BAB II KOMUNIKASI ISLAM A. Pengertian Komunikasi Islam 1

advertisement
BAB II
KOMUNIKASI ISLAM
A. Pengertian Komunikasi Islam
1. Pengertian Komunikasi
Istilah
komunikasi
dalam
bahasa
Inggris
communication
sesungguhnya berasal dari bahasa Latin communicatio yang bersumber dari
kata communis dengan arti sama. Tetapi istilah komunis –dalam
pembahasan ini- tidak ada kaitannya dengan komunis secara politis atau
ideologis. Kata sama yang dimaksud di sini ialah kesamaan makna. Jika dua
orang terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi disebut berlangsung
dengan baik, selama ada kesamaan makna antara satu sama lainnya. Untuk
mencapai kesamaan makna dalam pembicaraan, keduanya sama mengerti
bahasa yang dipergunakan dalam proses komunikasi. Namun demikian,
meskipun keduanya sama-sama memakai bahasa yang sama, belum tentu
antara keduanya mempunyai makna yang sama tentang isi komunikasi.
Percakapan disebut komunikatif apabila makna yang dipahami dari
percakapan tersebut sama persis antara yang berbicara dan yang mendengar
pembicaraan.1
Bila dilihat lebih jauh, maka pengertian komunikasi dapat dibagi
menjadi dua bagian, yakni secara umum dan secara paradigmatik.
Pengertian komunikasi secara umum dapat ditinjau secara etimologis dan
terminologis. Secara umum, setiap orang terlibat proses komunikasi mulai
1
Mafri Amir, op. cit., hlm. 19-20.
23
24
bangun tidur sampai ia tidur kembali. Hal itu merupakan konsekuensi logis,
karena manusia berhubungan antara satu sama lain dalam menjalani
kehidupannya. Hubungan sosial melahirkan interaksi. Interaksi terjadi bila
berlangsung proses interkomunikasi.
Pengertian komunikasi secara etimologis seperti telah digambarkan di
atas, bahwa asal usul kata komunikasi dari kata communis. Tetapi istilah
komunis ini tidak ada kaitannya dengan politis atau ideologis. Yang ingin
dijangkau di sini hanyalah bahwa komunikasi berjalan dengan lancar, jika
orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi mendapatkan makna
atau pemahaman yang sama, sesuai dengan arti asal kata komunis itu, yaitu
sama.
Secara Terminologis, pengertian komunikasi dapat dirumuskan
sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang
lain. Dengan menyebut orang lain berarti komunikasi tidak harus antara dua
orang manusia, tetapi bisa sejumlah orang.
Mangenai pengertian komunikasi secara paradigmatis, banyak definisi
yang dikemukakan para ahli. Dari banyaknya pengertian, Onong Uchjana
Efendi menyimpulkan sebagaimana yang dikutip oleh Mafri Amir:
“Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media.”2
2
Ibid., hlm. 22.
25
2. Pengertian Komunikasi Islam
Dalam bahasa arab komunikasi Islam dikenal dengan istilah Al-Ittisal
yang berasal dari akar kata wasala yang berarti “sampaikan” seperti yang
terdapat dalam Al-Qur‟an Surat Al-Qashas ayat 51:
“dan sesungguhnya telah Kami turunkan berturut-turut perkataan ini
(Al-Qur‟an) kepada mereka agar mereka mendapat pelajaran” (QS. AlQashas: 51).3
Komunikasi menurut Islam adalah komunikasi yang sesuai dengan AlQuran dan Sunah. Al-Quran dan Sunah mengatur kapan seorang muslim
harus bicara dan kapan seorang muslim harus diam.
Dasar komunikasi versi Islam berbeda 180 derajat dengan dasar
komunikasi versi barat. Teori Islam mengajarkan untuk hifdzul lisan
(menahan atau menjaga lisan), sedangkan teori Barat mengajarkan untuk
banyak berbicara atau banyak menyampaikan pesan. Hifdzul lisan itu bukan
diam, melainkan menahan dari berbicara yang tidak sesuai syariat (AlQuran dan Sunah) dan tidak diperlukan oleh orang yang mendengar
sehingga menyebabkan orang berhati-hati dalam berbicara, tidak boleh
semaunya.4
Komunikasi religius (komunikasi keagamaan) memang mencakup
pula komunikasi Islam tetapi tidak sama dengan komunikasi Islam karena
komunikasi religius meliputi semua agama. Padahal agama Islam berbeda
dengan agama lainnya khususnya mengenai ajarannya.
3
4
digilib.uinsby.ac.id/9723/3/bab%202.pdf (Diakses tanggal 10 September 2015).
Thorik Gunara, op. cit., hlm. 3.
