan Yesus juga sudah bertahun-tahun mendampingi pelayanan Tuhan Yesus, berulang kali melihat dan menyaksikan mujizat yang hebat dari Tuhan Yesus, namun tidak pernah dicatatkan dalam Alkitab bahwa para murid Yesus memohon kepada-Nya: Ajarlah kami melakukan mujizat! Namun dalam Lukas 11:1 di sana kita membaca, bahwa pada waktu murid-murid Tuhan Yesus menyaksikan Tuhan Yesus berdoa, dicatat dalam bagian firman itu bahwa para murid Tuhan Yesus memohon kepada-Nya: Tuhan, ajarlah kami berdoa! Ingat, murid-murid Tuhan Yesus sesungguhnya adalah bangsa Yahudi yang sebenarnya sejak kanak-kanak mereka sudah diajari oleh para imam dan pengajar agama masa itu bagaimana caranya berdoa. Tentu murid-murid Tuhan Yesus pasti sudah bisa berdoa, bahkan mungkin mereka sudah bisa menghafalkan beberapa doa yang lazim dipanjatkan oleh orang Yahudi pada masa itu. Namun mereka masih memohon kepada Tuhan Yesus: Ajarlah kami berdoa. Masih ingatkah Saudara, Yesus pernah meneteskan keringat bercampurkan darah sebagai tanda begitu bergumul dan penuh ketakutan, bukan pada waktu berada di ruang sidang sewaktu diperhadapkan pada Pontius Pilatus! Bukan juga pada waktu berada di ruang sidang para Mahkamah Agama Yahudi yang memfitnah Dia! Bahkan bukan juga pada waktu Yesus naik ke atas kayu salib di Golgota!! Dicatatkan dalam firman Tuhan, Tuhan Yesus meneteskan keringat bercampurkan darah pada waktu berdoa di Getsemani!! Bagi Yesus, doa bukan sebagai persiapan memasuki peperangan, namun doa itu merupakan peperangan rohani itu sendiri! Doa bagi Tuhan Yesus bukan sarana untuk memperoleh kekuatan, tapi justru merupaBersekutu Dengan Tuhan 63 kan kekuatan itu sendiri. Doa bagi Yesus bukan untuk memperoleh kehidupan, tapi justru merupakan kehidupan itu sendiri. B. Awal Kebangunan Rohani Kalau kita menyaksikan dalam seluruh rangkaian perjalanan sejarah gereja Tuhan mulai dari kisah yang dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul hingga sejarah gereja masa kini, seluruh Gerakan Rohani besar yang pernah terjadi dalam Gereja Tuhan selalu dibangun di atas dasar doa. Melalui doa orang-orang percaya, Allah mengalami perkara-perkara besar! Doa yang sesungguhnya bukan terletak pada susunan kata-kata yang bagus, tetapi pada ketulusan hati mengungkapkannya di dalam tutur kata. Doa yang sesungguhnya bukan terletak pada panjang atau pendeknya waktu kita berdoa, melainkan pada kesungguhan saat kita datang kepada Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus berdoa begitu lama di Taman Getsemani, sampai murid-muridnya tertidur. Namun Tuhan Yesus juga pernah mengajarkan kita memanjatkan doa yang singkat, padat dan lengkap dalam Doa Bapa Kami. Doa bukan terletak pada sistematisnya isi doa kita, tapi pada keyakinan bahwa Allah mendengar dan mempedulikan doa kita (Yakobus 5:16). Artinya, doa yang penuh kuasa adalah doa yang dipanjatkan dengan penuh iman. Namun iman yang dimasudkan bukannya mengimani keinginan, perasaan atau akal pikir kita sendiri, tapi iman yang benar adalah mengimani apa yang Allah ingin kita lakukan. Artinya, bukan berdasarkan pada kita suka atau tidak suka, tapi terletak pada apa yang menjadi keputusan Allah atas diri kita. 64 Bersekutu Dengan Tuhan C. Kehidupan Doa: Mulailah Sekarang! Sebenarnya salah satu ciri orang yang sudah lahir baru dan menerima keselamatan dari Tuhan Yesus adalah adanya kerinduan berdoa kepada Allah. Berdoa berarti bersekutu dengan berkomunikasi dengan Allah Bapa kita. Doa bukan sekedar sarana untuk meminta-minta sesuatu kepada Allah. Melalui doa kita membuka hati kita pada Allah sekaligus seruan hati kita kepada Allah. Berdoa bagaikan halnya dua orang yang saling mengasihi bersekutu dengan indah, terbuka dan penuh dengan kedekatan. Allah ingin kita mengasihi Dia, bahkan Ia merindukan kita untuk bersekutu dengan Dia. Dia ingin kita berbicara kepada-Nya. Ketika kita memiliki kehidupan doa yang tekun dan penuh kerinduan, maka kita mengalami hubungan dekat dengan Allah. Melalui Tuhan Yesus dengan karya-Nya di atas kayu salib, maka persekutuan yang indah dengan Allah bisa kita alami karena kita, orang-orang percaya, sudah diperdamaikan oleh darah Tuhan Yesus dengan Allah. Oleh karena itu, doa sebagai aktifitas persekutuan kita dengan Allah merupakan kasih karunia dari Allah di dalam Kristus Yesus. Allah suka mendengar doadoa kita. Apabila kita selalu membuka hati kita kepada-Nya, kita akan semakin mengenal dan mengasihi Dia. Kehidupan doa Tuhan Yesus banyak dicatat di dalam Injil Lukas. Injil Lukas mencatat bahwa Tuhan Yesus berdoa di dalam pelbagai situasi dan kondisi. Tuhan Yesus mengekspresikan doa sebagai sebuah relasi yang intim dengan Bapa seperti Ia menyendiri untuk berdoa (Lukas 5:16; 6:12; 9:18; 9:28; 11:1;22:41) . Bagaimana dengan doa kita. Semakin bersemangat berdoa, ataukah sudah mulai lesu? Jangan takut, datanglah kembali kepada Yesus. Mari kita belajar dari Tuhan Yesus dengan menjadikan doa merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam seluruh aspek kehidupan kita di dalam ketulusan dan keterbukaan di hadapan Allah. Bersekutu Dengan Tuhan 65 Jurnal Kehidupan Hari ke-1: Persekutuan doa pribadi. Ingat-ingat, kapan terakhir Saudara melakukan Persekutuan Doa Pribadi dengan Tuhan? Yang dimaksud Persekutuan Doa Pribadi di sini bukan sekedar memanjatkan doa bangun/menjelang tidur, doa makan atau doa berangkat sekolah/bekerja; namun yang dimaksud di sini yaitu waktu khusus yang Saudara pakai untuk berdoa sebagai ungkapan syukur, pujian, penyembahan, pengakuan dosa atau juga untuk kebutuhan pribadi, keluarga, gereja, atau doa untuk bangsa dan negara. Kalau itu Anda sudah lama tidak melakukannya, hari ini cobalah menuliskan beberapa pokok doa khusus yang menjadi pergumulan atau beban Saudara untuk didoakan secara pribadi. 