BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Setelah fenomena dan masalah penelitian dirumuskan, selanjutnya adalah pengumpulan teori, konsep, dan generalisasi hasil penelitian yang dijadikan sebagai landasan teori penelitian. Landasan teori diperlukan sebagai dasar yang kokoh penelitian dan cara ilmiah untuk mendapatkan data. Dalam landasan teori, sudah jelas teori yang akan dipakai yang berguna sebagai landasan dasar pembuatan hipotesis, penyusunan instrumen, pembahasan hasil, kesimpulan, dan saran (Sugiyono, 2014). Dalam menjawab permasalahan yang sudah dijabarkan di bab sebelumnya, landasan teori penelitian ini diambil dari referensi dan hasil penelitian sebelumnya. 2.1.1 Kualitas laporan keuangan Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horisontal. Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat dan pemerintah pusat kepada MPR melalui unit-unit kerja kepada pemerintah daerah. Pertanggungjawaban horisontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat. Akuntabilitas publik pemerintah adalah pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja keuangan Universitas Sumatera Utara pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus menjadi subyek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik (Mardiasmo, 2009). Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010, laporan keuangan adalah laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Dengan kata lain, laporan keuangan adalah output dari sistem akuntansi yang bermanfaat pemberian informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan (Mahmudi, 2011) yang dilaksanakan di tingkat SKPD dan di tingkat PPKD (Nunuy, 2009). Kualitas laporan keuangan sesuai dengan SAP yang terkandung dalam Paragraf 32 Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010 adalah syarat normatif yang dipenuhi dalam penyusunan laporan keuangan untuk menghasilkan informasi akuntansi yang memiliki manfaat bagi pengguna laporan keuangan. Ada 4 karakteristik yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah berkualitas, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Laporan keuangan dikatakan relevan apabila keputusan pengguna dipengaruhi oleh informasi yang termuat didalamnya dengan membantu pengguna untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, memprediksi masa depan, serta mengoreksi hasil evaluasi tersebut. Selain itu, informasi dapat dikatakan relevan jika disajikan memiliki manfaat umpan balik, memiliki manfaat prediktif, tepat waktu, dan lengkap. Laporan keuangan andal berarti informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan Universitas Sumatera Utara material, menyajikan fakta secara jujur, serta diverifikasi. Informasi yang andal memiliki karakteristik penyajian jujur, dapat diverifikasi, dan netralitas. Dapat dibandingkan artinya informasi dalam laporan keuangan akan berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi sekarang, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. Laporan keuangan maksudnya dapat dipahami pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Kualitas laporan keuangan pemerintah dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu penerapan SAP, kompetensi SDM, penerapan SPIP, pemanfaatan teknologi informasi, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian ini. Masing-masing variabel yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan dijelaskan sebagai berikut. 2.1.2 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara ialah dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang tepat waktu dan disusun mengikuti SAP yang berlaku umum (Nordiawan et. al., 2007). SAP yang berlaku saat ini di Indonesia yang ditetapkan dengan PP No. 24 Tahun 2005 menjadi PP No. 71 Tahun 2010. SAP ini disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dimana KSAP berada di bawah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Peran penting akuntansi dalam pelaporan keuangan di pemerintahan telah Universitas Sumatera Utara dikukuhkan dengan terbitnya SAP. Regulasi akuntansi pemerintahan ini diadopsi dari International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dengan memperhatikan praktik akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan pemerintah Tahun 2015 yang disampaikan terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), neraca, Laporan Opearsional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Pengertian SAP yang tertuang dalam pasal 1 ayat (3) PP No. 71 Tahun 2010 adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Menurut Bastian (2006), SAP adalah prinsip akuntansi yang harus diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat maupun daerah yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah. SAP diatur pertama sekali melalui PP No. 24 Tahun 2005 dengan basis kas menuju basis akrual yang sifatnya sementara seperti diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003. UU ini menyebutkan, pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan paling lama 5 tahun. Pelaksanaan basis akrual ini belum dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah maka diperbaharui melalui PP No. 71 Tahun 2010. Menurut PP No. 71 Tahun 2010 dalam Lampiran I, SAP berbasis akrual terdiri atas 12 pernyataan, yaitu PSAP No. 