BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Efficient Market Hypothesis Efisiensi pasar modal adalah keadaan dimana sebuah harga saham yang menyesuaikan secara cepat dengan adanya tambahan informasi, dan oleh karena itu harga saham tersebut sudah mencakupi seluruh informasi yang ada (Relly & Brown, 2012:139). Semakin sesuainya harga saham dengan informasi pasar maka keadaan pasar sudah terbentuk sempurna. Secara umum, menurut (Relly & Brown, 2012:140) harga pasar akan menyesuaikan dengan informasi-informasi yang diperoleh. Penyesuaian tersebut dapat over adjust atau under adjust dari yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh adanya keputusan beli dan menjual oleh investor atas informasi yang diterima guna untuk memaksimalkan keuntungannya. Penilaian pasar yang efisien dapat ditinjau melalui 2 hal yaitu dari ada atau lengkapnya ketersediaan informasi maupun adanya pengambilan keputusan atau tindakan oleh investor atas informasi yang diperolehnya Jogianto (2009). Pengambilan keputusan yang dimaksud ialah keputusan yang dilakukan oleh investor dengan pemikiran yang rasional. Menurut Emery (2007), suatu pasar akan digolongkan menjadi pasar efisien dengan kondisi tertentu. Kondisi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tidak adanya hambatan untuk masuk ke dalam pasar sehingga tidak ada pengguna modal atau perusahaan yang keluar dari pasar. 2. Terbentuknya kompetisi yang sempurna yang berarti tidak terdapat pihakpihak tertentu yang dapat mempengaruhi harga saham. 3. Aset atau saham yang dijual belikan dapat diperoleh oleh semua pihak atau dibagikan. 4. Tidak terdapatnya biaya transaksi. 5. Semua informasi tersedia dan dapat diperoleh oleh semua pihak tanpa adanya biaya tertentu. 6. Tidak adanya perbedaan biaya pajak yang harus dibayar oleh investor. 7. Tidak adanya pengaruh dari pemerintah atau campur tangan pihak lain yang mempengaruhi sistem perdagangan dibursa. 9 10 Dilengkapi juga oleh pernyataan peneliti lainnya yaitu pernyataan Hartono (2008) mengenai penyebab terbentuknya pasar efisien yang mencakup kedua hal diatas. Beberapa hal yang membentuk pasar efisien adalah ketika : a. Investor menjadi seorang penerima harga atau price taker dimana yang dimaksudkan adalah, seorang investor tidak dapat mengubah dan mempengaruhi dalam hal ini adalah harga pada suatu sekuritas. b. Informasi dapat didapatkan dengan mudah dan tersebar/ didapatkan oleh semua investor dan pelaku-pelaku pasar pada saat yang bersamaan juga dengan biaya yang murah. c. Informasi yang disebar oleh emiten terjadi tanpa diketahui terlebih dahulu oleh para pelaku pasar seperti investor. d. Dari informasi yang diperoleh, investor menggunakan informasi tersebut secara keseluruhan dan cepat sehingga harga mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Keadaan atau kriteria sebaliknya yang menyebabkan pasar tidak efisien adalah ketika: a. Beberapa pelaku pasar seperti investor melakukan hal yang dapat mempengaruhi harga sekuritas. b. Informasi tidak dapat diperoleh dalam waktu yang sama oleh seluruh investor dan untuk memperolehnya dibutuhkan biaya yang mahal. c. Adanya prediksi yang dilakukan sehingga informasi yang selanjutnya akan diumumkan sudah terlebih dahulu diketahui oleh pelaku pasar atau investor. d. Pengguna informasi bukan merupakan investor yang cepat tanggap dalam mengambil keputusan, namun merupakan seorang naïve investor. Jika dilihat pada keadaan pasar yang sesungguhnya, maka teori pasar sempurna atau efisien tidak dapat terjadi karena terdapat beberapa kondisi yang tidak sesuai atau mendukung ciri-ciri pasar sempurna. Beberapa kondisi tersebut ialah: 1. Kondisi pasar modal menunjukan bahwa setiap transaksi jual atau beli akan memerlukan atau dikenakan biaya transaksi. 2. Biaya pajak yang dikenakan pada investor tidak seragam melainkan berbedabeda sesuai dengan besar keuntungan yang diterima. 3. Informasi yang diterima oleh investor sering kali berbeda-beda. Informasi tersebut menyebar secara tidak sempurna sehingga pergerakan harga saham yang berubah disebabkan oleh karena tindakan yang diambil oleh beberapa 11 investor tertentu saja yang sudah terlebih dahulu mengetahui informasi tersebut. Dalam pengujiannya sendiri, Efficient Market Hypothesis menghasilkan 3 bentuk pasar yaitu: a. Weak form Efficient Market Hypothesis Dalam Weak form EMH, harga saham akan mencerminkan seluruh historical information, seperti volum data trading sebelumnya, rate of return, dan harga sebelumnya. Menurut Relly & Brown (2012:142), hipotesis ini menunjukan bahwa tingkat pengembalian yang lalu dan data historis lainnya tidak memiliki hubungan atau kaitan dengan tingkat pengembalian di masa depan. Dalam keadaan pasar seperti ini maka seorang investor akan melakukan jual beli berdasarkan data historis yang belum tentu mencerminkan keadaan pasar sekarang. Namun jika investor ingin mencapai suatu keuntungan atau memprediksi harga dan pengembalian dimasa datang, maka sebaiknya investor tidak menjadikan data historis sebagai acuan dalam melakukan keputusan berinvestasi. Seperti yang dikatakan oleh Dwita Amelia Fitriani (2009: 11) dalam penelitiannya bahwa: “Dalam pasar bentuk ini, akan lebih baik bagi investor untuk melakukan analisis fundamental bila dibandingkan dengan analisis teknikal dalam rangka mengambil kelebihan imbal hasil pada jangka panjang.” b. Semistrong Form Efficient Market Hypothesis Bentuk pasar Semistrong memiliki tingkat efisiensi pasar yang lebih besar dibandingkan bentuk pasar lemah atau weak form. Pada bentuk pasar semistorng maka data historis yang berupa informasi mengenai saham (harga, volum, dan