9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Efficient Market Hypothesis Efisiensi

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Efficient Market Hypothesis
Efisiensi pasar modal adalah keadaan dimana sebuah harga saham yang
menyesuaikan secara cepat dengan adanya tambahan informasi, dan oleh karena itu
harga saham tersebut sudah mencakupi seluruh informasi yang ada (Relly & Brown,
2012:139). Semakin sesuainya harga saham dengan informasi pasar maka keadaan
pasar sudah terbentuk sempurna.
Secara umum, menurut (Relly & Brown, 2012:140) harga pasar akan
menyesuaikan dengan informasi-informasi yang diperoleh. Penyesuaian tersebut
dapat over adjust atau under adjust dari yang seharusnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya keputusan beli dan menjual oleh investor atas informasi yang diterima guna
untuk memaksimalkan keuntungannya.
Penilaian pasar yang efisien dapat ditinjau melalui 2 hal yaitu dari ada atau
lengkapnya ketersediaan informasi maupun adanya pengambilan keputusan atau
tindakan oleh investor atas informasi yang diperolehnya Jogianto (2009).
Pengambilan keputusan yang dimaksud ialah keputusan yang dilakukan oleh investor
dengan pemikiran yang rasional. Menurut Emery (2007), suatu pasar akan
digolongkan menjadi pasar efisien dengan kondisi tertentu. Kondisi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Tidak adanya hambatan untuk masuk ke dalam pasar sehingga tidak ada
pengguna modal atau perusahaan yang keluar dari pasar.
2. Terbentuknya kompetisi yang sempurna yang berarti tidak terdapat pihakpihak tertentu yang dapat mempengaruhi harga saham.
3. Aset atau saham yang dijual belikan dapat diperoleh oleh semua pihak
atau dibagikan.
4. Tidak terdapatnya biaya transaksi.
5. Semua informasi tersedia dan dapat diperoleh oleh semua pihak tanpa
adanya biaya tertentu.
6. Tidak adanya perbedaan biaya pajak yang harus dibayar oleh investor.
7. Tidak adanya pengaruh dari pemerintah atau campur tangan pihak lain
yang mempengaruhi sistem perdagangan dibursa.
9
10
Dilengkapi juga oleh pernyataan peneliti lainnya yaitu pernyataan Hartono
(2008) mengenai penyebab terbentuknya pasar efisien yang mencakup kedua hal
diatas. Beberapa hal yang membentuk pasar efisien adalah ketika :
a.
Investor menjadi seorang penerima harga atau price taker dimana yang
dimaksudkan adalah, seorang investor tidak dapat mengubah dan mempengaruhi
dalam hal ini adalah harga pada suatu sekuritas.
b.
Informasi dapat didapatkan dengan mudah dan tersebar/ didapatkan oleh
semua investor dan pelaku-pelaku pasar pada saat yang bersamaan juga dengan
biaya yang murah.
c.
Informasi yang disebar oleh emiten terjadi tanpa diketahui terlebih dahulu
oleh para pelaku pasar seperti investor.
d.
Dari informasi yang diperoleh, investor menggunakan informasi tersebut
secara keseluruhan dan cepat sehingga harga mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
Keadaan atau kriteria sebaliknya yang menyebabkan pasar tidak efisien
adalah ketika:
a.
Beberapa pelaku pasar seperti investor melakukan hal yang dapat
mempengaruhi harga sekuritas.
b.
Informasi tidak dapat diperoleh dalam waktu yang sama oleh seluruh investor
dan untuk memperolehnya dibutuhkan biaya yang mahal.
c.
Adanya prediksi yang dilakukan sehingga informasi yang selanjutnya akan
diumumkan sudah terlebih dahulu diketahui oleh pelaku pasar atau investor.
d.
Pengguna informasi bukan merupakan investor yang cepat tanggap dalam
mengambil keputusan, namun merupakan seorang naïve investor.
Jika dilihat pada keadaan pasar yang sesungguhnya, maka teori pasar
sempurna atau efisien tidak dapat terjadi karena terdapat beberapa kondisi yang tidak
sesuai atau mendukung ciri-ciri pasar sempurna. Beberapa kondisi tersebut ialah:
1. Kondisi pasar modal menunjukan bahwa setiap transaksi jual atau beli akan
memerlukan atau dikenakan biaya transaksi.
2. Biaya pajak yang dikenakan pada investor tidak seragam melainkan berbedabeda sesuai dengan besar keuntungan yang diterima.
3. Informasi yang diterima oleh investor sering kali berbeda-beda. Informasi
tersebut menyebar secara tidak sempurna sehingga pergerakan harga saham
yang berubah disebabkan oleh karena tindakan yang diambil oleh beberapa
11
investor tertentu saja yang sudah terlebih dahulu mengetahui informasi
tersebut.
Dalam pengujiannya sendiri, Efficient Market Hypothesis menghasilkan 3
bentuk pasar yaitu:
a.
Weak form Efficient Market Hypothesis
Dalam Weak form EMH, harga saham akan mencerminkan seluruh historical
information, seperti volum data trading sebelumnya, rate of return, dan harga
sebelumnya. Menurut Relly & Brown (2012:142), hipotesis ini menunjukan bahwa
tingkat pengembalian yang lalu dan data historis lainnya tidak memiliki hubungan
atau kaitan dengan tingkat pengembalian di masa depan. Dalam keadaan pasar
seperti ini maka seorang investor akan melakukan jual beli berdasarkan data historis
yang belum tentu mencerminkan keadaan pasar sekarang.
Namun jika investor ingin mencapai suatu keuntungan atau memprediksi
harga dan pengembalian dimasa datang, maka sebaiknya investor tidak menjadikan
data historis sebagai acuan dalam melakukan keputusan berinvestasi. Seperti yang
dikatakan oleh Dwita Amelia Fitriani (2009: 11) dalam penelitiannya bahwa: “Dalam
pasar bentuk ini, akan lebih baik bagi investor untuk melakukan analisis fundamental
bila dibandingkan dengan analisis teknikal dalam rangka mengambil kelebihan imbal
hasil pada jangka panjang.”
b.
