akuntansi forensik?

advertisement
AKUNTANSI FORENSIK
DAN AUDIT INVESTIGASI
OLEH:
IBROHIM,SE.,M.AK
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BINA BANGSA
BANTEN
Munculnya
istilah
Forensik
dalam
dunia
akuntansi
menakjubkan banyak pihak, karena memang keahlian ini sebelumnya
banyak ditemukan pada dunia medis dan kedokteran yang dijadikan
sebagai bahan (bukti) kesaksian saat terjadi sengketa di pengadilan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa
mendefinisikan forensik secara terbatas yaitu
1. forensik
merupakan
berhubungan
cabang
ilmu
kedokteran
yang
pemaparan fakta medis pada masalah
hukum,
2. ilmu bedah yang bekaitan dengan penentuan identitas
mayat seseorang yang ada kaitannya dengan kehakiman
dan peradilan.
Menurut Merriam Webster’s Collegiate Dictionary forensik
dalam bidang akuntansi diartikan sebagai penerapan
disiplin akuntansi pada masalah hukum.
Maka dengan definisi forensik sebagai penerapan akuntansi pada
masalah hukum, hal ini yang merupakan akibat dari perkembangan
pesat dalam dunia ekonomi dan bisnis, ruang lingkup perusahaan
yang semakin tidak terbatas dan tidak terkendali yang diikuti tidak
tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan yang sampai kasusnya
dibawa dalam ranah hukum. Sehubungan dengan masalah tersebut,
karna bukti yang dibawa ke pengadilan juga bersifat keuangan yang
merupakan produk dari akuntan maka munculah istilah akuntansi
forensik sebagai kesaksian ahli dibidang akuntansi.
AKUNTANSI FORENSIK?
Tuanakotta (2010) mendefinisikan akuntansi forensik dengan
penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing pada
masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar
pengadilan. Sedangkan menurut D. Larry Crumbey dalam Tuanakotta
(2010) mengemukakan bahwa secara sederhana akuntansi forensik
dapat dikatakan sebagai akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum,
atau akuntansi yang tahan uji dalam kancah perseteruan selama proses
pengadilan, atau dalam proses peninjauan yudisial, atau tinjauan
administratif. Definisi dari Crumbey menekankan bahwa ukuran dari
akuntansi forensik adalah ketentuan hukum dan perundang-undangan,
berbeda dari akuntansi yang sesuai dengan GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles).
Akuntansi forensik didefinisikan sebagai analisis akuntansi yang
dapat mengungkap penipuan, yang mungkin sangat cocok untuk
presentasi di pengadilan. Analisis semacam itu akan menjadi dasar
untuk resolusi diskusi, perdebatan, dan perselisihan.
Seorang
akuntan
forensik
menggunakan
pengetahuannya
tentang akuntansi, studi hukum, investigasi dan kriminologi untuk
mengungkap fraud, menemukan bukti dan selanjutnya bukti tersebut
akan dibawa ke pengadilan jika dibutuhkan.
Sehingga akuntansi forensik dapat diartikan sebagai penerapan
disiplin ilmu akuntansi dalam penyelesaian masalah hukum baik
di dalam dan di luar pengadilan. Istilah akuntansi forensik dalam
definisi tersebut dapat digunakan dalam pengertian yang luas,
termasuk audit. Hal yang membedakan akuntansi dan audit adalah
akuntansi berkaitan dengan perhitungan sedangkan audit
berkaitan dengan adanya penelusuran untuk memastikan
kepastian atau kewajaran dari apa yang dilaporkan. Jadi,
akuntansi forensik memayungi segala macam kegiatan akuntansi
untuk kepentingan hukum.
Akuntansi forensik pada awalnya adalah perpaduan paling
sederhana antara akuntansi dan hukum (misalnya dalam pembagian
harta gono-gini). Dalam kasus yang lebih pelik, ada satu bidang
tambahan yaitu audit sehingga model akuntansi forensiknya di
representasikan dalam tiga bidang. (Tuanakotta, 2010)
Selain itu ada cara lain dalam melihat akuntansi forensik
menurut Tuanakotta (2010) yaitu dengan menggunakan Segitiga
Akuntansi Forensik.