sebagainya) dipasar modal diketahui dan dijadikan acuan investor untuk mengambil keputusan investasi selanjutnya, selain dari itu informasi atau berita publik juga diperoleh dan dijadikan sebagai acuan bagi investor dalam mengambil langkah investasi selanjutnya. Harga saham yang tercerminkan dalam Semistrong Form EMH adalah harga saham sudah mencakupi seluruh informasi publik seperti adanya pembagian dividen, adanya pemecahan saham atau stocks split, berita ekonomi juga politik dinegara dan sebagainya. Namun pada pasar Semistorng, masih terdapat kendala dimana informasi yang diterima oleh investor sering kali tidak mencerminkan keadaaan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena masih banyak informasi-informasi privat yang tidak diketahui sehingga informasi yang tersebar sering kali tidak sesuai dengan 12 kondisi yang sebenarnya. Selain dari pada itu pada bentuk pasar Semistrong, investor akan terkena biaya atas transaksi yang dilakukan. c. Strong Form Efficient Market Hypothesis Pada kondisi pasar yang lemah dan semi kuat, data historis dan informasi publik akan menjadi acuan investor untuk mengambil keputusan dalam investasi, namun pada keadaan pasar yang kuat dikondisikan bahwa informasi yang akan diperoleh investor tidak hanya informasi publik, melainkan termasuk informasi privat. Keadaan pasar akan dikatakan sempurna atau kuat jika informasi privat tercerminkan kedalam harga saham sehingga tidak ada informasi yang dimiliki atau tersimpan sendiri oleh seorang individu khususnya individu dalam suatu perusahaan. Hipotesis dalam ini juga mengasumsikan dimana keadaan pasar sempurna yang berarti semua orang dapat memperoleh informasi-informasi di waktu yang sama tanpa adanya biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Relly & Brown, (2012:142) bahwa: “Stock prices fully reflect all information from public and private sources.” Pada kenyataannya melalui penelitian sebelumnya, keberadaan pasar dalam bentuk kuat atau Storng form sangat sulit ditemukan disuatu pasar modal. Hal ini dipicu oleh karena adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat faktor internal atau individu didalam suatu entitas yang dapat mengambil aksi terlebih dahulu untuk mendapatkan keuntungan sebelum informasi yang diketahuinya disebarkan kepada publik. 2.2 Pasar Modal Menurut Darmadji & Fakhruddin (2011:1), pengertian pasar modal ialah: “Pasar modal atau capital market merupakan tempat diperjual belikannya berbagai instrument keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrument derivatif, dan instrument lainnya.” Pasar modal juga merupakan tempat yang mempertemukan atau menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana investasi dan pihak yang membutuhkan dana permodalan seperti investor, perusahaan dan pihak institusi melalui perdagangan instrument keuangan jangka panjang. Pasar modal merupakan saran pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya seperti pemerintah dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Investasi yang diperjual belikan dalam pasar modal adalah jenis investasi jangka panjang seperti saham, surat-surat berharga atau obligasi, dan lainnya. Dengan demikian, 13 pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Pengertian mengenai pasar modal terbagi menjadi 2 arti yaitu dalam arti luas dan arti sempit. Menurut jurnal yang diteliti oleh Saint John Bastian Salim (2013:79), artian luas mengenai pasar modal ialah: “Suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.” Terkait penelitian yang dilakukan sebelumnya, menurut Sunariyah (2000:4), artian sempit mengenai pasar modal adalah sebagai berikut: “Pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan menggunakan jasa perantara pedagang efek.” Pasar modal sendiri sebenarnya memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi ekonomi dan keuangan. Penyediaan fasilitas untuk mempertemukan pihak-pihak yang memiliki kekurangan dan yang memiliki kelebihan dana merupakan fungsi ekonomi dari pasar modal. Pihak yang membutuhkan dana dapat dikatakan sebagai issuer sedangkan pihak yang memiliki kelebihan dana adalah investor. Fungsi lainnya ialah keuangan yang bermaksud bahwa pasar modal dapat memberikan adanya kesempatan dimana investor dapat menerima pengembalian atau imbalan (return) atas investasi yang telah dilakukan. (Darmadji & Fakhruddin, 2011: 2). 2.3 Saham Pengertian saham yang dinyatakan dalam buku Pasar Modal di Indonesia edisi 3 oleh Darmadji & Fakhruddin (2011:5) menuliskan bahwa saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas dimana terdapat keterangan mengenai pemilik kertas tersebut, bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Tertera juga bahwa terdapat beberapa karakteristik yang dinyatakan sebagai karakteristik yudiris bagi pemilik saham. Karakteristik tersebut antara lain : 1. Resiko terbatas atau limited risk yang dimana pemegang saham bertanggung jawab atau memiliki resiko hanya atas berapa banyak yang diinvestasikan atau disetorkan kepada perusahaan. 14 2. Pemegang saham merupakan pengendali utama atau ultimate control karena dengan memiliki saham perusahaan tersebut maka tujuan dan arah perusahaan secara tidak langsung berada dibawah kendali pemegang saham. 