BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Farmasi, siswa dibekali dengan materi pendidikan umum (normatif), pengetahuan dasar penunjang (adaptif), serta teori dan keterampilan dasar kejuruan (produktif). Selain itu, SMK Farmasi juga mengadakan program Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Instalasi yang bergerak di bidang kefarmasian yang sesuai dengan kompetensi yang telah diberikan di sekolah. Sarana yang beregerak di bidang kefarmasian, diantaranya rumah sakit dan apotek. Pada dasarnya, kegiatan ini merupakan kegiatan pelatihan di lapangan yang dirancang untuk memberikan pengalaman, pengetahuan dan keahlian praktis kepada siswa khususnya mengenai obat-obatan bagi SMK Farmasi. Harapan utama dari kegiatan prakerin yaitu dapat meningkatkan keahlian profesi, meningkatkan kualitas sesuai tuntutan kebutuhan usaha/industri, meliputi: etos kerja, kemampuan, motivasi, disiplin, inisiatif dan kreatif. B. Dasar Kegiatan Salah satu progran kerja SMK Mandala Tiara Bangsa Tahun Ajaran 2013-2014. C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud dilaksanakannya prakerin adalah untuk mengaplikasikan siswa praktek diluar sekolah. Dan juga agar siswa dapat mengetahui keadaan sesungguhnya di tempat kerja. 1 2. Tujuan Tujuan dilakukannya prakerin adalah agar para siswa mampu menerapkan ilmu teori maupun praktek yang diberikan sekolah di tempat kerja secara langsung. Dan dapat mengukur kemampuan siswa di bidang farmasi, agar dapat lebih baik di kemudian harinya. D. Manfaat Prakerin 1. Bagi instansi farmasi a. Dapat membantu dan meringankan para pekerja di Instalasi Farmasi. b. Dapat berbagi ilmu kepada siswa dan siswi peserta prakerin. 2. Bagi sekolah a. Dapat bekerja sama antara pihak sekolah dan rumah sakit. b. Dapat menjadikan lulusan farmasi yang berkualitas di bidang farmasi. c. Meningkatkan mutu para siswa dan siswi di bidang kefarmasian. 3. Bagi siswa a. Mengetahui pengelompokkan obat di instalasi rumah sakit. b. Mengetahui cara pelayanan resep di rumah sakit tersebut. c. Mengetahui tentang pendistribusian obat di rumah sakit. E. Lokasi dan Waktu Prakerin Pelaksanaan Praktek Keja Industri di RS Pertamina Jaya baik Apotek maupun Instalasi Farmasi yaitu tanggal 22 Juli sampai 24 Agustus 2013, setiap senin sampai jum’at pukul 07.00-16.00 WIB. 2 BAB II TINJAUAN UMUM A. Rumah Sakit 1. Definisi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. 2. Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-undang RI. No. 44 Tahun 2009, rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Penyelenggaraan kesehatan sesuai pelayanan pengobatan dan pemulihan dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penapisan penelitian teknologi dan bidang pengembangan kesehatan dalam serta rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. 3 3. Tipe-Tipe Rumah Sakit Sesuai dengan beban kerja dan fungsi maka rumah sakit di klasifikasikan menjadi rumah sakit kelas A, B, C dan D yang dikategorikan sebagai berikut: a. Rumah Sakit Kelas A adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik luas dan sub spesialitik luas. b. Rumah Sakit Kelas B adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialitik dan sub spesialitik terbatas. c. Rumah Sakit Kelas C adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis 4 spesialitik dasar. d. Rumah Sakit Kelas D adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar dan minimal 2 spesialitik dasar. B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit 1. Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah sakit yang merupakan fasilitas penyelenggaraan kefarmasian di bawah pimpinan seorang farmasis dan memenuhi persyaratan secara hukum untuk mengadakan, menyediakan, dan mengelola seluruh aspek penyediaan perbekalan kesehatan di rumah sakit 4 yang berintikan pelayanan produk yang lengkap dan pelayanan farmasi klinik yang sifat pelayanannya berorientasi kepada kepentingan penderita. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, yang dimaksud oleh Instalasi Farmasi adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh bagian kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit. 2. Tujuan IFRS Menurut The American Society of Hospital Pharmacist (ASHP:1994), tujuan IFRS adalah sebagai berikut: a. Turut berpartisipasi aktif dalam penyembuhan penderita dan memupuk tanggung jawab dalam profesi dengan landasan filosofi dan etika. b. Mengembangkan ilmu dan profesi dengan konsultasi pendidikan dan penelitian. c. Mengembangkan kemampuan administrasi dan manajemen, penyediaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit. d. Meningkatkan keterampilan tenaga farmasi yang bekerja di instalasi farmasi rumah sakit. e. Memperhatikan kesejahteraan staf dan pegawai yang bekerja di lingkungan instalasi farmasi rumah sakit. 5 f. Mengembangkan pengetahuan tentang farmasi rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan. 3. Tugas Pokok dan Fungsi IFRS Dalam melaksanakan tugasnya, IFRS didasarkan pada Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan evaluasinya mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara rasional, di samping ketentuan maasing-masing rumah sakit (Depkes RI, 2004). Adapun tugas IFRS adalah: a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal. b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi. c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi. e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi. g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi. 6 h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit. 4. Pelayanan Kefarmasian Dalam Pengelolaan Alkes Yang dimaksud dengan alat kesehatan di sini adalah instrumen, apparatus, mesin dan atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan orang sakit dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Contoh: a. Alat pembalut seperti, plester dan perban. b. Alat perawatan seperti, kantung es, botol panas, tepelhead dan windring. c. Alat-alat penampungan seperti, urine bag dan caolostomy bag. d. Hospital wares atau utensils (alat penunjang) seperti urinal untuk laki-laki atau perempuan dan pus basin. e. Catheterts seperti baloon catheter (untuk pengambilan air kencing dalam sistem tertutup), stomach tube (untuk mengumpulkan getah lambung membilas isi perut dan pemberian obat) f. Jarum suntik, seperti jarum suntik umum, jarum suntik bersayat, jarum suntik gigi, jarum suntik bersayap dan spinal. g. Alat suntik seperti, insulin syringe dan tubercukulin syringe. 7 h. Jarum bedah. i. Benang bedah. j. Alat pengambil darah atau memberikan cairan infuset 8 BAB III TINJAUAN KHUSUS A. Rumah Sakit Pertamina Jaya (RSPJ) 1. Sejarah RSPJ Berdasarkan UU No.8 thn 1971 tentang Pertamina, di Indonesia hanya ada satu perusahaan minyak negara dalam bidang industri minyak dan gas bumi. Untuk memelihara dan meningkatkan produktifitas kerja para pekerja disemua bidang pekerjaan, maka diadakan sistem pelayanan kesehatan yang komprehensif termasuk mendirikan rumah sakit Pertamina yang dilaksanakan oleh perusahaan. Kegiatan pelayanan kesehatan di Pertamina yang merupakan kesatuan organisasi dalam lingkungan Direktorat Umum (Salah satu direktorat penunjang Pertamina). Dalam bidang perumahsakitan, Pertamina mempunyai beberapa jenis rumah sakit, yaitu: a. Rumah Sakit Pusat, yang merupakan rumah sakit Top Referal dan menyediakan pelayanan spesialis yang luas sehingga dapat disamakan dengan RSU kelas B dari Depkes. b. Rumah Sakit Induk, yang menyediakan sedikitnya 4 pelayanan spesialisasi dasar (penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan, dan penyakit kandunmgan) sehingga dapat disamakan dengan RSU kelas C Depkes. 