GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM

advertisement
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL
SERUM DENGAN PLASMA NaF YANG DITUNDA 1 DAN
2 JAM DI STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
pada Program Studi D3 Analis Kesehatan
Oleh :
SILVI WULANDARI
NIM. 13DA277044
PRODI D-III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM
DENGAN PLASMA NaF (NATRIUM FLUORIDA) YANG DITUNDA 1
DAN 2 JAM1
Silvi Wulandari2 Dewi Kania Y3 Atun Farihatun4
INTISARI
Penundaan pemeriksaan glukosa darah dapat mengakibatkan
penurunan kadar glukosa darah sebab sebagian glukosa akan digunakan
untuk metabolisme sel-sel darah maka ditambahkan antikoagulan Natrium
Flourida (NaF) yang dapat mencegah metabolisme glukosa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah dalam sampel
serum dengan plasma NaF (Natrium Flourida) yang ditunda 1 dan 2 jam.
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Sampel
penelitian ini sebanyak 30 orang mahasiswa/ mahasiswi STIKes
Muhammadiyah Ciamis. Teknik pengambilan sampel menggunakan quota
sampling. Kadar glukosa diperiksa dengan alat Photometer 5010 v5 Riele,
metode GOD-PAP.
Rata-rata penurunan kadar glukosa darah serum yang ditunda 1
jam sekitar 1-2 mg/dL (1.6%) dan ditunda 2 jam menurun sekitar 3-4
mg/dL (3.8%). Sedangkan glukosa darah plasma NaF yang ditunda 1 jam
menurun sekitar 0.1-0.2 mg/dL (0.2%) dan yang ditunda 2 jam menurun
sekitar 0.3-0.4 mg/dL (0.4%).
Simpulan dari penelitian ini adalah kadar glukosa dalam sampel
plasma NaF lebih stabil dibandingkan serum. Penambahan NaF dapat
direkomendasikan untuk mengukur kadar glukosa secara akurat.
Kata kunci
: Kadar glukosa darah, serum, plasma NaF
Kepustakaan : 19, 2005-2015
Keterangan : 1 judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing 1,
4 nama pembimbing 2
AN ANALYSIS OF BLOOD GLUCOSE LEVELS IN SERUM USED
PLASMA SODIUM FLUORIDA (NaF) OF DELAYED 1 AND 2 HOURS
Silvi wulandari ²Dewi kania Y ³Atun farhatun4
ABSTRACT
Delayed checks blood glucose can lead to a decrease in blood
glucose levels because most of the glucose will be used for the
metabolism of blood cells are then added to the anticoagulant sodium
fluorida ( NaF ) that can prevent glucose metabolism.This study aims to
analyze blood glucose levels in serum samples used plasma NaF (Natrium
Flourida) of delayed 1 and 2 hours.
The design of this study used is descriptive studyp. The study of
sample as many as 30 students at STIKes Muhammadiyah Ciamis. The
sampling technique using quota sampling Glucose levels checked by
means of Photometer 5010 v5 Riele, GOD-PAP method.
The average reduction in serum blood glucose delayed 1 hour
approximately 1-2 mg / dL (1.6%) and delayed 2 hours decreased
approximately 3-4 mg / dL (3.8%), while a decrease in plasma blood
glucose NaF delayed 1 hour 0.1- 0.2 mg / dL (0.2%) and the delayed 2
hours decreased by around 0.3-0.4 mg / dL (0.4%).
The conclusion of this study is the level of glucose in plasma
samples NaF more stable than serum. The addition of NaF can be
recommended to measure glucose levels accurately.
Keywords
Library
Description
: blood glucose, serum, plasma NaF
: 19, 2005-2015
: 1 the title of the, 2 name of student, 3 name of supervisor
1, 4 name of supervisor 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium klinik adalah salah satu faktor
penunjang yang penting dalam membantu menegakkan diagnosa
suatu
penyakit,
salah
satunya
pemeriksaan
glukosa
darah.
Glukosa darah merupakan gula yang berada dalam darah yang
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen di hati dan otot rangka. Hormon yang mempengaruhi kadar
glukosa adalah insulin dan glukagon yang berasal dari pankreas.
