3 - Ikatan Arsitek Indonesia

advertisement
PROFESSIONAL CERTIFICATION :
PERANAN DAN MANFAATNYA DALAM BERPROFESI
MENUJU PROFESIONALISME ARSITEK
Oleh:
I Kadek Pranajaya,IAI
Praktisi Arsitek, Ketua IAI Bali
Email: [email protected]
ABSTRAK
Professional Certification atau sertifikasi keahlian menjadi modal dan syarat bagi
arsitek untuk bisa masuk dalam persaingan globalisasi. Pada pasal 9 UUJK yang
mewajibkan perencana arsitek harus memiliki Sertifikat Keahlian (SKA). adalah tanda bukti
bahwa tenaga kerja telah mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai arsitek
profesional. Mutual Recognition Agreement (MRA) juga telah mensyaratkan arsitek harus
meningkatkan kemampuanya, baik kualitas maupun produktifitasnya agar mampu bersaing
ditingkat global melalui pembinaan secara kontinu dan menyeluruh serta memiliki
ketangguhan daya saing dan kualitas yang tinggi menuju profesionalisme arsitek.
Para arsitek di tingkat nasional harus meningkatkan kemampuan, baik kualitas
maupun produktifitasnya agar mampu bersaing ditingkat global serta perlu pembinaan
secara kontinu dan menyeluruh. Berpraktek sebagai arsitek melibatkan tanggung jawab
yang lebih besar dari pada sekedar menyiapkan rancangan serat berpegang kepada sikap
profesionalisme, menjunjung tinggi kode etik profesinya dan dilengkapi dengan Professional
Certification yang diperoleh secara benar, sesuai dengan tahapan dan prosedur yang telah
ditetapkan. Prinsip-prinsip sikap profesionalisme ini telah disepakati Union Internationale des
Architects (UIA) dalam berpraktek arsitek diseluruh dunia
Kata Kunci: Professional Certification,Profesi, Profesional dan Profesionalisme
1.1. Latar Belakang
Dengan ditandatanganinya perjanjian General Agreement on Tariffs and Trade
(GATT), World Trade Organization (WTO), Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) oleh
Pemerintah Indonesia, merupakan peluang sekaligus tantangan bagi arsitek yang akan
bebas masuk ke Indonesia dan turut bersaing dalam berbagai industri jasa konstruksi di
Indonesia. Undang-undang no. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi UUJK bagi arsitek
sendiri memiliki tujuan; (1) memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan bagi arsitek
dalam mewujudkan jasa arsitek yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil karya
yang berkualitas, (2) mewujudkan tertib penyelenggaraan jasa arsitek yang menjamin
kesetaraan kedudukan arsitek dan masyarakat dalam hak dan kewajiban, serta
meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, (3)
mewujudkan peningkatan peran masyarakat dibidang jasa arsitek.
Komitmen Indonesia untuk berpartisipasi dalam pasar bebas industri konstruksi
2020, pada akhirnya akan membuka pasar nasional bagi tenaga kerja asing dan sebaliknya
membuka peluang kerja bagi tenaga kerja Indonesia untuk berperan di pasar regional dan
Internasional, para arsitek asing tentunya bertambah banyak melakukan praktek di
Indonesia, sehingga akan semakin banyak proyek arsitek yang dipercayakan untuk
dikerjakan oleh arsitek asing.
Mutual Recognition Agreement (MRA) juga mengarah kepada perdagangan bebas
bagi arsitek, yang merupakan fasilitas atau bentuk akhir dari mata rantai/proses
perdagangan internasional dimana tercapai suatu kesepakatan antar negara untuk saling
mengakui dan saling bekerjasama dalam bidang-bidang yang telah disepakati, salah satu
isinya adalah kelulusan program sertifikasi yang telah diakreditasi oleh ASEAN dan di satu
negara hanya diakui satu asosiasi profesi, tentunya di Indonesia adalah Ikatan Arsitek
indonesia (IAI).
Profesionalisme-lah yang menjadi tolak ukur dalam ajang global sekarang ini. Arsitek
Indonesia tentu saja tidak ingin kalah menghadapi dunia profesi internasional terutama di
dalam negeri kita sendiri, untuk itu perlu para arsitek senior maupun calon arsitek yang
1
masih berada di jenjang pendidikan dapat dipersiapkan dengan baik melalui Pendidikan
Profesi Arsitek (PPArs) oleh seluruh program studi yang mempunyai jurusan arsitektur serta
dengan mengatur standar kompetensi melalui sertifikasi keahlian. Dewasa ini sertifikat
keahlian (SKA) arsitek menjadi topik pembicaraan/diskusi dikalangan professional arsitek
akibat perannya yang sangat penting dan strategis pada era globalisasi. Tenaga kerja bebas
bekerja di negara manapun asalkan dapat memenuhi standar keterampilan/kompetensi yang
telah
ditetapkan,
yang
dapat
dibuktikan
dengan
kepemilikan
sertifikat
keterampilan/kompetensi tersebut. Dengan memiliki sertifikat adalah mendapatkan
pengakuan yang resmi terhadap kompetensi dan professional yang dimiliki.
Undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK) pun mewajibkan arsitek memiliki sertifikat
keahlian (SKA) diharapkan dapat menjamin kompetensi arsitek Indonesia dan dapat
bersaing ditingkat global. Dengan diwajibkannya para arsitek memiliki sertifikat keahlian
dapat memberikan beberapa manfaat bagi arsitek, masyarakat dan pemilik modal/owner.
Pasar konstruksi nasional dan pasar konstruksi global membutuhkan arsitek dengan
berbagai tingkat kompetensi dalam jumlah yang tertentu. Untuk meningkatkan daya saing
Industri jasa konstruksi khususnya arsitek, pemerintah mengamanatkan kewajiban bagi
arsitek untuk memiliki sertifikat. Perkembangan secara global menunjukkan bahwa semakin
dibutuhkannya keahlian profesional sesuai dengan kode etik yang telah disepakati bersama.
Meningkatnya tuntutan masyarakat atas kebutuhan keahlian profesional dan sikap
profesional diharapkan berkembang sesuai dengan perkembangan dunia arsitektur dan
keinginan dari masyarakat sehingga diperlukan sumber daya manusia yang memiliki
ketangguhan daya saing dan kualitas yang tinggi menuju profesionalisme arsitek.
