BAB IV KONSEP 4.1. Ide Awal 4.1.1. Latar Belakang Tema Tema menyatu dengan alam diambil dengan mempertimbangkan keadaan yang sudah ada dan yang ingin dicapai. Sangat disayangkan apabila lokasi di daerah rural dengan potensi alam yang indah tidak dimanfaatkan dalam perencanaan yang terintegrasi. Pemilihan material konstruksi, sampai perletakan masa memperhatikan aspek lingkungan dan ingin tetap menghargai bentukan alami lahan. Dengan kehadiran masjid ini, diharapkan konsep tersebut tidak hilang bahkan diharapkan makin kuat dan terasa oleh pengguna. Tapak tempat direncanakan fungsi masjid memiliki karakter yang khas dengan posisinya di atas bukit dan view yang luas ke segala arah. Fungsi tempat ibadah diharapkan dapat menciptakan suasana yang ramah, bersahabat, dan memberikan penyegaran selama pengunjung berada di dalamnya. Menyatu dengan alam dengan memasukkan unsur-unsur alam ke dalam arsitektur dapat menjadi sebuah eksplorasi yang menarik yang menghasilkan suasana baru yang benar-benar berbeda dan segar. Potensi tapak yang memiliki view maksimal terhadap Gunung Geulis di sebelah timur serta vegetasi eksisting menciptakan komposisi yang menarik untuk diolah. Keberadaannya di atas bukit, titik tertinggi di sebelah timur kampus dengan sebagian lahan yang diperuntukan sebagai lahan penghijauan juga merupakan keuntungan tersendiri sebagai tempat didirikannya fungsi masjid yang bertema menyatu dengan alam. 4.1.2. Pengertian Tema Menyatu dengan Alam Menyatukan alam dengan arsitektur merupakan suatu proses perancangan yang berusaha menyatukan unsur arsitektur dengan alam, baik yang alami maupun yang buatan, sehingga dapat menciptakan keserasian dan kesinambungan antara keduanya. Tema ini berusaha untuk menghubungkan manusia dan alam sebagai bagian dari kehidupan manusia yang menghargai alam dengan cara memadukan keduanya secara harmonis. Pemaduan ini dapat dilakukan dengan memusatkan perhatian pada hubungan antara bagian-bagian bangunan atau antara bengunan dengan lingkungannya. Potensi alam yang ada dieksplorasi sebanyak mungkin untuk dimanfaatkan dan dinikmati dengan tetap menjaga kesinambungannya. Gambar 23. Optimalisasi pemandangan terhadap lingkungan di sekitar tapak Masjid Unpad Sumber : dokumentasi pribadi Lokasi tapak yang berada di lingkungan kampus dengan budayanya tersendiri memerlukan penangan khusus yang berbeda apabila tema ini diterapkan pada lokasi publik. Lokasi di dalam kampus memberikan karakter khas pada fasilitas dan menjadikan terintegrasi dengan alam adalah salah satu tantangan bagi kasus ini. 4.1.3. Tinjauan Teori Ruang luar adalah ruang yang tercipta dengan membatasi alam. Ia mengalami keterpisahan dengan alam karena adanya bingkai luar yang berbeda dengan alam itu sendiri yang membentang tanpa batas. Dia merupakan lingkungan buatan manusia yang berguna. Integrasi alam dan arsitektur merupakan proses menyatukan alam dan arsitektur baik yang asli maupun buatan sehingga tercipta keserasian dan keterpaduan 40 serta kesinambungan keduanya. Pemasukan unsur-unsur alam dalam arsitektur menjadi suatu eksplorasi yang menarik dan menghasilkan fasilitas akomodasi yang benar-benar berbeda. Secara visual diwujudkan dengan cara: 1 a. Transparansi dan kontak visual b. Memasukkan unsur alam ke dalam bangunan dan sebaliknya c. Kontinuitas ruang luar dan ruang dalam d. Mengekspos keaslian material Untuk menyatu dengan alam dapat melalui 4 cara, yaitu : 2 a. kontekstual dengan alam b. memunculkan ekspresi material alami dengan menggunakan tekstur atau bahan alam dalam bangunan. c. Teori in between