7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Atletik Menurut buku panduan kurikulum (2013:56) “Altetik berasal dari bahasa yunani, yaitu “athlon atau athlum” artinya pertandingan, perlombaan, pergulatan, atau perjuangan. Orang yang melakukannya dinamakan “athleta” (atlet). Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan/ diperlombakan yang meliputi nomor jalan, lari, lompat dan lempar”. Istilah “athletic” dalam bahasa inggris dan atletik dalam bahasa jerman mempunyai pengertian yang luas meliputi berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk renang, bola basket, tenis, sepak bola, senam dan lain-lain. Menurut sejarah, bangsa yunani yang pertama kali menyelenggarakan perlombaan atletik. Hal ini dapat dibaca dari karya punjangga Yunani Purba bernama Homerus. Atletik itu sendiri berasal dari bahasa Yunani “athlos”, artinya lomba. Pada waktu itu cabang olahraga atletik dikenal dengan pentahlon atau panca lomba dan decathon atau dasa lomba. Pada nomor lari (marathon), nomor ini merupakan kegiatan berlari yang telah dimulai sejak tahun 490 sebelum masehi. Kegiatan itu berawal dari sebuah kota kecil yang bernama Marathon, 40 km dari Athena. Jarak sepanjang itulah yang diperlombakan dalam Olimpiade 1889 di Athena. Baru pada Tahun 1908, jarak marathon dibakukan menjadi jarak 42,195 km. Sejak itu, cabang olahraga marathon selalu menjadi puncak sekaligus penutup seluruh rangkaian olahraga. Olipiade modern dilaksanakan atas prakarsa seorang warga negara Prancis yang bernama Baron Peire Louherbin pada tahun 1896 bertempat di Athena Yunani. Dalam olimpiade tersebut nomor atletik merupakan tambang mendali yang diperebutkan. Namun organisasi olahraga atletik internasional baru terbentuk pada tanggal 17 juli 1912 pada Olimpiade ke-5 di Stockhom, 8 Swedia dengan nama “International Amateur Athletic Federation” yang di singkat IAAF. Sejak saat itu, atletik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tanggal 3 september 1950 di Indonesia berdiri PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). 2. Lari Cepat 100 Meter a. Pengertian Lari adalah gerakan perpindahan tempat dengan maju ke depan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Berjalan, salah satu kakinya selalu berhubungan (kontak) dengan tanah, sedangkan lari ada saatnya kedua kaki lepas dari tanah sehingga ada saatnya badan melayang di udara. Lari jarak pendek sering disebut sebagai lari cepat atau sprint. Sprint adalah suatu aktivitas atau gerakan lari yang dilakukan dari start sampai finish dengan kecepatan penuh. Dengan demikian lari 100 meter adalah gerakan lari secepat-cepatnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan kecepatan penuh. Menurut Gerry A Carr (1997: 13), “sprint yang baik membutuhkan reaksi yang cepat, akselerasi yang baik, dan jenis lari yang efisien”. Dengan demikian untuk dapat mencapai hasil yang maksimal seorang sprinter harus mempunyai kecepatan akselerasi yang baik agar saat start gerakan dapat dilakukan secepat mungkin sehingga kecepatan puncak dapat segera tercapai. Setelah kecepatan puncak tercapai seorang sprinter harus mampu mempertahankan selama mungkin sampai melewati garis finish. b. Teknik Lari Dalam semua perlombaan lari jarak pendek, masing-masing peserta harus lari pada lintasan terpisah. Lintasan ini lebarnya 1.22 meter, yang dibatasi dengan garis putih selebar 5 cm. Peserta yang mendorong, mendesak, menubruk, atau memotong/menghalangi pelari lain sehingga menggangu lajunya lari, dapat dinyatakan diskualifikasi. Untuk mencapai prestasi maksimal pada lari 100 meter perlu diperhatikan teknik-teknik khusus lari cepat yang dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 9 1) Teknik start Start adalah awalan atau permulaan seorang pelariakan melakukan lari. Kemampuan start yang baik sangat diperlukan dalam lari 100 meter karena start merupakan kecepatan awal yang mempengaruhi kecepatan selanjutnya. Keterlambatan melakukan start sangat merugikan pelari, hal ini disebabkan pelari tersebut akan ditinggal dari pelari lain. Start dalam lari jarak pendek harus menggunakan start jongkok (croucing start), yaitu start yang dilakukan dengan permulaan sikap jongkok di belakang garis start. Aba-aba untuk start ini dilakukan dalam tiga fase : “bersedia”, “siap”, “ya” atau dengan tembakan start pistol. Bila atlet mendengar aba-aba “bersedia”, harus mempersiapkan diri lari menuju start block yang berada di belakang garis start. Mulai membungkukan badanya dengan kedua kaki bertumpu pada block start dan lutut kaki belakang diletakkan di tanah (sedikit jauh dari kaki yang diletakkan di depan). Pada saat yang sama tangan diletakan segera di belakang garis start, kira-kira selebar bahu, dengan ujung-ujung jari menyentuh tanah (ibu jari dan telunjuk berhadapan membentuk huruf “V”). Badan dibuat seimbang dan kepala rileks. Pada aba-aba “siap”, lutut diangkat dari tanah