Semistrong Form Efficient Market Hypothesis
Bentuk pasar Semistrong memiliki tingkat efisiensi pasar yang lebih besar
dibandingkan bentuk pasar lemah atau weak form. Pada bentuk pasar semistorng
maka data historis yang berupa informasi mengenai saham (harga, volum, dan
sebagainya) dipasar modal diketahui dan dijadikan acuan investor untuk mengambil
keputusan investasi selanjutnya, selain dari itu informasi atau berita publik juga
diperoleh dan dijadikan sebagai acuan bagi investor dalam mengambil langkah
investasi selanjutnya.
Harga saham yang tercerminkan dalam Semistrong Form EMH adalah harga
saham sudah mencakupi seluruh informasi publik seperti adanya pembagian dividen,
adanya pemecahan saham atau stocks split, berita ekonomi juga politik dinegara dan
sebagainya. Namun pada pasar Semistorng, masih terdapat kendala dimana informasi
yang diterima oleh investor sering kali tidak mencerminkan keadaaan yang
sebenarnya. Hal ini disebabkan karena masih banyak informasi-informasi privat yang
tidak diketahui sehingga informasi yang tersebar sering kali tidak sesuai dengan
12
kondisi yang sebenarnya. Selain dari pada itu pada bentuk pasar Semistrong, investor
akan terkena biaya atas transaksi yang dilakukan.
c.
Strong Form Efficient Market Hypothesis
Pada kondisi pasar yang lemah dan semi kuat, data historis dan informasi
publik akan menjadi acuan investor untuk mengambil keputusan dalam investasi,
namun pada keadaan pasar yang kuat dikondisikan bahwa informasi yang akan
diperoleh investor tidak hanya informasi publik, melainkan termasuk informasi
privat. Keadaan pasar akan dikatakan sempurna atau kuat jika informasi privat
tercerminkan kedalam harga saham sehingga tidak ada informasi yang dimiliki atau
tersimpan sendiri oleh seorang individu khususnya individu dalam suatu perusahaan.
Hipotesis dalam ini juga mengasumsikan dimana keadaan pasar sempurna
yang berarti semua orang dapat memperoleh informasi-informasi di waktu yang
sama tanpa adanya biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini didukung oleh pernyataan
dari Relly & Brown, (2012:142) bahwa: “Stock prices fully reflect all information
from public and private sources.”
Pada kenyataannya melalui penelitian sebelumnya, keberadaan pasar dalam
bentuk kuat atau Storng form sangat sulit ditemukan disuatu pasar modal. Hal ini
dipicu oleh karena adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat faktor
internal atau individu didalam suatu entitas yang dapat mengambil aksi terlebih
dahulu untuk mendapatkan keuntungan sebelum informasi yang diketahuinya
disebarkan kepada publik.
2.2 Pasar Modal
Menurut Darmadji & Fakhruddin (2011:1), pengertian pasar modal ialah:
“Pasar modal atau capital market merupakan tempat diperjual belikannya berbagai
instrument keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrument
derivatif, dan instrument lainnya.” Pasar modal juga merupakan tempat yang
mempertemukan atau menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana investasi dan
pihak yang membutuhkan dana permodalan seperti investor, perusahaan dan pihak
institusi melalui perdagangan instrument keuangan jangka panjang.
Pasar modal merupakan saran pendanaan bagi perusahaan maupun institusi
lainnya seperti pemerintah dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Investasi
yang diperjual belikan dalam pasar modal adalah jenis investasi jangka panjang
seperti saham, surat-surat berharga atau obligasi, dan lainnya. Dengan demikian,
13
pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya. Pengertian mengenai pasar modal terbagi menjadi 2 arti
yaitu dalam arti luas dan arti sempit. Menurut jurnal yang diteliti oleh Saint John
Bastian Salim (2013:79), artian luas mengenai pasar modal ialah: “Suatu sistem
keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan
semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga
yang beredar.”
Terkait penelitian yang dilakukan sebelumnya, menurut Sunariyah (2000:4),
artian sempit mengenai pasar modal adalah sebagai berikut: “Pasar modal adalah
suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan menggunakan jasa
perantara pedagang efek.”
Pasar modal sendiri sebenarnya memiliki 2 fungsi utama yaitu fungsi
ekonomi dan keuangan. Penyediaan fasilitas untuk mempertemukan pihak-pihak
yang memiliki kekurangan dan yang memiliki kelebihan dana merupakan fungsi
ekonomi dari pasar modal. Pihak yang membutuhkan dana dapat dikatakan sebagai
issuer sedangkan pihak yang memiliki kelebihan dana adalah investor. Fungsi
lainnya ialah keuangan yang bermaksud bahwa pasar modal dapat memberikan
adanya kesempatan dimana investor dapat menerima pengembalian atau imbalan
(return) atas investasi yang telah dilakukan. (Darmadji & Fakhruddin, 2011: 2).
2.3 Saham
Pengertian saham yang dinyatakan dalam buku Pasar Modal di Indonesia
edisi 3 oleh Darmadji & Fakhruddin (2011:5) menuliskan bahwa saham merupakan
tanda penyertaan atau pemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Saham berwujud selembar kertas dimana terdapat keterangan mengenai
pemilik kertas tersebut, bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.
Tertera juga bahwa terdapat beberapa karakteristik yang dinyatakan sebagai
karakteristik yudiris bagi pemilik saham. Karakteristik tersebut antara lain :
1.
Resiko terbatas atau limited risk yang dimana pemegang saham bertanggung
jawab atau memiliki resiko hanya atas berapa banyak yang diinvestasikan atau
disetorkan kepada perusahaan.
14
2.
Pemegang saham merupakan pengendali utama atau ultimate control karena
dengan memiliki saham perusahaan tersebut maka tujuan dan arah perusahaan
secara tidak langsung berada dibawah kendali pemegang saham.
3.
Klaim sisa atau residual claim dimana seorang pemegang saham adalah pihak
terakhir yang akan mendapatkan pembagian dividen yang merupakan pembagian
atas hasil keuntungan perusahaan dan penerima terakhir sisa aset ketika
perusahaan mengalami kebangkrutan atau likuidasi.