9 c. Rumah Sakit Lapangan yang hanya menyediakan pelayanan medis umum sehingga dapat disamakan dengan RSU kelas D Depkes. Rumah Sakit Pertamina Jaya diresmikan penggunaanya pada tanggal 2 April 1979 oleh Dr. Amino Gondohutomo (Alm), yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP). Awalnya, RSPJ adalah rumah sakit bersalin bernama PIKKMI Indonesia) (Persatuan Ikatan yang dikelola Karyawan oleh Karyawati Direktorat Minyak Perkapalan dan Telekomunikasi (P&T). Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Utama Pertamina No. Kpts-024/C0000/92-S0, maka pengelolaannya diserahkan dari Direktorat P&T kepada Kesehatan Jasa-jasa Jakarta, Direktorat Umum. Pada awal pendiriannya, RSPJ mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 54. Kemudian pada tahun 1990 RSPJ menambah fasilitas ruang rawat inap, yaitu rawat inap pasien psikiatri (penyakit jiwa) dan rawat inap penyakit paru, sehingga kapasitas tempat tidur bertambah menjadi 75. Pada tahun 1992, RSPJ telah mengubah sebagian ruangan kelas III menjadi VIP sebanyak 1 tempat tidur, kelas 1 A sebanyak 4 tempat tidur dan kelas II sebanyak 12 tempat tidur. Mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), RSPJ 10 membuat Instansi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang berkapasitas kurang lebih 130 m2 dengan volume produksi per hari kurang lebih 40 m2. Pada tahun 1994 RSPJ juga menambah fungsi fasilitas pemeriksaan kesehatan (Medical Check Up) dan kemudian tahun 1996, fasilitas rumah sakit di lengkapi dengan ICU (Intensive Care Unit) dengan kapasitas pesawat rontgen untuk memenuhi sarana diagnostik. Selain itu, ada penambahan poliklinik yaitu 13 poliklinik spesialis termasuk pembangunan Unit Rehabilitas Medik. 2. Profil RSPJ RSPJ terletak di Jl. Achamad Yani No. 2 Jakarta Pusat. RSPJ berbatasan lansung dengan jalan tol. Disebelah selatan RSPJ berdampingan dengan Hotel Patra Jasa dan sebelah utara berbatasan dengan Universitas Trisakti. a. Kelas : Rumah Sakit Type C plus b. Luas Bangunan : 5.594 m2 c. Cakupan : Pekerja Pertamina beserta keluarga dari masyarakat yang berdomisili di wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Bekasi. 3. Fungsi RSPJ RSPJ berfungsi untuk memberikan layanan jasa medis kepada pekerja Pertamina beserta keluarga, pensiunan, anak 11 perusahaan dan masyarakat umum, terutama yang berdomisili di sekitar Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Bekasi. 4. Visi RSPJ Menjadi institusi pemeliharaan kesehatan yang memberikan layanan prima dan lebih baik dari institusi pelayanan kesehatan setara dengan landasan moral agamis untuk menghasilkan nilai tambah bagi stakerholders (pelanggan, pekerja, mitra, pemilik dan masyarakat) 5. Misi RSPJ a. Menjalankan kegiatan operasional secara efektif dan efisien dan aman. b. Melaksanakan pelayanan kesehatan berdasarkan paradigma sehat agar kebutuhan pelanggan dengan standar pelayanan prima dan terpadu. c. Membangun SDM yang berkualitas melalui mekanisme pembelajaran. 6. Fasilitas RSPJ a. Penunjang medis, yaitu: 1) Laboratorium 2) Radiologi 3) Rekamedis 12 4) Instalasi farmasi b. Fasilitas umum, yaitu: 1) Kantin 2) Koperasi 3) Masjid 4) Parkir 5) Foto copy B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina Jaya (Infar RSPJ) 1. Tujuan Tujuan IFRS RSPJ adalah memberikan pelayanan dalam menyediakan material kesehatan dalam jumlah yang optimal. 2. Landasan Kerja a. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.468/MENKES/SK/ IV/2004 Tentang Pedoman Umum Pengadaan Obat Pelayanan Kesehatan Dasar Tahun 2004. b. Surat Keputusan Direktur Utama Pertamina No. KPTS 036/C00000/ 2004-S0 Tanggal 24 Agustus 2004 Tentang Manajemen Pengadaan Barang dan Jasa Pertamina. c. Kebijakan Direktur RSPJ 13 3. Organisasi Instalasi Farmasi Bagan 1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPJ D W W W ADIR ADIR ADIR SDM ADI K EPAL P P WS WS WS PWS PERENCANA 4. Metode/Prinsip Kerja Metode dan prinsip kerja yang digunakan oleh Infar RSPJ adalah sistem manual dan elektronik. 5. Peralatan a. Komputer b. Formulir Rencana Kebutuhan Material 6. Alur Kerja a. Pengawas Apotek melihat daftar stock minimal yang telah disepakati dengan unit layanan. b. Pengawas Apotek bersama staf mempersiapkan persediaan farmasi yang resale maupun non resale sesuai dengan daftar stock minimal masing-masing unit layanan. c. Pengawas Apotek menerima MIV manual dari unit layanan untuk persediaan farmasi non resale. 14 d. Kemudian Pengawas Apotek membuat MIV elektronik untuk persediaan farmasi non resale ke gudang obat. e. Sedangkan persediaan farmasi resale akan dipersiapkan oeh staf Apotek sesuai dengan resep untuk menggantikan stock minimal yang terpakai. f. Pengawas Apotek melakukan evaluasi setiap bulan untuk persediaan farmasi resale maupun non resale yang dititipkan di unit-unit layanan. 7. Indikator dan Ukuran Keberhasilan a. Barang diterima secara cepat, tepat dan sesuai dengan permintaan MIV user serta penulisan resep. b. Pemakaian persediaan farmasi di unit layanan dapat seoptimal mungkin. c. Tidak ada komplain/keluhan dari unit layanan. 15 BAB IV PEMBAHASAN A. Perencanaan Pengadaan Obat Perencanaan pengadaan obat adalah kegiatan untuk menyediakan obat dan alat kesehatan. Pada IFRS RSPJ, untuk pengadaan obat dan alkes ada 2 cara, yaitu: 1. Membeli ke Pabrik Besar Farmasi (PBF) Jika persediaan obat dan alkes sudah menipis atau sering di pakai, maka bagian gudang menginformasikan kepada bagian perencanaan agar bagian perencanaan dapat membuat rencana kebutuhan material (RKM), setelah RKM dibuat bagian perencanaan meminta persetujuan dari pihak Logistik, Wadir Medis dan Direktur RSPJ. Pemesanana obat narokotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan dengan cara mengisi formulir pemesanana narokotik dan psikotropik, dan pabrik yang bisa menerima pesanan obat narkotik dan psikotropik hanya di pabrik yang telah ditentukan oleh pihak Rumah Sakit. 2. Membeli sendiri Jika stock di gudang telah sangat menipis, dan di PBF juga sedang kosong, maka dari pihak RS akan membeli ke apotek lain atau ke klinik-klinik yang bekerja sama oleh pihak RSPJ. 16 B. Penerimaan Pihak PBF akan mengantarkan barang yang telah di pesan oleh bagian perencanaan, setelah itu barang akan di periksa di bagian gudang dan dicek oleh pihak gudang, lalu faktur akan diberikan ke logistik, sedangkan DO akan di file di gudang. Biasanya kurir mengantarkan barang pada hari-hari kerja yaitu Senin sampai Jum’at. Jika kurir mengantarkan barang pada hari Sabtu atau Minggu, barang akan diletakan di bagian instalasi farmasi, lalu dicek oleh asisten apoteker. C. Pergudangan Dalam perencanaan, ada 2 alur jalannya dari pemesanan obat sampai masuknya obat ke gudang, yaitu: 1. Alur Konsinyasi Yang dimaksud konsinyasi adalah barang/obat-obatan yang hanya dititipkan dari distributor ke RS Pertamina. Bagan 2. Alur Barang Konsinyasi Rekanan gudang obat (PBF) ↓ ↓ DO (Tanda terima) DO atau faktur ↓ Gudang obat ↓ perencanaan Logistik logstik ↓ harga Cek ↓ farmasi ↓ ↓ Logistik (PO/MRS) ↓ Keuangan (MRS) 17 2. Alur Non Konsinyasi Yang dimaksud alur non konsinyasi adalah barang/obatobatan yang bukan titipan, tetapi milik RS Pertamina itu sendiri. Bagan 3. Alur Barang Non Konsinyasi Perencanaan (MR) Logistik (PO) ↓ MRS obat PBF ↓ Gudang D. Pendistribusian Barang datang dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), langsung masuk ke gudang untuk dicek. Setelah dicek oleh pihak gudang, kurir ke logistik untuk meminta tanda tangan dari kepala logistik. Dari pihak RSPJ juga menyediakan atau bekerja sama dengan klinik-klinik yang ada di Jabodetabek. Jika barang datang lebih dari pukul 16.00 WIB, maka barang akan dititipkan di Instalasi Farmasi atau Apotek. E. Penyimpanan Barang yang datang dari PBF akan disimpan di bagian gudang dan pihak gudang akan menulis di kartu stock. Barang-barang yang telah ditulis ke kartu stock, lalu di susun sesuai dengan abjad, tetapi di dalam gudang dipisahkan antara barang konsinyasi dan non konsinyasi. 1. Kulkas untuk menyimpan barang-barang seperti, obat-obat injeksi, dan obat-obat yang tidak tahan suhu ruangan. 2. Freezer untuk menyiimpan obat-obat suppositoria. 18 3. Lemari narkotika untuk menyimpan obat-obat narkotika, lemari narkotika biasanya di kunci dan mempunyai 2 pintu. 4. Lemari injeksi untuk menyimpan macam-macam injeksi. 5. Lemari alkes untuk menyimpan alat-alat kesehatan seperti, spuit, needle, dan 3 way. F. Pelayanan Obat Dalam IFRS RSPJ, pelayanan obat meliputi: 1. Penerimaan Resep Pihak instalasi farmasi tidak menerima resep dari luar, pihak instalasi farmasi hanya menerima resep dari dokter yang berada di Rumah Sakit Pertamina Jaya. Resep dari dokter harus dicap dari pihak administrasi, agar pihak instalasi farmasi dapat membedakan antara pasien yang membayar cash, asuransi, pensiun, NPKES, RSPJ. Cap atau stempel sangat berpengaruh terhadap harga obat yang akan diberikan ke pasien. Setelah resep dicap atau distempel lalu resep diserahkan ke bagian racik atau penyiapan obat. Berikut ini merupakan langkah persiapan pemberian obat kepada pasien, yaitu: a. Pengecekan obat dan alat kesehatan Saat pasien telah menyerahkan obat ke apotek atau instalasi farmasi, maka asisten apoteker harus mengecek obat yang telah tertera pada resep. Jika obat atau alat kesehatan 19 kurang atau stock- nya tidak ada, maka asisten apoteker harus membuat permintaan barang ke gudang farmasi, jika di gudang farmasi stock obat yang dibutuhkan juga habis, maka asisten apoteker harus menelepon dokter untuk meminta izin agar obat yang stocknya habis dapat diganti dengan obat yang khasiatnya sama dengan obat yang tertera pada resep. b. Pemberian harga Setelah pengecekan resep, maka asisten apoteker harus memberikan harga yang telah ditetapkan oleh pihak Instalasi Farmasi. Harga obat juga ditentukan oleh pasien yang membayar cash, pensiun, asuransi, NPKES, RSPJ. Setelah resep diberi harga, lalu pasien dapat membayarnya di kasir dan melunasinya. c. Pembacaan resep Setelah pasien melunasi administrasi, lalu pasien kembali lagi ke apotek atau instalasi farmasi untuk menebus obat. Asisten apoteker membaca resep untuk: 1) Menghitung dan menghargai resep sesuai dengan pasien pensiun, asuransi, NPKES, RSPJ. 2) Jika tulisan tidak jelas atau tidak terbaca, maka asisten apoteker harus mengonfrimasi kepada dokter. 3) Jika obat yang tidak ada atau kosong, diganti yang sama khasiatnya atau dapat beli sendiri. 20 d. Meracik obat Dalam Infar RSPJ ada beberapa langkah meracik resep, yaitu: 1) Pengambilan obat 2) Peracikan 3) Diberi etiket, label 4) Penyerahan Meracik obat dimulai dari pengambilan obat yang dibutuhkan, lalu diracik sesuai dengan sediaan. Lebih rincinya sebagai berikut: 1) Meracik puyer Ambil obat siapkan kertas atau bag khusus dari Rumah Sakit masukan obat ke dalam blender bagi sama rata di atas penggaris puyer masukan ke kertas atau bag press kertas. 2) Meracik salep Ambil bahan obat siapkan pot masukan bahan obat lalu ditambahkan bahan tambahan gerus sampai homogen. 