Nilai rujukan kadar gula darah dalam serum/ plasma 70-110 mg/dl,
gula dua jam postprandial ≤140 mg/dl/2 jam, dan gula darah sewaktu
≤110 mg/dl (Joyce, 2013).
Umumnya pemeriksaan kimia darah khususnya glukosa
menggunakan serum sebagai spesimen. Serum merupakan hasil
pemisahan
antara
komponen
cair
dari
darah
(whole
blood).
Proses pemisahan komponen darah untuk mendapatkan serum dapat
dilakukan dengan mendiamkan darah minimal selama 1-2 jam hingga
terjadi pemisahan dengan sendirinya. Penundaan pemeriksaan dapat
mengakibatkan penurunan kadar glukosa darah sebab sebagian
glukosa akan digunakan untuk metabolisme sel-sel darah. Pada
sampel serum yang disimpan pada suhu kamar dapat menurunkan
kadar glukosa darah kurang lebih 1-2% sampel serum perjam
(Sacher, 2012), yang stabil kurang dari 2 jam (Kardika,2013).
Kenyataan
di
lapangan
masih
sering
dilakukan
penundaan
pemeriksaan karena alasan tertentu misalnya kerusakan alat,
pemeriksaan susulan, mengefisienkan pemakaian reagen, dan tidak
semua laboratorium menyediakan zat penghambat glikolisis karena
tanggal kadaluarsanya yang cepat.
1
2
Allah SWT berfirman dalam surat (QS At-Taubah /9: 105) :
Artinya : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan RasulNya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan
yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan” (QS At-Taubah /9: 105).
Maksud dari ayat tersebut dalam bekerja diniatkan sebagai
ibadah kepada Allah SWT dan jangan lah menunda- nunda pekerjaan
terutama penundaan pemeriksaan yang dapat mempengaruhi hasil
karena Allah SWT akan menilai dan memberi ganjaran atas pekerjaan
yang dilakukan.
Penurunan kadar glukosa darah karena proses penyimpanan
dapat
dicegah
dengan
pemberian
antikoagulan
Naf
(Natrium
Flourida). Antikoagulan NaF berfungsi sebagai antiglikolitik yang dapat
mencegah metabolisme gula dengan cara menghambat kerja enzim
phosphoenol pyruvate dan urease sehingga dapat mempertahankan
stabilitas kadar glukosa dalam sampel (Nugraha,2015). sampel darah
setelah dikeluarkan jika tidak langsung diperiksa akan terjadi
penurunan kadar glukosa akibat glikolisis oleh sel-sel darah sehingga
digunakan NaF untuk menghambat glikolisis (Sacher, 2012).
Sampel yang ditambahkan antikoagulan NaF (Natrium Flourida
2,5 mg/ml) dapat stabil pada suhu 15-250 C selama 24 jam dan pada
suhu 40 C selama 10 hari (Kardika,2013).
3
Berdasarkan uraian diatas menjadi alasan penelitian saya
mengenai Gambaran Kadar Glukosa Darah dalam Sampel Serum
dengan Plasma NaF (Natrium Flourida) yang Ditunda 1 dan 2 Jam.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat
dirumuskan
masalah
dalam
penelitian
ini
yaitu:
“bagaimana gambaran kadar glukosa darah dalam sampel serum
dengan plasma NaF (natrium flourida) yang ditunda 1 dan 2 jam?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah dalam
sampel serum dengan plasma natrium flourida (NaF) yang ditunda
1 dan 2 jam.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui kadar glukosa darah dalam sampel serum
dengan plasma natrium flourida (NaF).
b. Untuk mengetahui gambaran kadar glukosa darah yang
ditunda 1 dan 2 jam.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang Pemeriksaan Kadar
Glukosa Darah dengan Penambahan NaF(Natrium Flourida).
2. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang
Pemeriksaan Glukosa Darah serta dapat mengontrol keadaan
gula di tubuh.
3. Bagi D III Analis Kesehatan
4
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi
Prodi D III Analis Kesehatan mengenai pengaruh penyimpanan
glukosa darah dan antikoagulannya sehingga dapat di jadikan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah “Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa Menggunakan
Sampel Plasma EDTA dan Serum yang Langsung Diperiksa dan yang
Ditunda Dua Jam ” oleh Lita Araini (2014), pada penelitian didapatkan
hasil terdapat perbedaan secara bermakna.
Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya adalah
terletak
pada
variabel
yang
diteliti
yaitu
Glukosa
Darah.
dan perbedaannya terletak pada Plasma NaF (Natrium Flourida),
waktu tunda 1 dan 2 jam, tahun penelitian, dan tempat penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Glukosa
Glukosa adalah produk akhir metabolisme karbohidrat
serta
sumber
energi
utama
pada
organisme
hidup
dan
penggunaannya dikendalikan oleh insulin (Dorland, 2011).
Menurut Murray (2009), Glukosa merupakan karbohidrat
terpenting, kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap ke
dalam aliran darah sebagai glukosa, dan gula lain di ubah menjadi
glukosa di hati. Sedangkan menurut Tandra, Hans (2008)
glukosa adalah sumber energi utama bagi sel tubuh di otot dan
jaringan. Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa adalah
insulin dan glukagon yang berasal dari pankreas. Insulin
diperlukan untuk permeabilitas membran sel terhadap glukosa dan
untuk transportasi glukosa ke dalam sel (Joyce, 2013)
Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) terjadi karena
asupan makanan yang tidak adekuat atau darah mengandung
banyak insulin. Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia)
terjadi karena insulin yang beredar tidak mencukupi, kondisi ini
disebut sebagai penyakit diabetes melitus. Nilai rujukan kadar gula
darah dalam serum atau plasma 70-110 mg/dl, gula dua jam post
pandial ≤140 mg/dl/2jam, dan gula sewaktu ≤110 mg/dl (Joyce,
2013).
5
6
2. Faktor yang Menentukan Kadar Glukosa Darah Plasma
Kadar glukosa plasma ditentukan oleh keseimbangan
antara jumlah glukosa yang masuk ke dalam aliran darah dan
jumlah yang meninggalkannya. Lima persen (5%) glukosa yang
dikonsumsi diubah menjadi glikogen didalam hati, dan 30-40%
dimetabolisme di dalam otot dan jaringan lain. Pada waktu puasa,
glikogen dihati dipecah dan hati melepaskan glukosa ke dalam
aliran darah. Ketika kadar puasanya lebih lama, glikogen habis
dan terjadi peningkatan glukoneogenesis dari asam amino dan
gliserol didalam hati. Pada orang normal glukosa plasma turun
sekitar 60 mg/dl sebab kelaparan berkepanjangan namun tidak
menimbulkan gejala hipoglikemia karena glukogenesis mencegah
terjadinya penurunan lebih lanjut (Ganong, 2012).
3. Metabolisme Glukosa
Karbohidrat yang berada dalam makanan berupa polimer
heksana yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Dalam keadaan
normal glukosa di fosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat. Enzim yang
mengkatalisis adalah heksokinase, kadarnya meningkat oleh
insulin dan menurun pada keadaan kelaparan dan diabetes.
Sedangkan glukosa dapat disimpan di hati atau otot sebagai
glikogen, Glikogen bekerja saat aktivas otot dan glukosa darah
terisi sesuai kebutuhan (Pearce, 2013)
Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam
laktat, dan asetilkoenzim A (asetil-KoA) yang dapat menghasilkan
energi. Glukosa dapat disimpan di hati atau otot sebagai glikogen,
suatu polimer yang terdiri dari banyak residu glukosa dalam
bentuk yang dapat dibebaskan dan dimetabolisme sebagai
glukosa.Hati juga dapat mengubah glukosa melalui jalur-jalur
metabolik lain menjadi asam lemak
yang disimpan sebagai
trigliserida atau asam amino yang digunakan untuk membentuk
7
protein. Karena besarnya volume dan kandungan enzim untuk
berbagai
konversi
metabolik,
hati
berperan
dalam
mendistribusikan glukosa untuk menghasilkan energi. Sebagian
besar energi untuk fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa
(Sacher, 2012)
4. Glikolisis
Glikolisis merupakan rute utama metabolisme glukosa
serta jalur utama untuk metabolisme fruktosa, galaktosa dan
karbohidrat lain yang berasal dari makanan. Kemampuan glikolisis
untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen merupakan hal penting
karena memungkinkan otot rangka bekerja keras saat pasokan
oksigen terbatas, serta memungkinkan jaringan bertahan hidup
ketika mengalami anoksia.