66 Bersekutu Dengan Tuhan Hari ke-2: Kehidupan Doa Yesus. Mari hari ini kita belajar seperti Tuhan Yesus, yang sekalipun Dia adalah Allah, namun Dia juga tetap memiliki waktu persekutuan doa pribadi dengan Bapa-Nya. Coba renungkan Markus 1:32-39. Yesus begitu sibuk hari itu melakukan pelayanan yang tentu sangat lelah secara fisik. Tapi di ayat 35 menyebutkan, “pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap.... Ia (= Yesus) berdoa di sana”. Bahkan murid-murid Yesus waktu mencari Yesus, mereka tahu persis dimana Yesus berada; itu artinya Yesus memang biasa rutin berdoa ditempat itu!! Tuliskan tekad Saudara untuk memiliki kebiasaan berdoa seperti Yesus. (Saran: milikilah waktu doa yang tetap setiap hari dengan menyediakan waktu yang cukup untuk berdoa sebagai disiplin rohani Anda) Bersekutu Dengan Tuhan 67 Hari ke-3: Jika ada pergumulan berat. Baca perikop Matius 26:36-46, lalu bandingkan perikop ini dengan bagian dalam Lukas 22:39-46. Kisah pergumulan yang sangat berat yang dirasakan Tuhan Yesus menjelang penyiksaan dan penyaliban-Nya dibawa-Nya dalam doa di Taman Getsemani. Jika Saudara memiliki pergumulan apapun, tuliskan di bawah ini, dan apa yang ingin Allah perbuat bagi Saudara. Ingatlah, setelah menuliskannya bawalah seluruh pergumulan Saudara tersebut dalam doa kepada-Nya. 68 Bersekutu Dengan Tuhan Hari ke-4: Bawa rencana kehidupan dan pelayanan Anda dalam doa. Mungkin selama ini, Anda sudah merencanakan, mempersiapkan dan merancang dengan sangat baik untuk setiap jadwal kegiatan kehidupan dan pelayanan Anda. Sudah cukup banyak waktu dipakai untuk mempersiapkan segala hal, tapi sedikit waktu yang Anda pakai untuk membawanya dalam doa. Sekarang tuliskan dengan kalimat singkat program atau pelayanan Saudara, dan gunakan banyak waktu untuk menyerahkan kepada Allah dalam doa. Bersekutu Dengan Tuhan 69 Hari ke-5: Turut dalam komunitas doa. Salah satu pendorong semangat berdoa adalah adanya saudara-saudara seiman lain yang bersama-sama turut dalam persekutuan doa. Bertekadlah mulai ikut menghadiri secara aktif dan rutin dan tuliskan tekad Anda di bawah ini bahwa Anda segera akan mengikuti persekutuan doa di gereja, sehingga memberi motivasi dan sekaligus informasi pokok-pokok doa tambahan yang perlu Anda doakan dalam doa pribadi. 70 Bersekutu Dengan Tuhan Hari ke-6: Waktu yang paling tepat untuk mulai memiliki kebiasaan yang baik untuk berdoa adalah “sekarang”. Oleh karena itu, mulailah membuat jurnal doa harian Anda seperti contoh di bawah ini. Buatlah model seperti contoh di buku atau lembaran, dan biasakan melakukan hal ini bersamaan dalam saat teduh harian dan doa harian Anda. Hari: ______________ Tanggal: __________________ Bacaan firman Tuhan: _______________________________ Pesan Allah kepada saya hari ini: Janji dari Allah: Perintah yang harus ditaati: Bagaimana penerapannya dalam kehidupan saya: Pokok Doa hari ini: Bersekutu Dengan Tuhan 71 bab 6 MendengarKAN tuhan “Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Yesaya 50:4b) B anyak orang Kristen tidak merasa kesulitan untuk berbicara kepada Tuhan, tapi tidak pernah berpikir untuk mendengarkan Tuhan. Kita bisa bicara kepada-Nya tetapi tidak pernah berpikir bahwa Dia bisa membalas bicara kepada kita. Kita bisa membayangkan Tuhan memberikan kekuatan, menolong sehingga ‘semua lancar’, tapi tidak bicara, menegur, mengingatkan, dan menuntun. Padahal kalau Tuhan adalah Allah yang hidup, yang tidak pernah meninggalkan kita, yang berelasi dengan kita, bagaimana mungkin kita mengharapkan Dia berdiam diri? Dallas Willard menuliskannya dengan baik sekali: “Sulit dipercaya bahwa dua pribadi yang berelasi begitu intim…tidak berbicara dengan eksplisit satu sama lain. Roh yang tinggal di dalam kita tidak bisu, membatasi diriNya hanya kadang-kadang memberikan sentuhan, perasaan hangat, gambaran yang luar biasa atau situasi yang membuat merinding…Bagaimana mungkin ada relasi pribadi, perjalanan yang pribadi dengan Allah – atau dengan siapa saja – tanpa komunikasi yang pribadi?” A. Pendahuluan Mendengarkan Tuhan? Bagaimana caranya? Atau lebih tepat, dengan Dallas Willard, Hearing God: Developing a Conversational Relationship With God (Downers Grove, IVP, 1999), 22. Mendengarkan Tuhan 73 cara apa Tuhan berbicara? Apakah hanya melalui Alkitab atau juga melalui cara yang lebih pribadi? Apakah terdengar jelas atau hanya berupa suara di hati? Kalau hanya suara di hati, bagaimana kita tahu bahwa itu adalah Tuhan yang berbicara? B. Tuhan Berbicara Alkitab tidak pernah menceritakan tentang Tuhan yang ‘bisu’. Dalam Perjanjian Lama, Allah aktif berbicara kepada umat Israel dan Dia campur tangan dalam kehidupan mereka terus-menerus. Demikian pula di dalam Perjanjian Baru, Tuhan tidak berhenti bicara kepada umat-Nya setelah Yesus naik ke surga, sebaliknya Ia terus berbicara, membimbing, aktif terlibat dalam kehidupan umat-Nya. Umat Tuhan begitu intim dengan Tuhan, berbicara kepada-Nya dan mendengar Dia. Pertanyaannya adalah apakah Tuhan menawarkan keintiman yang sama kepada kita di zaman sekarang ini? Sebagian orang berpikir bahwa sejak Alkitab selesai dituliskan, Tuhan hanya berbicara kepada umat-Nya melalui Alkitab dan tidak lagi secara pribadi. Suara Tuhan adalah melalui Alkitab dan yang harus kita lakukan adalah mempelajarinya sebaik-baiknya dan menerapkannya dalam hidup kita. Itulah bimbingan Tuhan. Tapi tidak pernah Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan berhenti berbicara kepada umatNya setelah Alkitab selesai dituliskan. Surat Yakobus bahkan mengajarkan orang Kristen untuk meminta hikmat atau bimbingan Tuhan secara pribadi ketika menghadapi berbagai pencobaan: “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5). Dan jelas surat Yakobus tidak bermaksud mengatakan bahwa bimbingan itu hanya berlaku bagi mereka di zaman itu. 74 Mendengarkan Tuhan Ada dua hal yang perlu kita perhatikan disini: Pertama, Tuhan memang berbicara melalui Alkitab. Tetapi Alkitab bukanlah sekedar kitab sejarah, cerita tentang orang-orang masa lalu yang sudah