Sertifikasi adalah pengakuan tingkat kompetensi seorang arsitek didalam
menjalankan keahliannya, ditingkat nasional maupun internasional. Profesi arsitek mencakup
bagaimana merancang sesuatu yang dapat digunakan dengan baik oleh manusia namun
tetap indah dipandang secara visual. Hal tersebut di atas menandakan bahwa seorang
arsitek harus mempelajari ranah yang cukup luas untuk menguasai berbagai macam
kemampuan yang berkaitan dengan pemenuhan tuntutan terhadap dirinya dalam
perjalanannya menuju profesi arsitektur, meski kemudian harus melintasi dan berdiri di atas
batas antara ilmu seni dan ilmu sains. Di dunia yang semakin terbuka dan saling tergantung
seperti saat ini, praktis profesi arsitek di Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh sistem atau
tertib profesi negara-negara lain. Barangkali Indonesia termasuk negara terbelakang dalam
hal tertib profesi arsitek salah satu penyebabnya adalah Undang-undang keprofesian arsitek
belum kita miliki, dan sampai saat ini masih pembahasan dikalangan dewan. Pembahasan
paper kali ini kita akan melihat manfaat dan perananannya Professional Certification dalam
menciptakan profesi arsitek menuju profesionalismenya diera globalisasi sekarang ini.
1.2. Tinjauan Teori
1.2.1. Lisensi dan Sertifikasi Profesi
Licensure yang biasa digunakan diluar negeri, yaitu”a mandatory process by which a
governmental agency grants time-limited permission to an individual to engage in a given
occupation after verifying that he or she has met predetermined and standardized critera’
(Mickie S. Rops, 2002). Proses licensure ini dilakukan sebagai salah satu alat untuk
melindungi kepentingan masyarakat umum dan diberikan oleh pihak pemerintah. DI
Indonesia, istilah Sertifikasi Profesi digunakan pada dua peraturan perundangan. Pada PP.
No. 23/2004 tentang pembentukan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dinyatakan
bahwa “BNSP merupakan badan independen yang bertanggung jawab langsung kepada
presiden, dengan tugas “ menyelenggarakan sertifikasi profesi melalui uji kompentesi”. Dan
pada UU 18/199 tentang Jasa Konstruksi, dinyatakan bahwa “ Tenaga kerja yang
melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada perencana/pengawas/pelaksana
konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan/keahlian kerja. Di Indonesia proses
sertifikasi profesi adalah suatu hal yang wajib dilalui oleh seorang tenaga kerja agar dapat
melakukan kegiatan profesinya dan proses ini dilaksanakan oleh suatu badan independen,
bukan oleh pihak pemerintah.
2
Tujuan licensure adalah untuk menjamin bahwa pemegang licence memiliki tingkat
kompetensi minimal yang dalam melakukan kegiatan profesinya dapat menjamin public
helath, safety, and welfare well-protected. Untuk dapat melalui proses licensure ini, tenaga
kerja harus memenuhi beberapa persyaratan seperti salah satunya usia pengalaman kerja
dan harus lulus dari test dan proses penilaian. Lisensi juga mendorong orang/industri untuk
berinvestasi dalam kegiatan-kegiatan yang menunjang peningkatan kompetensi kerja yang
spesifik, hal ini sejalan dengan pertimbangan bahwa investasi akan bermanfaat dalam
jangka panjang karena hanya orang-orang yang berlisensilah yang dapat menyediakan
layanan tersebut (Morris M Kleiner, 2006).
Regulasi mengenai keperluan lisensi bagi berbagai jenis pekerjaan biasanya didasari
pada konsep pemikiran bahwa proses lisensi dapat meminimalisasi ketidakpastian kualitas
layanan kepada pihak konsumen dan proses lisensi juga dapat meningkatkan permintaan
(demand) terhadap layanan jenis pekerjaan tersebut. Disamping itu, kualitas atau kinerja
yang rendah dari pelayanan oleh beberapa jenis pekerjaan atau jabatan kerja sehingga
regulasi mengenai syarat minimum kelayakan bekerja melalui proses lisensi menjadi sangat
relevan. Prefessional Certification didefinisikan sebagai “ a voluntary process by which a
non-govermental entity grants a time-limited recognition to an individual after verifying that he
or she has met predetermined and standardized kriteria ‘ (Mickie S. Rops, 2002). Jadi,
proses sertifikasi profesi adalah suatu hal yang bersifat sukarela yang dilalui oleh seorang
tenaga kerja (ahli maupun trampil) dan proses dilaksanakan bukan oleh pihak pemerintah
tetapi diatur oleh mekanisme pasar/industri.
Dengan sertifikasi, para praktisi juga dituntut untuk memenuhi kompetensi minimum
dengan melakukan mekanisme ujian atau persyaratan-persyaratan lainnya. Profesi adalah
(1) pekerjaan penuh waktu (2) yang melalui pendidikan/pelatihan khusus (3) memiliki
organisasi profesi (4) mempunyai komponen izin kerja (lisensi) dan pengakuan dari
masyarakat (5) mempunyai kode etik dan hak pengelolaan mandiri (Dana Cuff, Architecture :
The Story of Practice, 1992, p23) Sertifikasi adalah proses penilaian untuk mendapatkan
pengakuan atas kompetensi dan kemampuan dari seseorang, untuk memenuhi persyaratan
peraturan perundangan sebelum memperoleh SIBP/LISENSI.
1.2.2. Manfaat Memiliki Professional Certification
Manfaat yang ditimbulkan memiliki Personal Enggineering License di Amerika Serikat
menurut National Council of Examiners for Engineering and Surveying (www.ncess.com): (1)
lisensi merupakan suatu jaminan perlindungan kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan
pengguna jasa, (2) memenuhi standar, mutu, etika dam kemampuan yang telah diakui, (3)
dapat digunakan dinegara bagian manpun dengan syarat terlebih dahulu melapor kepada
pihak yang berwenag didaerah tersebut, (4) dapat menjalankan profesi tanpa pengawasan
dari pihak lain, (5) membeirkan peluang besar dan pilihan yang banyak dalam berkarir
seseaui lisensi yang kita miiki.