3. Klaim sisa atau residual claim dimana seorang pemegang saham adalah pihak terakhir yang akan mendapatkan pembagian dividen yang merupakan pembagian atas hasil keuntungan perusahaan dan penerima terakhir sisa aset ketika perusahaan mengalami kebangkrutan atau likuidasi. Menurut Saint John Bastian Salim (2013:80), investasi saham memiliki sisi yang menarik bagi investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang cukup tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam berinvestasi, resiko adalah hal yang akan selalu ada atau muncul. Resiko dalam berinvestasi saham yang tentunya sudah diketahui oleh investor adalah adanya resiko kerugian dalam investasi. Kerugian yang dimaksud adalah adanya capital loss dimana harga saat menjual saham lebih kecil dibandingkan harga saat membeli saham. Didukung juga oleh Darmadji & Fakhruddin (2011:10) terkait hal diatas yang menyatakan bahwa seorang pemegang saham atau investor dapat menghadapi resiko kerugian seperti ketika harga saham turun ataupun kerugian saat tidak mendapatkan dividen yang dikarenakan jika perusahaan tersebut mengalami kerugian. Fahmi (2014:323) juga menyatakan bahwa saham merupakan bukti pernyetaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan. Jumlah kepemilikan saham dihitung dalam satuan jumlah lot. 1 lot saham yang dimiliki seorang investor menunjukan bahwa terdapat 100 lembar saham yang dimiliki oleh investor tersebut. Dalam perdagangan saham dipasar modal, terdapat dua jenis saham yang umum diketahui oleh investor atau pihak publik. Hal ini dikemukakan juga oleh Fahmi (2014:324), dua jenis saham tersebut adalah: 1. Common Stock (Saham Biasa) Merupakan surat berharga yang dijual perusahaan dimana terdapat nominal berupa nilai rupiah, dollar, dan mata uang lainnya. Pemegang saham biasa akan mempunyai hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan pada akhir tahun pemegang saham memiliki hak untuk mendapatkan dividen dari perusahaan yang diinvestasikan. 2. Preferred Stock (Saham Istimewa) Saham instimewa memiliki definisi yang serupa dengan saham biasa, namun hak pemilik saham istimewa lebih tinggi dari pada pemilik saham biasa. 15 Pemilik saham istimewa akan lebih diutamakan oleh perusahaan dalam pembagian keuntungan atau dividen. Jika perusahaan mengalami kerugian atau kebangkrutan, maka pemilik saham istimewa akan memperoleh haknya terlebih dahulu dibandingkan pemilik saham biasa. 2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pengertian mengenai IHSG Menurut Darmadji & Fakhruddin (2011: 129), adalah: “Indeks harga saham adalah indikator yang menunjukan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu.” Dalam pasar modal, indeks memiliki beberapa peran yaitu sebagai: 1. Indikator tren pasar 2. Indikator tingkat keuntungan 3. Tolak ukur kinerja suatu portfolio 4. Membantu berkembangnya produk derivatif 5. Membantu pembentukan suatu portfolio dalam strategi pasif. Terdapat beberapa macam indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia yang dapat dijadikan indikator: 1. Indeks Harga Saham Sektoral 2. Indeks Individual 3. Indeks Harga Saham Gabungan 4. Indeks LQ 45 5. Indeks Syariah 6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan 7. Indeks Kompas 100 8. Indeks Bisnis 27 9. Indeks PEFINDO 25 10. Indeks SRI KEHATI Indeks yang sering digunakan sebagai acuan dalam mengukur performa saham di Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG. Indeks Harga Saham Gabungan menggunakan seluruh harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia untuk masuk kedalam perhitungan indeks. Hal ini menjadikan Indeks Harga Saham Gabungan dijadikan suatu indikator utama bagi negara Indonesia karena IHSG telah mencerminkan dan memperhitungkan saham dari seluruh sektor atau perusahaan di 16 Indonesia yaitu sekitar lebih dari 400 perusahaan tercatat di BEI. Pergerakan IHSG biasanya disebabkan oleh adanya pengaruh dari perubahan harga saham pada perusahan yang berkapitalisasi besar. Hal ini dikarenakan besar atau bobot dari suatu saham berbeda-beda sehingga dimungkinkan pada perusahaan yang berkapitalisasi besar, bobot saham juga tergolong besar maka itu dapat mempengaruhi pergerakan IHSG. Pergerakan IHSG tentunya akan menjadi perhatian investor untuk melihat performa pasar modal di Bursa Efek Indonesia yang tentunya akan berdampak pada tingkat pengembalian yang akan diterima. 2.5 Return Saham Return saham merupakan pengembalian atau imbalan yang diperoleh investor atas hasil investasi yang dilakukan oleh seorang investor. Hal ini didukung juga oleh pernyataan Gitman (2009: 228), bahwa: “Return is the total gain or loss experience on a investment over a given period of time. It commonly measured as the change in value plus any cash distributing during period of time, exPressed as a percentage of the beginning period investment value.” Terkait mengenai return dan berinvestasi Darmadji & Fakhruddin (2011: 9) dalam melakukan investasi terdapat 2 jenis pengembalian atau return yang dapat diperoleh oleh investor sebagai keuntungan, yaitu : 1. Dividen yang merupakan pendapatan investor atas pembagian keuntungan oleh perusahaan terhadap pemegang saham perusahaan tersebut. 2. Capital gain merupakan hasil dari total selisih harga saat pembelian dengan harga saat saham dijual. Mendukung pernyataan mengenai arti dari return, Berk dan Demarzo (2007) juga menyatakan bahwa return merupakan selisih antara harga jual dan harga beli dari suatu aset yang juga ditambahkan dengan pengeluaran kas lainnya yang dinyatakan dalam bentuk persentase dari harga beli. Dalam berinvestasi tentunya seorang investor dapat menerima keuntungan, namun hal ini juga memungkinkan bahwa investor dapat memperoleh kerugian. Adanya kerugian disebut dengan capital loss dimana harga saham saat penjualan lebih kecil dari harga saham saat pembelian. Ketika harga saham menurun, maka return saham juga akan menurun karena adanya pengembalian yang lebih kecil. Pergerakan harga saham akan berdampak juga pada pengembalian yang akan diperoleh oleh