sedemikian rupa sehingga kedua kaki sama-sama sedikit bengkok (kaki depan 90°dan kaki belakang membentuk 130°) dan kedua kaki tersebut menekan pada balok start. Pinggul menjadi naik sedemikian rupa sehingga lebih tinggi dari bahu yang letaknya berada di atas tangan. Lengan dipertahankan lurus dengan berat badan dibebankan merata pada semua titik tumpu dan pandangan mata tetap rendah. Pada aba-aba “ya” atau pada saat pistol berbunyi, si atlet dengan gerak reflek bertolak dari balok start, pada saat yang sama mengangkat kedua tangannya dari tanah yang mengakibatkan ketidakseimbangan badan sebagai tahap awal dari gerakan start. Kaki belakang dalam keadaan bengkok bergerak maju, kaki yang lain diluruskan dengan kuat untuk memberi daya dorong kedepan. Kedua lengan memberi imbang gerak terhadap kedua kaki membantu 10 menimbulkan daya, selama gerakan lari. Selama langkah pertama, tubuh bergerak kedepan seperti “anak panah yang lepas dari busur” (dengan sudut 45°) dan langkah itu pendek, cepat dan rendah, dengan gerak kaki yang lincah ditanah, tetapi tidak secara sengaja dipendekkan. Sedikit tubuh akan tegak, sedangkan langkah kaki menjadi lebih panjang sampai posisi lari yang wajar tercapai Gambar 1 Teknik Start (Herald Muller, Wolfgang Ritzdolf, IAIF, Jakarta, 2000 : 36) 2) Teknik lari Setelah melakukan start dengan langkah-langkah peralihan yang meningkat semakin panjang dan condong badan yang berangsur berkurang, maka selanjutnya dilakukan lari secepatnya dilakukan lari secepat mungkin sampai garis finish. Lari adalah lompatan yang berturut-turut. Didalamnya terdapat suatu fase dimana kedua kaki tidak menginjak atau menumpu pada tanah, jadi lari ini berbeda dengan berjalan. Gerak lari secara keseluruhan dimulai dari saat kaki mulai melangkah menyentuh tanah lagi. Teknik lari ini terdiri atas 3 tahap, 11 yaitu: a) Tahap melangkah Mata kaki dan lutut yang melangkah diluruskan pada saat titik berat badan bergerak bergerak di depan kaki yang mampu dan mendorong pinggul kedepan. Pada saat yang bersamaan kaki yang lain, yang disebut sebagai kaki bebas, ditekuk dan bergerak kearah depan dan keatas memberikan kekuatan ganda. Perpanjangan melangkah bersamaan dengan mengangkat paha kaki bebas. Kaki langkah meninggalkan tanah dengan mengangkat tumit dan menekan tanah dengan ujung jari. Kedua tangan mengayun mengimbangi gerak kedua kaki. Kekuatan terbesar dari langkah ini, bersamaan dengan dorongan akhir ketika siku berada jauh dibelakang dan lutut kaki yang berlawanan mencapai ketinggian tertinggi di depan. Lengan berayun sedikit menyilang dada membentuk sudut 90°. Kekuatan gerakan tangan dan kaki langsung mengimbangi kecepatan lari dan gerak posisi tubuh yang hampir tegak, tanpa membungkuk kedepan atau ke belakang. Gambar 2 Tahap Melangkah ( Herald Muller, Wolfgang Ritzdolf, IAIF, Jakarta, 2000 : 23) b) Tahap pemulihan kembali Sesaat setelah melangkah, hubungan dengan tanah putus dan titik berat badan mengikuti arah parabola. Pada tahap ini kecepatan 12 hilang. Kaki yang melangkah bergerak kebelakang dan kaki yang lain ke depan membuat tarikan aktif ketika menyentuh tanah. Selama kaki belakang melakukan gerakan ke atas berulang-ulang, lengan berayun dengan langkah yang berlawanan. Keseluruhan gerakan ini, dapat disebut sebagai gerak rilek pada saat melayang atau tahap pemulihan. c) Support Yang dimaksud dengan support adalah sandaran yang terjadi pada waktu hubungan dengan tanah mulai terjadi. Pada saat mana terjadi penurunan titik berat badan (dalam hal ini kaki). Sebagian telapak kaki menyentuh tanah terlebih dahulu, baru kemudian seluruh telapak kaki menyentuh tanah dengan mengeper sehingga kaki benar-benar menginjak tanah. Pada saat sama lutut sedikit dibengkokan sebagai persiapan untuk melangkah, sedangkan lutut yang lain bergerak ke arah depan terus ditekuk (menjaga keseimbangan kecepatan) sampaimenjadi kaki tumpu (dibawah titik berat badan) dan bersama-sama pinggul bergerak kedepan pada saat rilek, selama kaki tumpu menjadi kaki langkah/dorong. Sesaat setelah mendapatkan relaks maksimum, gerak lengan menjadi semakin kuat dan berayun secara wajar di sisi tubuh. Kepala tetap lurus menghadap ke depan, pandangan mata beberapa meter ke depan. Gerak kaki ditanah hendaklah selalu elastis/mengeper, tetapi dengan kecepatan yang lebih besar. Tekanan dan langkah yang lebih besar berasal dari bagian kaki belakang, oleh karena itu seseorang dilarang berlari dengan ujung jari. Kecepatan lari bergantung pada frekuensi langkah, tenaga, arah gerakan, dan menghilangkan tenaga yang sia-sia dengan cara rilek. Hal ini menyangkut teknik berdasarkan koordinasi dan kekuatan mempertahankan tenaga dan semangat yang menggebu-gebu sampai finish. Posisi balok start berbeda-beda sesuai dan tergantung pada anatomi atlet dan sifat-sifat 13 pribadinya. Sudut kemiringan balok sebaiknya tidak terlalu curam seperti pada balok yang di belakang. 