BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan umum

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan umum dari sebuah usaha didirikan adalah untuk mencari laba. Laba
secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka
waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan
pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur
prediksi (Harnanto, 2003: 444). Laba suatu perusahaan merupakan gambaran
perusahaan mengenai kinerja yang dicapai dari proses transaksi umum yang
dilakukan perusahaan selama periode tertentu, dan laba dapat dijadikan suatu
indikator bagi para pemangku kepentingan untuk menilai sejauh mana kinerja
manajemen dalam mengelola suatu perusahaan. Dalam mencapai laba perusahaan
tidak akan lepas dari yang namanya biaya, karena biaya merupakan suatu
pengorbanan perusahaan dalam rangka memperoleh pendapatan. Biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan tentu mempunyai suatu tujuan dan tujuan itu tidak lain
adalah untuk mendapatkan laba. Biaya yang dikeluarkan pun dapat dinilai dan diukur,
penilaian biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dilihat dari beberapa segi, salah
satunya efesiensi biaya yang dikeluarkan, manfaat, serta dampak dari biaya yang
dikeluarkan.
Dalam memproduksi barang, perusahaan terkadang tidak memperhatikan
dampak negatif dari aktivitas produksi perusahaan tersebut. Contoh, perusahaan yang
tidak memperhatikan lingkungan sekitar dan hanya memikirkan laba semata adalah
sebagai berikut: pembuangan limbah hasil tambang ke laut yang menyebabkan
pencemaran pada laut, pembuatan kertas yang menggunakan bahan bakunya dari
pohon-pohon, dimana pohon-pohon tersebut didapat dari penebangan hutan yang
tidak terkendali sehingga hutan menjadi gundul, pembuangan limbah tekstil ke sungai
yang tidak terkendali sehingga sungai menjadi tercemar, pembuangan asap pabrik
dari proses pembakaran dapat menyebabkan polusi udara, dan sebagainya.
Dari masalah tersebut, haruslah dilaksanakan suatu tindakan agar kerusakan
lingkungan tersebut dapat segera ditanggulangi, salah satu tindakan yang dapat
diambil adalah dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih
dikenal saat ini dengan Corporate Social Responsibility (CSR), istilah ini mengacu
pada tanggung jawab sektor bisnis dalam kaitannya dengan semua pihak yang
terlibat, mempengaruhi dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis.
Meski tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba, sebuah perusahaan
tidak dapat lepas dari masyarakat, hal ini disebabkan pendiri dan pemilik sebuah
perusahaan adalah individu-individu anggota masyarakat serta tujuan menghasilkan
keuntungan tidak mungkin tercapai tanpa adanya masyarakat yang menjadi pasar dari
produksinya. Karena sebuah kegiatan bisnis tidak dapat lepas dari masyarakat,
kegiatan bisnis sudah pasti membawa dampak bagi masyarakat dan elemen-elemen
yang ada didalamnya serta lingkungan tempat hidup di masyarakat.
Pelaksanaan CSR menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan
pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan
saja. Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility)
merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua
stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai,
komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.
Pengembangan program-program sosial perusahaan berupa dapat bantuan fisik,
pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach,
beasiswa dan sebagainya (Ernawan, 2007).
Penerapaan CSR sebenarnya bersifat voluntary (suka rela) namun sekarang
di
Indonesia, debut CSR semakin menguat terutama setelah dinyatakan dengan tegas
dalam UU PT No.40 Tahun 2007 yang belum lama ini disahkan DPR. Disebutkan
bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan sumber
daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Pasal 74 ayat
1). UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2, 3
dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran . PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diatur
oleh Peraturan Pemerintah, yang hingga kini
sepengetahuan penulis, belum
dikeluarkan. Mengundang-undangkan CSR merupakah hal yang tidak lazim karena
pada awalnya CSR merupakan suatu tindakan suka rela dan sifatnya hampir seperti
sumbangan , akan tetapi, perkembangan global saat ini menuntut CSR menjadi
pilihan yang tidak bisa dihindari. Suka atau tidak, CSR harus dikerjakan sebagai
bentuk tangungjawab kepada stakeholders.
