BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hal yang mahal bahkan tak ternilai harganya. Berdasarkan hal itu, setiap orang akan melakukan berbagai cara agar dapat mempertahankannya. Berbagai jenis perawatan seperti obat-obatan pun menjadi pilihan. Obat mengandung bahan kimia yang mampu melawan bahkan menghilangkan faktor penyebab penyakit. Kandungan obat-obatan tidak hanya mengandung bahan kimia yang mampu menyembuhkan, namun juga mengandung zat kimia yang membahayakan tubuh. Oleh karena itu, tidak jarang obat disebut sebagai racun. Pilihan mengkonsumsi obat saat ini semakin dipertimbangkan oleh pasien. Hal ini dikarenakan tidak jarang kita dapati walaupun telah mengkonsumsi obatobatan, seseorang yang menderita suatu penyakit belum dapat dikatakan sembuh. Keadaan ini memicu suatu pemikiran untuk menggunakan alternatif perawatan seperti obat tradisional. Pemilihan obat tradisional yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti tanaman obat juga menjadi tren pembicaraan dalam bidang kedokteran gigi. Bahanbahan alam yang dapat diolah menjadi bahan perawatan dalam kedokteran gigi menjadi semakin bervariasi. Tanaman obat merupakan salah satu sumber daya alam potensial yang dapat dimanfaatkan secara tradisional sebagai obat-obatan. Tanaman obat juga dapat dimanfaatkan juga sebagai kosmetik.1 Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman obat, salah satunya adalah tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.). Dalam bidang kedokteran gigi, gambir telah lama digunakan sebagai pelengkap sirih yang dikunyah dan dipercaya dapat menguatkan gigi. Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, suatu senyawa polifenol, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri. Lucida et al melaporkan bahwa ekstrak gambir mempunyai daya hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans yang menyebabkan terjadinya plak gigi.2 Berdasarkan fakta tersebut, tanaman gambir dapat digunakan dalam perawatan bidang kedokteran gigi, seperti infeksi saluran akar yang pada awalnya merupakan karies gigi. Di Indonesia, sebesar 87% masyarakat mengalami karies gigi. Penyebab utama penyakit ini adalah kumpulan bakteri yang terikat dalam suatu matriks organik dan melekat erat pada permukaan gigi.1 Karies yang tidak dirawat lama-kelamaan akan menyebabkan invasi bakteri ke dalam saluran akar sehingga terjadi infeksi. Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus infeksi saluran akar adalah perawatan endodontik. Namun, seringkali terjadi kegagalan pada perawatan endodontik yang disebabkan oleh kesalahan pada prosedur sterilisasi. Mikroorganisme masih tersisa di dalam tubuli dentin, saluran lateral atau ramifikasi 2 saluran akar karena obat-obat disinfeksi yang digunakan kurang efektif, sehingga dapat menyebabkan terjadinya reinfeksi.3 Infeksi yang terjadi di saluran akar dihasilkan oleh mikroorganisme yang mendapatkan akses di jaringan pulpa dan periapikal. Pada kasus perawatan endodontik yang gagal, Enterococcus faecalis merupakan spesies yang paling sering diisolasi dari keseluruhan spesies Enterococcus. Bakteri ini merupakan patogen oportunistik yang berhubungan dengan infeksi oral termasuk periodontitis marginal, saluran akar yang terinfeksi dan abses periradikuler. Hubungannya dengan kegagalan perawatan pada gigi dengan pengisian saluran akar dilaporkan signifikan sehingga dibutuhkan perawatan ulang.4,5 Kegagalan pada prosedur sterilisasi disebabkan karena bakteri Enterococcus faecalis yang bersifat resisten terhadap kalsium hidroksida. Sodium hipoklorit telah menjadi bahan irigasi pilihan di seluruh dunia, tetapi klorheksidin telah terbukti efektif melawan E. faecalis daripada sodium hipoklorit.5 Selain efektif mematikan bakteri saluran akar, bahan-bahan irigasi tersebut juga memiliki kekurangan yaitu bersifat toksik. Untuk menghindari efek toksisitas dari bahan tersebut, maka dapat digunakan bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuhan, salah satunya yang berasal dari tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.). Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, suatu senyawa polifenol, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri.2 Fauziyah et al mengutip pernyataan dari buku yang berjudul Dasar-dasar mikrobiologi, zat antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya, zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis yaitu 3 yang memiliki aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas bakterisidal (membunuh bakteri).6 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat antibakteri dari ekstrak gambir terhadap bakteri Enterococcus faecalis serta konsentrasi dan waktu kontak yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) efektif menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis? 2. Pada konsentrasi berapa dan waktu kontak berapa lama ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) mulai efektif menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis? 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan umum Untuk mendapatkan bahan alternatif larutan irigasi saluran akar yang berasal dari ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.). 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui apakah ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) efektif menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. 4 2. Untuk mengetahui konsentrasi minimal dan waktu kontak minimal ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1. Sebagai dasar penelitian bagi mahasiswa mengenai efektivitas ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) untuk penelitian selanjutnya. 2. Menghasilkan alternatif bahan alternatif larutan irigasi saluran akar dari ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.). 1.5 HIPOTESIS 1. Ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) efektif menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. 2. Ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb.) efektif menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis pada konsentrasi dan waktu kontak minimal. 5