SEGITIGA AKUNTANSI FORENSIK
Pada sektor publik maupun swasta akuntansi forensik berurusan
dengan kerugian. Pada sektor publik negara mengalami kerugian
negara dan kerugian keuangan negara. Sementara itu pada sektor
swasta kerugian juga terjadi akibat adanya ingkar janji dalam suatu
perikatan. Titik pertama dalam segitiga adalah kerugian. Adapun
perbuatan melawan hukum menjadi titik kedua. Tanpa adanya
perbuatan melawan hukum, tidak ada yang dapat dituntut untuk
mengganti kerugian. Titik ketiganya adalah hubungan kausalitas
antara kerugian dan perbuatan melawan hukum. Hubungan kausalitas
antara kerugian dan perbuatan melawan hukum merupakan ranahnya
para ahli dan praktisi hukum dalam menghitung besarnya kerugian
dan mengumpulkan barang bukti. Jadi, Segitiga Akuntansi Forensik
juga merupakan model yang mengaitkan disiplin hukum, akuntansi
dan auditing.
RUANG LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK
Tuanakotta (2010) dalam Akuntansi Forensik dan Audit
Investigatif mengemukakan bahwa akuntansi forensik mempunyai
ruang lingkup yang spesifik untuk lembaga yang menerapkannya atau
untuk tujuan melakukan audit investigatif.
1.
Praktik di Sektor Swasta
Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik
dalam Tuanakotta (2010) menekankan beberapa istilah dalam
perbendaharaan akuntansi, yaitu: fraud auditing, forensik accounting
investigative support, dan valuation analysis. Litigation support
merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk
kegiatan ligitasi. Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukan
indikasi awal adanya fraud. Audit investigasi merupakan bagian awal
dari akuntasi forensik. Adapun valuation analysis berhubungan
dengan
akuntansi
atau
unsur
perhitungan.
Misalnya
menghitung kerugian negara karena tindakan korupsi.
dalam
2.
Praktik di Sektor Pemerintahan
Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih
menonjol daripada akuntansi forensik pada sektor swasta. Secara
umum akuntansi forensik pada kedua sektor tidak berbeda, hanya
terdapat perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi
forensik terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga
pemeriksaan
keuangan
negara,
lembaga
pengawasan
internal
pemerintahan, lembaga pengadilan, dan berbagai lembaga LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) yang berfungsi sebagai pressure
group.
Perbandingan akuntansi Forensik di Sektor Publik dan Swasta
Dimensi
Sektor publik
Sektor Swasta
Landasan Penugasan
Amanat Undang-Undang Penugasan
Tertulis
Secara Spesifik
Imbalan
Lazimnya tanpa imbalan Fee dan Biaya
Hukum
Pidana
Umum
dan Perdata,
Arbitrase,
khusus,
hukum administratif
aturan
administrasi Negara
intern perusahaan
Ukuran Keberhasilan
Memenangkan perkara Memulihkan kerugian
pidana dan memulihkan
kerugian
Pembuktian
Dapat
melibatkan Bukti intern, dengan
instansi lain di luar hasil bukti ekstern yang
lembaga yg bersangkutan terbatas
Teknik-Audit
Investigatif
Sangat bervariasi karena Relatif lebih sedikit
kewenangan yang relatif dibandingkan di sektor
besar
publik. Kreativitas dalam
pendekatan
Akuntansi
Tekanan pada kerugian Penilaian Bisnis
negara dan kerugian
keuangan negara
PENGERTIAN FRAUD
Fraud atau yang sering dikenal dengan istilah kecurangan merupakan hal
yang sekarang banyak dibicarakan di Indonesia. Pengertian fraud itu sendiri
merupakan penipuan yang sengaja dilakukan, yang menimbulkan kerugian
pihak lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau
kelompoknya (Sukanto, 2009)1[7]. Sementara Albrecht (2003) mendefinisikan
fraud sebagai representasi tentang fakta material yang palsu dan sengaja atau
ceroboh sehingga diyakini dan ditindaklanjuti oleh korban dan kerusakan
korban. Dalam bahasa aslinya fraud meliputi berbagai tindakan melawan
hukum.