Dalam menerapkan CSR pastinya perusahaan membutuhkan dana serta biaya
untuk merealisasikannya, jumlah biaya yang dikeluarkan untuk program CSR
tergantung dari besar kecilnya program yang akan dilaksanakan, semakin besar
program yang akan dilaksanakan tentunya akan semakin besar juga jumlah biaya
yang akan dikeluarkan, dan begitu pula sebaliknya, hal ini juga akan berpengaruh
terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan karena hal ini akan mengurangi
pendapatan dari suatu perusahaan.
Berdasarkan survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun
2001 menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk
yang mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh
perusahaan dengan pelaksanan corporate social responsibility, antara lain produk
semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Corporate social
responsibility dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu
dilaksanakan berkelanjutan. Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan
mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang
mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit perusahaan akan turun. Akan tetapi
dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas
konsumen makin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang
lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik, dan pada akhirnya dengan
pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat
(Satyo, Media Akuntansi Edisi 47, 2005: 8). Karena CSR merupakan persoalan
yang cukup hangat di Indonesia maka penulis tertarik dalam meneliti pengaruh CSR
di Indonesia.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menciptakan laba diperlukan dua
unsur, yaitu pendapatan dan laba, dan telah dibahas pula sebelumnya bahwa untuk
merealisasikan program CSR dibutuhkan dana atau biaya. Yang menjadi pertanyaan
adalah apakah biaya CSR itu dapat mempengaruhi laba perusahaan atau tidak, karena
seperti yang kita ketahui CSR sendiri di Amerika dan Eropa dapat mempengaruhi
citra suatu perusahaan yang tentunya akan mempengaruhi produk yang mereka jual,
lalu bagaimana CSR di Indonesia?
Pada penelitian ini penulis mengacu dan memperbaharui penelitian
sebelumnya oleh Wisnu Kesumanegara tahun 2009 mengenai PENGARUH BIAYA
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP TINGKAT LABA
PERUSAHAAN. Perbedaaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
dilakukan penulis sekarang adalah:
1. Waktu penelitian, penelitian terdahulu dilakukan pada tahun 2008, sedangkan
penulis 2009.
2. Objek penelitian, penelitian terdahulu dilakukan pada PT. Aneka Tambang Tbk.,
PT. Bank Mandiri Tbk., PT. Bank Negara Indonesia Tbk., PT. Tambang Batubara
Bukit Asam Tbk., PT. Timah Tbk., pada periode 2005 sampai dengan 2007.
Penulis melakukan penelitian pada PT. Astra International, Tbk., PT. Bank
Mandiri (Persero), Tbk., PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk., PT.
Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk., pada periode 2006 sampai dengan
2008.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan
topik:
PENGARUH BIAYA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
TERHADAP TINGKAT LABA PERUSAHAAN
1.2 Identifikasi Masalah
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR)
dapat diartikan sebagai suatu komitmen manajemen untuk selalu bertindak etis, legal
dan memiliki kontribusi untuk lebih meningkatkan perekonomian yang berkelanjutan
secara kemitraan dan upaya meningkatkan kesejahteraan kualitas kehidupan para
karyawan serta keluarganya, termasuk memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat sekitar pada umumnya, dan pelanggan/konsumen
pada khususnya.
Laba perusahaan merupakan hasil yang diperoleh perusahaan selama periode
tertentu yang berasal dari penjualan atas produk yang dijual ke pasar dan pendapatan
perusahaan selama periode tertentu dikurangi biaya-biaya yang melekat didalamnya.
Salah satunya biaya yang dikeluarkan yaitu biaya CSR, karena dalam menerapkan
CSR perusahaan membutuhkan dana serta biaya untuk merealisasikannya, jumlah
biaya yang dikeluarkan untuk program CSR tergantung dari besar kecilnya program
yang akan dilaksanakan, semakin besar program yang dilaksanakan tentunya akan
semakin besar juga jumlah biaya yang akan dikeluarkan, dan begitu pula sebaliknya.