meninggal, cerita tentang bagaimana dulu Tuhan berhubungan dengan mereka. Tidak! Kesalahan banyak orang Kristen adalah membaca Alkitab seperti buku yang mati dan seolah-olah Tuhan juga adalah Tuhan yang mati yang hanya menitipkan pesan kepada kita di dalam Alkitab! Padahal Alkitab adalah firman Tuhan yang hidup kepada manusia yang hidup. Alkitab juga adalah kata-kata Tuhan yang hidup untuk kita yang hidup hari ini di zaman ini. Maka membaca Alkitab bukan mencari prinsip hidup, prinsip moralitas atau kata-kata mutiara, tetapi mencari apa yang Tuhan ajarkan, nyatakan, tunjukkan kepada kita di masa kini. Bukan berarti kita bisa sesuka kita menafsirkan Alkitab sesuai situasi yang kita hadapi hari ini. Alkitab mencatat isi hati dan tindakan yang Allah nyatakan kepada orang di masa lampau. Kita harus mempelajari Alkitab dengan benar, apa yang dimaksudkan Tuhan di masa lampau itu. Tetapi langkah berikutnya adalah apa yang ingin dikatakan oleh Tuhan yang sama, Tuhan yang hidup itu kepada kita melalui semua kalimat, cerita, dan penyataan itu kepada kita. Satu contoh praktis adalah tentang saat teduh. ‘Saat teduh’ adalah istilah yang dipakai orang Kristen untuk menyebut waktu khusus untuk membaca Alkitab dan berdoa. Tidak jelas siapa yang pertama kali mengeluarkan istilah ini, tetapi istilah yang dia pakai sangat menarik. Dia tidak menyebutnya sebagai ‘saat membaca Alkitab’ atau ‘saat berdoa’ tetapi ‘saat teduh’. Sebuah waktu yang dipakai untuk teduh, tenang, dan menemukan kedamaian. Kita tahu isinya adalah membaca Alkitab dan berdoa, tetapi penekanannya adalah pada keteduhan yang kita temukan waktu membaca Alkitab dan berdoa. Bagaimana pun bagusnya, istilah itu sudah menjadi ‘istilah teknis’ untuk menunjuk suatu kegiatan. Dan celakanya kegiatan yang kita maksud biasanya adalah: membaca artikel dari buku renungan harian Mendengarkan Tuhan 75 (baik lewat buku ataupun online)! Kita bisa lakukan itu sambil duduk di bis, atau sambil membaca di handphone atau komputer kita. Maka kalau kita ditanya, “Apakah sudah bersaat teduh?”, asalkan kita sudah membaca artikel itu, kita akan berkata “Sudah!” Saat teduh isinya adalah membaca Alkitab dan berdoa. Lebih dalam lagi, saat teduh adalah waktu khusus dengan Tuhan. Kita berbicara kepada-Nya dan mendengar suara-Nya. Kita bersekutu dengan Dia. Mengapa lalu ini diganti dengan membaca artikel renungan? Membaca buku renungan di bis atau artikel renungan online tidak salah. Tetapi benarkah kita menemukan keteduhan? Merasakan duduk diam, tenang, mencari wajah Tuhan, mendengarkan Dia berbicara dan menerima damai-Nya? Benarkah itu adalah saat yang T-E-D-U-H bagi kita? Cara kita membaca Alkitab menunjukkan apakah kita percaya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang hidup atau tidak. Kedua, Roh Kudus bisa memberikan bimbingan, teguran, penghiburan kepada kita secara pribadi. Cerita-cerita di bawah ini banyak kita dengar dialami oleh orang Kristen sebagai cara Tuhan berbicara kepada kita: • Seorang anak remaja berada di tengah keluarga dan lingkungan yang tidak mungkin mengizinkan dia untuk percaya kepada Kristus. Beberapa kali dia bertemu dengan orang Kristen, mendengar tentang Kristus, tapi tidak percaya. Suatu malam dia melihat tanda salib dan dia percaya. • Seorang ibu terbangun di suatu malam karena mimpi buruk. Di dalam mimpi itu ia melihat salah seorang saudaranya mengalami kecelakaan. Dia segera duduk dan berdoa untuk saudaranya itu. Keesokan paginya dia mendapat berita bahwa saudaranya yang dia doakan itu hampir mengalami kecelakaan fatal malam itu tapi berhasil lolos. Dan kejadiannya adalah tepat pada jam dia terbangun malam itu. • Seorang Kristen yang sangat marah kepada temannya berdoa kepada Tuhan. Di dalam doanya dengan marah dia menceritakan kepada Tuhan apa yang dilakukan teman itu kepadanya dan betapa salah76 Mendengarkan Tuhan nya temannya itu. Sebelum selesai berdoa, dia sadar Tuhan berkata: “Apakah kamu berhak marah seperti ini? Apakah kamu tidak pernah berbuat salah kepada orang lain? Kalaupun dia salah, mengapa kamu tidak ampuni dia?” Dan dia menutup doanya dengan meminta ampun. • Seorang bapak memberi nasihat kepada temannya tentang hubungan suami dan istri yang baik. Tanpa tahu mengapa, salah satu nasihat yang dia berikan kepada temannya itu terngiang terus di telinganya sendiri! Dan karena itu dia memperbaiki hubungannya dengan istrinya. Ada banyak sekali kisah-kisah seperti di atas. Tuhan bukan saja berbicara melalui apa yang tertulis di dalam Alkitab tapi juga secara spesifik kepada kita di dalam situasi kita. Tetapi kita harus ingat bahwa Tuhan tidak akan menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan Alkitab. Tuhan tidak pernah berubah pikiran. Maka bimbingan, teguran ataupun penghiburan yang Dia nyatakan tidak akan bertentangan dengan apa yang Dia katakan di dalam Alkitab. Alkitab berkata, “…janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah…” (1 Yohanes 4:1). Karena banyak suara di dunia ini yang bicara kepada kita, kita harus menguji apakah suara itu berasal dari Tuhan atau bukan. Tidak ada patokan yang pasti. Tetapi mungkin beberapa hal yang harus kita perhatikan adalah: Apakah isinya sesuai dengan Firman yang tertulis – Alkitab kita, atau sesuai dengan prinsip kebenaran Alkitab? Kadang-kadang dalam situasi tertentu, ada orang yang mengatakan “Tuhan memberitahukan saya bahwa saya harus melakukan ini dan itu” atau “Tuhan berkata kamu harus lakukan ini dan itu”. Jangan cepat percaya dan jangan cepat tidak percaya. Tapi ujilah dahulu. Setiap berita harus sesuai dengan Alkitab. Kalau Tuhan bicara melalui dia untuk kita, Dia akan memberikan keyakinan yang sama dalam hati kita jika kita juga mencari kehendak-Nya dengan jujur. Kalau berita itu adalah untuk komunitas, maka pasti berita itu akan dikonfirmasi oleh orangMendengarkan Tuhan 77 orang lain dalam komunitas itu (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 15:28). Seorang teolog memberikan peringatan yang sangat baik bahwa salah satu hal yang harus kita ingat adalah: “Sebagai anak-anak Tuhan, kita cukup penting bagi Tuhan untuk Dia mau bicara kepada kita, tetapi karena Tuhan bicara kepada kita bukan berarti kita lebih penting dari orang lain”. Tuhan bisa dan akan bicara kepada setiap anak-anak-Nya yang mau mendengar. Maka tidak ada orang yang boleh mengklaim bahwa dia “punya karunia khusus” mendengar Tuhan berbicara karena Tuhan bisa berbicara kepada setiap orang. Dan di sinilah masalahnya. Kalau Tuhan terus bicara kepada kita, maka masalahnya sebetulnya adalah apakah kita mendengarkan Dia? Tuhan tentu bisa memaksa kita untuk mendengar Dia. Dia bisa pegang bahu kita dan mengguncang-guncangkannya sampai kita mau mendengar Dia. Tetapi Tuhan seringkali tidak selalu memilih cara itu, karena Dia berdaulat memilih bicara dengan cara-Nya sendiri. Kita tidak mendengar Tuhan berbicara, tidak mengindikasikan bahwa Tuhan tidak berbicara kepada kita, melainkan karena kita memang tidak mempunyai keinginan atau kerinduan mendengarkan Dia. Kadang Tuhan memang “mengguncang-guncang bahu kita”, seperti yang dialami oleh orang Israel. Tetapi anehnya itu pun tidak membuat mereka memperhatikan Dia. Nabi-nabi sudah dikirim, tanda dan mujizat besar sudah diberikan, mereka tetap tidak menanggap. Sampai akhirnya Tuhan “mengguncang bahu” mereka dengan sangat mengerikan dengan membuang mereka ke Babel, barulah mereka memperhatikannya. Saulus “diguncang” Tuhan sampai menjadi buta, baru mau mendengar. Sebagian dari kita pun mungkin pernah “diguncang” Tuhan dengan keras sampai menjadi percaya. Tetapi setelah kita menjadi percaya, mengapa Tuhan harus “mengguncang-guncang bahu” kita lagi? Mengapa kita tidak membiarkan Dia bicara kepada kita dengan lem Klaus Issler, Wasting Time With God: A Christian Spirituality of Friendship With God (Downer Grove: IVP, 2001), 179. 78 Mendengarkan Tuhan but? Mengapa kita tidak mendengarkan apa yang Dia katakan dengan penuh kasih? Kita harus memiliki hati mau dan rindu mendengarkan Tuhan dan mau melakukan kehendak Tuhan Terakhir, paling tidak ada dua hal yang diajarkan oleh Yesaya untuk mendengar Tuhan: Pertama, ia berkata, “Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak akan memberontak, tidak berpaling ke belakang.” (Yesaya 50:4-5). Ia menekankan sesuatu yang regular, terus menerus, ‘setiap pagi’ Tuhan mempertajam pendengarannya untuk mendengar seperti seorang murid. Jika kita membiasakan diri mencari Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, telinga hati kita akan makin terbiasa mendengar Dia. Tapi kalau kita hanya mencari petunjuk Tuhan ketika kita sedang putus asa atau ketakutan, maka tidak heran kita tidak pernah peka mendengar suara-Nya dalam hidup kita. Kedua, syarat lain yang secara eksplisit disebutkan oleh Yesaya adalah melakukan tindakan kasih kepada mereka yang membutuhkan. Ia berkata, “apabila engkau melihat orang yang telanjang, …memberi dia pakaian…pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab,…apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kau inginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas… TUHAN akan menuntun engkau senantiasa…” (Yesaya 58:7-11). Tuhan memberikan bimbingan-Nya kepada mereka yang mengasihi Dia dan mengasihi sesama (dua hal yang tidak bisa dipisahkan). C. Kesimpulan Di satu sisi, Tuhan berbicara. Di sisi lain, kita mendengar. Sepertinya sederhana dan sangat alami sekali, ada yang berbicara dan ada yang mendengar. Tapi dalam kenyataannya tidak semudah itu karena kita seringkali tidak mau mendengar Tuhan, tidak memberi kesempatan untuk Dia berbicara, dan tidak membuka hati untuk mau menerima suaraMendengarkan Tuhan 79 Nya. Kesulitan kita juga berhubungan dengan bagaimana membedakan mana suara Tuhan dan mana yang bukan. Kesulitan ini tidak boleh membuat kita menutup kemungkinan bahwa Tuhan berbicara kepada kita. Alkitab, firman Tuhan yang tertulis, adalah standar kita untuk menilai mana yang dari Tuhan dan mana yang bukan. Akhirnya, Tuhan menawarkan keintiman yang sama kepada kita seperti kepada tokoh-tokoh iman yang kita baca kisah-Nya di dalam Alkitab. Rindukah kita mengalami itu? 80 Mendengarkan Tuhan Jurnal Kehidupan (Bacalah dan lakukanlah setiap hal yang ditulis di bawah ini mulai dari pagi hari. Pada malam hari, tuliskan pengalaman Anda secara singkat.) Hari ke-1: Ingat-ingat perkataan firman Tuhan. Bacalah satu bagian Alkitab. Cobalah mengerti artinya dengan jelas, baca berulang-ulang, baca bagian sebelumnya dan sesudahnya. Lalu coba renungkan apa yang Tuhan ingin katakan kepada Anda melalui bagian itu. Sepanjang hari ini, ingat-ingat terus apa yang sudah Tuhan sampaikan itu. Mendengarkan Tuhan 81 Hari ke-2: Peka kepada suara Tuhan melalui orang lain. Hari ini cobalah untuk melatih diri peka mendengar suara Tuhan melalui orang lain. Apa yang Anda dengar hari ini, apa yang orang lain katakan kepada Anda hari ini, mungkin menjadi bimbingan Tuhan untuk menuntun Anda atau untuk Anda memikirkan sesuatu. 