sap hukum perdata - Reza Aidil Fitriansyah

advertisement
SAP HUKUM PERDATA
I.
II.
III.
IV.
PENGANTAR HK PERDATA
Pengertian dan Ruang lingkup hk perdata
Hk perdata dalam arti luas dan sempit
Hk perdata material dan Hk. Perdata formil
HUKUM PERDATA DI INDONESIA
• I. SISTEM HK PERDATA DI INDONESIA
• ASAS-ASAS HK PERDATA
• SEJARAH DAN SISTEMATIKA KUHPERDT/BW
DI INDONESIA
• BUKU I TENTANG ORANG/ Van personnen
• 1.pengertian dan wujud subyek hukum
• 2.wujud subyek hukum
• 3. nama, kewarganegaraan, domisili
•
•
•
•
•
II. Kewenangan berhak dan kecakapan berbuat
1.pengertian kewenangan berhak
2.pasal 2 KUHPerdata
3. pengertian kecakapan berhak
3. akibat hukum ketidakwenangan berhak dan
ketidakcakapan berhak
• 4.handlichting
• 5. curatele, perwalian.
•
•
•
•
•
•
Badan hukum
1. pengertian badan hukum
2. hakikat badan hukum
3. kedudukan badan hukum
4.pengertian domisili
5. catatan sipil
Buku II tentang Benda/ Van zaken
•
•
•
•
•
1. pengantar hukum benda
2. macam-macam benda
3. Buku II setelah UU No. 5 tahun 1960
4. sistem hukum benda
5. perbedaan sistem hukum benda
dengan hukum perikatan
• 6. sepuluh asas hukum benda
•
•
•
•
Hak kebendaan:
1. oengertian hak kebendaan
2. ciri-ciri hak kebendaan
3. hak kebendaan yang memberi
kesenangan dan hak kebendaan yang
memberi jaminan
• 4. cara memperoleh hak kebendaan
• 5. cara memperalihkan hak kebendaan
• Privilegie, hak retentie
• Hak gadai, hak tanggungan, hipotik dan
jaminan fidusia
Buku III tentang perikatan
•
•
•
•
•
•
•
Van verbintenissen
Pengertian perikatan, perjanjian
sumber-sumber perikatan
Pengertian perjanjian
Jenis-jenis perikatan
Syarat sahnya perikatan
Hapusnya perikatan
PENGERTIAN HK PERDATA
• SUBEKTI—hk. Pdt dlm arti luas—semua
hk privat materiil, yaitu segala hukum
pokok yg mengatur kepentingankepentingan perseorangan.
• Sri Sudewi– hk yg mengatur kepentingan
antara warga negara perseorangan yg
satu dg warga negara perseorangan yg
lain.
Pengertian hukum
• Van Apeldorn—hukum adalah suatu gejala dalam
pergaulan hidup yg bergolak terus menerus dalam
keadaan bentur membentur tanpa hentinya dengan
gelaja lainnya.
• Grotius—peraturan tentang perbuatan moral yang
menjamin keadilan
• Mochtar Kusumaatmadja—keseluruhan kaidah-kaidah
serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
manusia dalam masyarakat yang bertujuan memelihara
ketertiban yang meliputi lembaga-lembaga dan prosesproses guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai
kenyataan dalam masyarakat.
hukum
• Peraturan mengenai tingkah laku manusia
dalam pergaulan masyarakat
• Peraturan itu diadakan oleh badan-badan
resmi yang berwajib
• Peraturan itu bersifat memaksa
• Sanksi terhadap pelanggaran peraturan
tersebut secara tegas.
Ciri-ciri hukum
• Ada perintah dan larangan
• Perintah dan larangan harus ditaati oleh
setiap orang
Pembagian hukum
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Menurut sumbernya:
1. hukum UU
2. kebiasaan.
3. traktat
4.Yurisprudensi
Menurut bentuknya:
1. hukum tertulis
2. hukum tidka tertulis
Menuurt tempat berlakunya:
1. hukum nasional
2. hukum internasional
3. hukum asing
4. hukum gereja
•
•
•
•
Menurut waktu berlakunya:
1. ius constitutum
2. ius constituendum
3. hukum alam—hukum yang berlaku
dimana-mana dalam segala waktu dan
untuk segala bangsa di dunia.
•
•
•
•
•
•
Menurut cara mempertahankan dan fungsinya:
1. hukum materiil
2. hukum formil
Menurut sifatnya atau daya kerjanya:
1. hukum memaksa (dwingend recht)
2. hukum mengatur/menambah (aanvulend
recht)
• Menurut isinya:
• 1. hukum publik
• 2. hukum privat
Menurut wiryono prodjodikoro
• Hk perdata—suatu rangkaian hukum
antara orang-orang atau badan hukum
satu sama lain tentang hak dan kewajiban.
• Sudikno mertokusumo—hukum
antarperorangan yg mengatur hak dan
kewajiban perorangan yg satu terhadap yg
lain dalam hubungan keluarga dan
pergaulan masyarakat.
KESIMPULAN
• HUKUM PERDATA—hukum yg mengatur
hubungan hukum antara orang/badan hukum yg
satu dengan orang/badan hukum yg lain dalam
masyarakat dengan menitikberatkan kepada
kepentingan perseorangan.
• Hukum perdata yg mengatur dan menentukan
agar dalam pergaulan masyarakat orang dapat
saling mengetahui dan menghormati hak-hak
dan kewajiban-kewajiban sesamanya, sehingga
kepentingan tiap-tiap orang dapat terjamin dan
terpelihara dengan sebaik-baiknya.
PERBEDAAN HUKUM PERDATA/PRIVAT
DENGAN HK. PIDANA/PUBLIK
• A. hk publik salah satu pihak penguasa sedang hk
perdata kedua belah pihak adalah perseorangan tanpa
menutup kemungkinan salah satu pihak penguasa.
• Hk.publik sifatnya memaksa/dwingent recht—hk perdata
melengkapi/aanvulend recht meskipun ada juga yg
memaksa.