3) Teknik melewati garis finish Seorang pelari dianggap sudah finish ditentukan dengan bagianbagian tubuhnya dalam mencapai bidang vertikal dari sisi terdekat gris finish sesuai dengan yang telah ditentukan dalam peraturan. Yang dimaksud dengan bagian tubuh adalah “torso” togok badan pelari, dari kepala, leher, lengan dan kaki. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelari pada waktu melewati garis finish, yaitu: a) Lari terus tanpa mengubah sikap lari b) Dada dicondongkan kedepan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang, di Amerika lazim disebut “the lunge” (merobohkan diri). c) Dada di putar dengan ayunan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan, yang lazim disebut “the shaung”. Jarak 20 meter terakhir sebelum garis finish, merupakan perjuangan untuk mencapai kemenangan dalam suatu lomba lari. Kalah atau menang di tentukan di sini. Menurut M. Yusuf Hadisasmita (1992:72), bahwa menjelang garis finish perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Percepat dan lebarkan langkah, tetapi harus rilek, b) Pusatkan pikiran untuk mencapai finish, c) Jangan melakukan gerakan secara bernafsu, sehingga menimbulkan ketegangan. Ketegangan akan mengurangi lebar langkah, yang akan berakibatkan mengurangi kecepatan, d) Jangan menengok lawan e) Jangan melompat, f) Jangan memperlambat langkah (lari) sebelum melewati garis finish. Ada beberapa hal yang harus dihindari dalam lari jarak pendek, 14 antara lain: a) Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut. b) Menjejakan kaki keras-keras di tanah dan mendaratkanya dengan tumit. c) Tubuh condong sekali ke depan atau lengkung ke belakang. d) Memutar kepala dan menggerakan bahu secara berlebihan. e) Lengan di ayun ke atas dan ayunanya terlalu jauh menyilang dada. f) Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna. g) Berlari zig-zag dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. h) Pada aba-aba “siap”, kepala diangkat, Dgu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Langkah kurang sempurna dan mencondongkan badan ke depan secara tiba-tiba. Gambar 3 Tahap Memasuki Garis Finish (Herald Muller, Wolfgang Ritzdolf, IAIF, Jakarta, 2000 : 24) c. Kecepatan lari Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat penting. Kecepatan menjadi faktor penentu dalam lari jarak pendek. Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa pelaksanaan lari jarak pendek idealnya pelari akan berlari dengan kecepatan maksimal dari start sampai finish. Menurut Harsono (1988:216), “kecepatan adalah 15 kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Bompa (1984:249), “Membagi kecepatan menjadi tiga, yaitu : (a) kecepatan reaksi, (b) kecepatan gerakan siklis (berulang-ulang), dan (c) kecepatan gerakan asiklis (kecepatan aksi)”. Menurut Josef Nossek (1982:277), menyatakan bahwa ada empat macam kecepatan, yaitu: 1) Kecepatan sprint, kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal. Kekuatan sprint ditentukan oleh otot dan persendian. 2) Kecepatan reaksi, kemampuan organisme untuk menjawab suatu ransangan secepat mungkin. Kecepatan reaksi ditentukan oleh iritabilitas susunan syaraf, daya orientasi situasi dan ketajaman panca indera. 3) Kecepatan gerak, kemampuan organisme untuk bergerak secepat mungkin dalam gerak yang utuh. Kecepatan gerakan ditentukan oleh kecepatan otot, daya ledak, daya koordinasi gerakan, kelincahan, dan keseimbangan. 4) Daya tahan kecepatan, daya kemampuan seorang pelari mempertahankan kecepatan maksimal. Bila daya tahan kecepatan menurun, maka kecepatan maksimalnya akan menurun. d. Sistem energi untuk Lari 100 meter Suatu program latihan harus disusun untuk mengembangkan kemampuan fisiologis tertentu yang diperlukan untuk penampilan ketrampilan olahraga. “salah satu kemampuan fisiologis yang perlu dikembangkan adalah penyediaan energi untuk aktivitas otot” Ujian latihan ini didasarkan pada suatu pemahaman tentang sitem energi manusia dan kebutuhan energi tertentu untuk aktivitas olahraga. “energi didefinisikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja, sedangkan kerja didefinisikan sebagai suatu penerapan dari suatu gaya (Force) melalui suatu 16 jarak. Dengan demikian energi dan kerja tidak dapat dipisahkan” (Fox, 1984: 30, 206). Pemahaman sistem energi sangat penting karena digunakan untuk pedoman dalam memberikan program latihan kepada atlet. Kesalahan pemberian program latihan dapat menyebabkan prestasi yang dicapai kurang optimal. Berdasarkan waktu penampilan atau pelaksanaan olahraga dapat dibedakan dalam 4 (empat) bidang rangkaian kesatuan energi. Hal ini dapat dilihat di dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1. Empat Bidang Rangkaian Kesatuan Energi Bidang 1. Waktu Sistem Energi Utama Penampilan yang Terlibat Kurang dari ATP-PC - Lari 100 meter, tolak peluru, 30 detik 2. 