Menurut Mulyadi (2001:553), persediaan adalah

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Umum
2.1.1 Pengenalan Basis Data
2.1.1.1
Sistem
Menurut Connolly dan Begg (2010:312), sistem adalah adalah
suatu
cara
untuk
mengumpulkan,
mengatur,
mengendalikan,
dan
menyebarkan informasi ke seluruh organisasi.
2.1.1.2
Data
Menurut Conolly dan Begg (2010:70), data adalah komponen
yang paling penting dalam DBMS, berasal dari sudut pandang end-user.
2.1.1.3
Basis Data
Menurut Yakub (2008:2), basis data (database) merupakan
sekumpulan data yang saling berhubungan (mempunyai relasi).
Menurut Connolly dan Begg (2010:65), basis data adalah
sekumpulan data yang terhubung secara logika, dan deskripsi dari data
tersebut yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu
organisasi.
2.1.1.4
Pengertian Sistem Basis Data
Menurut Yakub (2008:13), sistem basis data (database) adalah
sistem yang terdiri dari kumpulan file atau tabel yang saling berhubungan
dan memungkinkan beberapa pemakai mengakses dan memanipulasinya.
Sistem basis data pada dasarnya adalah sistem penyimpanan
record yang terkomputerisasi dimana tujuan sebenarnya adalah menyimpan
6
7
informasi dan membuat informasi tersebut selalu tersedia pada saat
dibutuhkan. Keseluruhan sistem terkomputerisasi tersebut memperbolehkan
pengguna menelusuri kembali dan mengubah informasi tersebut sesuai
kebutuhan.
2.1.1.5
Database Management System
Menurut Connolly dan Begg (2010:66), Database Management
System (DBMS) adalah sebuah sistem peranti lunak yang memungkinkan
user untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke
basis data.
Menurut Connolly dan Begg (2010:68), Database Management
System (DBMS) memiliki komponen komponen utama dalam lingkungannya,
terdapat lima komponen DBMS yaitu:
1.
Hardware
DBMS dan aplikasi membutuhkan hardware agar dapat dijalankan.
Hardware dapat berkisar dari sebuah PC, sebuah mainframe, dan jaringan
dari komputer-komputer. Hardware tertentu bergantung pada kebutuhan
perusahaan dan DBMS yang digunakan. Beberapa DBMS hanya dapat
bekerja pada hardware atau sistem operasi tertentu. DBMS membutuhkan
jumlah minimum dari main memory dan space disk untuk bekerja.
2.
Software
Komponen software terdiri dari software DBMS itu sendiri dan
program aplikasi, bersama dengan sistem operasi, termasuk network
software jika DBMS digunakan pada jaringan. Pada umumnya, program
aplikasi ditulis dalam bahasa pemrograman generasi ketiga (3GL), seperti C,
C++, C#, Java, Visual Basic, COBOL, dan sebagainya.
3.
Data
Komponen terpenting dari DBMS, terutama dari sudut pandang end
user, adalah data. Data bertindak sebagai jembatan antara komponen mesin
8
dan komponen manusia. Basis data memiliki baik data operasional dan
metadata. Struktur dari basis data disebut skema.
4.
Prosedur
Prosedur merujuk pada instruksi dan aturan yang mengatur desain dan
penggunaan dari basis data.
5.
Manusia
Komponen manusia terdiri dari:
a.
Data administrator adalah orang yang berwenang untuk
mengatur sumber data termasuk merencanakan basis data,
mengembangkan dan memelihara, kebijakan dan prosedur, dan
desain konseptual atau logikal basis data.
b.
Database administrator adalah orang yang bertanggung jawab
untuk realisasi fisikal dari basis data, termasuk desain fisikal
basis data dan implementasi, kontrol keamanan dan integritas,
memelihara sistem operasional, dan memastikan kepuasan
performa aplikasi untuk user.
c.
Database designer terbagi menjadi dua yaitu logical database
designer dan physical database designer.
i. Logical
database
designer
adalah
orang
yang
mengidentifikasi data (entitas dan atribut), hubungan antar
data, dan constraint data yang disimpan dalam basis data.
Logical
database
designer
harus
memiliki
secara
menyeluruh dan mengerti sepenuhnya dari data perusahaan
dan
peraturan
bisnis.
Peraturan
bisnis
menjelaskan
karakteristik utama dari data yang dilihat oleh perusahaan.
ii. Physical database designer adalah orang yang memutuskan
bagaimana desain logikal basis data direalisasikan. Hal ini
termasuk mapping desain logikal basis data ke dalam tabel
dan
constraint
yang
terintegritas,
memilih
struktur
penyimpanan spesifik dan metode akses untuk data
9
disimpan dalam performa yang baik, dan mendesain ukuran
sekuritas yang dibutuhkan data.
d. Application developer adalah orang yang bertanggung jawab
mengimplementasikan program aplikasi yang menyediakan
fungsionalitas yang dibutuhkan untuk end user setelah basis
data diimplementasikan.
e. End user merupakan pelanggan dari basis data yang telah
dirancang dan diimplementasikan untuk menyediakan informasi.
Pada umumnya, DBMS menyediakan fasilitas-fasilitas berikut:
1.
Query Processor, merupakan komponen utama dalam DBMS
yang merubah query ke dalam bahasa instruksi tingkat rendah
yang ditujukan untuk database manager.
2.
Database Manager (DM), DM berhadapan dengan program
aplikasi dan query yang diajukan oleh user. DM menerima query
dan
memeriksa
skema
eksternal
dan
konseptual
untuk
menentukan laporan konseptual apa yang dapat memenuhi
permintaaan user.
3.
File Manager, memanipulasi file-file dasar yang tersimpan dan
mengatur alokasi tempat penyimpanan.
4.
DML Processor, modul ini mengkonversikan pernyataan DML
dalam program aplikasi ke dalam bentuk standar dari bahasa host.
5.
DDL Compiler, mengkonversikan pernyataan DDL ke dalam
sekumpulan tabel-tabel yang berisikan data-data. Tabel-tabel ini
tersimpan di katalog sistem dan informasi pengawasannya
disimpan pada file header data.
6.
Catalog Manager, mengatur pengaksesan dan memelihara
sistem katalog.
Berikut ini terdapat beberapa kelebihan dari DBMS:
a)
Mengontrol redundansi data.