Pendapat beberapa ahli di Amerika Serikat tentang manfaat memiliki Professional
Certification atau yang mereka kenal dengan nama Personal Enggineering License adalah
sebagai berikut:
No
1
2
3
Manfaat
Untuk menfokuskan perhatian kepada peningkatan
kualitas sehingga menjadi seorang insinyur yang
berkompeten
Menandakan bahwa insinyur dapat bekerja dengan
jujur, ber-etika dan transparan dan juga berarti bahwa
insinyur yang memiliki professional
Menunjukkan kemampuan seorang insinyur untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang keahlian
yang dimiliinya dan menjadi sebuah kebangggaan dan
gengsi bagi pemegangnya dan bermanfaat untuk
meyakinkan para pengguna pemakai jasa
Profesesional Enggineer
Michael Griffin,PhD,PE (administrator
of NASA and a member of the
National Academy of Enggineering)
Lila Abron,PhD, P.E (the founder and
president of PEER Consultants, and
Environmental
and
Civil
Enggineering Firm headquartered in
The Washington, D.C, area
Stephen D. Bechtel Jr., P.E
(Chairman retired and Director of
Bechtel Group Inc., The Global
Enggineering, Construction, and
Project
Management
Company
3
4
Dapat meningkatkan karir, pengetahuan dan menjadi
suatu kebanggaan, karena Professional Enggineering
licensure menggambarkan seorang insinyur yang
memiliki kemampuan yang teknis yang baik dan
memiliki etika professional yang tinggi
5
Selain kemampuan teknis, pengguna jasa juga
mencari konsultan yang mampu memecahkan
masalah dan bertangung jawab. Tanggung jawab ini
hanya dapat dicapai atau ditambah dengan cara
memiliki Professional Enggineering Licensure
Profesi keinsinyuran adalah sebuah kotak peralatan.
Semua pelajaran yang didapatkan disekolah dan
pengalaman kerja dilapangan adalah perkakas untuk
kota peralatan tersebut dan Professional Enggineering
Licensure akan menjadi salah satu perkakas yang
paling utama
6
Based in San Francisco)
Cameron H.G Wright, PhD. PE (an
IEEE Senior Member, is Chair of The
IEEE-USA Licensure and registration
Commiteee and is on The Faculty of
the University of Wyoming. Opinions
Expressed are the Author’s
N. Catherine Bazan-Arias, Phd.
Enggieering Intern, Staff Enggieer-inTraining GAI Consultant,Inc
Kathy Caldwell,P.E. President JEA
Construction Enggineering Service.
Sumber : www.ncees.com
1.3. Pembahasan
1.3.1. Sertifikasi dan Asosiasi Profesi
Para praktisi sepakat bahwa sertifikasi adalah salah satu bentuk pengakuan
kompetensi keprofesian terhadap wewenang yang dimiliki seorang Arsitek dalam
melaksanakan tugas profesinya. Sertifikasi adalah proses penilaian untuk mendapatkan
pengakuan atas kompetensi dan kemampuan dari seseorang, untuk memenuhi persyaratan
peraturan perundangan sebelum memperoleh Surat Ijin (SIBP/IPTB/lisensi). Secara lebih
konkrit yang dimaksud dengan sertifikasi adalah tanda bukti kewenangan/ lisensi berpraktek
sesuai dengan peraturan perundangan UUJK No. 18 tahun 1999, dan PP No. 28, 29, dan 30
tahun 2000. Asosiasi profesi merupakan organisasi dan atau himpunan orang perseorangan
yang terampil dan atau hal atas dasar kesamaan disiplin keilmuan dan atau profesi. Begitu
juga dengan asosiasi profesi jasa konstruksi merupakan organiasai yang berisi himpunan
orang-orang yang memiliki keahlian dibidang konstruksi. Asosiasi profesi jasa konstruksi
pada dasarnya merupakan
suatu badan hukum yang mempunyai tujuan untuk
meningkatkan keprofesian anggotanya secara berkelanjutan dengan menjunjung tinggi kode
etik profesinya. Salah satu upaya asosiasi untuk meningkatkan keprofesiann angotanya
dengan melakukan sertifikasi, yang seharusnya hanya untuk menunjukkan kualitas seorang
arsitek dibidangnya yang bekerja secara professional.
Seiring kebijakan pemerintah,banyak ditemukan kasus penyalahgunaan pengeluaran
sertifikat keahlian. Tanpa diikuti standar kompetensi secara objektif, seorang mampu
mendapatkan selembar sertifikat keahlian. Hal ini menjadikan sertifikat keahlian sebagai
komoditas yang diperjualbelikan untuk mendapatkan keuntungan pribadi semata. Banyak
muncul asosiasi profesi baru dan saling berlomba-lomba untuk menerbitkan sertifikat
keahlian. Membanjiri permintaan sertifikat menjadi tugas berat dan tantangan bagi asosiasi
profesi dan lembaga terkait dengan membludaknya permintaan sertifikat dan banyaknya
asosiasi baru yang masih diragukan kredibilitasnya, sehingga sering terkesan pemberian
sertifikat hanya sekedar pemberian label saja, sehingga disinyalir sebagai ajang baru
manipulasi dan mendapatkan keuntungan tertentu bagi sekelompok orang atau asosiasi,
padahal didalam kelayakan suatu asosiasi profesi harus: (1) mempunyai alamat organisasi
yang tetap serta tempat untuk menyelenggarakan sertifikasi yang dilengkapi dengan
perangkat kerja berbasis computer yang memadai untuk komunikasi, pengolahan dan
penyimpanan data, (2) melaksanakan mekanisme organisasi yang demokratis berdasarkan
AD/ART asosiasi dengan telah melakukan Musyawarah Nasional sekurang-kurangnya satu
kali, (3) memiliki dan menjunjung tinggi Kode Etik profesi yang berlandasakan prinsip
keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatuhan dan kejujuran intelektual dalam
4
menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum, (4) melakukan
pembinaan untuk meningkatkan keprofesian anggota secara berkelanjutan,( mempunyai
mekanisme peran stakeholder yang baku dalam pelaksanaan sertifikasi dengan cara
menampung aspirasi stakeholder atau pengguna jasa lainnya, (6) membentuk Tim Bantuan
Advokasi Anggota yang bertugas untuk membantu anggota dalam menghadapi
permasalahan keprofesiannya (7) memiliki tim asesor daerah yang diakui sebagai
professional dalam bidang keahlian atau keterampilan yang akan dinilai, mempunyai
integritas tinggi dalam menjaga harkat dan martabat keprofesian, mempunyai dasar
pendidikan yang relevan dan pengalaman 15 tahun dan dianggap tokoh dan senior dengan
memberikan pertimbangan yang adil dan benar, (8) serta memiliki tim banding internal yang
diakui sebagai professional dalam bidang keahlian atau keterampilan yang akan dinilai,
mempunyai integritas tinggi dalam menjaga harkat dan martabat keprofesian, mempunyai
dasar pendidikan yang relevan dan pengalaman 20 tahun dan dianggap tokoh dan senior
dengan memberikan pertimbangan yang adil dan benar serta mentaati dan mematuhi kode
etik.