3. Contoh Jenis Aktivitas pukulan dalam tenis dan golf. 30 detik- 1,5 ATP- dan menit Laktat 1,5 menit – 3 Asam menit Oksigen Asam - Lari cepat 200-400 meter, renang 100 meter. laktat, dan - Lari 800 meter, nomor- nomor senam, tinju (1 ronde 3 menit), gulat (periode 2 menit). 4. Lebih dari 3 Oksigen menit - Sepak bola, lari marathon, joging Adapun karakteristik umum dari sistem energi tersebut diatas menurut Fox (1984: 22) dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2. Karakteristik Umum Sistem Energi Sistem ATP-PC Sistem Asam Laktat - Anaerobik (tanpa oksigen) - Anaerobik Sistem Oksigen - Aerobik (oksigen) 17 - Sangat cepat - Cepat - Bahan bakar kimia PC - Bahan bakar makanan - Bahan bakar makanan - Lambat glikogen - Produksi ATP glikogen dan protein sangat - Produksi ATP terbatas - Produksi terbatas ATP tidak terbatas - Penyimpanan penimbunan atau - Dengan memproduksi - Dengan di otot terbatas asam laktat produksi , tidak melelahkan menyebabkan kelelahan otot - Menggunakan aktivitas lari - Menggunakan aktivitas - Menggunakan daya cepat atau berbagai power dengan lama (durasi) tahan yang tinggi, lama aktivitas antara 1-3 menit atau durasi panjang atau aktivitas pendek Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sistem energi yang dibutuhkan dalam lari cepat 100 meter adalah sitem ATP-PC karena dalam melakukan lari tanpa menggunakan oksigen (anaerob) dan jumlah ATP yang diproduksi terbatas hal ini tentunya menyebabkan otot akan lebih cepat lelah. “Perbedaan utama antara penyediaan energi anaerobik dan aerobik adalah jika dilakukan pembentukan jumlah glikogen yang sama, maka dengan cara aerobik lebih banyak 13 kali ATP yang dikembangkan dari pada dengan proses anaerobik. Ini berarti cara penyediaan energi aerobik lebih ekonomis dan tentu saja otot dapat bekerja lebih lama”. Nossek (1982: 77) 3. Analisis Anatomis dan Fisiologis a. General Kinetik Ricky Wirasamita (2013:218) bependapat bahwa “Kinetik olahraga adalah kajian tentang tenaga yang menciptakan gerak, dan mengubah kedudukan pada suatu tempat karena alasan tertentu ketika berolahraga. Mencangkup pengertian dasar tentang gerak manusia dan mempengaruhi 18 strukturnya yang mempengaruhi gerak”. Hal ini penting untuk melengkapi kegiatan yang tepat serta menyempurnakan kemampuan dalam analisis kinetik pada olahraga. Gerak efisien adalah gerak yang menopang keberhasilan penampilan olahraga. Kesempurnaan dari keterampilan olahraga yang sangat tinggi tergantung kemampuan menerapkan prinsipprinsip kinetik. Keterampilan olahraga memerlukan gerak yang kompleks dari susunan skeletal muscles. Tingkat penampilan olahragawan seringkali dibatasi oleh terbatasinya gerak otot kerangka. Pengetahuan ini dapat dipergunakan untuk menyusun aktivitas yang dapat dipergunakan untuk dasar keputusan gerak. Tubuh yang sedang bergerak memiliki tiga ciri umum yang berpengaruh kuat pada penampilan olahraga, yaitu kecepatan, percepatan,dan daya gerak. Hubungan factor-faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam mengevaliasi keterampilan olahraga. Karakteristik setiap cabang olahraga satu dengan yang lainya memiliki keunikan sendiri, dengan demikian sajian model latihanpun harus digelar sebagaimana kebutuhan dan kesuaian setiap gerakan yang ditampilkan. Kajian ilmu urai, pembahasan analisis lebih difokuskan pada dimensi struktur kerangkan dan kaki tubuh. Menganalisis gerakan tubuh bukan hal sederhana, namun demikian ketidaksederhanaan ini juga bukan merupakan sesuatu yang rumit untuk dipelajari. Dasar pengetahuan ilmu urai yang harus dimiliki, diantaranya terkait erat dengan osteology dan arthrology yang banyak mengupas tentang tulang dan persendian. Agar lebih runtut berikut ini secara sistematik analisis akan diarahkan mulai dari tahap persiapan (preparation), pelaksanaan (execution), dan sikap akhir (follow through). Memehami analisis gerak dan suatu teknik, dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1) Mengetahui dahulu tentang pola umum gerakan (general pattern movement) 2) Mengetahui kelompok persendian dan gerakan apa yang dilakukannya. 19 3) Mengetahui oto-otot yang terlibat pada gerakan tersebut, baik yang bersifat agonis, sinergis, stabilizer, maupun neutralizer. 