10
b)
Data yang konsisten
Dengan kontrol redundansi data maka akan mengurangi risiko
terjadinya ketidak konsistenan data.
c)
Lebih banyak informasi yang diperoleh dari data yang sama
Data operasional yang terintegrasi memungkinkan organisasi
menerima infrormasi tambahan dari data yang sama.
d)
Data dapat digunakan secara bersama-sama oleh semua
pengguna yang sah.
e)
Meningkatkan integritas data.
f)
Meningkatkan keamanan terhadap perlindungan basis data dari
pengguna yang tidak sah.
g)
Mengijinkan database administrator (DBA) mendefinisikan dan
menjalankan standart kebutuhan.
h)
Menghemat
biaya
dengan
menggabungkan
semua
data
operasional organisasi menjadi satu basis data.
i)
Menyeimbangkan kebutuhan antara satu pengguna dengan
pengguna lainnya yang saling bertentangan.
j)
Meningkatkan pengaksesan data dan hasilnya.
k)
Meningkatkan produktifitas.
l)
Meningkatkan pemeliharaan melalui independency data.
m)
Meningkatkan concurrency
Apabila terdapat dua atau lebih pengguna mengakses file yang
sama,
maka
proses
pengaksesannya
tidak
akan
saling
mengganggu.
n)
Meningkatkan backup dan recovery untuk kondisi apabila terjadi
kegagalan sistem.
Berikut ini terdapat beberapa kelemahan dari DBMS:
a)
Memiliki sistem perangkat lunak yang lebih kompleks.
b)
Membutuhkan ukuran yang lebih besar.
c)
Biaya yang dikeluarkan bergantung pada keadaan dan fungsi
yang disediakan.
11
d)
Membutuhkan biaya tambahan untuk perangkat keras.
e)
Biaya konversi untuk menjalankan DBMS baru.
f)
Performa yang kurang cepat karena aplikasi dibuat tidak spesifik
melainkan umum.
g)
2.1.1.6
Dampak yang luas jika terjadi kegagalan.
Program Aplikasi
Menurut Connolly dan Begg (2010:67), program aplikasi adalah
sebuah program komputer yang berinteraksi dengan basis data dengan
mengeluarkan permintaan yang sesuai (biasanya perintah SQL) kepada
DBMS.
2.1.2 Relational Model
Relational Model adalah sebuah model yang didasarkan pada konsep
matematika dari sebuah relasi yang secara fisik direpresentasikan sebagai tabel.
2.1.2.1
Relational Data Structure
Relation adalah sebuah tabel dengan baris dan kolom. Relational
database adalah sekumpulan relasi yang ternormalisasi atau terstruktur
secara tepat dengan nama relasi yang berbeda.
Definisi-definisi lain yang terkait Relational Data Structure
adalah:
a.
Attribute adalah nama kolom dari sebuah relasi.
b.
Domain adalah sekumpulan nilai yang diperkenankan untuk satu atau
lebih atribut.
c.
Tuple adalah sebuah baris dari sebuah relasi.
d.
Degree adalah jumlah atribut pada sebuah relasi.
e.
Cardinality adalah jumlah tuple pada sebuah relasi.
12
2.1.2.2
Relational Keys
Relational Keys yang ada antara lain:
a.
Super key adalah sebuah atribut atau sekumpulan atribut
yang secara unik mengidentifikasikan sebuah tuple dalam
sebuah relasi.
b.
Candidate key adalah sebuah superkey yang bukan
merupakan bagian dari superkey dalam relasi.
c.
Primary key adalah candidate key yang terpilih untuk
mengidentifikasikan tuples secara unik dalam relasi.
d.
Foreign key adalah sebuah atribut atau kumpulan dari atribut
dalam sebuah relasi yang sesuai dengan candidate key dari
beberapa relasi.
e.
Composite key adalah candidate key yang terdiri dari dua
atau lebih atribut.
2.1.2.3
Integrity Constraint
Integrity Constraint yang ada antara lain:
a.
Null, merupakan nilai untuk atribut yang saat ini tidak
diketahui atau tidak berlaku untuk tupel ini.
b.
Entity integrity, dalam relasi dasar, atribut dari sebuah
primary key tidak boleh null.
c.
Referential integrity, jika sebuah foreign key ada dalam
suatu relasi, maka nilai foreign key akan dibandingkan
dengan nilai candidate key dari beberapa tuple relasi itu
sendiri atau nilai foreign key harus null seluruhnya.
d.
General constraint, aturan tambahan yang ditentukan oleh
pengguna basis data yang mendefinisikan atau membatasi
beberapa aspek dari perusahaan.
13
2.1.3 Database System Development Lifecylce
Tahapan penerapan database application lifecycle menurut Connolly dan
Begg (2010:313):
Gambar 2.1 Database System Development Lifecycle
2.1.3.1
Database Planning
Menurut Connolly dan Begg (2010:313-315), perancangan basis
data adalah sebuah aktivitas manajemen yang memungkinkan tahapantahapan dari aplikasi basis data terealisasi dengan seefektif dan seefisien
14
mungkin. Terdapat tiga hal penting yang menyangkut perumusan sebuah
strategi sistem informasi, yaitu:
a.
Identifikasi rencana dan sasaran perusahaan dengan penentuan
kebutuhan sistem informasi berikutnya.
b.
Evaluasi dari sistem informasi yang sedang berjalan untuk menentukan
kelebihan dan kekurangan yang ada.
c.
Penafsiran peluang teknologi informasi yang mungkin memberikan
keuntungan kompetitif.
Langkah-langkah dalam perencanaan basis data:
1.
Mendefinisikan mission statement dari proyek basis data. Mission
statement ini menjelaskan tujuan utama dari aplikasi basis data.
Sebuah mission statement membantu dalam mengklarifikasi tujuan
dari proyek basis data dan menyediakan jalur yang lebih jelas dalam
pembuatan aplikasi basis data yang dibutuhkan secara efektif dan
efisien.
2.
Mengidentifikasi mission objective, setiap mission objective harus
mengidentifikasikan sebuah tugas tertentu yang harus didukung oleh
basis data. Asumsinya, apabila basis data mendukung mission
objective maka mission statement dapat tercapai.
2.1.3.2
System Definition
Menurut Connolly dan Begg (2010:316), definisi sistem
menggambarkan lingkup dan batasan dari aplikasi basis data dan user view
yang utama. User view mendefinisikan apa yang dibutuhkan dari aplikasi
basis data yang dilihat dari sudut pandang sebuah peran kerja (seperti
manajer atau supervisor) atau area aplikasi (seperti marketing, personalia,
atau kontrol stok).
Identifikasi user view ini merupakan aspek yang penting dalam
pengembangan sebuah aplikasi basis data karena user view membantu untuk
15
memastikan bahwa tidak ada pengguna utama yang terlupakan saat
mengembangkan aplikasi yang baru. Selain itu, user view juga membantu
dalam pengembangan aplikasi basis data yang relatif rumit dengan
memungkinkan kebutuhan dipecah menjadi bagian-bagian yang dapat diatur.
