OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI DARAH Adalah obat-obat yang meliputi : I. Inhibitor Trombosit II. Antikoagulan III. Obat-obat trombolitik IV. Pengobatan Perdarahan V. Pengobatan Anemia VI. Pengobatan Anemia Sel Sabit VII. Obat yang berguna untuk mengobati tiga kelainan darah yang penting : trombosis, perdarahan dan anemia. Trombosis : yaitu pembentukan bekuan yang tidak diharapkan dalam pembuluh darah atau jantung. Gangguan perdarahan yang termasuk kegagalan hemostasis kurang sering dibandingkan penyakit tromboembolik dan termasuk hemofilia dan defisiensi vitamin K. Anemia disebabkan oleh defisiensi nutrisional, dapat diobati dengan diet atau suplemen obat-obatan. Hidroksiurea ditemukan berguna dalam pengobatan anemia sel sabit I. OBAT PENGHAMBAT AGREGASI / INHIBITOR TROMBOSIT Obat inhibitor trombosit atau antitrombosit adaah obat yang dapat menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan thrombus yang yang terutama ditemukan pada system arteri. Membran luar trombosit mengandung berbagai reseptor yang berfungsi sebagai sensor yang peka atas sinyal-sinyal fisiologik yang ada dalam plasma. Stimuli kimia ini digolongkan sebagai aktivasi trombosit jika memacu agregasi trombosit dan seterusnya melepaskan granul yang disimpan dalam trombosit. Sebaliknya sinyal kimia lain digolongkan sebagai penghambat trombosit jika menghambat aktivasi trombosit dan pelepasan granul dalam trombosit. Obat penghambat agregasi trombosit mengurangi pembentukan atau kerja sinyal kimiawi yang memacu agregasi trombosit. Obat-obat ini terbukti berguna dalam mencegah dan mengobati penyakit kardovaskuler ojklusif, mempertahankan cangkok vaskuler dan keutuhan arteri, dan sebagai tambahan untuk terapi trombolitik dalam infark miokard. 1. ASPIRIN Pada infark miokard akut aspirin bermanfaat untuk mencegah kambuhnya miokard infark yang fatal maupun non fatal. Efek samping yang sering muncul misalnya rasa tidak enak diperut, mual, dan perdarahan saluran cerna. Tapi ini dapat dihindari bia dosis tidak lebih dari 325 mg sehari. Penggunaan bersamaan dengan antacid juga dapat mengurangi efek samping. Dosis yang paling dianjurkan adalah 325 mg/hari 2. TIKLOPIDIN Obat ini diberikan sebagai obat terakhir untuk pasien yang tidak tahan dengan dengan aspirin. Mekanisme kerja obat ini berbeda dengan aspirin yaitu bekerja menghambat ADP yang ikut dalam pengikatan trombosit menjadi fibrinogen. Tiklopidin ini telah menunjukkan terjadinya stroke trombolitik. Keamanan untuk pemakaian obat ini masih dalam penelitian 3. DIPIRIDAMOL Merupakan suatu vasodilator koroner yang diberikan untuk pengobatan pencegahan angina pectoris yang biasanya dikombinasi dengan aspirin. Dipiridamol bekerja menghambat ambilan dan metabolisme adenosit oleh eritrosit dan sel endotel pembuuh darah ( yang bberarti meningkatkan kadarnya daam darah ), sehingga dapat menghambat fungsi trombosit. EFEK SAMPING yang paling sering timbul adalah sakit kepala. II. OBAT ANTI KOAGULAN Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa factor pembekuan darah. Antikoagulan deapat dibagi menjadi 3 kelompok : 1. Heparin 2. Antikoagulan oral : dikumoral, warfarin, anisindion 3. Antikoagulan yang bbekerja dengan mengikat ion kalsium yang merupakan salah satu factor pembekuan darah. Dua jenis obat yang digunakan dalam mencegah koagulasi darah yaitu Heparin dan antagonis vitamin K. Mekanisme kerja dan penggunaannya berbeda. 