Kontinuitas ruang luar dan ruang dalam ialah aspek menerus antara dua jenis ruang hasilnya berupa fusi atau penggabungan antara kualitas yang terdapat antara dua jenis ruang tersebut (kualitas fungsi, sekuens, pengulangan irama, bentuk, ukuran, proporsi, skala, hierarki, keseimbangan, dan persepsi ruang) d. Interpretasi spasial Melakukan usaha saling susup antara alam dan buatan serta antara ruang luar dan ruang dalam. Berdasarkan tinjauan teori diatas, didapatkan kesimpulan bahwa penataan bangunan menyatu dengan alam diwujudkan dalam beberapa aspek, diantaranya : a. Didasari pada pemikiran bahwa menyatu dengan alam merupakan perwujudan dari penataan lanskap sebagai pembentukan dari massa bangunan, maka akan lebih baik jika penataan tidak merusak lanskap dan vegetasi eksisting. b. Massa bangunan merupakan satu wujud dari penataan ruang terbuka, maka berbagai kegiatan dimungkinkan untuk dilakukan pada ruang terbuka. c. Pola sirkulasi yang didapat dari hasil analisis dapat dimanfaatkan sebagai dasar dari pencarian bentuk dan massa bangunan. 1 2 Pfeiffer, Bruece Brooks. 1995. Frank Lloyd Wright, Collected Writings Volume 5. Ibid. 41 d. Diwujudkan dengan bentuk bangunan berteras mengikuti kemiringan kontur. e. Arah pandang pada lingkungan sekitar area perencaaan dapat dimanfaatkan sebagai dasar pemikiran bagi pembentukkan massa bangunan f. Penataan bentuk bangunan rela untuk tidak terlihat, perwujudan ini tidak diwujudkan dengan bentuk bangunan yang tidak terlihat seluruhnya karena tidak dikategorikan sebagai bangunan bawah tanah. Menurut Frank Lloyd Wright, arsitektur adalah perwujudan kreatif yang selalu berubah. Dalam arsitektur menyatu dengan alam terdapat sifat-sifat dari alam yang dapat diterapkan dalam bangunan sehingga sesuai dengan alam dan memberikan rasa pada manusia sebagai bagian dari alam. Sifat-sifat ini tertuang dalam prinsipprinsip berikut: a. Kesatuan 3 Kesatuan yang dimaksudkan disini adalah kesatuan di dalam bangunan maupun antara bangunan dengan lingkungannya. Kesatuan di dalam bangunan dapat dicapai bila semua elemen-elemen bangunan saling terkait dan tidak ada yang berdiri sendiri. Hubungan antara denah dan tampak terbentuk secara harmonis. Dengan satu solusi di satu tempat menjadi ekspresi solusi juga di tempat yang lain. Pemilihan material juga diperhatikan secara seksama sehingga memunculkan karakteristik yang diinginkan dari saling menyatukan antara unsur-unsurnya. Gambar 24. Falling water karya Frank Lloyd Wright 3 Sumber : www.architectural-models.com Ibid Hlm. 162. 42 Kesatuan antara bangunan dan lingkungan dimaksudkan dengan bangunan tidak hanya berdiri sendiri pada lingkungan alamnya tetapi memiliki kesatuan kuat dan menciptakan keserasian keduanya. Penerapan dari hal ini berupa bentuk bangunan yang harmonis terhadap lingkungan sekitarnya. Pemanfaatan potensi alam dilakukan sebagai pendukung utama dalam seluruh aspek kegiatan dalam fungsi sehingga dapat dinikmati manusia sebagai bagian dar arsitektur. ”from his experience and subsequently his respect for nature, his building, where placed in the landscape, had this one aim in commen : to let the hunan being experience and participate in te joys and wonderment of natural beauty.” Berdasarkan potensi alam dan hubungannya dengan fungsi pada arsitektur, Frank Lloyd Wright menginterpretasikan hubungan tersebut menjadi ciri-ciri yang sering dipakainya yaitu : 1) Horizontalisme Garis horisontal bangunan yang sejajar dengan permukaan tanah memberikan kesan bahwa bangunan tersebut dekat dengan tanah atau bumi yang memberikan kesan serasi dengan alam.”