Jadi glikolisis adalah reaksi pelepasan energi yang
memecah satu molekul glukosa (terdiri dari 6 atom karbon ) atau
monosakarida yang lain menjadi dua molekul asam piruvat ( terdiri
dari 3 atom karbon), 2 NADH (nicotinamide Adenin Dinucleotide
H), dan 2 ATP (Murray, 2014).
5. Hormon yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah
Hormon-hormon yang mempengaruhi kadar glukosa
adalah sebagai berikut:
a. Hormon insulin
Hormon insulin di produksi di dalam prankreas oleh
sel-sel beta pulau langerhans, hormon ini dapat menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan penyimpanan
glukosa sebagai glikogen atau perubahan menjadi asam
lemak serta meningkatkan masuknya glukosa ke dalam sel
(Sacher, 2012).
8
b. Hormon glukagon
Hormon glukagon diproduksi di dalam prankreas oleh
sel-sel alfa pulau langerhans, hormon ini dapat meningkatkan
kadar glukosa dengan meningkatkan pembebasan glukosa
dari glikogen (Sacher, 2012).
c. Hormon pertumbuhan
Hormon
pertumbuhan
merupakan
hormon
yang
terbentuk di hipofisis anterior yang memiliki efek metabolik
melawan kerja insulin. Hormon ini dapat meningkatkan kadar
glukosa darah (Murray, 2005).
d. Hormon tiroid
Hormon tiroid merupakan hormon metabolisme utama
di dalam tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang larut
dalam lemak. Hormon tiroid terkait dengan oksidasi glukosa,
laju metabolisme atau mengatur metabolisme, meningkatkan
sintesis protein, serta mempunyai efek meningkatkan kadar
glukosa darah (Saryono, 2009).
e. Hormon epinefrin
Hormon epinefrin disekresi oleh medula adrenal akibat
rangsangan yang menimbulkan stress dan menyebabkan
glikogenesis di hati dan otot. Hormon ini dapat meningkatkan
kadar glukosa darah (Murray, 2005).
f.
Hormon somatostatin
Hormon somatostatin diproduksi di dalam sel D
pankreas. Hormon ini dapat meningkatkan kadar glukosa
darah (Sacher, 2012).
g. Hormon kortisol
Hormon kortisol disekresi oleh korteks adrenal,
Hormon ini dapat meningkatkan kadar glukosa darah dengan
mensintesis glukosa dari asam amino (Sacher, 2012).
9
h. Hormon ACTH
Hormon ACTH merupakan hormon yang terbentuk di
hipofisis anterior. Hormon ini dapat meningkatkan kadar
glukosa darah (Sacher, 2012).
6. Keadaan yang Berhubungan dengan Kadar Glukosa Darah
Abnormal
Keadaan yang berhubungan dengan kadar glukosa darah
yang abnormal, diantaranya :
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah penurunan kadar glukosa darah
yaitu kurang dari 50 mg/100 ml darah. Hipoglikemia dapat
disebabkan karena puasa dan olahraga, olahraga dapat
meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel-sel otot rangka.
Kelebihan hipoglikemia dapat disebabkan karena berlebihnya
dosis insulin pada penderita diabetes melitus. Hipoglikemia
menyebabkan beberapa gejala gangguan fungsi sistem saraf
pusat diantaranya konfusi iritabilitas, kejang dan koma
(Elizabeth, 2009).
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah peningkatan kadar glukosa darah
yaitu rentang nilai glukosa puasa normal 126 mg/100 ml
darah. Hiperglikemia dapat disebabkan oleh defisiensi insulin
atau penurunan responsivitas sel terhadap insulin. Hormon
yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu hormon tiroid,
prolaktin dan hormon pertumbuhan (Elizabeth, 2009).