investor. Ketika harga saham meningkat maka return akan semakin 17 besar karena investor akan melakukan penjualan untuk mendapatkan keuntungan investasi, namun sebaliknya ketika harga menurun maka return juga akan turun karena harga saham yang dimiliki akan menjadi lebih kecil. Penjelasan mengenai keterkaitan harga saham dengan return dapat dibuktikan pada perhitungan dalam menentukan return saham harian yang dilihat melalui rumus sebagai berikut: Rt = (Pt - Pt-1) Pt-1 Rt = return saham pada hari ke-t Pt = closing price saham pada hari ke-t Pt-1 = closing price saham pada hari ke t-1 2.6 Anomali Anomali merupakan suatu bentuk kejanggalan yang dimana hal ini hanya terjadi ketika pasar modal tidak terbentuk sempurna. Silver (2008) menyatakan bahwa: “An anomaly is a strange or unusual occurrence. In financial markets, anomalies refer to situations when a security or group of securities performs contrary to the notion of efficient markets, where security prices are said to reflect all available information at any point in time.” Dengan cepatnya informasi baru yang datang suatu pasar yang efisien sulit untuk diwujudkan dan terlebih lagi untuk diatur. Terdapat banyak anomali yang terjadi di pasar, beberapa diantaranya hanya timbul sesaat dan hilang saat beberapa lainnya masih terus diteliti. Terjadinya anomali disuatu pasar modal menunjukan bahwa keadaan pasar tidak sempurna. Seperti yang dinyatakan oleh Salim (2013: 80) bahwa “Adanya overreaction hypothesis merupakan reaksi yang terkait dengan terjadinya anomali pasar, karena hal ini berlawanan dengan kondisi normal.” Persepsi mengenai overreaction hypothesis ini muncul karena adanya faktor perilaku dari investor atau reaksi investor terhadap penerimaan suatu informasi. Informasi yang didapati ditanggapi dengan berlebihan sehingga terbentuk reaksi yang berlebihan dan perilaku atau tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan normal. Hal ini kembali lagi mengacu pada teori pasar sempurna, dimana pada kenyataannya perilaku investor dalam menanggapi informasi tidak seperti yang diprediksikan pada keadaan pasar sempurna. Anomali pada umumnya memiliki 4 macam jenis yang sering terjadi yaitu diantaranya adalah anomali perusahaan, anomali musiman, anomali peristiwa dan 18 anomali akuntansi. Terkait penelitian kali ini, anomali yang akan diuji termasuk kedalam jenis anomali musiman atau seasonality. Anomali seasonality mengindikasikan bahwa terdapat suatu kejadian yang terjadi disaat-saat tertentu dimana kondisi tersebut tidak wajar. 2.7 Day of The Week Effect Day of The Week Effect merupakan salah satu bentuk anomali seasonality yang sering terjadi dibanyak pasar modal dunia. Menurut Fitriani (2009:14), fenomena ini menggambarkan adanya tingkat pengembalian yang setiap harinya berbeda dan terdapat kecenderungan tingkat pengembalian akan rendah dihari Senin dan tinggi dihari Jumat. Menurut Alteza (2006:36), anomali The Day Of The Week adalah anomali dimana perbedaan hari perdagangan memiliki pengaruh terhadap pergerakan atau pola return saham dalam satu minggu perdagangan. Jumlah hari dalam satu minggu adalah 7 hari namun dalam hari bursa, perdagangan dilakukan mulai hari Senin sebagai hari pembuka pada minggu tersebut hingga hari Jumat sebagai hari penutupan pada minggu tersebut atau hanya sebanyak 5 hari. Terdapat banyak pendapat dan pernyataan mengenai terjadinya penurunan return saham dihari Senin. Beberapa peneliti sebelumnya menyatakan bahwa penurunan dihari Senin dapat terjadi oleh karena adanya berita buruk atau informasi buruk yang diperoleh pada akhir pekan lalu yang menyebabkan adanya reaksi oleh para investor. Seperti yang diungkapkan oleh Kamara (1997) bahwa reaksi investor tentunya akan mempengaruhi trading volume yang akan mempengaruhi harga suatu saham dan besar pengembalian yang diberikan. Oleh karena hal tersebut berita buruk dipekan sebelumnya atau hari sebelumnya tentu akan memberikan dampak terhadap performa suatu saham dihari berikutnya. Anomali ini berhubungan dengan adanya teori pasar yang efisien. Dalam pasar efisien seharusnya return saham tidak berbeda-beda setiap harinya, namun dalam anomali ini pada hari Senin harga saham akan cenderung melemah atau memberikan return negatif dibandingkan dengan return saham dihari lain sedangkan pada hari Jumat return cenderung lebih tinggi maka dari itu terdapat pernyataan bahwa return setiap harinya berbeda-beda atau tidak sama. Menurut Alteza (2007:39) hal tersebut ini dimungkinkan terjadi oleh karena adanya pengaruh dari psikologi atau perilaku investor yang kurang rasional dalam mengambil keputusan berinvestasi, seperti ketidaksukaan investor pada hari Senin atau sindrom Blue 19 Monday. Ketika return setiap hari berbeda-beda dan terdapat kecenderungan penurunan atau kenaikan harga pada hari-hari tertentu, maka tentunya investor dapat memperoleh keuntungan atau kerugian pada hari-hari tertentu. Keberadaan anomali seasonality seperti The Day of The Week menunjukan bahwa investor dapat memprediksi harga saham atau return yang akan diterima dimasa yang akan datang. Keadaan ini menunjukan bahwa anomali The Day of The Week merupakan suatu penyimpangan dari adanya teori pasar sempurna karena pada pasar sempurna terdapat istilah yang dinyatakan oleh Eduardus Tandelilin, (2001:111) yaitu “no one can beat the market”. 2.8 Pembentukan Hipotesis 2.8.