Bologna (1993) dalam Amrizal (2004)2[8] mendefinisikan kecurangan
“Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver” yaitu
kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat
keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan
serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Ia memperoleh manfaat dan
merugikan korbannya secara financial dari tindakannya tersebut. Biasanya
kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the act., (2)
penyembunyian/the concealment dan (3) konversi/the conversion.
Adapun menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE),
fraud adalah: Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan
keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar
organisasi untuk mendapatkan keuntungan pibadi ataupun kelompok secara
langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain. Dengan demikian fraud
adalah mencangkup segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang
diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain,
dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencangkup semua
cara yang tidak terduga, penuh siasat atau tersembunyi, dan setiap cara yang
tidak wajar yang menyebabkan orang lain tertipu atau menderita kerugian.
KLASIFIKASI FRAUD
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi
Pemeriksa Kecurangan
Bersertifikat, merupakan organisasi profesional
bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di
Amerika Serikat dan mempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan,
mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal
dengan istilah “ The Fraud Tree” yaitu Sistem Klasifikasi Mengenai Hal-hal
Yang Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan (Uniform Occupational Fraud
Classification System.
ACFE dalam Tuanakotta (2010)3[9] membagi fraud (kecurangan)
dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu:
1)
Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Statement)
Kecurangan Laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan
Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat
finansial atau kecurangan non finansial.
2)
Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation)
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined
value).
3)
Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis
yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan
hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik
sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali
tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati
keuntungan
(simbiosis
penyalahgunaan
mutualisme).
wewenang/konflik
Termasuk
kepentingan
didalamnya
(conflict
of
adalah
interest),
penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities) dan
pemerasan secara ekonomi (economic extortion).
PENYEBAB TERJADINYA FRAUD
Pemicu perbuatan fraud pada umumnya merupakan gabungan dari
motivasi dan kesempatan. Motivasi dan kesempatan saling berhubungan.
Semakin besar kebutuhan ekonomi seseorang yang bekerja di suatu organisasi
yang pengendaliannya internnya lemah, maka semakin kuat motivasinya untuk
melakukan fraud. Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan
fraud, yang sering disebut teori G.O.N.E (Pusdiklatwas BPKP) yaitu sebagai
berikut:
1) Greed (keserakahan)
2) Opportunity (kesempatan)
3) Need (kebutuhan)
4) Expossure (pengungkapan)
Faktor greed dan need merupakan faktor yang berhubungan dengan
pelaku fraud atau disebut faktor individu. Adapun faktor opportunity dan
exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai
korban.
a.
Faktor Generic
Faktor generik yang meliputi opportunity (kesempatan) dan exposure
(pengungkapan) merupakan faktor yang berada pada pengendalian organisasi.
Pada umumnya kesempatan melakukan fraud selalu ada pada setiap kedudukan,
hanya saja adanya kesempatan besar maupun kecil tergantung kedudukan
pelaku menempati kedudukan pada manajemen atau pegawai biasa.
b.
Faktor Individu
Faktor individu yang meliputi greed (keserakahan) dan need (kebutuhan)
merupakan faktor yang ada pada diri masing-masing individu, dengan arti
berada diluar pengendalian organisasi. Faktor ini terdiri atas dua unsur yaitu:
(1) Greed factor, yaitu moral yang meliputi karakter, kejujuran dan integritas
yang berhubungan dengan keserakahan.
(2) Need factor, yaitu motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan seperti
terlilit hutang atau bergaya hidup mewah.
FRAUD EXAMINITION
Cara pencegahan fraud dapat dilakukan dengan cara (Amrizal, 2004) yaitu
sebagai berikut:
a.