10
7. Jenis- jenis Pemeriksaan Glukosa Darah
a. Glukosa Darah Sewaktu
Merupakan uji kadar glukosa yang dapat dilakukan
sewaktu-waktu, tanpa harus puasa karbohidrat terlebih dahulu
atau mempertimbangkan asupan makanan terakhir. Tes
glukosa darah sewaktu biasanya digunakan sebagai tes
skrining untuk penyakit Diabetes Mellitus. Kadar glukosa
sewaktu normal adalah kurang dari 110 mg/dl.
b. Glukosa Puasa
Merupakan uji kadar glukosa darah pada pasien
yangmelakukan puasa selama 10-12 jam. Kadar glukosa ini
dapat menunjukan keadaan keseimbangan glukosa secara
keseluruhan atau homeostatis glukosa. dan pengukuran rutin
sebaiknya di lakukan pada sampel glukosa puasa. Kadar
glukosa puasa normal adalah antara 70-110 mg/dl.
c. Glukosa 2 Jam Post Prandial
Glukosa
2
jam
post
prandial
merupakan
jenis
pemeriksaan glukosa dimana sample darah diambil 2 jam
setelah makan atau pemberian glukosa. Tes gula darah 2 jam
post prandrial biasanya dilakukan untuk menguji respon
metabolik terhadap pemberian karbohidrat 2 jam setelah
makan.
Kadar glukosa 2 jam post pandrial normal adalah
kurang dari 140mg/dl. Jika kadar glukosa kurang dari
140mg/dl 2 jam setelah makan, maka kadar glukosa tersebut
sudah kembali ke kadar sesudah kenaikan awal yang berarti
bahwa pasien tersebut mempunyai mekanisme pembuangan
glukosa yang normal. Sebaliknya, apabila kadar glukosa 2 jam
post prandrial setelah makan masih tetap tinggi, maka dapat
disimpulkan adanya gangguan metabolisme pembuangan
glukosa.
11
d. Tes toleransi glukosa oral
Tes toleransi glukosa oral dilakukan untuk pemeriksaan
glukosa apabila ditemukan keraguan hasil glukosa darah.
Pemeriksaan
dapat
dilakukan
dengan
cara
pemberian
karbohidrat kepada pasien. Namun sebelum pemberian
karbohidrat kepada pasien, ada hal yang harus diperhatikan,
seperti keadaan status gizi yang normal, tidak sedang
mengkonsumsi salisilat, diuretik, anti kejang steroid, atau
kontrasepsi oral, tidak merokok, dan tidak makan dan minum
apapun selain air selama 12 jam sebelum pemeriksaan
(Marks, 2005).
8. Pemeriksaan Glukosa Darah
Pemeriksaan
glukosa
awalnya
menggunakan
darah
lengkap, namun sekarang di laboratorium pemeriksaan glukosa
darah menggunakan serum, karena eritrosit memiliki kadar protein
yang lebih tinggi daripada serum. Sedangkan serum memiliki
kadar air yang lebih tinggi sehingga dapat melarutkan lebih
banyak glukosa. Kadar glukosa darah dapat diperiksa dari serum,
darah lengkap (whoole blood) yang berasal dari pembuluh darah
kapiler atau vena, dan plasma(Sacher, 2012).
Hitung sel darah merah yang tinggi dapat menyebabkan
glikolisis berlebihan dalam sampel sehingga terjadi penurunan
kadar glukosa yang bermakna, Penurunan ini tidak bermakna jika
laboratorium melakukan pemrosesan darah segera setelah
sampel diterima (Hilda, 2011). Penurunan kadar glukosa darah
pada proses penyimpanan dapat dicegah dengan pemberian
antikoagulan NaF (Natrium Flourida) (Sacher, 2012).
12
Antikoagulan NaF berfungsi sebagai antiglikolitik yang
dapat mencegah metabolisme gula dengan cara menghambat
kerja enzim phosphoenol pyruvate dan urease sehingga dapat
mempertahankan
stabilitas
kadar
glukosa
dalam
sampel
(Nugraha,2015)
Suhu ruangan mempengaruhi tingkat glikolisis. pada suhu
lemari glukosa tetap stabil beberapa jam didalam
darah
sedangkan pada suhu kamar kadar glukosa dalam darah akan
menurun karena proses glikolisis. Penyimpanan sampel pada
suhu kamar dapat menyebabkan menurunnya kadar glukosa
darah kurang lebih 1-2% sampel serum perjam ( Sacher, 2012).