82 Mendengarkan Tuhan Hari ke-3: Mengenal lebih dalam sifat Tuhan. Pikirkanlah satu saja sifat Tuhan yang Anda ingin renungkan, misalnya: kasih, adil, berkuasa, atau yang lainnya. Berdoalah minta Tuhan tolong supaya hari ini Anda mengenal sifat itu lebih dalam. Sepanjang hari ini, pikirkan terus sifat Tuhan itu, dan lihat bagaimana Tuhan membimbing Anda mengenalnya melalui berbagai hal yang terjadi hari ini. Mendengarkan Tuhan 83 Hari ke-4: Menemukan makna dari sekitar. Kadang Anda keluar rumah, melakukan berbagai kegiatan, kembali ke rumah “tanpa” melihat apa-apa karena serba terburu-buru. Coba perhatikan dengan lebih detail lingkungan sekitar Anda, mungkin bunga di depan rumah, penjual bakmi di seberang jalan, office boy di kantor. Rasakan apa yang muncul dalam hati Anda. 84 Mendengarkan Tuhan Hari ke-5: Melatih bersekutu dengan Allah di dalam keseharian. Alangkah baiknya untuk bicara dan mendengar Tuhan setiap saat. Mari mulai melatih diri dengan lebih sederhana. Hari ini, coba tiga kali mengingat Tuhan, bicara dengan Dia, sejenak diam dan memberi kesempatan Dia bicara. Anda bisa lakukan di pagi hari, siang hari dan malam hari. Setiap kali dengan sungguh-sungguh fokuskan seluruh perhatian pada Tuhan. Mendengarkan Tuhan 85 Hari ke-6: Mengingat orang lain. Hari ini ketika berdoa, dengan tenang minta Tuhan munculkan nama orang yang harus kita doakan. Berdoalah untuk setiap orang yang namanya dimunculkan Tuhan dalam ingatan Anda. Khusus untuk hari ini, tuliskan langsung nama-nama orang itu dan pokok doa Anda untuk dia. 86 Mendengarkan Tuhan bab 7 PERUBAHAN HIDUP “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:1-2) A lkitab menuliskan: ”Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17). Itulah yang terjadi ketika seseorang percaya kepada Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan secara pribadi. Di dalam bahasa Alkitab, hal itu adalah peristiwa lahir baru atau dilahirkan kembali atau regenerasi. Pertanyaannya adalah apakah dilahirkan kembali merupakan hal yang sangat penting bagi seorang manusia? Tuhan Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” (Yohanes 3:3) dan “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.” (Yohanes 3:7) Perubahan Hidup 87 Jadi betapa pentingnya seorang manusia itu dilahirkan kembali, sebab jikalau ia tidak dilahirkan kembali, maka ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Melihat Kerajaan Allah maksudnya adalah mengalami Kerajaan Allah. Sebenarnya perubahan apa yang terjadi ketika seseorang dilahirkan kembali, sebagaimana yang ditulis di dalam 2 Korintus 5:17 yaitu “menjadi ciptaan baru”? Pertama-tama, adalah perubahan secara natur yaitu menerima pengampunan dari seluruh dosa, hati dan pikiran disucikan dari seluruh dosa dan dilepaskan dari kuasa dosa, juga mengalami pembaruan hati dan pikiran; Kedua, perubahan secara status yaitu menjadi anak-anak Allah. Peristiwa kelahiran kembali adalah peristiwa yang satu kali terjadi dan tidak perlu terjadi berkali-kali. Seorang yang sudah dilahirkan kembali disebut sebagai orang Kristen. Sebagai orang Kristen, Allah menghendaki ia bertumbuh di dalam seluruh aspek kehidupannya dan aspek kerohanian memegang peranan yang amat penting di dalam kehidupan seorang Kristen. Oleh karena itu, Allah terus bekerja di dalam diri orang Kristen melalui Roh Kudus untuk memberikan pertumbuhan rohani di dalam diri orang Kristen dan pertumbuhan rohani merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Proses pertumbuhan rohani ini disebut dengan proses sanctification (proses pengudusan). Proses pengudusan bertujuan agar orang Kristen semakin serupa dengan Kristus. Bahan ini hendak menolong kita, sebagai orang Kristen, memahami dan mengalami bagaimana proses pengudusan itu terjadi di dalam kehidupan orang Kristen dan yang kita sebut sebagai transformasi hidup di dalam bahan ini. Transformasi Kehidupan Orang Kristen Roma 12:2 menasehatkan kita sebagai orang Kristen: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu”. Tuhan Yesus tidak pernah bermaksud menyela88 Perubahan Hidup matkan kita untuk masuk ke surga, namun kehidupan kita masih tetap serupa dengan dunia ini. Yang Allah kehendaki dari tindakan penyelamatan-Nya adalah agar orang percaya tidak menjadi serupa dengan dunia ini, melainkan “menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya” (Roma 8:29). Bagaimana orang Kristen tidak menjadi serupa dengan dunia ini adalah dengan menjadi serupa dengan Kristus. Ketika orang Kristen tidak menjadi serupa dengan Kristus, maka ia akan menjadi serupa dengan dunia ini. Jadi bagi orang Kristen hanya ada satu pilihan yaitu mau atau tidak mau menjadi serupa dengan Kristus. Ketika orang Kristen tidak mau menjadi serupa dengan Kristus, maka konsekuensinya adalah ia menjadi serupa dengan dunia ini. Namun ketika orang Kristen mau menjadi serupa dengan Kristus, maka ia harus mau melaksanakan proses menjadi serupa dengan Kristus. Transformasi kehidupan menuju kepada keserupaan dengan Kristus. Bagaimana kita mengerti tentang transformasi kehidupan sebagai orang Kristen? 1. Transformasi ini bersifat terus menerus di dalam kehidupan orang Kristen. 2. Transformasi ini adalah pekerjaan Allah di dalam diri orang Kristen. 3. Transformasi ini adalah perubahan batiniah yang berdampak kepada perilaku yang nyata dari orang Kristen. 4. Transformasi ini menuntut kesediaan orang Kristen menjadi seorang murid Kristus. 1. Transformasi bersifat terus menerus di dalam kehidupan orang Kristen. Kata “berubahlah” di dalam Roma 12:2 menggunakan bentuk waktu sekarang dan terus menerus. Jadi tranformasi kehidupan terjadi seumur hidup kita. Perubahan Hidup 89 2. Transformasi kehidupan adalah pekerjaan Allah di dalam diri orang Kristen. Bagaimanakah ajaran Alkitab secara praktis tentang bagaimana Allah bekerja di dalam diri orang percaya terkait dengan transformasi kehidupan orang percaya? 1. Allah bekerja di dalam diri orang Kristen untuk memiliki kemauan maupun di dalam mengerjakannya. (Filipi 2:13) Ketika seorang Kristen memiliki persekutuan yang baik dengan Tuhan, maka sebenarnya ia sedang mengizinkan Tuhan bekerja di dalam dirinya. Tidak heran ketika orang Kristen memiliki persekutuan yang baik dengan Tuhan, ia memiliki kemauan yang kuat untuk berubah dan juga melayani. Transformasi bukanlah hal yang mudah terjadi pada diri kita, karena pada umumnya secara alamiah transformasi mengganggu kenyamanan kita. Oleh karena itu, transformasi kehidupan merupakan pekerjaan Allah di dalam diri orang Kristen sehingga orang Kristen memiliki kesadaran dan kemauan untuk berubah. 