• Tujuan hk publik—melindungi kepentingan umum—hk
perdata—melindungi kepentingan perseorangan/individu
• Hk publik—mengatur hubungan hukum antara negara
dan individu, hk perdata—mengatur hubungan hukum
antar indidvidu
Hukum Perdata dalam arti luas
• Meliputi semua hukum privat materiil , yaitu segala
hukum pokok yg mengatur kepentingan perseorangan.
(peraturan yang ada– dalam KUHPerdata, KUHD, serta
sejumlah undang-undang tambahan (UU pasar modal,
UU tentang PT dsb.)
• Hk perdata dalam arti sempit—hukum perdata
sebagaimana terdapat dalam KUHPerdata.
• Unsur yang terpenting dalam hukum perdata:
• 1. norma peraturan
• 2. sanksi
• 3. mengikat/dapat dipaksakan
Hukum perdata materiil
• Adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hak-hak
dan kewajiban-kewajiban perdata itu sendiri, yaitu
mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap
subyek hukum.
• HUKUM PERDATA FORMIL—menentukan cara
bagaimana menuntut pemenuhan hak-hak materiil atau
mengatur bagaimana tata cara seseorang menuntut
haknya apabila dirugikan orang lain.
• Hukum perdata formil (hukum acara perdata)
mempertahankan hukum perdata materiil, karena hukum
perdata formil berfungsi menerapkan hukum perdata
metariil apabila ada yang melanggar.
HUKUM PERDATA DI INDONESIA
• SISTEM HK PERDATA DI INDONESIA
• BERSIFAT—PLURALISTIS (BERANEKA
RAGAM) KARENA MASING-MASING
GOLONGAN PENDUDUK MEMPUNYAI
HUKUM PERDATA SENDIRI-SENDIRI
KECUALI BIDANG TERTENTU YG
SUDAH DIUNIFIKASI—MISL. HK
PERKAWINAN, HK AGRARIA,
PENGGOLONGAN PENDUDUK
BERDASARTKAN PSL. 163 IS DAN PSL.
131 IS (INDISCHE STAATSREGELING)
• 1. GOL EROPA—semua orang Belanda, semua orang
Eropa lainnya, semua orang Jepang, semua orang yg
berasal dari tempat lain yg dinegaranya tunduk kepada
hukum keluarga yg pada pokoknya berdasarkan asas yg
sama seperti hk Belanda.
• 2. Gol. Bumi Putera—rakyat Indonesia asli,--berlaku
hukum adatnya—dan memberi kemungkinan kepada
golongan Bumi putera secara perseorangan dapat
menghapuskan berlakunya hk adat dg jalan
menundukan dirinya kepada hk perdata Eropa. Mellaui
lembaga Penundukan diri—(Stb 1912 No 12)
• 3. Gol Timur Asing.—semua orang yg bukan gol. Eropa
Hukum perdata Indonesia bersifat
pluralistis
• A. tidak sesuai dg isi UUD 45 Pasal 27 (1)
• Untuk mengatasi hal tersebut, sambil menunggu
terciptanya suatu kodifikasi hukum perdata
nasional, dg ketentuan Pasal II AP—kuhperdata,
KUHD masih tetap berlaku.
• Sema No. 3 tahun 1963—menjadi dasar hukum
bagi hakim dalam hal akan memberlakukan atau
tidak suatu pasal atau ketentuan hukum
perdata, bila hakim berpendapat pasal tsb. Tidak
sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
• Berdasarkan hal tsb—KUHPerdata—tidak lagi
merupakan wetboek tetapi Recht boek.
kesimpulan
• Secara yuridis formal—kedudukan
Kuhperdata/BW tetap sebagai UndangUndang., sebab BW tidak pernah dicabut
dari kedudukannya sebagai UU.
Menurut R. Abdoel Djamali
• HK Perdata di Indonesia terdiri dari:
• 1. HK perdata Adat—hukum ini tidak tertulis dan berlaku
dalam kehidupan masyarakat adat secara turun temurun
serta ditaati.
• Hk Perdata Eropa—berbentuk tertulis dan berlakunya
berdasarkan Pasal II AP. UUD 45.—isinya mengatur
hubungan hk/kepentingan orang-orang Eropa dan
bukan Eropa yg tunduk pada ketentuan tsb.
• Hk perdata yg bersifat nasional—merupakan produk
nasional—yaitu ketentuan hk yg mengatur tentang
kepentingan perorangan yg berlaku untuk seluruh warga
negara Indonesia.( UU No; 1/1974 dan UU No.5 /1960)
SEJARAH BERLAKUNYA
KUHPERDATA DI INDONESIA
• A. Terbentuknya KUHPerdata tidak dapat
dilepaskan dari terbentuknya KUHperdata/BW
Belanda dan Code Civil Perancis.
• Melalui pengumuman Gubernur Jenderal—
Hindia Belanda– tgl 3 desember 1847—
dinyatakan bahwa sejak tgl 1 Mei 1848—
KUHPerdata berlaku di Hindia
Belanda/indonesia.
• Asas konkordansi—KUHPerdata yg berlaku di
Indonesia meneladani KUHPerdata yg berlaku
di Belanda (Pasal 131 IS)
SISTEMATIKA KUHPERDATA.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Kodifikasi—unsur-unsurnya:
1. meliputi bidang hukum tertentu
2. tersusun secara sistimatis
3. memuat materi yang lengkap
4. penerapannya memberikan penyelesaian tuntas.
Sistimatika—susunan yang teratur
Sistimatikan KUHPDT meliputi urutan bentuk-bentuk bagian
terbesar sampai pada bentuk bagian terkecil yaitu:
1. kitab undang-undang tersusun atas buku-buku
2. tiap-tiap buku tersusun dalam bab-bab
3. tiap bab tersusun atas bagian-bagian
4. tiap bagian tersusun atas pasal-pasal
5. tiap pasal tersusun atas ayat-ayat.