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengujian anomali The Day of The Week sudah dilakukan diberbagai negara dan tentunya di negara Indonesia. Oleh karena itu penelitian kali ini telah didukung oleh penelitian terdahulu yang telah dilakukan terlebih dulu terkait mengenai anomali pada pasar yaitu anomali The Day of The Week. Penelitian-penelitian sebelumnya juga dilakukan untuk melihat adanya anomali The Day of The Week terhadap return saham di Indonesia. Penelitian dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan diantaranya ialah menurut Dwi Cahyaningdyah dan Rini Setyo Witiastuti (2010) dalam penelitian yang membahas mengenai anomali Monday Effect dan Rogalski Effect di Bursa Efek Jakarta tahun 2004-2006, hasilnya menunjukan bahwa terdapat fenomena Day of The Week Effect yang dimana menunjukan bahwa return akan diperoleh pada titik terendah di hari Senin (Monday Effect) dan paling tinggi di hari Jumat. Selain dari itu, diperoleh juga hasil bahwa hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat memiliki pengaruh terhadap return saham di Bursa Efek Jakarta. Pada penelitian terdahulu lainnya yang dilakukan oleh Iramani tahun 2006 mengenai anomali The Day of The Week, diperoleh hasil yang menunjukan bahwa terdapat anomali The Day of The Week Effect yang dimana dengan uji Independent T Test bahwa terdapat perbedaan signifikan antara return Senin dan Selasa harian saham, dimana return Senin negatif dan Selasa positif. Menurut Aditya Probo Saputro & Sukirno (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Day of The Week Effect dan Month of The Year Effect terhadap Return Indeks Pasar tahun 2010-2012 juga menunjukan hasil bahwa terdapat fenomena Day of The Week Effect yang dimana terdeteksi melalui adanya perbedaan return saham 20 setiap harinya oleh karena adanya pengaruh dari perbedaan hari perdagangan. Hasil pengujian diperoleh dengan melakukan uji One- Way ANOVA untuk melihat pengaruh hari perdagangan terhadap return saham. Selain dari itu, melalui pengujian analisis deskriptif, didapatkan hasil bahwa return tertinggi ditunjukan pada hari Rabu dan return terendah ditunjukan hari Senin. Penelitian yang dilakukan oleh Lutfiaji (2013) juga menunjukan keberadaan anomali The Day of The Week dimana return terendah pada hari Senin dan tertinggi pada hari Rabu. Keberadaan anomali The Day of The Week juga sudah dideteksi melalui adanya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wawan Kristianto dan J. Sukmawati Sukamluja dari tahun 2003-2013 pada jurnal penelitian yang telah disusun. Hasil penelitian yang menggunakan metode GARCH menunjukan hasil bahwa terdapat volatilitas return dari hari Senin hingga Jumat. Return hari Senin cenderung lebih rendah dibandingkan hari lainnya dan hari Jumat memiliki return tertinggi diantara hari lainnya. Adanya penelitian mengenai anomali The Day of The Week yang dilakukan oleh Werner R. Murhadi di pasar modal Mexico, Indonesia dan Turki. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam penelitian yang dilakukan dari tahun 2009-2014 terdapat return paling tinggi dihari Rabu dan paling rendah dihari Senin pada pasar modal Indonesia, Mexico dan Turki. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Muhammad Arshad Haroon (2013) di negara Pakistan juga menunjukan hasil penelitian bahwa hari Kamis dan Jumat memiliki pengaruh terhadap return harian saham. 2.8.2 Jurnal Acuan Melalui jurnal-jurnal penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terlihat bahwa kebanyakan hasil menunjukan bahwa memang terdapat anomali The Day of The Week diberbagai pasar modal khususnya di pasar modal Indonesia. Oleh karena itu penelitian kali ini akan dilakukan dengan mengacu pada satu jurnal utama yaitu jurnal internasional yang berjudul “Stock Market Anomaly: Day of the Week Effect in Dhaka Stock Exchange” tahun 2005-2008 yang diteliti oleh Md. Lutfur Rahman. Jurnal acuan dipilih sesuai dengan adanya keselarasan judul dan tujuan penelitian. Acuan jurnal digunakan agar proses pembuatan penelitian dapat dilakukan dengan metode yang tepat karena akan disamakan dengan penelitian sebelumnya dimana metode tersebut memang sudah sering digunakan juga pada jurnal-jurnal lainnya dalam pembahasan anomali The Day of The Week. Kesamaan 21 dalam penggunaan metode tetap tidak menentukan munculnya hasil yang sama karena setiap penelitian dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda-beda. Penelitian pada jurnal tersebut dilakukan untuk menguji keberadaan anomali The Day of The Week di Dhaka Stock Exchange yaitu di negara Bangladesh. Pada jurnal tersebut terdapat beberapa metode dan tahapan yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan anomali ini. Hipotesis pertama yang dibangun pada penelitian tersebut menyatakan bahwa return masing-masing hari akan berbeda dari nilai nol dan hal ini diuji dengan menggunakan uji One Sample T Test. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa hasil return yang berbeda signifikan dari nilai nol terdapat pada hari Senin dan Kamis dengan rata-rata return yang negatif pada hari Senin. Hipotesis pertama dibangun untuk membuktikan bahwa jika anomali The Day of The Week memang ada didalam satu pasar, maka return yang diberikan akan berbeda-beda setiap harinya, oleh karena itu investor dapat menerima keuntungan dan kerugian yang signifikan dihari-hari tertentu. Perbedaan dari nilai nol menyatakan bahwa terdapat return yang lebih besar atau lebih kecil dihari-hari tertentu yang dimana berarti mempengaruhi tingkat keuntungan dan kerugian investor dihari tersebut. Selain dari itu, penelitian dalam jurnal tersebut juga dilakukan atas terbentuknya hipotesis kedua yaitu adanya dugaan sementara terdapat perbedaan return yang signifikan dari hari ke hari atau terdapat perbedaan return pada hari Senin dengan Selasa, Selasa dengan Rabu, Rabu dengan Kamis dan Kamis dengan Jumat