2. Allah bekerja melalui firman-Nya yang penuh kuasa. (Yohanes 15:3; Yohanes 15:7; Ibrani 4:12) Sebagaimana Allah menciptakan segala sesuatu dengan firmanNya demikianlah Ia menjadikan kita ciptaan baru dengan firmanNya. Juga proses transformasi di dalam kehidupan kita juga terjadi melalui firman-Nya. Transformasi kehidupan orang Kristen terjadi ketika orang Kristen tinggal di dalam firman Tuhan yaitu merenungkannya setiap hari dan menjalankan firman Tuhan setiap hari. Melalui firman Tuhan, kehidupan orang Kristen diterangi sehingga orang Kristen dimampukan melihat kebenaran dan kebenaran itulah yang memerdekakan. 3. Allah bekerja melalui gereja-Nya. (Efesus 4:16) Ketika seseorang menjadi seorang Kristen, sesungguhnya ia adalah bagian dari tubuh Kristus atau gereja. Sejak awal Allah mencip90 Perubahan Hidup takan manusia adalah manusia yang rohani dan sosial. Demikian juga ketika Allah menjadikan seseorang manusia yang baru di dalam Kristus, selain Ia menjadikan manusia yang rohani, juga menjadikan manusia itu berada di dalam persekutuan dengan orangorang Kristen lainnya. Allah memakai gereja-Nya bagi transformasi kehidupan dari orang Kristen. Selain melalui pengajaran firman Tuhan yang ada di dalam gereja, persekutuan dengan orang percaya serta pelayanan bersama merupakan cara Allah mengerjakan suatu transformasi di dalam diri setiap orang Kristen. 4. Allah bekerja melalui pengalaman kehidupan orang Kristen. (Ibrani 12:10) Kehidupan orang Kristen merupakan jalur pendidikan yang Allah sediakan bagi setiap orang Kristen. Pergumulan kehidupan merupakan cara Allah mentransformasi orang Kristen. 3. Transformasi kehidupan adalah perubahan batiniah yang berdampak kepada perilaku yang nyata dari orang Kristen. Kata “budi” di dalam Roma 12:2 menunjuk kepada aspek batiniah dari orang Kristen yang menyangkut pikiran, perasaan dan kehendak kita. Di sini kita melihat kaitan yang erat antara kerohanian kita dengan pikiran, perasaan dan kehendak kita. Sebagaimana tertulis di dalam Roma 8:5 “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan halhal yang dari Roh.” Perubahan di dalam pikiran, perasaan dan kehendak kita akan berdampak kepada keputusan dan perilaku kita sehari-hari. Perubahan di dalam pikiran, perasaan dan kehendak kita membuat kita mengenal kehendak Allah. Perubahan Hidup 91 4. Transformasi kehidupan menuntut kesediaan orang Kristen menjadi seorang murid Kristus. Transformasi kehidupan merupakan pekerjaan Allah di dalam diri orang Kristen dan menuntut kesediaan orang Kristen untuk menjadi seorang murid Kristus. Menjadi seorang murid Kristus maksudnya adalah kerelaan untuk belajar mengikuti kehendak Allah. Berarti ia harus rela menyangkal diri dan memikul salibnya setiap hari. Apa dampak dari transformasi kehidupan orang Kristen? a. Kehidupan orang Kristen memuliakan Tuhan dan menjadi kesaksian bagi dunia ini. Kehidupan orang Kristen yang memuliakan Tuhan dan menjadi kesaksian bagi dunia tidak hanya meliputi apa yang dikerjakan, juga terkait dengan orangnya. Atau di dalam bahasa Inggris dikatakan Being dan Doing terkait erat satu sama lainya. Bahkan Being sangat menentukan Doing seseorang. Transformasi terkait dengan Being dan berdampak kepada Doing seseorang. b. Orang Kristen menjadi orang yang efektif di dalam kehidupannya. Kita sadar atau tidak, maka efektifitas kehidupan kita seringkali bukan tergantung kepada hal-hal yang di luar kita, melainkan halhal yang ada di dalam diri kita yaitu pikiran, perasaan dan kehendak kita; kebiasaan-kebiasaan kita. Efektifitas juga bukan sekedar terkait dengan keterampilan seseorang, melainkan juga terkait dengan karakternya. Efektifitas seseorang bukan sekedar bergantung kepada kerja kerasnya, melainkan juga hikmat yang diperlukan untuk memutuskan dan mengerjakan sesuatu. 92 Perubahan Hidup Jurnal Kehidupan Hari ke-1: Satu hal saja. Coba hari ini Anda pikirkan adakah satu hal di dalam diri Anda yang Anda sungguh-sungguh ingin diubahkan oleh Tuhan, karena menurut Anda hal tersebut menghalangi Anda untuk dapat dipakai Tuhan secara efektif di dalam kehidupan sehari-hari. Coba Anda pikirkan apa yang hendak Anda perbuat hari ini terkait dengan hal yang hendak Anda diubahkan. Doakanlah dan serahkan kepada Tuhan dan mohon pertolongan-Nya. Perubahan Hidup 93 Hari ke-2: Harga yang harus dibayar. Anda lanjutkan apa yang telah menjadi tekad Anda kemarin. Hari ini coba Anda pikirkan harga apa yang harus Anda bayar yaitu penyangkalan diri dan salib yang harus Anda pikul karena Anda hendak mengalami perubahan sebagaimana tekad Anda kemarin. Apakah hari ini ada kemungkinan Anda harus belajar menyangkal diri dan memikul salib karena tekad Anda tersebut? Doakan dan mohon Tuhan menguatkan dan menolong Anda. 94 Perubahan Hidup Hari ke-3: Firman Tuhan yang menopang. Terkait dengan tekad Anda, adakah ayat firman Tuhan yang Anda rasa sangat relevan dengan tekad Anda tersebut dan apa janji firman Tuhan yang dapat menguatkan Anda dan menjadi pegangan Anda? Doakan dan mintalah Tuhan selalu mengingatkan firman Tuhan tersebut. Perubahan Hidup 95 Hari ke-4: Saudara seiman sebagai penopang. Terkait dengan tekad Anda, adakah seorang anak Tuhan, yang begitu dekat dengan Anda dan Anda dapat mempercayainya, dimana Anda dapat berbagi tekad Anda itu agar Anda mendapat dukungan dan kekuatan melalui doanya. Atau jika Anda tidak mempunyai orang yang demikian, apakah Anda telah menjadikan gereja sebagai wadah yang kondusif bagi hal yang hendak Anda diubahkan? Apa kenyataannya? Doakan hal ini. 96 Perubahan Hidup Hari ke-5: Menghadapi tantangan. Setelah melalui beberapa hari dengan tekad Anda, coba perhatikan pengalaman kehidupan sehari-hari Anda manakah yang terkait langsung dengan pergumulan Anda baik itu yang bersifat mendukung tekad Anda maupun yang bersifat menyulitkan Anda? Bagaimana hal yang menyulitkan Anda tersebut melatih diri Anda? Perubahan Hidup 97 Hari ke-6: Mengingat berkat Tuhan. Perubahan diri Anda merupakan proses yang berkelanjutan dan tidak berhenti sampai hari ini saja. Hari ini ingat-ingat kembali perjalanan dari tekad Anda, apakah berkat Tuhan bagi Anda? Bersyukurlah hari ini atas segala berkat Tuhan tersebut. 