Sistematika menurut KUHPerdata
• Sistimatika isi KUHPDT meliputi kelompok materi
berdasarkan sistim fungsional
• Sistim fungsional ada 2 macam:
• 1. menurut pembentuk UU/BW
• 2. menurut ilmu pengetahuan/doktrin
• Menurut pembentuk UU/BW sbb:
• Buku I tentang– orang (Van personen)
• Buku II tentang Benda—Van Zaken
• Buku III tentang Perikatan ==Van Verbintenissen
• Buku IV– tentang bukti dan kedaluwarsa—van bewijs en
verjaring
Menurut doktrin
• 1. tentang orang/personenrecht
• 2. tentang hukum keluarga/familirecht
• 3. tentang hukum harta
kekayaan/vermogensrecht
• 4. tentang pewarisan/erfrecht
•
•
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Di Belanda telah mengadakan rekodifikasi hk perdata, hk dagang
sejak tgl 1 januari 1992—nieuw BW (NBW)—disatukan
KHUPerdata dan KUHD.
Sistimatika NBW menjadi 8 buku:
Buku I—hk orang dan hk keluarga (hk harta kekayaan
perkawinan)
Buku II—badan hukum (aturan umum, persekutuan, perseroan
dan pertanggungjawaban terbatas).
Buku III—hukum harta kekayaan pada umumnya.
Buku IV—hukum waris
Buku V—hukum kebendaan
Buku VI—bagian umum dari hk perjanjian
Buku VII—perjanjian khusus
Buku VIII—hukum pengangkutan.
Pembaharuan HK perdata nasional
• Simposium pembaharuan Hk Perdata nasional
oleh BPHN—th 1981 di yogyakarta:
• A. Bidang hukum keluarga (hk perorangan)
• B. Bidang hukum waris
• C. Bidang hukum benda
• D. Bidang hukum jaminan
• E. Bidang hukum perikatan (umum)
• F. Bidang badan hukum
• G. Bidang perjanjian-perjanjian khusus.
Berlakunya hukum perdata
• Berlaku artinya—diterima dan dilaksanakan.
Berlakunya hukum perdata:
• 1. ketentuan UU
• 2. perjanjian yang dibuat para pihak
• 3. keputusan hakim.
• Realitas keberlakuan—pelaksanaan kewajiban
hukum—yaitu melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan yang ditetapkan oleh
hukum—kewajiban selalu diimbangi dengan
hak.
Akibat berlakunya hukum perdata
• Adanya pelaksanaan, pemenuhan, realisasi
kewajiban hukum perdata, ada 3 (tiga)
kemungkinan hasilnya yaitu:
• 1. tercapai tujuan—apabila kedua pihak
memenuhi kewajiban dan hak bertimbal balik
secara penuh.
• 2.tidak tercapai tujuan—apabila salah satu pihak
tidak memenuhi kewajiban
• 3. terjadi keadaan yang bukan tujuan—kerugian
akibat perbuatan melanggar hukum
(onrechtmatigedaad)
Asas-asas hukum perdata
• Pengantar Hukum Benda
• 1.asas individualitas—dapat menikmati dengan
sepenuhnya dan menguasai sebebas-bebasnya (hak
eigendom) dan dapat melakukan perbuatan hukum,
selain itu juga dapat memiliki hasil, memakai merusak
dan memelihara dsb.---batasan asas tsb.:
• A. hukum tata negara (campur tangan pemerintah
terhadap hak milik
• B.pembatasan dengan ketentuan hukum tetangga
• C. tidak menyalahgunakan hak dan mengganggu
kepentingan orang lain.
• 2. asas kebebasan berkontrak—setiap orang
berhak mengadakan perjanjian apapun juga,
baik yang sudah diatur dalam UU maupun yang
belum (pasal 1338 KUHPerdata ayat 3) asal
perjanjian tersebut tidak bertentangn dengan
UU, ketertiban umum dan kesusilaan (Pasal
1337)
• 3. asas monogami—pasal 3 ayat 2 UU no. 1
tahun 1974
Perkembangan KUHPerdata di
Indonesia
• Hukum perdata Eropa (code civil des Francis)
dikodifikasi tanggal 21 Maret 1804
• Tahun 1807—Code Civil des Francis diundangkan
dengan nama Code Napoleon
• Tahun 1811—Code Napoleon berlaku di Belanda
• KUHPerdata Indonesia berasal dari Hukum Perdata
Belanda, “Burgerlijke Wetboek” (BW) dikodifikasi pada
tanggal 1 Mei 1848.
• Seteleh merdeka—KUHPerdata tetap berlaku—Pasal II
AP UUD 45 “segala badan negara dan peraturan yang
ada masih tetap berlaku selama belum ada peraturan
yang baru menurut UUD ini.
Perubahan yang terjadi pada
KUHPerdata Indonesia
•
•
•
•
•
•
•
Tahun 1960—UU No. 5 tahun 1960 mencabut ketentuan Buku II
KUHPerdata sepanjang mengatur tentang bumi,air, serta kekayaan alam
yang terkandung didalamnya kecuali Hipotik.
SEMA No. 3 tahun 1963 ditujukan—kpd semua Ketua PT dan Ketua PN di
seluruh Indoensia—bahwa MA menganggap tidak berlaku lagi antara lain
pasal-pasal:
1. psl 108 dan 110—wewenang seorang istri untuk melakukan perbuatan
hukum dan mengahadap di pengadilan tanoa izin atau bantuan suaminya
(tidak ada lagi)
Psl 284 ayat 3—pengakuan anak di luar kawin oleh seorang perempuan
Indonesia asli—tidak ada
Psl 1682—harus ada penghibahan dengan akta notaris.
Psl 1579—sewa menyewa pemilik tidak dapat menghentikan penyewaan
dengan alasan akan memakai sendiri, kecuali sudah diperjanjikan
sebelumnya.
Tahun 1974—UU No. 1tahun 1974—mencabut ketentuan pasal 108 tentang
kedudukan wanita tidak cakap bertindak.