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, PSAP No. 02 tentang LRA Berbasis Kas, PSAP No. 03 tentang LAK, PSAP No. 04 tentang CaLK, PSAP No. 05 tentang Akuntansi Persediaan, PSAP Universitas Sumatera Utara No. 06 tentang Akuntansi Investasi, PSAP No. 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, PSAP No. 08 tentang Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan, PSAP No. 09 tentang Akuntansi Kewajiban, PSAP No. 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan, PSAP No. 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian dan PSAP No. 12 tentang Laporan Operasional yang dijelaskan pada Lampiran 1. 2.1.3 Kompetensi Sumber Daya Manusia Development Dimension International dalam Manopo (2011), kompetensi adalah sekumpulan perilaku, motivasi, dan pengetahuan yang dapat diobservasi dan terukur sehingga dapat menilai seseorang sukses atau gagal dalam pekerjaannya. Hal yang penting dilakukan perusahaan adalah mensosialisasikan budaya perusahaan kepada karyawan sehingga menjadi karyawan yang produktif dan efektif. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui pelatihan. Berdasarkan Pasal 1 ayat (10) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, kompetensi ialah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang berlaku. Aparatur daerah yang berkompetensi sangat diperlukan dalam pengelolaan keuangan dalam pemerintah daerah khususnya penyusunan laporan keuangan. Pengertian kompetensi dalam pemerintahan adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang pegawai berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya dengan profesional, efektif, dan efisien (Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 46A Tahun 2003). Universitas Sumatera Utara UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP membawa perubahan besar dan memberikan pendekatan baru dalam pengelolaan keuangan pemerintah yang terkait dengan penatausahaan keuangan daerah. Perubahan tersebut dalam sistem akuntansi dan prosedur pencatatan, dokumen dan formulir yang digunakan, fungsi-fungsi otorisasi untuk tujuan sistem pengendalian intern, laporan, serta pengawasan (Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006). Perubahan tersebut membutuhkan dukungan teknologi dan SDM yang berkualitas untuk mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai (Widodo, 2001). Pengelolaan keuangan pemerintah yang baik didukung oleh satuan kerja yang memiliki SDM yang berkualitas dengan latar belakang akuntansi, mengikuti pendidikan dan pelatihan, serta mempunyai pengalaman di bidang keuangan. SDM berkualitas akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik dalam penerapan sistem akuntansi. Kegagalan SDM pemerintah, yaitu memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang disajikan dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah (Warisno, 2008). Menghadapi berbagai permasalahan kualitas laporan keuangan, tenaga akuntan handal sangat dibutuhkan sektor publik sebagai pelaksana kebijakan maupun penentu kebijakan. Ini ditujukkan dengan adanya hasil penelitian BPK Tahun 2004 terhadap masalah SDM pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Masalah pertama yang terdeteksi dalam penelitian BPK tersebut berhubungan dengan alokasi pegawai unit pengelola keuangan, yaitu (1) tidak Universitas Sumatera Utara memiliki atau kekurangan SDM berlatar belakang akuntansi, (2) tidak ada kebijakan rekrutmen pegawai berlatar belakang akuntansi, (3) walaupun SDM tersebut berlatar belakang non akuntansi, tetapi dianggap mampu menjalankan/melaksanakan tugas dengan modal diklat dan pelatihan, (4) kebijakan pimpinan, dan (5) bagian kepegawaian telah mengajukan usulan tentang formasi personil yang dibutuhkan kepada Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara tetapi usulan formasi tersebut dirubah/direvisi untuk disesuaikan dengan rencana strategi pemerintah pusat (Triani, 2013). Masalah kedua yang terdeteksi dalam penelitian BPK, tingkat pemahaman dasar pegawai tentang administrasi keuangan negara. Dari hasil penelitian diperoleh, rata-rata tingkat pemahaman dasar pegawai tentang administrasi keuangan negara masih sangat rendah. Tingkat pemahaman responden hanya sebesar 49,94%. Angka ini sangat mengkhawatirkan, terlebih lagi jika diketahui yang ditanyakan dalam survei hanya pengetahuan dasar, bukan tata-cara pembukuan yang membutuhkan kompetensi lebih tinggi. Dibandingkan, tingkat pemahaman staf yang berlatar belakang akuntansi sebesar 67,22% lebih tinggi dari yang berlatar belakang non akuntansi sebesar 44,71% (Triani, 2013). 