1. Heparin Merupakan antikoagulan suntikan, yang sering digunakan dalam kasus darurat penghambat pembentukan thrombus. Heparin bekerja mengikat antitrombosit III., sehingga mempercepat inaktivasi factor pembekuan darah. Penggunaan dalam terapi : Heparin merupakan obat antitrombotik utama untuk pengobatan trombosis vena profunda dan embolisme paru dan dalam klinik digunakan sebagai pencegah trombosis vena pasca bedah pada pasien pada pasien yang mengalami pembedahan elektif, dan penderita infark miokard fase akut. Enoksaprin digunakan juga untuk mencegah trombosis vena profunda akibat operasi penggantian panggul. Efek samping : - Komplikasi perdarahan - Reaksi hipersensitif seperti menggigi. Demam, biduran - Trombositopenia 2. Warfarin Masih terdapat beberapa pendapat yang bertentangan tentang penggunaan obat ini dalam situasi klinik seperti infark miokard dan artroplasti panggul. Diperlukan cara mengetahui pasien yang benar-benar mempunyai resiko trombosis. Penggunaan warfarin menghasilkan factor pembekuan yang tidak aktif. Obat ini kontra indikasi ( tidak boleh digunakan ) dengan orang hami karena bersifat teratogenik dan dapat menyebabkan abortus. Efek samping : dapat berupa gangguan perdarahan, maka perlu dilakukan monitoring dan penyesuaian efek antikoagulan. III. OBAT-OBAT TROMBOLITIK Obat trombolitik merupakan obat yang dapat melarutkan tyang sudah terbentuk. Agar efektif obat trombolitik harus diberikan sedini mungkin. Obat-obat trombolitik tersebut adalah : 1. Alteplase ( tPA ) Bekerja mengaktifkan dengan cepat plasminogen yang terikat pada fibrin dalam thrombus atau sumbatan hemostatik. 2. Anistreplase Bekerja menghambat lisin pada plasminogen sehingga sehingga kompleks tidak aktif sampai terikat pada fibrin. 3. Streptokinase Bekerja dengan membentuk suatu kompleks aktif dengan plasminogen yang kemudian mengubah plasminogen bebas menjadi enzim plasmin aktif. 4. Urokinase Bekerja langsung menguraikan fibrin dan fibrinogen. Indikasi dari obat ini adalah : 1. Infark miokard akut 2. Trombosis vena dalam dan emboli paru 3. Tromboemboli paru 4. Mearutkan bekuan darah pada katup jantung buatan 5. Kateter intravena Efek samping obat ini yang utama adalah perdarahan. Contoh pada pasien yang menderita ulkus peptikum. IV. OBAT ANTI PENDARAHAN Darah : Merupakan bagian dari tubuh ( 6 % - 8 % dari BB total ) yang terdiri dari plasma dan sel-sel darah ( sel darah merah dan sel darah putih ) yang berfungsi sebagai perantara/media bagi zat-zat untuk dibawa ke seluruh tubuh. Obat-obat yang berguna untuk mengobati tiga kelainan darah yang penting : 1. Trombosis ( pembentukan pembekuan darah ) 2. Perdarahan ( kegagaan hemostatis ) 3. Anemia ( defisiensi gizi ) Hemostatis : Merupakan istilah umum untuk menyatakan seluruh mekanisme yang digunakan oleh tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau kehilangan darah ( berhentinya perdarahan dari luka ). Perdarahan : adalah suatu peristiwa keluarnya darah dari sistim sirkulasi darah ( pecahnya pembuluh darah ). BAGAIMANA PROSES PEMBEKUAN DARAH ? Bila pembuluh darah terluka , sebagai akibat pertama terjadi penggumpalan trombosit pada dinding pembuluh. Gumpalan ini diperkuat oleh serat-serat fibrin. Melalui mekanisme feedback, tubuh mengatur agar jangan terbentuk terlalu banyak atau terlealu sedikit bekuan darah. Mekanisme pembekuan darah adalah proses yang terdiri dari 13 faktor pembekuan. Yang utama adalah factor-faktor berikut : - Fibrinogen ( factor I ) - Protrombin ( factor II ) - Kalsium ( factor IV ) - Faktor VII, VIII, dan IX Urutan proses pembekuan darah : Bila darah mengalir keluar dari luka (sel luka), maka akan timbul Tissue faktor (Tf) di permukaan sel luka, yang bersentuhan dengan plasma. Bersama faktor VII yang telah diaktifasi (VIIa). Tf bisa