Untuk bisa melakukan sertifikasi tenaga kerja, asosiasi profesi yang telah diakreditasi
wajib memiliki Badan Sertifikasi Asosiasi (BSA) Profesi, yang merupakan perangkat
organisasi untuk penyelenggara sertifikasi yang dibentuk dengan Keputusan Pimpinan
Asosiasi Profesi. IAI adalah salah satu asosiasi profesi yang telah melaksanakan sertifikasi
khusus untuk bidang ahli arsitek. IAI didirikan secara resmi pada tanggal 17 September 1959
di Bandung. IAI aktif dalam kegiatan internasional melalui keanggotaannya di ARCASIA
(Architects Regional Council of Asia) sejak tahun 1972 dan di UIA (Union Internationale des
Architectes) sejak tahun 1974, serta AAPH (Asean Association Planning and Housing) di
mana IAI merupakan salah satu pendirinya. IAI sebagai lembaga asosiasi profesi yang
ditunjuk menjadi penyelenggara sertifikasi Arsitek, telah memperoleh akreditasi dari LPJK
Nasional sejak 2 Mei 2002. Setiap anggota IAI yang telah memperoleh Sertifikat (SKA),
dapat mengajukan polis asuransi untuk “Profesional indemnity Insurance”, sebagai satu
persyaratan dalam mempertanggungjawabkan hasil karyanya sesuai ketentuan yang berlaku
(UUJK no. 18 tahun 1999, PP no. 28, 29, 30 tahun 2000). Surat Ijin Pekerja Perencana
(SIBP) yang selama ini dipakai di beberapa kota di Indonesia adalah sebagai lisensi/ suatu
pengakuan hukum yang dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah yang berwenang untuk
seseorang berhak bekerja, berpraktek, dan mempertanggungjawabkan hasil karyanya
kepada masyarakat. Sertifikasi ini ditujukan untuk menciptakan tertib membangun dengan
penuh tanggungjawab, dan merupakan kelengkapan persyaratan (Sertifikat Keahlian/SKA
dari IAI) untuk memperoleh SIBP/Lisensi. Sertifikasi tidak mengakibatkan pembatasan
jumlah praktisi dan tidak mengakibatkan pembatasan pilihan penyedia jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat pengguna
1.3.2. Dampak Penerapan Kebijakan Sertifikasi Profesi
Saat ini belum ada kesepakatan bahwa lisensi meningkatkan kesejahteraan konsumen.
Karena sampai saat ini konsumen masih sangat mudah untuk dapat menggunakan jasa
yang tidak memiliki lisensi. Masih banyaknya konsumen menggunakan penyedia jasa illegal
dikarenakan banyaknya pilihan tariff dan mutu pekerjaan (Svorny, 1999).
Dampak yang ditimbulkan terhadap sertifikat adalah :
a. Dampak terhadap pengguna jasa konstruksi: terwujudnya perllindungan bagi masyarakat
pengguna jasa atas keselamatan kerja dan mutu pekerjaan keinsinyuran karena hanya
insinyur yang professional yang boleh menangani pekerjaan-pekerjaan keinsinyuran,
Keyakinan untuk mendapatkan jasa pelaksanaan proyek konstruksi yang professional
sehingga tercipta suatu hubungan professional antara pengguna dan penyedia jasa,
tersedianya sumber informasi yang terinci, terklasifikasi dan mutakhir terhadap
kompetensi arsitek yang dimiliki oleh kontraktor bagi pengguna jasa yang hendak
melakukan memilih kontraktor yang akan digunakan.
b. Dampak terhadap penyedia jasa konstruksi/owner: memenuhi persyaratan tender proyekproyek konstruksi, tersedianya sumber informasi yang terinci, terklasifikasi dan mutakhir
bagi konsultan yang hendak melakukan rekrutmen arsitek, tersedianya iklim
keprofesionalan dalam perusahaan jasa arsitek, yang akan mendorong arsitek
5
bersertifikat keahlian untuk semakin menekuni dan meningkatkan keahliannya,
tersedianya instrumen untuk mengatur jenjang karier dan skala imbalan kerja yang lebih
pasti, adil dan memadai sesuai dengan klasifikasi yang berdasarkan kualifikasi, sehingga
lebih meningkatkan kesetiaan seseorang pada profesi, yang akan meningkatkan
keprofesionalan orang tersebut, meningkatkan kinerja perusahaan akibat peningkatan
motivasi dan produktifitas tenaga kerja.
c. Dampak terhadap arsitek Konstruksi: adanya pengakuan yang resmi dan berlaku secara
nasional terhadap kompetensi dan profesionalisme keinsinyuran dari seorang yang
menyandang sertifikasi keahlian konstruksi, tersedianya kesempatan peningkatan
kompetensi dan profesionalisme melalui pembinaan keprofesian yang berkelanjutan,
terciptanya jalur profesi sebagai jalur jenjang karier, disamping jalur struktural dan
manajemen, sehingga lebih meningkatkan keprofesionalan orang tersebut, terdapatnya
kemudahan untuk turut-serta dalam proyek-proyek pembangunan konstruksi bila
persyaratan keprofesionalan telah diberlakukan dari nasinal ke internasional, terbukanya
akses pasar kepasaran tenaga kerja keinsinyuran karena data-data pribadi dan kualifikasi
tercantum dalam data base yang online dilaksanakan, dan waktu yang diperlukan dalam
pengumpulan data relative lebih singkat (bila dilakukan wawancara)
1.3.3. Profesi, Professional dan Profesionalisme
Jika kita berbicara mengenai profesi, profesional dan profesionalisme maka kita tidak
akan pernah lepas dari persoalan etika. Memperbincangkan profesi tanpa mengkaitkannya
dengan persoalan etika berarti tanpa mengindahkan nilai etika kesantunan, norma adat
istiadat serta ajaran agama yang telah mengatur kita sebelumnya. Segala macam bentuk
pelanggaran serta penyimpangan terhadap tata-pergaulan tersebut dianggap sebagai
tindakan tidak etis. Istilah etik dan moral keduanya memiliki menggambarkan perilaku yang
menjunjung tinggi nilai etika dan moral bisa dinyatakan dalam pernyataan "do unto others as
you would have them do unto you" Bennett, 1996 dalam Permana, 2006. Yang mengandung
unsur nilai kejujuran (honesty), integritas dan konsern yang di dalam menilai dan
mempertimbangkan persoalan etika profesi didalam proses pengambilan keputusan
profesional. Kode etik profesi dapat dijadikan acuan dasar dan sekaligus alat kontrol internal
bagi anggota profesi. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan
lanjut di dalam science dan teknologi yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk
diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. berkenaan dengan pekerjaan
profesional,
Bahwa kaidah berprofesi adalah: mencari nafkah dengan mengabdikan keahlian
sebagai pelayanan untuk,kepentingan masyarakat, tidak merugikan masyarakat dengan
menghindari terjadinya pertentangan, kepentingan dan oleh karena itu memiliki pegangan
kode etik dan kaidah tata laku profesi, bahwa pengertian professional adalah seorang yang
mencari nafkah dengan berprofesi,yang berciri utama sebagai berikut : mandiri-independent,
bekerja penuh, purna waktu, berorientasi pada pelayanan, mengabdi pada kepentingan
umum, memiliki keahlian khusus yang berlatar belakang pendidikan tertentu, terus menerus
mengembangkan ilmu dan keahliannya, profesional juga berarti cara kerja yang tertib,
bertanggung jawab. Praktek berprofesi berarti melaksanakan janji komitmen secara
profesional, untuk berkarya sebaik-baiknya sesuai dengan keahlian yang kita miliki tentunya
didasarkan kepada landasan hukum untuk menjamin perlindungan terhadap masyarakat
yang menggunakan jasa professional itu, serta arsitek yang bekerja secara profesional.