4) Mengetahui bagaimana cara melatih otot-otot tersebut. Oleh karenanya beberapa segmen tubuh yang berperan besar terhadap posisi ideal dan akan memberikan vitalitas yang tinggi perlu diuraikan lebih lanjut. Posisi dan struktur tubuh yang ideal akan menjadi konsep dan mendasari tingkah laku berfikir tentang sikap, keterampilan, konsep sehat. Semua ini mempengaruhi psikis (psychological comfort) : tidak ada konflik, tidak ada stress, tidak ada ketegangan sehingga memberikan kebahagiaan hidup. b. Gerak Manusia Gerak manusia dapat diamati karena adanya perubahan posisi dari tubuh atau anggota tubuh dalam ruang dan waktu. Semua bentuk gerakan terjadi karena dipengaruhi oleh sejumlah gaya. Gaya disini tidak lain adalah kontraksi otot ada tiga unsur yang menyebabkan terjadinya gerakan, yaitu: 1) Tuclang sebagai alat penggerak 2) Persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan 3) Otot sebagai sumber penggerak Pada dasarnya ada 3 tipe otot yang bekerja saat lari: 1. Primer (Primary) 2. Pendukung (Supporting) 3. Tambahan (Auxiliary) 20 Gambar 4 Anatomi Otot (Sumber:http://3.bp.blogspot.com/-reEEemBLIak/UOuxkOiZWI/AAAAAAAAAK0/Vko6HSxUn8I/s1600/sistema_muscular.gif) 21 Gambar 5 Anatomi Tulang (Sumber:http://4.bp.blogspot.com/2fHLm2KJdm4/VPJ26ZatRHI/ AAAAAAAACnU/52uIq5ZWPSY/s1600/Gerak.jpg) 22 1. Otot Primer Bagian otot kaki yang termasuk kategori Primer dalam mendukung aktifitas lari adalah: Otot quadriceps femoris Otot hamstring Otot gluteus maximus Otot iliopsoas Otot betis Gambar 6 Otot Kaki (Sumber: http://dunialari.com/otot-apa-yang-bekerja-ketika-kita-berlari/) Otot quadriceps femoris — seringkali disebut quadriceps atau quadriceps extensor atau singkatnya quads — adalah gabungan dari beberapa otot lagi di bagian depan paha, yaitu: Otot rectus femoris Otot vastus medialis Otot vastus lateralis Otot vastus intermedius 23 Kelompok otot quads mengaktifkan 2 sendi – sendi pinggul dan sendi lutut – terutama untuk menekuk pinggul (membungkuk) dan meluruskan lutut. Otot hamstring terdiri dari 4 otot di belakang paha, yaitu: Otot semitendinosus Otot semimembranosus Otot biceps femoris long head Otot biceps femoris short head Keempat otot ini mengaktifkan sendi lutut, terutama untuk gerakan menekuk lutut. Ketiga otot diatas juga menggerakan sendi pinggul, terutama untuk meluruskan pinggul. Namun karena otot biceps femoris short head hanya melintasi sendi lutut, otot ini tidak terlibat dalam gerakan ekstensi pinggul. Otot gluteus maximus adalah salah satu dari tiga otot gluteal, dan merupakan yang terbesar dari ketiganya. Otot ini berperan sebagai pembentuk bokong. Fungsi utama dari gluteus maximus adalah untuk menjaga bagian belakang tubuh tetap tegap, atau untuk mendorong kedudukan pinggul ke posisi yang tepat. Ini sebabnya spesies primata lain memiliki bentuk bokong lebih rata dibanding manusia. Otot Iliopsas Gambar 7 Otot Perut (Sumber: http://dunialari.com/otot-apa-yang-bekerja-ketika-kita-berlari/) 24 Otot iliopsoas — atau disebut juga hip flexors — terdiri dari 2 otot: Otot iliacus Otot psoas major Otot iliacus memiliki jenjang yang lebih pendek dibanding psoas major dan bermula dari iliac fossa bagian dari ilium (di ujung panggul) dan menempel pada femur (tulang paha). Otot psoas major bermula dari vertebra T-12 sampai L-5 (dari tulang belakang) dan juga menempel pada femur. Kelompok otot iliopsoas — dengan psoas major sebagai pemain utama – mendukung gerakan lekukan pinggul. Otot betis — atau triceps surae — merupakan kelompok otot yang terdiri dari: Otot gastrocnemius Otot soleus Tujuan dari otot betis adalah untuk menekuk plantaris pergelangan kaki dan lutut. 2. Otot Pendukung Bagian otot kaki yang termasuk kategori Pendukung dalam berlari adalah: Otot biceps brachii Otot perut atas Otot perut bawah Otot biceps brachii — atau lebih dikenal dengan sebutan biceps — adalah otot lengan bagian atas yang berfungsi memutar lengan bawah dan menekuk siku. Karena berlari akan lebih efisien bila dilakukan dengan siku ditekuk, maka otot biceps brachii mendukung aktifitas lari. Otot perut atas dan otot perut bawah menguatkan pusat tubuh (core). Pelari membutuhkan pusat tubuh yang kuat untuk menjaga postur – hal ini penting untuk memaksimalkan performa dan mencegah cidera. Karena aktifitas lari menimbulkan banyak rotasi tulang belakang, 25 dibutuhkan otot perut atas dan bawah yang kuat untuk stabilisasi tulang belakang dan meminimalkan pembuangan energi pada saat perpindahan tenaga ke bagian ekstremitas tubuh (kaki dan tangan). 3. Otot Tambahan Ada yang berpendapat otot tambahan tidak diperlukan dalam berlari, namun ada juga yang beranggapan seluruh tubuh bekerja ketika kita berlari. Sebagian dari otot-otot tubuh bagian lain yang dianggap membantu aktifitas lari adalah: Otot intercostals eksternal Otot intercostals internal Otot intercostals eksternal membantu pernarikan napas dan otot intercostals internal membantu pembuangan napas. Ada otot lain yang dapat diikutsertakan dalam kategori otot tambahan, contoh adalah kelompok otot yang menopang kepala agar tetap tegak ketika kita berlari. 3. Usia Latihan Menurut umur dalam spesialisasi lari cepat yaitu mulai olahraga berusia 10-12 tahun dan memulai spesialisasi lari cepat yaitu berumur 1416 tahun setelah itu performa terbaik yaitu 22-26 tahun (Sumber : http://rizkycompas.blogspot.co.id/2011/12/petunjuk-untuk- memulai-spesialisasi.html?m1) 4. Pendekatan Pembelajaran a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Salah satu komponen dalam proses belajar adalah pendekatan pembelajaran. Menurut Waluyo (2011:26) pendekatan pembelajaran dapat 26 diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cangkupan teoritis tertentu. Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan kedalam strategi pembelajaran, strategi pembelajaran tersebut meliputi (Waluyo, 2011:27) : 1) Menetapkan spesifikasi dan kualitikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. 3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran) Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam penyajian isi pembelajaran atau merupakan kegiatan yang dipilih guru dalam proses pembelajaran guna memberikan kemudahan siswa menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. b. Pentingnya pendekatan Pembelajaran Dalam proses pembelajaran terdapat komponen siswa sebagai objek yang sedang belajar dan guru sebagai pengajar untuk memberikan materi pelajaran guna terjadi perubahan pada diri siswa. Mengajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiki pengetahuan atau ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan atau ketangkasan. 27 Upaya untuk menyampaikan materi atau keterampilan kepada siswa, maka harus diterapkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengacu pada penemuan yang terarah dan pemecahan masalah. Penemuan dan pemecahan masalah tersebut merupakan pendekatan yang membantu tercapainya dengan mengacu pada pendekatan pembelajaran yang terkendali, dengan seksama menyusun seri-seri pembelajaran yang memberi urutan pembelajaran terhadap tujuan yang telah dirumuskan. Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu bagian integral yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Berhasil dan tidaknya tujuan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode pembelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal. Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam penyajian isi pembelajaran atau merupakan kegiatan yang dipilih guru dalam proses pembelajaran guna memberikan kemudahan siswa menuju tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. c. Pendekatan Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani Pendekatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk menyajikan tugas-tugas ajar yang pada dasarnya berupa kerja fisik dan terampilan. Guru pendidikan jasmani dalam merencanakan pembelajaran harus memilih pendekatan yang akan digunakan dalam pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berlatih, bergembira, menikmati proses pembelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar. Beberapa pendekatan yang dapat dipilih oleh guru pendidikan jasmani, antara lain: 1) Pendekatan drill (pendekatan konvesional) 2) Pendekatan bermain 28 3) Pendekatan kompetitif 4) Pendekatan pola gerak dominan Dari keempat macam pembelajaran diatas, pendekatan drill adalah pendekatan yang selama ini dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dan sering disebut dengan pendekatan konvensional, sedangkan pendekatan bermain, pendekatan kompetitif dan pendekatan pola gerak dominan adalah pendekatan pembelajaran baru yang merupakan inovasi yang disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan anak dalam proses pembelajaran. Pendekatan bermain dilakukan untuk pembelajaran atletik, pendekatan kompetitif untuk pembelajaran renang dan pendekatan pola gerak dominan dilakukan untuk pembelajaran senam. Meskipun demikian dalam proses pembelajaran bermain tidak menutup kemungkinan didalamnya juga terjadi proses kompetisi yang merupakan ciri khas dari pendekatan kompetitif dan gerakan-gerakan dominan yang merupakan ciri khas dari pendekatan pola gerak dominan. Menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang diteliti yaitu lari pendek 100 meter yang merupakan bagian dari pembelajaran atletik, dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pendekatan drill dan pendekatan bermain. 5. Pendekatan Pembelajaran Drill Pendekatan drill adalah pendekatan pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru pendidikan jasmani disekolah-sekolah. Menurut Suwarna, dkk (2006:111) Pendekatan drill adalah cara mengajar dengan memberikan latihan berulang-ulang mengenai apa yang telah diajarkan guru sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tertentu. Agar pelaksanaan pendekatan drill dapat berjalan dengan lancar, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Perlu adanya penjelasan tengtang apa yang menjadi tujuan pembelajaran, sehingga setelah selesai latihan siswa dapat mengerjakan sesuatu yang diharapkan guru. b. Perlu adanya penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan oleh siswa. 29 c. Lama latihan perlu disusuaikan dengan kemampuan siswa. d. Perlu adanya kegiatan selingan agar siswa merasa tidak bosan. e. Jika ada kesalahan segera diadakan perbaikan oleh guru. Sejalan dengan hal tersebut Danu Hoedaya (2001: 3) menerangkan bahwa pendekatan drill adalah pendekatan pembelajaran jasmani yang menekankan pada penguasaan teknik dasar, dan beriontasi pada keterampilan teknik. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan pembelajaran drill dalam pendidikan jasmani adalah cara mengajar dengan memberikan latihan yang berulang-ulang hingga siswa mampu menguasai teknik yang diajarkan. a. Kelebihan dan Kekurangan pendekatan pembelajaran drill Perlu disadari bahwa pendekatan drill tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Latihan sprint 100 meter dengan pendekatan drill merupakan latihan yang dalam pelaksanaannya siswa melakukan latihan teknik secara berulang-ulang. Latihan sprint dengan metode drill menekankan pada penguasaan teknik yang benar. Kelebihan pendekatan pembelajaran drill antara lain : 1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik-teknik dasar yang diajarkan dengan baik dan benar. 2) Siswa dapat meperagakan atau mempraktekan teknik yang diajarkan 3) Kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari guru, sehingga dapat menimalkan kesalahan teknik. 4) Siswa melakukan gerakan lari cepat secara berulang ulang, sehingga siswa melakukan gerakan lari cepat dengan terbiasa. Sedangkan kelemahan pendekatan pembelajaran drill antara lain: 1) Dapat menimbulkan rasa bosan, karena harus mengulang-ulang gerakan yang sama secara terus menerus dan menunggu gilirannya. 2) Hasrat gerak siswa tidak terpengaruhi karena pembelajaran harus dilakukan secara runtut. 30 6. Pendekatan Pembelajaran Bermain a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Bermain Menurut Rusli Lutan (2000: 31) memaparkan bahwa bermain sebagai aktivitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela. Sejalan dengan hal tersebut M. Furqon Hidayatullah (2008: 4) menerangkan bahwa bermain merupakan cara untuk berekplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain merupakan pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan yang mengarah pada teknik-teknik yang diajarkan dan diharapkan mampu untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa akan lebih optimal. Pendekatan permainan merupakan bentuk latihan suatu teknik cabang olahraga yang dilakukan dalam bentuk permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 36-36) menyatakan manakala guru atau pelatih menyadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut: 1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga sisiwa menangkap gagsan umum permainan yang dilakukan. 2) Guru dapat kembali pada tahapan bekerja yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan ketrampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi. 3) Guru dapat merubah ketrampilan pada level yang lebih simpel dan 31 lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain. b. Kelebihan Dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Bermain Latihan sprint 100 meter dengan pendekatan merupakan cara latihan yang dalam pelaksanaan dilakukan dengan bentuk permainan. Bentuk permainan yang dimaksud yaitu permainan lari memindahkan bola dengan dibuat kompetisi. Dalam pelaksanaan pendekatan bermain, kreativitas, inisiatif, kemampuan siswa untuk berfikir dan memahami pola permainan. siswa berperan penting untuk mengambil keputusan yang tepatsesuai dengan permasalahan yang terjadi dalam permainan. Kelebihan pendekatan pembelajaran bermain antara lain: 1) Pembelajaran dalam bentuk permainan akan menimbulkan rasa senang dan motivasi belajar meningkat. 2) Dapat rasangan kemampuan berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang tepat sesuai situasi yang terjadi dalam permainan. 3) Meningkatkan kemampuan siswa untuk menilai dirinya sendiri dan kemampuannya selama proses pengajaran apakah sudah baik atau belum. Sedangkan kelemahan pendekatan pembelajaran bermain antara lain : 1) Siswa kurang memahami konsep gerakan teknik yang diajarkan dengan baik dan benar, sehingga akan sering terjadi kesalahan teknik. 2) Pengorganisasian pembelajaran kurang kendali. 3) Guru akan mengalami kesulitan untuk mengontrol kesalahan teknik yang dilakukan siswa. 32 7. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Drill Dan Bermain Dalam Lari Cepat 100 Meter. Dalam pembelajaran lari cepat 100 meter, ada beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat dipilih guru untuk mampu mengoptimalkan kemampuan siswa, diantaranya adalah pendekatan pembelajaran drill dan pendekatan pembelajaran bermain. Adapun pengertian dari pendekatan drill dan bermain dalam pembelajaran lari cepat 100 meter adalah sebagai berikut : a) Pendekatan drill dalam pembelajaran pada lari cepat 100 meter Pembelajaran lari cepat 100 meter yang mengutamakan latihan teknik dasar dengan sisitem pengulangan agar siswa dapat menguasai teknik lari cepat 100 meter yang berupa teknik start, teknik lari, dan teknik melewati garis finish yang baik dan benar. b) Pendekatan bermain dalam pembelajaran lari cepat 100 meter Pembelajaran lari cepat 100 meter yang di konsep dalam bentuk permainan yang mengarah pada teknik-teknik yang diajarkan dan diharapkan mampu untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Adapun bentuk-bentuk permainan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran lari cepat 100 meter adalah permainan memindahkan bola, dimana sebuah bola diletakan pada ujung dari jalur lintasan tiap team. Cara melakukan para pelari berlari mengambil bola serta membawanya dan di letakan ke start kemudian sebelum mulai lari pelari berikutnya dengan suatu tepukan tangan. 