2.1.3.3
Requirement Collection and Analysis
Menurut Connolly dan Begg (2010:316-319), pengumpulan
kebutuhan dan analisis data merupakan proses mengumpulkan dan
menganalisis informasi yang berhubungan dengan bagian dari organisasi
yang akan didukung oleh aplikasi basis data dan menggunakan informasi
tersebut untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna dari sistem baru.
2.1.3.4
Database Design
Menurut Connolly dan Begg (2010:320). Perancangan basis data
merupakan proses untuk membuat rancangan untuk basis data yang akan
mendukung operasi dan tujuan dari perusahaan. Terdapat empat pendekatan
dalam perancangan basis data, yaitu:
1.
Bottom up, pendekatan ini dimulai pada tingkat awal yang melewati
analisis dari hubungan antar atribut dan cocok untuk mendesain basis
data yang sederhana dengan jumlah atribut yang sedikit.
2.
Top down, pendekatan ini dimulai dengan pengembagan model data
yang mengandung beberapa entitas dan relasi tingkat tinggi yang
kemudian akan mengidentifikasi entitas dan relasi tingkat rendah
beserta atribut-atribut yang berkaitan. Pendekatan ini biasanya
digambarkan dengan menggunakan konsep dari model EntityRelationship (ER), mulai dengan identifikasi entitas dan hubunganhubungan antar entitas, yang berhubungan dengan organisasi.
3.
Inside out, pendekatan yang ada hubungannya dengan pendekatan
bottom-up namun dibedakan dengan pendefinisian pertama untuk
sekumpulan entitas utama.
16
4.
Mixed strategy, pendekatan yang menggunakan pendekatan bottom-up
dan top-down untuk berbagai bagian pada model sebelum nantinya
akan dikombinasikan bersama.
Menurut Connolly dan Begg (2010:322-324), database design
dibagi dalam tiga tahap, yaitu Conceptual Database Design, Logical
Database Design, dan Physical Database Design.
2.1.3.5
DBMS Selection
Menurut Connolly dan Begg (2010:325-329). Tahap ini bertujuan
untuk memilih DBMS yang tepat untuk mendukung aplikasi basis data
Tahap-tahap utama untuk memilih DBMS:
1.
Mendefinisikan persyaratan studi referensi
Dibuat dengan menyatakan tujuan dan ruang lingkup pembelajaran
tugas-tugas yang akan dikerjakan, penjelasan kriteria (berdasarkan
spesifikasi kebutuhan pengguna) yang digunakan dalam mengevaluasi
produk-produk DBMS, daftar produk-produk yang dimungkinkan, semua
batasan-batasan dan skala waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran.
2.
Mendaftar dua atau tiga produk
Kriteria yang dianggap penting dalam keberhasilan implementasi dapat
digunakan untuk membuat daftar produk-produk DBMS dalam evaluasi
seperti dana yang tersedia, tingkat dukungan vendor, kecocokan dengan
perangkat lunak lainnya, dan apakah produk hanya berjalan pada hardware
tertentu.
3.
Evaluasi produk
Fitur-fitur yang digunakan dalam evaluasi produk-produk DBMS
dikelompokkan menjadi definisi data, definisi fisik, kemampuan akses,
penanganan, pengembangan, dan juga fitur-fitur lainnya.
17
4.
Rekomendasi pilihan dan laporan produk
Langkah terakhir dari pemilihan DBMS adalah mendokumentasikan
prosesnya dan membuat pernyataan dalam penemuan dan rekomendasi pada
produk DBMS tertentu.
2.1.3.6
Application Design
Menurut Connolly dan Begg (2010:329), perancangan aplikasi
merupakan perancangan tampilan antar muka dan aplikasi program yang
digunakan dan memproses basis data. Terdapat dua aspek dalam
perancangan aplikasi, yaitu:
1.
Transaction Design, menurut Connoly dan Begg (2010:330),
merupakan tindakan ataupun serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh satu pengguna ataupun program aplikasi, yang mengakses atau
mengubah isi dari basis data). Terdapat tiga tipe utama dari transaksi,
yaitu:
a.
Retrieval transaction digunakan untuk mengambil data untuk
ditampilkan pada laporan atau layar.
b.
Update transactions digunakan untuk memasukkan, menghapus,
dan mengubah data dalam basis data.
c.
2.
Mixed transaction meliputi transaksi retrieval dan update.
User Interface Design, untuk meningkatkan kegunaan dari aplikasi,
memiliki antarmuka yang dirancang dengan baik adalah syarat yang
penting untuk dipenuhi. Eight golden rules merupakan panduan yang
baik untuk merancang antarmuka aplikasi. Eight golden rules akan
dibahas lebih detail pada Subbab 2.1.9.
18
2.1.3.7
Prototyping
Menurut Connolly dan Begg (2010:333), prototyping yaitu
pembuatan model kerja dari aplikasi basis data. Terdapat dua strategi
prototyping, yaitu:
1.
Requirements prototyping yaitu prototyping yang digunakan untuk
mendefinisikan keperluan aplikasi basis data dan tidak akan digunakan
kembali jika sudah memenuhi semua keperluan yang ada.
2.
Evolutionary
prototyping
memiliki
tujuan yang
sama,
tetapi
prototyping tetap akan digunakan setelah mencapai tujuan keperluan
sistem basis data dan prototyping tersebut akan dikembangkan lebih
lanjut untuk sistem basis data.
2.1.3.8
Implementation
Menurut Connolly dan Begg (2010:333-334), implementation
yaitu realisasi fisikal dari basis data dan perancangan aplikasi.
2.1.3.9
Data Conversion and Loading
Menurut Connolly dan Begg (2010:334), data conversion and
loading yaitu proses memindahkan data sudah yang ada ke dalam basis data
yang baru dan mengubah setiap aplikasi yang sudah ada untuk dapat berfungsi
di dalam basis data baru.
2.1.3.10
Testing
Menurut Connolly dan Begg (2010:334), testing yaitu proses
menjalankan sistem basis data dengan tujuan untuk menemukan kesalahankesalahan.
19
2.1.3.11
Operational Maintenance
Menurut Connolly dan Begg (2010:335), operational maintenance
yaitu proses memantau dan memelihara sistem basis data setelah melakukan
instalasi. Terdapat dua kegiatan yang berkaitan dalam tahapan ini, yaitu:
1.
Mengawasi performa dari sistem. Jika performa berada di bawah
standar, maka penyetelan dan reorganisasi basis data diperlukan.
2.
Memelihara dan meningkatkan mutu sistem basis data. Kebutuhan
baru digabungkan ke dalam sistem basis data dengan tahapan-tahapan
lifecycle yang sebelumnya.