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Glukosa
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
glukosa bervariasi adalah tergantung dari Metabolisme makanan
menjadi glukosa oleh tubuh dan bagaimana tubuh mengolah
glukosa darah tersebut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pemeriksaan kadar glukosa terdiri dari:
a. Makanan
Makanan dapat menaikkan glukosa darah.terutama
makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak.
b. Olahraga dan aktivitas
Olahraga dan aktivitas dapat menurunkan glukosa
darah. Olahraga juga mengurangi resistensi insulin sehingga
kerja insulin lebih baik dan mempercepat pengangkutan
glukosa masuk kedalam sel untuk kebutuhan energi.
c. Obat
Obat-obatan dapat meningkat kadar glukosa darah.
d. Trauma atau stroke
Trauma atau stroke dapat meningkatkan glukosa darah.
13
e. Alkohol
Alkohol dapat menghambat hati melepaskan glukosa ke
darah sehingga kadar glukosa darah turun. Tapi alkohol juga
dapat meningkatkan glukosa darah bila mengandung kalori
tinggi.
f.
Merokok
Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa darah
(Tandra Hans, 2008)
g. Penundaan pemeriksaan
Penundaan pemeriksaan dapat menurunkan kadar
glukosa darah dalam serum, karena adanya aktifitas yang
dilakukan sel darah. Penyimpanan sampel pada suhu kamar
dapat menyebabkan menurunnya kadar glukosa darah kurang
lebih 1-2% perjam (Sacher, 2012).
10. Perbedaan Antara Plasma Dan Serum
Plasma merupakan bagian yang cair dari darah yang
ditambahkan antikoagulan (anti pembekuan darah), antikoagulan
dapat menjaga darah tetap cair di luar sistem vaskular.
Antikoagulan juga dapat mencegah sebagian besar koagulasi
dengan membuang ion-ion kalsium atau mengelasi. Golongan
dari antikoagulan kelasi yaitu sitrat, oksalat dan EDTA. Sedangkan
heparin berfungsi mencegah koagulasi dengan menghambat
trombin. Tetapi antikoagulan heparin tidak berpengaruh terhadap
konsentrasi kalsium (Sacher, 2012).
Serum merupakan cairan dari darah yang membeku atau
menggumpal, serum normal mengandung faktor XII, XI, X, IX, dan
VII sedangkan serum tidak normal mengandung fibrinogen,
protombin, faktor VIII, faktor V, dan faktor XIII (Sacher,2012).
14
Perbedaan antara serum dan plasma yaitu plasma
mengandung protein terlarut, seperti fibrinogen serta berbagai
protein lainnya. Sedangkan serum tidak mengandung fibrinogen
tetapi mengandung semua protein lainnya. Fibrinogen diubah
menjadi fibrin yang tidak larut lalu bersama eritrosit membentuk
bekuan darah (Riswanto, 2013)
11. Antikoagulan
Antikoagulan
adalah
zat
yang
dapat
mencegah
penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau
menghambat pembentukan trombin yang di gunakan untuk
mengubah fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembentukan.
Tidak semua antikoagulan dapat dipakai karena berpengaruh
terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa
morfologinya (Gandasoebrata,2010).
Penambahan
antikoagulan
berdasarkan
keperluan
pemeriksaan sebab sifat dari zat adiktif yang ditambahkan
mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap sampel darah.
Beberapa
Antikoagulan
yang
sering
digunakan
dalam
pemeriksaan laboratorium antara lain (Nugraha,2015) :
a. EDTA (Ethylen Dismine Tetra Acetat)
Umumnya EDTA tersedia dalam bentuk kering yaitu
garam di-kalium (K2EDTA) dan garam di-natrium (Na2EDTA)
atau kalium (K3EDTA) dalam bentukcair. Kelebihan EDTA
yaitu sebagai antikoagulan yang memiliki sifat zat aditif yang
tidak dapat merubah morfologi sel dan mencegah trombosit
bergumpal.
sehingga
sangat
baik
di
pakai
sebagai
antikoagulan hematologi seperti pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, laju endap darah (LED), apusan darah, hitung
leukosit dan hitung trombosit. Kekurangan EDTA mempunyai
sifat yang sulit larut dibandingkan dengan antikoagulan yang
15
lain. Antikoagulan yang sering digunakan dalam laboratorium
yaitu
K3EDTA
karena
tingginya
kelarutan
sehingga
menghasilkan sampel yang memiliki gumpalan lebih sedikit
(Nugraha, 2015).