dan Jumat dengan Senin. Hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan pengujian Independent T Test. Perbedaan return pada pasangan hari-hari tersebut diuji untuk menunjukan bahwa pada pergantian hari-hari tersebut terdapat penurunan atau kenaikan return yang signifikan. Hasil penelitian atas hipotesis kedua menghasilkan adanya perbedaan return pada pasangan hari Senin dengan Selasa, Rabu dengan Kamis dan Kamis dengan Minggu. Pengujian pada penelitian tersebut juga dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA. Hasil dari pengujian tersebut menunjukan terdapat perbedaan rata-rata return setiap harinya dalam satu minggu perdagangan yang disebabkan oleh adanya pengaruh perbedaan hari. Pengujian pada penelitian juga dilanjutkan dengan permodelan regresi OLS dengan variabel dummy dan penggunaan metode GARCH(1,1). Kedua model ini dilakukan untuk mendeteksi keberadaan anomali The Day of The Week dalam kelima hari. Hasil regresi menunjukan bahwa hari Minggu, Senin dan Kamis memiliki pengaruh yang 22 signifikan terhadap return harian saham yang dimana hal ini terlihat melalui nilai signifikansi masing-masing hari. Selain dari pada itu, pengaruh yang diberikan dari ketiga hari tersebut adalah pengaruh negatif dihari Minggu dan Senin dan pengaruh positif pada hari Kamis. Hal ini menunjukan bahwa terdapat return yang rendah atau negatif dihari Minggu dan Senin, dan return positif dihari Kamis. Permodelan regresi yang dilakukan tetap memiliki batasan tertentu yaitu karena perhitungan regresi OLS akan mengasumsikan suatu keadaan yang konstan, padahal pada kenyataannya return saham memiliki volaitilitas. Maka dari itu pengujian kembali dilakukan dengan menggunakan metode GARCH(1,1) yang dimana dengan metode ini volatilitas saham akan dimasukan kedalam perhitungan regresi. Hasil dari metode GARCH(1,1) pada penelitian dalam jurnal tersebut menunjukan bahwa hari terdeteksi The Day of The Week adalah hari Minggu, Senin dan Kamis karena ketiga hari tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return harian saham. 2.8.3 Hipotesis dan Kerangka Pemikiran Terjadinya anomali dalam suatu pasar modal merupakan suatu gambaran kondisi dimana performa pergerakan saham bertentangan dengan pasar efisien karena harga saham tidak mencerminkan informasi yang ada. Seperti yang dinyatakan oleh Wawan Kristianto dan J. Sukmawati (2013:4) melalui penelitiannya, bahwa ketika terdapat anomali dalam pasar modal, maka dapat dimungkinkan anomali tersebut dijadikan sebuah acuan untuk memprediksi pergerakan harga saham. Jika dikaitkan dengan teori pasar efisien, maka seharusnya investor tidak dapat memprediksi keadaan dan harga saham jika pasar terbentuk sempurna, karena investor hanya merupakan seorang price taker. Ketika suatu anomali dapat digunakan sebagai prediksi atau acuan investor dalam melihat pergerakan saham, maka pada anomali The Day of The Week, investor dapat melihat kecenderungan return yang diberikan masing-masing harinya untuk mengatur strategi investasi. Sesuai dengan penelitian terdahulu dan jurnal acuan maupun pendukung mengenai anomali The Day of The Week, gejala yang pada umumnya ditimbulkan adalah pada hari-hari tertentu investor dapat memperoleh return positif atau berupa keuntungan dan pada hari tertentu juga terdapat return negatif yang mampu menimbulkan kerugian bagi investor. Return dihari satu ke hari lainnya juga dapat berbeda-beda atau mengalami perubahan yang signifikan naik turun. 23 Perbedaan hari atau adanya 5 hari dalam satu minggu perdagangan dapat mempengaruhi return harian saham yang dimana masing-masing hari akan menghasilkan return yang berbeda-beda. Setelah mendeteksi gejala terjadinya anomali The Day of The Week, maka dapat ditinjau lebih lanjut lagi untuk melihat pada hari apa terdapat anomali The Day of The Week, yang dimana berarti hari tersebut memiliki pengaruh terhadap return harian saham yang akan diperoleh oleh investor. Dalam membangun suatu hipotesis, diperlukan penelitian terdahulu yang sebagai tolak ukur pengambilan kesimpulan atas penelitian terkait. Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis adalah suatu pernyataan atau adanya dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian dimana tingkat kebenarannya masih rendah atau belum tentu sehingga penelitian tersebut harus diuji secara empiris. Melalui hasil penelitian maka hipotesis yang terbentuk akan terlihat kebenarannya, karena hasil penelitian seharusnya menunjukan keadaan pasar modal yang sebenarnya. Melalui penelitian terdahulu yang dilakukan didalam negeri maupun diluar negeri, adanya anomali di pasar modal suatu negara memang sering terdeteksi terjadi. Dalam keadaan pasar yang tidak sempurna, investor sering kali memperoleh keuntungan dan kerugian pada hari-hari tertentu. Ketika return berubah-ubah atau berbeda setiap harinya, maka dapat diasumsikan bahwa terdapat hari-hari yang memiliki nilai return lebih besar dari nol karena dengan adanya return yang tinggi maka berarti pengembalian yang diberikan akan berbeda atau menjauhi nilai nol. Namun sebaliknya jika terdapat return yang terlalu rendah maka return akan mendekati nilai nol atau bernilai negatif karena terlalu rendahnya tingkat pengembalian yang dapat diberikan. Maka hipotesis pertama yang dibentuk terkait hal ini adalah: Ho : Rata-rata tingkat pengembalian harian atau daily return dari masing-masing hari perdagangan di Bursa Efek Indonesia tidak berbeda dari nol. H1 : Rata-rata tingkat pengembalian harian atau daily return dari masing-masing hari perdagangan di Bursa Efek Indonesia berbeda dari nol. Terkait kembali mengenai adanya perbedaan