Menurut Saint John Bastian Salim (2013:80), investasi saham memiliki sisi
yang menarik bagi investor karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang
cukup tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam berinvestasi, resiko adalah
hal yang akan selalu ada atau muncul. Resiko dalam berinvestasi saham yang
tentunya sudah diketahui oleh investor adalah adanya resiko kerugian dalam
investasi. Kerugian yang dimaksud adalah adanya capital loss dimana harga saat
menjual saham lebih kecil dibandingkan harga saat membeli saham.
Didukung juga oleh Darmadji & Fakhruddin (2011:10) terkait hal diatas yang
menyatakan bahwa seorang pemegang saham atau investor dapat menghadapi resiko
kerugian seperti ketika harga saham turun ataupun kerugian saat tidak mendapatkan
dividen yang dikarenakan jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.
Fahmi (2014:323) juga menyatakan bahwa saham merupakan bukti
pernyetaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan. Jumlah kepemilikan
saham dihitung dalam satuan jumlah lot. 1 lot saham yang dimiliki seorang investor
menunjukan bahwa terdapat 100 lembar saham yang dimiliki oleh investor tersebut.
Dalam perdagangan saham dipasar modal, terdapat dua jenis saham yang umum
diketahui oleh investor atau pihak publik. Hal ini dikemukakan juga oleh Fahmi
(2014:324), dua jenis saham tersebut adalah:
1. Common Stock (Saham Biasa)
Merupakan surat berharga yang dijual perusahaan dimana terdapat nominal
berupa nilai rupiah, dollar, dan mata uang lainnya. Pemegang saham biasa
akan mempunyai hak untuk mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS), dan pada akhir tahun pemegang saham memiliki hak untuk
mendapatkan dividen dari perusahaan yang diinvestasikan.
2. Preferred Stock (Saham Istimewa)
Saham instimewa memiliki definisi yang serupa dengan saham biasa, namun
hak pemilik saham istimewa lebih tinggi dari pada pemilik saham biasa.
15
Pemilik saham istimewa akan lebih diutamakan oleh perusahaan dalam
pembagian keuntungan atau dividen. Jika perusahaan mengalami kerugian
atau kebangkrutan, maka pemilik saham istimewa akan memperoleh haknya
terlebih dahulu dibandingkan pemilik saham biasa.
2.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pengertian mengenai IHSG Menurut Darmadji & Fakhruddin (2011: 129),
adalah: “Indeks harga saham adalah indikator yang menunjukan pergerakan harga
saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar, artinya pergerakan indeks
menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu.”
Dalam pasar modal, indeks memiliki beberapa peran yaitu sebagai:
1. Indikator tren pasar
2. Indikator tingkat keuntungan
3. Tolak ukur kinerja suatu portfolio
4. Membantu berkembangnya produk derivatif
5. Membantu pembentukan suatu portfolio dalam strategi pasif.
Terdapat beberapa macam indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia yang
dapat dijadikan indikator:
1. Indeks Harga Saham Sektoral
2. Indeks Individual
3. Indeks Harga Saham Gabungan
4. Indeks LQ 45
5. Indeks Syariah
6. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan
7. Indeks Kompas 100
8. Indeks Bisnis 27
9. Indeks PEFINDO 25
10. Indeks SRI KEHATI
Indeks yang sering digunakan sebagai acuan dalam mengukur performa saham
di Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG. Indeks Harga Saham
Gabungan menggunakan seluruh harga saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
untuk masuk kedalam perhitungan indeks. Hal ini menjadikan Indeks Harga Saham
Gabungan dijadikan suatu indikator utama bagi negara Indonesia karena IHSG telah
mencerminkan dan memperhitungkan saham dari seluruh sektor atau perusahaan di
16
Indonesia yaitu sekitar lebih dari 400 perusahaan tercatat di BEI. Pergerakan IHSG
biasanya disebabkan oleh adanya pengaruh dari perubahan harga saham pada
perusahan yang berkapitalisasi besar. Hal ini dikarenakan besar atau bobot dari suatu
saham berbeda-beda sehingga dimungkinkan pada perusahaan yang berkapitalisasi
besar, bobot saham juga tergolong besar maka itu dapat mempengaruhi pergerakan
IHSG. Pergerakan IHSG tentunya akan menjadi perhatian investor untuk melihat
performa pasar modal di Bursa Efek Indonesia yang tentunya akan berdampak pada
tingkat pengembalian yang akan diterima.
2.5 Return Saham
Return saham merupakan pengembalian atau imbalan yang diperoleh investor
atas hasil investasi yang dilakukan oleh seorang investor. Hal ini didukung juga oleh
pernyataan Gitman (2009: 228), bahwa: “Return is the total gain or loss experience
on a investment over a given period of time. It commonly measured as the change in
value plus any cash distributing during period of time, exPressed as a percentage of
the beginning period investment value.”
Terkait mengenai return dan berinvestasi Darmadji & Fakhruddin (2011: 9)
dalam melakukan investasi terdapat 2 jenis pengembalian atau return yang dapat
diperoleh oleh investor sebagai keuntungan, yaitu :
1.
Dividen yang merupakan pendapatan investor atas pembagian keuntungan
oleh perusahaan terhadap pemegang saham perusahaan tersebut.
2.
Capital gain merupakan hasil dari total selisih harga saat pembelian dengan
harga saat saham dijual.
Mendukung pernyataan mengenai arti dari return, Berk dan Demarzo (2007)
juga menyatakan bahwa return merupakan selisih antara harga jual dan harga beli
dari suatu aset yang juga ditambahkan dengan pengeluaran kas lainnya yang
dinyatakan dalam bentuk persentase dari harga beli.
Dalam berinvestasi tentunya seorang investor dapat menerima keuntungan,
namun hal ini juga memungkinkan bahwa investor dapat memperoleh kerugian.
Adanya kerugian disebut dengan capital loss dimana harga saham saat penjualan
lebih kecil dari harga saham saat pembelian. Ketika harga saham menurun, maka
return saham juga akan menurun karena adanya pengembalian yang lebih kecil.