Membangun struktur pengendalian yang baik
Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The
Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada
bulan September 1992 memperkenalkan suatu rerangka pengendalian yang
lebih luas daripada model pengendalian akuntansi yang tradisional dan
mencakup manajemen risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 4 (empat)
komponen yang saling terkait yaitu:
1)
Lingkungan pengendalian (control environment)
2)
Penaksiran risiko (risk assessment) Standar Pengendalian (control activities)
3)
Informasi dan komunikasi (information and communication)
4)
Pemantauan (monitoring)
b.
Mengefektifkan aktivitas pengendalian
(a) Review kinerja
(b) Pengolahan informasi
(c) Pengendalian fisik
(d) Pemisahan tugas
c. Meningkatkan kultur organisasi
Meningkatkan
kultur
organisasi
dapat
dilakukan
dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Saifuddien Hasan (2000) dalam Amrizal (2004) mengemukakan GCG meliputi:
(a) Keadilan (Fairness)
(b) Transparansi
(c) Akuntabilitas (Accountability)
(d) Tanggung jawab (Responsibility)
(e) Moralitas
(f) Kehandalan (Reliability)
(g) Komitmen
d)
Mengefektifkan fungsi internal audit
SKANDAL KORPORASI DAN AKUNTAN
Skandal
akuntansi (accounting
scandals)
atau skandal
akuntansi
perusahaan (corporate accounting scandals) adalah skandal politik dan bisnis
yang muncul dengan pengungkapan kelakuan buruk para eksekutif perusahaan
publik. Kejahatan tersebut biasanya melibatkan metode yang kompleks untuk
menyalah gunakan dana atau menyesatkan, melebih-lebihkan pendapatan,
mengecilkan biaya, melebih-lebihkan nilai aset perusahaan atau mengurangi
pelaporan terhadap besarnya kewajiban, terkadang mereka juga melakukan
kerjasama dengan pejabat di perusahaan lain atau afiliasinya. Jika mengacu
pada pengertian skandal akuntansi tersebut di atas maka kejahatan akuntansi
cenderung lebih dekat dengan istilah fraudulent statement (fraud yang
berkenaan dengan penyajian laporan keuangan).
Fraudulent statement atau financial statement fraud itu sendiri
didefinisikan berbeda-beda. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
mendefinisikan financial statement fraud sebagai “Salah saji atau pengabaian
atas fakta-fakta yang material yang disengaja, atau data akuntansi yang
menyesatkan, dan ketika mempertimbangkan dengan semua informasi yang
tersedia, akan menyebabkan pembaca laporan mengganti atau mengubah
penilaian atau keputusannya.” Sedangkan The Treadway Commission
mendefiniskan sebagai “melakukan tindakan secara sengaja atau ceroboh,
apakah (oleh) perbuatan atau kelalaian, yang menghasilkan materi laporan
keuangan yang menyesatkan”.
BENTUK KEJAHATAN AKUNTANSI
Hakekatnya kejahatan akuntansi bermuara pada pelaporan keuangan yang
menyesatkan bagi penggunanya, termasuk aktivitas yang tidak benar atau ilegal
pada proses pengidentifikasian dan pengukuran transaksi-transaksi keuangan.
Adapun beberapa bentuk kejahatan akuntansi, diantaranya adalah:
1.
Manajemen Laba yang Tidak Sah (illegal earnings management)
Manajemen Laba adalah suatu intervensi atas tujuan dalam proses
pelaporan keuangan
eksternal
yang
dimaksudkan
untuk
memperoleh
keuntungan
pribadi
(Schipper,
1989).
Manajemen laba terjadi
ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan dalam
penataan transaksi untuk mengubah
laporan
keuangan
untuk menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi perusahaan, atau untuk
mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka akuntansi yang
dilaporkan (Healy dan Wahlen, 1999). Manajemen laba dapat dikategorikan
sebagai kejahatan akuntansi jika laporan keuangan yang disajikan ditujukan
untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan dan mengabaikan atau
melanggar PABU (Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum).
