Makalah Seminar Kerja Praktik SATELLITE NEWS GATHERING (SNG) PADA OUT BROADCAST LPP TVRI PUSAT JAKARTA Oleh: Reza Heri Prayogo (L2F007066) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Sejarah komunikasi satelit sebenarnya merupakan perjalanan panjang dengan berbagai percobaan. Sistem komunikasi satelit terus dikembangkan oleh banyak negara sehingga perkembangan teknologi sistem ini dalam aplikasinya mengalami banyak kemajuan. Sistem komunikasi satelit maju pesat setelah dikembangkan orbit Geo Synchronous berdasarkan konsep Arthur Clark, yang membagi bola dunia dengan tiga satelit. Satellite News Gathering (SNG) adalah peralatan yang mentransmisikan sinyal informasi yang bersifat sementara dan tidak tetap dengan menggunakan sistem stasiun bumi uplink yang dapat berpindah-pindah tempat. Dengan kata lain SNG merupakan piranti untuk transmisi satelit yang portable, yang berarti SNG lebih praktis untuk dibawa kemana-mana (mudah berpindah tempat / mobile). Sistem transmisi SNG terdiri dari tiga bagian utama, yaitu sistem uplink, sistem transponder satelit, dan sistem downlink. Dengan menggunakan Satellit News Gathering, siarang langsung televisi dapat ditansmisikan dari lokasi siaran langsung di luar studio ke stasiun televisi pusat agar dapat didistribusikan ke seluruh Indonesia. Kata kunci : Komunikasi satelit, SNG, uplink, downlink I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) adalah merupakan lembaga penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional, mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial. Guna menunjang proses penyampaian berita ataupun siaran langsung LPP TVRI, maka diaplikasikan teknologi Satellite News Gathering (SNG). Pelayanan SNG menjadi jenis pelayanan yang popular diantara yang ditawarkan oleh operator-operator satelit. Pelayanan SNG ini menyediakan kepada para pelanggannya seperti perusahaan TV broadcast untuk memiliki kemampuan yang bergerak (mobile) dalam peliputan program-program outdoor dan siaran langsung TV (acara berita dan olahraga) maupun memanfaatkan fasilitas-fasilitas komunikasi pada kondisi bencana atau darurat. Dalam mengirimkan pelayanan-pelayanan SNG, operator-operator satelit dengan cara sederhana menyediakan stasiun bumi portable atau mobile dengan kemampuan sistem radio, percakapan telepon dan video. Siaran televisi satelit tidak lagi menduduki seluruh bandwidth, tetapi hanya sebagian saja. Sisa dari bandwidth ini digunakan untuk proses pengiriman berita (gambar dan suara) dalam format digital dari stasiun uplink remote (misalnya stasiun flyaway/OB-van) ke stasiun utama (downlink). 1.2 Tujuan Tujuan dilakukan kerja praktik ini adalah: 1. Mengetahui sistem dan lingkungan kerja penyiaran pertelevisian di LPP TVRI (Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia) Pusat Senayan, Jakarta. 2. Mengetahui perangkat-perangkat yang digunakan pada stasiun pemancar LPP TVRI Stasiun Pusat Senayan, Jakarta. 3. Memberikan gambaran yang jelas tentang SNG (Satellite News Gathering) dalam menunjang liputan siaran-siaran langsung dari luar studio (Outside Broadcast Program) LPP TVRI pusat Jakarta. 1.3 Pembatasan Masalah 1. Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, pembahasan hanya dibatasi pada masalah sistem transmisi pada bagian Jaringan Transmisi, khususnya pembahasan tentang Satellite News Gathering (SNG) dan tidak membahas sistem pengaturan satelit. 