26
3. Pengertian Komunikasi Islami
Perlu dibedakan antara komunikasi Islam dengan komunikasi Islami.
Komunikasi Islam adalah sistem komunikasi Umat Islam. Artinya bahwa,
komunikasi Islam lebih fokus pada sistemnya dengan latar belakang filosofi
(teori) yang berbeda dengan perspektif komunikasi non Islam. Dengan
kata lain sistem komunikasi Islam didasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadits
Nabi Muhammad Saw.
Sedangkan komunikasi Islami adalah proses penyampaian pesan
antara manusia yang didasarkan pada ajaran Islam. Artinya bahwa
komunikasi Islami adalah cara berkomunikasi yang bersifat Islami ( tidak
bertentangan dengan ajaran Islam).
Dengan demikian pada akhirnya terjadi juga konvergensi (pertemuan)
antara pengertian komunikasi Islam dengan komunikasi Islami. Boleh
dikatakan, komunikasi Islami adalah implementasi (cara melaksanakan)
komunikasi Islam.5
4. Ciri-ciri Komunikasi Islam
Ciri khas komunikasi Islam adalah menyebarkan (menyampaikan)
informasi kepada pendengar, pemirsa atau pembaca tentang perintah dan
larangan Allah Swt (Al-Qur‟an dan Hadits Nabi). Secara umum semua
macam komunikasi memiliki ciri-ciri yang sama atau serupa, misalnya
proses, model, dan pengaruh pesannya. Yang membedakan komunikasi
Islam dengan teori komunikasi umum adalah terutama latar belakang
5
Ibid.
27
filosofinya, komunikasi Islam mempunyai filosofi Al-Qur‟an dan Hadits
Rasullulah, aspek-aspek komunikasi Islam juga didasarkan pada Al-Qur‟an
dan Hadits.
B. Etika Komunikasi Islam
1. Pegertian Etika Komunikasi Islam
Secara etimologis (bahasa), kata etika diartikan sebagai: (1) ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral: (2) kumpulan asas/ nilai yang berkenaan dengan akhlak; (3) nilai
mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.6
Etika komunikasi mengandung pengertian cara berkomunikasi yang
sesuai dengan standar nilai akhlak. Pengertian seperti ini lebih mempunyai
nuansa Islami. Sedangkan pada pengertian kedua, maka etika komunikasi
mengacu kepada pengertian bagaimana berkomunikasi yang sesuai dengan
nilai-nilai yang berlaku di tengah masyarakat atau golongan tertentu. Untuk
mengukur kualitas etika komunikasi yang baik, maka dapat dilihat dari
sejauhmana kualitas teknis berkomunikasi itu sesuai dengan nilai-nilai
kebaikan yang berlaku.
Dalam konteks komunikasi, maka etika yang berlaku harus sesuai
dengan norma-norma yang berlaku. Berkomunikasi yang baik menurut
norma agama, tentu harus sesuai pula dengan norma agama yang dianut.
Bagi umat Islam, komunikasi yang baik adalah komunikasi yang sesuai
6
Dep. Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, cetakan ke3, 1990, dlm. 237.
28
dengan kaidah agama, yang senantiasa diukur dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi (Hadits). Dalam Islam, etika
biasa disebut dengan akhlak. Karena itu, berkomunikasi harus memenuhi
tuntunan akhlak sebagaimana tercantum di dalam sumber ajaran Islam itu
sendiri.7
Komunikasi umum (non Islam) memang mementingkan etika, akan
tetapi sanksi atas pelanggaran komunikator terhadap etika komunikasi
hanya berlaku di dunia saja. Sedangkan sanksi atas pelanggaran komunikasi
Islam tidak hanya berlaku di dunia saja akan tetapi juga sampai akhirat.
Banyak sekali ayat Al-Qur‟an yang menjelaskan hal itu baik secara eksplisit
maupun implisit.
Di samping hukuman tentu ada pula ganjaran atau pahala yang
disediakan bagi komunikator Islam yang menaati etika komunikasi
agamanya. Semua jenis komunikasi pada hakikatnya bersifat imperatif 1.
Lebih lagi komunikasi Islami. Misalnya jika seseorang menyalami orang
lain
dengan
ucapan
“Assalamu‟alaikum”
maka
harus
(wajib)
dijawab/dibalas. Jika tidak dijawab maka pihak yang disapa (menurut
logika) akan memperoreh sanksi dari Allah. Al-Qur‟an dan Hadits Nabi
adalah media massa cetak sakral, yang memuat perintah dan larangan
Allah. Dan sifat imperatifnya lebih berat dari pada buku Undang-Undang
Hukum Pidana buatan manusia. Tetapi hampir semua kaidah-kaidah hukum
7
Mafri Amir, op. cit., hlm. 35-36.