98 Perubahan Hidup bab 8 proses yang BERKELANJUTAN “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.” (2 Petrus 3:18) K ehidupan manusia sejak ia lahir secara fisik sewajarnya harus terus bertumbuh dan berakhir pertumbuhannya pada saat ia meninggal dunia. Namun bagaimana dengan kognitif (akal budi) dan afektif (perasaan) seorang manusia? Seharusnya pertumbuhan fisik manusia disertai dengan pertumbuhan secara kognitif dan afektif. Namun kenyataannya kita menemukan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan kognitif/afektif tidak berlangsung paralel. Hal ini menunjukkan bahwa manusia lebih memperhatikan hal yang bersifat fisik daripada hal yang bersifat batiniah. Demikian juga dengan kerohanian, berapa banyak orang Kristen telah berhenti bertumbuh di dalam kerohaniannya setelah ia dibaptis. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari bahan ini agar kita menyadari dan termotivasi untuk terus bertumbuh di dalam kerohanian kita. A. Bertumbuh adalah Proses Seumur Hidup Ada 2 pesan penting dari 2 Petrus 3:18 tentang pertumbuhan: 1. Bertumbuh itu merupakan tanggung jawab setiap orang. Ketika rasul Petrus menulis bertumbuhlah, maka ia tidak sedang meminta atau memohon, melainkan ia memerintahkan kita untuk bertumbuh secara aktif. Hal ini menggambarkan bahwa pertumbuhan kita adalah tanggung jawab kita. Anda tidak dapat meletakkan tanggung jawab pertumbuhan diri Anda kepada orang lain. Proses Yang Berkelanjutan 99 Bagaimana pun seorang ibu menyediakan makanan yang baik bagi anak-anaknya, maka anak-anaknya mempunyai tanggung jawab untuk memakan makanan yang disediakan agar ia bisa bertumbuh dengan baik. Bagaimana pun orangtua membiayai sekolah anaknya, maka anaknya mempunyai tanggung jawab untuk belajar agar bisa bertumbuh. Anda tidak dapat menyalahkan siapa pun jika Anda tidak bertumbuh dengan baik. 2. Bertumbuh adalah proses terus-menerus seumur hidup. Bertumbuh bukan peristiwa yang sekali-sekali, melainkan peristiwa yang terus menerus dan seumur hidup kita. Bertumbuh juga bukan peristiwa yang terjadi di dalam satu bagian dalam kehidupan kita, melainkan di dalam keseluruhan kehidupan kita. Bertumbuh adalah proses seumur hidup kita. Selama Anda hidup, Anda tidak boleh berhenti bertumbuh. B. Mengapa Anda harus bertumbuh seumur hidup? 1. Pertumbuhan adalah konsekuensi dari kehidupan. Salah satu ciri dari hidup adalah pertumbuhan. Berhenti bertumbuh merupakan awal dari proses kemerosotan kualitas hidup itu sendiri. Pertumbuhan adalah konsekuensi dari hidup. Sebagaimana hal itu terjadi dalam hal jasmani Anda, demikian juga dalam kerohanian Anda. Hal-hal jasmani sudah menjadi perhatian kita, karena perkara jasmani dapat kita lihat dan rasakan seperti kurus atau gemuk, cerah atau lesu, haus atau lapar. Tubuh memberikan sinyal yang kuat kepada kita. Namun tidak demikian dengan kerohanian. Kerohanian kita seringkali tidak memberikan sinyal yang cukup kuat untuk kita menyadari bahwa ia pun harus diperhatikan pertumbuhannya. Sinyal-sinyal krisis kerohanian seringkali kita anggap bukan sebagai krisis kerohanian, sehingga seringkali kita mengabaikan saja dan sepertinya kita tidak mengalami apa-apa. Padahal hampir semua aspek dalam kehidupan kita terkait erat dengan kerohanian seperti sistim nilai kita yang mempengaruhi kita di dalam pengambilan keputusan; falsafah hidup kita; sikap kita terhadap orang lain dan diri kita sendiri; tujuan hidup kita; motif perbuatan-perbuatan kita; semangat 100 Proses Yang Berkelanjutan dan ketekunan kita. 2. Pertumbuhan menjadikan kita bisa berfungsi sesuai dengan maksud Tuhan. Bayi meskipun ia lahir memiliki hidup dan lahir dengan sempurna, namun tetap kita akui bahwa perlengkapan yang ia miliki belum sepenuhnya dapat berfungsi sebagaimana maksud dan tujuan dari perlengkapan yang diberikan itu. Baik matanya, lehernya, mulutnya, tangannya, dan kakinya masih belum berfungsi sebagaimana seharusnya. Melalui proses pertumbuhan, maka semua perlengkapan yang dimilikinya akan berfungsi dan semakin bertumbuh, maka fungsi perlengkapan tubuhnya semakin sesuai dengan maksud dan tujuannya. Pertumbuhan fisik saja tidak memadai, manusia memerlukan pertumbuhan rohani. Pertumbuhan rohani membuat kita dapat berfungsi sebagaimana maksud dan tujuan Tuhan di dalam kehidupan kita. Pada dasarnya tubuh jasmani kita melaksanakan apa yang ada di dalam batin kita dan salah satu yang sangat memberi pengaruh yang amat besar adalah kerohanian kita. Kerohanian kita mempengaruhi cara kita berpikir, perasaan dan emosi kita, juga mempengaruhi kehendak kita. 3. Pertumbuhan adalah proses peremajaan. Kita tidak dapat menyangkali bahwa tubuh kita selalu bertumbuh meski adakalanya tidak dapat kita lihat dengan mata jasmani kita seperti pergantian sel-sel yang mati dengan sel-sel yang baru. Pertumbuhan itu harus terus terjadi agar terjadi peremajaan. Demikian juga dengan kerohanian kita, pertumbuhan rohani memberikan kesegaran di dalam kehidupan kita. Dengan kesegaran itu kita mempunyai kekuatan baru untuk menanggung beban kehidupan ini. 4. Pertumbuhan menjadikan kita sanggup beradaptasi. Salah satu manfaat yang jelas dari pertumbuhan adalah kemampuan beradaptasi. Kemampuan adapatasi adalah kemampuan yang penting bagi manusia. Pertumbuhan baik jasmani maupun rohani membuat kita memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Kegagalan untuk Proses Yang Berkelanjutan 101 beradaptasi banyak menimbulkan permasalahan di dalam kehidupan manusia baik di dalam relasi maupun dengan situasi dan kondisi. Kemampuan adaptasi ini terkait dengan kemampuan memberikan respons yang proporsional terhadap perubahan-perubahan yang dialami. 