Pergerakan harga saham akan berdampak juga pada pengembalian yang akan
diperoleh oleh investor. Ketika harga saham meningkat maka return akan semakin
17
besar karena investor akan melakukan penjualan untuk mendapatkan keuntungan
investasi, namun sebaliknya ketika harga menurun maka return juga akan turun
karena harga saham yang dimiliki akan menjadi lebih kecil. Penjelasan mengenai
keterkaitan harga saham dengan return dapat dibuktikan pada perhitungan dalam
menentukan return saham harian yang dilihat melalui rumus sebagai berikut:
Rt = (Pt - Pt-1)
Pt-1
Rt = return saham pada hari ke-t
Pt = closing price saham pada hari ke-t
Pt-1 = closing price saham pada hari ke t-1
2.6 Anomali
Anomali merupakan suatu bentuk kejanggalan yang dimana hal ini hanya
terjadi ketika pasar modal tidak terbentuk sempurna. Silver (2008) menyatakan
bahwa: “An anomaly is a strange or unusual occurrence. In financial markets,
anomalies refer to situations when a security or group of securities performs
contrary to the notion of efficient markets, where security prices are said to reflect
all available information at any point in time.”
Dengan cepatnya informasi baru yang datang suatu pasar yang efisien sulit
untuk diwujudkan dan terlebih lagi untuk diatur. Terdapat banyak anomali yang
terjadi di pasar, beberapa diantaranya hanya timbul sesaat dan hilang saat beberapa
lainnya masih terus diteliti. Terjadinya anomali disuatu pasar modal menunjukan
bahwa keadaan pasar tidak sempurna. Seperti yang dinyatakan oleh Salim (2013: 80)
bahwa “Adanya overreaction hypothesis merupakan reaksi yang terkait dengan
terjadinya anomali pasar, karena hal ini berlawanan dengan kondisi normal.”
Persepsi mengenai overreaction hypothesis ini muncul karena adanya faktor
perilaku dari investor atau reaksi investor terhadap penerimaan suatu informasi.
Informasi yang didapati ditanggapi dengan berlebihan sehingga terbentuk reaksi
yang berlebihan dan perilaku atau tindakan yang tidak sesuai dengan keadaan
normal. Hal ini kembali lagi mengacu pada teori pasar sempurna, dimana pada
kenyataannya perilaku investor dalam menanggapi informasi tidak seperti yang
diprediksikan pada keadaan pasar sempurna.
Anomali pada umumnya memiliki 4 macam jenis yang sering terjadi yaitu
diantaranya adalah anomali perusahaan, anomali musiman, anomali peristiwa dan
18
anomali akuntansi. Terkait penelitian kali ini, anomali yang akan diuji termasuk
kedalam
jenis
anomali
musiman
atau
seasonality.
Anomali
seasonality
mengindikasikan bahwa terdapat suatu kejadian yang terjadi disaat-saat tertentu
dimana kondisi tersebut tidak wajar.
2.7 Day of The Week Effect
Day of The Week Effect merupakan salah satu bentuk anomali seasonality
yang sering terjadi dibanyak pasar modal dunia. Menurut Fitriani (2009:14),
fenomena ini menggambarkan adanya tingkat pengembalian yang setiap harinya
berbeda dan terdapat kecenderungan tingkat pengembalian akan rendah dihari Senin
dan tinggi dihari Jumat. Menurut Alteza (2006:36), anomali The Day Of The Week
adalah anomali dimana perbedaan hari perdagangan memiliki pengaruh terhadap
pergerakan atau pola return saham dalam satu minggu perdagangan.
Jumlah hari dalam satu minggu adalah 7 hari namun dalam hari bursa,
perdagangan dilakukan mulai hari Senin sebagai hari pembuka pada minggu tersebut
hingga hari Jumat sebagai hari penutupan pada minggu tersebut atau hanya sebanyak
5 hari. Terdapat banyak pendapat dan pernyataan mengenai terjadinya penurunan
return saham dihari Senin. Beberapa peneliti sebelumnya menyatakan bahwa
penurunan dihari Senin dapat terjadi oleh karena adanya berita buruk atau informasi
buruk yang diperoleh pada akhir pekan lalu yang menyebabkan adanya reaksi oleh
para investor. Seperti yang diungkapkan oleh Kamara (1997) bahwa reaksi investor
tentunya akan mempengaruhi trading volume yang akan mempengaruhi harga suatu
saham dan besar pengembalian yang diberikan. Oleh karena hal tersebut berita buruk
dipekan sebelumnya atau hari sebelumnya tentu akan memberikan dampak terhadap
performa suatu saham dihari berikutnya.
Anomali ini berhubungan dengan adanya teori pasar yang efisien. Dalam
pasar efisien seharusnya return saham tidak berbeda-beda setiap harinya, namun
dalam anomali ini pada hari Senin harga saham akan cenderung melemah atau
memberikan return negatif dibandingkan dengan return saham dihari lain sedangkan
pada hari Jumat return cenderung lebih tinggi maka dari itu terdapat pernyataan
bahwa return setiap harinya berbeda-beda atau tidak sama. Menurut Alteza
(2007:39) hal tersebut ini dimungkinkan terjadi oleh karena adanya pengaruh dari
psikologi atau perilaku investor yang kurang rasional dalam mengambil keputusan
berinvestasi, seperti ketidaksukaan investor pada hari Senin atau sindrom Blue
19
Monday. Ketika return setiap hari berbeda-beda dan terdapat kecenderungan
penurunan atau kenaikan harga pada hari-hari tertentu, maka tentunya investor dapat
memperoleh keuntungan atau kerugian pada hari-hari tertentu.
Keberadaan anomali seasonality seperti The Day of The Week menunjukan
bahwa investor dapat memprediksi harga saham atau return yang akan diterima
dimasa yang akan datang. Keadaan ini menunjukan bahwa anomali The Day of The
Week merupakan suatu penyimpangan dari adanya teori pasar sempurna karena pada
pasar sempurna terdapat istilah yang dinyatakan oleh Eduardus Tandelilin,
(2001:111) yaitu “no one can beat the market”.