2.1.4 Teknik Fact Finding
Menurut Connolly dan Begg (2010:341), fact finding yaitu proses formal
dari penggunaan teknik, seperti wawancara dan kuesioner untuk mengumpulkan
fakta tentang sistem, keperluan, dan preferensi. Terdapat lima teknik fact finding
yang sering digunakan, yaitu:
1.
Memeriksa Dokumentasi
Memeriksa dokumentasi dapat sangat berguna ketika sedang mencoba
untuk mendapatkan informasi mengenai seberapa perlu sebuah basis data
dibuat. Dokumentasi juga dapat membantu menyediakan informasi
mengenai bagian perusahaan yang terkait masalah. Dengan memeriksa
dokumentasi, formulir, laporan, dan informasi yang terkait, sistem sebuah
perusahaan bisa dipahami dalam waktu yang singkat.
2.
Wawancara
Wawancara merupakan teknik yang paling sering digunakan dan
paling berguna. Tujuan melakukan wawancara yaitu untuk menemukan,
memastikan fakta, melibatkan pengguna, dan mengumpulkan pendapat.
20
3.
Observasi
Observasi merupakan salah satu cara paling efektif dalam teknik fact
finding untuk memahami sebuah sistem. Teknik ini dapat dilakukan dengan
mengamati dan mempelajari seseorang yang sedang melakukan kegiatan
yang berkaitan dengan sistem.
4.
Kuesioner
Kuesioner
adalah
dokumen
yang
bertujuan
khusus
yang
memungkinkan fakta-fakta dikumpulkan dari sejumlah besar orang dengan
tetap mengontrol respon mereka. Kuesioner merupakan teknik yang paling
efisien untuk melibatkan responden dengan jumlah yang besar.
5.
Penelitian
Sebuah teknik fact finding yang berguna yaitu meneliti aplikasi dan
masalah. Jurnal, buku-buku referensi, dan internet merupakan sumber yang
membantu.
2.1.5 Entity Relational Modeling
Menurut Connolly dan Begg (2010:371), Entity Relationship Modelling
adalah salah satu bentuk pendekatan top-down dalam perancangan basis data yang
dimulai dengan mengidentifikasi data-data penting yang disebut entitas dan
hubungan (relationship) antara data-data tersebut harus direpresentasikan dalam
sebuah model.
2.1.5.1
Entity Types
Menurut Connoly dan Begg (2010:372), tipe entitas adalah
sekumpulan objek yang memiliki sifat yang sama, yang diidentifikasi oleh
perusahaan dan memiliki keberadaan yang independen. Keberadaaan dari
entitas yang independen ini dapat berupa fisik (nyata) maupun konseptual
(abstrak).
21
Menurut lain Connolly dan Begg (2010:383), terdapat dua jenis
entity types, yaitu:
1.
Strong entity type, sebuah tipe entitas yang keberadaannya tidak
bergantung pada entitas lain.
2.
Weak entity type, sebuah tipe entitas yang keberadaannya bergantung
pada entitas lain.
2.1.5.2
Relationship Types
Menurut Connolly dan Begg (2010:374), tipe relationship
merupakan sebuah hubungan yang memiliki arti di antara beberapa tipe
entitas. Setiap tipe relasi diberi nama yang menjelaskan fungsinya.
Relationship
occurence
merupakan
sebuah
hubungan
yang
dapat
diidentifikasi secara unik, yang meliputi satu kejadian dari masing-masing
tipe entitas yang berpartisipasi.
Menurut Connolly dan Begg (2010:376), degree of a relationship
type yaitu jumlah partisipasi tipe entitas dalam sebuah relasi. Terdapat
beberapa jenis degree of a relationship type:
1.
Binary, hubungan antar dua entitas.
2.
Ternary, hubungan antar tiga entitas.
3.
Quartenary, hubungan antar empat entitas.
4.
Recursive atau unary, sebuah tipe relasi dengan satu tipe entitas yang
berpartisipasi lebih dari satu kali dengan peran yang berbeda.
2.1.5.3
Attributes
Menurut Connolly dan Begg (2010:379), atribut merupakan
properti atau sifat dari sebuah entitas atau tipe relationship. Domain atribut
merupakan suatu kumpulan nilai yang diperbolehkan untuk satu atau lebih
atribut. Atribut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
22
1.
Simple attribute, atribut yang terdiri dari komponen tunggal dengan
keberadaan yang independen dan tidak dapat dibagi lagi menjadi
komponen yang lebih kecil.
2.
Composite attribute, atribut yang terdiri dari beberapa komponen
dengan keberadaan yang independen.
3.
Single-valued attribute, atribut yang mempunyai nilai tunggal untuk
setiap kejadian dari tipe entitas.
4.
Multi-valued attribute, atribut yang mempunyai beberapa nilai untuk
setiap kejadian dari tipe entitas.
5.
Derived attribute, atribut yang mewakili sebuah atribut yang
dihasilkan dari satu atau sekelompok atribut yang berhubungan, tidak
harus pada tipe entitas yang sama.
2.1.5.4
Structural Constraints
Menurut Connolly dan Begg (2010:385), batasan utama dari
relationship disebut multiplicity, yang artinya jumlah dari kejadian-kejadian
yang mungkin terjadi pada entitas yang berhubungan dengan kejadian
tunggal dari entitas melalui relationship khusus. Terdapat tiga jenis
relationship sesuai dengan batasan perusahaan, yaitu:
1.
One to one (1:1) relationships
Hubungan one-to-one terjadi ketika ada satu record dari tabel pertama
yang berkorespondensi dengan satu record dari tabel lain. Contohnya setiap
nama karyawan hanya memiliki satu nomor ID karyawan.
2.
One to many (1:*) relationships
Hubungan one-to-many terjadi ketika setiap record dalam tabel A bisa
memiliki beberapa link dari tabel B namun masing-masing record dari tabel
B hanya bisa berkorespondensi dengan satu record dari tabel A. Contohnya
sebuah perusahaan dengan semua karyawannya bekerja di gedung 1
(merupakan tabel A). Nama gedung memiliki hubungan dengan banyak
23
karyawan (merupakan tabel B). Jadi, satu record dari tabel A, yaitu tabel
nama gedung, memiliki relasi dengan banyak nama karyawan dari tabel B.
3.
Many to many (*:*) relationships
Hubungan many-to-many terjadi ketika setiap record dari tabel A
memiliki hubungan dengan record-record yang ada di tabel B dan
sebaliknya.
Menurut
Connolly
dan
Begg
(2010:390),
cardinality
mendeskripsikan jumlah maksimum dari relationship occurrence yang
mungkin terjadi untuk sebuah entitas yang berpartisipasi dalam tipe relasi
dan participation menentukan sebagian atau sejumlah entity occurrence
berpartisipasi dalam sebuah relasi.