Buku I tentang Orang
(Van personen)
• Hukum perorangan—subyek hukum—segala sesuatu yang dapat
menjadi pendukung hak dan kewajiban:terdiri dari:
• 1. orang / natuurlijke person
• 2. badan hukum / recht person
• Yang membatasi kewenangan berhak orang sebagai subyek hukum:
• A. tempat tinggal
• B. umur
• C. nama
• D. perbuatan seseorang
• E. kedudukan/jabatan
• F. jenis kelamin, hal tiada ditempat.
Buku I
•
•
•
•
Wujud subyek hukum:
1. orang (natuurlijke persoon)
2. badan hukum (recht persoon)
Sebagai pendukung/ pelaksana hak dan
kewajiban—berlaku sejak dilahirkan
sampai meninggal dunia, pengecualian
(pasal 2 KUHPerdata—recht fictie) jika:
• A. lahir hidup
• B. ada kepentingan yang menghendaki
• Subyek hukum:
• 1. pendukung hak dan kewajiban (
syahrani)
• 2. pembawa hak dan kewajiban
• 3. segala sesuatu yang dapat memperoleh
hak dan kewajiban dari hukum (sudikno
mertokusumo)
Wujud subyek hukum
• Orang dan badan hukum—kewenangan
menyandang hak dan kewajiban—
kewenangan menyandang hukum
• Hal-hal yang membatasi kewenangan
hukum:
• Keadaan, tempat tinggal, umur, status,
perbuatan seseorang, kewarganegaraan
Badan hukum
• Badan hukum—subyek hukum ciptaan manusia
pribadi berdasarkan hukum, yang diberi hak dan
kewajiban seperti manusia pribadi.
• Diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban
seperti halnya orang
• Persoon—subyek hak, pendukung hak—orang /
naturlijk persoon) yang meliputi juga badan
hukum (recht persoon)—atau badan pribadi—
purusan kodrat—kedudukan sebagai subyek
hukum karena pemberian oleh hukum—atau
orang yang diciptakan oleh hukum.
Badan hukum/perkumpulan
• KUHperdata memandang “perkumpulan” sebagai suatu
perjanjian—diaturu dalam Buku III KUHPerdata (pasal
1653 s/d 1665)
• Pengaturan itu tidak tepat karena badan hukum
merupakan badan pribadi, maka diatur dalam Buku I.
• Badan hukum—suatu badan yang disamping manusia
perorangan juga dapat bertindak dalam hukum dan
mempunyai hak dan kewajiban, kepentingankepentingan hukum terhadap orang lain atau badan lain.
• Kumpulan dari orang-orang yang bersama-sama
mendirikan suatu badan (perhimpunan) dan kumpulan
harta kekayaan, yang tersendiri untuk tujuan ttt.
• Badan hukum—subyek hukum berarti ia
melakukan perbuatan hukum untuk
mencapai tujuan ttt. Yang dilakukan oleh
para pengurusnya (organ badan hukum)
• Bila menimbulkan kerugian maka dapat
dipertanggungjawabkan (digugat)
sebaliknya juga dapat menggugat pihak
lawan.
Teori badan hukum
• Teori fiksi (Von Savigny)—hanya manusia
yang menjadi subyek hukum, sedang
badan hukum menjadi subyek hukum
hanyalah fiksi—yang sebenarnya tidak
ada tetapi orang menghidupkannya dalam
bayangan.—semata-mata buatan negara,
ada subyek hukum tetapi wujudnya tidak
nyata namun dapat melakukan perbuatanperbuatan hukum (melalui wakilnya).
• Teori organ (otto van gierke)—organ seperti
halnya manusia yg menjelma dalam pergaulan
hukum, yg dapat menyatakan kehendak melalui
alat-alat/ organ/pengurus, anggota)—jadi badan
hukum bukan suatu hak yg abstrak atau ada
dalam anggapan /alam pikiran tetaoi suatu
realita.
• Teori harta kekayaan bertujuan----bdn hukum
merupakan kekayaan yg bukan merupakan
kekayaan perseorangan tetapi terikat tujuan ttt.
Bdn hukum mempunyai pengurus, yg berhak
dapat berkehendak—ambtelijk vermogen
• Teori kekayaan bersama—Planiol dan Molengraaf—apa
yg merupakan hak dan kewajiban badan hukum pada
hakikatnya juga merupakan hak dan kewajiban para
anggota bersama-sama.—makak kekayaan badan
hukum merupakan kekayaan bersama-sama (milik
seluruh anggota)
• Teori kenyataan yuridis—Meijers—Paul Scholten—
badan hukum merupakan kenyataan/realita/konkrit dan
riil yuridis. Hendaknya dalam mempersamakan badan
hukum dengan manusia terbatas sampai pada bidang
hukum saja.
• Teori kekayaan bersama—Planiol dan Molengraaf—apa
yg merupakan hak dan kewajiban badan hukum pada
hakikatnya juga merupakan hak dan kewajiban para
anggota bersama-sama.—makak kekayaan badan
hukum merupakan kekayaan bersama-sama (milik
seluruh anggota)
• Teori kenyataan yuridis—Meijers—Paul Scholten—
badan hukum merupakan kenyataan/realita/konkrit dan
riil yuridis. Hendaknya dalam mempersamakan badan
hukum dengan manusia terbatas sampai pada bidang
hukum saja.
Nama, kewarganegaraan, domisili
• Nama—suatu tanda yang diperlukan untuk
membedakan orang yang satu dengan orang
lain, serta untuk mengetahui apa hak-hak dan
kewajiban-kewajibannya.
• Sebagai tanda diri, identifikasi seseorang
sebagai subyek hukum.
• Untuk mengetahui seseorang itu keturunan
siapa—untuk kepentingan warisan
(kekeluargaan)—Buku I KUHPerdata, pasal 5a
s/d 12.
kewarganegaraan
• --merupakan satu faktor yang
mempengaruhi kewenangan berhak
seseorang (pasal 21 (1) UUPA-hanya WNI
yang dapat mempunyai hak milik.
• Berkaitan dengan:
• Cara memperoleh kewarganegaraan,
hapusnya, hak dan kewajiban WN.