...that plane pararel to the earth in buildings identify themselves with the ground, do must to make building belong to the ground …” 2) Kontinuitas “we have no longer an outside as outside. We have no longer an outside and inside as a separate things. Now the outside may come inside and the inside may and does go outside. They are of each other …” Kontinuitas diwujudkan dengan pengaturan ruang yang mengalir dan tidak memiliki sekat yang tidak perlu. Ruang dalam dan ruang luar dianggap bukan sebagai ruangan yang berbeda. Ruang dalam bangunan bukan lagi kotak tertutup (destruction of the box) tapi lebih ditentukan oleh space yang tercipta. Pembentukkan ruang merupakan permainan bentuk dari susunan dinding lantai dan atap. b. Kekhasan 4 setiap bangunan memiliki kekhasan yang menjadikan setiap bangunan unik, tergantung pada tempat, waktu, dan untuk siapa bangunan itu didirikan. Kesesuaian 4 Ibid Hlm. 166 43 dengan waktu, diterapkan dalam perwujudan bangunan yang sesuai dengan zamannya baik dalam bentuk maupun penggunaan struktur. Kesesuaian dengan tempat diterapkan dalam memperhatikan karakteristik lingkungan dimana bangunan itu berdiri. Kesesuaian dengan pamakai, dapat dilakukan dengan memperlajari karakteristik maupun jenis pengguna. Hal ini akan berkaitan dengan studi kenyamanan sutu bangunan. Kejujuran 5 c. Kejujuran yang dimaksudkan disini adalah kejujuran dalam semua elemen arsitektur. Kejujuran sistem struktur dapat ditunjukkan dengan menampilkan secara jelas sistem arsitektur yang digunakan. Kejujuran material yang memperlihatkan keindahan asli bahan dan cara seorang perancang memanfaatkan keindahan tersebut untuk lebih ditingkatkan. Kejujuran dalam proses perwujudan bangunan yang dapat merefleksikan fungsi-fungsi yang ada di dalamnya. Arsitektur menyatu dengan alam bukan hanya sekedar memasukkan alam ke dalam bangunan atau sebaliknya, namun juga merupakan suatu proses kreatif yang pada dasarnya mengikuti aturan-aturan alam yang sesuai dengan prinsip kesatuan, kejujuran, dan kekhasan. 4.2. Konsep Tapak 4.2.1. Konsep Perencanaan Tapak Berdasarkan analisa kekuatan dari tapak masjid ini ada 3, yaitu : • Lokasinya yang berada ditengah asrama mahasiswa • Bentuk tapak yang unik di atas bukit dengan pandangan maksimal ke segala arah dari dalam maupun luar kawasan • Lingkungan di sebelah timur ke arah gunung sangat potensial dikembangkan untuk view bagi pengunjung Dalam perancangan tapaknya, ketiga hal tersebut diatas ingin ditonjolkan. Supaya pengunjung dapat menikmati suguhan visual yang berbeda pada setiap lokasi. Semua titik dalam tapak hanya dapat diakses lewat jalur pedestrian melalui selasar- 5 Ibid Hlm. 168 44 selasar yang menimbulkan kesan dekat degan alam, karena sifatnya yang transparan berhubungan langsung sengan ruang-ruang luar yang berfungsi sebagai elemen estetis. Mahasiswa atau masyarakat kampus di sekitar kawasan akan melihat menara masjid sebagai penanda. Saat melewati jalan kampus, sosok masjid yang monumental akan memberikan kesan pertama bagi pengunjung yang melintasinya. Ketika menaiki tangga pada akses masuk utama, terlihat menara yang menjulang tinggi menjadi penangkap pertama. Kemudian atap masjid yang menarik menjadi kesan visual kedua yang akan ditangkap saat menaiki tangga masuk utama ini. Pengunjung disambut dengan sebuah gerbang dan plaza penerima. Mulai dari tangga masuk utama hingga plaza penerima ini, pengunjung dapat merasakan prosesi awal menuju masjid. Gambar 25. Konsep enterance bangunan dari arah utara dan selatan. Sumber : dokumentasi