2.1.4 Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) dan (2) PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pengertian SPI, yaitu proses yang terintegral untuk setiap tindakan dan kegiatan secara terus menerus oleh pimpinan dan semua pegawai untuk memberikan keyakinan memadai untuk tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien, pelaporan keuangan yang andal, pengamanan aset negara, serta ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. SPIP Universitas Sumatera Utara dilakukan secara menyeluruh pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang dilaksanakan menyatu menjadi bagian integral dari kegiatan instansi pemerintahan. SPIP terdiri atas (1) lingkungan pengendalian, (2) penilaian risiko, (3) kegiatan pengendalian, (4) informasi dan komunikasi, dan (5) pemantauan. Lingkungan pengendalian dalam keseluruhan organisasi diciptakan pimpinan instansi pemerintah dan semua pegawai untuk dipelihara sehingga menimbulkan perilaku positif yang mendukung terhadap pengendalian intern serta manajemen yang sehat. Lingkungan pengendalian, antara lain penegakan integritas dan nilai etika, pembentukan struktur organisasi, pendelegasian wewenang, tanggung jawab yang tepat, serta perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif. Dalam penilaian risiko, instansi pemerintah harus mengidentifikasi secara efisien dan efektif risiko dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar instansi. Penilaian risiko, terdiri atas identifikasi risiko dan analisis risiko. Kegiatan pengendalian membantu memastikan arah pimpinan instansi dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian antara lain pembinaan SDM, pengendalian atas pengelolaan sistem informasi, pengendalian fisik atas aset, pemisahan fungsi, pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian, dokumentasi yang baik atas SPI, serta transaksi dan kejadian penting. Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada instansi pemerintah dan pihak yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu untuk memungkinkan pimpinan instansi melaksanakan Universitas Sumatera Utara pengendalian dan tanggung jawabnya. Penyelenggaraan sistem informasi yang efektif, pimpinan instansi pemerintah harus menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk, sarana komunikasi, mengelola, mengembangkan, serta memperbaharui sistem informasi secara terus menerus. Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segara ditindak lanjuti. Pemantauan SPI dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, tindak lanjut hasil rekomendasi audit, dan reviu lainnya. Kegiatan pengendalian sesuai dengan PP No. 60 Tahun 2008 wajib diselenggarakan oleh pimpinan instansi pemerintah sesuai dengan kompleksitas, ukuran, sifat dari tugas, dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. 2.1.5 Pemanfaatan teknologi informasi Teknologi informasi adalah istilah umum teknologi membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, dan mengkomunikasikan informasi (Haryanto, 2013). Menurut Andriani (2010), perangkat pendukung dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah dibedakan menjadi dua kategori, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras adalah perangkat yang berwujud fisik dengan kasat mata serta perangkat lunak, meliputi perintahperintah yang berisi program, data yang melengkapi, dan mempunyai tugas yang menghubungkan manusia dengan perangkat kerasnya. Berdasarkan PP No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah, terselenggaranya proses pembangunan sejalan dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah berkewajiban dalam pengembangan dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk Universitas Sumatera Utara meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan dan menyalurkan informasi keuangan kepada pelayanan publik. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi perlu dioptimalisasikan oleh pemerintah dalam pembangunan jaringan sistem informasi manajemen sehingga memungkinkan proses kerja pemerintahan terpadu dengan penyederhanaan akses antar unit kerja. Segala informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Pasal 1 ayat (15) PP No. 56 Tahun 2005, pengertian SIKD, yaitu sistem yang mendokumentasikan, mengadministrasikan, mengolah data keuangan daerah, data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada masyarakat dan bahan pengambilan keputusan untuk perencanaan, pelaksanaan, serta pelaporan pertanggungjawaban daerah. Hasil akhir dari sistem informasi pengelolaan keuangan dapat berupa formulir-formulir yang dibutuhkan oleh para pengelola keuangan SKPD antara lain laporan berkala maupun laporan tahunan. Pasal 12, SKID bertujuan membantu kepala daerah dalam penyusunan anggaran daerah, laporan pengelolaan keuangan daerah, perumusan kebijakan keuangan daerah, pelaksanaan evaluasi kinerja keuangan daerah, pemenuhan statistik keuangan daerah, penyajian informasi keuangan daerah kepada masyarakat, dan penyediaan informasi keuangan daerah secara nasional. 