return setiap harinya juga adanya pergerakan atau fluktuasi harga saham yang menyebabkan tingkat return juga ikut bergerak naik atau turun. Ketika terdapat pergerakan atau perubahan return setiap harinya, berarti jika dibandingkan hari pertama ke hari berikutnya, hari kedua 24 ke hari berikutnya dan seterusnya akan terdapat perbedaan return yang signifikan, atau selisih perbedaan akan tidak sama dengan nol. Adanya perubahan return dari hari ke hari dapat dijadikan peluang bagi investor untuk mengambil keputusan dalam membeli atau menjual saham yang dimilikinya. Setelah mengetahui return pada hari apa saja yang memiliki return positif atau signifikan berbeda dengan nilai nol, maka akan semakin rinci jika investor dapat melihat pergerakan return dari hari ke hari. Jika pada pergantian hari ke hari berikutnya tidak terdapat perbedaan return maka berarti return pada hari tersebut dengan hari berikutnya adalah sama atau memiliki selisih sama dengan nilai nol. Pada keadaan tersebut berarti tidak akan ada pengembalian yang lebih ketika investor melakukan jual beli pada kedua hari tersebut. Sebaliknya jika return pada hari t ke hari berikutnya berbeda secara signifikan maka selisih perbedaan akan berbeda dari nilai nol. Dalam hal ini hipotesis kedua yang dapat dibentuk adalah: Ho : Average return antara 2 hari adalah sama (Senin- Selasa, Selasa- Rabu, Rabu- Kamis, Kamis- Jumat, Jumat- Senin) sehingga selisih return kedua hari = 0. H2 : Average return antara 2 hari adalah berbeda (Senin- Selasa, Selasa- Rabu, Rabu- Kamis, Kamis- Jumat, Jumat- Senin) sehingga selisih return kedua hari ≠ 0. Kembali mengacu pada penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, maka dapat dimungkinakan ketika terdapat anomali The Day of The Week di Bursa Efek Indonesia akan terdapat kenaikan atau penurunan harga yang signifikan. Seperti pada hipotesis pertama dan kedua yang sudah dibentuk, bahwa dengan terjadinya kenaikan dan penurunan harga yang signifikan berarti tingkat pengembalian atau return yang diterima oleh investor akan semakin tinggi atau semakin rendah pada hari-hari tertentu. Jika return yang diterima berubah-ubah, maka hal ini menandakan bahwa setiap harinya return yang diterima berbeda karena terdapat perbedaan hari dalam satu minggu perdagangan saham. Perbedaan hari akan menimbulkan perbedaan return setiap harinya, sehingga hipotesis ketiga yang dapat dibentuk mengenai penelitian kali ini ialah: Ho : Average return masing-masing hari tidak berbeda satu dengan yang lainnya. H3 : Average return masing-masing hari berbeda satu dengan yang lainnya. Adanya 5 hari perdagangan akan menunjukan masing-masing return setiap harinya. Dari ke-lima hari tersebut yakni Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat 25 tentunya memiliki pengaruh terhadap pergerakan harga saham atau return saham. Penelitian terdahulu telah melakukan pengujian dan mendapatkan hasil bahwa dalam 5 hari perdagangan return setiap hari adalah berbeda-beda. Adanya perbedaan return menimbulkan asumsi sementara bahwa terdapat hari-hari tertentu yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pergerakan return harian saham di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesis keempat yang terbentuk dalam penelitian ini adalah: Ho : Tidak terdapat pengaruh dari perbedaan hari terhadap return harian saham. H4 : Terdapat pengaruh perbedaan hari terhadap return harian saham. Oleh karena asumsi tersebut maka diperlukan adanya pengujian lebih lanjut untuk melihat pada hari apa saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham di pasar modal. Ketika terdapat suatu hari yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return harian saham maka pada hari tersebut dapat dinyatakan terjadi anomali The Day of The Week. Hal ini berarti bertolak belakang dengan teori pasar sempurna yang menyatakan bahwa tidak akan ada pengaruh perbedaan hari terhadap return jika pasar terbentuk sempurna. Berdasarkan pembentukan hipotesis dan penelitian terdahulu di atas, penelitian kali ini memiliki kerangka pemikiran yang berhubungan. Segala transaksi yang terjadi di bursa tentunya terjadi oleh karena adanya tindakan yang dilakukan oleh investor atas reaksi terhadap informasi-informasi yang diperoleh. Transaksi tersebut ialah transaksi jual maupun beli saham. Adanya informasi akan mempengaruhi pengambilan keputusan para investor atau tindakan yang akan dilakukan. Namun pada kenyataannya informasi yang didapat seringkali tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka dari itu pengembalian atau return yang diterima oleh seseorang yang melakukan transaksi akan berbeda dengan return yang seharusnya didapatkan. Jika dikaitkan dengan pasar yang sempurna, maka seharusnya anomali tidak terjadi. Sebagai investor pastinya mendapatkan keuntungan merupakan suatu pencapaian yang ingin diperoleh. Anomali yang terjadi dalam pasar merupakan salah satu dampak dari perilaku investor pada umumnya yang menghindari adanya suatu resiko karena kurangnya informasi, atau suatu reaksi atas adanya informasi tertentu, sehingga harga di bursa dapat naik dan turun dengan kurang wajar. Anomali tergambarkan ketika suatu penurunan atau kenaikan harga terjadi terlalu signifikan hanya pada saat tertentu saja. Jika harga mengalami fluktuasi pada 26 saat tertentu maka hal ini akan mempengaruhi return yang diberikan saham tersebut terhadap investor. Dalam pasar modal, pergerakan harga saham memiliki kaitan yang jelas dengan pergerakan return. Salah satu contoh anomali yang pernah diteliti melalui penelitian terdahulu adalah pada awal minggu pembukaan bursa yang dimana harga saham menurun