Imperatif bersifat memerintah atau memberi komando; mempunyai hak memberi
komando; bersifat mengharuskan.
1
29
pidana media massa senada dengan kaidah-kaidah hukum pidana media
massa Islami, yang membedakan keduanya adalah kualitas sanksinya.8
Meskipun komunikasi Islami itu bersifat imperatif, khususnya dalam
proses ketaatan terhadap rambu-rambu etika dan hukum bagi kebebasan
komunikasi, tetapi ada pula sikap bijaksananya atau arifnya. Dalam Surat
Al-Ashr ayat 1-3 yang artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. AlAshr: 13). Tanggung jawab religius tersebut tidak hanya berarti hukuman
siksa neraka, tetapi juga dengan perdamaian, saling memberi wasiat, saling
mengingatkan akan kebenaran, dan kesabaran, saling memberikan
penerangan, saling tukar pikiran/diskusi dengan cara yang baik dan
bijaksana.
2. Prinsip-prinsip Komunikasi Islam
a. Qawlan Ma‟rufan
Qawlan Ma’rufan dapat diterjemahkan ungkapan yang pantas. Salah
satu pengertian ma‟rufan secara etimologis adalah al-khair atau al-ihsan,
yang berarti baik-baik. Jadi qawlan ma’rufan mengandung pengertian
perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas. Di dalam Al-Quran
ungkapan qawlan ma’rufan ditemukan di empat tempat; Al-Baqarah/
2:235, Al-nisa‟/ 4:5 dan 8, serta Al-Ahdzab/ 23:32.
8
digilib.uinsby.ac.id/9723/3/bab%202.pdf (Diakses tanggal 10 September 2015).
30
Dalam ayat 235 surat Al-Baqarah/ 2, qawlan ma’rufan mengandung
beberapa pengertian antara lain rayuan halus terhadap seorang wanita
yang ingin dipinang untuk isteri. Jadi ini komunikasi etis dalam
menimbang perasaan wanita, apalagi wanita yang diceraikan suaminya.
Dalam ayat 5 surat al-Nisa‟, qawlan ma’rufan berkonotasi kepada
pengertian pembicaraan yang pantas bagi seorang yang belum dewasa
(cukup) akalnya atau orang dewasa tetapi tergolong bodoh. Kedua orang
ini tentu tidak siap menerima perkataan bukan ma‟ruf, karena otaknya
tidak cukup siap menerima apa yang disampaikan. Justru yang menonjol
adalah emosinya. Sedangkan Pada ayat 8 surat yang sama lebih
mengandung arti bagaimana menenggang perasaan famili, anak yatim
dan orang miskin.
Ternyata konteks qawlan ma’rufan
dalam ayat Al-Quran lebih
banyak ditujukan kepada wanita atau orang yang kurang beruntung
kehidupannya seperti anak yatim dan orang miskin. Agaknya tuntunan
ini lebih dimaksudkan agar seseorang dapat berkomunikasi dengan
pantas, karena perasaan mereka sangat sensitif dan sentimentil. Artinya,
ajaran Islam mementingkan perasaan orang lain supaya tidak tersinggung
oleh ungkapan yang tidak ma‟ruf. Bila seseorang tidak mampu
berkomunikasi (lisan atau tulisan) secara baik dan pantas dengan publik,
maka sebetulnya ia dinilai sebagai orang yang tidak mempunyai etika
komunikasi.
31
b. Qawlan Sadidan
Qawlan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang
benar, baik dari segi substansi (materi dan isi pesan) maupun redaksi
(tata bahasa).
Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau
menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak
berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.
“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).
“Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena
sesungguhnya kebenaran itu memimpin kepada kebaikan dan
kebaikan itu membawa ke surga” (HR. Muttafaq „Alaih).
“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).
Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata
yang baik dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku.
“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang
baik” (QS. Al-Baqarah:83).
“Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan”
(H.R. Ibnu Asakir dari Abdullah bin Basri).
Dalam bahasa Indonesia, maka komunikasi hendaknya menaati kaidah
tata bahasa dan mengguakan kata-kata baku yang sesuai dengan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD).
c. Qawlan Balighan
Qawlan balighan dapat diterjemahkan ke dalam komunikasi yang
efektif. Al-Quran mengatakan, “Tidak Kami utus Rasul kecuali ia harus
menjelaskan dengan bahasa kaumnya.” (QS 14: 4). Dapat disimpulkan
bahwa kewajaran dalam komunikasi adalah jika bahasa yang dipakai
32
disesuaikan dengan pembaca, pendengar, dan pemirsa, sehingga berhasil
merubah tingkah laku khalayak, termasuk orang munafik yang
perkataannya suka berubah-ubah atau plin-plan.
d. Qawlan Kariman
Ungkapan qawlan kariman dalam Al-Quran tersebut satu kali pada
ayat 23 surat Al-Isra‟/ 17. Dalam ayat ini, Allah mengingatkan
pentingnya ajaran tauhid atau mengesakan Allah agar manusia tidak
terjerumus ke dunia musyrik.