mengaktifasi faktor X ( rute sekunder ), tetapi peranan utama Tf + VIIa adalah aktifasi dari faktor IX ( rute primer ). Faktor IXa bersama faktor VIII + ion-Ca mengaktifasi faktor X. Faktor XI hanya diaktifasi pada luka parah oleh faktor XIIa. Akhirnya faktor Xa mendorong perubahan protrombin menjadi trombin, yang menghidrolisa ikatan peptida dari fibrinogen dengan membebaskan serat-serat fibrin. Sementara itu trombin + ion-Ca mengaktifkan factor XIII, yang akan menstabilkan gumpalan fibrin dengan cara “cross-linking” melalui fibrin yang berdekatan. Sel-sel darah akan terperangkap dalam gumpalan yang menyerupai serat-serat lekat dan membentuk suatu trombus padat. APA YANG DIMAKSUD FAKTOR DISSOLUSI ? Disebut juga faktor antikoagulansia yaitu faktor yang bekerja memecah/mencegah terbentuknya benang-benang fibrin sehingga tidak terjadi proses pembekuan / koagulasi lagi, missal heparin dan kumarin.\ Plasminogen activator Plasminogen ------------- Plasmin Fibrinogen ------------- Fibrin Dissolusi OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGOBATI PERDARAHAN ( ANTI PERDARAHAN ) Penggunaan antikoagulan dapat menyebabkan perdarahan. Protein alamiah tertentu dan Vitamin K serta antagonis sintetik efektif untuk mengobati perdarahan. 1. Asam Aminokaproat - Mekanisme kerja : Asam aminokaproat merupakan penghambat aktifitas pasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan factor pembekuan darah yang lain. Oleh karena itu asam aminokaproat dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan. - Farmakokinetik : Asam aminokaproat diabsorbsi secara baik peroral dan juga dapat diberikan I.V. Obat ini diekskresikan dengan cepat melalui urin, sebagian besar dalam bentuk utuh. Kadar puncak setalah pemberian per oral : 2 jam setelah dosis tunggal. - Indikasi : Asam amino kaproat digunakan untuk mengatasi hematuria ( kencing berdarah ) yang berasal dari kandung kemih. Pada penderita prostatektomi transurethral atau suprapubik asam aminokaproat dapat mengurangi hematuria pasca bedah secara bermakna. Akan tetapi penggunaannya harus dibatasi pada penderita dengan perdarahan berat yang penyebab perdarahannya tidak dapat diperbaiki. Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk meawan efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang merupakan aktifator plasminogen. - Efek Samping : Asam aminokaproat dapat menyebabkan pruritus, eritema, ruam kulit, hipotensi dyspepsia, mua, diare, hidung tersumbat. Efek samping yang paling berbahaya / potensial adalah : trombosis umum, karena itu pasien terlebih dahulu diperiksa mekanisme hemostatiknya. - Teratogenitas : Tidak ditemukan secara bermakna, namun sebaiknya tidak digunakan pada selama kehamilan trisemester pertama dan kedua kecuali bila memang benar-benar diperlukan. Bila asam aminokaproat diberikan selama operasi maka kandung kemih harus bebas dari bekuan darah, karena obat ini akan tertumpuk pada bekuan tersebut dan menghambat disolusinya. - Dosis : Dewasa : Dimulai 5-6 g per oral atau infuse IV secara lambat, lalu 1 g tiap jam atau 6 g tiap 6 jam bila fungsi ginjal normal. Pada pasien penyakit ginjal diperlukan dosis lebih kecil. Anak-anak : 100 mg/kg BB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan secara IV asam aminokaproat harus dilarutkan dengan larutan NaCl, dekstrosa 5 % atau larutan Ringer. Masih perlu bukti lebih lanjut mengenai keamanan obat ini untuk jangka panjang dengan dosis di atas. 2. Protamin Sufat Adalah suatu basa kuat yang dapat mengikat dan mengaktifasi heparin ( mengantagonis efek antikoagulan heparin ), tetapi zat ini juga memililki efek