3) Membuat kapsul Ambil bahan obat siapkan kertas perkamen kapsul kosong penggaris kapsul masukan bahan obat ke dalam blender masukan kapsul ke dalam 21 penggaris kapsul masukan serbuk ke dalam kapsul sama rata tutup cangkang kapsul bagian atas bersihkan dengan tissue masukan ke plastik klip. e. Pengemasan obat Jika semua obat telah disiapkan, maka: 1) Obat-obat paten atau jadi dikemas menggunakan plastik klip yang telah disediakan oleh pihak Rumah Sakit Pertamina Jaya 2) Sediaan sebuk dikemas menggunakan kertas atau bag yang telah disediakan olah pihak Rumah Sakit Pertamina Jaya 3) Sediaan cream dan salep menggunakan etiket biru 4) Sediaan cair atau obat minum menggunakan etiket putih f. Pemeriksaan obat Sebelum diserahkan kepada pasien, sebaiknya obat diperiksa kembali agar dapat meminimalisir kesalahan penulisan etiket, kemasan yang rusak dll. 2. Pemberian obat Pemberian obat atau penyerahan obat dilakukan dengan cara memanggil nomor urut pasien beserta nama pasien, lalu Asisten Apoteker memberi penjelasan kepada pasien tentang cara pakai, dan khasiat obat tersebut. 22 3. Pembuatan obat untuk persediaan Pembuatan obat untuk persediaan biasanya dilakukan karena obat tersebut sangat sering digunakan atau dipakai, contohcontoh obat yang harus ada: 1) Kapsul alpentin 2) Kapsul ganin 3) CaCOȝ Tabel 1.1 Stock Obat di Rumah Sakit Pertamina Jaya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Obat Bodrex Viks Promag Komix Procold Oskadon Inzana Puyer Remacyl OBH Combi Jenis Obat Tablet Cair Tablet Cair Tablet Tablet Tablet Serbuk Tablet Stok Obat 10 15 5 3 2 3 5 2 5 Harga 2000 1000 1500 3000 500 1500 2000 1300 1000 Cair 3 1000 23 Grafik 1.1 Stock Obat Apotek Rumah Sakit Pertamina 3500 3000 2500 2000 1500 Series2 1000 Series1 500 Cair Tablet Serbuk Tablet Tablet Tablet Cair Tablet Cair Tablet 0 Bodrex ViksPromagKomixProcold Oskadon InzanaPuyerRemacyl OBH Combi Tabel 1.2 Stock Obat di Depo Ruang Rawat Inap Kode Obat K0001 K0002 K0003 K0004 K0005 K0006 K0007 K0008 K0009 Nama Allerin 120 cc Becombion 110 ml Becombion 60 ml Betadine Vag Plus Komix Diazepam Petidine Amoxicillin Antimo Jenis Obat Terbatas Satuan Botol Stock 40 Harga beli 20000 Obat Bebas Obat Bebas Botol Botol 10 5 15000 8000 Obat Bebas Obat Bebas Obat Keras Obat Narkotik Obat Terbatas Obat Bebas Botol Lembar Tablet Tablet Tablet Strips 12 50 4 3 74 2 12000 4500 55000 70000 975 5100 24 Grafik 1.2 Stock Obat di Depo Ruang Rawat Inap 70000 60000 50000 40000 Stock Obat 30000 Harga Jual 20000 10000 0 25 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kegiatan Prakerin ini bertujuan agar siswa/i lebih siap dalam menghadapi dunia kerja terutama dalam bidang kefarmasian. 2. Rumah sakit Pertamina Jaya merupakan rumah sakit kelas C plus. 3. Sistem penyimpanan obat di IFRS Pertamina Jaya berdasarkan pada sistem alfabetis. B. Saran 1. Menjadi seorang farmasis sejati tidaklah mudah. Oleh karena itu, kepada adik-adik yang akan Prakerin berikutnya harus belajar dengan tekun, ulet, banyak membaca literatur, dan selalu up to date dengan kemajuan pembelajaran farmasi saat ini. 2. Penyimpanan obat oral dalam IFRS Pertamina Jaya secara alfabetis akan lebih memudahkan dibanding sistem farmakologi yang ada sekarang. 26 LAMPIRAN Lampiran 1. Rumah Sakit Pertamina Jaya 27 Lampiran 2. Logo Pertamedika Lampiran 3. Ruang Penyerahan Obat 28 Lampiran 4. Lemari Narkotika 29 Lampiran 5. Ruang Penerimaan Resep 30 Lampiran 6. Lemari Obat Oral 31 Lampiran 7. Lemari Infus 32 Lampiran 8. Lemari Syrup 33 Lampiran 9. Lemari Alat Suntik 34 Lampiran 10. Lemari Injeksi 35 Lampiran 11. Lemari Pendingin 36 37 Lampiran 12. Trolley Obat Rawat Inap 38 Lampiran 13. Etiket Pemakaian Dalam 39 Lampiran 14. Etiket Pemakaian Luar 40 Lampiran 15. Copy Resep 41 Lampiran 16. Rencana Kebutuhan Material (RKM) 42