2.8 Pembentukan Hipotesis
2.8.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengujian anomali The Day of The Week sudah
dilakukan diberbagai negara dan tentunya di negara Indonesia. Oleh karena itu
penelitian kali ini telah didukung oleh penelitian terdahulu yang telah dilakukan
terlebih dulu terkait mengenai anomali pada pasar yaitu anomali The Day of The
Week. Penelitian-penelitian sebelumnya juga dilakukan untuk melihat adanya
anomali The Day of The Week terhadap return saham di Indonesia. Penelitian dan
hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan diantaranya ialah menurut Dwi
Cahyaningdyah dan Rini Setyo Witiastuti (2010) dalam penelitian yang membahas
mengenai anomali Monday Effect dan Rogalski Effect di Bursa Efek Jakarta tahun
2004-2006, hasilnya menunjukan bahwa terdapat fenomena Day of The Week Effect
yang dimana menunjukan bahwa return akan diperoleh pada titik terendah di hari
Senin (Monday Effect) dan paling tinggi di hari Jumat. Selain dari itu, diperoleh juga
hasil bahwa hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat memiliki pengaruh terhadap return
saham di Bursa Efek Jakarta. Pada penelitian terdahulu lainnya yang dilakukan oleh
Iramani tahun 2006 mengenai anomali The Day of The Week, diperoleh hasil yang
menunjukan bahwa terdapat anomali The Day of The Week Effect yang dimana
dengan uji Independent T Test bahwa terdapat perbedaan signifikan antara return
Senin dan Selasa harian saham, dimana return Senin negatif dan Selasa positif.
Menurut Aditya Probo Saputro & Sukirno (2014) dalam jurnalnya yang
berjudul Day of The Week Effect dan Month of The Year Effect terhadap Return
Indeks Pasar tahun 2010-2012 juga menunjukan hasil bahwa terdapat fenomena Day
of The Week Effect yang dimana terdeteksi melalui adanya perbedaan return saham
20
setiap harinya oleh karena adanya pengaruh dari perbedaan hari perdagangan. Hasil
pengujian diperoleh dengan melakukan uji One- Way ANOVA untuk melihat
pengaruh hari perdagangan terhadap return saham. Selain dari itu, melalui pengujian
analisis deskriptif, didapatkan hasil bahwa return tertinggi ditunjukan pada hari Rabu
dan return terendah ditunjukan hari Senin.
Penelitian yang dilakukan oleh Lutfiaji (2013) juga menunjukan keberadaan
anomali The Day of The Week dimana return terendah pada hari Senin dan tertinggi
pada hari Rabu. Keberadaan anomali The Day of The Week juga sudah dideteksi
melalui adanya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wawan Kristianto dan J.
Sukmawati Sukamluja dari tahun 2003-2013 pada jurnal penelitian yang telah
disusun. Hasil penelitian yang menggunakan metode GARCH menunjukan hasil
bahwa terdapat volatilitas return dari hari Senin hingga Jumat. Return hari Senin
cenderung lebih rendah dibandingkan hari lainnya dan hari Jumat memiliki return
tertinggi diantara hari lainnya. Adanya penelitian mengenai anomali The Day of The
Week yang dilakukan oleh Werner R. Murhadi di pasar modal Mexico, Indonesia dan
Turki. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam penelitian yang dilakukan dari
tahun 2009-2014 terdapat return paling tinggi dihari Rabu dan paling rendah dihari
Senin pada pasar modal Indonesia, Mexico dan Turki. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Muhammad Arshad Haroon (2013) di negara Pakistan juga
menunjukan hasil penelitian bahwa hari Kamis dan Jumat memiliki pengaruh
terhadap return harian saham.
2.8.2 Jurnal Acuan
Melalui jurnal-jurnal penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terlihat
bahwa kebanyakan hasil menunjukan bahwa memang terdapat anomali The Day of
The Week diberbagai pasar modal khususnya di pasar modal Indonesia. Oleh karena
itu penelitian kali ini akan dilakukan dengan mengacu pada satu jurnal utama yaitu
jurnal internasional yang berjudul “Stock Market Anomaly: Day of the Week Effect in
Dhaka Stock Exchange” tahun 2005-2008 yang diteliti oleh Md. Lutfur Rahman.
Jurnal acuan dipilih sesuai dengan adanya keselarasan judul dan tujuan
penelitian. Acuan jurnal digunakan agar proses pembuatan penelitian dapat
dilakukan dengan metode yang tepat karena akan disamakan dengan penelitian
sebelumnya dimana metode tersebut memang sudah sering digunakan juga pada
jurnal-jurnal lainnya dalam pembahasan anomali The Day of The Week. Kesamaan
21
dalam penggunaan metode tetap tidak menentukan munculnya hasil yang sama
karena setiap penelitian dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda-beda.
Penelitian pada jurnal tersebut dilakukan untuk menguji keberadaan anomali
The Day of The Week di Dhaka Stock Exchange yaitu di negara Bangladesh. Pada
jurnal tersebut terdapat beberapa metode dan tahapan yang dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan anomali ini. Hipotesis pertama yang dibangun pada
penelitian tersebut menyatakan bahwa return masing-masing hari akan berbeda dari
nilai nol dan hal ini diuji dengan menggunakan uji One Sample T Test. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa hasil return yang berbeda signifikan dari nilai
nol terdapat pada hari Senin dan Kamis dengan rata-rata return yang negatif pada
hari Senin. Hipotesis pertama dibangun untuk membuktikan bahwa jika anomali The
Day of The Week memang ada didalam satu pasar, maka return yang diberikan akan
berbeda-beda setiap harinya, oleh karena itu investor dapat menerima keuntungan
dan kerugian yang signifikan dihari-hari tertentu. Perbedaan dari nilai nol
menyatakan bahwa terdapat return yang lebih besar atau lebih kecil dihari-hari
tertentu yang dimana berarti mempengaruhi tingkat keuntungan dan kerugian
investor dihari tersebut.