2. Pendapat (opini) Auditor Eksternal yang Tidak Benar
Auditor eksternal diberi wewenang untuk melakukan audit keuangan
pada perusahaan publik. Auditor dianggap melakukan kejahatan jika dalam
menjalankan profesinya mengabaikan atau melanggar Standar Pemeriksaan
Akuntan Publik (SPAP). Salah satu contohnya adalah memberikan pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangan suatu perusahaan
padahal auditor tersebut mengetahui dan menemukan adanya pelanggaran dan
kesalahan yang material pada laporan keuangan yang diaudit tersebut. Hal ini
terjadi jika terdapat persekongkolan jahat atau kolusi antara auditor dengan
manajemen perusahaan.
3.
Kejahatan Perbankan
Kejahatan akuntansi di perbankan diantaranya dilakukan dengan
mengambil dana nasabah tanpa sepengetahuan nasabah, memanipulasi data
nasabah, memalsukan rekening nasabah dan pemalsuan tanda-tangan nasabah
yang dilakukan oleh pelaku kejahatan. Kejahatan ini termasuk dalam kategori
penggelapan.
4.
Kejahatan Akuntansi di Pasar Modal
Kejahatan akuntansi di pasar modal mencakup pelanggaran penyajian
informasi yang tidak benar atau menyesatkan (missleading information). Hal ini
terjadi jika emiten tidak menjalankan kewajiban pelaporan dan keterbukaan
informasi dan isi laporan tersebut mengandung informasi yang tidak benar atau
dapat menyesatkan bagi investor dalam mengambil keputusan ketika hendak
menjual atau membeli saham emiten tersebut. Kejahatan akuntansi di pasar
modal lainnya adalah manipulasi pasar. Manipulasi pasar ini merupakan modus
kejahatan yang menggunakan teknik dan mekanisme pasar sebagai alat untuk
menciptakan pembentukan harga.
5.
Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (Related-Party
Transactions).
Bentuk pelanggaran ini mencakup transaksi yang material atau dalam
jumlah yang tidak biasa dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa, yang
meliputi:
(1) penjualan fiktif pada pihak yang memiliki hubungan istimewa. (2) pinjaman
kepada atau dari pihak yang memiliki hubungan istimewa dimana tingkat
bunganya lebih rendah dibandingkan pasar. (3) transaksi lainnya dengan
pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan transaksi normal, dan (4) pengungkapan yang tidak
memadai atas transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa.
PENGGOLONGAN
KEJAHATAN
AKUNTANSI
DALAM
KRIMINOLOGI
Kejahatan akuntansi atau skandal akuntansi melibatkan kaum elit bisnis
dan kaum profesional. Contoh kasus yang populer adalah kasus Enron dimana
harga saham perusahaan tersebut anjlok karena ulah pendiri Enron, mantan
CEO, eksekutif Enron lainnya serta Kantor Akuntan Publik Arthur Anderson
yang bersekongkol memanipulasi laporan keuangan Enron. Kejahatan akuntansi
di perbankan dan di pasar modal juga melibatkan kaum profesional.
Dengan melihat pelakunya maka disimpulkan bahwa kejahatan akuntansi
ini masuk dalam kategori kejahatan kerah putih. Hal ini sejalan dengan
pendapat Edwin H. Sutherland yang menyatakan bahwa white collar crime
adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang terhormat dan status sosial
tinggi dalam kaitannya dengan okupasinya. Menurut Muladi, kejahatan yang
dilakukan oleh orang-orang terhormat ini biasanya dilakukan tanpa kekerasan
tetapi selalu disertai dengan kecurangan, penyesatan, penyembunyian dari
kenyataan, akal-akalan, manipulasi, atau pengelakan terhadap peraturan.
Dalam kaitannya dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia, Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang yang terkait
menyebutkan beberapa pasal yang terkait dengan kejahatan akuntansi,
diantaranya adalah:
Berkaitan dengan manajemen laba ilegal, dapat dikenakan pasal 390
KUHP yaitu “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyiarkan kabar bohong yang
menyebabkan harga barang- barang dagangan, dana-dana atau surat-surat
berharga menjadi turun atau naik diancam dengan pidana penjara paling lama
dua tahun delapan bulan”.