antikoagulan dan memperpanjang waktu pembekuan. Protein ini berasal dari sperma atau testis ikan dan mengandung kadar arginin tinggi yang menjadi dasar kerjanya. Tiap mg protamin sufat menetralkan 80-100 USP unit aktifitas heparin. Reaksi ini berlangsung segara selama 32 jam. Karena efek heparin lebih lama dari dari protamin sulfat maka perdarahan dapat kambuh terutama pada pasien pasca bedah, sehingga diperlukan suntikan protamin sufat berikutnya. Protamin sulfat itu sendiri dapat mengganggu koagulasi jika diberikan tanpa heparin, yang merupakan protein dasar berinteraksi dengan trombosit dan fibrinogen. Dosis : Penggunaan sampai dosis 200 mg IV dalam 2 jam cukup aman ( tidak memberikan efek samping ). Dosis total ditentukan oleh jumlah heparin yang diberikan selama 34 jam sebelumnya. Cara pemakaian : Obat ini harus disuntikkan perlahan-lahan untuk mencegah trombosis. Larutan 1 % disuntikkan seama 1-3 menit, atau maksimal 50 mg dalam 10 menit. Efek Samping : Hipersensitivitas, dispnea ( sesak nafas ), kadang-kadang terdapat muka merah, bradikardia ( denyut jantung yang lambat ), hipotensi jika disuntikkan dengan cepat. 3. Asam Traneksamat Obat ini mempunyai indikasi yang sama dengan asam aminokaproat tetapi 10 kali lipat potent dengan efek samping yang lebih ringan. Farmakokinetik : Asam Traneksamat cepat diabsorbsi dari saluran cerna. Sampai 40 % dari per oral dan 90 % dari IV diekskresikan melalui urin dalam 24 jam. Obat ini dapat melaui sawar uri. Mekanisme kerja : - Aktivitas antiplasminik : menghambat kerja activator plasminogen dan plasmin - Aktivitas hemostatis : mencegah degradasi fibrin - Aktivitas anti alergi dan anti inflamasi : plasma membentuk kinin dan peptide aktif lainnya, yang merupakan penyebab dari alergi dan inflamasi. Asam traneksamat memperbaiki gejala inflamasi dengan menghambat produksinya. Indikasi : Asam traneksamat diindikasikan untuk Fibrinolisis Lokal. Untuk pemakaian jangka pendek pada pencegahan dan pengobatan pada pasien resiko tinggi pasca bedah, meiputi : - Prostatektomi - Konisasi rahim - Operasi dan ektrasi gigi pada hemofilia. Dosis : - Dewasa : 250-500 mg/hari dibagi dalam 1-2 kali pemberian, secara IV lambat ( 10 ml/1-2 menit ). - Fibrinolisis lokal : Dosis standar 500 mg – 1000 mg IV secara lambat ( 1 ml/menit ) 3 kali sehari. - Untuk infuse IV boleh dicampur dengan sebagian besar larutan untuk infuse seperti elektrolit, karbohidrat, asam amino, dan arutan dekstrosa. - Per oral : 3-4 kali ( 1 g - 1,5 g ) sehari. Pada pasaien gagal ginjal dosis harus dikurangi. Efek Samping : Dapat terjadi gangguan pencernaan ( diare, mual, muntah ), pusing, hipotensi yang hilang pada saat dosis dikurangi. 4. Vitamin K ( phytonadione ) Vitamin K diperukan untuk pembentukan factor-faktor pembekuan darah, yaitu : 1. Protrombin 2. Faktor VII, IX, X. Sintesa Vitamin K terjadi di Hepar, sehingga kekurangan Vitamin K akan mengganggu proses pembekuan darah ( cenderung terjadi perdarahan ). Sebagai hemostatik, Vitamin K memerlukan waktu ( 24 jam ) untuk dapat menimbukan efek, sebab Vitamin K harus merangsang pembentukan faktor-faktor pembekuan darah lebih dahulu. Jika hemostatis diperukan segera, harus diinfuskan plasma beku segar. Pemberian Vitamin K diperukan untuk pasien yang mendapatkan Sefalosporin, sefamandol, sefoperazon, dan moksalaktam. V. ANTIANEMIA Anemia didefenisikan sebagai jumlah ( konsentrasi ) heaemoglobin plasma lebih rendah dari jumlah ( konsentrasi ) akibat penurunan jumlah sel darah merah yang beredar, atau total jumlah ( konsentrasi ) hemoglobin yang abnormal lebih rendah per unit volume darah. Penyebab