pribadi Tujuan utama pengunjung ke tempat ini adalah untuk melaksanakan ibadah di masjid. Dengan diarahkan pola perkerasan yang berbeda, pengunjung diarahkan melalui sebuah prosesi menuju ke masjid dengan menaiki tangga ke plaza perluasan shalat. Saat berada di atas plaza perluasan shalat, pengunjung dapat melihat dengan jelas seluruh kawasan yang mengitarinya. Kesatuan antara ruang luar dan ruang dalam mulai terasa dar atas plaza ini. Dengan elemen lunak (vegetasi) penyearah ditambah deretan elemen lanskap berupa bak untuk bunga yang ditinggikan, pengunjung merasakan dengan kuat orientasi kearah kiblat. 45 Pengunjung berjalan diatas plaza menuju masjid, saat menuruni tangga disambut air terjun buatan yang berada di dalam bangunan masjid. Dengan memasukan elemen ruang luar ke dalam bangunan iharapkan tercipta kesatuan antara ruang dalam dan ruang luar. Saat berada di dalam masjid, mihrab dan mimbar menjadi penarik tersendiri. Dengan permainan cahaya alami, mihrab tampak begitu menarik. Batu kali menjadi pengisi pada dinding mihrab, setiap cahaya yang mengenai dinding batu kali ini memperkuat kesan menyatu dengan alam. Salah satu cara yang digunakan untuk menyatu dengan alam adalah dengan menggunakan material batu alam dan kayu. Material kayu menutupi lantai masjid mempertegas pola shaf. Dari dalam masjid terasa aliran angin yang bertiup dengan lembut. Saat keluar menuju serambi di sebelah selatan pengunjung disuguhkan kolam air buatan yang bertujuan untuk membuka pandangan menuju keluar sehingga didapatkan pemandangan kampus Unpad yang maksimal. Sebaliknya dengan dibukanya lahan, masjid menjadi monumental bila dilihat dari arah gerbang masuk Unpad. Pengunjung keluar menuju plaza perluasan shalat yang ada di sebelah utara. Plaza yang terbuka bisa digunakan untuk berbagai aktivitas di ruang luar. Dua pohon eksisting dipertahankan berada diatas tapak dengan membuat pot. Kedua pohon tersebut memberikan keteduhan di plaza ini, sehingga terasa menyatu dengan alam ketika sholat di bawahnya. Gambar 26. Plaza, kolam, ruang shalat utama. Sumber : dokumentasi pribadi. Gambar 27. Tangga yang menghubungkan ruang luar dan ruang dalam dengan kolam. Sumber : dokumentasi pribadi. 46 Saat menaiki selasar, pengunjung disuguhkan aliran air disetiap tepiannya, dengan posisi kolam air yang lebih tinggi daripada selasar. Dari setiap sudut selasar akan terlihat pemandangan Gunung Geulis di sebelah timur. Dua buah bangunan yaitu kantin dan bangunan multifungsi membentuk bingkai bagi gunung tersebut. 4.2.1.1.Orientasi Didasari oleh pemaksimalan view alam untuk pengunjung, semua bangunan terutama masjid memiliki pandangan ke arah belakang (timur). Kawasan di tengah sengaja dibuka untuk memberikan celah bagi masjid untuk menangkap pemandangan gunung. Sehingga massa ditata mengikuti aksis yang tarik dari arah gunung menuju kiblat dengan masjid sebagai pengakhiran. Dengan demikian setiap bangunan memiliki pandangan ke arah gunung. Perletakan bangunan dengan pertimbangan teknis, sangat bergantung pada 3 hal, dan haruslah merupakan optimasi dari ketiganya. • Orientasi kuat kearah kiblat Masjid memiliki orientasi yang kuat kearah kiblat, membingungkan tidak boleh pengunjungnya mengenali arah kiblat, walaupun mereka tidak dapat shalat di dalam masjid. Menata bangunan utama masjid serta elemen lain yang ada di dalam tapak seluruhnya berorientasi kearah kiblat. • Matahari dan angin Faktor matahari dan angin ini sangat erat hubungannya dengan tata letak (orientasi) daripada bangunan yang kita rencanakan. Posisi tapak yang dikelilingi