Selain dari itu, penelitian dalam jurnal tersebut juga dilakukan atas
terbentuknya hipotesis kedua yaitu adanya dugaan sementara terdapat perbedaan
return yang signifikan dari hari ke hari atau terdapat perbedaan return pada hari
Senin dengan Selasa, Selasa dengan Rabu, Rabu dengan Kamis dan Kamis dengan
Jumat dan Jumat dengan Senin. Hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan
pengujian Independent T Test. Perbedaan return pada pasangan hari-hari tersebut
diuji untuk menunjukan bahwa pada pergantian hari-hari tersebut terdapat penurunan
atau kenaikan return yang signifikan. Hasil penelitian atas hipotesis kedua
menghasilkan adanya perbedaan return pada pasangan hari Senin dengan Selasa,
Rabu dengan Kamis dan Kamis dengan Minggu. Pengujian pada penelitian tersebut
juga dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA. Hasil dari pengujian tersebut
menunjukan terdapat perbedaan rata-rata return setiap harinya dalam satu minggu
perdagangan yang disebabkan oleh adanya pengaruh perbedaan hari. Pengujian pada
penelitian juga dilanjutkan dengan permodelan regresi OLS dengan variabel dummy
dan penggunaan metode GARCH(1,1). Kedua model ini dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan anomali The Day of The Week dalam kelima hari. Hasil regresi
menunjukan bahwa hari Minggu, Senin dan Kamis memiliki pengaruh yang
22
signifikan terhadap return harian saham yang dimana hal ini terlihat melalui nilai
signifikansi masing-masing hari. Selain dari pada itu, pengaruh yang diberikan dari
ketiga hari tersebut adalah pengaruh negatif dihari Minggu dan Senin dan pengaruh
positif pada hari Kamis. Hal ini menunjukan bahwa terdapat return yang rendah atau
negatif dihari Minggu dan Senin, dan return positif dihari Kamis. Permodelan regresi
yang dilakukan tetap memiliki batasan tertentu yaitu karena perhitungan regresi OLS
akan mengasumsikan suatu keadaan yang konstan, padahal pada kenyataannya
return saham memiliki volaitilitas. Maka dari itu pengujian kembali dilakukan
dengan menggunakan metode GARCH(1,1) yang dimana dengan metode ini
volatilitas saham akan dimasukan kedalam perhitungan regresi. Hasil dari metode
GARCH(1,1) pada penelitian dalam jurnal tersebut menunjukan bahwa hari
terdeteksi The Day of The Week adalah hari Minggu, Senin dan Kamis karena ketiga
hari tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return harian saham.
2.8.3 Hipotesis dan Kerangka Pemikiran
Terjadinya anomali dalam suatu pasar modal merupakan suatu gambaran
kondisi dimana performa pergerakan saham bertentangan dengan pasar efisien
karena harga saham tidak mencerminkan informasi yang ada. Seperti yang
dinyatakan oleh Wawan Kristianto dan J. Sukmawati (2013:4) melalui penelitiannya,
bahwa ketika terdapat anomali dalam pasar modal, maka dapat dimungkinkan
anomali tersebut dijadikan sebuah acuan untuk memprediksi pergerakan harga
saham. Jika dikaitkan dengan teori pasar efisien, maka seharusnya investor tidak
dapat memprediksi keadaan dan harga saham jika pasar terbentuk sempurna, karena
investor hanya merupakan seorang price taker. Ketika suatu anomali dapat
digunakan sebagai prediksi atau acuan investor dalam melihat pergerakan saham,
maka pada anomali The Day of The Week, investor dapat melihat kecenderungan
return yang diberikan masing-masing harinya untuk mengatur strategi investasi.
Sesuai dengan penelitian terdahulu dan jurnal acuan maupun pendukung
mengenai anomali The Day of The Week, gejala yang pada umumnya ditimbulkan
adalah pada hari-hari tertentu investor dapat memperoleh return positif atau berupa
keuntungan dan pada hari tertentu juga terdapat return negatif yang mampu
menimbulkan kerugian bagi investor. Return dihari satu ke hari lainnya juga dapat
berbeda-beda atau mengalami perubahan yang signifikan naik turun.
23
Perbedaan hari atau adanya 5 hari dalam satu minggu perdagangan dapat
mempengaruhi return harian saham yang dimana masing-masing hari akan
menghasilkan return yang berbeda-beda. Setelah mendeteksi gejala terjadinya
anomali The Day of The Week, maka dapat ditinjau lebih lanjut lagi untuk melihat
pada hari apa terdapat anomali The Day of The Week, yang dimana berarti hari
tersebut memiliki pengaruh terhadap return harian saham yang akan diperoleh oleh
investor.
Dalam membangun suatu hipotesis, diperlukan penelitian terdahulu yang
sebagai tolak ukur pengambilan kesimpulan atas penelitian terkait. Menurut Erwan
Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis adalah suatu
pernyataan atau adanya dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian dimana
tingkat kebenarannya masih rendah atau belum tentu sehingga penelitian tersebut
harus diuji secara empiris. Melalui hasil penelitian maka hipotesis yang terbentuk
akan terlihat kebenarannya, karena hasil penelitian seharusnya menunjukan keadaan
pasar modal yang sebenarnya.
Melalui penelitian terdahulu yang dilakukan didalam negeri maupun diluar
negeri, adanya anomali di pasar modal suatu negara memang sering terdeteksi
terjadi. Dalam keadaan pasar yang tidak sempurna, investor sering kali memperoleh
keuntungan dan kerugian pada hari-hari tertentu. Ketika return berubah-ubah atau
berbeda setiap harinya, maka dapat diasumsikan bahwa terdapat hari-hari yang
memiliki nilai return lebih besar dari nol karena dengan adanya return yang tinggi
maka berarti pengembalian yang diberikan akan berbeda atau menjauhi nilai nol.
Namun sebaliknya jika terdapat return yang terlalu rendah maka return akan
mendekati nilai nol atau bernilai negatif karena terlalu rendahnya tingkat
pengembalian yang dapat diberikan. Maka hipotesis pertama yang dibentuk terkait
hal ini adalah:
Ho
: Rata-rata tingkat pengembalian harian atau daily return dari masing-masing
hari perdagangan di Bursa Efek Indonesia tidak berbeda dari nol.
H1
: Rata-rata tingkat pengembalian harian atau daily return dari masing-masing
hari perdagangan di Bursa Efek Indonesia berbeda dari nol.