33 B. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan, untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai arah penelitian, maka disajikan kerangka pemikiran sebagai berikut. 1. Perbedaan Pengaruh antara Pendekatan Drill dan Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan Lari Cepat 100 Meter. Pendekatan pembelajaran drill dan bermain masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Pembelajaran dengan pendekatan drill menekankan pada penguasaan teknik lari cepat 100 meter yang baik dan benar. Dalam pelaksanaannya pembelajaran lari cepat 100 meter dengan pendekatan drill yaitu, teknik-teknik lari cepat 100 meter dipelajari secara berulang-ulang dengan komando dari guru hingga terjadi otomatisasi dalam gerakan lari cepat 100 meter yang benar. Pembelajaran lari cepat 100 meter dengan pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dirancang dalam konsep permainan yang mengarah pada teknik-teknik lari cepat 100 meter. Dalam pelaksanaannya pembelajaran lari cepat 100 meter dengan pendekatan bermain yaitu mengemas lari cepat 100 meter dalam bentuk permainan memindahkan bola. Sehingga siswa dapat menemukan sendiri cara melakukan lari cepat 100 meter melalui diskusi dan bermain secara berkelompok. Berdasarkan karakteristik dan kelebihan serta kelemahan pendekatan pembelajaran drill dan bermain, hal ini akan mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar lari cepat 100 meter. Perbedaan perlakuan dan tingkat kesulitan maupun kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula. Dengan demikian diduga, terdapat perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran drill dan bermain terhadap kemampuan lari cepat 100 meter. 34 2. Pendekatan Pembelajaran Drill Lebih Baik Dibanding Pendekatan Pembelajaran Bermain Terhadap Kemampuan Lari Cepat 100 Meter. Dalam pembelajaran, pendekatan pembelajaran drill dan bermain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pendekatan pembelajaran drill memiliki kelebihan antara lain: siswa dapat mengerti dan menguasai teknikteknik yang diajarkan dengan baik dan benar, kesalahan teknik dapat dikenali lebih awal karena ada koreksi dari guru, sehingga dapat meminimalkan kesalahan teknik. Kelemahan pendekatan pembelajaran drill antara lain: dapat menimbulkan rasa bosan, karena harus mengulang-ulang gerakan yang sama secara terus menerus dan menunggu giliran untuk melakukan tugas ajar, hasrat gerak siswa tidak terpenuhi karena pembelajaran harus dilakukan secara runtut. Sedangkan pendekatan pembelajaran bermain memiliki kelebihan antara lain: menimbulkan rasa senang dan motivasi belajar meningkat, dapat merangsang kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang tepat sesuai situasi yang terjadi dalam permainan, meningkatkan kemampuan siswa untuk menilai dirinya sendiri dan kemampuannya selama proses pengajaran apakah sudah baik atau belum dan mampu mempelajari teknik-teknik yang diajarkan secara mandiri. Sedangkan kelemahan pendekatan pembelajaran bermain adalah siswa kurang memahami konsep gerakan teknik yang diajarkan dengan baik dan benar, sehingga akan sering terjadi kesalahan teknik, pengorganisasian pembelajaran kurang terkendali, guru akan mengalami kesulitan untuk mengontrol kesalahan teknik yang dilakukan siswa. Dalam teori belajar, untuk meraih kemampuan yang maksimal dalam penguasaan keterampilan, maka siswa harus mendapatkan pembelajaran teknik secara kreatif dan menyenangkan agar terjadi otomatisasi gerakan teknik yang baik dan benar. Pada pembelajaran lari Cepat 100 meter, bahwa semakin banyak siswa melakukan teknik lari cepat 100 meter yang baik dan benar maka penguasaan keterampilan teknik yang diajarkan akan semakin maksimal sehingga hasil belajar siswa dalam penguasaan keterampilan teknik akan optimal. Berdasarkan pemikiran dan pemaparan diatas diduga bahwa dalam pembelajaran lari Cepat 100 meter dengan pendekatan drill, siswa akan 35 memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan pendekatan bermain. C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan pengaruh antara pendekatan drill dan pendekatan bermain terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2015/2016. 2. Pendekatan pembelajaran drill lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan lari cepat 100 meter pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Colomadu tahun pelajaran 2015/2016.