gunung memungkinkan angin gunung bertiup sepanjang waktu. Berdasarkan analisa, angin bertiup dari arah timur laut sehingga meminimalisir bukaan dari arah ini. 47 • Topografi Rekayasa kontur diadakan pada bangunan masjid, dengan sistem potong namun hasil potongannya digunakan untuk mengendalikan kontur pada bagian plaza perluasan shalat baik di sebelah timur maupun utara. bangunan dibuat berteras sebagai respons terhadap bentuk kontur sehingga tampak kontekstual dengan alam. 4.2.1.2.Sirkulasi Semua kendaraan bermotor dikumpulkan di bagian tepi l uar tapak. Sirkulasi pedestrian berlaku pada semua area dalam site, secara vertikal dengan tangga dan ramp serta horisontal lewat selasar yang digunakan untuk menikmati view dan ruang luar. Area bersih diberikan antara area wudlu dan masjid sehingga orang yang telah memiliki wudlu bisa langsung menuju masjid. Gambar 29. Konsep tapak masjid kampus. Sumber : dokumentasi pribadi 4.2.1.3.Permintakatan Plaza menjadi peralihan anatra zona sakral dan profan. Zona sakral (Masjid dan area wudlu) dipusatkan lebih dekat ke arah kiblat sedangkan zona profan cenderung pada arah sebaliknya. Zona servis lebih didekatkan dengan parkir kendaraan terutama untuk gedung serba guna. 4.2.1.4.Pemanfaatan Vegetasi 48 Vegetasi berfungsi sebagai penanda lokasi, misalnya pada pintu masuk diberikan tanaman penyearah dengan tajuk yang ramping untuk mengarahkan pengunjung masuk ke dalam kawasan. Begitupun di plaza perluasan shalat, vegetasi penyearah berupa pohon palem dimaksudkan untuk mempertegas orientasi ke arah kiblat. Sebaliknya di daerah profan dilakukan penyelesaian yang berbeda, vegetasi peneduh cenderung lebih dominan mengisi ruang luar. 4.2.1.5.Perancangan Ruang Luar Ruang luar sebagai sarana edukasi mahasiswa. Papan informasi edukatif mendeskripsikan pengetahuan tentang titik koordinat arah kiblat masjid dilengkapi posisi koordinat lintang & bujur masjid Unpad dan masjidil haram diatas permukaan bumi. Papan edukatif sirkulasi air wudhu terletak di ruang wudhu. Berisi diagram sistem pemanfaatan air di Masjid Unpad dari sumber - penampungan - pemakaian daur ulang air wudhu. Gambar 30. Ruang luar berupa amphiteatre dan plaza untuk berkegiatan mahasiswa. Sumber : dokumentasi pribadi Ruang bersama tempat mahasiswa beraktivitas, kegiatan mentoring, mengerjakan tugas, olahraga, seminar. Masjid menjadi saran edukasi pula bagi mahasiswa untuk mengenal Islam lebih dalam. Unit kajian keislaman, seperti bahasa arab, jurnalistik, teknologi terapan, lembaga training mahasiswa muslim, ruang rapat bagi DKM dan LDF. Siaran radio relay dengan RRI bandung setiap Ramadhan. 49 4.3. Konsep Bangunan 4.3.1. Konsep Massa Bangunan Konteks fisik masjid sebagai entitas lingkungan binaan yang ramah lingkungan dan tanggap terhadap iklim tropis (kaya akan matahari, hujan, kelembaban, sepanjang tahun). Masjid sebagai penanda lokasi (city landmark) atau oriantasi arah, sebagai sebuah karya seni. Sebagai obyek aplikasi teknologi struktur dan material yang kuat, tahan gempa, dan low maintenance. Eksplorasi ide diawali dengan pencarian bentuk dari masjid, karena masjid kampus menjadi monumental di kawasannya. Bentuk atap yang menjulang ke langit merupakan perwujudan pengagungan kepada sang Khaliq, Allah SWT. Dengan pendekatan kontemporer bentuk kubah justru dihindari. Berdasarkan kajian pengambilan bentuk kubah diprediksi karena tuntutan fungsional yakni adanya keinginan untuk membentuk struktur bentang lebar pada ruang masjid. Namun karena bentuk ini ternyata banyak dipakai pada bangunan masjid kemudian dipersepsi sebagai ciri dan simbol masjid oleh masyarakat, termasuk di Indonesia. Massa bangunan pada tapak masjid dibuat dengan ekspresi yang sederhana tidak berlebihan. Selain untuk memunculkan kualitas ruang luar dengan elemen detail serta pola perkerasn yang menarik. Diharapkan komposisi massa menjadi sesuatu yang lebih sekunder dibanding alam yang sangat indah di sekelilingnya. Perbedaan zona juga terjadi dengan perbedaan level ketinggian. 