yang menyebabkan return menjadi lebih rendah dibandingkan hari lainnya. Return yang lebih rendah disebabkan oleh adanya aksi jual yang dilakukan investor atas reaksi terhadap suatu informasi tertentu. Adanya berita buruk yang diketahui oleh investor akan menyebabkan adanya suatu aksi jual yang dilakukan investor. Tindakan investor tersebut tentunya dilakukan dengan tujuan untuk menghindari resiko atas ketidak pastian pengembalian. Semakin banyaknya saham yang dijual maka harga akan semakin menurun, jika harga semakin turun maka pada penutupan hari tersebut harga akan menjadi rendah dan tingkat pengembalian saham akan menjadi rendah pada hari tersebut. Anomali The Day of The Week menunjukan penurunan harga saham terdapat pada hari Senin yang berarti return dihari Senin juga menurun atau lebih rendah dibandingkan hari lainnya. Adanya kecenderungan yang terjadi dalam hari-hari perdagangan tersebut maka terdapat istilah anomali Monday Effect. Seperti yang tertera pada penelitian terdahulu bahwa terdapat asumsi bahwa penyebab penurunan harga saham di hari Senin adalah adanya informasi yang kurang baik mengenai kinerja saham pada minggu sebelumnya, sehingga hal ini menjadi pemicu para investor untuk menjual saham yang dimiliki pada hari Senin dari pada melakukan transaksi beli pada hari pembukaan tersebut. Seperti halnya yang sudah dinyatakan pada penjelasan dan penelitian terdahulu bahwa reaksi para investor merupakan hal pertama yang menjadi faktor pendukung terjadinya anomali di pasar modal. Reaksi atas informasi yang diperoleh terkait informasi yang baik maupun buruk akan membentuk suatu pengambilan keputusan bagi seorang investor dalam melakukan transaksi (jual atau beli). Suatu ketidak pastian akan tingkat pengembalian yang akan diterima dan faktor mengikuti tren harga saham merupakan faktor terutama yang mengaitkan terjadinya ketiga anomali tersebut di pasar modal. Investor cenderung takut menghadapi resiko yang dapat terjadi sehingga tindakan yang dilakukan oleh para investor akan lebih berpusat pada perlindungan atas investasi yang dilakukannya dan dana yang akan diterimanya. Resiko dan 27 informasi yang terkait dapat berupa berita mengenai pertumbuhan dan pergerakan ekonomi Indonesia atau kebijakan negara atau suatu perusahaan. Ketika mendapat suatu informasi baru yang sepertinya akan memberikan keuntungan maka seorang investor akan melakukan aksi pembelian atas saham tersebut, hal ini disebabkan juga karena salah satu tujuan dalam melakukan investasi adalah mendapatkan keuntungan. Maka dari itu ketika berita buruk diketahui maka investor akan menghindari resiko kerugian yang dapat diperoleh. Kecenderungan investor dalam mengikuti tren juga menjadi salah satu penyebab terjadinya anomali dalam sautu pasar. Jika harga sudah mulai naik, maka investor akan mengikuti pola tersebut atau membeli saham sehingga harga akan terus meningkat. Tindakan ini dilakukan karena perilaku investor yang akan berpikir bahwa harga akan terus naik dan akan ada keuntungan yang lebih besar saat menjualnya. Begitu pula saat harga sudah terlalu mahal, maka investor-investor akan menghindari resiko jika harga menjadi turun, sehingga investor akan cenderung menjual saham-saham yang dimilikinya. Penjualan saham tersebut membuat harga saham menjadi turun, sehingga investor lainnya mengikuti untuk menjual saham yang dimiliki agar tidak mengalami kerugian yang terlalu besar. Ketika hal tersebut dilakukan maka harga saham akan berfluktuatif dan berubah secara signifikan pada waktu yang singkat dan hal ini memberikan dampak terhadap tingkat pengembalian atau return yang juga ikut menurun pada hari tersebut. Kembali lagi terkait dengan pasar yang efisien dimana jika informasi yang diterima merupakan informasi yang memang sesungguhnya seperti yang diketahui oleh kedua pihak (investor dan internal perusahaan), maka keadaan pasar akan sempurna, dimana harga memang sesuai dengan informasi yang ada. Namun hal ini nyatanya belum terjadi dan diperoleh secara maksimal oleh para investor, sehingga masih terjadi adanya perbedaan pengembalian disetiap hari perdagangan. Anomali seperti The Day of The Week dapat mempengaruhi pengembalian harga saham. Keterkaitan tersebut terbentuk karena adanya hubungan antara informasi dengan reaksi investor yang mempengaruhi harga saham dan pengembalian yang diberikan. Return hari Senin yang cenderung lebih rendah dapat disebabkan atau dipengaruhi pada kondisi pasar diminggu sebelumnya. Selain dari pada berita buruk yang biasa diketahui investor diakhir pekan, kecenderungan penurunan harga atau return dihari Senin juga dapat disebabkan oleh karena ketika tingkat pengembalian hari Jumat sudah tinggi berarti harga saham dihari tersebut 28 juga tinggi, maka investor cenderung menjual saham yang dimilikinya dihari Senin untuk menghindari resiko penurunan harga saham yang menyebabkan kerugian dalam investasi. Penjelasan diatas memberikan kesimpulan pada kerangka pemikiran yang terbentuk dalam penelitian ini bahwa return setiap hari akan berbeda-beda. Perbedaan hari menyebabkan perbedaan return dan setiap harinya return dapat berubah-ubah dari positif ke negatif dan sebaliknya oleh karena pasar bukan merupakan pasar sempurna. Hari-hari tertentu juga dapat memberikan pengaruh terhadap return harian saham. Jika pengaruh tersebut signifikan maka dimungkinkan bahwa anomali The Day of The Week Effect terjadi hari tersebut. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat melalui gambar ilustrasi sebagai berikut: Senin ≠ Selasa ≠ Rabu ≠ Return Harian Saham Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kamis ≠ Jumat 29