anemia : 1. Kehilangan darah kronik ( anemia hemoragik akut ) 2. Kelainan sumsum tulang ( anemia aplastik ) 3. Peningkatan hemolisis ( anemia hemolitik ) 4. Infeksi ( anemia hemoragik kronis ) 5. Keganasan ( anemia megaloblastik ) 6. Defisiensi endokrin 7. Keadaan penyakit lain 8. Defisiensi substansi makanan ( anemia defisiensi ) I. ZAT BESI - Zat besi disimpan dalam sel-sel mukosa intestinal sebagai sebagai kompleks protein/besi ( feritin ) sampai dibutuhkan tubuh. Penambahan sulfas ferrosus diperlukan untuk memperbaiki kekurangan simpanan besi seperti pada pasien defisisensi besi oleh kehilangan darah akut atau kronik, menstruasi berlebihan atau wanita hamil. - Kebutuhan Fe : laki-laki dewasa 10mg sehari, wanita dewasa 12 mg. Sedangkan wanita hamil dan menyusi diperlukan penanmbahan 5 mg sehari. - Bila kebutuhan tidak dipenuhi akan terjadi anemia defisiensi Fe. - Efek samping : yang paling sering timbul berupa toleransi, mual, nyeri lambung, konstipasi, diare. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis. - Pemberian Fe IM menyebabkan reaksi local pada tempat suntikan berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan local. - Penggunaan Fe IM dan IV hanya dibenarkan apabila pemberian obral tidak mungkin. II. ASAM FOLAT Penggunaan utama asam folat adalah pengobatan defisiensi yang terjadi dari kadar vitamin yang tidak mencukupi. Defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh : 1. Peningkatan kebutuhan ( hamil atau menyusui ) 2. Absorbsi buruk akibat patologi usus halus 3. Alkoholisme 4. Pengobatan obat-obat inhibitor dihidrofolat reduktase. ( misal ; trimetoprim ). Akibat utam defisiensi asam folat adalah anemia megaloblastik. III. ERITROPIETIN - Adalah suatu gikoprotein, biasanya dibuat oleh ginjal yang mengatur profilerasi sel darah merah dan diferensiasi dalam sumsum tulang. - Efektif dalam pengobatan anemia yang disebabkan oleh penyakit ginjal stadium akhir, penderita HIV, kanker. Efek samping : peningkatan tekanan darah. Vitamin B kompleks mencakup sejumlah vitamin dengan rumus kimia dan efek biologis yang sangat berbeda. Dapat diperoleh dari sumber yang sama , antara lain dari hati dan ragi. Golongan vitamin B kompleks : 1. Tiamin ( vitamin B1 ) 2. Riboflavin ( vitamin B2 ) 3. Piridoksin ( vitamin B6 ) 4. Asam nikotinat ( niasin ) 5. Asam pantotenat 6. Biotin 7. Kolin 8. Inositol 9. Asam para amino benzoat ( PABA ) 10.Asam folat 11.Sianokobalamin ( vitamin B12 ) TIAMIN ( vitamin B1 ) Sejarah : pada akhir abad 19, Penyakit beri-beri dapat disembuhkan dengan pemberian berkatul beras. Sumber : ragi, sayur-mayur, kacang-kacangan, susu, kuning telur, dan hati. Rumus bangun / rumus kimia : Farmakodinamik : Pada pemberian dosis kecil Tiamin tidak memperlihatkan efek yang nyata. Pemberian secara i.v. secara cepat terjadi efek langsung pada pembuluh darah perifer ( vasodilatasi ringan/ pelebaran pembuluh darah ). Farmakokinetik : Pada pemberian parenteral absorbsi cepat dan sempurna Defisiensi / kekurangan Tiamin menyebabkan : penyakit beri-beri. Kebutuhan sehari : 1. 0,3 – 0,4 mg untuk bayi 2. 1 mg untuk dewasa 3. 1,2 mg untuk wanita hamil Sediaan : Tablet, larutan steril ( penggunaan parenteral ), seliksir. Indikasi : Pencegahan dan pengobatan defisiensi Tiamin, misalnya : 1. Neuritis alkoholik 2. Wanita hamil 3. Emesis gravidarum ( muntah-muntah pada ibu hamil ). 