Terkait kembali mengenai adanya perbedaan return setiap harinya juga
adanya pergerakan atau fluktuasi harga saham yang menyebabkan tingkat return juga
ikut bergerak naik atau turun. Ketika terdapat pergerakan atau perubahan return
setiap harinya, berarti jika dibandingkan hari pertama ke hari berikutnya, hari kedua
24
ke hari berikutnya dan seterusnya akan terdapat perbedaan return yang signifikan,
atau selisih perbedaan akan tidak sama dengan nol. Adanya perubahan return dari
hari ke hari dapat dijadikan peluang bagi investor untuk mengambil keputusan dalam
membeli atau menjual saham yang dimilikinya.
Setelah mengetahui return pada hari apa saja yang memiliki return positif
atau signifikan berbeda dengan nilai nol, maka akan semakin rinci jika investor dapat
melihat pergerakan return dari hari ke hari. Jika pada pergantian hari ke hari
berikutnya tidak terdapat perbedaan return maka berarti return pada hari tersebut
dengan hari berikutnya adalah sama atau memiliki selisih sama dengan nilai nol.
Pada keadaan tersebut berarti tidak akan ada pengembalian yang lebih ketika investor
melakukan jual beli pada kedua hari tersebut. Sebaliknya jika return pada hari t ke
hari berikutnya berbeda secara signifikan maka selisih perbedaan akan berbeda dari
nilai nol. Dalam hal ini hipotesis kedua yang dapat dibentuk adalah:
Ho
: Average return antara 2 hari adalah sama (Senin- Selasa, Selasa- Rabu,
Rabu- Kamis, Kamis- Jumat, Jumat- Senin) sehingga selisih return kedua
hari = 0.
H2
:
Average return antara 2 hari adalah berbeda (Senin- Selasa, Selasa- Rabu,
Rabu- Kamis, Kamis- Jumat, Jumat- Senin) sehingga selisih return kedua
hari ≠ 0.
Kembali mengacu pada penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, maka
dapat dimungkinakan ketika terdapat anomali The Day of The Week di Bursa Efek
Indonesia akan terdapat kenaikan atau penurunan harga yang signifikan. Seperti pada
hipotesis pertama dan kedua yang sudah dibentuk, bahwa dengan terjadinya kenaikan
dan penurunan harga yang signifikan berarti tingkat pengembalian atau return yang
diterima oleh investor akan semakin tinggi atau semakin rendah pada hari-hari
tertentu. Jika return yang diterima berubah-ubah, maka hal ini menandakan bahwa
setiap harinya return yang diterima berbeda karena terdapat perbedaan hari dalam
satu minggu perdagangan saham. Perbedaan hari akan menimbulkan perbedaan
return setiap harinya, sehingga hipotesis ketiga yang dapat dibentuk mengenai
penelitian kali ini ialah:
Ho
: Average return masing-masing hari tidak berbeda satu dengan yang lainnya.
H3
: Average
return masing-masing hari berbeda satu dengan yang lainnya.
Adanya 5 hari perdagangan akan menunjukan masing-masing return setiap
harinya. Dari ke-lima hari tersebut yakni Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat
25
tentunya memiliki pengaruh terhadap pergerakan harga saham atau return saham.
Penelitian terdahulu telah melakukan pengujian dan mendapatkan hasil bahwa dalam
5 hari perdagangan return setiap hari adalah berbeda-beda.
Adanya perbedaan return menimbulkan asumsi sementara bahwa terdapat
hari-hari tertentu yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap pergerakan
return harian saham di Bursa Efek Indonesia. Sehingga hipotesis keempat yang
terbentuk dalam penelitian ini adalah:
Ho
: Tidak terdapat pengaruh dari perbedaan hari terhadap return harian saham.
H4
: Terdapat
pengaruh perbedaan hari terhadap return harian saham.
Oleh karena asumsi tersebut maka diperlukan adanya pengujian lebih lanjut
untuk melihat pada hari apa saja yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return
saham di pasar modal. Ketika terdapat suatu hari yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap return harian saham maka pada hari tersebut dapat dinyatakan terjadi
anomali The Day of The Week. Hal ini berarti bertolak belakang dengan teori pasar
sempurna yang menyatakan bahwa tidak akan ada pengaruh perbedaan hari terhadap
return jika pasar terbentuk sempurna.
Berdasarkan pembentukan hipotesis dan penelitian terdahulu di atas,
penelitian kali ini memiliki kerangka pemikiran yang berhubungan. Segala transaksi
yang terjadi di bursa tentunya terjadi oleh karena adanya tindakan yang dilakukan
oleh investor atas reaksi terhadap informasi-informasi yang diperoleh. Transaksi
tersebut ialah transaksi jual maupun beli saham. Adanya informasi akan
mempengaruhi pengambilan keputusan para investor atau tindakan yang akan
dilakukan. Namun pada kenyataannya informasi yang didapat seringkali tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka dari itu pengembalian atau return
yang diterima oleh seseorang yang melakukan transaksi akan berbeda dengan return
yang seharusnya didapatkan.
Jika dikaitkan dengan pasar yang sempurna, maka seharusnya anomali tidak
terjadi. Sebagai investor pastinya mendapatkan keuntungan merupakan suatu
pencapaian yang ingin diperoleh. Anomali yang terjadi dalam pasar merupakan salah
satu dampak dari perilaku investor pada umumnya yang menghindari adanya suatu
resiko karena kurangnya informasi, atau suatu reaksi atas adanya informasi tertentu,
sehingga harga di bursa dapat naik dan turun dengan kurang wajar.
Anomali tergambarkan ketika suatu penurunan atau kenaikan harga terjadi
terlalu signifikan hanya pada saat tertentu saja. Jika harga mengalami fluktuasi pada
26
saat tertentu maka hal ini akan mempengaruhi return yang diberikan saham tersebut
terhadap investor. Dalam pasar modal, pergerakan harga saham memiliki kaitan yang
jelas dengan pergerakan return. Salah satu contoh anomali yang pernah diteliti
melalui penelitian terdahulu adalah pada awal minggu pembukaan bursa yang
dimana harga saham menurun yang menyebabkan return menjadi lebih rendah
dibandingkan hari lainnya.