Kewengan berhak dan kecakapan
berbuat
• Pasal 1 s/d 3 KUHPerdata—mengatur ttg
menikmati dan kehilangan hak-hak
keperdataan—hukum perdata mengakui
manusia sebagai orang—diakui sebagai
subyek hukum yaitu pendukung hak dan
kewajiban.
• Kewenangan untuk menjadi pendukung
hak dan kewajiban keperdataan—
kewenangan berhak (subyek hukum).
Kewenangan berhak
(rechtsbevoegd)
• Atau kewenangan hukum—kewenangan untuk
menyandang hak dan kewajiban.
• Setiap subyek hukum—umumnya mempunyai
hak dan kewajiban, wenang untuk berhak. Tetapi
tidak setiap orang wenang berhak, karena
dalam hukum sanksi hanya berlaku dan
diterapkan pada kewajiban bukan pada hak.
• Kewenangan berbuat—pada hakekatnya adalah
melaksanakan kewajiban, orang yang
melalaikan kewajiban dikenakan sanksi, orang
yang melalalaikan hak, tidak ada sanksi.
• Orang sebagai subyek hukum—mempunyai
kewenangan berhak sejak ia lahir, bahkan sejal
dalam kandungan (Psl 2 KUHPdt)—berlangsung
sampai meninggal dunia.
• Kewenangan berhak subyek hukum—tidak
dapat dihilangkan/ditiadakan oleh sutau
hukumnan apapun. (psl 3)—tidak ada suatu
hukuman apapun yang dapat mengakibatkan
kematian perdata/ kehilangan hak-hak perdata
• Hak perdata—hak asasi/hak kodrat
melekat pada setiap orang.—berupa
identitas diri.
• Hak publik– dapat hilang apabila negara
menghendakinya.—diberikan oleh negara.
Kewenangan berbuat
• Untuk mengetahui apakah seseorang itu
wenang berbuat atau tidak, ada beberapa faktor
yang membatasi yaitu umur, kesehatan,
perilaku.
• Wenang berbuat ada 2 pengertian:
• 1. cakap atau mampu berbuat karena memenuhi
syarat hukum (bekwaam)
• 2. kuasa/ berhak berbuat karena diakui oleh
hukum walaupun tidak memenuhi syarat hukum
(bevoegd)
• Kewenangan berhak (bevoegd)—ada pada
setiap orang kecuali dalam pasal 330 dan 1330
KUHPdt.
• Kewenangan berbuat (bekwaam) —orang
dewasa yang tidak berkepentingan tidak
wenang melakukan perbuatan hukum—menjual
rumah bukan miliknya—kecuali dengan kuasa
dari si pemilik
• Kesimpulan—tidak setiap orang dewasa
wenang melakukan perbuatan hukum dalam
segala hal.
Pendewasaan/ handlichting
• Suatu pernyataan tentang seorang yang belum
mencapai usia dewasa sepenuhnya atau hanya
untuk beberapa hal saja dipersamakan dengan
seorang yang sudah dewasa
• Diajukan oleh seorang anak yang sudah
mencapai umur 20 tahun kepada presiden,
melampirkan surat kelahiran atau alat bukti lain.
• Keputusan presiden setelah mendapat
persetujuan MA
• Bila permohonan dikabulkan—kedudukan sama
dengan orang dewasa.—pasal 35 dan 37 masih
harus ijin orang tua dalam hal perkawinan.
Pengampuan (curatele)
• Keadaan dimana seseorang (curandus) karena
sifat-sifat pribadinya dianggap tidak cakap atau
tidak di dalam segala hal cakap untuk bertindak
sendiri dalam lalu lintas hukum.
• Atas dasar keputusan hakim—dimasukan ke
dalam golongan orang yang tidak cakap
bertindak sendiri (harus melalui curandus)
• Sifat pribadi: dalam keadaan dungu, sakit gila,
pemboros (pasl 433 KUHPerdata)
• Pengampuan terjadi dengan keputusan
hakim—berdasarkan permohonan.
• Yang mengajukan permohonan:
• 1. keluarga sedarah
• 2. suami terhadap istrinya atau sebaliknya
(pasal 434 ayat 3)
• 3. diri sendiri (pasal 434 ayat 4)
• 4. kejaksaan (pasal 435)
Akibat hukum pengampuan
• Orang yang ditaruh dibawah pengampuan
(curandus) kedudukannya sama dengan anak di
bawah umur (pasal 452 ayat 1)—perbuatan
hukumnya harus diwakili curatornya (pasal 499)
• Perbuatan-perbuatan hukum yang dilakukan
curandus dapat dibatalkan melalui curatornya
• Pengampuan berlangsung terus sampai
keputusan hakim mencabutnya atau jika sebabsebab yang mengakibatkan ditaruh di bawah
pengampuan telah hilang. (pasal 460)
Perwalian(voogdij)
• Pengawasan terhadap seorang anak yang
belum dewasa yang tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua serta pengurusan benda
atau kekayaan anak tersebut diatur oleh UU.
• Di bawah perwalian jika: anak sah yang kedua
orang tuanya telah dicabut kekuasaannya
sebagai orang tua, orang tuanya telah bercerai,
anak yang lahir di luar perkawinan.
Macam-macam perwalian
• Wettelijke voogdij—jika salah satu orang tua
meninggal, menurut UU orang tua lainnya
dengan sendirinya menjadi wali.
• Datieve voogdij—wali yang diangkat hakim atas
permintaan salah satu pihak.
• Testamentaire voogdij—perwalian yang ditunjuk
berdasarkan surat wasiat.
• Yang tidak dapat diangkat menjadi wali: orang
yang belum dewasa, ditaruh dibawah
pengampuan, telah dicabut kekuasaannya.
• Seorang wali diwajibkan mengurus harta kekayaan anak
yang ada di bawah pengawasannya
• Bertanggung jawab ttg kerugian-kerugian yang
ditimbulkan karena pengurusannya yg buruk
• Melarang seorang wali meminjam uang untuk si anak
• Tdak diperkenankan menjual, menggadaikan, harta
benda, tanpa ijin dari hakim.
• Tugas wali berakhir—harus mempertanggungjawabkan
jika si anak telah dewasa atau meninggal.