Ajaran tauhid adalah dasar pertama dan utama dalam „aqidah
Islamiyah. Kemudian, kita sebagai anak diperintahkan untuk mengabdi
pada orangtua. Perintah itu ditempatkan setelah perintah tauhid, karena
sedemikian pentingnya aspek berbakti dan berbudi luhur pada orangtua.
Salah satu cara pengabdian itu adalah dengan menghindari perkataan
kasar. Selaku anak haruslah berkomunikasi secara mulia atau penuh rasa
hormat. Inilah tuntunan komunikasi dalam Islam pada manusia yang
posisinya lebih rendah kepada orang lain yang posisinya lebih tinggi,
apalagi orangtua sendiri.
Qawlan kariman, menyiratkan satu prinsip utama dalam etika
komunikasi Islam: penghormatan. Komunikasi dalam Islam harus
memperlakukan orang lain dengan penuh rasa hormat.
e. Qawlan Maysuran
Dalam QS. Al-Isra‟ ayat 28 ditemukan istilah qawlan maysuran yang
merupakan
tuntunan
untuk
melakukan
komunikasi
dengan
33
mempergunakan bahasa yang mudah dimengerti dan melegakan
perasaan.
Qawlan maysuran, menurut Jalaludin Rakhmat sebagaimana yang
dikutip oleh Mafri Amir menjelaskan, bahwa sebenarnya lebih tepat
diartikan “ucapan yang menyenangkan”, lawannya adalah ucapan yang
menyulitkan. “Maysur” berasal dari kata “yusr” yang berarti gampang,
mudah, ringan.
Para ahli komunikasi menyebutkan dua dimensi komunikasi. Ketika
kita berkomunikasi, kita bukan hanya menyampaikan isi (content), kita
juga mendefinisikan hubungan sosial (relations) di antara kita. Isi yang
sama dapat mengakrabkan para komunikator atau menjauhkannya,
menimbulkan persahabatan atau permusuhan. Dimensi komunikasi yang
kedua ini sering disebut metakomunikasi. Salah satuu prinsip etika
komunikasi dalam Islam ialah setiap komunikasi harus dilakukan untuk
mendekatkan manusia dengan Tuhannya dan hamba-Nya yang lain.
Islam mengharamkan setiap komunikasi yang membuat manusia terpisah
dari –apalagi membenci- hamba-hamba Allah yang lain. Termasuk dosa
paling besar dalam Islam adalah memutuskan ikatan kasih sayang
(qathi’at al-rahim).9
f. Qawlan Layinan
Qawlan layinan, secara harfiyah berarti komunikasi yang lemah
lembut. Allah, sebetulnya bisa memerintahkan Rasul-rasul-nya untuk
9
Mafri Amir, op. cit., hlm. 91.
34
berkata kepada raja yang dzalim dengan instruktif atau keras. Tetapi itu
bukan cara terbaik dalam mencapai hasil komunikasi terhadap seseorang,
apalagi bagi orang yang merasa berkuasa selama ini.
Berkomunikasi harus dilakukan dengan lemah lembut, tanpa emosi,
apalagi mencaci-maki orang yang ingin dibawa ke jalan yang benar.
Karena dengan cara seperti ini bisa lebih cepat dipahami dan diyakini
oleh lawan dialog. Kepada penguasa saja disuruh melakukan komunikasi
lembut, apalagi terhadap orang lain yang mungkin lemah.
Allah membenci pada orang yang bicara dengan nada keras atau
intonasi meninggi. Luqman mengingatkan anaknya, “Kalau bicara
dengan manusia lunakkan suaramu, karena seburuk-buruk suara adalah
suara keledai”. (Q.S Luqman/ 31: 19).
Tidak selamanya kita bicara lunak dan hal-hal yang baik. Ada
waktunya kita dibolehkan bicara dengan keras dan terus terang, serta
membeberkan keburukan orang yang menganiaya kita; yaitu kepada
hakim dalam forum sidang pengadilan atau aparat yang bermaksud untuk
menyelesaikan persoalan.10
10
Ibid., hlm. 95.
Hikmah ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan anatara yang haq
dengan yang batil.
2
Download