4. Untuk penyakit jantung dan gangguan saluran cerna yang dasarnya defisiendsi tiamin. Efek Samping : - Bila diberikan oral tidak menimbulkan efek toksik. - Kelebihan akan diekskresikan melalui urin. - Terjadi reaksi anafilaktoid pada pemberian i.v. ( jarang terjadi ) Dosis : - Pencegahan 2 – 5 mg/hari - Pengobatan 5 – 10 mg tiga kali sehari RIBOFLAVIN ( VITAMIN B2 ) Dikenal pertama kali pada tahun 1879 sebagai suatu zat berwarna kuning yang terdapat dala susu, yang dinamakan : laktokrom. Sumber : Daging, hati, ragi, telur, dan berbagai sayuran. Rumus bangun / rumus kimia : Farmakodinamik : Pemberian secara oral dan parenteral tidak memberikan efek farmakodinamik yang jelas. Defisiensi / kekurangan Riboflavin : - Sakit tenggorokan - Radang di sudut mulut ( stomatitis angularis ) - Glositis ( radang lidah ) - Lidah berwarna merah dan licin Kebutuhan sehari : - 0,3 mg - Tergantung ( berbanding lurus dengan ) energi yang dikeluarkan. Farmakokinetik : Pemberian secara oral atau parenteral diabsorbsi dengan baik dan didistribusi merata keseluruh jaringan. Asupan yang berlebihan dikeluarkan melalui urin dalam bentuk utuh Indikasi : Pencegahan dan terapi defisiensi Vitamin B12. Dosis : 5 – 10 mg/hari ASAM NIKOTINAT ( Niasin ) Disebut juga sebagai factor PP ( pellagra prevention ), karena dapat mencegah penyakit pellagra pada menusia, yaitu penyakit / sindrom defisiensi asam nikotinat yang ditandai dengan gejala-gejala pada kulit, saluran cerna, dan sistim saraf ( disebut juga kusta italia ). Rumus Bangun/Rumus Kimia : Sumber : Hati, ragi, dan daging Farmakodinamik : Di dalam tubuh asam nikotinat dan diubah menjadi bentuk aktif NAD ( nikotinamid adenine dinukleotida ) dan NADF (nikotinamid adenine dinukleotida fosfat ). Keduanya berperan dalam metabolisme sebagai koenzim untuk berbagai protein yang penting dealam respirasi jaringan. Efek Samping : - Kemerahan pada leher dan muka disertai rasa gatal dan panas. - mual dan muntah. - Gangguan fungsi hati. - Kenaikan kadar asam urat dalam darah - Terjadi anafilaksis pada pemberian i.v. Defisiensi Niasin : - Penyakit pellagra. - Gejala gangguan SSP, berupa sakit kepala, Insomnia, halusinasi ( kelainan psikis ), demensia ( keruntuhan mental ), delusi ( waham/keyakinan yang salah ). Farmakokinetik : Asam nikotinat mudah diabsorbsi melalui semua bagian saluran cerna dan didistribusikan keseluruh tubuh. Diekskresikan melalui urin dan sebagian kecil dalam bentuk utuh. Kebutuhan sehari : minimal 13 mg Dosis : Pengobatan pellagra akut ; dianjurkan oral 50 mg 10 kali sehari.atau 25 mg 2 – 3 kali sehari secara i.v. PIRIDOKSIN ( Vitamin B6 ) Ditemukan 45 tahun yang lalu, Rumus Bangun / Rumus Kimia : Sumber : Ragi, biji-bijian ( gandum, jagung, dll ), hati Piridoksi terdiri dari 3 bentuk : 1. Piridoksin, berasal dari tumbuh-tumbuhan 2. Piridoksal, berasal dari hewan 3. Piridoksamin, berasal dari hewan Farmakodinamik : Pemberian secara oral dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata. Pemberian dengan dosis sangat besar yaitu 3 – 4/kg BB menyebabkan kejang dan kematin ( pada hewan percobaan ). Defisiensi Piridoksin : - Kelainan SSP seperti ; Akrodinia/radang saraf ( nyeri pada ujung-ujung anggota badan ), kejang. - Dermatitis ( radang kulit ) - Radang selaput lendir mulut dan lidah - Anemia Kebutuhan Sehari : tergantung pada konsumsi protein ;2 mg/100 mg protein. Farmakokinetik : Mudah diabsorbsi melalui saluran cerna. diekskresikan melalui urin. Efek Samping : - Neuropati sensorik ( sindrom saraf neuropati ) pada dosis 50 mg – 2 gram per hari untuk jangka panjang., gejala awal terjadi rasa kebal di kaki, tangan, dan di sekitar mulut. - Gejala efek samping berangsur-angsur hilang jika asupan dihentikan. Indikasi : - Mencegah dan mengobati defisiensi Vitamin B6 - Mencegah dan mengobati defisiensi Vitamin B kompleks ( bersama