BAB 7 PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB 7 PENGELOLAAN SUMBER ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP I. PENDAHULUAN Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dengan jelas disebutkan bahwa "Bangsa Indonesia menghendaki keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia serta lingkungan Alam di sekitarnya". Dengan demikian keserasian antara kegiatan-kegiatan manusia dalam pembangunan dengan pembinaan mutu lingkungan hidup merupakan arah pembangunan jangka panjang yang harus diikuti. Dalam pada itu Garis-garis Besar Haluan Negara juga menggariskan pokok-pokok pengarahan kebijaksanaan di bidang Sumber Alam dan Lingkungan Hidup sebagai berikut : a. Kegiatan inventarisasi dan evaluasi sumber alam perlu lebih ditingkatkan dengan tujuan untuk lebih mengenal sumber alam hutan, tanah, air, dan energi yang sangat diperlukan bagi pembangunan. b. Dalam penggalian, pengolahan dan pemanfaatan sumber-sumber alam, serta dalam pembinaan lingkungan hidup perlu dipergunakan teknologi yang sesuai sehingga mutu dan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup dapat dipertahankan. c. Dalam pelaksanaan pembangunan perlu selalu diadakan penilaian yang seksama terhadap pengaruhnya bagi lingkungan hidup, agar pengamanan terhadap pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidupnya dapat dilakukan sebaik-baiknya. Penilaian tersebut perlu dilakukan baik secara sektoral maupun regional dan untuk itu perlu dikembangkan kriteria mutu baku lingkungan hidup. d. Rehabilitasi sumber alam yang berupa tanah dan air yang rusak perlu lebih ditingkatkan lagi melalui pendekatan terpadu daerah 265 aliran sungai dan wilayah. Dalam hubungan ini program penyelamatan hutan, tanah, dan air perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan. e. Pendayagunaan daerah pantai dan laut perlu ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup. f. Dalam pembangunan pemukiman diberikan prioritas kepada perbaikan lingkungan hidup bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Sumber-sumber alam merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan faktor-faktor alam, antara mahluk hidup satu sama lain dan antara faktor alam satu sama lain. Oleh karena itu pendayagunaan sumber alam pada hakekat berarti melakukan perubahan-perubahan di dalam suatu ekosistem yang pengaruhnya akan menjalar pada seluruh jaringan sistem kehidupan. Semua pembangunan terjadi dalam suatu ekosistem alami yang telah atau belum diubah oleh tindakan manusia. Pembangunan membawa perubahan-perubahan dalam berbagai ukuran, tetapi selalu dibatasi oleh kendala-kendala ekologis yang bekerja dalam ekosistem alami. Suatu sumber alam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dalam hubungan ini pemanfaatan sumber alam perlu dilakukan berdasarkan atas patokan-patokan,yang berikut : (1) daya-guna dan hasilguna yang optimum dalam batas-batas kelestarian yang mungkin dicapai, (2) tidak mengurangi kemampuan dan kelestarian sumber alam lain yang berkaitan dalam suatu ekosistem, dan (3) memberikan kemungkinan untuk mempunyai pilihan penggunaan bagi pembangunan di masa depan. Lingkungan hidup sebagai media hubungan timbal balik antara mahluk dengan faktor-faktor alam terdiri dari bermacam-macam proses ekologi yang merupakan suatu kesatuan yang mantap. Proses-proses tersebut merupakan matarantai atau siklus penting yang menentukan daya dukung lingkungan hidup terhadap pembangunan. Siklus-siklus yang sangat penting bagi kehidupan manusia di antaranya adalah siklus hidrologi, yang mengatur tata perairan, 266 baik yang berhubungan dengan aliran air dalam berbagai bentuknya, maupun lingkungan hidup bagi mahluk tertentu; siklus hara, yang mengatur rantai makanan yang sangat berpengaruh terhadap perimbangan antar jenis dan antar populasi mahluk; siklus energi dan bahan yang mengatur penggunaan dan perubahan bentuk energi mulai dari sumber energi matahari yang merupakan sumber energi dasar bagi kehidupan sampai kepada sumber energi yang dipakai untuk keperluan metabolisme mahluk hidup; dan siklus-siklus lain yang merupakan struktur dasar dari ekosistem. Kegiatan-kegiatan pembangunan dapat mempengaruhi struktur dasar tersebut dengan pencemaran oleh karena bahan yang dihasilkan oleh proses pembangunan yang telah menambah beban pada aliran bahan, dan dapat pula terjadi gangguan yang mendasar terhadap proses ekosistem tersebut. Gangguan dalam bentuk pencemaran dalam banyak hal masih dapat diatasi dengan penggunaan berbagai teknologi pencegah pencemaran lingkungan. Tetapi gangguan yang mendasar terhadap struktur dasar ekosistem merupakan gangguan yang tidak mungkin diatasi oleh kemampuan manusia, oleh karena itu gangguan seperti ini harus dihindarkan. Gangguan terhadap struktur dasar ekosistem tersebut merupakan gangguan terhadap kelangsungan hidup yang sesungguhnya menjadi tujuan pokok dari setiap pembangunan. Dengan demikian perencanaan pendayagunaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup d a l a m rangka proses pembangunan tidak dapat diperlakukan secara terpisah, tetapi harus selalu diperlakukan dalam hubungannya dengan ekosistem yang bersangkutan. Misalnya sebuah waduk adalah bagian ekosistem sungai yang berpengaruh terhadap sistem perikanan, penggunaan wilayah pesisir berkaitan erat dengan sistem perkembangan perikanan laut di laut lepas. Sebaliknya kelangsungan hidup dari suatu waduk tergantung kepada keadaan hutan dan pola bercocok tanam di bagian atas Daerah Aliran Sungai tersebut. Dalam contoh ini ekosistem waduk dan pesisir tersebut meliputi seluruh daerah aliran sungai. Pendekatan secara ekosistem dalam pembangunan diharapkan dapat mencegah terjadinya pengaruh sampingan yang merugikan, yang pada 267 hakekatnya merupakan beban yang harus ditanggung oleh masyarakat. Dengan pendekatan seperti ini diharapkan akan diperoleh hasil optimal yang lestari dari usaha-usaha pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. I1. KEADAAN DAN MASALAH Sumber-sumber alam yang terbatas dan jumlah penduduk yang semakin bertambah besar dengan tingkat pendapatan yang belum memadai dapat menimbulkan masalah-masalah pengelolaan sumber alami dan lingkungan hidup. Sebagaimana juga dialami oleh negaranegara yang sedang berkembang lainnya, masalah-masalah tersebut timbul sebagai pencerminan dari akibat-akibat keterbelakangan pembangunan dan sekaligus juga merupakan suatu masalah yang timbul menyertai proses pelaksanaan pembangunan. Masalah pertambahan penduduk dan penyebaran penduduk yang kurang serasi sangat mempengaruhi kerusakan-kerusakan sumbersumber alam dan lingkungan hidup. Berkaitan dengan hal . tersebut di atas maka kemiskinan menyebabkan tingkat kerusakan sumber alam dan lingkungan hidup menjadi bertambah besar. Masalah pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup karena keterbelakangan pembangunan merupakan suatu masalah yang mendesak bagi Indonesia. Tekanan kepadatan penduduk yang berjalin erat dengan kemiskinan hidup telah mendorong penduduk untuk mengolah tanah dengan caracara yang merusak kelestarian kesuburannya. Penduduk telah membuka hutan-hutan yang subur melalui pembakaran dan perladangan berpindah yang sangat merusak kelestariannya, sehingga memperluas tanah-tanah kritis, yang berkaitan dengan penurunan mutu kehidupan yang lebih parah lagi karena kerusakan-kerusakan yang timbul oleh banjir dan erosi serta kekeringan yang melanda daerah-daerah tersebut. Hutan-hutan yang seharusnya dipelihara untuk perlindungan terhadap bahaya banjir, erosi dan kekeringan telah diubah menjadi tanahtanah kritis yang tidak bermanfaat dan berbahaya, dan jumlah sumber alam yang tersedia untuk pembangunan makin menipis pula. 268 Keterbelakangan pembangunan dalam peningkatan kesadaran masyarakat dan pendidikan yang berhubungan dengan penyelamatan sumber alam dan lingkungan hidup telah membantu pula proses perusakan tersebut di atas. Keterbelakangan dalam pembangunan pengelolaan hutan tropika telah menyebabkan kerusakan-kerusakan terhadap kelestarian hutan yang disebabkan eksploitasi hutan yang semakin besar, yang tidak dapat diimbangi oleh kemampuan pengelolaan dan teknologi yang ada. Keterbelakangan pembangunan di daerah pesisir telah menyebabkan kerusakan-kerusakan pantai dan hutan payau, yang berakibat langsung terhadap kerusakan sumber alam dan lingkungan hidup yang mendukung pembangunan perikanan pantai, wisata pantai, dan lainlain. Keterbelakangan pembangunan dalam usaha tani telah menyebabkan kerusakan-kerusakan terhadap tanah oleh karena erosi, karena usaha pencegahan erosi tidak mampu dilaksanakan oleh para petani miskin yang mempunyai tanah milik atau garapan yang sangat sempit, terutama di Jawa dan Bali. Sedangkan di luar Pulau Jawa dan Bali, sistem perladangan berpindah telah menyebabkan kerusakan-kerusakan sumber alam hutan dan tanah dalam jumlah yang besar. Keterbelakangan pembangunan menimbulkan akibatnya pula terhadap pemukiman dan lingkungan hidup. Hal ini tercermin antara lain pada keadaan perumahan yang tidak sehat, baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan, kekurangan penyediaan air minum yang bersih dan mencukupi, kesehatan lingkungan tidak memadai, keadaan sampah kota yang makin tidak terkendali, pertumbuhan kotakota besar yang tidak terkendalikan sehingga mendorong tumbuhnya daerah-daerah miskin di perkotaan, kekurangan sarana angkutan umum, dan berbagai masalah lain yang makin lama makin banyak dan mendesak. Masalah-masalah tersebut pada gilirannya menimbulkan masalah-masalah sosial yang makin .lama makin gawat. Keterbelakangan pembangunan dalam pembinaan kelembagaan dan aparatur yang berhubungan dengan pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup menambah pula sukarnya pembinaan lingkungan 269 hidup yang sehat, karena ketidakjelasan tanggungjawab dan wewenang seringkali menghambat usaha-usaha pembinaan lingkungan hidup. Di samping itu penguasaan teknologi tepatguna untuk pembinaan lingkungan hidup pada umumnya belum memadai. Oleh karena itu adalah mutlak diperlukan untuk terus menerus mengusahakan pembangunan guna mengurangi dan menghapuskan kemiskinan rakyat baik kemiskinan materiil maupun kemiskinan pengetahuan dan moral. Dalam pada itu pengalaman-pengalaman negara lain di dunia menunjukkan bahwa pembangunan yang kurang mengindahkan lingkungan hidup dapat pula menyebabkan kerusakan sumber alam dan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu ditingkatkan dan dilanjutkan pengembangan suatu cara, pola, dan prosedur pembangunan yang sekaligus juga menghindarkan dan mengembangkan lingkungan hidup ketingkat yang lebih sempurna, terutama dalam hubungannya dengan pembangunan pertanian, pengairan, energi, pengembangan wilayah sungai, perikanan, kehutanan, perindustrian, pertambangan, pemukiman, prasarana, pengembangan wilayah pesisir, dan lain-lain. Pencemaran lingkungan hidup tidak hanya dalam bentuk pencemaran fisik seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan lain-lain, tetapi juga pencemaran lingkungan sosial yang seringkali menimbulkan keresahan-keresahan sosial yang gawat. Pola konsumsi dan gaya hidup mewah di dalam proyek-proyek pembangunan menimbulkan suasana yang kurang menguntungkan bagi kelangsungan hidup proses pembangunan di dalam wilayah yang penduduknya miskin. Kurangnya pendekatan-pendekatan yang serasi terhadap lingkungan sosial, dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhankebutuhan masyarakat lokal, seringkali, menimbulkan keresahankeresahan yang dapat mengganggu kelangsungan pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu perlu makin dikembangkan cara, pola dan prosedur agar pelaksanaan pembangunan sekaligus juga menghindarkan akibat-akibat sosial dan bahkan mengembangkan lingkungan hidup sosial masyarakat setempat ke tingkat yang lebih baik. 270 Pembangunan yang harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia berarti peningkatan penggunaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat. Peningkatan penggunaan sumber alam dan lingkungan hidup merupakan keharusan untuk memerangi kemiskinan. Tetapi peningkatan kebutuhan dan usaha untuk memenuhinya, di satu fihak berhadapan dengan keterbatasan sumber alam dan daya dukung lingkungan hidup di lain fihak. Oleh karena itu perencanaan dan pengelolaan sumber alam dari segi permintaan perlu dikembangkan dalam keserasian dengan perencanaan dan pengelolaan sumber alam dari segi penyediaan. Dengan demikian pembangunan untuk memenuhi kebutuhan yang makin meningkat tersebut tidak melampaui daya dukung sumber alam dan lingkungan hidup yang sangat vital bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara. Peningkatan kebutuhan manusia akan membawa akibat peningkatan pencemaran lingkungan hidup, apabila pemanfaatan sumber alam tersebut tidak dilakukan dengan hemat dan hati-hati. Sumber alam harus dapat dikelola secara masuk akal agar mampu mendukung keperluan rakyat banyak dan sekaligus juga mampu menunjang pelaksanaan pembangunan jangka panjang secara terus menerus. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang jelas tentang jenis, mutu, jumlah, dan lokasi dari sumber-sumber alam tersebut dan kemungkinan penggunaannya yang tepatguna dan berhasilguna yang optimal. Masalah koordinasi inventarisasi dan evaluasi sumber alam dan lingkungan hidup memerlukan cara, pola, dan prosedur pelaksanaan kegiatan yang mantap. Dalam hubungan ini penentuan kebijaksanaan dan pelaksanaan program-program yang bertalian dengan pertumbuhan ekonomi perubahan sosial, dan perkembangan kebudayaan senantiasa harus memperhitungkan faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan kerusakan sumber alam dan pencemaran lingkungan hidup. Dalam rangka kebijaksanaan ini perlu selalu diperhitungkan faktor-faktor yang menyangkut masalah pemeliharaan kelestarian dan kelangsungan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup. 271 Dengan demikian jelaslah bahwa masalah-masalah pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup sangat erat hubungannya satu sama lain, dan semuanya merupakan bagian dari keseluruhan masalah-masalah pembangunan nasional. III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH Menurut sifatnya, maka sumber-sumber alam ada yang tidak dapat dipulihkan kembali setelah habis dipakai seperti gas dan minyak bumi, batubara, mineral, dan lain-lain, dan ada pula sumber alam yang dapat dipulihkan kembali setelah dipergunakan seperti hasil hutan, hasil laut, air, dan sumber alam biologis lainnya. Dalam melaksanakan pembangunan yang. juga sekaligus mengembangkan lingkungan hidup, adalah penting untuk menggunakan sumber alam yang tak dapat terpulihkan itu secara sangat bijaksana dan terutama dipakai untuk meningkatkan kemampuan rakyat banyak meningkatkan taraf hidupnya, sehingga sumber alam yang habis terpakai tersebut tidak menurunkan kemakmuran bangsa. Dalam hubungan ini penting untuk mengusahakan sumber alam .seperti minyak dan gas bumi, batubara, mineral, dan lain-lain yang lazimnya padat modal dengan teknologi tinggi, dengan cara pembangunan yang memberi dorongan pada kehidupan ekonomi masyarakat disekitarnya. Selanjutnya sumber alam yang habis dipakai itu harus mendorong pembangunan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian kehilangan sumber alam tersebut telah dapat diganti dengan tingkat kemajuan masyarakat yang lebih tinggi untuk membina pembangunan berikutnya. Dalam mengolah dan mengelola sumber alam yang dapat dipulihkan perlu diperhatikan keharusan melestarikan sumber-sumber alam tersebut, dengan kelestarian sumber alam seperti hutan, tanah, air, dan laut serta sumber alam biologis, maka sumber alam itu tetap utuh untuk dimanfaatkan secara terus-menerus, tidak hanya untuk generasi sekarang ini tetapi lebih-lebih untuk generasi-generasi yang akan datang. Dengan demikian, maka pembangunan yang juga melestarikan dan menyerasikan lingkungan hidup ini sekaligus juga membangkitkan 272 solidaritas bangsa dan membangkitkan ikatan solidaritas antara generasi sekarang dengan generasi nanti. Kebijaksanaan pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup perlu diusahakan untuk memperluas dimensi pembangunan itu sendiri. Pembangunan tidak hanya penting untuk meningkatkan taraf hidup dalam arti materiil saja, tetapi pembangunan juga penting untuk meningkatkan taraf hidup yang hakiki dalam arti mutu kehidupan. Peningkatan mutu kehidupan dapat dicapai apabila pola pembangunan membuka kemungkinan untuk memilih berbagai kegiatan hidup yang beraneka ragam. Pola pembangunan yang hanya membuka pilihan kegiatan hidup yang seragam dan tunggal tidak akan mampu memberi warna hidup dengan mutu yang tinggi. Sebaliknya apabila masyarakat dapat memilih berbagai jenis kegiatan pembangunan dengan kegiatan hidup yang beraneka ragam, maka warna hidup akan lebih hangat dan mutu hidup akan lebih tinggi. Bertambah beraneka ragam isi lingkungan hidup, maka bertambah mantap dan makin berarti lingkungan hidup ini bagi perkembangan mutu hidup manusia. Karena itu kebijaksanaan pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup membuka kemungkinan bagi keanekaragaman dan diversifikasi lingkungan hidup, dan dengan demikian membuka kesempatan untuk memilih bermacam-macam kegiatan dalam peri kehidupan yang lebih luas dan lebih berarti. Dalam hubungannya dengan pembangunan lingkungan sosial, maka pola hidup berpribadi adalah pola hidup yang wajar dan serasi dengan lingkungan hidup masyarakat Indonesia. Pengembangan pola hidup yang serasi dengan daya dukung sumber alam dan lingkungan, lingkungan fisik dan sosial, merupakan suatu usaha yang perlu dilaksanakan untuk menumbuhkan dan membina hubungan timbal balik yang serba selaras antara manusia, masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Dalam hubungan dengan itu jelaslah bahwa pola konsumsi dan gaya hidup mewah di banyak negara maju yang tinggi tingkat pendapatann tidak akan mungkin didukung oleh kemampuan ekonomi masyarakat Indonesia. Dan oleh Karena itu menjadi sangat perlu un- 273 tuk mengendalikan dan membina gaya hidup dan pola konsumsi yang lebih serasi dengan lingkungan hidup sosial masyarakat pada umumnya. Sumber alam dan lingkungan hidup yang merupakan modal dasar bagi pembangunan perlu dikenali dengan seksama dan menyeluruh. Untuk meningkatkan daya-guna dan hasil-guna dari modal, keahlian dan ketrampilan, serta fasilitas dan kemampuan pengelolaan yang terbatas, maka inventarisasi dan evaluasi sumber alam dan lingkungan perlu dilaksanakan dengan satu kesatuan rencana dan kesatuan penilaian untuk memungkinkan penyelesaian kegiatan pengenalan sumber alam dan lingkungan hidup tanah, air, laut, hutan, udara, energi, mineral, dan lain-lain secara lebih cepat dan lebih efisien. Koordinasi pelaksanaan yang efektif perlu dikembangkan melalui kesatuan rencana dan pengendalian program baik fisik maupun finansial. Penilaian sumber alam dan lingkungan hidup dilakukan secara terpadu sehingga sumber alam tersebut dapat dialokasikan penggunaannya kepada sektor-sektor pembangunan, menurut kriteria manfaat yang paling tinggi bagi masyarakat banyak, untuk dikembangkan sesuai dengan kemampuan sehingga dapat mendukung usaha pemerataan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja, kemantapan pembangunan, kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup, dan memberikan lebih banyak pilihan bagi pembangunan yang akan datang. Dengan demikian kebijaksanaan tataguna sumber alam, dan ruang merupakan bagian yang sangat penting untuk dikembangkan menuju kearah pemerataan tersebut di atas, termasuk dalam hal ini kebijaksanaan tataguna tanah yang mantap dan dinamis di mana tanah sebagai lingkungan hidup diperhitungkan pula di dalamnya. Kerusakan-kerusakan sumber alam oleh proses pembangunan tidak saja akan mengarah kepada kepunahan manfaat sumber alam tersebut untuk kehidupan manusia, tetapi juga akan menimbulkan kerusakan-kerusakan pula pada sumber-sumber alam lainnya. Dalam hubungan dengan ini maka kerusakan-kerusakan hutan yang disebabkan oleh kegiatan perladangan dan pembukaan tanah lainnya akan membawa akibat kerusakan pada sistem tata air dalam suatu wilayah, yang pada gilirannya akan membawa akibat pada 274 pembangunan yang berhubungan dengan sumber alam tersebut. Oleh karena itu perombakan-perombakan hutan menjadi areal-areal terbuka bagi kepentingan pembangunan pemukiman, infrastruktur/ prasarana, pertanian, dan lain-lain perlu dihindari sejauh mungkin. Perusakan lapisan tanah atas, akan menyebabkan hilangnya manfaat tanah untuk usaha pertanian yang berkelangsungan, oleh karena itu usaha-usaha pertambangan permukaan, pembukaan tanah untuk transmigrasi, perladangan, pembangunan prasarana, dan lainlain harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kelangsungan pembangunan pertanian di daerah-daerah tersebut dikemudian hari dapat dimungkinkan. Perombakan hutan bakau di daerah pesisir dan pembongkaran karang dan pasir pantai, akan menyebabkan kerusakan sumber alam biologis perikanan yang akan mempengaruhi laju pertumbuhan pembangunan perikanan, oleh karena itu perombakan-perombakan daerah pesisir untuk kepentingan pembangunan pemukiman, prasarana angkutan, industri kayu, dan lain-lain harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pengembangan perikanan dapat berjalan dan berkelangsungan. Kerusakan sumber alam air dalam sungai-sungai dan air bumi oleh pencemaran industri, sampah rumah tangga, dan lain-lain akan menyebabkan berkurangnya manfaat air untuk kepentingan pembangunan industri yang memerlukan air bersih, pembangunan pemukiman yang membutuhkan air minum, perikanan darat yang membutuhkan air untuk kehidupan yang sehat daripada sumber alam biologis yang menunjang kehidupan perikanan. Dengan demikian makin jelaslah bahwa pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup, harus mempertimbangkan pula segi-segi pembangunan wilayah menurut ruang dan waktu. Kebutuhan yang meningkat seringkali menyebabkan peningkatan eksploitasi sumber alam untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek menjadi lebih berkembang daripada usaha-usaha pelestarian alam untuk pembangunan di masa depan. Kepentingan mempertahankan suatu sumber alam dan lingkungan hidup dalam bentuk aslinya merupakan suatu usaha pencadangan sumber alam dan bentuk-bentuknya seperti plasma nuftah bagi peningkatan mutu budidaya, per- 275 kembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, perlindungan ekosistem, dan lain-lain yang sangat penting bagi pembangunan masa kini dan masa depan. Perkembangan usaha peningkatan produksi pangan di masa depan banyak ditentukan oleh perbaikan genetik dari varitasvaritas tanaman dan hewan yang dibudidayakan, dan perbaikan genetik tersebut hanya mungkin dilakukan bila persediaan plasma nuftah dalam alam dapat dipertahankan setinggi mungkin. Oleh karena itu pengembangan suaka-suaka alam, dan usaha-usaha perlindungan ekosistem merupakan keperluan pembangunan nasional. Dengan demikian usaha-usaha rehabilitasi sumber alam dan lingkungan hidup yang telah rusak, dan pengembangan pemeliharaan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup yang masih utuh merupakan kebijaksanaan yang perlu mendapatkan perhatian dalam program-program yang nyata. Pendayagunaan sumber-sumber alam senantiasa akan menghasilkan bahan-bahan sisa yang biasanya dibuang ke dalam lingkungan. Apabila jumlah bahan-bahan sisa tersebut melampaui daya asimilasi lingkungan hidup, maka akan terjadi penumpukan bahan-bahan buangan tersebut yang akan merusak ekosistem dan masyarakat akan menanggung beban untuk membersihkan lingkungan hidupnya dari bahan-bahan pencemar tersebut atau mengeluarkan biaya yang lebih banyak untuk memelihara kesehatannya. Oleh karena itu dari sejak awal perlu ditetapkan kebijaksanaan pokok untuk pengelolaan sumber alam dalam hubungannya dengan lingkungan hidup. Kriteria-kriteria standar lingkungan hidup dan kriteria-kriteria bahan buangan perlu segera ditetapkan, pengendalian pencemaran melalui penggunaan teknologi yang lebih baik dan pengaturan lokasi kegiatan perlu ditetapkan lebih mantap. Di samping itu analisa pengaruh lingkungan dari kegiatan-kegiatan tersebut perlu dikembangkan pula dalam tahap perencanaan kegiatan, dan penilaian dari hasil-hasil .analisa pengaruh lingkungan tersebut perlu ditetapkan cara, pola, dan prosedur penilaian dan pelembagaannya dalam proses pembangunan. Hal-hal ini semua akan memungkinkan pengambilan tindakan-tindakan pengamanan yang diperlukan dengan tepat dan tegas. . 276 Penggunaan energi dalam pembangunan merupakan sumber pencemaran lingkungan yang utama, oleh karena itu kebijaksanaan pengelolaan energi perlu secara tegas dikaitkan dengan kebijaksanaan perlindungan lingkungan hidup. Untuk mengurangi tekanan terhadap sumber alam hutan yang disebabkan oleh kebutuhan sumber daya energi untuk keperluan rumah tangga di daerah pedesaan, maka pengelolaan penyediaan kayu bakar di daerah pedesaan perlu dikembangkan dengan lebih mantap, mulai dari penanaman pohon-pohon sumber kayu bakar, pengelolaan hutan-hutan kayu bakar rakyat, teknologi penggunaan kayu bakar dan lain-lainnya. Di samping itu dapat dikembangkan sumber energi mikrohidro, panas bumi, panas matahari, pusat listrik tenaga air, gas bumi, dan lain-lainnya. Penggunaan sumber energi minyak bumi, batubara, dan sejenisnya dikendalikan dengan baik untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan di daerah pemukiman dan daerah-daerah lainnya. Dalam pengembangan lingkungan hidup peranan manusia dan masyarakat sangat menentukan. Manusia dan masyarakat dapat merusak dan mencemarkan lingkungan hidup, tetapi sebaliknya manusia dan masyarakat dapat pula menjadi penyelamat dan pembina lingkungan hidup yang sehat dan bertanggungjawab. Oleh karena itu penyertaan setiap manusia dan seluruh masyarakat untuk ikut serta memelihara, melestarikan, dan mengembangkan lingkungan hidup merupakan kebijaksanaan yang perlu dirumuskan ke dalam program-program pelaksanaan pengembangan lingkungan hidup yang lebih jelas. Untuk keperluan tersebut pembinaan peraturan dan perundangan lingkungan hidup dan sumber alam perlu ditingkatkan, demikian juga pengembangan etika sosial masyarakat yang sesuai dan serasi dengan kebutuhan perkembangan pembangunan sumber alam dan lingkungan hidup perlu ditingkatkan lebih lanjut. Pengembangan lingkungan hidup perlu dilihat tidak sebagai hal yang berdiri sendiri, tetapi sebagai suatu ihtiar yang terpadu dengan pengembangan berbagai segi peri kehidupan bangsa. Dengan demi- 277 kian pengembangan lingkungan hidup merupakan bagian dari kesatuan strategi pembangunan integral untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat dalam kerangka besar pembinaan bangsa yang berkepribadian. Dengan demikian kebijaksanaan dan langkah-langkah dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan mencerminkan pula pertimbangan-pertimbangan dan usaha-usaha yang bertalian dengan pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup. Langkah-langkah pengelolaan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup dalam proses pelaksanaan pembangunan dapat diperinci sebagai berikut : 1. Penduduk, Pemukiman, dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kerusakan sumber-sumber alam dan pencemaran lingkungan hidup tidak saja terjadi oleh karena pelaksanaan pembangunan yang kurang bijaksana, tetapi