Berkaitan dengan pemberian opini auditor yang menyesatkan, dapat
dikenakan pasal 416 KUHP yaitu “Seorang pejabat atau orang lain yang diheri
tugas menjalankan suatu jabatan umum terus-menerus atau untuk sementara
waktu, yang sengaja membuat secara palsu atau memalsukan
buku-buku,
daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun”.
Berkaitan dengan kejahatan perbankan yang merupakan kategori
penggelapan, dapat dikenakan pasal 372 KUHP yaitu “Barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya
bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah”.
Berkaitan dengan kejahatan perbankan sehubungan pemalsuan rekening
nasabah, dapat dikenakan pasal 49 ayat (1) huruf c UU Perbankan No 10 Tahun
1998 yaitu: “mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau
menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,
maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau
rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan,
menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut,
diancam dengan pidana penjara sekurangkurangnya 5 (lima) tahun dan paling
lama
15
(lima
Rp10.000.000.000,00
belas)
tahun
(sepuluh
serta
miliar
denda
rupiah)
Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah)”.
sekurang-kurangnya
dan
paling
banyak
Berkaitan dengan kejahatan akuntansi di pasar modal yang berupa
manipulasi pasar, dapat dikenakan pasal 91 Undang-undang nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal yaitu: ”Setiap pihak dilarang melakukan tindakan,
baik langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan
gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan
pasar atau harga efek di Bursa Efek.
Akuntansi forensik merupakan formulasi yang dapat dikembangkan
sebagai strategi preventif, detektif dan persuasif melalui penerapan prosedur
audit forensik dan audit investigatif yang bersifat litigation suport untuk
menghasilkan temuan dan bukti yang dapat membantu proses pengambilan
putusan di pengadilan. Disamping itu dengan fraud examinition yang tidak
terlepas dari akuntansi forensik akan menjadi bahan untuk profesi akuntansi
khususnya untuk menelusuri adanya kemungkinan-kemungkinan kecurangan
yang dilakukan.
Keahlian Akuntansi Forensik
James (2008) menggunakan 9 (sembilan) item kompentensi keahlian akuntansi
forensik yang digunakan dalam penilaian perbedaan persepsi dari pihak
Akademisi akuntansi, Praktisi akuntansi, dan pengguna jasa Akuntan forensik
yaitu:
1. Analisis deduktif: kemampuan untuk menganalisis kejanggalan yang terjadi
dalam laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai dengan kondisi
yang wajar.
2. Pemikiran yang kritis : kemampuan untuk membedakan antara opini dan
fakta
3.Pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk melakukan
pendekatan terhadap masing-masing situasi (khususnya situasi yang tidak
wajar) melalui pendekatan yang tidak terstruktur.
4. Fleksibilitas penyidikan: kemampuan untuk melakukan audit di luar
ketentuan/prosedur yang berlaku.
5. Keahlian analitik: kemampuan untuk memeriksa apa yang seharusnya ada
(yang seharusnya tersedia) bukan apa yang telah ada (yang telah tersedia).
6. Komunikasi lisan: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif secara
lisan melalui kesaksian ahli dan penjelasan umum tentang dasar-dasar opini.
7. Komunikasi tertulis: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan
tulisan melalui laporan, bagan, gambar, dan jadwal tentang dasar-dasar opini.
8. Pengetahuan tentang hukum: kemampuan untuk memahami proses-proses
hokum dasar dan isu-isu hukum termasuk ketentuan bukti (rules of
evidence).
9. Composure: kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang meskipun
dalam situasi tertekan.
Menurut Widiana Winawati, direktur PwC, seorang akuntan forensik harus
memiliki
multitalenta.