vitamin B lainnya sebagai multivitamin ). - Anemia ASAM PANTOTENAT Dikenal sebagai suatu zat esensial untuk pertumbuhan ragi (tahun 1933 ) sebagai zat anti dermatitis. Rumus Bangun atau Rumus Kimia : Farmakodinamik : Pada hewan tidak menyebabkan efek farmakodinamik yang penting, dan bersifat non toksik. Defisiensi Asam pantotenat pada manusia belum diketahui. Kebutuhan sehari : 5 – 10 mg Farmakokinetik : Pada pemberian oral diabsorbsi dengan baik dan didistribusikan keseluruh tubuh, di dalam tidak di metabolisme. Diekskresikan melalui urin ( 70 % ) dan feaces ( 30 % ) dalam bentuk utuh. BIOTIN ( Vitamin H ) Sumber : Kuning telur, hati, dan ragi Defisiensi Biotin : Dermatitis, sakit otot, rasa lemah, anoreksia, anemia ringan. Dalam tubuh Biotin berfungsi sebagai koenzim pada reaksi karboksilasi. Kebutuhan Sehari : 150 – 300 mikrogram. Penggunaan Biotin dalam terapi belum jelas. KOLIN Funsi fisiologi : Prekursor asetilkolin. Dalam metabolisme lemak kolin sebagai lipotropik ( menurunkan kadar lemak dalam hati ). Efek farmakologi mirip dengan asetilkolin tetapi dengan potensi lebih kecil. Kebutuhan sehari : belum dapat ditentukan, rata-rata ditemukan pada makanan-sehari-hari 500 – 900 mg. INOSITOL - Penderita Diabetes mengekskresi inositol dalam urin dengan kadar tinggi. - Merupakan isomer glukosa, dalam tubuh mudah berubah menjadi glukosa. Farmakodinamik : Pemberian inositol tidak menimbulkan efek farmakodinamik yang nyata, fungsi di dalam tubuh belum diketahui. Defisiensi Inositol : - Gangguan pertumbuhan - Gangguan laktasi IMUNOSUPRESAN Masuknya zat asing yang bersifat antigen ( Ag / zat yang merangsang terbentuknya antibodi ) ke dalam tubuh akan mengalami fagositosis . selanjutnya Ag yang telah mengalami fagositosis oleh makrofag memiliki sifat imunogenik yang lebih kuat. IMUNOGENIK : adalah daya respun imun dari tubuh ANTIGENIK : adalah suatu daya atau kekuatan reaksi khusus dengan antibody ( Ag ). Lihat gambar !!! Mekanisme kerja obat imunosupresan : 1. Menghambat proses fagositosis dan pengolahan Ag menjadi Ag Imunogenik oleh makrofag. 2. Menghambat pengenalan Ag oleh sel limfoid imunokompeten 3. Merusak sel limfoid imunokompeten 4. Menekan diferensiasi dan poliferasi sel imunokompeten, sehingga tidak terbentuk sel plasma penghasil Ab atau sel T yang tersensitilasi untuk respon imun selular 5. Menghentikan produksi Ab oleh sel plasma, serta melenyapkan sel T yang tersensitilasi yang telah terbentuk. Reaksi respon imun terbagi dalam 2 fase : 1. Fase pertama / Fase Induksi MELIPUTI ; - fase pengolahan Ag oleh makrofag dan pengenalan Ag oleh limfosit imunokompeten. - fase proliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T, masing-masing untuk respon imun humoral dan selular. 2. Fase kedua / Fase Produksi Yaitu fase sintesis aktif Ab dan limfokin. Berdasarkan fase-fase tersebut diatas, obat-obat imunosupresan dibagi dalam 3 kelas : 1. Imunosupresan kelas I Diberikan sebelumfase induksi, yaitu sebelum terjadi perangsangan oleh Ag. Jadi kerjanya adalah merusak limfosit imunokompeten. 2. Imunosupresan kelas II Diberikan dalam fase induksi, biasanya satu atau dua hari setelah perangsangan Ag berlangsung. Obat golongan ini bekerja menghambat proses diferensiasi dan proliferasi sel imunokompeten. 3. Imunosupresan kelas II Memiliki sifat imunosupresan kelas I maupun kelas II. Jadi, golongan ini dapat menghasilkan imunosupresan bila diberikan sebelum maupun sesudah adanya perangsangan Ag. OBAT-OBAT IMUNOSUPRESAN YANG PENTING : 1. Azatioprin 2. Metotreksat 3. Siklofosfamid 4. Kortikosteroid 5. Siklosporin ( Cyclosporin A ) Antibodi