b. Natrium Sitrat
Natrium sitrat atau trisodium citrate dihidrat umumnya
digunakan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi 3,2% dan
3,8%. Antikoagulan ini dapat mencegah koagulasi dengan
cara mengendapkan ion kalsium, sehingga menjadi bentuk
yang tidak aktif. Natrium sitrat Digunakan untuk pemeriksaan
Laju Endap Darah (LED) cara westergreen (Nugraha, 2015).
c. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang kurang banyak
dipakai dalam pemeriksaan hematologi karena harganya
mahal, namun heparin menjadi antikoagulan pilihan sebab
tidak mengubah komposisi darah. Ada beberapa macam
heparin yang digunakan dalam laboratorium, yaitu ammonium
heparin, lithium heparin dan sodium heparin.
Antikoagulan
heparin
tidak
diperbolehkan
untuk
pemeriksaan apusan darah tepi karena dapat menyebabkan
latar belakang berwarna gelap (biru) (Nugraha, 2015).
d. NaF (Natrium Flourida)
Antikoagulan Natrium Flourida yang dikombinasikan
dengan Kalsium Oksalat untuk pemeriksaan glukosa darah,
NaF
merupakan
antiglikolitik
yang
dapat
mencegah
metabolisme glukosa yaitu dengan cara menghambat kerja
enzim phosphoenol pyruvate serta urease sehingga kadar
glukosa dalam darah tetap stabil (Nugraha,2015).
16
B. Kerangka Konsep
1 jam
Glukosa
dalam sampel
serum
Terjadi
Proses
glikolisis
Waktu
tunda 1
dan 2 jam
Glukosa
dalam sampel
plasma NaF
Kadar
Glukosa
Darah
Tidak
terjadi
proses
glikolisis
1 jam
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Keterangan :
2 jam
= Variabel yang akan diteliti
2 jam
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. Muhidin, S.A. & Somantri, A. (2011) Dasar-dasar
Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.
Corwin, Elizabeth J. (2009) buku saku patofisiologi ed 3. Jakarta: EGC.
Dorland, W.A. Newman. (2011) Kamus Kedokteran. (Albertus Agung
Mahode et al, Penerjemah). Jakarta : EGC.
Gandasoebrata.R. (2010) Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke-10.
Jakarta: Dian Rakyat.
Hilda. (internet) (2011) pengaruh waktu terhadap hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah pada penderita diabetes melitus, diakses pada 2
november
2011,hlm
45-97
https://husadamahakam.files.wordpress.com/
Joyce, LeFever. (2013) Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik
Edisi 6. Jakarta : EGC.
Kardika, W.B.I, dkk (internet) (2013) Preanalitik dan Interprestasi Glukosa
Darah
untuk
diagnosis
diabetes
melitus.
Dari
https://Download.portalgaruda.org/article.php?article=82599&val=
970
Marks, Dawn B.Phd, Allan D.Marks,MD, Collen M.Smith.Phd, (2005)
Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta :
EGC Kedokteran.
Murray, Robert K, Granner, Darly K & Rodwell, Victor W. (2009) Biokimia
Harper (Harper’s Illutrated Biochemistry) Edisi 27. Jakarta : EGC.
Murray,
Robert
K.
(2005)
Biokimia
Biochemistry). Jakarta : EGC.
32
Harper
(Harper’s
Illutrated
33
Murray,
Robert
K.
(2014)
Biokimia
Harper
(Harper’s
Illutrated
Biochemistry) Edisi 29. Jakarta : EGC.
Nugraha, Gilang (2015) Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi
Dasar. Jakarta: CV Trans Info Medika.
Pearce, Evelyn (2013) anatomi dan fisiologi untuk paramedis jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Riswanto. (2013) Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta :
Alfamedia Kanal Medika
Sacher, A Ronald (2012) Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
Jakarta : EGC.
Saryono, SKP., Mkes. (2009) Biokimia Hormon. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sugiyono. (2014) Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tandra, Hans (2008) Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
William, F.Ganong. (2008) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Cetakan 2012.
Jakarta: EGC.
Download