Hal ini, akan berpengaruh terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan karena akan
mengurangi pendapatan dari suatu perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana hubungan biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat
Laba Perusahaan.
2. Bagaimana pengaruh biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat
Laba Perusahaan.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh
Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba Perusahaan. Sedangkan
tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai :
1. Hubungan biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba
Perusahaan.
2. Pengaruh biaya Corporate Social Responsibility terhadap Tingkat Laba
Perusahaan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi yang akurat dan
relevan yang dapat digunakan oleh :
1. Penulis, hasil penelitian ini akan memberikan wawasan pengetahuan tentang
masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
kesesuaian antara fakta dengan dasar teori yang ada.
2. Perusahaan, sebagai bahan masukan (feedback) dalam melakukan corporate
social responsibility yang diharapkan dapat meningkatkan laba perusahaan.
3. Peneliti lain, sebagai bahan referensi khususnya untuk penulisan karya ilmiah
dengan topik yang sama.
1.5 Kerangka Pemikiran
Laba suatu perusahaan merupakan gambaran perusahaan mengenai kinerja
yang dicapai dari aktivitas operasional yang dilakukan perusahaan selama periode
tertentu, yang dapat dijadikan suatu indikator bagi para pemangku kepentingan untuk
menilai sejauh mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan, laba
tercipta dari pendapatan dikurangi biaya-biaya yang melekat didalamnya. Salah satu
biaya yang dapat timbul dari aktivitas perusahaan adalah biaya tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR), biaya ini timbul dikarenakan kesadaran sektor bisnis atau
perusahaan untuk peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. CSR merupakan
tanggung jawab sektor bisnis dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat,
mempengaruhi, dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Sifat dari CSR
sendiri sebenarnya voluntary namun penerapan CSR akan memberikan dampak
dampak positif berupa citra yang bagus terhadap perusahaan oleh masyarakat. CSR
juga terkadang dapat dijadikan media publikasi meskipun tujuannya bukan kesana,
akan tetapi hal itu merupakan suatu konsekuensi dari penerapan CSR. Yang menjadi
masalah adalah ketika dana yang dibutuhkan dalam menjalankan CSR ini cukup
besar, karena semakin biaya yang dikeluarkan besar tentunya akan mempengaruhi
laba yang akan diperoleh, hal ini tentu saja dapat merugikan perusahaan. Oleh karena
itu perlu pertimbangan lebih, dalam mengambil keputusan mengenai program CSR
yang akan dilaksanakan.
Berbagai definisi biaya, Corporate Social Responsibility, dan Laba
perusahaan dikemukakan oleh para ahli atau pihak
pihak lain yang terkait dengan
perkembangan akuntansi adalah sebagai berikut :
Menurut Supriyono (2000:16) biaya adalah :
Harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan. .
Pengertian biaya menurut Harnanto dan Zulkifli (2003: 14) adalah :
Sesuatu yang berkonotasi sebagai pengurang yang harus dikorbankan untuk
memperoleh tujuan akhir yaitu mendatangkan laba. Jadi menurut beberapa
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang
atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu
peningkatan laba di masa mendatang .
Menurut Hansen dan Mowen (2004: 40) adalah :
Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan
untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat
saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi .
Pengertian CSR sendiri menurut The World Business Council for
Sustainable Development (WBCSD) (2003: 1) adalah :
Keterpanggilan dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga
karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan
masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan .
Wermasubun (2008: 1) mengatakan bahwa :
Istilah corporate responsibility mengacu pada tangung jawab sektor bisnis
dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat, mempengaruhi dan
terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Meski tujuan utamanya adalah
menghasilkan keuntungan, sebuah perusahaan tidak dapat dilepaskan dari
masyarakat .
Indirani (2008: 1) mengatakan bahwa :
CSR adalah pilihan yang dilandasi kesadaran dari perusahaan. Dalam
berbisnis, ia tak hanya memiliki kewajiban kepada shareholders (pemegang
saham). Ia juga harus memenuhi harapan para stakeholders (pemangku
kepentingan) .