Orang yang hilang
• Seseorang meninggalkana tempat tinggal tanpa
memberikan kuasa pada seseorang untuk mengurus
kepentingan, atas permintaan yg berkeptntingan, jakasa
atau hakim, diurus oleh BHP( weeskamer)
• Jika 5 tahun lewat terhitung sejak hari keberangkatan—
tidak ada kabar yang menunjukan ia masih hidup—maka
orang yang berkepentingan minta pada hakim—
membuat pernyataan bahwa—orang tsb dianggap telah
meninggal—dengan sebelumnya membuat surat
panggilan—paling sedikit 3 kali.—memanggil saksisaksi.
• Jika dalam meninggalkan tsb. Seseorang meninggalkan
suatu penguasaan untuk mengurus kepentingannya,
maka harus ditunggu selama sepuluh tahun sejak
diterimanya kabar terakhir.
• Setelah dikelurkan pernyataan oleh hakim—maka para
ahli waris berhak mengoper kekuasaan atas segala
harta kekayaan—asal tidak menjual benda-benda itu.
• Setelah lewat 30 tahun—terhitung mulai hari dan tanggal
surat pernyataan dari hakim—bila orang yang dianggap
meninggal masih hidup—sudah mencapai umu 100
tahun—ahli waris dapat mengadakan suatu pembagian
warisan yang tetap—jika suatu atau istri sudah lewat 10
tahun sejak keberangkatannya maka minta pada hakim
untuk diberikan izin kawin lagi.
Syarat formal badan hukum
• Suatu badan, perkumpulan atau badan usaha
berstatus badan hukum jika:
• 1.adanya kekayaan yang terpisah
• 2. mempunyai tujuan ttt.
• 3. mempunyai kepentingan sendiri
• 4. ada organisasi yang teratur, dari syarat-syarat
tsb, harus diperjuangkan, bukan sesuatu yg
kodrati
• Kewenangan ada pada menteri kehakiman—
melalui permohonan ke pengadilan negeri—
merupakan syarat material
Syarat formal
• Syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan
permohonan untuk mendapatkan status sebagai badan
hukum---pasal 36 KUHD—peranan hukum positif
• Macam-macam badan hukum—
• A. badan hukum yang didirikan oleh pemerintah,
kekuasaan umum,--provinsi dsb.
• B. yang diakui pemerintah—perseroan, gereja,
organisasi agama dsb
• C. yang didirikan untuk maksud ttt yg tidak bertentangan
dengan UU, kesusilaan—PT, perkumpulan asutansi dsb.
Badan hukum menurut sifatnya:
• A. badan hukum ketatanegaraan—badan yang
dikuasai oleh peraturan-peraturan yang atas
dasar itu badan tsb didirikan/diakui, dan berhenti
karena dihapuskan oleh penguasa yg
berwenang—daerah otonom, provinsi, kab. Dsb
• B. badan hukum keperdataan –badan hukum yg
didirikan atas dasar perjanjian-perjanjian yang
dibuat sendiri, berhentinya diatu rjuga oleh
perjanjian atau karena tujuannya telah
tercapai—Pasal 1653 KUHPerdata, yayasan,
koperasi
Yang bertindak mewakili badan
hukum
• Sebagai subyek hukum yang tidak berjiwa maka sudah
barang tentu untuk melakukan perbuatan-perbuatan
hukum dibutuhkan bantuan, OKI harus diwakili oleh
manusiai biasa.—mereka berbuat untuk dan atas nama
badan hukumnya, dengan sebutan menjadi wakil dari
badan hukum.perwakilan tsb didasarkan pada
perjanjian, bukan atas dasar ditentukan UU—AD, ART—
Pasal 1654 KUHPerdata—badan hukum punya
kewenangan bertindak/berbuat
• Pasal 1655—yang bertindak/berbuat adalah
pengurusnya atau direksinya-organ badan hukum
• Organ badan hukum—tidak berbuat sewenang-wenang
tetapi dibatasi oleh ketentuan intern yang berlaku dalam
badan hukum—AD/ peraturan lain.
Tanggung jawab
• Organ dalam tanggung jawabnya
melanggar perbuatan hukum—melanggar
batas kewenangan—yang harus
bertanggung jawab bukan badan
hukumnya tetapi pribadi/organ tsb kecuali
jika perbuatan tsb menguntungkan badan
hukum.
Domisili
• Tempat tinggal, tempat kediaman—tempat
dimana seseorang dianggap selalu hadir
mengenai hal melakukan hak-haknya dan
memenuhi kewajibannya meskipun pada
kenyataannya dia tidak ada disitu.
• KUHPerdata—rumah, kadang-kadang
kota/daerah
• Tiap orang dianggap selalu mempunyai tempat
tinggal dimana sehari-harinya melakukan
kegiatannya--bila tempat kediaman lebih dari
satu atau berpindah-pindah—tempat kediaman
hukum—tempat kediaman sesungguhnya.
• Tempat kediaman hukum—tempat dimana
seseorang dianggap selalu hadir
berhubungan dengan hal melakukan hak
dan kewajiban, meskipun sesungguhnya
ia bertempat tinggal di lain tempat.
• Diatur dalam pasal 17 s/d 25
KUHPerdata—atau tempat dimana
sesuatu perbuatan hukum harus dilakukan
(pasal 77.
Macam-macam domisili
• Tempat tinggal sesungguhnya—bertalian
dengan kewenangn perdatanya—ada 2:
• 1. TT/ TK sukarela/bebas/berdiri sendiri—yang
tidak terikat pada orang lain.
• 2. TT/TK yang wajib/tidak bebas—ditentukan
oleh hubungan yang ada antara seseorang
dengan orang lain—tempat tinggal suami istri,
tempat tinggal anak yang belum dewasa (orang
tua), curandus dirumah curatornya dll.
Tempat kediaman/ TT dipilih
• Bertalian dengan hal-hal melakukan perbuatan
hukum yang tertentu saja untuk memudahkan
pribadi atau orang lain untuk kepentingan pihak
yang memilih TT tsb. Dibedakan:
• 1. TK dipilih atas dasar ketetapan UU—terdapat
dalam hukum acara, waktu melakukan eksekusi
• 2. TT yang dipilih secara bebas—dalam
melakukan pembayaran dipilih kantor notaris.