2.1.6 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, peraturan perundang-undangan ialah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara Universitas Sumatera Utara umum. Berdasarkan definisi tersebut, kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan ialah kepatuhan individu atau lembaga terhadap peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. Peraturan perundang-undangan yang digunakan dalam pengelolaan keuangan negara adalah UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP No. 56 Tahun 2005, PP No. 71 Tahun 2010 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan, Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, perubahan Permendagri No. 59 Tahun 2007, dan Permendagri No. 21 Tahun 2011. Pemerintah daerah dalam penerapan basis akrual dituangkan dalam Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Pasal 146 UU No. 32 Tahun 2004, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah dalam pelaksanaan Peraturan Daerah (Perda). Untuk mengajukan rancangan dan menetapkan Perda harus mendapatkan persetujuan dari DPRD. Perspektif pertama dalam memahami keberhasilan suatu implementasi adalah kepatuhan para implementor dalam melaksanakan regulasi yang tertuang dalam dokumen regulasi (Purwanto dan Sulistyastuti, 2012). Perubahan fundamental sistem pelaporan dan akuntansi dari basis kas menjadi basis akrual perlu dikelola dan dipersiapkan dengan baik. Proses persiapan transfer tersebut, terdiri dari mandat peraturan perundang-undangan yang jelas, komitmen politik, komitmen dari pemerintah pusat dan daerah, SDM yang memadai, kemampuan teknologi dan sistem informasi yang memadai, serta wewenang dalam melakukan Universitas Sumatera Utara perubahan yang didukung oleh legislatif. Perubahan peraturan tersebut disikapi dengan peningkatan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan melalui sosialisasi dan bimbingan teknis untuk mengurangi temuan. 2.1.7 Komitmen Pengguna Anggaran Pengertian pimpinan adalah orang yang mempunyai kewenangan memberikan tugas dan kemampuan untuk mempengaruhi bawahan melalui pola hubungan yang baik guna mencapai tujuan perusahaan. Dukungan pimpinan, yaitu refleksi sikap positif pimpinan dalam memberikan respon terhadap suatu objek yang dihadapi (Saifuddin, 2011). Yusuf (2010), juga memberikan pengertian tentang kepemimpinan adalah suatu sikap kesuksesan suatu organisasi tergantung pada kinerja para pegawai yang berada paling bawah dalam suatu piramida organisasi yang dipengaruhi oleh komitmen pimpinan. Halim (2010), komitmen penting bagi pejabat pengelola keuangan daerah untuk penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang handal dan tepat waktu. Para pegawai yang bekerja memerlukan dukungan dari pimpinan. Mathis dan Jackson dalam Sopiah (2008), komitmen organisasi tercakup loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Rendahnya komitmen mencerminkan kurangnya tanggung jawab seseorang dalam menjalankan tugas. Membahas komitmen sama dengan mempersoalkan tanggung jawab. Ukuran komitmen seorang pimpinan adalah terkait pendelegasian wewenang, yaitu komitmen mempercayakan tugas dan tanggung jawab ke bawahan. Sebaliknya, bawahan perlu memiliki komitmen untuk meningkatkan Universitas Sumatera Utara kompetensi diri. Menurut Sopiah (2008), terdapat tiga dimensi komitmen organisasi yaitu: 1. komitmen afektif ialah ikatan emosional karyawan dalam organisasi; 2. komitmen kontinyu ialah bertahannya karyawan dalam organisasi disebabkan oleh gaji, keuntungan lain, atau tidak ada pekerjaan lain; 3. komitmen normatif ialah karyawan bertahan menjadi anggota organisasi disebabkan oleh kesadaran yang harus dilakukan dalam organisasi. Komitmen pimpinan dibutuhkan untuk pengelolaan SDM. Hal ini juga diungkapkan oleh Gusman (2012), kesuksesan suatu organisasi tergantung pada kinerja para pegawai yang berada paling bawah dalam suatu piramida organisasi yang didukung oleh pimpinan dalam pekerjaannya. Bahkan sebaik apapun suatu kebijakan yang dibuat, tanpa komitmen dari pimpinan untuk penerapan maka pelaksanaan kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Menurut Yusuf (2010), keberhasilan suatu organisasi menggunakan teknologi informasi sangat bergantung pada SDM yang mengoperasikan dan komitmen pimpinan dibutuhkan untuk melaksanakan investasi sumber daya dalam bidang pelaksanaan penggunaan teknologi informasi agar menyediakan peralatan dari perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan yang memadai untuk kelancaran proses penatausahaan barang milik daerah. Komitmen pimpinan dalam pelaksanaan peraturan dan petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah merupakan faktor pendukung terlaksananya kebijakan pengelolaan barang milik daerah di setiap SKPD pada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Munaim, 2012). Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Pasal 5 ayat (3) Permendagri 13 Tahun 2006, kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah, kepala SKPKD selaku PPKD dan kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang. Tugas pimpinan SKPD selaku PA/KPA, antara lain perencanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan anggaran yang diuraikan dalam Pasal 10 PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sesuai pernyataan yang dijelaskan diatas, komitmen PA adalah suatu sikap kesuksesan dari kepala SKPD untuk memberikan tugas dan kemampuan kepada bawahannya melalui pola hubungan yang baik guna mencapai pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Dalam pengelolaan keuangan dibutuhkan komitmen PA untuk mengarahkan kinerja para pegawai yang dibawah untuk melaksanakan penerapan kebijakan dengan menerima gagasan dari bawahannya. Selain itu, membangkitkan komunikasi dengan bawahan untuk memberikan kepuasan dalam pekerjaan. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Irwan (2011) meneliti tentang “Pengaruh Penerapan SPIP, Kompetensi SDM, dan Penerapan SAP terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat”. Penelitian kuantitatif yang bersifat kausatif dengan menggunakan metode pengumpulan data adalah jenis penelitian ini, yaitu kuesioner dan studi dokumentasi. Penelitian bertujuan melihat pengaruh variabel eksogen dan variabel endogen secara langsung maupun tidak langsung. Penerapan SPIP, kompetensi SDM, dan penerapan SAP sebagai variabel eksogen serta Universitas Sumatera Utara kualitas laporan keuangan sebagai variabel endogen. Hasil penelitian menunjukkan kompetensi SDM berpengaruh terhadap penerapan SPIP, penerapan SAP dipengaruhi penerapan SPIP dan kompetensi SDM. Kualitas laporan keuangan lebih banyak dipengaruhi oleh penerapan SPIP dan penerapan SAP. “Pengaruh Kapasitas SDM, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengendalian Intern Akuntansi terhadap Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir)” ialah judul penelitian Indriasari (2008). Penelitian bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai informasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Pengumpulan data dilaksanakan dengan membagikan kuesioner kepada 73 kepala dan staf bagian akuntansi SKPD di Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir serta mewawancarai. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda. Penelitian ini menginformasikan tentang pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi berpengaruh positif signifikan terhadap keterandalan laporan keuangan pemerintah daerah sedangkan kapasitas sumber daya manusia tidak berpengaruh. Kapasitas SDM dan pemanfataan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatwaktuan laporan keuangan pemerintah daerah. Beest et al. (2009) meneliti tentang “Quality of Financial Reporting: Measuring Qualitative Characteristics” dengan variabel yang digunakan adalah pengendalian intern sebagai variabel independen dan kualitas informasi laporan keuangan sebagai variabel dependen. Penelitian ini menginformasikan pengendalian intern berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Universitas Sumatera Utara Yuliani et al. (2010) meneliti tentang “Pengaruh Pemahaman Akuntansi, Pemanfaatan Sistem Informasi Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran Internal Audit terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Banda Aceh”. Penelitian ini menggunakan adalah data primer melalui penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pemahaman akuntansi, pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah dan peran internal audit secara simultan dan parsial berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. Widyaningsih et al. (2011) meneliti tentang “Hubungan Efektifitas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengendalian Intern dengan Kualitas Akuntabilitas Keuangan melalui Kualitas Informasi Laporan Keuangan Sebagai Variabel Intervening”. Variabel yang digunakan adalah kualitas akuntabilitas keuangan sebagai variabel endogen, serta efektifitas SIKD dan SPI sebagai variabel eksogen. Kesimpulan penelitian adalah Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang efektif ditunjang SPI yang baik yang menghasilkan informasi laporan keuangan berkualitas dan mendorong meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan pemerintah daerah. Ratifah