juga oleh karena pertumbuhan penduduk yang amat pesat sehingga di beberapa tempat telah melampaui daya dukung lingkungannya. Untuk menghindarkan proses perusakan sumber alam dan lingkungan hidup lebih lanjut dan untuk memungkinkan rehabilitasi sumber alam dan lingkungan hidup yang rusak, maka keseimbangan antara daya dukung lingkungan dan jumlah penduduk harus dikembangkan. Pemecahan masalah ini akan dilaksanakan melalui peningkatan pelaksanaan program keluarga berencana, peningkatan pemindahan penduduk melalui transmigrasi, pemukiman kembali peladang-peladang berpindah ke tempat-tempat pemusatan penduduk yang mantap, dan berbagai usaha pembangunan lainnya. Berkaitan dengan program keluarga berencana, maka kesehatan masyarakat perlu pula diperhatikan melalui usaha-usaha pemberantasan penyakit menular, peningkatan pelayanan kesehatan di desa dan dikota-kota, peningkatan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan, dan lain-lain untuk membantu tercapainya hubungan antara manusia dan lingkungannya yang lebih serasi dan lebih sehat. Keadaan lingkungan pemukiman cenderung untuk memburuk karena pertambahan penduduk yang lebih cepat dibandingkan dengan 278 kecepatan penambahan fasilitas-fasilitas pelayanan umum untuk mengimbanginya. Oleh karena itu usaha untuk penyebaran dan pembinaa n pemukiman yang serasi dengan sumber alam dan lingkungan hidup yang menopangnya akan dapat mendorong usaha-usaha pembangunan daerah dan perluasan kesempatan kerja menuju peningkatan mutu kehidupan yang lebih baik di seluruh wilayah nusantara. Pembangunan kota perlu lebih memperhatikan keserasian hubungan antara kota dengan lingkungannya dan antara kota dengan daerah pedesaan di sekitarnya serta keserasian pertumbuhan kota dengan daerah di sekitarnya. Bagaimanapun pembangunan lingkungan pemukiman kota perlu diarahkan kepada pembangunan pemukiman untuk penduduk yang berpendapatan rendah yang merupakan bagian terbesar dari penduduk kota. Masalah pemukiman itu dihadapi dalam situasi dan skala yang berbeda-beda di daerah perkotaan dan di daerah pedesaan, sehingga pada dasarnya pembinaan pemukiman dan lingkungan hidup dapat digolongkan ke dalam tiga masalah utama, yaitu: (1) masalah kepen dudukan dan pemukiman, (2) masalah pembinaan lingkungan di daerah perkotaan, dan (3) masalah pembinaan pemukiman di daerah pedesaan. Usaha-usaha untuk menanggulangi masalah penduduk dan pemukiman mencakup empat kegiatan utama, yaitu: (1) usaha mengurangi kecepatan pertambahan penduduk melalui program keluarga berencana dan kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan kebutuhan tenaga kerja bagi pembangunan dimasa depan. (2) usaha untuk mewujudkan penyebaran penduduk yang lebih merata sesuai dengan daya dukung lingkungannya, melalui program transmigrasi dari Jawa ke Iuar Jawa dan penyebaran kegiatan pembangunan yang lebih merata ke daerah-daerah untuk merangsang perpindahan penduduk secara spontan keluar dari Jawa dan dari daerah lain yang padat penduduknya. (3) Usaha untuk mengurangi arus perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke kota - kota, dan dari kota-kota kecil ke kota-kota besar 279 melalui usaha penciptaan pusat-pusat perkembangan baru di kota-kota yang berukuran sedang dan kota kecil serta pembangunan daerah pedesaan. (4) Usaha-usaha untuk menghimpun penduduk yang tinggalnya di daerah-daerah terpencil jauh dari pusat-pusat kegiatan yang ada dengan program pemukiman kembali penduduk terasing dan peladang berpindah untuk mempermudah pembangunan .fasilitas pelayanan umum .dan pembinaan masyarakat serta pencegahan kerusakan hutan oleh karena perladangan berpindah. Pembinaan pemukiman di daerah perkotaan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan utama sebagai berikut: (1) usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas pelayanan umum kota, yaitu fasilitas pelayanan kesehatan, saluran pembuangan kotoran, pengendalian sampah, fasilitas pelayanan sosial seperti sekolah-sekolah, tempat rekreasi umum, pusat kegiatan pemuda, penerangan listrik, air minum, pengangkutan umum, dan lain-lain. Melalui usaha-usaha tersebut diharapkan kesehatan akan bertambah baik dan timbulnya masalah sosial seperti tindakan kriminil, penyalahgunaan narkotika, tunasusila, dan sebagainya dapat dicegah atau dikurangi. (2) usaha-usaha perbaikan perumahan di daerah perkotaan melalui program perbaikan kampung dan pembangunan rumah murah. Usaha-usaha ini terutama ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah dan membina swadaya dan swakelola dari masyarakat sendiri untuk membina lingkungan pemukimannya. Usaha-usaha ini juga harus mampu menimbulkan lapangan kerja baru di daerah tersebut, mampu memanfaatkan bahan yang terdapat setempat, dan mampu menimbulkan motivasi sosial yang konstruktif. (3) Usaha-usaha pengaturan jaringan pengangkutan umum yang lebih baik untuk mengimbangi peningkatan kendaraan bermotor dan makin padatnya lalu lintas kota. Dengan demikian terjaminlah kelancaran penyelenggaraan fungsi kota. Dalam hal ini usahausaha dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak dari penduduk 280 berpenghasilan rendah, dan pemilihan jenis dan sistem angkutan kota yang hemat bahan bakar dan mengurangi pencemaran lingkungan. Perhatian yang lebih besar kepada pejalan kaki perlu dikembangkan. (4) Usaha-usaha pencegahan pencemaran lingkungan udara dan air yang diakibatkan oleh buangan rumah tangga, buangan pasar, dan industri, melalui pengaturan lokasi yang tepat sesuai dengan karakteristik lingkungan hidup, melalui pengelolaan sampah yang lebih mantap, pengembangan standar-standar dan peraturan-peraturan pencegahan pencemaran lingkungan, dan melalui pendidikan dan penyuluhan yang membangkitkan penyertaan aktif dari masyarakat luas untuk mencegah pencemaran lingkungan pemukiman. (5) Usaha-usaha pengaturan tata ruang dan tata guna tanah yang lebih baik sehingga segala fungsi kota, seperti daerah tempat tinggal, daerah industri, daerah pusat jasa, daerah rekreasi, tempat-tempat ibadah, jalur hijau dan taman-taman kota dan sebagainya mendapatkan tempat dan berfungsi secara layak serta dalam keserasian satu sama lain. Hal ini dilakukan melalui usahausaha perencanaan tata kota, pengaturan penguasaan dan pemilihan tanah dalam kota, dan lain-lain. (6) Usaha pembinaan pengetahuan dan kesadaran masyarakat kota akan pentingnya pengikutsertaan yang aktif dalam pembinaan lingkungan pemukiman yang lebih baik, peningkatan disiplin menuju kepada ketertiban dan ketentraman kehidupan kota yang lebih baik. Pembangunan lingkungan pemukiman daerah perkotaan tersebut di atas akan menarik penduduk daerah pedesaan yang miskin untuk pindah kekota, sehingga kemudian lingkungan hidup di kota akan menjadi buruk kembali karena tekanan yang berat terhadap penyediaan lapangan kerja, fasilitas pelayanan umum, perumahan, dan lainlain. Oleh karena itu pembangunan lingkungan pemukiman kota tersebut di atas perlu diimbangi oleh pembangunan lingkungan pemukiman pedesaan di sekitarnya untuk menghindarkan pindahnya pendu- 281 duk pedesaan ke kota-kota. Pembangunan kota dan daerah pedesaan disekitarnya dengan demikian merupakan suatu kesatuan pembangunan sistem pemukiman yang menyeluruh. Pembinaan lingkungan pemukiman di daerah pedesaan di titik beratkan kepada pembinaan swadaya masyarakat untuk membina pemukiman yang sehat dengan memperhatikan alat, tradisi, dan pandanganpandangan hidup masyarakat di daerah pedesaan. Peningkatan mutu perumahan dan pembinaan lingkungan kesehatan pemukiman desa dititik beratkan kepada pembinaan swadaya dan swakelola masyarakat dengan meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan warga desa untuk mempergunakan bahan-bahan yang terdapat setempat dengan sehemat-hematnya. Rumah-rumah sehat percontohan yang dibuat berdasarkan pola arsitektur-arsitektur tradisional yang baik dikembangkan di daerah pedesaan oleh swadaya masyarakat dengan mendapatkan bantuan-bantuan kredit dan bimbingan teknis yang diperlukan. Dengan cara ini suatu pemukiman desa yang sehat, beraneka ragam dan menunjang norma-norma kehidupan sosial yang produktif dapat dikembangkan secepat-cepatnya. Pola pemukiman umum pedesaan dikembangkan dengan tataruang pedesaan yang baik sehingga fungsi rumah, bangunan-bangunan umum seperti mesjid, tempat pertemuan umum, jalan-jalan desa, penerangan listrik pedesaan, tanah pekarangan, dan tegalan, tempat mandi umum dan air minum pedesaan dapat dikembangkan dengan mutu yang lebih baik. Segala usaha tersebut diarahkan agar penduduk pedesaan dapat memperoleh pekerjaan di lingkungan pedesaan itu sendiri, mempunyai lingkungan hidup sosial yang menyenangkan dan produktif, memiliki fasilitas-fasilitas kehidupan yang memadai seperti sekolah, pelayanan kesehatan, lembaga sosial desa dan lain-lain, sehigga alasanalasan untuk berpindah ke kota-kota dapat ditiadakan atau sekurangkurangnya dikurangi. Selanjutnya mengingat eratnya hubungan antara masyarakat pedesaan dengan alam, diusahakan pembinaan kesadaran dan pengetahuan masyarakat desa untuk serta dalam pengelolaan. sumber-sumber alam dan lingkungan hidup agar dapat dijamin kelestarian dan pemanfaatan 282 yang sebaik-baiknya dari sumber alam dan lingkungan hidup alami tersebut. Dengan demikian masyarakat di daerah pedesaan akan merupakan penjaga dan pencegah kerusakan-kerusakan terhadap sumber alam dan lingkungan hidup alami pada umumnya. Dalam hubungan dengan ini adat kebiasaan masyarakat desa yang mendukung kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup perlu dibantu untuk dipertahankan dan dikembangkan. Pembangunan lingkungan pemukiman tidak hanya ditujukan pada perbaikan-perbaikan fasilitas pelayanan umum dan prasarana fisik pemukiman, tetapi juga pembinaan fasilitas usaha, dan yang lebih penting lagi adalah pembinaan manusianya yang merupakan penggerak pembangunan itu sendiri. Pembangunan pemukiman, dengan demikian, harus mampu mendorong laju pertumbuhan regional yang serasi, dan harus mampu membina interaksi sosial yang dapat memperkaya mutu kehidupan yang lebih hakiki. Untuk keperluan tersebut, dalam hubungannya dengan pembangunan pemukiman transmigrasi, pembangunan pemukiman tidak hanya dilakukan dalam areal pemukiman transmigrasi tetapi juga dalam wilayah-wilayah di sekeliling daerah transmigrasi dalam suatu pola yang integral. 2. Pembangunan pertanian dan pengelolaan lingkungan hidup. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan harus diimbangi oleh peningkatan produksi pertanian dalam bentuk bahan pangan, bahan baku industri, bahan energi biologis, dan lain-lain. Pada dasarnya proses pembangunan pertanian berwujud usaha mengalihkan sistem pertanian dengan produktivitas rendah menjadi sistem pertanian dengan produktivitas relatif tinggi. Dalam rangka usaha ini cara bercocok tanam di daerah-daerah pertanian tradisional perlu terus disempurnakan melalui pola-pola yang .dapat meningkatkan kelestarian kesuburan tanah, penyediaan fasilitas produksi pertanian dan jasa distribusi hasil pertanian, prasarana, dan kemampuan pengelolaan produksi dan distribusi hasil pertanian. Dalam banyak hal produksi pertanian tidak akan mungkin ditingkatkan dengan pesat tanpa bantuan bahan - bahan pendukung yang 283 berupa pupuk dan pestisida, penggunaan jenis unggul, dan pengairan. Meskipun demikian penggunaan bahan-bahan kimia pupuk dan pestisida yang mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap kesuburan tanah dan perairan dalam jangka panjang perlu dihindarkan. Sistem pergiliran tanaman perlu dikembangkan lebih lanjut dan diserasikan dengan pembangunan fasilitas-fasilitas produksi dan jasa distribusi hasil pertanian. Penggunaan pupuk hijau dan pupuk alam perlu dikembangkan kembali dalam rangkaian kegiatan yang serasi. Akibat-akibat sampingan yang merugikan yang disebabkan oleh pola pengawetan tanah yang kurang diperhatikan, penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi yang kurang cermat, dan lain-lain dapat merugikan perkembangan pertanian lainnya seperti perkembangan perikanan dan perusakan serta pendangkalan waduk-waduk dan jaringan irigasi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup usaha pertanian itu sendiri, penyediaan air minum dan lain-lain. Oleh karena itu usaha penyelamatan tanah yang sempurna perlu dikembangkan dengan usaha sungguhsungguh pada areal-areal pertanian terutama pada pertanian tanah kering. Pengendalian penggunaan pupuk dan pestisida lebih ditingkatkan terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan pemukiman dimana air minum merupakan masalah yang gawat, dan di daerah-daerah yang berdekatan dengan daerah pesisir di mana tempat-tempat perkembangan biakan ikan perlu dipertahankan untuk kelangsungan perkembangan perikanan. Dalam hubungan dengan ,ini, analisa pengaruh lingkungan perlu dikembangkan dalam tahap perencanaan penggunaan pupuk dan pestisida secara besar-besaran, dan pembangunan waduk-waduk besar, perombakan daerah pantai, dan lain-lain. Perluasan areal pertanian yang dilakukan dengan usaha perombakan ekosistem secara besar-besaran harus didahului dengan analisa pengaruh lingkungan yang cermat. Pada tahap perencanaan, untuk dapat mengetahui tingkat perombakan dan akibat-akibat yang merugikan pembangunan, sehingga kemudian tindakan-tindakan penyelamatan dapat dilakukan dengan tepat dalam proses pembangunan yang bersangkutan. Dalam hubungan ini perombakan hutan-hutan primer yang berharga secara besar – besaran untuk pemukiman trans- 284 migrasi dan usaha pertaniannya, perlu sejauh mungkin dikurangi dan lebih diarahkan kepada perubahan areal-areal tanah alang-alang dan hutan-hutan sekunder. Perluasan persawahan pasang surut perlu dilakukan dengan hati-hati agar kelestarian ekosistem yang menjamin kesuburan dan keamanan pembangunan pertanian dikemudian hari dapat dipertahankan dan dikembangkan. Usaha-usaha pencegahan perluasan tanah kritis yang disebabkan oleh pembukaan tanah dan cara bercocok tanam yang kurang baik perlu ditingkatkan, dan rehabilitasi dari tanah-tanah kritis yang sudah terjadi perlu ditingkatkan pula dengan usaha-usaha reboisasi dan penghijauan yang lebih baik. Usaha-usaha ini diharapkan akan dapat membina dan mengembangkan landasan sumber alam bagi kepentingan pembangunan dimasa yang akan datang, dan juga diharapkan dapat mengamankan hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan terhadap bahaya erosi, kekeringan, dan banjir yang merusak, dan penyelamatan sistem hidrologi yang vital bagi kelangsungan kehidupan. Usaha-usaha itu pada dasarnya adalah usaha untuk memulihkan dan meningkatkan daya dukung lingkungan hidup ketingkat yang lebih baik. Kerusakan lingkungan pesisir dan lautan telah terjadi karena usaha perikanan yang pesat tidak didukung oleh pembinaan sumber alarn perikanan yang ada. Gejala-gejala pengurusan sumber daya perikanan telah terlihat dengan jelas di daerah pantai yang menimbulkan keresahankeresahan sosial yang makin gawat. Oleh karena itu pengaturan usaha perikanan pantai perlu dikembangkan serasi dengan daya dukung lingkungan pesisir. Usaha penangkapan ikan yang dapat mengganggu kelestarian alam seperti pemakaian bahan peledak, racun, alat penangkap yang kurang tepat, dan lain-lain, perlu dikendalikan dengan ketat, dan perusakan karang dan hutan payau sejauh mungkin dihindarkan. Untuk keperluan tersebut pembinaan pengetahuan dan teknologi pelestarian sumber perikanan perlu ditingkatkan pula. Usaha-usaha tersebut diatas dikembangkan dalam rangka perbaikan lingkungan hidup sosial bagi masyarakat petani yang berpenghasilan rendah. 