Seorang
pemeriksa
kecurangan
(fraud)
dapat
diumpamakan sebagai gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan
detektif, tandasnya. Selain itu, seorang akuntan forensik harus memiliki
sejumlah sifat dasar. Antara lain, hati-hati, mampu menjaga rahasia
pekerjaannya, kreatif, pantang menyerah, punya rasa ingin tahu yang besar,
percaya diri, serta yang paling penting adalah jujur.
Dibanding akuntan lainnya, seorang akuntan forensik memiliki tugas yang
paling berat. Kalau akuntan internal adalah polisi, auditor adalah petugas
patroli, dan akuntan forensik adalah seorang detektif.
Tugas utama dari akuntan di perusahaan adalah mencatat dan menjaga
kelancaran arus keuangan
perusahaannya. Sedangkan auditor lebih seperti petugas patroli yang melakukan
inspeksi dan pengecekan
rutin atas area berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya. Akuntan forensik
melakukan inspeksi dan pengecekan yang lebih terperinci dan seksama
dibandingkan dengan petugas patroli.
MENJADI AKUNTAN FORENSIK
Langkah pertama untuk menjadi Akuntan Forensik adalah mengikuti
pelatihan atau Pendidikan Akuntan Forensik yang diselenggarakan oleh
Lembaga Akuntan Forensik Indonesia (LAFI). Di sini Anda menyandang
keahlian standar 4 tahun kuliah reguler di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
yang reguler, ditambah dengan Pendidikan Profesi Akuntan dan lulus Ujian
Sertifikasi Akuntan Publik. Dan terakhir Anda dilengkapi dengan Keahlian
Khusus setelah lulus Akuntan Forensik. Total pendidikan normal 6 sd 8 tahun
dapat Anda selesaikan dalam waktu 1 sd 3 Tahun. (INGAT !!! INI JELAS
BUKAN STANDARD DEPDIKNAS, TETAPI STANDAR BAGI PROFESI
YANG BARU BERTUMBUH).
Ada dua program pendidikan Akuntan Forensik yang diselenggarakan oleh
LAFI:
1.
BAF = Bersertifikat Akuntan Forensik, ditempuh dalam waktu 2 sd 24
Minggu.
2.
DAF = Diploma Akuntan Forensik, ditempuh dalam waktu 1 sd 3
tahun.
Program ini dapat diikuti dengan salah satu Metode belajar mengajar:
1. Belajar jarak jauh melalui internet, online atau offline, anytime. Materi
dikirimkan ke alamat email Anda setelah menyelesaikan tahapan-tahapan
sebelumnya:
pendaftaran,
pembayaran
biaya
program, belajar
mandiri,
menjawab soal-soal ujian, mengerjakan tugas mandiri, mengerjakan tugas
praktek, belajar mandiri, dan membuat laporan akhir, ujian akhir dan
penyerahan tanda lulus: Sertifikat atau Diploma. Penyerahan tanda lulus dapat
dilakukan pada saat atau setelah wisuda.
2. Belajar di kelas, diselenggarakan di Jakarta dan kota-kota lain setelah
memenuhi persyaratan: jumlah peserta, belajar mengajar interaktif, tugas
kelompok, magang, ujian periodek, laporan tugas akhir, ujian akhir, lulus dan
wisuda.
Masa Depan Akuntansi Forensik
Dunia
bisnis
yang
semakin
kompleks,
meningkatnya
kecenderungan
penyelesaian sengketa bisnis di pengadilan, dan makin menurunnya tingkat
integritas masyarakat di negara maju–ini ditandai dengan terungkapnya
sejumlah mega skandal, seperti kasus Ponzi Scheme oleh Bernard Madoff di
Amerika Serikat yang merugikan nasabah kurang lebih US$ 50 billion–
membuat profesi sebagai akuntan forensik makin dibutuhkan oleh semua pihak.
Di Indonesia, kasus-kasus korupsi yang makin banyak terungkap dan semakin
beragam jenisnya dan belum terlihat ada kecenderungan penurunan juga pada
hakekatnya membuktikan saat ini dan di masa datang makin diperlukan
keahlian di bidang akuntansi forensik.