2. Hanya dijelaskan bagian hardware dan sistem transmisi Satellite News Gathering (SNG) secara umum. Tidak dibahas secara mendetail tiap blok II. SISTEM KOMUNIKASI SATELIT 2.1 Sistem Komunikasi Satelit Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Kebanyakan satelit komunikasi menggunakan orbit geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun beberapa tipe terbaru menggunakan satelit pengorbit Bumi rendah. Menurut tipe orbitnya, satelit di bagi menjadi 3 yaitu : 1. Equatorial-orbit satellite Yaitu tipe orbit yang mengelilingi bumi melalui zona atau garis Khatulistiwa. 2. Inclined-orbit satellite Yaitu tipe orbit yang mengelilingi bumi dengan garis orbit sebesar 45o dari Khatulistiwa. 3. Polar-orbit satellite Yaitu tipe orbit yang mengelilingi bumi melalui garis bujur yang melewati kutub Utara dan Selatan. Gambar 2.1 Orbit Satelit Satelit komunikasi sendiri mempunyai beberapa jenis, yaitu : 1. Low Earth Orbit (LEO) - Satelit tipe LEO berada paling dekat dengan permukaan bumi dengan ketinggian 7502500 Km dari permukaan bumi. - Satelit LEO tidak menempati posisi yang tetap dari permukaan bumi dan hanya mempunyai periode 2 – 2,5 jam. 2. Medium Earth Orbit (MEO) - Mempunyai ketinggian dari permukaan bumi yaitu antara 7500-10000 Km. - Fungsinya hampir sama dengan satelit LEO. - Mempunyai periode yang lebih lama dari satelit LEO yaitu 4,5 - 6 jam. - Mempunyai coverage area yang lebih besar dari satelit LEO. 3. Geo-Stationary Earth Orbit (GEO) - Mempunyai ketinggian dari permukaan bumi yaitu 35.870 Km. - Mengelilingi bumi “selalu” diatas katulistiwa serta dengan kecepatan sudut dan arah orbit yang sama persis atau tepat dengan kecepatan dan arah rotasi bumi. - Berguna untuk sistem komunikasi satelit. - Contohnya yaitu : satelit TelKom-1, PalapaC/D, dan TelKom-2. 4. Molniya Orbit Satellites - Dipakai oleh negara Rusia dalam beberapa dekade belakangan ini. - Mempunyai orbit yang elips. Dan mempunyai periode selama 8 jam. - Dapat berfungsi dengan fungsi yang hampir sama dengan satelit GEO. - Sangat berguna untuk daerah dekat kutub. 5. High Altitude Platform (HAP) - Salah satu gagasan terbaru dalam satelit komunikasi. - Menggunakan balon udara atau pesawat yang terbang dengan ketinggian lebih dari 20 Km dari permukaan bumi yang berfungsi sebagai satelit. - HAP mempunyai coverage area yang sangat kecil tetapi mempunyai sinyal yang sangat kuat. Orbit satelit yang digunakan dalam sistem komunikasi satelit adalah GeoStationary Orbit. Orbit geostasioner dipopulerkan pertama kali oleh penulis fiksi ilmiah Arthur C. Clarke pada tahun 1945 sebagai orbit yang berguna untuk satelit komunikasi. Oleh karena itu, orbit ini kadang disebut sebagai orbit Clarke. Dikenal pula istilah Clarke Belt. Satelit komunikasi Geostasioner mengelilingi bumi “selalu” diatas katulistiwa berjarak sekitar 35.870 Km dari bumi, serta dengan kecepatan sudut dan arah orbit yang sama persis atau tepat dengan kecepatan dan arah rotasi bumi. Sebutan Satelit “Geo-Synchronous” dikarenakan sifat tersebut diatas. Oleh karenanya, Satelit Komunikasi tersebut bila dipandang dari tempat manapun di Bumi (Indonesia/Asia Tenggara), akan merupakan sebuah titik yang diam, tetap, dan pasti di angkasa raya (khatulistiwa). Komunikasi satelit mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangann, diantaranya adalah sebagai berikut : Keunggulan - Kemampuan siaran yang jernih - Wireless berguna dalam mobile applications - Instalasi yang cepat - Mampu melewati daerah yang kontur permukaannya berbukit-bukit Kelemahan - Faktor jarak yang jauh dari permukaan bumi untuk Geo-stasioner, maka ada waktu tunda maksimal 250 ms. - Bandwidth terbatas - Terdapat losses dan noise (error rate) - Banyak gangguan Penempatan band frekuensinya sendiri dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Band frekuensi komunikasi satelit Band Downlink Uplink L/S 1.610 to 1.625 GHz 2.483 to 2.50 GHz C 3.7 to 4.2 GHz 5.925 to 6.425 