4.3.2. Konsep Elemen Bangunan 4.3.2.1.Atap Secara umum bangunan pada kawasan ini tidak beratap jelas hanya terdapat atap masjid yang menjadi dominan untuk menunjukkan hierarki tertinggi. Pada Masjid. Bentuk atap menjulang ke langit 50 sebagai perwujudan dari keagungan pada sang pencipta. Ini merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan perancang dalam mengolah atap, sehingga tidak terjebak oleh idiom masjid yang selalu beratap kubah. Hal ini dimungkinkan secara kontekstual, karena masjid ini dibangun di dalam lingkungan kampus yang dekat dengan pembaharuan dan modernitas. 4.3.2.2.Dinding dan Bukaan Dinding dan bukaan pada bangunan dimaksimalkan untuk menikmati view sekitar. Pintu lipat dipilih sebagai bukaan utama pada masjid. Pada penggunaan sehari-hari pintu lipat dibuka maksimal, sehingga yang terlihat dari tampak adalah permainan kolom dan void. Tujuannya untuk menyatukan antara ruang luar dan ruang dalam. Bukaan diatas masjid memungkinkan sirkulasi udara bisa mengalir baik. Gambar 32. Perpaduan kerawang dan bambu. Sumber: dok. pribadi Bukaan dengan kisi-kisi dari alumunium disimpan dibagian atap masjid sebelah timur dan barat. Sedangkan pada dinding masjid sebelah dalam pada bagian utara dan selatan, permainan kayu dan bambu begitu dominan. Dinding sebelah atas terbuat dari multi board dengan finishing kayu lapis, disela antara kedua papan tersebut terdapat bukaan yang membentuk pola geometris Bentuknya seperti kerawang. Kerawang dibuat dari material HPL Bambu (high pressure laminate), dengan panel kayu di kanan dan kirinya. Dengan bentuk yang demikian memungkinkan udara mengalir sepanjang waktu, sehingga tidak memerlukan 51 pengkondisian udara buatan. Jendela pada bagian atasnya memaksimalkan cahaya matahari untuk masuk pada siang hari. 4.3.2.3.Mezzanine Pemisahan jamaah pria dan wanita ketika shalat dilakukan secara vertikal. Wanita memiliki akses tersendiri yang langsung menuju mezzanine dari ruang wudlu sehingga crossing antara jamaah pria dan wanita bisa diantisipasi. Saat digunakan shalat jum’at, mezzanine pun digunakan bagi jamaah pria, sehingga diperlukan akses langsung dari wudlu pria ke lantai mezzanine melalui sisi utara. Pada penggunaan selain hari jum’at pintu ini bisa ditutup. 4.3.2.4.Material Untuk memperkuat tema menyatu dengan alam, material yang dipakai pada sebagian besar façade adalah bambu. Bambu disusun dengan pola kerapatan yang acak sehingga didapat cahaya yang berselang. Pada ujung bambu dilakukan penyambungan dengan bambu lain. Pada penyambunggan bambu ini terbentuk kaligrafi dengan gaya kuffik. Gambar 33. Material bambu, batu alam, dan beton dipadukan dengan elemen air tanah dan cahaya. Sumber : dok. pribadi Bambu adalah material yang banyak melimpah di Indonesia, perawatannya mudah dan pengerjaannya pun mudah. Bambu yang belum diawetkan hanya mampu bertahan 2 tahun, sedangkan bambuyang telah melalui proses pengawetan seperti 52 dengan diberi borax, direndam, dan sebagainya. Dengan proses pengawetan tersebut bambu mampu bertahan sampai 50 tahun, dengan syarat tidak terkena matahari langsung dan air hujan. Adalah sebuah konsekuensi yang diambail apabila menjadikan bambu sebagai double skin bagi façade masjid. Bambu diletakkan di lapisan terluar sehingga terkena panas dan air hujan langsung. Daya tahan bambu menjadi turun sampai 5 tahun sekali. Meskipun demikian bambu tetap dipilih sebagai material pengisi bangunan. Oleh karena itu detail pemasangan bambu mendukung terhadap low maintenance dengan pemasangan yang mudah dan dapat dilakukan berkala. 