Kata “profesional” berarti pencaharian atau orang yang mempunyai keahlian tertentu
dan harus memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: (1) memiliki spesialisasi
dengan latar belakang teori yang luas; memiliki pengetahuan umum yang luas, memiliki
keahlian khusus yang mendalam, (2) merupakan karier yang dibina secara organisatoris;
adanya keterikatan dalam suatu organisasi profesi, memiliki otonomi jabatan, memiliki kode
etik jabatan, merupakan karya bakti seumur hidup, (3) diakui masyarakat sebagai pekerjaan
yang mempunyai status profesional; memperoleh dukungan masyarakat, mendapat
6
pengesahan dan perlindungan hukum, memiliki prasyarat kerja yang sehat, memiliki jaminan
hidup yang layak
Arsitek profesional harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
kearsitekan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai arsitek dengan
kemampuan maksimal, dan terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman
yang kaya di bidangnya. Sikap Profesional Arsitek yang harus dimiliki adalah:
a. Arsitek adalah seorang ahli ; ia memiliki pengetahuan (a systematic body of knowledge),
keahlian, keterampilan dan penguasaan teori berdasarkan pendidikan, pelatihan dan
pengalaman yang dijalanainya. Proses pendidikan dan pengalaman tersebut lazimnya
tersebut demikian rupa sehingga masyarakat memperoleh keyakinan akan mendapatkan
suguhan jasa (arsitek) secara professional.
b. Otonomi dan Independen: seorang arsitek memberikan advice yang obyektif kepada
pengguna jasa. Ia memperoleh honorarium untuk tanggung-jawabnya memegang teguh
idealisme dan keputusan tanpa kompromi diatas berbagai motif dalam menghasilkan
karya seni arsitektur. Arsitek juga diberi honor karena ia diharapkan selalu memegang
semangat untuk mengikuti berbagai peraturan yang berkaitan dengan profesinya, dan
selalu memperhatikan bahwa rancangan akan mempunyai dampak sosial dan lingkungan
c. Komitmen: fokus dan konsentrasi kepada pekerjaan untuk menghasilkan karya yang
terbaik untuk kepentingan pemberi tugas dengan tetap memperhatikan kepentingan
masyarakat luas (people as the ultimate client)
d. Akuntabilitas; arsitek mempunyai tanggung jawab untuk bekerja secara mandiri dan kalau
diperlukan, memberikan kritik kepada pemberi tugas apabila penugasannya bertentangan
dengan kepentingan publik dan lingkungan hidup.
Prinsip-prinsip sikap profesionalisme ini telah disepakati bersama arsitek dunia
melalui kesepakan pada kogres Union Internationale des Architects (UIA) di Beijing 1999.
Sikap-sikap tersebut akan menjadi ukuran yang berlaku pada praktek arsitek diseluruh
dunia. Seorang arsitek harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana
yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. Kompetensi seorang
arsitek sebagai tenaga profesional ditandai dengan serangkaian diagnosis, rediagnosis, dan
penyesuaian yang terus menerus. Selain kecermatan dan ketelitian dalam menentukan
langkah arsitek juga harus sabar, ulet, dan telaten serta tanggap terhadap situasi dan
kondisi, sehingga diakhir pekerjaannya akan membuahkan hasil yang memuaskan.
Kewajiban yang diharus dimiliki oleh arsitek sesuai dengan yang tercantum dalam
kaidah kode etik yang ada di IAI adalah para arsitek menguasai pengetahuan dan teori
mengenai seni-budaya, ilmu, cakupan kegiatan, dan keterampilan arsitektur, yang diperoleh
dan dikembangkan baik melalui pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Proses
pendidikan, pengalaman, dan peningkatan keterampilan yang membentuk kecakapan dan
kepakaran itu dinilai melalui pengujian keprofesian di bidang arsitektur. Hal itu dapat
memberikan penegasan kepada masyarakat, bahwa seseorang bersertifikat keprofesian
arsitek dianggap telah memenuhi standar kemampuan memberikan pelayanan penugasan
profesionalnya di bidang arsitektur dengan sebaik-baiknya. Secara umum, para arsitek
memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk selalu menjunjung tinggi dan meningkatkan
nilai-nilai budaya dan arsitektur, serta menghargai dan ikut berperan serta dalam
mempertimbangkan segala aspek sosial dan lingkungan untuk setiap kegiatan
profesionalnya, dan menolak hal-hal yang tidak profesional.
Wujud professional seorang arsitek ditunjukkan melalui eksistensi dalam karyakaryanya serta dapat dipertangungjawabkan di hadapan masyarakat umum Selalu
mengembangkan diri melalui karya-karyanya dan menambah ilmu di bidang arsitektur.