GHz Ku 11.7 to 12.2 GHz 14.0 to 14.5 GHz Ka 17.7 to 21.7 GHz 27.5 to 30.5 GHz Gambar 2.2 Orbit satelit komunikasi Dibawah ini merupakan beberapa model dari satelit geostasioner dan pembagian blok berbagai jenis satelit Geostasioner di atas Asia Tenggara : PALAPA B-Series InTe lSa t 3 InTelSa t 4 InTelSa t 4 A PALAPA C -Se rie s InTelSa t 5 Gambar 2.3 Model dari satelit geostasioner 2.2 Perangkat Stasiun Pemancar TVRI Jakarta 2.2.1 Pemancar VHF Pemancar VHF adalah perangkat pemancar yang memanfaatkan frekuensi VHF untuk keperluan transmisi sinyalnya. Terhubung dengan antena pemancar agar dapat memancarkan siaran TVRI ke masayrakat. Beroperasi pada Channel 6 VHF pada alokasi frekuensi 188 MHz - 195 MHz (siaran nasional) sedangkan Channel 8 VHF pada alokasi frekuensi 202 MHz -209 MHz (siaran lokal Jakarta).Masing-masing pemancar menggunakan daya 20 KW. Uplink downlink Gambar 2.6 Uplink dan Downlink Gambar 2.4 Pemancar VHF NEC TVRI Stasiun Jakarta 2.2.2 Microwave Link Merupakan perangkat yang memanfaatkan gelombang microwave sebagai media transmisi. Digunakan untuk keperluan transmisi satu arah / unidirectional yang bersifat point to point. Transmisi dengan memanfaatkan microwave link adalah transmisi yang bersifat freespace loss/ bebas halangan. 2.2.4 SNG (Satellite News Gathering) Merupakan perangkat yang memanfaatkan gelombang microwave sebagai media transmisi. Memiliki prinsip kerja yang sama dengan prinsip kerja Up-Link. Dengan memancarkan sinyal ke satelit kemudian diumpankan ke stasiun penerima. Digunakan untuk keperluan transmisi lapangan (siaran langsung dari lapangan/ Outside Broadcast). Biasanya SNG sudah terintegrasi menjadi satu dengan OB-VAN, namun juga ada yang terpisah (jenis Fly Away), sehingga membutuhkan proses perakitan secara manual dan memakan waktu. Gambar 2.5 Microwave link Biasanya digunakan untuk transmisi jarak dekat antar dua stasiun pemancar, misalnya dari pemancar TVRI Stasiun Pusat – Senayan , Jakarta menuju stasiun pemancar daerah ( TVRI Stasiun Pusat – Senayan , Jakarta ke TVRI Satuan Transmisi Gunung Tela di Bogor). 2.2.3 Uplink & Downlink Merupakan perangkat yang memanfaatkan gelombang microwave sebagai media transmisi. Digunakan untuk mentransmisikan program siaran televisi dari TVRI Stasiun Pusat, Jakarta ke seluruh TVRI Stasiun Daerah di seluruh Indonesia melalui satelit Palapa D (Indosat). Perangkat ini digunakan untuk mengatasi adanya hambatan / obstacle pada jalur transmisi yang tidak bisa ditangani dengan perangkat transmisi point to point biasa seperti microwave link serta untuk transmisi jarak jauh, membutuhkan sebuah pengumpan berupa satelit sebagai repeater sinyal agar dapat dipancarkan ke stasiun penerima. Gambar 2.7 SNG (Satellite News Gathering) jenis Fly Away III. SATELLITE NEWS GATHERING (SNG) Satellite News Gathering (SNG) adalah peralatan yang mentransmisikan sinyal informasi yang bersifat sementara dan tidak tetap dengan menggunakan sistem stasiun bumi uplink yang dapat berpindah-pindah tempat. Dengan kata lain SNG merupakan piranti untuk transmisi satelit yang portable, yang berarti SNG lebih praktis untuk dibawa kemana-mana (mudah berpindah tempat / mobile). Sistem transmisi SNG terdiri dari tiga bagian utama, yaitu sistem uplink, sistem transponder satelit, dan sistem downlink. Pola kerja dari sistem SNG dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3.1 Proses program siaran langsung 3.1 Sistem Uplink SNG Sistem uplink ini menggunakan kendaraan OB-Van atau sistem pengangkut lainnya untuk membawa perangkat uplink. Di dalam kendaraan OB-Van, terdapat perangkat SNG yang berupa Encoder with L-Band Modulator, Block Up Converter (BUC)/Solid State