2.1.5.5
Masalah dalam Model ER
Menurut Connolly dan Begg (2010:392), connection traps adalah
masalah yang terjadi ketika membuat model ER. Terdapat dua jenis
connection traps, yaitu:
1.
Fan trap, terjadi ketika sebuah model menampilkan sebuah relasi antar
tipe entitas, tetapi jalur entity occurrence tidak jelas atau ambigu.
2.
Chasm trap, terjadi ketika sebuah model memungkinkan timbulnya
sebuah relasi antara dua tipe entitas, tetapi jalur tidak tersedia antar
entity occurrence tertentu.
2.1.6 Metodologi Perancangan Basis Data
Desain metodologi yaitu sebuah pendekatan terstruktur yang menggunakan
bantuan prosedur, teknik, alat, dan dokumentasi untuk mendukung dan
memfasilitasi proses perancangan. Menurut Connolly dan Begg (2010:467), ada
tiga tahapan dalam perancangan basis data antara lain adalah:
24
2.1.6.1
Perancangan Basis Data Konseptual
Menurut Connolly and Begg (2010:467), conceptual database
design yaitu proses membangun model data yang digunakan dalam suatu
perusahaan dan independen dari semua pertimbangan fisik.
Langkah-langkah membangun konseptual model:
1.
Mengidentifikasi tipe-tipe entity
Tujuannya untuk mengidentifikasi dan membuat kelas-kelas dari
obyek yang ada berikut penjelasannya serta menentukan entitas utama
yang dibutuhkan.
2.
Mengidentifikasi tipe-tipe relationship
Tujuannya untuk mengidentifikasi hubungan-hubungan yang ada
antara entitas yang telah diidentifikasikan.
3.
Mengidentifikasi dan menghubungkan atribut-atribut dengan tipe
entity atau relationship
Tujuannya untuk mengidentifikasikan dan menghubungkan atribut-
atribut yang berkaitan dengan entitas atau tipe relationship yang telah sesuai.
4.
Menentukan domain atribut
Tujuannya untuk menetapkan domain untuk tiap-tiap atribut dalam
model data konseptual lokal dan mendokumentasikan setiap detail dari
domain. Suatu domain adalah suatu kelompok nilai yang dari mana satu
atau lebih atribut mengambil nilainya.
5.
Menentukan atribut Primary key dan Candidate key
Tujuannya untuk menentukan candidate key dan primary key dari
kumpulan atribut-atribut yang telah ditentukan pada tiap entitas.
6.
Mempertimbangkan kegunaan dari konsep Enhanced Modeling
(optional)
Tujuannya untuk mengembangkan ER model dengan menggunakan
25
konsep
enhanced
modeling,
seperti
spesialisasi,
generalisasi,
penggabungan (aggregation), komposisi (composition).
7.
Memeriksa model dari redundansi
Tujuannya untuk memeriksa konsep model data apakah masih
mengandung data maupun entitas serta atribut yang berulang atau tidak.
8.
Memvalidasi data model konseptual lokal terhadap transaksi-transaksi
user
Tujuannya untuk memastikan model konseptual lokal mendukung
transaksi yang dibutuhkan oleh pengguna.
9.
Melakukan review model data konseptual dengan user
Tujuannya untuk mengkaji ulang model data konseptual lokal
dengan user untuk memastikan model tersebut adalah representasi
sebenarnya dari view.
2.1.6.2
Perancangan Basis Data Logikal
Menurut Connolly and Begg (2010:467), logical database design
yaitu proses membangun model data yang digunakan dalam suatu
perusahaan berdasarkan model data tertentu, tetapi independen dari DBMS
yang dipilih dan pertimbangan fisik lainnya.
Menurut Connolly and Begg (2010:490), langkah-langkah untuk
membuat logical database design dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Menurunkan hubungan untuk model data logikal
Tujuannya untuk menciptakan hubungan untuk model data logikal
yang mewakili entitas, relasi, dan atribut yang telah diidentifikasi. Dalam
menentukan relasi – relasi untuk model data logikal meliputi langkah –
langkah sebagai berikut:
a.
Identifikasi Strong Entity
b.
Identifikasi Weak Entity
26
2.
c.
Pembentukan relasi biner one to many (1:*)
d.
Pembentukan relasi biner one to one (1:*)
e.
Relasi 1:1 Recursive
f.
Tipe Relasi superclass atau subclass
g.
Relasi biner many to many (*:*)
h.
Tipe relasi kompleks
i.
Atribut multivalue
Validasi relasi dengan menggunakan normalisasi
Tujuannya untuk memvalidasi hubungan dalam model data logikal
menggunakan normalisasi.
3.
Validasi relasi dengan user transaction
Tujuan dari langkah ini yaitu memastikan bahwa relasi yang berada
dalam model data logikal sudah mendukung keperluan transaksi.
4.
Memeriksa Integrity Constraints
Tujuannya untuk memeriksa kendala integritas dalam model data
logikal. Integrity Constraints terdiri dari enam tipe, yaitu:
5.
a.
Required Data
b.
Attribute Domain Constraint
c.
Multiplicity
d.
Entity Integrity
e.
Referential Integrity
f.
General Constraint
Review model data logikal dengan user
Tujuannya untuk meninjau model data logikal dengan pengguna
untuk memastikan bahwa mereka menganggap model untuk menjadi
representasi dari kebutuhan data perusahaan.
6.
Menggabungkan model data logikal ke dalam model global
Tujuannya untuk menggabungkan model data logikal ke dalam model
data tunggal logis yang mewakili pandangan semua pengguna database
27
untuk menggabungkan model data logikal ke dalam single global logical
data model.
7.
Mempertimbangkan perkembangan di masa depan
Tujuan dari langkah ini yaitu menentukan perubahan yang signifikan
pada masa mendatang dan menaksirkan kemungkinan untuk menangani
perubahan tersebut.
2.1.6.3
Perancangan Basis Data Fisikal
Menurut Connolly and Begg (2010:523), physical database
design yaitu proses yang menghasilkan implementasi basis data pada
penyimpanan sekunder, menggambarkan hubungan dasar, organization files,
indeks yang digunakan untuk mencapai akses yang efisien terhadap data,
dan juga terdapat keamanan data.
Menurut Connolly and Begg (2010:523), langkah-langkah dalam
pembuatan physical database design adalah sebagai berikut:
1.
Menerjemahkan model data logikal untuk DBMS yang digunakan
Tujuannya untuk menghasilkan skema basis data relasional dari model
data logikal yang dapat diimplementasikan dalam DBMS sasaran. Terdapat
beberapa langkah dalam tahapan ini, yaitu:
a.
Merancang relasi-relasi dasar
Tujuannya untuk memutuskan bagaimana mewakili basis relasi yang
diidentifikasi dalam model data logikal dalam target DBMS.
b.