Arsitek professional harus mampu terus berkarya dan tergabung dalam asosiasi arsitek dan
dibatasi oleh kode etik dan kaidah tata laku profesi arsitek. serta dilengkapi sertifikat keahlian
dari asosiasi arsitek. Seorang arsitek profesional jelas harus memiliki keahlian yang
diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan dan penataran
pengembangan keprofesian arsitek atau strata terdiri dari (strata 1) perencanaan dan
perancangan yang berkaitan dengan pertanahan , (strata 2) perencanaan dan perancangan
7
yang berkaitan dengan tertib membangun dan peraturan bangunan, (strata 3) perencanaan
dan perancangan yang berkaitan pertimbangan sosial dan psikologi, (strata 4) pandangan
dan harapan pengguna jasa terhadap arsitek Indonesia), (strata 5) perencanaan dan
perancangan proyek multi disiplin, (strata 6) manajemen biro konsultan, yang masing-masing
mendapatkan nilai KUM yang berbeda. Seorang arsitek profesionalisme harus memiliki rasa
pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja untuk umat
manusia tanpa semata-mata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiilduniawi. Penataran pengembangan keprofesian Terdapat tiga watak kerja yang merupakan
persyaratan dari seorang profesional, yaitu (a) harus dilandaskan itikad untuk merealisasikan
kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digelutinya (dalam artian tidak hanya
mementingkan imbalan upah materiil semata); (b) harus dilandasi oleh kemahiran teknis
yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang
panjang, ekslusif dan berat; (c) diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral, harus
menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan
dan disepakati bersama didalam sebuah organisasi profesi.
Berbicara profesi, profesional dan profesionalisme arsitek dituntut melakukan
penerapan keahlian khusus (matematika, fisika dan pengetahuan ilmiah lainnya yang
relevan) untuk melakukan perencanaan, perancangan (design), konstruksi, operasi dan
perawatan dari produk, proses, maupun sistem kerja tertentu secara efektif-efisien serta
meningkatkan profesioanlismenya melalui wadah organisasi profesi baik untuk lingkup
nasional (negara) maupun internasional (global) seperti yang diutarakan oleh Accreditation
Board for Engineering and Technology (ABET, 1993)
1.3.4. Pendidikan Profesi Arsitek (PPars) menghasilkan calon arsitek Profesional
Lembaga Pendidikan Profesi Arsitek merupakan suatu wadah untuk pelaksanaan
program pendidikan tinggi lanjutan dalam bidang Arsitektur dalam rangka mempersiapkan
para lulusan perguruan tinggi program studi Arsitektur menjadi seorang arsitek profesional.
Smart architecture atau smart building tumbuh diantara kegalauan manusia pada kondisi
krisis energi dan kerusakan lingkungan yang telah melanda dunia. Kekhawatiran akan anak
cucu kita dapat menikmati apa yang sudah dan pernah dinikmati turut menjadi pemicu. UIA
menetapkan kriteria lulusan pendidikan arsitektur (dalam hal ini setelah menempuh
pendidikan profesi arsitek) dengan tiga jenjang pencapaian, yaitu kepekaan (awareness),
pengertian (understanding), dan kemampuan (ability). Yang dalam taksonomi pendidikan
dibagi tiga: (1) Ranah Kognitif (kesadaran/Kepekaan): perilaku manusia terhadap
lingkungan, pluralitas dan multivalensi kemanusiaan beda tradisi yang non-Barat, ekonomi
bangunan dan pengendalian biaya bangunan, konteks hukum dari praktek arsitek, organisasi
praktek dan manajemen, perjanjian kerja dan dokumentasi,luas jangkauan peran arsitek,
etika dan penilaian professional, (2) Ranah Afektif (Pengertian), tradisi nasional dan regional,
tradisi barat,konservasi lingkungan, sistem penataan formal, sistem struktural, sistem umur
bangunan dan sistem pengamanan, sistem bidang penutup luar bangunan, sistem
lingkungan bangunan, sistem peralatan layan/servis bangunan, tanggung jawab dalam
bidang hukum, pemenuhan syarat peraturan bangunan, bahan-bahan bangunan dan rakitan,
pemagangan professional, persyaratan dimasa lalu dan kini untuk arsitektur, (3) Ranah
Psikomotorik (Terampil/keterampilan/kemampuan):keterampilan pernyataan dengan kata,
keterampilan pernyataan dengan gambar, keterampilan meneliti, keterampilan berpikir kritis,
keterampilan desain dasar, keterampilan kerja sama, keterampilan programatik bersumber
dari sejarah dan kejadian pendahuluk, keterampilan memberi fasilitas terhadap yang cacat
fisik, keterampilan menanggapi tapak, keterampilan dalam integrasi berbagai sistem
bangunan, keterampilan pengembangan rincian desain, keterampilan dokumentasi gambargambar, keterampilan desain sesuai program yang komprehensif, keterampilan
mempersiapkan program)
Union Internationale des Architects (UIA), persatuan arsitek-arsitek internasional,
menuntut kemampuan profesional seorang arsitek dengan kriteria kinerja profesionalisme
yang tinggi. Kriteria ini terdiri atas tiga tingkat kemampuan dengan tiga puluh tujuh butir
materi. Butir-butir ini diberlakukan menimbang tugas dari seorang arsitek bukan hanya
8
sekedar mendesain bangunan, tetapi perlu diingat bahwa dimulai dari proses perancangan
sampai konstruksi dan penyempurnaan tahap akhir, si arsitek sering diminta untuk terus
terlibat. Secara sederhana makna kompeten dapat diartikan sebagai penguasaan seorang
arsitek terhadap berbagai kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk berpraktek
sebagai arsitek.