285 Hutan merupakan sumber alam yang memiliki kegunaan beraneka ragam baik yang bersifat ekonomis maupun yang bersifat sosial budaya. Sumber Alam Hutan dapat menghasilkan kayu, rotan, umbi-umbian, kulit, daun, margasatwa, perlindungan tata-air dan lingkungan hidup, penyediaan plasma nuftah, dan sebagainya. Tetapi meskipun demikian pemanfaatan hutan juga tidak lepas dari masalah lingkungan hidup. Eksploitasi hutan besar-besaran untuk memanfaatkan jenis-jenis kayu tertentu dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis kayu berharga tersebut, terutama disebabkan oleh karena kerusakan-kerusakan terhadap tanah dan anakan pohon-pohon berharga dalam proses eksploitasi tersebut. Kepunahan jenis-jenis kayu berharga tersebut tentu saja menurunkan nilai ekonomis sumber alam hutan sisa yang kemudian berkembang menjadi hutan-hutan sekunder yang kurang berharga. Untuk mengatasi masalah ini maka sistem tebangpilih yang diterapkan di hutan-hutan tropika di Indonesia perlu dikembangkan terus dengan penuh disiplin agar keanekaragaman jenis dan mutu hutan yang telah ditinggalkan dapat berkembang mendekati keadaan aslinya dalam suatu periode tertentu sehingga jumlah dan mutu hutan yang tersedia di masa yang akan datang tidak berkurang bahkan bertambah baik. Pelaksanaan pengendalian penebangan hutan tersebut perlu dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan pengelolaan aparat-aparat kehutanan, pembinaan .sistem dan prosedur pengendalian yang lebih mantap, kemampuan teknologi yang lebih baik, dan pembukaan wilayah hutan yang lebih baik, untuk mempertahankan kelestarian sumber alam hutan tersebut. Kerusakan-kerusakan hutan yang disebabkan oleh karena perladangan berpindah, kebakaran hutan dan perluasan padang alang-alang perlu dicegah secepat-cepatnya melalui pendekatan-pendekatan yang lebih mendasar seperti pemukiman kembali peladang-peladang berpindah, pemilikan dan tataguna tanah yang lebih pasti, pelaksanaan hukum dan perundangan yang lebih jelas dan tegas, dan lain-lain, tanpa melupakan pendekatan-pendekatan sosial-ekonomis kepada masyarakat penyebab kerusakan sumber alam hutan tersebut. Perlu ditekankan bahwa penyebab kerusakan hutan tersebut bukan saja rakyat 286 sekitar hutan yang miskin, tetapi juga para pengusaha dan pejabat yang kurang pengetahuan dan kurang tanggungjawab melestarikan sumber alam hutan. Pembinaan dan pengamanan suaka alam dan taman-taman nasional perlu ditingkatkan untuk kepentingan pembangunan di masa depan. Pemanfaatan sumber alam ini sangat membantu dalam perkembangan jasa pariwisata dan rekreasi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlindungan lingkungan hidup, penyediaan dan pelestarian plasma nuftah, dan lain-lain. Untuk kemungkinan pengamanan hutan-hutan tersebut di atas masalah tata batas hutan yang pasti perlu segera diselesaikan untuk menjamin kepastian hukum dari pengembangan sumber alam hutan. 3. Industri, Pertambangan dan Energi, serta pengelolaan lingkungan hidup. Masalah-masalah lingkungan hidup di bidang industri berpangkal tolak pada kegiatan pembangunan industri, kegiatan pemanfaatan sumber-sumber alam, kegiatan teknik produksi, dan kegiatan penggunaan hasil produksi. Gangguan terhadap lingkungan hidup biasanya berupa kehancuran sumber-sumber alam, pencemaran biologis, pencemaran lingkungan oleh bahan-bahan kimia, pencemaran fisik seperti kebisingan, radiasi panas dan bahan radioaktif, dan gangguan-gangguan sosial budaya. Pencemaran yang bersifat gangguan umum biasanya berbentuk pencemaran lingkungan perairan, pencemaran udara, dan pencemaran tanah, sedangkan pencemaran yang bersifat lokal biasanya berbentuk penumpukan sampah padat di atas tanah. Industri-industri yang menghasilkan bahan buangan yang berbahaya atau bahan kimia yang tahan pelapukan seyogyanya dikendalikan dengan ketat dan usaha pencegahan pencemaran di dalam proses produksi dan distribusi hasil dilakukan secara maksimum dan terus menerus. Industri-industri seperti ini dalam perencanaan pendiriannya diwajibkan untuk melaksanakan analisa pengaruh lingkungan yang lengkap untuk mempersiapkan usaha-usaha pencegahan pencemaran yang akan timbul. 287 Kewajiban pelaksanaan analisa pengaruh lingkungan dan pelaksanaan usaha pencegahan pencemaran juga diwajibkan bagi industri-industri yang menghasilkan bahan buangan yang banyak dalam hubungannya dengan daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Dengan demikian wilayah-wilayah industri, industri tekstil, industri besi-baja, industri pupuk dan pestisida, industri minyak, industri pengolahan timah dan aluminium, industri obat-obatan, industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan, dan sejenisnya perlu dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pencegahan pencemaran lingkungan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Industri-industri diusahakan untuk dibangun di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, dan apabila terpaksa berdekatan dengan pemukiman penduduk maka analisa pengaruh lingkungannya perlu dilakukan dan usaha pencegahan pencemaran lingkungan perlu ditingkatkan. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan oleh industri dititik beratkan pada pengaturan lokasi industri, penentuan kriteria bahan buangan, pemanfaatan teknologi yang mengurangi pencemaran lingkungan, pengelolaan bahan buangan dalam daur ulang yang mantap, penggunaan nilai-nilai lingkungan hidup sebagai salah satu ukuran dalam penilaian proyek-proyek industri, dan peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kelestarian lingkungan hidup yang bermutu baik. Tujuan utama dari usaha-usaha tersebut ialah agar peningkatan kegiatan industri dalam rangka pembangunan nasional tidak membawa akibat rusaknya sumber alam dan lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan hidup di bidang pertambangan pada umumnya meliputi permasalahan eksplorasi pertambangan dan minyak bumi yang menggunakan bahan-bahan peledak, peletusan sumursumur eksplorasi dan sebagainya, eksploitasi pertambangan minyak bumi terutama dilepas pantai, pengangkutan minyak bumi dalam jumlah besar, penambangan terbuka yang merusak sumber alam tanah dan air, dan lain lain. Untuk menanggulangi masalah kerusakan sumber alam tanah dan air pada eksploitasi pertambangan permukaan seperti pertambangan 288 nikel, pasir-besi, timah, kapur, batu dan pasir, mangan, dan batubara, harus diusahakan agar lapisan tanah atas yang subur dapat diamankan untuk kemudian dikembalikan ketempat semula setelah proses penambangan selesai. Dengan demikian areal bekas pertambangan permukaan tidak menjadi tanah mati yang tidak bermanfaat, tetapi dapat dikembalikan menjadi tanah pertanian atau hutan yang akan bermanfaat bagi masyarakat dikemudian hari. Pembuangan tanah galian ke sungai-sungai dan danau harus dicegah sedapat-dapatnya untuk menghindarkan pendangkalan dan perusakan lingkungan perairan yang sangat bermanfaat bagi keperluan perikanan, air minum, dan pengairan. Lubang-lubang galian pertambangan harus ditutup kembali setelah usaha pertambangan selesai untuk menghindarkan kecelakaan yang membawa kerugian bagi masyarakat dikemudian hari. Usaha pertambangan dan penggalian sumber alam harus dilaksanakan agar tidak merusak sumber alam lain dan mencemarkan lingkungan hidup bagi kepentingan pembangunan berikutnya. Sumber energi merupakan penggerak pembangunan disegala sektor, dan penggunaan energi disegala bidang selalu berhubungan dengan pengotoran lingkungan baik lingkungan fisik udara, tanah, dan air, maupun lingkungan biologis. Oleh karena itu kebijaksanaan di bidang pengelolaan dan distribusi sumber energi selalu harus diarahkan kepada produksi dan penggunaan sumber energi dan proses penggunaan energi yang mengurangi kerusakan terhadap lingkungan hidup. Ini berarti penyediaan energi yang bersih seperti energi panas bumi, energi panas matahari, energi air dan sejenisnya perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar. Penyediaan sumber energi minyak dan gas bumi perlu diusahakan untuk dapat memberikan energi yang tidak terlalu banyak mengandung unsur kimia yang berbahaya seperti unsur timah hitam, belerang, nitrogen oksida, dan lain-lain. Produksi dan penggunaan bahan kimia tertentu seperti DDT, BHC, PCB dan sejenisnya secara berangsur-angsur dibatasi dan diawasi dengan ketat. Untuk mengurangi kerusakan sumber alam hutan karena pengambilan kayu dan bahan-bahan biologis lainnya untuk bahan bakar di daerah pedesaan, maka perlu dikembangkan pengelolaan penyediaan 289 kayu bakar yang mengarah kepada kelestarian produksi bersama-sama dengan pembinaan jaringan distribusi dan teknologi penggunaan yang efisien. Penggunaan batubara dan sumber energi lainnya dapat pula dikembangkan dalam hubungannya dengan penyediaan energi bagi keperluan rumah tangga dan bagi keperluan penggerak industri lainnya. Bagaimanapun juga penggunaan sumber energi tersebut tidak boleh membawa kerusakan sumber-sumber alam dan lingkungan hidup yang diperlukan untuk kepentingan pembangunan lainnya. Oleh karena penggunaan energi yang boros mempunyai pengaruh yang besar terhadap kerusakan lingkungan hidup dan persediaan sumber energi bagi kepentingan yang akan datang, maka harus diusahakan penggunaan energi yang sehemat-hematnya disegala bidang pembangunan. Keselamatan pengangkutan minyak bumi dengan tanker-tanker di lautan perlu ditingkatkan agar-kerusakan-kerusakan terhadap lingkungan hidup perairan laut tidak semakin besar karena kebocoran-kebocoran dan kecelakaan kapal-kapal tanker. Untuk menghindarkan pencemaran lingkungan oleh karena pertambangan, industri, dan energi, maka proses perencanaan pembangunannya haruslah dilakukan secermat-cermatnya dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan hidup dan sumber alam, sehingga usaha-usaha penyelamatan sumber alam dan lingkungan hidup dapat dibina sebagai bagian integral dari pembangunannya. Penelaahan lingkungan hidup dan pelaksanaan penyelamatan sumber alam dan lingkungan hidup dalam usaha pertambangan, industri, dan energi perlu diawasi dengan seksama melalui pengaturan-pengaturan yang mantap dan tegas. Usaha-usaha pertambangan, industri, dan energi yang biasanya dilakukan secara padat modal dan teknologi seringkali terletak didaerah pedesaan yang miskin. Perbedaan yang menyolok dari fasilitas kehidupan antara kedua lingkungan sosial tersebut seringkali menimbulkan keresahan-keresahan sosial yang gawat. Untuk menghindarkan kerusakan lingkungan sosial tersebut maka dalam pembangunan industri, pertambangan, dan energi perlu diperhitungkan pula pembangunan fasilitas kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya seperti 290 fasilitas penerangan listrik, air minum, fasilitas beribadat, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat pedesaan atau perkotaan yang miskin di sekitar usaha-usaha itu dapat ikut serta merasakan manfaat pembangunan dan ikut serta merasa bertanggung jawab untuk mengamankan pembangunan tersebut tanpa terlalu banyak merubah pola kehidupan sosial budaya yang baik dan produktif. 