Merancang representasi data derived
Tujuannya untuk memutuskan bagaimana mewakili data yang
diperoleh dalam model data logikal dalam target DBMS.
c.
Merancang general constraint
Tujuannya untuk merancang kendala umum untuk target DBMS.
28
2.
Merancang organisasi file dan index
Tujuannya untuk menentukan organization files yang optimal untuk
menyimpan base relations dan indeks yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang dapat diterima. Terdapat beberapa langkah dari tahapan ini,
yaitu:
a.
Menganalisa transaksi
Tujuannya untuk memahami fungsi dari transaksi yang akan
dijalankan pada database dan untuk menganalisis transaksi penting.
b.
Memilih organisasi file
Tujuannya untuk menentukan organization files yang efisien untuk
setiap base relations.
c.
Memilih index
Tujuannya untuk menentukan penambahan indeks jika dapat
meningkatkan kinerja.
d.
Memperkirakan kebutuhan disk space
Tujuannya untuk memperkirakan jumlah ruang disk yang akan
dibutuhkan oleh basis data.
3.
Merancang user view
Tujuannya untuk merancang pandangan pengguna yang diidentifikasi
selama tahap pengumpulan dan analisis persyaratan database system
development lifecycle.
4.
Merancang mekanisme keamanan
Tujuannya untuk merancang mekanisme keamanan untuk database
seperti
yang
ditentukan
oleh
pengguna
selama
persyaratan
dan
mengumpulkan tahap database system development lifecycle.
5.
Mempertimbangkan pengenalan redundansi terkontrol.
Tujuannya untuk menentukan apakah memperkenalkan redundasi
dengan cara terkontrol dan mengendurkan aturan normalisasi akan
meningkatkan kinerja sistem.
29
6.
Mengawasi dan mengendalikan sistem operasional.
Tujuannya untuk mengawasi sistem operasional dan meningkatkan
performa dari sistem untuk membenarkan keputusan desain yang tidak tepat
atau perubahan kebutuhan.
2.1.7 Flowchart / Bagan Alir Data
Menurut Mulyadi (2001:60), flowchart, atau biasa disebut dengan diagram
alir, adalah bagan yang menggambarkan aliran dokumen dalam suatu sistem
informasi. Adapun simbol yang digunakan dalam diagram aliran data antara lain:
Tabel 2.1 Simbol-Simbol Flowchart
Gambar
Keterangan
Terminator
Simbol untuk menunjukkan awal atau akhir dari aliran
proses.
Process
Simbol untuk menunjukkan sebuah langkah proses atau
operasi. Umumnya, menggunakan kata kerja dalam
deskripsi yang singkat dan jelas.
Connector
Decision
Tanda panah yang menunjukkan arah aliran dari satu proses
ke proses yang lain.
Simbol untuk menunjukkan sebuah langkah pengambilan
keputusan.
30
Gambar
Keterangan
Simbol untuk melambangkan arsip atau file yang disimpan
sehingga tidak perlu ditambahkan kata file pada simbol
tersebut.
Off-line Storage
Simbol untuk menunjukkan proses atau keberadaan
dokumen.
Document
Simbol untuk menunjukkan data yang menjadi input atau
output proses.
Input/Output
Connector (On-page)
Off-page Connector
Simbol untuk menghubungkan halaman sama.
Simbol untuk menghubungkan simbol-simbol yang berada
pada halaman yang berbeda.
2.1.8 State Transition Diagram
Menurut
Pressman
(2010:317),
State
Transition
Diagram
(STD)
menggambarkan kebiasaan dari suatu sistem dengan menggambarkan kondisi dan
kejadian yang menyebabkan perubahan suatu kondisi. Terdapat beberapa
komponen dalam membuat state transition diagram, yaitu:
1.
State, menyatakan kondisi dari suatu sistem, terdapat dua jenis state, yaitu
initial state atau kondisi awal dan final state atau kondisi akhir. State
dilambangkan dengan gambar persegi.
31
2.
State change, menyatakan perubahan dari sebuah kondisi ke kondisi yang
lain dalam sebuah sistem. State change dilambangkan dengan arah panah.
3.
Condition, menyatakan suatu kejadian pada lingkungan luar yang dapat
dideteksi oleh sistem.
4.
Action, menyatakan sesuatu yang dilakukan oleh sistem ketika terjadi sebuah
perubahan kondisi. Action akan menghasilkan output, seperti pesan atau
hasil kalkulasi pada layar.
2.1.9 Eight Golden Rules
Menurut Shneiderman (2010:88-89), terdapat delapan aturan yang menjadi
prinsip dasar dalam mendesain tampilan, yaitu:
1.
Strive for consistency
Konsistensi yang dimaksud yaitu konsistensi terhadap urutan tindakan,
perintah, menu, tata letak, kapitalisasi, font, dan warna yang konsisten.
2.
Cater to universal usability
Mengenali kebutuhan pengguna yang beragam dengan memperhatikan
kalangan yang akan menggunakan website kita dari rentang usia, pemula, dan lainlain. Menambahkan fitur, seperti penjelasan untuk pemula dan shortcut untuk
dapat memaksimalkan kecepatan interaksi dan memperkaya desain interface
website.
3.
Offer informative feedback
Untuk setiap aksi yang dilakukan user, harus ada umpan balik yang
informatif dari sistem. Untuk aksi yang kecil dan sering dilakukan, respon yang
diberikan dapat sederhana. Namun aksi yang major dan jarang dilakukan, respon
harus lebih besar. Misalnya pada website binusmaya, ketika pertama kali kita
LogIn di sebelah kanan atas dituliskan “good morning Lala“, itu merupakan salah
satu contoh umpan balik bahwa kita telah berhasil masuk dalam binusmaya itu
sendiri. Contoh lain yaitu ketika kita meng-upload tugas maka setelah upload
berhasil maka ada pemberitahuan balik bahwa tugas sudah tersimpan dan dibagian
tugas itu sendiri diberikan tanda check list berwarna biru.
32
4.
Design dialogs to yield closure
Urutan tindakan sebaiknya terorganisir, jelas awal, pertengahan dan akhirnya.
Misalnya pada website binusmaya untuk melakukan tindakan upload tugas,
urutannya telah jelas.
5.
Prevent errors
Sebisa mungkin, desain sistem dimana user tidak dapat membuat error yang
serius. Jika user melakuan kesalahan, maka interface harus mendeteksi kesalahan
dan memberikan instruksi spesifik yang sederhana sebagai solusi. Misalnya pada
website binusmaya jika kita meng-upload tugas dengan ukuran melebihi batas
maksimum, maka akan ada peringatan bahwa ukuran file terlalu besar atau jika
format tidak sesuai maka akan ada pemberitahuan bahwa format yang digunakan
tidak dikenal.