Bakuan kompetensi ini merupakan kebutuhan dasar bagi seorang arsitek untuk dapat
memperoleh sertifikat dan registrasi sebagai arsitek (professional). Kompetensi ini meliputi
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seorang arsitek melalui
pendidikan formal dan pelatihan/pemagangan/praktek kerja yaitu:
(1) Kemampuan untuk menghasilkan rancangan arsitektur yang memenuhi ukuran
estetika dan persyaratan teknis, dan yang bertujuan melestarikan (2) Pengetahuan yang
memadai tentang sejarah dan teori arsitektur termasuk seni, teknologi dan ilmu-ilmu
pengetahuan manusia, (3) Pengetahuan tentang seni dan pengaruhnya terhadap kualitas
rancangan, (4) Pengetahuan yang memadai tentang perencanaan dan perancangan kota
serta keterampilan yang dibutuhkan dalam proses perencanaan itu 5) Mengerti hubungan
antara manusia dan bangunan, dan antara bangunan dan lingkungannya, serta
menghubungkan bangunan-bangunan dengan ruang diantaranya untuk kepentingan
manusia dan skalanya, (6) Pengetahuan yang memadai tentang cara mencapai
perancangan yang dapat mendukung lingkungan yang berkelanjutan, (7) Mengerti makna
profesi dan peran arsitek dalam masyarakat terutama pada hal-hal yang menyangkut
kepentingan masalah sosial, (8) Mengerti persiapan untuk sebuah pekerjaan perancangan
dan cara-cara pengumpulan data, (9) Mengerti masalah-masalah perancangan struktur,
konstruksi dan enjinering yang berhubungan dengan rancangan bangunan,(10)
Pengetahuan yang memadai tentang masalah fisika bangunan, teknologi dan fungsi
bangunan dalam kaitannya dengan kenyamanan bangunan dan perlindungan terhadap iklim,
(11) Memiliki keterampilan merancang yang memenuhi kebutuhan bangunan dalam batasbatas yang diberikan oleh anggaran biaya dan peraturan bangunan, (12) Pengetahuan yang
memadai tentang industri, organisasi dan prosedur dalam penerjemahan konsep rancangan
menjadi wujud bangunan serta menyatukan rencana kedalam suatu perencanaan
menyeluruh), (13) Pengetahuan yang memadai mengenai pandangan manajemen proyek
dan pengendalian biaya.
Ke-37 butir kriteria di atas merupakan dasar untuk menyiapkan diri, melalui magang
selama 2 (dua) tahun serta kemudian menempuh ujian (untuk memenuhi kualifikasi,
lisensi/registrasi, sertifikasti menjadi arsitek professional. Sistem pendidikan di Indonesia
untuk program strata di Indonesia adalah selama empat tahun, padahal tuntutan dari UIA
adalah minimal lima tahun pendidikan universitas. Bila dibandingkan, dengan ketentuan 144160 sks selama menjalani program strata satu tentunya dianggap tidak memenuhi standar
internasional. Kedepan perlu disesuaikan menjadi lima tahun seperti yang dituntut oleh UIA.
Beberepa perguruan tinggi di Indonesia sudah melakukan hal tersebut, Kemudian setelah itu
baru pendidikan lima tahun tersebut dilanjutkan dengan magang minimal dua tahun setelah
lulus.
Sistem penambahan satu tahun ini diserahkan kepada masing-masing institusi
pendidikan oleh legitimasi yang dilakukan oleh IAI dan Departemen Pendidikan Tinggi.
Setelah lulus program penambahan ini, seseorang akan memperoleh gelar Sarjana
Arsitektur. Kemudian untuk mendapatkan lisensi profesi IAI, seorang sarjana arsitektur tadi
harus mengikuti ujian yang dilakukan oleh Dewan Keprofesian Arsitek yang bisa diambil
apabila telah menjalani proses pemagangan selama minimal dua tahun
1.3.5. Pemagangan, proses dan prosedur untuk menjadi Anggota Profesional IAI
Pemagangan ialah bekerja pra-praktek yang diprogramkan pada satu proyek nyata
bagi anggota IAI yang ingin menjadi arsitek profesional di bawah bimbingan arsitek
profesional senior sebagai Mentor/pembimbing ialah Anggota Profesional IAI senior yang
memenuhi syarat dalam memberikan bimbingan bagi Calon/Pemagang. Tujuan dan sasaran
pemagangan adalah: mempersiapkan anggota IAI agar mendapatkan pengalaman praktek
9
professional secara nyata dan sesuai dengan standar hasil karya arsitek dengan
mendapatkan bimbingan yang terarah, Mempersiapkan anggota IAI agar memahami dan
menghayati kode etik dan kaidah tata laku profesi arsitek dalam menjalankan kegiatan
profesionalnya, Mempersiapkan anggota IAI agar menjadi mandiri dan berkemampuan lebih
baik dalam, jenjang kariernya sebagai arsitek professional, Mempersiapkan anggota IAI agar
memahami peraturan bangunan yang berlaku dan keselamatan umum serta penerapannya,
Peranan dan fungsi pemagangan: merupakan system pembinaan keprofesian yang terarah
bagi anggota IAI, merupakan upaya guna memperoleh kepercayaan masyarakat sebagai
mitra pembangunan, merupakan langkah strategis profesi dalam mendapatkan pengakuan
hukum,
Kriteria mentor adalah: memegang Sertifikat Keahlian Arsitek Utama yang masih
berlaku, pemegang Sertifikat Keahlian Arsitek Madya dan pernah atau sedang menangani 1
proyek sesuai kategori kelasnya selama memegang sertifikat madya tersebut, Dalam
menangani program mentoring, Mentor maksimal membimbing 3 pemagang dalam waktu
bersamaan, baik proyek yang sama maupun berbeda, Bagi pemegang Sertifikat Keahlian
Arsitek Utama berkewajiban menjadi Mentor minimal 1 kali atau 1 pemagang selama periode
berlakunya sertifikat, hal ini menjadi persyaratan dalam perpanjangan Sertifikat Keahlian.
Kriteria pemagang adalah: telah menjadi anggota IAI, telah mengajukan permohonan
dan disetujui oleh Pengurus Daerah/Cabang/Perwakilan. Kriteria/kategori: mengacu pada
kategori proyek yang ditentukan dalam Pedoman Hubungan Kerja antara Arsitek dengan
Pengguna Jasa, proyek yang disyaratkan sebagai tempat kegiatan magang adalah satu
proyek perancangan yang multi disiplin, minimal melibatkan disiplin struktur dan MEP,
struktur pengelolaan proyek jelas, paling tidak tercermin keberadaan secara terpisah pihakpihak yang terlibat. (bertindak sebagai pemilik, perencana/perancang, pengawas atau
manajemen konstruksi, pelaksana beserta sub-pelaksananya / Pemasok), lingkup kerja
proyeknya meliputi tahap perancangan sampai pelaksanaan fisik di lapangan, sayembara
perancangan dapat dimasukkan kedalam kriteria ini selama sayembara tersebut melibatkan
IAI dan pemagang mendapatkan nominasi (pemenang/finalis/penghargaan), proyek
pengabdian yang dikelola oleh Bidang Pengabdian Profesi IAI termasuk dalam kriteria yang
dapat dipergunakan sebagai program pemagangan selama terdapat mentor yang terlibat.