Power Amplifiers (SSPA), dan Gigasat Flyaway Antenna. Gambar perangkat SNG dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 3.2 Blok diagram uplink SNG 2. Block Up Converter (BUC)/Solid State Power Amplifiers (SSPA) Block Up Converter berguna untuk merubah frekuensi Intermediate Frekuensi (IF) output audio/video modulator dan menaikkan frekuensinya menjadi gelombang C-band untuk selanjutnya diteruskan ke transponder satelit Telkom-1. Sedangkan SSPA merupakan penguat yang sifatnya mengurangi noise dan memperkuat sinyal yang dipancarkan atau menaikan power untuk sampai ke satelit. SSPA berfungsi untuk menguatkan daya sinyal RF dari up converter sehingga memiliki daya yang cukup untuk dipancarkan kearah satelit. Berikut merupakan tampilan alat dari Block Up Converter (BUC)/Solid State Power Amplifiers (SSPA) : Gambar 3.4 BUC/SSPA 3. Gigasat Flyaway Antenna Antena merupaka bagian penting dalam sistem komunikasi satelit yang berfungsi untuk memancarkan sinyal uplink ke satelit. Pada sistem transmisi SNG yang dipakai LPP TVRI menggunakan sistem antena ‘Gigasat FA-180’ yang berdiameter 1,8 m dengan konfigurasi Prime Focus. Berikut tampilan dari Gigasat Flyaway Antenna : 1. Encoder with L-band Modulator Dalam bagian ini, oleh encoder sinyal audio/video analog diubah menjadi sinyal digital dan keluaran dari Encoder with L-band Modulator adalah sinyal L-band yang kemudian akan diteruskan ke Solid State Amplifiers (SSPA). Berikut merupakan tampilan alat dari Encoder with L-band Modulator : Gambar 3.5 Gigasat Flyaway Antenna Gambar 3.3 Encoder with L-band Modulator 3.2 Sistem Transponder Satelit Sebuah satelit biasanya terdiri dari beberapa transponder. Transponder adalah peralatan yang berfungsi untuk menerima sinyal, memperkuat frekuensi, dan memancarkan ulang sinyal tersebut. Keunggulan utama satelit adalah memiliki kemampuan untuk menyatukan kanalkanal telepon dan televisi (audio/video) secara bersama-sama. Hal ini disebabkan kemampuan bandwidth yang lebar pada frekuensi-frekuensi yang dimilikinya. Untuk C-band, satelit Telkom 1 memiliki 36 buah transponder yang terdiri dari 24 transponder standar dengan banwidth 36 MHz dan 12 transponder extended. LPP TVRI menggunakan bandwidth transponder sebesar 9 MHz. Untuk transponder C-band, dibagi dalam alokasi frekuensi sebagai berikut: Tabel 3.1 Alokasi frekuensi C-band Jenis Frekuensi Rentang Frekuensi Keterangan Komunikasi Satelit 3,4 – 7 GHz - Uplink 5,9 – 6,4 GHz Standar C-band biasa Downlink 3,7 – 4,2 GHz Downlink 3,4 – 3,7 GHz Standar C-band biasa Standar extended Cband Dalam satu transponder memiliki bandwidth 40 MHz dengan 4 MHz guard band, 2 MHz dikiri dan 2 MHz dikanan. Jadi bandwidth efektif yang dapat digunakan yaitu 36 MHz. LPP TVRI Pusat Jakarta menyewa transponder satelit Telkom dengan sisa bandwidth 9 MHz sedangkan bandwidth transponder satelit Telkom 1 adalah 36 MHz. 3.3 Sistem Downlink SNG LPP TVRI Sistem downlink merupakan sistem yang berfungsi untuk menerima sinyal audio/video dari sistem uplink SNG melalui transponder satelit ke stasiun utama sebuah perusahaan televisi broadcast. Sistem downlink LPP TVRI menggunakan perangkat downlink yang berupa sebuah perangkat TVRO (Television Receiver Only) yang dilengkapi antena parabola, LNB, dan receiver IRD (Integrated Receiver Decoder). 1. Prinsip Monitoring Stasiun Downlink SNG Untuk sinyal downlink yang diterima antena harus melewati LNB (Low Noise Blok) dan penerima satelit (IRD) terlebih dahulu kemudian baru ke TV monitor. Prinsip kerja monitoring downlink SNG hampir sama dengan sistem TVRO yang biasa digunakan masyarakat untuk menangkap siaran TV satelit. Sistem TVRO terdiri dari : 1. Antena parabola 2. Receiver Receiver ini mendapat input dari LNB. LNB merupakan penguat low noise sinyal dari antena, selain itu LNB juga berfungsi untuk memperkuat dan menurunkan frekuensi C-band yang diterima pada saat downlink. 