Pentingnya domisili
• Untuk menentukan atau menunjukkan suatu
tempat dimana berbagai perbuatan hukum
harus dilakukan—kearah pengadilan mana
gugat diajukan—gugata harus dikirim ke tempat
tinggal tergugat
• Untuk mengetahui dengan siapa seseorang itu
melakukan hubungan hukum serta apa yang
menjadi hak dan kewajiban masing-masing
• Arti penting dalam kaitannya dengan
pembatasan kewenangan berhak seseorang--
Catatan sipil (burgerlijke stand)
• Diatur dalam Pasal 4 s/d 16 --Mempunyai arti penting
untuk menentukan kedudukan seseorang.
• Adalah suatu lembaga yang diadakan oleh penguasa
untuk membukukan secara lengkap dan memberikan
kepastian sebesar-besarnya tentang semua peristiwa
yang penting bagi status keperdataan seseorang,
kelahiran, pengakuan perkawinan, perceraian, dan
kematian.
• Dicatat/ ditulis agar bagi pihak yang bersangkutan atau
orang lain setiap waktu ada buktinya.—menjadi alat bukti
terjadinya peristiwa-peristiwa.
Hukum perkawinan
• Arti perkawinan menurut UU no tahun
1974 dan KUHPerdata
• Hakikat, asas, tujuan perkawinan menurut
UU No. I tahun 1974 dan KUHPerdata
• Pencegahan dan pembatalan Perkawinan
• Akibat hukum perkawinan
• Putusnya perkawinan dan akibatnya
• Perkawinan campuran dan perkawinan di
luar negeri
Arti perkawinan
• KUHPerdata titel IV Buku I pasal 26 dst—tidak ada satu
pasalpun yang memberikan pengertian perkawinan.
• Ali Afandi—suatu persetujuan kekeluargaan—
mempunyai ciri-ciri ttt.
• Sholten, Safioedin—hubungan hukum antara seorang
pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama
dengan kekal, yang diakui oleh negara.
• Pasal 26---perkawinan hanya sebagai hubungan
keperdataan—UU hanya mengakui perkawinan
perdata—perkawinan sah yaitu perkawinan yang
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
KUHPerdata, syarat agama tidak diperhatikan.
• Pasal 27—perkawinan menurut KUHperdata
menganut asas monogami.
• K wantjik Saleh—ikatan lahir bathin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri.—ikatan lahir adanya suatu
hubungan formal, yg didukung ikatan bathin,
sebab tanpa ikatan bathin maka akan rapuh—
sebagaia dasar utama pembentukan dan
pembinaan keluarga bahagia dan kekal.
UU No. I tahun 1974
• Pasal 1—ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri denegan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME.
• Rumusan tersebut—merupakan rumusan
perkawinan yanag telah disesuaikan
dengan masyarakat Indonesia, dasar
falsafah negara Pancasila dan UUD 45.
Hakikat, asas, syarat, dasar dan
tujuan perkawinan
• UU No. I tahun 1974—hakikat perkawinan—ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri (pasal 1)
• ikatan lahir batin—fondasi dalam membentuk rumah tangga.
• KUHPerdata—hubungan hukum antara subyek yang mengikatkan
dirinya dalam perkawinan—berdasarkan persetujuan—walaupun
persetujuan perkawinan punya unsur yang sama dengan– adanya
ikatan antara dua belah pihak, tetapi ada perbedaannya yaitu
dalam hal bentuk dan isi.
• Perjanjian perkawina—luas—sebab untuk melangsungkan
perkawinan diperlukan kehendak yang bersesuaan antara seorang
pria dengan seorang perempuan serta keterangan tentang adanya
kehendak tersebut.
Pasal 1 dan 3 UU No; 1/1974
• Asas perkawinan—monogami—
• Pasal 27 dan 28 KUHPerdata—asas perkawinan adalah
monogami serta menganut adanya asas kebebasan kata
sepakat di antara para calon suami istri, melarang
adanya poligami.
• Asas monogami merupakan asas yang dianut dalam
perkawinan kristen—KUHPerdata berasal dari Belanda
(kristen)
• Pasal 66 UU No. 1 tahun 1974, asas perkawinan tunduk
pada UU No. 1 tahun 1974.
• Perkawinan—persetujuan kekeluargaan yang
menghendaki adanya asas kebebasan kata sepakat
antara calon suami istri.
• Sifat, tujuan perkawinan (pasal 1 UU No.
1/1974—sebab kebahagiaan akan
tercapai jika ikatan lahir batin betul-betul
didasarkan atas kesepakatan, tidak ada
unsur paksaan dalam bentuk apapun dari
siapapun.
Syarat perkawinan
• Bab II pasal 6-12 UU No. 1tahun 1974
• A.adanya persetujuan kedua calon
• B.izin orang tua /wali bagi calon mempelai yang
belum mencapai 21 tahun
• Usia calon mempelai laki-laki 19 tahun, wanita
16 tahun
• Tidak ada hubungan darah/keluarga yang tidak
boleh nikah
• Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan
pihak lain
• Tidak berada dalam waktu tunggu
KUHPerdata
• Perkawinan syah:
• Syarat materiil/ inti terdiri dari:
• Syarat material absolut---syarat yang mengenai pribadi
seorang yang harus diinfahkan untuk perkawinan pada
umumnya meliputi:
• 1. asas monogami (Pasal 27 KUHPerdata)
• 2.persetujuan kedua calon suami istri
• 3. batas usia—laki-laki 18 tahun, wanita 15 tahun.