Menurut The U.S. News and World Report (2002), akuntansi forensik berada di
urutan teratas daftar karir dengan masa depan paling cerah. US News & World
Report mengidentifikasi akuntansi forensik sebagai salah satu dari “20 trek
pekerjaan panas di masa depan.”
Dalam perkembangannya Akuntansi Forensik Indonesia sekarang ini hanya
sedikit di minati di bandingkan dengan bagian cabang akuntansi yang lainnya
seperti akuntansi biaya, akuntansi keuangan, akuntansi auditing dan sebagainya
dan perkembangannya pun lebih sedikit terlambat dibandingkan dengan bagian
ilmu akuntansi yang lainnya.Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh
dari harapan, dari sekian banyak Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Hanya
sebagian Kecil saja yang menawarkan Jasa ini, alasannya apa lagi kalau bukan
ceruk pasar yang masih minim, secara ilmu ekonomi “ belum ada pasarnya”.
Apalagi standar operasional dan ujian sertifikasi, konon belum begitu memadai,
sangat jauh bila dibandingkan dengan negara tetangga Australia yang sedang
menyusun Standar Akuntansi Forensik. Kanada dan Amerika Serikat sudah
memiliki standar yang baku, namun belum serinci Standar Akuntansi
Keuangan(SAK).Akuntansi forensik sebenernya sudah di praktekan di
Indonesia. Praktek ini tumbuh dengan pesat tidak lama setelah krisis keuangan
tahun 1997. Akhir-akhir ini ada dorongan yang kuat untuk perkembangannya
praktek akuntansi forensik. Di sektor publik ( keuangan negara), khususnya di
Indonesia, akuntansi forensik menjadi kebutuhan besar dalam upaya memerangi
pemberantasan korupsi seperti yang sering kita alami pada msa pemerintahan
jaman sekarang ini, bahwa semakin banyak terungkapnya kasus-kasus korupsi
baik di tengah pemerintahan, perbankan dan sebagainnya. Perkembangan
akuntansi forensik memang sedikit terlambat bila dibanding ranah akuntansi
lainnya, akuntansi keuangan, audit, audit internal, dan sebagainya. Padahal di
Amerika, ilmu ini sudah ada sejak kasus Al Capone terungkap pada 1931 silam
oleh seorang akuntan forensik, Frank J. Wilson. Namun, organisasi profesinya
baru terbentuk beberapa dekade belakangan. Association of Certified Fraud
Examiners baru terbentuk pada 1988. Kampusnya, American College of
Forensic
Examiners
juga
baru
berdiri
pada
1992.
Di Indonesia perkembangan ilmu ini masih jauh dari harapan, dari sekian
banyak Kantor Akuntan Publik (KAP) hanya sebagian kecil saja yang
menawarkan jasa ini, alasannya apa lagi kalau bukan ceruk pasar yang masih
minim, secara ilmu ekonomi “belum ada pasarnya”. Apalagi standar operasional
dan ujian sertifikasi, konon belum begitu memadai, sangat jauh bila
dibandingkan dengan negara tetangga Australia yang sedang menyusun Standar
Akuntansi Forensik. Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki standar yang
baku, namun belum serinci Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Belum adanya
standar yang memadai, persoalan tambahan yang membuat ilmu ini kurang
begitu populer adalah penguasaan ilmu yang cukup luas. Selain akuntansi dan
audit, akuntan forensik juga harus menguasai bidang yang berkaitan dengan
kejahatan keuangan (money laundering), hukum, psikologi, sosiologi,
antropologi, viktimologi, kriminologi, dan lain-lain. Akuntan forensik harus
memiliki
kemampuan
“multitalenta”.
Kedepan, beberapa kalangan meramalkan perkembangan profesi ini akan lebih
pesat. Selain makin banyak kantor bisnis dari negara asing yang masuk ke
Indonesia., juga makin tingginya kesadaran perusahaan untuk melindungi asset
mereka dari pola-pola tindakan kecurangan.
Download