5. Pertumbuhan memampukan kita mencapai impian atau kerinduan kita. Pertumbuhan juga membuat kita sanggup mencapai impian atau kerinduan kita. Pertumbuhan yang tersendat akan membuat kita kekurangan kemampuan untuk mencapai apa yang menjadi impian dan kerinduan kita. C. Pertumbuhan untuk sebuah sasaran “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” (Roma 8:29) “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” (Filipi 3:10-11) Pertumbuhan seorang percaya bukan tanpa sasaran yang jelas dan bukan tanpa ukuran. Sasaran dan ukuran dari pertumbuhan orang percaya adalah mencapai keserupaan dengan Kristus. Menjadi seorang Kristen yang sejati adalah menjadi seorang yang memiliki goal serupa dengan Kristus dan untuk mencapai goal tersebut harus menjalani proses pertumbuhan seumur hidup. Pertumbuhan rohani seorang Kristen tidak bisa berhenti atau hanya puas seadanya saja. Pertumbuhan rohani yang terhenti bukan hanya tidak bertumbuh, tetapi bisa juga mengalami kemerosotan rohani. 102 Proses Yang Berkelanjutan “Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” (Efesus 4:15) Renungkan sejenak: Coba pikirkan, dalam hal apa saja kita bertumbuh menurut Efesus 4:15? Ke arah siapakah kita bertumbuh terus? D. Karakteristik dari pertumbuhan a. Pertumbuhan adalah proses yang tidak mudah. “Bertumbuhlah terus menerus di dalam kasih karunia . . .” Berbicara bertumbuh di dalam kasih karunia berarti pertumbuhan seorang Kristen adalah melalui pengalaman kehidupan yang dijalaninya. Rasul Paulus mengatakan: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang,” (1 Korintus 15:10a). Di bagian lain Tuhan berkata kepada Rasul Paulus terkait dengan doanya: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Korintus 12:9a). Pertumbuhan seorang Kristen terjadi melalui kehidupan yang tidak mudah. Semakin tidak mudah semakin bergantung kepada Tuhan dan semakin merasakan kasih karunia Allah. Kenyataan dari orang Kristen yang bertumbuh di dalam kasih karunia: 1. Kehidupan penuh dengan rasa syukur dan sukacita. 2. Kehidupan penuh dengan kasih kepada orang lain. 3. Kehidupan penuh pengharapan. 4. Kehidupan penuh dengan antusias. 5. Kehidupan penuh dengan pengampunan. 6. Kehidupan dilakukan dengan yang terbaik. Renungkan sejenak: Apa yang dihasilkan dari pertumbuhan dengan proses yang tidak mudah ini? (Coba baca 2 Korintus 12:9b) Rasul Paulus mengatakan: “Most gladly therefore will I rather glory in my weaknesses, . . .”(ASV). Proses Yang Berkelanjutan 103 b. Pertumbuhan adalah proses mengenal Tuhan. “dan di dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” Kekristenan adalah Kristus. Kristus adalah penyataan Allah. Mengenal Kristus adalah mengenal Allah. Pengenalan kita kepada Tuhan tidak tanpa penyataan Allah. Pengenalan kita kepada Tuhan sejauh penyataan Allah. Roh Kudus menginspirasikan para penulis Alkitab untuk menuliskan firman Tuhan agar kita boleh mengenal Tuhan. Apa kenyataan dari mengenal Tuhan? 1. Mengenal Tuhan nyata dengan memiliki persekutuan kasih dengan Tuhan. 2. Mengenal Tuhan nyata dengan memiliki iman kepada Tuhan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Alkitab. 3. Mengenal Tuhan nyata dengan hidup di dalam jalan-jalan-Nya sebagaimana dinyatakan di dalam firman Tuhan. 4. Mengenal Tuhan nyata dengan mengenal maksud, tujuan dan rencana Tuhan. Rangkuman 1. Kita tidak boleh berhenti bertumbuh di dalam kerohanian kita. 2. Pertumbuhan rohani harus memiliki arah dan tujuan sesuai dengan yang Alkitab paparkan kepada kita. 3. Pertumbuhan rohani terkait dengan pengenalan akan Tuhan dan pengalaman bersama dengan Tuhan. 4. Pertumbuhan rohani menyentuh seluruh aspek di dalam kehidupan kita setiap hari. 104 Proses Yang Berkelanjutan Jurnal Kehidupan Hari ke-1: Kehidupan yang penuh rasa syukur dan sukacita. Apakah kesulitan atau kesusahan Anda hari ini dan bagaimana Anda dapat bersyukur dan bersukacita dengan Anda merenungkan akan kasih karunia Tuhan hari ini atas diri Anda? Proses Yang Berkelanjutan 105 Hari ke-2: Kehidupan penuh dengan kasih kepada orang lain. Nyatakan kasih Anda yang nyata kepada setiap orang yang Anda temui di dalam kehidupan Anda hari ini dan tuliskan kebaikan apa yang telah Anda nyatakan hari ini. 106 Proses Yang Berkelanjutan Hari ke-3: Kehidupan penuh pengharapan. Pengharapan itu nyata melalui opitimisme di dalam Tuhan karena kasih karunia-Nya yang besar dan hal itu nyata melalui ungkapan tutur kata Anda yang positif. Cobalah Anda nyatakan pengharapan itu hari ini di dalam kehidupan Anda melalui tutur kata yang Anda ungkapkan. Coba tuliskan tutur kata Anda yang penuh pengharapan hari ini. Proses Yang Berkelanjutan 107 Hari ke-4: Kehidupan penuh dengan antusias. Setiap orang yang menerima hadiah yang istimewa akan memiliki antusiasme yang tinggi. Kasih karunia Tuhan Yesus itu begitu luar biasa bagi kehidupan Anda bahkan kehidupan Anda itu sendiri adalah kasih karunia. Kenyataan dari Anda begitu menghargai kehidupan Anda yaitu dengan menjalankannya penuh antusiasme. Lakukan setiap aspek kehidupan Anda hari ini dengan antusiasme yang tinggi dan tuliskanlah pengalaman Anda hari ini. 108 Proses Yang Berkelanjutan Hari ke-5: Kehidupan penuh dengan pengampunan. Kehidupan Anda adalah kasih karunia Tuhan bukan karena Anda baik dan benar, namun meskipun Anda tidak baik dan tidak benar. Menyadari kasih karunia Tuhan atas Anda, akan mendorong Anda memiliki hati yang mengerti akan keberadaan orang lain, sehingga Anda rela mengampuni kesalahan orang lain. Hari ini lakukanlah hal itu dan tuliskanlah pengalaman Anda. Proses Yang Berkelanjutan 109 Hari ke-6: Kehidupan dilakukan dengan yang terbaik. Menyadari kasih karunia Tuhan begitu mahal nilainya dan kasih karunia Tuhan itu memampukan Anda di dalam segala kelemahan Anda, maka karena kasih karunia Tuhan itu membuat Anda melakukan yang terbaik di dalam setiap aspek kehidupan Anda. Hari ini lakukan segala sesuatu dengan memberi yang terbaik dan ceritakan bagaimana hari ini Anda telah melakukan yang terbaik. 110 Proses Yang Berkelanjutan