• 4. Bagi seorang wanita waktu tunggu 300 hari setelah
perkawinan dahulu putus
• 5. izin dari sementara orang (pasal 34 )
• Syarat material relatif
Syarat material relatif
• Tentang ketentuan-ketentuan yang merupakan
larangan bagi seseorang untuk kawin dengan
orang tertentu meliputi:
• 1. larangan untuk kawin dengan orang yang
sangat dekat dalam kekeluargaan sedarah atau
karena perkawinan (pasal 30-31 KUperdata)
• 2. larangan untuk kawin dengan orang dengan
siapa orang itu pernah melakukan zina (psal 32
KUHperdata)
• 3. larangan memperbaharui perkawinan setelah
adanya perceraian jika belum lewat waktu 1
tahun (pasal 33 KUHPerdata)
Syarat formal dibagi dalam:
• 1. syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebelum perkawinan
• A. pemberitahuan tentang maksud untuk
kawin
• B.pengumumam tentang maksud untuk
kawin (pasal 50 s/d pasl 57 KUHperdata)
• C.syarat-syarat yang harus dipenuhi
bersamaan dengan dilangsungkan
perkawinan
Tujuan perkawinan
• UU No. 1 tahun 1974—membentuk keluarga
rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan YME
• KUHPerdata---tidak ada pasal yang
mencantumkan mengnai tujuan perkawinan—
untuk mendapatkan keturunan, status
kewarganegaraan, mendapatkan warisan
• Dengan adanya UU No.1 tahun 1974--- tujuan
perkawinan yang dimuat dalam KUHPerdata
tidak berlaku lagi.
Pencegahan perkawinan
• Suatu usaha untuk menghindari adanya sebuah
perkawinan yang bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan UU yang ada
• Suatu upaya hukum yang dapat digunakan oleh
pentutut umum, orang-orang yang berhak
dengan alasan-alasan ttt mempunyai hubungan
sesuatu dengan calon suami istri.
• Pasal 13 jo 20 UU No. 1tahun 1974—
perkawinan dapat dicegah bila ada pihak yang
tidak memenuhi syarat-syarat untuk
melangsungkan perkawinan.
yang berhak melakukan
pencegahan
• Salah satu pihak yang melangsungkan
perkawinan
• Orang tua atau keluarga sedarah, wali,
pengampu, pejabat yang ditunjuk—
memenuhi syarat-syarat ttt—berdasarkan
keputusan pengadilan
• Sebelum perkawinan—(pasal 2 s/d 9 PP 9
tahun 1975)—adanaya pemberitahuan
dan pengumumam
• Pengumuman—agar sebelumnya diketahui oleh
umum—khususnya mereka yang punya
wewenang mencegah perkawinan—dalam
perkawinan sudah terlanjur dilaksanakan—maka
perkawinan dapat dibatalakan
• Akibat pencegahan—perkawinan tidak dapat
dilangsungkan, pegawai pencatat perkawinan
tidak boleh melangsungkan perkawinan atau
membantu melangsungkan perkawinan bila ia
mengetahui ada pelanggaran.
pembatalan
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Pasal 85 s/d 99a KUHPerdata
Pasal 22 s/d 28 UU No. 1tahun 1974
Pihak-pihak yang mengajukan pembatalan--:
1. keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari
suami istri
2. suami istri
3. pejabat yang berwenang
4. pejabat yang ditunjuk
5. jaksa
6. orang yang mempunyai kepentingan hukum secara
langsung terhadap perkawinan tsb, dalam hal putus
perkawinan
Akibat perkawinan
• Suami istri memikul kewajiban hukum untuk menegakan
rumah tangga
• Saling mencintai, hormat menghormati, memberi
bantuan lahir batin
• Hak dan kedudukan suami istri seimbang dalam
kehidupan rumah tangga
• Suami istri berhak melakukan perbuatan hukum
• Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala
sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai
kemampuannya dan istri mengurus rumah tangga
• Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang
tetap yang ditentukan secara bersama
Harta bersama
• Pasal 35 UU No 1 tahun 1974—harta benda yang
diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama,
harta bawaan dari masing-masing di bawah penguasaan
masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan
lain.
• KUHPerdata pasal 119—tidak ada perjanjian kawin
maka terjadi persatuan bulat demi hukum, sehingga baik
harta bawaan dan harta yang didpat dalam perkawinan
menjadi harta persatuan.
• UU No1 tahun 1974—harta bersama hanyalah harta
yang diperoleh selama perkawinan, yang lain tetap
dikuasai masing-masing kecuali ditentukan lain yaitu
dijadikan harta bersama—melalui perjanjian perkawinan
(Pasal 29 UU No. 1 tahun 1974, pasal 149 KUHperdata.
Perjanjian perkawinan
• Tidak boleh bertentangan dengan hukum,
kesusilaan.
• Perjanjian tsb berlaku sejak perkawinan, selama
perkawinan berlangsung para pihak tidak dapat
mengubah perjanjian kawin kecuali ada
persetujuan untuk mengubahnya dan tidak
merugikan pihak lain.
• Putusnya perkawinan—perceraian dan
keputusan pengadilan (pasal 38 UU No. 1 tahun
1974.
Perkawinan bubar (KUHPerdata)
• Kematian
• Keadaan tidak hadir suami istri selama 10
tahun, diikuti perkawinan baru istrinya
• Putusan hakim setelah adanya perpisahan
ranjang dan pembukuan pernyataan
bubarnya perkawinan
• perceraian
Alasan perceraian
• Salah satu pihak berbuat zina menjadi pemabuk, pemadat,penjudi
dsb yang sukar disembuhkan
• Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama duatahun berturutturut tanoa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena
hal lain di luar kemauannya
• Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau
hukuman yang lebih berat
• Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan [ihak lain
• Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang
berakibat tidak dapat menjalanken kewajiban sebagi suami istri
• Antara suami istri terue menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.
Akibat putusnya perkawinan
• Ayah, ibu tetap berkewajiban memelihara dan
mendidikan anak-anaknya, untuk kepentingan si
anak, bila ada perselisihan maka pengadilan
akan memutuskan
• Ayah bertanggung jawab atas semua biaya
pemeliharaan dan pendidikan anak-anaknya,
bilamana ada masalah pengadilan dapat
menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tsb.
• Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas
suami untuk memberikan biaya penghidupan
dan atau menentukan sesuatu kewajiban
Download