Internasional Finance Corporation (2008: 28) menyebutkan bahwa :
Corporate social responsibility is the commitment of businesses to
contribute to sustainable economic development by working with employees,
their families, the local community and society at large to improve their
lives in ways that are good for business and for delopment .
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2007: 46.2) menjelaskan
mengenai pengertian laba sebagai berikut :
Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum
dikurangi beban pajak .
Dari pengetian dan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya
adalah pengorbanan ekonomis setara kas atau ekuivalen yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk
memberikan suatu manfaat di masa sekarang maupun masa yang akan datang dengan
tujuan memperoleh laba. Corporate Social Responsibility merupakan keterpanggilan
dunia bisnis untuk turut berkonstribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan
berupa tangung jawab sosial dalam kaitannya dengan semua pihak yang terlibat,
mempengaruhi dan terkena dampak dari sebuah kegiatan bisnis. Sedangkan laba
merupakan pendapatan dikurangi beban-beban yang melekat didalamnya.
Sudah lama kita ketahui bahwa biaya merupakan pengurang dari suatu laba
perusahaan, sehingga perusahaan seringkali menekan biaya operasional perusahaan
untuk mendapatkan laba yang tinggi, namun dalam prakteknya tidak semua biaya
merupakan hal yang negatif, sebagai contoh biaya promosi, biaya ini dikeluarkan
untuk tujuan mempromosikan barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan ke
konsumen atau masyarakat, dari sana diharapkan produk berupa barang atau jasa
yang ditawarkan perusahaan dapat diterima dan disambut baik oleh konsumen
sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
Dan bagaimana dengan CSR, CSR sebenarnya lebih berorientasi pada masyarakat
dan bisnis. Apakah itu sektor bisnis swasta yang didasarkan pada kepemilikan pribadi
yang melulu mengejar profit atau dapat juga diberi tanggung jawab pada atas hak
masyarakat umum, mengingat pengaruh bisnis ini begitu besar. Bisnis sendiri selalu
berplatform pada tujuan menumpuk keuntungan dan kekayaan. Tanggung jawab
sosial yang dibebankan pada sektor bisnis akan mengurangi pencapaian tujuan
penumpukan profit. CSR yang semula bersifat voluntary perlu ditingkatkan menjadi
CSR yang lebih bersifat mandatory. Dengan demikian dapat diharapkan kontribusi
dunia usaha yang terukur dan sistematis dalam ikut meningkatan kesejahteraan
masyarakat.perusahaan.
Penerapan CSR yang dilakukan perusahaan seharusnya dilakukan bukan
bertujuan untuk marketing melainkan harus dilakukan benar-benar hanya untuk
tanggung jawab sosial terhadap lingkungan di dalam maupun di luar perusahaan yang
terkena dampak dari kegiatan bisnis perusahaan, dan apabila perusahaan meningkat
dari aktivitas CSR tersebut, hal itu hanyalah konsekuensi dari apa yang telah
dilakukan perusahaan. Namun, dalam praktiknya hal itu dapat terjadi kebalikannya,
maksudnya adalah, CSR yang merupakan suatu tanggung jawab sosial dapat
digunakan perusahaan sebagai alat promosi suatu perusahaan.
Dana yang dikeluarkan untuk CSR bergantung kepada besar kecilnya program
yang akan dilaksanakan, semakin besar program tersebut semakin besar pula dana
yang akan dikeluarkan begitu pula sebaliknya. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi
kondisi laporan keuangan perusahaan khususnya pada pos laporan laba rugi, akan
tetapi apabila ditinjau lebih dalam, mengacu pada penelitian terhadap negara
berkembang, perusahaan yang melakukan CSR tentu akan mendapat respect yang
lebih, ketimbang perusahaan yang tidak melakukan CSR, hal ini dapat timbul
dikarenakan tingkat kedewasaan dari konsumen atau masyarakat yang peduli akan
lingkungan mereka.
Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk CSR tentu akan semakin besar
pula program CSR yang akan dilakukan, semakin besar program CSR, maka semakin
luas pula jangkauan masyarakat yang merasakan program CSR tersebut, sehingga
luas jangkauan masyarakat akan mempengaruhi citra perusahaan di mata konsumen
dan masyarakat. Peningkatan citra inilah yang diharapkan perusahaan dapat
mendukung kegiatan operasional mereka dan membantu mencapai tujuan si
perusahaan yaitu, memperoleh laba atau pendapatan.
Penerapan CSR yang dilakukan perusahaan tentu akan sangat berguna, tidak
hanya bagi masyarakat yang terkena dampak dari aktivitas bisnis perusahaan, akan
tetapi perusahaan sendiri tentu akan mendapat keuntungan secara tidak langsung. Dan
yang perlu menjadi pertimbangan adalah, dalam menentukan program CSR yang
akan dilakukan beserta biaya yang termasuk di dalamnya, apakah program tersebut
dapat terlaksana dengan baik atau sebaliknya,
malah dapat mengganggu dan
berpengaruh negatif terhadap kondisi laporan keuangan. Oleh sebab itu, kebijakan ini
haruslah dibicarakan pada level top management, karena cakupan dan materi CSR
cukuplah luas. Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Biaya
Corporate
Perusahaan .
Social
Responsibility
mempengaruhi
Tingkat
Laba
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Perusahaan
Kinerja
Laporan L/R
(Income Statement)
Pendapatan
(Revenue)
Laba Bersih
(Net Income)
Beban
(Expense):
Biaya CSR
1.6 Metode Penelitian
Teknik penelitian yang dilakukan bersifat studi survei dengan menggunakan
data sekunder yaitu berupa laporan tahunan perusahaan yang mengikuti ISRA
(Indonesia Sustainability Report Award) yang sudah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode asosiatif.
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2003: 11). Data yang diperoleh selama
penelitian akan diolah dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori
teori yang telah
dipelajari, data yang akan dipakai adalah laporan tahunan perusahaan, Sustainability
Report atau Corporate Social Responsibility Report.
Untuk keperluan pengujian, diperlukan serangkaian langkah yang akan
dimulai dari: Operasional variabel, rancangan pengujian hipotesa dan metode
pengumpulan data.
1.6.1 Operasional Variabel
Sesuai dengan topik penelitian, yaitu
Responsibility
Pengaruh Biaya Corporate Social
terhadap Tingkat Laba Perusahaan , maka terdapat dua variable,
yaitu:
1. Biaya Corporate Social Responsibility sebagai variabel independen.
2. Tingkat Laba sebagai variabel dependen.
1.6.2 Rancangan Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif
dengan
menggunakan analisis regresi dan korelasi . Analisis tersebut akan menggunakan 3
(Tiga) ukuran dasar, yaitu :
1. Analisis Regresi yang akan digunakan untuk mengetahui ada atau tidak
pengaruh biaya CSR terhadap tingkat laba perusahaan.
2. Standar Error Estimate, yang akan digunakan untuk mengetahui simpangan
baku dari variabel dependen terhadap garis regresinya.
3. Analisis Korelasi yang digunakan untuk mengetahui kuat atau lemahnya
hubungan antara kedua variabel diatas.
1.6.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka dibutuhkan data
dan informasi yang akan mendukung penelitian ini. Dalam usaha memperoleh data
dan informasi yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data
sekunder melalui: www.idx.co.id
2. Penelitian Kepustakaan (Library Reasearch)
Pada tahap ini penulis berusaha untuk memperoleh berbagai informasi dan
pengetahuan yang dapat dijadikan pegangan penelitian, yaitu dengan cara
membaca berbagai literatur yang mempunyai keterkaitan dengan masalah
penelitian.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Pojok Bursa Universitas Widyatama dan
Perpustakaan Universitas Widyatama. Sedangkan, waktu penelitian yang digunakan
untuk melakukan penelitian ini dimulai pada bulan Juli 2009 sampai dengan selesai.
Download