4.3.2.5.Interior Untuk memberi kesan menyatu dengan alam, interior dirancang sangat lepas dengan eksterior bahkan meminimalisir pemisahan antara keduanya. Misalnya pada ruang sholat utama yang menerus ke plaza perluasan shalat. Lantai dasar ruang serbaguna yang dibuat panggung sehingga bisa lebih terasa menyatu dengan alam disekitarnya. Memasukkan elemen ruang uar ke ruang shalat utma, seperti kolam dan mihrab yang menggunakan material batu kali. Permainan cahaya digunakan pada bagian mihrab untuk memperkuat kesan mihrab. Gambar 34. Permainan cahaya pada dinding mihrab, berupaya menghadirkan alam ke ruang dalam . Sumber : dok. pribadi 4.4. Konsep Struktur Masjid Unpad menggunakan beton sebagai struktur utamanya untuk mewujudkan atap pada bentang terpanjang 22.4 meter. Dengan menggunakan prinsip 53 cangkang tipis (shell) beban atap manjadi lebih ringan. Bentuk cangkang yang hiperbola memiliki konsekuensi, yaitu beban terbesar berada pada titik terendah. pembagian Oleh pembebanan karenanya dilakukan dengan menambah tumpuan pada posisi tersebut sehingga didapatkan bentang sepanjang 16,6 m. Dengan menerapkan prinsip portal beton, atap ditumpu oleh empat buah balok yang terdiri dari struktur komposit beton bertulang. Baja roll digunakan untuk membentuk tulangan baja pada portal tersebut. 4.5. Konsep Utilitas 4.5.1. Sistem Penyediaan Air Bersih Gambar 36. Tempat cadangan air Sumber. Presentasi kuliah MEP untuk Arsitektur 4.5.2. Daur Ulang Air Wudlu Konsep sustainable environment diterapkan dalam desain Masjid Universitas Padjadjaran sebagaimana tema ”Menyatu Bersama Alam”. Air hujan dan air bekas wudhu ditampung kemudian didaur ulang sebagai cadangan sumber air wudhu, toilet, dan menyiram tanaman. Air hujan ditampung dalam bak penampungan khusus, setelah melalui proses penyaringan air hujan masuk ke ruang wudlu. Air hujan merupakan air suci mensucikan yang bisa langsung digunakan berwudlu. Sisa air bekas wudlu disalurkan untuk filtrasi, lalu disimpan dalam bak penampung air 54 bekas wudlu sebagai cadangan air wudlu dan sebagian air diresapkan sebagai cadangan air tanah. Gambar 37. Skema daur ulang air wudhu Sumber : dokumentasi PT. Tsana Mulia Teknologi daur ulang air wudlu memiliki tingkat kesulitan yang unik dan khas, karena dihubungkan pula dengan syarat fiqh Islam. Menurut Fiqh Islam, air yang digunakan berwudlu tidak berubah warna dan berubah rasa. Perubahan warna dapat diidentifikasi dengan alat ukur visual yang terdapat di laboratorium. Tapi perubahan rasa sampai saat ini belum ada alat ukurnya. Untuk menghilangkan bau air bekas wudlu, digunakan karbon aktif. Sedangkan untuk mengurangi jumlah bakteri digunakan disinfektan, umumnya kaporit. Dengan demikian apabila bau hilang dan jumlah bakteri sedikit, air tersebut layak digunakan kembali. Air Bekas Wudlu INFLUEN Filtrasi Disinfeksi EFLUEN Pembuangan Pemakaian Filter Pasir Aktif (wudlu, menyiram tanaman) Filter Karbon Aktif Klorinasi Air daur ulang (ke bak penampungan air wudlu) 55 Gambar 38. Bagan proses daur ulang air wudhu Sumber : LPU YPM Salman ITB Gambar 39. Bagan proses penyaringan Sumber : LPU YPM Salman ITB 56