Prinsip utama pemagangan adalah bimbingan dari arsitek senior, karena itu yang
menjadi acuan adalah keberadaan mentor. Tidak harus bekerja pada satu perusahaan atau
biro arsitek, kegiatan pemagangan dapat dilakukan dimana saja selama proyeknya adalah
nyata, Semua pihak baik pemagang maupun mentor harus terlibat dalam proyek yang
dikerjakan, sehingga tercapai tujuan dalam menghayati dan menyelami kegiatan-kegiatan
nyata dalam satu proyek, honorarium atau Imbalan Jasa pemagang akan ditentukan sesuai
kesepakatan, Proyek yang dikerjakan bisa berasal dari mentor yang bersangkutan atau
dapat juga dibawa oleh calon pemagang, selama sesuai dengan kategori proyek yang
disyaratkan, nilai KUM yang diperoleh mengikuti aturan pemberian nilai KUM untuk proyek,
sedang untuk mentor mendapat tambahan sebesar setengah (50%) dari nilai KUM
pemagang dalam posisinya di proyek yang dikerjakan, Dalam proyek yang dikerjakan, posisi
mentor sebaiknya sebagai penanggung jawab arsitektur, atau paling tidak sebagai
penanggung jawab bagian proyek yang menjadi wewenangnya. (dalam proyek besar
biasanya bisa terdiri dari beberapa arsitek yang menangani bagian-bagian tertentu).
Kategori/kriteria penyerapan pengalaman (1) Manajemen Proyek dan Manajemen
Pengelolaan Konsultan Arsitek meliputi: konsultasi dengan pemilik dan pihak lain yang
terlibat, metoda presentasi / penjelasan hasil rancangan, penyerapan kebutuhan pemilik dan
pengguna akhir rancangan, koordinasi dengan pihak-pihak lain yang terlibat, rapat lapangan,
pengawasan berkala, Inisiasi proyek, project budgeting, (2) perencanaan dan perancangan
meliputi : pencarian dan pengumpulan data, programming dan penyusunan design brief,
tahap-tahap
perancangan,
aspek
teknis
perancangan,
penerapan
peraturan/standar/pedoman, pre estimasi biaya, (3) dokumentasi produk rancangan meliputi:
standar gambar dan laporan, pengelolaan data rancangan (file management), dokumentasi
hasil rancangan , dokumen persetujuan, dokumen koordinasi, dokumen for tender, for
10
construction, shop drawing, dll, standar pengiriman dan penerimaan dokumen, (4)
administrasi proyek meliputi : korespondensi dengan klien dan pihak terkait lainnya,
penyusunan dokumen kontrak, penawaran, dll, penyusunan laporan kerja.
Prosedur untuk menjadi Anggota Profesional IAI sebagai arsitek profesional adalah
sebagai berikut :
Sumber: Bidang Keprofesian, 2010,
Program Pemagangan Bidang Keprofesian Pengurus Nasional IAI 2008-2010, Jakarta
1.4. Simpulan dan Saran
a) Arsitek profesional Indonesia harus selalu meningkatkan keprofesionalannya dengan
mengembangkan diri dalam ilmu dan teknologi di bidang arsitektur terkait dengan
persaingan di era pasar bebas sekarang ini.
b) Kedepan perlu diupayakan oleh asosiasi profesi (IAI) Ikatan Arsitek Indonesia untuk bisa
meningkatkan kesiapan dalam melakukan sertifikasi yang lebih baik lagi sesuai dengan
pangsa pasar sekarang ini dan peningkatkan kualitas sumber daya manusia serta
mencari regenerasi untuk menyiapkan SDM kedepan melalui pelatih/pembekalan
c) Pendidikan Profesi Arsitek oleh perguruan tinggi negeri bekerjasama dengan Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) dapat mempersiapkan para lulusan perguruan tinggi program studi
Arsitektur menjadi seorang arsitek profesional
DAFTAR PUSTAKA
(ABET) Accreditation Board for Engineering and Technology. 1993 Annual Report. New
York, 1993.
Budiharjo.E.1997,Arsitek dan Arsitektur Indonesia Menyongsong Masa Depan,Penerbit
Andi,Yogjakarta.
Budiharjo.E.1997,Jati Diri Arsitek Indonesia,Penerbit Alumni,Bandung.
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (www.bnsp.go.id).
Bidang Keprofesian, 2010, Program Pemagangan Bidang Keprofesian Pengurus Nasional
IAI 2008-2010, Jakarta
11
Dwiyanto, A. 2008. Arsitek Profesional dan Perannya dalam Dunia Kerja. Perancangan Kota
dan Permukiman 7 no 1.
Mickie S. Rops (2002), ‘Credentialing, Licensure, Certification, Accreditation,Certificates’
Morris M. Kleiner (2006),’ Licensing Occupations, Ensuring Quality or Restricting
ompetition?’, W.E. Upjohn Institute for Employment Research,Kalamazoo, Michigan
Permana, A. Y. 2006. Meniti Jalan Kearah profesionalisme Arsitek: Antara Proses dan
Harapan. Malang: Seminar Nasional pendidikan Arsitektur ,Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Peraturan Pemerintah No. 28, 29, 30 Tahun 2000 tentang “Usaha dan Peran Masyarakat
Jasa Konstruksi”
Puri, E. R. 2008. Model Manajemen Kinerja Sertifikasi Tenaga Ahli Konstruksi dan
Identifikasi Indikator Kinerja Pedoman Akreditasi. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Subijono.E. 2004, Penataran Keprofesian Ikatan Arsitek Indonesia tentang Kode Etik Arsitek,
Kaidah Tata Laku dan Praktek Profesi, Ikatan Arsitek Indonesia, Jakarta
Sianturi, M. R. 2007. Evaluasi Kesiapan Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi dalam
Mensertifikasi Arsitek(Anggotanya). Bandung: Institut Teknologi Bandung.
UIA, Accord on Recommended International Standars of Professionalism in Architectural
Practice, 1997.
Undang-undang No. 18 tahun 1999, “Undang Undang Jasa Konstruksi”
Warman, Y. 2008. Kajian Evaluasi Penerapan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1999 Tentang Jasa Konstruksi Mengenai Kewajiban Sertifikasi Bagi Tenaga Ahli
Konstruksi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
www.ncees.com
www.gunadarma.ac.id, 2010, Profesionalisme Seorang Arsitek, Arsitek Indonesia
Menghadapi Dunia Dalam Proses Pembangunan
12
Download