4. Pemilikan dan Penguasaan Tanah, Tataguna Tanah, Tataguna Air, Tataguna Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tanah, lahan, dan air merupakan sumber alam dan sekaligus pula merupakan lingkungan hidup. Oleh karena itu tanah, lahan, dan air tersebut pada umumnya berkaitan erat dari satu tempat ketempat lain dalam hubungannya dengan kelangsungan proses ekosistem. Oleh karena itu dalam pengaturan tataguna tanah atau lahan dan tataguna air, perhatian perlu diarahkan kepada pengaturan penggunaan sumber alam tanah dan air tersebut agar cara penggunaannya di suatu tempat tidak mengganggu manfaat tanah dan air tempat lainnya. Tanah dan lahan yang terdapat di lereng-lereng terjal dan di daerah pegunungan tidak dapat digunakan untuk keperluan-keperluan yang menyebabkan rusaknya sistem tata-air yang akan merusak kegunaan tanah dan air di lembah-lembah. Penggunaan sumber alam air, baik air permukaan maupun air bumi, di suatu tempat di daerah hulu tidak boleh merusak manfaat air tersebut di daerah-daerah hilirnya. Di daerah-daerah seperti itu segala usaha penggunaan tanah dan air harus dilengkapi dengan usaha-usaha penyelamatan sumber alam dan lingkungan hidup seperti usaha pencegahan erosi dan pencemaran air dan sebagainya. Penggunaan wilayah pesisir harus diatur sedemikian rupa agar kelangsungan kehidupan perikanan dapat dijamin pada tingkat yang baik. Bagaimanapun juga, keadaan yang paling mendesak adalah menentukan daerah-daerah lahan dan perairan yang merupakan daerahdaerah perlindungan utama bagi kehidupan di daerah lain, dan di daerah – daerah itu dengan segera ditetapkan pola pengelolaannya 291 dengan sebaik-baiknya untuk menjamin kelangsungan kehidupan seluruh wilayah. Daerah-daerah tersebut apabila mungkin sebaiknya dijadikan suaka alam atau hutan lindung yang diamankan dengan sebaik-baiknya, dengan demikian kepentingan masyarakat yang lebih banyak dapat diutamakan dan fungsi sosial tanah dapat dikembangkan secara nyata. Tataguna dan ruang di daerah perkotaan harus mampu mencerminkan pemerataan keadilan dan kehidupan yang lebih baik. Nilai lebih dari perubahan penguasaan tanah harus dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan masyarakat yang lebih banyak. Masalah tanah merupakan masalah yang rawan di bidang sumber alam. Di daerah pedesaan jumlah petani meningkat terus jauh lebih cepat daripada perluasan tanah pertanian, sehingga luas ratarata pemilikan tanah untuk setiap petani menurun dengan cepat. Luas rata-rata pemilikan tanah yang sangat kecil, di bawah setengah hektar, merupakan hal sangat umum pada petani di daerah pedesaan di Jawa, Bali, Lombok, dan beberapa daerah lain yang padat penduduknya. Luas pemilikan tanah yang sangat kecil tersebut jelas tidak mampu mendukung kehidupan suatu keluarga petani, oleh karena itu usaha pertanian di daerah-daerah tersebut tidak akan mampu memberikan pendapatan dan pekerjaan yang diperlukan oleh petani di daerah pedesaan tersebut. Di daerah perkotaan, jumlah penduduk meningkat jauh lebih cepat lagi, sehingga kebutuhan tanah untuk perumahan, bangunan usaha dan industri, bangunan prasarana umum, dan lain-lain makin meningkat pula. Dengan terbatasnya jumlah tanah yang tersedia, dan meningkatnya kebutuhan akan tanah, maka makin meningkat pulalah harga tanah. Dalam hubungan ini penduduk kota yang umumnya mempunyai kemampuan ekonomis yang lebih baik daripada penduduk pedesaan, banyak pula yang mempergunakan pendapatannya yang berlebihan untuk memiliki atau menguasai tanah sampai ke desadesa. Penduduk pedesaan yang miskin, karena tekanan hidup yang berat, tidak mempunyai pilihan lain kecuali menjual tanah miliknya yang kecil itu. 292 Keadaan tersebut di atas seringkali mempersulit usaha pemerintah untuk membantu petani miskin melalui usaha-usaha peningkatan pertanian seperti BIMAS dan Penghijauan, perkebunan rakyat, dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh karena penguasaan tanah-tanah tersebut menjadi kurang jelas, sehingga sasaran usaha-usaha tersebut kurang tercapai. Tanah-tanah yang luas yang dimiliki oleh mereka yang bukan petani seringkali dibiarkan tidak produktif, sehingga sumber kehidupan pertanian di daerah pedesaan makin berkurang pula bagi penduduk pedesaan yang bersangkutan. Keadaan-keadaan tersebut telah menyebabkan keresahan-keresahan sosial yang cukup gawat di daerah pedesaan dan di daerah kota. Di daerah pesisir, telah pula terjadi banyak penguasaan tanah pantai yang menyebabkan sukarnya para nelayan mencari tempat bersandar bagi perahu-perahu nelayan, sehingga kehidupan nelayan yang miskin di beberapa daerah menjadi makin bertambah sulit. Dalam pelaksanaan pembagian hasil antara penggarap dan pemilik menurut kenyataan banyak yang tidak mengikuti ketentuan Undangundang No. 2 tahun 1960 tentang Bagi Hasil padahal undang-undang tersebut mempunyai tujuan melindungi golongan ekonomi lemah. Pengakuan hak ulayat seperti tersebut dalam pasal 3 Undangundang No. 5 tahun 1960 menjamin kedudukan hukum tanah-tanah adat tradisional dengan pembatasan selama tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional dan Negara serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan lainnya yang lebih tinggi. Pasal-pasal mengenai hal tersebut sering-sering tidak diperhatikan, sehingga timbul persoalan yang disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara hak ulayat dan kepentingan Nasional dalam soal tanah. Untuk menanggulangi masalah tersebut maka penertiban administrasi pertanahan akan lebih ditingkatkan mulai dari tingkat desa, Kecamatan, sampai ke tingkat Kabupaten Dalam usaha ini, kegiatan utama adalah pengukuran batas-batas yang jelas dari tanah yang bersangkutan dan pemberian bukti yang kuat sebagai tanda pemilikan dan administrasi pertanahan yang ter293 I atur. Untuk keperluan itu maka aparat-aparat agraria ditiap Kabupaten akan diperlengkapi lebih baik sehingga mampu mengadakan pengukuran batas-batas tanah dan memberikan tanda bukti hak atas tanah dalam waktu cepat, dan khusus bagi para petani pemilik tanah yang miskin yang mempunyai tanah kurang dari 0,5 ha, secara bertahap tanda-tanda bukti hak atas tanah tersebut diberikan dengan cuma-cuma. Dalam hubungan dengan itu monitoring perubahanperubahan pemilikan secara teratur dilaksanakan pula, agar pelaksanaan dari UUPA tentang luas pemilikan tanah maksimum dan tata-guna tanah yang ditetapkan dapat dilaksanakan dengan baik. Tanah-tanah yang dikuasai oleh adat seperti tanah ulayat, tanah marga, dan sejenisnya harus segera dapat diketahui baik luasnya, batas-batasnya, lokasinya, maupun kelompok adat yang menguasainya. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dikemukakan kebijaksanaan mengenai tanah sebagai berikut : "Agar pemanfaatan tanah sungguh-sungguh membantu usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, maka di samping menjaga kelestariannya perlu dilaksanakan penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah ". Kemudian juga dikemukakan : "Pembangunan Pertanian harus merupakan usaha yang terpadu dengan pembangunan daerah dan pedesaan. Dalam hubungan ini diperlukan langkah-langkah untuk mengendalikan secara efektif masalah penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah sehingga benar-benar sesuai dengan azas adil dan merata". Sebenarnya telah cukup pengaturan dilakukan dalam hubungannya dengan masalah tanah. Tetapi pelaksanaan peraturan-peraturan tersebut belum selancar sebagaimana diharapkan. Undang-Undang Pokok Agraria dan semua peraturan pelaksanaannya, yang berhubungan dengan pendaftaran tanah, belum dapat dilaksanakan dengan baik karena beberapa hambatan seperti (1) masyarakat terutama masyarakat pedesaan, belum merasakan perlunya untuk mendaftarkan haknya atas tanah karena hak-hak adatnya diakui oleh masyarakat dan diakui oleh UUPA, (2) proses pendaf- 294 taran tanah dirasakan terlalu sulit dan mahal oleh masyarakat, (3) kemampuan aparat agraria belum memadai untuk melaksanakan pengukuran-pengukuran tanah yang diperlukan untuk pendaftaran tanah. Terhambatnya usaha-usaha pendaftaran tanah menyebabkan keadaan administrasi pertanahan belum memadai dan oleh karena itu penyimpangan-penyimpangan hukum dalam pemilikan dan penguasaan tanah belum dapat diawasi dengan baik. Batas maksimum pemilikan tanah telah ditetapkan dengan UUPA dan beberapa peraturan pelaksanaannya. Sejak tahun 1960 pelaksanaan ketentuan-ketentuan tersebut telah dimulai dengan pelaksanaan landreform, tetapi sejak tahun 1966 pelaksanaan landreform semakin mengendor dan bahkan terjadi banyak pelanggaran dengan berbagai cara penguasaan tanah tanpa hak pemilikan yang sah. Pelaksanaan larangan pemilikan tanah guntay belum dilaksanakan dengan baik, administrasi pertanahan masih terbelakang, pelaksanaan landreform belum lancar, masih terdapat penguasaan tanah berlebihan dan sebagainya. Hal ini semua telah menyebabkan semakin sukarnya untuk menyelesaikan masalah tanah. Untuk menangani masalah tersebut, maka pelaksanaan landreform perlu digalakkan kembali, dengan pedoman kerja yang mantap, tegas dan serasi dengan keadaan masyarakat pada waktu ini. Kelebihan tanah yang disebabkan oleh pelaksanaan landreform dibagikan kepada petani penggarap yang miskin. Dalam hal tanah kelebihan landreform tersebut marupakan tanah yang mempunyai kemiringan lebih dari 40% yang terletak di daerah kritis, maka tanahtanah tersebut dalam kelompok yang besar akan dikuasai oleh negara dan dijadikan kawasan hutan untuk perlindungan ekosistem, dan penghasil kayu bakar bagi rakyat. Demikian juga halnya dengan tanah-tanah lain yang tandus dan tidak dapat dibagikan karena tidak ada calon penerimanya. Tanah perkebunan yang terlantar harus segera dapat ditangani dan dimanfaatkan oleh pemegang hak atas tanah tersebut untuk usaha yang telah ditentukan. Untuk keperluan ini bantuan pemerintah dalam bentuk bimbingan teknis dan fasilitas kredit murah perlu di- 295 pertimbangkan. Apabila usaha-usaha tersebut tidak berhasil mendorong pemegang hak atas tanah tersebut untuk memanfaatkan tanah tersebut, maka tanah perkebunan terlantar tersebut segera dimiliki dan dikuasai kembali oleh negara dan dijadikan areal kerja perkebunan negara, kawasan hutan atau bentuk-bentuk usaha perkebunan yang lain. Beberapa peraturan pelaksanaan dari UUPA dan UUBH yang penting belum tersusun, sehingga banyak masalah dalam pertanahan belum dapat diselesaikan secara mantap. Dalam hubungan ini akan segera diadakan peraturan-peraturan pelaksanaan yang berhubungan dengan penggunaan tanah oleh bukan pemilik, pembatasan luas minimum dan maksimum tanah untuk bangunan, pencabutan hak milik karena tanah diterlantarkan, pembebanan hak milik atas tanah hak guna dan hak pakai, kewajiban pemegang hak atas tanah untuk memelihara dan mencegah kerusakan tanah serta menambah kesuburan tanah, dan perundang-undangan tata guna tanah. Di samping peraturan-peraturan tersebut akan dikembangkan pula suatu pola perpajakan atas tanah yang didasarkan atas penggunaan tanah yang tepat dan rasional sesuai dengan fungsi sosial dari tanah. Dalam hal ini pajak atas tanah ditetapkan secara progresif sesuai dengan luas pemilikan. Pemindahan hak milik atas tanah akan dikenakan pajak sesuai dengan nilai potensial tanah yang bersangkutan. Perubahan ,penggunaan tanah-tanah pertanian yang mempunyai fasilitas pengairan yang baik yang dibangun oleh negara sejauh mungkin akan dihindarkan. Tanah pertanian sawah yang baik yang dipindahkan hak pemilikannya dan dijadikan tanah untuk bangunan akan dikenakan pajak tanah yang lebih tinggi sesuai dengan nilai bangunan yang dibangun diatasnya. Peraturan pelaksanaan yang akan disusun tersebut di atas harus mencerminkan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan golongan masyarakat yang mempunyai pendapatan rendah, seperti petani kecil, petani penggarap, nelayan kecil, dan golongan masyarakat kota berpenghasilan rendah, sehingga jurang pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin menjadi lebih kecil. Dengan demikian dibina lingkungan hidup sosial yang lebih serasi, adil, aman, dan tertib. Penataan penggunaan tanah 296 yang akan dilaksanakan dalam Repelita III terutama akan diarahkan kepada usaha memberikan pedoman dan pengarahan dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan tanah sesuai dengan perencanaan, persediaan dan peruntukannya bagi berbagai keperluan pembangunan yang erat hubungannya dengan penggunaan tanah, terutama dalam usaha pertanian dan pembukuan daerah pertanian baru, transmigrasi dan pemukiman, perindustrian dan jaringan jalan. Dalam pada itu kebijaksanaan penggunaan tanah kota akan diarahkan kepada usaha menyusun rencana penggunaan tanah perkotaan yang dapat dipakai sebagai bahan dalam merencanakan perkembangan kota serta mencegah terjadinya sengketa penggunaan tanah perkotaan. Hal ini dilakukan melalui tata-ruang dan tata-guna tanah yang baik. Demikian pula diberi perhatian kepada pengembangan lingkungan pemukiman pedesaan melalui tata-ruang pedesaan yang lebih baik. Pembagian tanah kepada petani penggarap yang luasnya kurang untuk dapat menghidupi sebuah keluarga petani dan sistem pewarisan yang berlaku akan berakibat kembalinya masalah yang semula, karena petani penggarap tersebut akan menjual lagi tanah-tanah tersebut karena tidak mampu menghidupinya, dan petani tersebut akan kembali menjadi penggarap yang tidak mempunyai tanah. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu kebijaksanaan agar pemilikan tanah pertanian minimum dikaitkan dengan koperasi penggarapan tanah, sehingga suatu rantai lengkap penggarapan tanah, panen, pemeliharaan tanaman, pengelolaan hasil, pemasaran, dapat dilaksanakan oleh petani-petani miskin tersebut dan pendapatan petani tersebut dapat lebih ditingkatkan. Untuk kepentingan peningkatan produksi pertanian seperti pangan, hasil-hasil perkebunan, dan lain-lain, maka di daerah padat penduduk seperti Jawa, Bali, Lombok, dan Sulawesi Selatan, dijajagi kemungkinan penukaran tanah-tanah milik rakyat yang tandus di gununggunung. yang mempunyai kemiringan minimum 40% dengan tanahtanah hutan di daerah rendah yang rata yang mempunyai kemiringan kurang dari 8%. Sebagian dari hutan produksi di dataran rendah harus dipertahankan untuk perlindungan kelestarian ekosistem yang 297 khas, dan untuk peningkatan produksi kayu bakar dan bahan bangunan bagi masyarakat. Penukaran-penukaran tanah tersebut akan mengakibatkan bertambah luasnya tanah pertanian yang produktif dan bertambah luasnya tanah-tanah hutan untuk kepentingan perlindungan lingkungan hidup Penukaran-penukaran tanah tersebut harus diarahkan kepada pola tataguna tanah yang rasional. Pola seperti ini juga dapat diterapkan di daerah yang kurang padat penduduknya di luar Jawa, di mana tanah-tanah perladangan yang kurang subur dan tanah-tanah alangalang di daerah pegunungan dapat dipertukarkan dengan tanah-tanah hutan yang subur di dataran rendah yang rata. Pemusatan tanah pertanian di dataran rendah ini akan memudahkan usaha-usaha penambahan produksi pangan dengan cara pangairan dan pemupukan yang tepat, dan sekaligus mengurangi bahaya erosi dan penggundulan hutan-hutan dipegunungan. Penukaran-penukaran tanah ini merupakan usaha pemindahan petani pemilik dan petani penggarap yang miskin ke daerah-daerah yang lebih baik. Dalam pola ini penempatan transmigrasi di luar Jawa dapat diterapkan pula untuk membuka hutan-hutan yang subur di daerah-daerah rendah yang datar. Dalam hal ini hutan-hutan yang menjadi sasaran adalah hutan-hutan yang potensi hasilnya sudah rendah karena berbagai sebab kerusakan hutan seperti hutan-hutan sekunder dan daerah alang-alang. 5. Pembangunan Prasarana dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pembangunan prasarana pembangunan seperti jaringan jalan angkutan darat, jaringan jalan kereta api, jaringan angkutan air dan udara, pelabuhan air dan udara, bendungan serba guna, pembangkit energi listrik dan jaringan distribusinya, saluran distribusi minyak bumi, dan lain-lain, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup. Oleh karena pengaruhnya yang besar terhadap lingkungan hidup, maka dalam proses perencanaan pembangunan prasarana utama tersebut perlu dilengkapi dengan analisa pengaruh lingkungan yang terperinci, agar pengamanan terhadap lingkungan dan bangunanbangunan prasarana itu dapat sekaligus dilakukan dalam pola yang integral. 298 Pemisahan suatu wilayah oleh suatu jalan bebas hambatan, akan memisahkan kehidupan sosial yang tadinya merupakan kesatuan, sehingga menimbulkan keresahan-keresahan sosial yang gawat. Oleh karena itu dalam pembangunan jalan lintas cepat seperti itu perlu diusahakan agar hubungan sosial antara kedua bagian wilayah tersebut tidak banyak terganggu. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun jalan lintas tradisional di atas atau di bawah jalan lintas cepat tersebut. Hal ini tentu saja akan dapat dihindarkan apabila dalam perencanaan jalan lintas tersebut faktor lingkungan mendapatkan perhatian yang seksama. Pencemaran pantai dan kehidupan biologis yang terjadi dalam pembangunan dan penggunaan pelabuhan oleh kapal-kapal merupakan hal yang sangat mengganggu. Gangguan ini dapat berakibat berkurangnya sumber pencaharian penduduk pesisir. Pencemaran lingkungan yang berupa pencemaran udara oleh gas buangan dan kebisingan serta buangan panas, biasanya terjadi dalam proses pembangunan dan pemanfaatan pelabuhan udara, pembangkit listrik, jaringan angkutan, dan sebagainya. Kejadian-kejadian tersebut harus dapat diperkecil dengan usaha pencegahan pencemaran yang mantap mulai dari proses perencanaan sampai pada tahap pengelolaan penggunaan prasarana tersebut. Pembangunan bendungan serbaguna biasanya merubah ekosistem suatu daerah aliran sungai secara mendasar. Pengaruh perubahan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan sumber perikanan, sistem hidrologi, kehidupan sosial ekonomi masyarakat, dan lain-lain. Perubahan-perubahan tersebut perlu diperhitungkan dalam proses perencanaan pembangunan bendungan-bendungan serbaguna, dan segera diambil tindakan-tindakan pengamanan yang tepat untuk menyelamatkan lingkungan hidup fisik dan sosial yang baik yang pada akhirnya akan mengamankan bangunan prasarana tersebut dikemudian hari. Pada dasarnya pembangunan prasarana bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui peningkatan daya dukung alam dan sosial yang lebih baik. Oleh karena itu perlu dicegah terjadinya bencana dikemudian hari oleh karena pembangunan prasarana tersebut, dan dalam hubungan ini analisa pengaruh lingkungan pada tahap 299 perencanaan pembangunan prasarana tersebut perlu dilaksanakan dengan teliti, untuk dapat dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan pembangunan yang menyeluruh dan melestarikan lingkungan hidup. 6. Pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan dan pengelolaan lingkungan hidup. Daerah pesisir dan lautan merupakan sumber alam dan lingkungan hidup yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan bagi kepentingan pembangunan. Dua pertiga wawasan nusantara Indonesia terdiri dari lautan yang luas dengan ribuan pulau-pulau besar dan kecil, yang mempunyai garis pantai yang sangat panjang. Pemanfaatan sumber alam dan lingkungan hidup yang sangat besar tersebut akan mampu meningkatkan pembangunan dalam pertahanan dan keamanan, perkembangan ekonomi, perhubungan antar pulau, peningkatan produksi pangan, dan sumber bahan-bahan dasar lain yang diperlukan bagi pembangunan nasional. Meskipun demikian pemanfaatan daerah pesisir laut Jawa dan Selat Malaka yang sangat intensif telah pula menyebabkan pencemaran perairan laut yang cukup gawat. Pencemaran pesisir yang disebabkan oleh tumpahan minyak dan pertambangan lepas pantai, pencemaran bahan buangan dari kapal, pencemaran bahan buangan kota dan lumpur yang berasal dari daratan, dan lain-lain. Oleh karena itu dalam pemanfaatan daerah pesisir dan lautan, terutama di Laut Jawa dan Selat Malaka, perhatian terhadap penanggulangan pencemaran perairan lautan perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Hal ini berhubungan pula dengan kepentingan negara-negara ASEAN yang menggunakan lautan tersebut untuk kepentingannya messing-masing. Kerjasama antar negara ASEAN .dalam menanggulangi masalah pencemaran laut ini harus dikembangkan lebih sempurna. Perlindungan terhadap hutan-hutan bakau yang sangat penting bagi perkembangan perikanan laut dan perlindungan pantai perlu ditingkatkan dalam kordinasi yang lebih mantap. - 300 Mengingat kebutuhan yang makin meningkat akan bahan pangan, maka usaha-usaha budidaya lautan perlu dikembangkan lebih cepat lagi dalam keserasian dengan daya dukung lingkungan hidup. 7. Pengaturan Biaya Pembangunan Lingkungan Hidup. Dalam merencanakan pembangunan maka biasanya sudah disadari bahwa penetapan investasi sekarang akan memberi pengaruhnya kepada bentuk pola pembangunan dimasa datang. Oleh karena itu penetapan investasi dimasa sekarang harus sudah memperhitungkan berbagai hal yang diperkirakan akan timbul dimasa depan nanti. Dalam menilai berbagai pengaruh dari pembangunan seperti industri, pertanian dan pertambangan kepada lingkungan akan dihadapi porsoalan bahwa beban biaya lingkungan yang ditimbulkan tidak akan segera tercakup dalam struktur biaya. Umumnya hal-hal yang berkepentingan langsung dengan neraca laba rugi akan tercakup dalam struktur biaya perusahaan. Tetapi biaya yang ditimbulkannya kepada lingkungan alam dan lingkungan sosial, umumnya sulit untuk direkareka dalam perhitungan neraca rugi laba. Secara teoritis maka ilmu ekonomi perusahaan telah mengembangkan sistem harga bayangan untuk menilai biaya yang ditimbulkan pembangunan kepada masyarakat, yang dikenal dengan "perhitungan biaya sosial". Maka pengaruh lingkungan yang merusak dan ditimbulkan oleh pembangunan dapat pula dihitung melalui sistem perhitungan harga sosial ini. Meskipun demikian, mungkin cara ini dianggap terlalu sulit atau terlalu mahal bagi kelangsungan hidup pembangunan seperti industri, pertanian, pertambangan, dan sebagainya, sehingga banyak pengusaha cenderung untuk mengabaikan biaya pengaruh lingkungan dari kegiatan industri ini. Pertubuhan industri secara terus menerus tanpa ikhtiar memperhitungkan pengaruh lingkungan, akan mengurangi secara berangsur-angsur kemampuan daya dukung alam menyerap pengaruh negatif dari industri kepada lingkungan. Jika titik kejenuhan daya serap lingkungan sudah terlampaui, maka akan timbul reaksi 301 yang hebat dan industri di masa datang akan menghadapai akibat dari diabaikannya pengaruh lingkungan di masa kini. Masalahnya sekarang adalah bahwa kebanyakan pengusaha bukan tidak menyadari kegawatan permasalahan lingkungan, akan tetapi berbagai langkah ini akan memperbesar biaya perusahaan sehingga mengurangi kemampuan bersaing perusahaan di pasaran. Perlu diingat bahwa dikebanyakan pembangunan seperti industri di luar negeri maka berbagai usaha mengurangi pengaruh lingkungan yang negatif sudah tercakup dalam struktur biaya perusahaan masingmasing. Sehingga pencantuman biaya pengurangan pengaruh lingkungan dalam struktur biaya perusahaan di Indonesia tidak menambah kemampuan bersaing perusahaan kita, akan tetapi lebih mengoreksi posisi bersaing kepada dataran yang lebih wajar. Masalah pengendalian biaya perlu di ikhtiarkan pada segi-segi lain, termasuk segi-segi yang secara langsung turut mempengaruhi pengembangan lingkungan. Salah satu segi yang relevan dengan pengembangan lingkungan adalah pola manajemen yang lebih hemat. Proses pembangunan di negara kita akan bisa dipercepat apabila dapat ditumbuhkan sikap hidup yang lebih berhemat sebagai pencerminan dari pola hidup yang lebih wajar dan sesuai dengan kemampuan. Pembangunan adalah hasil dari kegiatan investasi. Berkat penanaman modal maka kemampuan produksi bisa ditingkatkan. Adanya modal memberi kesempatan tetapi bukan jaminan bisa terlaksananya pembangunan. Untuk ini diperlukan suatu semangat pembangunan, semangat juang yang menghendaki kemajuan .dan pembangunan. Pencerminan dari semangat ini terlihat kepada adanya tabungan, sikap hidup yang hemat dan semangat kerja keras. Sikap hidup hemat dan semangat kerja keras yang paling penting adalah yang hidup di kalangan pengusaha sebagai produsen dan pelaksana pembangunan. Oleh karena itu manajemen dan pengusaha perlu memiliki dan menghayati .sikap hidup hemat ini. Berdasarkan sikap hidup ini maka struktur biaya perusahaan bisa makin diperkecil. Demikian pula bantuan dalam bentuk bimbingan teknis, peringanan pajak dan insentif lain perlu diberikan kepada dunia usaha 302 untuk memungkinkan penyertaan dunia usaha dalam penanggulangan kerusakan sumber alam dan lingkungan hidup. Peralatan dan teknologi yang dipergunakan dengan efektif oleh dunia usaha untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup perlu diberikan keringanan-keringanan pajak, sebaliknya dunia usaha yang mencemarkan lingkungan hidup akan dikenakan pajak tambahan. Bantuan yang lebih langsung untuk membangun fasilitas pencegahan pencemaran umum bagi kelompok industri atau usaha dapat diberikan dengan sistem pengelolaan tertentu. Bantuan ini terutama akan diberikan kepada pengusaha-pengusaha lemah dalam bidang industri, jasa pasar, dan lain-lain. Bersamaan dengan itu usaha-usaha peningkatan kesadaran masyarakat untuk kelestarian lingkungan hidup diarahkan juga pada pengusaha secara mantap dan terus menerus dengan cara menyampaikan secara berkala penerangan tentang cara-cara penanggulangan pencemaran yang efektif dan mudah serta murah, dan implikasi hukum apabila pencemaran terjadi. 8. Pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup. Untuk mendukung usaha-usaha penyelamatan sumber alam dan lingkungan hidup yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan, diperlukan penguasaan ilmu dan teknologi yang tepat dan cocok untuk keadaan Indonesia. Untuk mencapai tujuan itu, maka perlu dilakukan pendidikan keahlian dan latihan-latihan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan penalaran lingkungan hidup dalam setiap sektor pembangunan, baik di tingkat pelaksana di pusat dan di daerah, di tingkat penelitian, di tingkat dunia usaha dan lain-lain. Yang paling penting sebagai usaha jangka pendek adalah melaksanakan pendidikan dan latihan pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup, terutama dalam prosedur penilaian proyek, kepada para perencana di segala bidang. Pendidikan keahlian yang lebih khusus dapat dibina secara bertahap di tingkat perguruan tinggi dan dikaitkan erat dengan pembentukan pusat-pusat studi pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup di beberapa perguruan tinggi dan lembaga - lembaga tertentu, se- 303 hingga dapat dihasilkan pengalaman dan tenaga-tenaga ahli yang sesuai dengan kebutuhan keadaan lingkungan hidup di Indonesia. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap usaha pelestarian sumber alam dan lingkungan hidup, maka pendidikan ilmu lingkungan dapat diberikan sebagai mata pelajaran umum mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Pengetahuan akan keadaan lingkungan hidupnya bagi generasi muda ini diharapkan dapat meningkatkan penyertaan aktif dan mantap dari segenap generasi muda untuk bersama-sama menjaga kelestarian lingkungan hidup yang lebih baik. Penerangan melalui media massa dan berbagai cara penyuluhan perlu dikembangkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat secara umum dalam usaha penyelamatan sumber alam dan lingkungan hidup, termasuk kursus-kursus bagi ibu rumah-tangga, pemuda, pramuka, dan lain-lain. Ilmu dan teknologi memegang peranan penting dalam usaha pemanfaatan sumber alam dan pelestarian lingkungan hidup. Di dalam memilih ilmu dan teknologi yang akan digunakan, perlu dipergunakan pertimbangan pengaruhnya terhadap kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup, di samping pertimbangan-pertimbangan yang lazim dipergunakan seperti pertimbangan ekonomis, penyerapan tenaga kerja, dan lain-lain. Tenaga-tenaga pengelola sumber-sumber alam dan lingkungan hidup masih harus terus dibina dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan pembangunan misalnya tenaga ahli pengawetan tanah dan air, pengelola hutan dan lautan, ahli-ahli tata lingkungan, tenaga-tenaga peneliti dalam bidang oceanologi, hidrologi, suaka alam, geologi, hukum lingkungan, mass media dan lain-lain. Oleh karena masalah lingkungan Indonesia merupakan masalah setempat dan nasional, maka pembinaan kemampuan tenaga ahli tersebut di atas perlu dilakukan di dalam lingkungan hidup Indonesia sendiri, agar pandangan dan pendekatan yang dipergunakan dalam penelaahan masalah lingkungan hidup dapat dipertanggung-jawabkan dengan baik. 304 9. Pembinaan hukum dan aparatur, dalam pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup. Untuk memberikan pengaturan yang mantap dalam usaha pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup di Indonesia perlu dikembangkan peraturan perundang-undangan yang sesuai, dengan mempergunakan kriteria mutu lingkungan hidup yang lebih kwantitatif. Dalam hal ini perlu segera diadakan peraturan perundang-undangan yang mengatur tataguna tanah, tataguna air dan lain-lain yang dilengkapi dengan peraturan pelaksanaannya serta pedoman-pedoman kerja yang lebih tegas. Sementara itu, bersamaan dengan pembuatan peraturan perundang-undangan secara sektoral sesuai dengan kepentingan perlindungan dan pembangunan lingkungan hidup di masing-masing bidang, perlu pula segera digarap suatu Undang-undang yang mengatur ketentuan-ketentuan pokok tentang masalah lingkungan yang menyangkut pengaturan (1) pemukiman manusiawi dan lingkungan hidup, (2) pengelolaan sumber daya alam, (3) pencemaran lingkungan, dan (4) yurisdiksi departemen-departemen di bidang lingkungan hidup. Undang-undang yang memuat azas serta prinsip-prinsip pokok tentang perlindungan dan pengembangan lingkungan hidup ini beserta sanksisanksinya akan merupakan dasar bagi semua peraturan perundangundangan lainnya yang diciptakan secara sektoral. Dalam merumuskan berbagai peraturan perundang-undangan tersebut di atas, perlu diperhatikan azas serta prinsip-prinsip yang digunakan oleh konvensikonvensi internasional di bidang lingkungan hidup. Peraturan perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok kebijaksanaan di bidang lingkungan secara menyeluruh dan peraturan-peraturan perundang-undangan secara sektoral yang dilengkapi peraturan, pelaksana serta tatacara pelembagaannya perlu dikembangkan lebih cepat, agar kesimpang siuran wewenang dan tanggungjawab dalam pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup dapat dikurangi. Analisa pengaruh lingkungan yang telah dibuat oleh proyek-proyek perlu diikuti oleh tatacara pelembagaannya, agar koordinasi dalam penilaian suatu prayek atau kegiatan dapat dilakukan dengan baik, sehingga hambatan – hambatan proseduril dapat dihilangkan. Keseluruhan per- 305 aturan perundang-undangan tersebut selanjutnya akan membina suatu sistem hukum lingkungan nasional. Kegiatan-kegiatan pembinaan peraturan perundang-undangan tersebut harus diawali dengan inventarisasi dari semua aturan hukum berkenaan dengan masalah lingkungan yang tersebar diberbagai bidang, konvensi-konvensi internasional serta undang-undang tentang lingkungan dari negara-negara lain di bidang lingkungan yang kiranya dimanfaatkan bagi pembinaan hukum lingkungan di negara kita. Usaha pembinaan lingkungan ini perlu segera diikuti oleh pembinaan aparat-aparat pelaksana hukumnya yang mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam pelaksanaan aturan-aturan hukum lingkungan hidup, penelusuran mutu lingkungan hidup perlu dilakukan dengan teratur dan melembaga, sehingga data dasar yang diperlukan untuk mengambil tindakan-tindakan dapat disediakan dengan cepat dan mempunyai ketelitian yang dapat diandalkan. Dalam membina institusi pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup perlu ada suatu badan dengan tugas melakukan pembinaan lingkungan hidup, memonitor dan mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan serta peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Badan ini merupakan aparatur operasional pada tingkat nasional yang menangani masalah-masalah lingkungan hidup. Di daerah tingkat I dan daerah tingkat II tugas tersebut diserahkan kepada instansi-instansi daerah yang khusus dibina untuk keperluan masalah lingkungan. Di tingkat desa pengawasan lingkungan dapat dilakukan dengan memanfaatkan lembaga yang sudah ada seperti Lembaga Musyawarah Desa dan Lembaga Sosial Desa. Di samping usaha-usaha tersebut di atas, diperlukan pula pengembangan cara-cara penyerasian usaha pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup. Usaha ini amat luas sifatnya dan mencakup berbagai segi kehidupan yang melibatkan berbagai lembaga, baik pemerintah maupun lembaga-lembaga masyarakat. Oleh karena itu usaha-usaha penyerasian kebijaksanaan dan langkah-langkah serta tindakan – tindakan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan 306 sumber alam dan lingkungan hidup akan lebih ditingkatkan lagi dalam Repelita ketiga ini. PROGRAM-PROGRAM Jumlah penduduk yang tinggi dan tingkat pendapatan yang rendah merupakan tantangan pembangunan yang masih harus dihadapi di dalam REPELITA III yang akan datang. Kedua hal tersebut perlu ditanggulangi melalui pembangunan yang efisien di segala bidang, karena seringkali menjadi sebab utama terjadinya perusakan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup. Tetapi kehidupan yang mewahpun dapat merusak kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup oleh karena adanya pemborosan penggunaan sumber alam dan lingkungan hidup. Pembangunan yang harus ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia berarti peningkatan penggunaan sumber alam dan lingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhan yang makin meningkat. Peningkatan penggunaan sumber alam dan lingkungan ini merupakan keharusan yang tidak dapat dielakkan untuk dapat memerangi kemiskinan. Akan tetapi meningkatnya kebutuhan dan usaha untuk memenuhi akan mengalami hambatan-hambatan karena keterbatasan sumber alam. Oleh karena itu perencanaan dan pengelolaan sumber alam dari segi permintaan perlu diserasikan dengan perencanaan dan pengelolaan sumber alam dari segi penyediaan, agar supaya kebutuhan yang makin meningkat, tersebut tidak melampaui daya dukung sumber alam dan lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan negara. Peningkatan penggalian dan pemakaian sumber alam dan peningkatan usaha pembangunan akan menyebabkan peningkatan pencemaran lingkungan hidup yang selanjutnya akan menghambat usaha peningkatan pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu pemanfaatan sumber alam perlu diusahakan agar dilakukan sehemat mungkin, dalam arti alokasi penggunaan yang tepat dan pemanfaatan yang efisien, dan pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan hati-hati agar pencemaran lingkungan hidup dapat dihindarkan. 307 Penambahan jumlah penduduk yang cukup besar di daerah perkotaan dan daerah pedesaan yang berdekatan dengan kota-kota dalam wilayah yang tingkat pembangunannya tinggi menimbulkan masalah kemerosotan mutu lingkungan hidup pemukiman yang cukup besar, yang selanjutnya akan menurunkan produktivitas manusia dan dengan demikian menurunkan tingkat pendapatan masyarakat dan produktivitas wilayah. Yang paling banyak menderita adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Kemerosotan mutu lingkungan pemukiman merupakan sebab yang jelas dari meningkatnya kriminalitas dan keresahan sosial, kemerosotan kesehatan masyarakat, dan kemerosotan solidaritas masyarakat. Kemerosotan mutu lingkungan hidup pemukiman menyangkut berbagai aspek fisik, sosial, dan budaya, seperti perumahan, kesehatan lingkungan, pengangkutan, infrastruktur, kehidupan sosial dan budaya, dan lainlain. Oleh karena itu penanggulangan masalah kemerosotan mutu lingkungan pemukiman perlu dilaksanakan secara lintas sektor yang efisien dan konsisten. Pembangunan lingkungan hidup daerah perkotaan, yang akan memperbaiki fasilitas kehidupan di kota-kota akan menarik penduduk pedesaan yang miskin untuk pindah ke kota, yang kemudian menyebabkan kemampuan lingkungan pemukiman kota dibebani terlalu berat, sehingga kemudian lingkungan hidup pemukiman di kota-kota akan menjadi buruk kembali karena tekanan yang berat terhadap penyediaan lapangan kerja, fasilitas kesehatan, fasilitas lingkungan, perumahan, dan lain-lain, sehingga pengaruh pembangunan hilang lenyap ditelan oleh kenaikan jumlah penduduk yang pesat. Oleh karena itu perbaikan lingkungan hidup pemukiman di daerah perkotaan perlu diimbangi oleh perbaikan lingkungan hidup pedesaan di sekitarnya sehingga penyediaan lapangan kerja dan fasilitas kehidupan yang baik di pedesaan dapat mengurangi keinginan penduduk desa untuk pindah ke kota, dan bahkan dapat menarik penduduk kota yang padat penduduknya untuk pindah ke daerah pedesaan dan mengembangkan daerah pedesaan. Di daerah pedesaan, kebutuhan yang meningkat akan bahan pangan dan energi, menyebabkan kerusakan hutan yang besar dan 308 penggarapan tanah yang makin sering dengan tidak memperhatikan pengawetan tanah dan air, sehingga tingkat kesuburannya makin menurun yang berarti produktivitasnya makin merosot. Untuk tetap mempertahankan jumlah produksi pangan diperlukan tanah garapan yang lebih luas, sehingga masyarakat pedesaan menebang hutanhutan dan menggarap tanahnya lebih sering lagi. Hal ini menyebabkan makin meluasnya tanah-tanah kritis sehingga masyarakat pedesaan tersebut semakin miskin saja. Perluasan tanah kritis di daerah pegunungan dan perbukitan telah menyebabkan banjir, kekeringan dan pelumpuran sungai-sungai dan bendungan yang merusak hasil pembangunan yang telah dilaksanakan baik berupa pemukiman, infrastruktur, areal pertanian pangan, industri dan pembangkit tenaga listrik. Akibatnya seluruh wilayah daerah aliran sungai mengalami kemerosotan pertumbuhan pembangunan dan pendapatan regional akan menurun pula. Di daerah pesisir, peningkatan kebutuhan pangan, energi, dan peningkatan usaha di bidang pembangunan pemukiman, industri dan perhubungan, telah menyebabkan rusaknya hutan-hutan bakau dan daerah pesisir tertentu yang disebabkan oleh penggalian sumber perikanan yang melampaui batas daya dukung perairan, perusakan karang-karang pantai, pencemaran perairan, perombakan daerah pasang-surut, dan lain-lain, sehingga produktivitas daerah pesisirpun makin menurun saja. Penghasilan nelayan rakyat makin menurun pula karena produktivitas pesisir yang menurun dan pertumbuhan lapangan usaha lain tidak berkembang. Wilayah pesisir yang rawan ini perlu ditingkatkan daya dukungnya melalui pemeliharaan dan rehabilitasi hutan-hutan bakau, pencegahan pencemaran oleh industri, pemukiman, dan kegiatan perhubungan, pengaturan usaha perikanan tambak, dan pengaturan usaha penangkapan ikan pantai berdasarkan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup, dan pengaturan penggunaan tanah di wilayah pesisir. Kebutuhan yang meningkat seringkali menyebabkan peningkatan penggunaan sumber alam untuk mencukupi kebutuhan jangka pendek dan kurang memperhatikan usaha - usaha pelestarian sumber 309 alam untuk pembangunan jangka panjang dan untuk generasi yang akan datang. Kepentingan mempertahankan suatu sumber alam dalam bentuk aslinya merupakan suatu usaha pencadangan sumber alam dan bentuk-bentuknya seperti plasmanuftah bagi peningkatan mutu budidaya, perkembangan pariwisata, pengetahuan dan teknologi, perlindungan ekosistem, dan lain-lain, yang sangat penting bagi pembangunan di masa depan. Perkembangan usaha di bidang pangan di masa depan banyak ditentukan oleh perbaikan genetik dari varitas-varitas tanaman dan hewan yang dibudidayakan, dan perbaikan genetik tersebut hanya mungkin bila persediaan plasmanuftah dalam alam dapat dipertahankan sebanyak mungkin. Pengaruh pembangunan terhadap lingkungan hidup fisik dan lingkungan .hidup sosial perlu selalu diperhitungkan, agar supaya kerusakan terhadap lingkungan hidup fisik dan keresahan lingkungan sosial dapat diketahui dan dihindari, sehingga .kelangsungan pembangunan itu dapat dijamin dengan lebih baik. Oleh karena itu kriteria pengaruh lingkungan hidup perlu dipergunakan sebagai salah satu faktor dalam pemilihan proyek atau kegiatan usaha baik secara sektor maupun secara regional. Di samping proyek-proyek yang nyata manusia dan masyarakat dapat pula secara individual merusak kelestarian dan mencemarkan lingkungan hidup, tetapi sebaliknya manusia dapat pula menjadi penyelamat dan pembina lingkungan hidup yang bertanggungjawab. Oleh karena itu penyertaan setiap manusia dan seluruh masyarakat untuk ikut serta memelihara, melestarikan, dan mengembangkan lingkungan hidup perlu dibina terus menerus. Pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup harus mampu membuka dimensi baru dalam pembangunan dengan membuka kemungkinan bagi keanekaragaman lingkungan hidup sehingga dengan demikian membuka kesempatan untuk memilih beraneka ragam kegiatan dalam peri kehidupan yang lebih luas, lebih bermutu, dan lebih mantap. Berdasarkan keadaan dan tujuan pembangunan dalam hubungan dengan pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup tersebut, 310 maka pelaksanaannya disusun dalam 3 program-program sebagai berikut : (1) Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air (2) Program Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup (3) Program Pengembangan Meteorologi dan Geofisika (1) Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air Untuk mencegah kemerosotan dan sebanyak mungkin meningkatkan produktivitas sumber alam tanah, hutan, air, dan lautan, maka usaha-usaha pengawetan tanah dan air dalam areal produksi pertanian, pencegahan perusakan daerah pesisir, pencegahan perusakan hutan, dan usaha reklamasi tanah kritis perlu ditingkatkan dan dikembangkan melalui pola pembangunan masyarakat yang menyeluruh. Pendekatan sosial dan budaya perlu dimasukkan pula dalam penanggulangan masalah ini. Perbaikan daya dukung lingkungan hidup dan sumber alam tersebut di atas dilaksanakan melalui suatu kesatuan rencana pengelolaan daerah aliran sungai, sehingga dengan demikian kordinasi pelaksanaan pembangunan yang efektif dalam usaha-usaha pertanian, pemukiman, industri, pembangunan infrastruktur, pemasaran hasil, reboisasi dan penghijauan, pembangunan bendungan dan pembangkit tenaga, dan pembangunan masyarakat dapat dikembangkan berdasarkan peningkatan efisiensi penggunaan sumber alam tanah dan air yang semakin langka. Usaha-usaha tersebut di atas diarahkan kepada pencegahan kemerosotan pendapatan peta dan nelayan miskin pada daerah-daerah kritis dan sedapat mungkin meningkatkan pendapatan mereka melalui perbaikan dan peningkatan produktivitas usaha tani dan nelayan pada tanah garapan dan perairan pantai yang bersangkutan, peningkatan landasan sumber bagi pembangunan di masa depan, peningkatan keanekaragaman usaha, dan penyediaan lapangan kerja yang cukup, Usaha-usaha itu juga bertujuan mengamankan dan melindungi investasi pembangunan yang telah berlangsung terhadap bencana banjir, kekeringan, dan pelumpuran dalam daerah aliran sungai yang bersangkutan, dan meningkatkan daya dukung lingkungan perairan sehingga kemungkinan pembangunan di masa depan dapat berkembang lebih banyak. 