dan Ridwan (2012) meneliti tentang “Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Penelitian menguji pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan dengan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi. Data dikumpulkan dari 28 bagian akuntansi di Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang. Data dianalisis dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil studi empiris, SAKD memiliki pengaruh Universitas Sumatera Utara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan setelah penambahkan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi. Pangkong (2013) meneliti tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Biak Numfor”. Variabel independennya adalah pemahaman peraturan, komitmen, kualitas SDM, dan perangkat pendukung dengan variabel dependen adalah kemampuan penyusunan laporan keuangan. Kesimpulan penelitian, yakni secara parsial kualitas SDM berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan di Kabupaten Biak Numfor. Pemahaman peraturan, komitmen dan perangkat pendukung tidak berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan. Secara bersama-sama, pemahaman peraturan, komitmen, kualitas SDM, dan perangkat pendukung berpengaruh terhadap kemampuan penyusunan laporan keuangan. Yosefrinaldi (2013) meneliti tentang “Pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan Variabel Intervening Sistem Pengendalian Intern”. Penelitian bertujuan menguji pengaruh kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi informasi, dan SPIP terhadap kualitas laporan keuangan. Jenis penelitian digolongkan pada penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dalam penelitian adalah DPKAD se-Sumatera Barat. Pemilihan sampel dengan metode total sampling, dengan jumlah responden 75. Teknik pengumpulan data ialah teknik survei dengan menyebarkan kuesioner kepada masing-masing kepala dan staf bagian akuntansi pada tiap-tiap DPKAD. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan Universitas Sumatera Utara kapasitas SDM, pemanfaatan teknologi informasi, dan SPIP berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Mahaputra dan Putra (2014) meneliti tentang “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (SKPD Kabupaten Gianyar)”. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh kapasitas SDM, pemanfaatan SIKD, SPI, dan implementasi SAP pada kualitas informasi pelaporan keuangan SKPD di Kabupaten Gianyar. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah metode proportional stratified random sampling. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kapasitas SDM, pemanfaatan SIKD, SPI, dan implementasi SAP berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas informasi pelaporan keuangan. Fikri et al. (2015) meneliti tentang “Pengaruh Penerapan SAP, Kompetensi Aparatur dan Peran Audit Internal terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan dengan SPI sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada SKPD-SKPD di Pemprov. NTB)”. Jenis penelitian adalah penelitian survei memakai kuisioner yang menjelaskan dan menguji hipotesa dengan menggunakan metode deskriptif dan eksploratori. Penerapan SAP, kompetensi aparatur, dan peran audit intern terhadap kualitas informasi laporan keuangan dengan sistem pengendalian intern sebagai variable moderating. Berdasarkan hasil analisis, penerapan SAP, kompetensi aparatur, peran audit internal, dan SPI tidak berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Sagara (2015) meneliti tentang “The effect of Implementation Accounting Information System and Competence of Human Resources on the Quality of Financial Reporting”. Secara simultan, implementasi sistem informasi akuntansi Universitas Sumatera Utara dan kompetensi SDM berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Tetapi secara parsial, kompetensi SDM berpengaruh tidak signifikan. Hasil tersebut diperoleh dengan menggunakan kualitas informasi laporan keuangan sebagai variabel dependen serta implementasi sistem informasi akuntansi dan kompetensi SDM sebagai variabel independen. Suwanda (2015) meneliti tentang “Factors Affecting Quality of Local Goverment Financial Statements to Get Unqualified Opinion (WTP) of Audit Board of The Republic of Indonesia (BPK)”. Penelitian bertujuan menguji pengaruh penerapan SAP, kualitas SDM, implementasi SDM, kompetensi SDM, komitmen organisasi, dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kualitas laporan keuangan. Secara parsial, penerapan SAP berpengaruh positif signifikan terhadap laporan keuangan. Kualitas SDM, penerapan SPI, komitmen organisasi, dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Penelitian-penelitian terdahulu berkaitan dengan variabel-variabel yang dibahas dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 2. Universitas Sumatera Utara