2. Antena Antena TVRO yang digunakan di LPP TVRI berdiameter 5,5 meter dan memiliki efisiensi sekitar 65%. Di lapangan. Penguatan ini dapat berbeda-beda tergantung pada proses pabrikasi dan saat instalasi. 3. Low Noise Block (LNB) LNB merupakan gabungan dari LNA (Low Noise Amplifier) dan frekuensi translator yang mempunyai keluaran L-band, dimana frekuensi input antara 3,7 – 4,2 GHz dan frekuensi output 0,95 – 1,45 GHz untuk polarisasi horizontal dan 1,55 – 2,05 GHz untuk polarisasi vertikal. 4. Receiver IRD Receiver merupakan sebuah perangkat yang digunakan dalam proses downlink yang berfungsi untuk menerima sinyal L-band dan mendemodulasikan serta memberikan keluaran sinyal audio/video dalam bentuk analog maupun digital. Dalam pengoperasian receiver ini perlu dilakukan suatu penyesuaian frekuensi terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar frekuensi kerja dari IRD ini dapat menterjemahkan sinyal frekuensi L-band maupun C-band. IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari uraian tersebut diatas dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya: 1. Menurut Orbitnya, satelit komunikasi di bagi dari beberapa tipe, yaitu Low Earth Orbit (LEO), Medium Earth Orbit (MEO), GeoStationary Orbit (GSO), Molniya Orbit Satellites, dan High Altitude Platform (HAP). 2. Sebutan Satelit “Geo-Synchronous” dikarenakan Satelit Komunikasi tersebut bila dipandang dari tempat manapun di Bumi (Indonesia/Asia Tenggara), akan merupakan sebuah titik yang diam, tetap, dan pasti di angkasa raya (khatulistiwa). 3. Transponder adalah peralatan yang berfungsi untuk menerima sinyal, memperkuat frekuensi, dan memancarkan ulang sinyal tersebut. 4. Satellite News Gathering (SNG) adalah peralatan yang mentransmisikan sinyal informasi yang bersifat sementara dan tidak tetap dengan menggunakan sistem stasiun bumi uplink yang dapat berpindah-pindah tempat. 5. Sistem Satellite News Gathering dapat dibagi menjadi 3 blok utama yaitu Uplink SNG, Satelit Transponder, dan Downlink SNG. [2] Roddy, D., Coolen, John (1986). Komunikasi Elektronika. Jakarta : Erlangga [3] Sheriff, Ray e., Fun Hu, Y. 2001. Mobile Satellite Communication Networks. West Sussex: John Wiley and Sons,ltd. [4] Siregar, Rachman. Pemahaman Tentang Kalkulasi Link Komunikasi Satelit, Sumatra Utara : Digital Library Universitas Sumatra Utara, 2004. [5] http://www.lyngsat.com [6] http://www.tvri.co.id 4.2 Saran 1. Untuk pemasangan SNG, perlu diperhatikan agar ditempatkan di tempat yang lapang dan tidak terdapat halangan diatasnya seperti dahan pohon, dll. Ini karena bila terdapat halangan akan mengganggu transmisi informasi dari SNG ke Satelit. 2. Bila dalam proses siaran langsung terjadi hujan, maka untuk bagian feedhorn harus ditutupi agar tidak terjadi konsleting. 3. Agar dapat lebih efisien, dapat dipertimbangkan untuk menggunakan SNG yang sudah terintegrasi dalam OB-van, sehingga tidak perlu pemasangan manual. Menyetujui, DAFTAR PUSTAKA [1] Alex Leo. Televisi di Indonesia – TVRI 1962-1972, Jakarta : Metropolitan Press, 1972. BIODATA PENULIS Reza Heri Prayogo (L2F007066) lahir di Cirebon, 3 Desember 1989. Penulis memulai pendidikan di Pelita Ibu Cirebon, SDN Bima Cirebon, SMPN 5 Cirebon, SMAN 4 Cirebon, dan kini penulis sedang melanjutkan pendidikan di Program Reguler S1 Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang. Semarang, Februari 2011 Dosen Pembimbing Yuli Christyono,ST, MT NIP. 19680711997021001