6.
Permit easy reversal of actions
Sebisa mungkin, aksi yang dilakukan dapat kembali ke tindakan yang
sebelumnya, sehingga user tidak takut mengeksplorasi menu-menu yang belum
diketahui oleh user. Seperti di setiap browser seperti Mozilla, dan Internet
Explorer, dll, ada menu undo, atau back.
7.
Support internal locus of control
Pengguna menjadi pengontrol sistem bukan sistem yang mengontrol.
Misalnya pada binusmaya, kita bebas memilih menu-menu yang telah disediakan.
8.
Reduce short-term memory load
Dirancang agar pengguna tidak perlu mengingat banyak perintah atau
informasi dari halaman sebelumnya untuk digunakan di halaman selanjutnya. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan tampilan yang sederhana, tampilan yang
digabungkan dari beberapa halaman, urutan tindakan, dan penyediaan informasi
yang diperlukan.
33
2.1.10
Internet
Menurut Connolly dan Begg (2010:1024), internet adalah kumpulan
jaringan komputer yang terhubung secara luas.
2.1.10.1
Sejarah Internet
Menurut Dodd (2000:244), internet pertama kali dimulai pada
tahun 1996 oleh badan pertahanan Projek Agensi yaitu, ARPANET, dalam
sebuah ruangan komputer dalam suatu Universitas California Los Angeles.
Inti dari sebuah internet adalah agar semua peneliti dapat berbagi informasi
penelitian di mana saja. Pada tanggal 24 agustus 1994 dalam sebuah artikel
network ARPANET diberi penghargaan karena dalam upaya menghemat
pengeluaran pemerintah dengan cara berbagi informasi melalui internet
tanpa harus membeli komputer masing-masing.
2.1.10.2
Web Database
Menurut Connolly dan Begg (2010:1028), web yaitu sebuah
sistem berbasis hypermedia yang menyediakan sarana informasi browsing
pada internet dengan cara non sequential menggunakan hyperlinks.
2.1.10.3
World Wide Web
Menurut Turban, Rainer dan Potter (2003:214), World Wide Web
adalah sistem dengan standar yang diterima secara universal untuk
menyimpan, menelusuri, memformat, dan menampilkan informasi melalui
arsitektur client/server, menggunakan fungsi-fungsi transport dari internet.
2.2
Teori Khusus
2.2.1 Pembelian
Menurut
Mulyadi
(2001:299),
sistem
pembelian
digunakan
perusahaan untuk pengadaan barang yang diperlukan perusahaan.
dalam
34
2.2.1.1
Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Pembelian
Menurut Mulyadi (2001:303-305), jaringan prosedur yang
membentuk sistem pembelian adalah:
1.
Prosedur permintaan pembelian, dalam prosedur ini fungsi gudang
mengajukan permintaan pembelian dalam formulir surat permintaan
pembelian kepada fungsi pembelian.
2.
Prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok, fungsi
pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada
para pemasok untuk memperoleh informasi mengenai harga barang
dan berbagai syarat pembelian yang lain untuk memungkinkan
pemasok yang akan ditunjuk sebagai pemasok barang yang diperlukan
oleh perusahaan.
3.
Prosedur order pembelian, fungsi pembelian mengirim surat order
pembelian kepada pemasok yang dipilih dan memberitahukan kepada
unit-unit organisasi lain dalam perusahaan mengenai order pembelian
yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
4.
Prosedur penerimaan barang, dalam prosedur ini fungsi pengiriman
barang melakukan pemeriksaan mengenai jenis, kuantitas dan mutu
bahan yang diterima dari pemasok dan kemudian membuat penerimaan
barang dari pemasok tersebut.
5.
Prosedur pencatatan hutang, dalam prosedur ini fungsi akuntansi
memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembelian
dan menyelenggarakan pencatatan hutang atau pengarsipan dokumen
sumber sebagai catatan hutang.
6.
Prosedur distribusi pembelian, prosedur ini meliputi distribusi rekening
yang di debit dari transaksi pembelian untuk kepentingan pembuatan
laporan manajemen.
35
2.2.1.2
Dokumen dalam Sistem Pembelian
Beberapa dokumen yang digunakan dalam sistem pembelian, yaitu:
a.
Surat permintaan pembelian
b.
Surat permintaan penawaran harga
c.
Surat order pembelian
d.
Laporan penerimaan barang
e.
Surat perubahan order pembelian
f.
Bukti kas keluar
2.2.2 Persediaan
Menurut Mulyadi (2001:553), persediaan adalah bertujuan untuk mencatat
mutasi tiap jenis persediaan yang disimpan di gudang. Sistem ini berkaitan erat
dengan sistem penjualan, sistem retur penjualan, sistem pembelian, sistem retur
pembelian, dan sistem akuntansi biaya produksi.
2.2.2.1
Sistem dan prosedur yang membentuk sistem persediaan
Menurut Mulyadi (2001:559), beberapa prosedur yang berkaitan
dengan sistem persediaan, yaitu:
1.
Prosedur pencatatan produk jadi
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi
biaya produksi. Dalam prosedur ini, dicatat harga pokok produk jadi yang di
debitkan dalam rekening persediaan produk jadi dan dikreditkan kedalam
rekening barang dalam proses.
2.
Prosedur pencatatan harga produk jadi yang dijual
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem penjualan.
3.
Prosedur pencatatan harga pokok jadi yang diterima kembali dari
pembeli
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk salah
satu sistem retur penjualan. Jika produk jadi yang telah dijual dikembalikan
36
oleh pembeli, maka transaksi retur penjualan ini akan mempengaruhi
persediaan produk jadi, yaitu menambah kuantitas produk jadi dalam kartu
gudang yang diselenggarakan oleh bagian gudang dan harga pokok jadi yang
dicatat oleh bagian kartu persediaan produk jadi.
4.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses
Pencatatan persediaan produk dalam proses umumnya dilakukan oleh
perusahaan pada akhir periode, pada saat dibuat laporan keuangan bulanan
dan laporan keuangan tahunan.
5.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
pembelian. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok persediaan yang dibeli.
6.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan
kepada pemasok
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
retur pembelian. Jika persediaan yang telah dibeli dikembalikan kepada
pemasok, maka transaksi retur pembelian ini akan mempengaruhi persediaan
yang bersangkutan, yaitu mengurangi kuantitas persediaan dalam kartu
gudang yang diselenggarakan oleh bagian gudang serta mengurangi
kuantitas dan harga pokok persediaan dalam kartu penyediaan yang
bersangkutan.
7.
Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem
akutansi biaya produksi. Dalam prosedur ini di catat harga pokok persediaan
bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai pabrik, dan suku cadang
yang digunakan dalam kegiatan proses produksi dan kegiatan non produksi.
8.
Prosedur pengembalian barang gudang
Prosedur ini melakukan transaksi pengembalian barang gudang,
mengurangi biaya, dan menambah persediaan barang digudang.
37
9.
Sistem perhitungan fisik persediaan
Sistem perhitungan fisik persediaan umumnya digunakan oleh
perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan
digudang. Hasilnya digunakan untuk meminta pertanggungjawaban bagian
gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan dan pertanggungjawaban
bagian kartu persediaan mengenai kendala catatan persediaan yang di
selenggarakan, serta untuk melakukan penyesuaian terhadap catatan
persediaan dibagian kartu persediaan.
2.2.3 Penjualan
Menurut Mulyadi (2001:202), kegiatan penjualan terdiri dari penjualan
barang dan jasa, baik secara kredit maupun tunai. Dalam transaksi penjualan kredit,
jika order dari pelanggan telah terpenuhi dengan pengiriman barang atau
penyerahan jasa untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada
pelanggannya.
2.2.3.1
Jaringan prosedur yg membentuk Sistem Penjualan
Menurut Mulyadi (2001:219), prosedur yang membentuk sistem
penjualan, yaitu:
1.
Prosedur order penjualan, fungsi penjualan menerima order dari
pembeli dan menambahkan informasi penting pada surat order.
2.
Prosedur penagihan, fungsi penagihan membuat faktur penjualan dan
mengirimkannya kepada pembeli.
3.
Prosedur distribusi penjualan, fungsi akuntansi mendistribusikan data
penjualan menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen.
4.
Prosedur harga pokok penjualan, fungsi pencatatan secara periodik
total harga produk yang dijual dalam periode tertentu.
38
2.2.4 Pemesanan
Menurut
Nickerson
(2001:314),
pemesanan
adalah
suatu
proses
permintaan produk atau jasa yang dilakukan oleh pelanggan atau customer. Untuk
mendukung dari suatu proses pemesanan, dilakukan sebuah sistem pemesanan
atau order system. Tujuan dari sistem pemesanan untuk menerima pemesanan dari
pelanggan baik barang maupun jasa dan juga menyiapkan pesanan dalam suatu
bentuk yang dapat digunakan dalam bisnis.
2.2.5 Produksi
Menurut Nickerson (2001:318), produksi bertanggung jawab untuk
memproduksi atau pembuatan barang-barang yang dijual bisnis tersebut. Produksi
harus memperoleh bahan atau suku cadang yang diperlukan untuk memproduksi
barang yang dijual.
Menurut Mulyadi (2001:425), Informasi yang diperlukan oleh manajemen
dari kegiatan p roduksi adalah:
2.3
1.
Order produksi yang belum selesai.
2.
Order produksi yang telah selesai.
3.
Harga pokok p roduk jadi.
4.
Harga pokok p roduk y ang masih d alam proses pada saat tertentu.
5.
Biaya menurut pusat biaya.
Hasil Penelitian
Untuk mendukung kelancaran proses perancangan basis data serta untuk
mengetahui informasi lainnya, dua jurnal internasional dan sebuah jurnal nasional telah
dikumpulkan, dibaca, dan dipelajari. Berikut merupakan hasil ringkasan dari ketiga
jurnal yang didapatkan:
39
2.3.1 Study of the Characteristic and Information Architecture Model of
Enterprise Web Application
Tujuan dari perusahaan untuk membangun satu sistem aplikasi adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan pengendalian. Aplikasi yang berbasis web internet
memungkinkan seluruh karyawan perusahaan yang berlokasi di daerah yang
berbeda dapat berbagi sumber daya informasi yang sama, dan bekerja secara
terkoordinasi dalam platform yang tergabung, dan pengguna tidak perlu
mempertimbangkan lokasi fisik. Oleh karena itu, aplikasi web lebih mudah
beradaptasi dengan pengembangan perusahaan dan harus menjadi pilihan aplikasi
perusahaan. Aplikasi web perusahaan memiliki keunggulan lebih dibandingkan
dengan aplikasi desktop.
2.3.2 Developing Web Application
Aplikasi web mengacu pada aplikasi yang diakses melalui browser web
melalui jaringan dan dikembangkan dengan menggunakan bahasa browser yang
didukung (misalnya, HTML, JavaScript, PHP). Aplikasi web memerlukan
pendekatan komprehensif yang mencakup banyak aspek, termasuk dimensi teknis,
organisasi,
dan
hukum/filosofis.
Pendekatan
yang
digunakan
dalam
pengembangan perangkat lunak web yaitu:
1. Menggunakan Flow Diagram
Salah satu pendekatan untuk mengembangkan aplikasi web berorientasi
layanan adalah untuk mengubah model bisnis ke bahasa komposisi yang
mengimplementasikan proses bisnis dengan layanan web. Menggunakan flow
sebagai pemahaman mendasar gagasan yang mendasari kegiatan bisnis.
2. Metode pemodelan konseptual telah digunakan untuk abstrak menjelaskan
persyaratan untuk proses pengembangan perangkat lunak untuk web.
3. Untuk eksekusi, aplikasi web tergantung pada web browser dan mencakup
banyak aplikasi akrab.
40
Dapat disimpulkan bahwa diusulkan menggunakan flow atau aliran sebagai
pemahaman mendasar gagasan yang mendasari kegiatan bisnis. Dengan
menggunakan flow yang menjadi dasar metode pemodelan konseptual memberikan
dasar yang lebih kuat untuk pengembangan aplikasi web pada tahap awal desain.
2.3.3 Perancangan Sistem Basis Data pada Klinik
Sistem basis data pada klinik dirancang untuk mendukung kebutuhan
informasi klinik khususnya pada pendaftaran pasien dan pengobatan pasien. Alasan
dalam merancang aplikas ini karena saat ini masih banyak klinik yang melakukan
pendekatan berbasis file dalam mengelola data. Sehingga terdapat beberapa masalah
yaitu data menjadi tersebar dan terisolasi sehingga sulit dalam melakukan pencarian
dan mengontrol data, sehingga terdapat data yang sama dan tidak sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Dampak lain yaitu penurunan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat.
Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data menggunakan
teknik pencarian data yang meliputi wawancara, mempelajari dokumen, observasi,
dan studi kepustakaan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis dan
perancangan basis data yang mencakup perancangan basis data secara konseptual,
logikal, dan fisikal.
Dapat disimpulkan sistem basis data pada klinik dapat membantu dalam
menghasilkan informasi yang cepat dan akurat dalam mendukung kegiatan
operasional dan dalam pengambilan keputusan pada klinik.
Download