311 Program Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air ini dikembangkan lebih lanjut untuk mencakup kegiatan-kegiatan reboisasi dan penghijauan, pembangunan bangunan pencegah erosi dan banjir, penyehatan sungai, pembinaan penyediaan kayu bakar bagi rakyat pedesaan dan pembinaan masyarakat secara menyeluruh dalam usaha peningkatan lapangan kerja pedesaan, pengawetan tanah dalam areal produksi pangan, perlindungan daerah pesisir, pencegahan perusakan hutan, dan perbaikan tata guna tanah pada 35 Daerah Aliran Sungai yang terpenting agar dapat meningkatkan keseimbangan antara fungsi perlindungan, fungsi produksi, pemukiman dan industri, serta fungsi keanekaragaman dalam pedesaan, yang dikembangkan dalam suatu kesatuan pengelolaan daerah aliran sungai. Dalam kegiatan ini termasuk juga penyediaan energi pedesaan dalam rangka penyelamatan hutan. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup dapat dimanfaatkan oleh banyak kegiatan. Kegiatan-kegiatan pembangunan dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan hidup seringkali bersaingan yang dapat menyebabkan berkurangnya dayaguna dan hasil guna sumber daya alam dan lingkungan hidup tersebut secara keseluruhan. Di beberapa daerah, di mana intensitas pembangunan sudah cukup tinggi, persaingan penggunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup seringkali menyebabkan kemerosotan daya dukung lingkungan tersebut. Kerusakan-kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup telah terlihat dengan jelas dalam ekosistem daerah aliran sungai di Jawa, Sulawesi Selatan, Bali dan sebagainya. Perbaikan-perbaikan daerah aliran sungai yang telah rusak tersebut memerlukan pengelolaan kegiatan-kegiatan yang lebih terpadu yang menyangkut pengendali- an aliran sungai, pengelolaan terpadu daerah aliran sungai, terutama daerah aliran sungai di Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, dan Lampung. Di samping itu tataguna tanah, tataguna air dan tataagraria perlu dikembangkan dalam pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam daerah-daerah aliran sungai yang rawan tersebut, agar kerusakan sumber alam dan lingkungan hidup selanjutnya dapat dicegah dan daya dukung daerah aliran sungai dapat diperbaiki. 312 Dengan demikian program ini akan mencakup juga kegiatankegiatan inventarisasi dan perencanaan sumber-sumber air, sungai, danau dan rawa, pengaturan aliran sungai, perbaikan pesisir, danau dan sungai, pembinaan sistem pengelolaan terpadu daerah aliran sungai, untuk meningkatkan daya dukung sumber alam dan lingkungan hidup daerah aliran sungai, rawa, danau dan pesisir, sistem pelaksanaan tataguna tanah, tataruang dan tata-agraria daerah aliran sungai, dan lain-lain yang mengarah kepada penggunaan optimal ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup. (2) Program Pembinaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup. Terdapat banyak kemungkinan untuk memanfaatkan sumber alam dan lingkungan hidup yang khas tanpa merusaknya, misalnya pengem bangan pariwisata dan jasa rekreasi dengan segala industri penunjangnya, pengembangan budaya, pengetahuan dan pendidikan, penyediaan plasmanuftah, dan lain-lain. Untuk mencegah hilangnya sumber alam dan lingkungan hidup yang khas bagi keperluan pembangunan di masa depan, beberapa bagian dari wilayah nasional perlu dilestarikan dan dikembangkan menjadi areal suaka alam dan taman nasional yang dikelola secara terpadu untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, penyediaan jasa rekreasi yang dapat menciptakan lapangan kerja baru dan sumber pendapatan baru bagi pemerintah dan masyarakat. Pembangunan Taman Nasional menyangkut berbagai aspek yang berhubungan dengan kebudayaan, perhubungan, jasa pariwisata, kehutanan, industri kerajinan, penyertaan masyarakat, dan lain-lain. Oleh karena itu pembinaan Taman Nasional dan suaka alam tersebut merupakan suatu pembangunan lintas sektor yang cukup dapat dikembangkan. Pelaksanaan pembangunan suaka alam dan taman nasional ini perlu dikembangkan melalui pembangunan suaka alam dan taman nasional yang meliputi Pembangunan dalam aspek pariwisata; kehutanan, infrastruktur, dan partisipasi masyarakat, dan dipusatkan di daerah-daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi dan Maluku Irian Jaya. Untuk mencegah agar pembangunan tidak merusak lingkungan hidup yang mendukungnya maka pembangunan tersebut harus menyer- 313 takan pengembangan lingkungan hidup sebagai salah satu tujuannya. Dalam hubungan ini pembangunan dalam bidang pertanian, perikanan, penyediaan energi, pemukiman, industri, perhubungan, pertambangan, dan infrastruktur seperti bendungan, jalan lintas utama, dan lain-lain perlu dikembangkan agar memperhitungkan pengaruhpengaruhnya terhadap mutu lingkungan hidup. Pembangunan lingkungan hidup dalam sektor-sektor tersebut berarti pembangunan masa depan yang lebih baik bagi perkembangan sektor-sektor itu sendiri dan bagi masyarakat umum. Untuk keperluan itu maka kriteria pengaruh pembangunan terhadap lingkungan hidup perlu dijadikan salah satu faktor dalam pemilihan proyek dan kegiatan pembangunan baik sektoral maupun regional, dan kriteria tersebut dapat dikembangkan dalam pembinaan dunia usaha dan masyarakat untuk mengembangkan lingkungan hidup yang baik. Pembinaan lingkungan hidup ini mencakup aspek-aspek dan kegiatan pencegahan pencemaran, bimbingan usaha penanggulangan pencemaran, penentuan kriteria dan penelusurannya, dan lain-lain baik yang dikembangkan dalam tiap sektor maupun secara regional dan nasional, terutama didaerah padat industri, pemukiman dan sejenisnya di Jawa, Sumatra, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain. Lingkungan pemukiman yang sehat dapat meningkatkan produktivitas manusia dan masyarakat yang berpendapatan rendah, sehingga dengan peningkatan produktivitasnya diharapkan mereka akan mampu meningkatkan pendapatannya ke tingkat yang lebih baik. Lingkungan pemukiman yang buruk menambah beban sosial yang besar kepada penduduknya yang berupa biaya kesehatan, biaya kriminalitas dan biaya kehilangan waktu kerja karena sakit, dan lain-lain. Oleh karena itu usaha perbaikan mutu lingkungan hidup pemukiman di daerah perkotaan pedesaan merupakan usaha yang mempunyai pengaruh ekonomi dan sosial yang sangat baik. Pembangunan lingkungan pemukiman yang sehat perlu dikembangkan di dalam pola regional yang menggambarkan keseimbangan antara pembangunan pemukiman di daerah perkotaan dan pembangunan pemukiman di daerah pedesaan untuk menghindari proses urbanisasi, dan juga dikembangkan ke dalam pola lintas - sektor yang menggambarkan keseimbangan 314 antara pembangunan fasilitas pemukiman fisik, infrastruktur, fasilitas sosial dan budaya, pelayanan kesehatan dan sosial, dan partisipasi aktif masyarakat yang bersangkutan. Pembangunan lingkungan pemukiman ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah, dan dilaksanakan dalam suatu kesatuan rencana dan keserasian pelaksanaan yang menyangkut berbagai kegiatan seperti pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, infrastruktur, kesehatan lingkungan, kredit perumahan, pembinaan sosial dan budaya, penyediaan lapangan kerja lokal, dan lain-lain, yang dilaksanakan dalam pola regional yang mantap. Untuk menjamin kordinasi yang efektif, maka pembangunan lingkungan pemukiman tersebut perlu dilaksanakan dalam suatu kesatuan rencana dan pengendalian yang mantap. Pendidikan, penelitian dan penyuluhan merupakan penunjang utama yang perlu dikembangkan untuk menghasilkan pengalaman nasional di bidang ilmu dan teknologi lingkungan hidup, membina tenaga ahli dan trampil dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan meningkatkan penyertaan aktif dari masyarakat luas dalam pembinaan lingkungan hidup yang baik. Untuk keperluan ini akan dibentuk 13 pusat-pusat studi pengelolaan sumber alam dan lingkungan hidup yang dikaitkan dengan pembinaan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian d a l a m rangka pembangunan regional. Di samping itu diadakan pembinaan mata-ajaran ilmu lingkungan dalam kurikulum-kurikulum sekolahsekolah mulai dari SD sampai perguruan tinggi, penataran tenagatenaga perencana pembangunan di berbagai bidang dalam penilaian proyek-proyek dilihat dari aspek sumber alam dan perlindungan lingkungan hidup, persiapan bahan dan metode peningkatan kesadaran masyarakat akan perlunya melestarikan lingkungan hidup, yang kemudian dilaksanakan dalam usaha-usaha penyuluhan di daerah perkotaan dan pedesaan melalui berbagai media. Kegiatan manusia dalam pembangunan merupakan penunjang pokok dalam pengelolaan sumber Alam dan lingkungan. Pengaturan dan lembaga yang mantap untuk memungkinkan pembinaan mutu lingkungan hidup perlu dikembangkan untuk memungkinkan pe- 315 makaian kriteria-kriteria lingkungan dalam proses pembangunan. Di samping itu kemantapan penerapan dan pengawasan dalam hubungannya dengan pelestarian sumber alam dan lingkungan hidup perlu pula diatur dalam peraturan yang tepat dilengkapi dengan aparat yang memadai. Pengenalan sumber alam dan lingkungan hidup yang merupakan modal dasar bagi pembangunan perlu dilakukan secara seksama dan menyeluruh. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana dan daya nasional, baik yang berupa modal, keahlian dan keterampilan, fasilitas institusi, dan kemampuan pengelolaan, maka inventarisasi d a n evaluasi sumber alam perlu dilaksanakan dengan satu kesatuan rencana dan kesatuan penilaian untuk memungkinkan penyelesaian pengenalan sumber alam dan penilaian sumber alam tanah, air, hutan, laut, atmosfir, energi, mineral dan lain-lain dengan lebih cepat dan lebih efisien. Kordinasi yang efektif dalam pelaksanaan inventarisasi perlu dikembangkan melalui kesatuan rencana dan pengendalian program baik fisik maupun finansial. Penilaian sumber alam yang telah diketahui, baik jenis, jumlah, nilai, mutu, dan lokasinya, dilakukan secara terpadu, sehingga sumber alam yang telah diketahui tersebut dapat dialokasikan kepada sektorsektor pembangunan, menurut kriteria manfaat yang paling tinggi bagi masyarakat banyak, untuk dikembangkan sesuai dengan kemampuan yang ada, sehingga dapat mendukung usaha pemerataan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja, kemantapan serta kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup, dan memberikan kemungkinan pembangunan yang lebih banyak bagi generasi yang akan datang, yang berarti mempertahankan solidaritas bangsa dan solidaritas antar generasi. Dalam kerangka ini termasuk pula perencanaan tataguna tanah yang mampu menunjang pemerataan pendapatan, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan kemantapan sosial dan perlindungan lingkungan hidup. (3) Program Pengembangan Meteorologi dan Geofisika. Atmosfir yang sekaligus merupakan sumber alam dan lingkungan hidup mengandung proses-proses fisik yang rumit. Proses – proses fisik 316 dalam atmosfir tersebut sangat mempengaruhi kehidupan manusia, flora, dan fauna di -muka bumi. Kegiatan-kegiatan pembangunan seperti perhubungan, pertanian, dan perikanan, sangat tergantung kepada keadaan iklim yang merupakan akibat dari proses geofisika. Keberhasilan panen, penyebaran hama dan penyakit, keamanan penerbangan, perikanan laut, dan lain-lain dapat lebih diamankan melalui usaha-usaha yang mengarah kepada pengenalan karakteristik iklim dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyesuaikan kegiatan-kegiatan agar pembangunan dapat memanfaatkan iklim bagi percepatan pembangunan tersebut. Dalam program ini akan dikembangkan jaringan meteorologi yang lengkap untuk memungkinkan keselamatan penerbangan dan pelayaran yang lebih besar, peramalan musim tanam dan panen dan kemungkinan pengendalian perkembangan hama dan penyakit, sistem peramalan cuaca yang lebih dapat dipercaya untuk meramalkan bencana alam secara lebih awal, inventarisasi dan pengembangan sumbersumber energi yang ditimbulkan oleh proses geofisika dan panas matahari, seperti angin, arus laut, pengembangan usaha penelusuran pencemaran udara, dan lain-lain. Dalam hubungan ini perlu dikembangkan penggunaan teknologi tepat guna, suatu gabungan yang harmonis antara teknologi angkasa yang mutahir dengan teknologi padat karya. 317