Return yang lebih rendah disebabkan oleh adanya aksi jual yang dilakukan
investor atas reaksi terhadap suatu informasi tertentu. Adanya berita buruk yang
diketahui oleh investor akan menyebabkan adanya suatu aksi jual yang dilakukan
investor. Tindakan investor tersebut tentunya dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari resiko atas ketidak pastian pengembalian. Semakin banyaknya saham
yang dijual maka harga akan semakin menurun, jika harga semakin turun maka pada
penutupan hari tersebut harga akan menjadi rendah dan tingkat pengembalian saham
akan menjadi rendah pada hari tersebut.
Anomali The Day of The Week menunjukan penurunan harga saham terdapat
pada hari Senin yang berarti return dihari Senin juga menurun atau lebih rendah
dibandingkan hari lainnya. Adanya kecenderungan yang terjadi dalam hari-hari
perdagangan tersebut maka terdapat istilah anomali Monday Effect. Seperti yang
tertera pada penelitian terdahulu bahwa terdapat asumsi bahwa penyebab penurunan
harga saham di hari Senin adalah adanya informasi yang kurang baik mengenai
kinerja saham pada minggu sebelumnya, sehingga hal ini menjadi pemicu para
investor untuk menjual saham yang dimiliki pada hari Senin dari pada melakukan
transaksi beli pada hari pembukaan tersebut.
Seperti halnya yang sudah dinyatakan pada penjelasan dan penelitian
terdahulu bahwa reaksi para investor merupakan hal pertama yang menjadi faktor
pendukung terjadinya anomali di pasar modal. Reaksi atas informasi yang diperoleh
terkait informasi yang baik maupun buruk akan membentuk suatu pengambilan
keputusan bagi seorang investor dalam melakukan transaksi (jual atau beli). Suatu
ketidak pastian akan tingkat pengembalian yang akan diterima dan faktor mengikuti
tren harga saham merupakan faktor terutama yang mengaitkan terjadinya ketiga
anomali tersebut di pasar modal.
Investor cenderung takut menghadapi resiko yang dapat terjadi sehingga
tindakan yang dilakukan oleh para investor akan lebih berpusat pada perlindungan
atas investasi yang dilakukannya dan dana yang akan diterimanya. Resiko dan
27
informasi yang terkait dapat berupa berita mengenai pertumbuhan dan pergerakan
ekonomi Indonesia atau kebijakan negara atau suatu perusahaan. Ketika mendapat
suatu informasi baru yang sepertinya akan memberikan keuntungan maka seorang
investor akan melakukan aksi pembelian atas saham tersebut, hal ini disebabkan juga
karena salah satu tujuan dalam melakukan investasi adalah mendapatkan
keuntungan. Maka dari itu ketika berita buruk diketahui maka investor akan
menghindari resiko kerugian yang dapat diperoleh.
Kecenderungan investor dalam mengikuti tren juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya anomali dalam sautu pasar. Jika harga sudah mulai naik, maka
investor akan mengikuti pola tersebut atau membeli saham sehingga harga akan terus
meningkat. Tindakan ini dilakukan karena perilaku investor yang akan berpikir
bahwa harga akan terus naik dan akan ada keuntungan yang lebih besar saat
menjualnya. Begitu pula saat harga sudah terlalu mahal, maka investor-investor akan
menghindari resiko jika harga menjadi turun, sehingga investor akan cenderung
menjual saham-saham yang dimilikinya. Penjualan saham tersebut membuat harga
saham menjadi turun, sehingga investor lainnya mengikuti untuk menjual saham
yang dimiliki agar tidak mengalami kerugian yang terlalu besar. Ketika hal tersebut
dilakukan maka harga saham akan berfluktuatif dan berubah secara signifikan pada
waktu yang singkat dan hal ini memberikan dampak terhadap tingkat pengembalian
atau return yang juga ikut menurun pada hari tersebut.
Kembali lagi terkait dengan pasar yang efisien dimana jika informasi yang
diterima merupakan informasi yang memang sesungguhnya seperti yang diketahui
oleh kedua pihak (investor dan internal perusahaan), maka keadaan pasar akan
sempurna, dimana harga memang sesuai dengan informasi yang ada. Namun hal ini
nyatanya belum terjadi dan diperoleh secara maksimal oleh para investor, sehingga
masih terjadi adanya perbedaan pengembalian disetiap hari perdagangan.
Anomali seperti The Day of The Week dapat mempengaruhi pengembalian
harga saham. Keterkaitan tersebut terbentuk karena adanya hubungan antara
informasi dengan reaksi investor yang mempengaruhi harga saham dan
pengembalian yang diberikan. Return hari Senin yang cenderung lebih rendah dapat
disebabkan atau dipengaruhi pada kondisi pasar diminggu sebelumnya. Selain dari
pada berita buruk yang biasa diketahui investor diakhir pekan, kecenderungan
penurunan harga atau return dihari Senin juga dapat disebabkan oleh karena ketika
tingkat pengembalian hari Jumat sudah tinggi berarti harga saham dihari tersebut
28
juga tinggi, maka investor cenderung menjual saham yang dimilikinya dihari Senin
untuk menghindari resiko penurunan harga saham yang menyebabkan kerugian
dalam investasi.
Penjelasan diatas memberikan kesimpulan pada kerangka pemikiran yang
terbentuk dalam penelitian ini bahwa return setiap hari akan berbeda-beda.
Perbedaan hari menyebabkan perbedaan return dan setiap harinya return dapat
berubah-ubah dari positif ke negatif dan sebaliknya oleh karena pasar bukan
merupakan pasar sempurna. Hari-hari tertentu juga dapat memberikan pengaruh
terhadap return harian saham. Jika pengaruh tersebut signifikan maka dimungkinkan
bahwa anomali The Day of The Week Effect terjadi hari tersebut.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat melalui gambar
ilustrasi sebagai berikut:
Senin
≠
Selasa
≠
Rabu
≠
Return Harian
Saham
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Kamis
≠
Jumat
29
Download