4.Hukum dan Moral

advertisement
Hukum dan Moral
(Materi 4 &5)
(Deskripsi Materi Perkualiahan Agama Katolik di Politeknik Kesehatan Negeri, Jurusan Analis Kesehatan)
Oleh: Lastiko Runtuwene, S.Ag, M.Pd
1. Hukum
1.1. Menumbuhkan Kesadaran untuk Taat kepada Hukum Tuhan
Kitab Suci mewartakan bahwa Allah terlibat dalam hidup manusia. Karena itu,
Kitab Suci tetap merupakan inspirasi, peneguhan dan dorongan bagi orang Kristen
guna mengembangkan keterlibatan sosial walaupun dewasa ini pikiran kita
mengenai aturan keadilan lain daripada pikiran orang Yahudi pada zaman para nabi
atau pikiran orang Kristen pada zaman kekaisaran Roma. Dalam Gereja Katolik
dikenal sepuluh (dasa) firman Allah, yang dibagi atas dua bagian besar, yakni
firman yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (firman pertama sampai
ketiga); firman yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (firman keempat
sampai kesepuluh).
Firman ke-7 dan ke-10 tetap mengandung pesan penting bagi zaman sekarang
karena firman-firman itu mengingatkan kita akan kewajiban sosial. Kewajiban
sosial itu antara lain kita diminta untuk menaati hukum yang berlaku di mana kita
tinggal. Hukum dalam Perjanjian Lama menggariskan kepada kita perlunya
menghargai milik orang lain, dan menghargai martabat manusia. Akan tetapi, bagi
zaman ini pesan itu mempunyai nada yang baru. Menaati hukum berarti menghargai
sesama dalam hukum. Dewasa ini hormat akan kebebasan menuntut perjuangan
hak-hak asasi, khususnya bagi mereka yang didesak oleh politik negara,
dieksploitasi oleh kepentingan sekelompok orang, dan disingkirkan dari hidup dan
keputusan bersama. Hidup manusia tidak sama dengan barang yang dapat dibeli dan
tidak boleh direbut untuk kepentingan siapa pun.
1
1.2. Fungsi Profetis Agama dalam Hukum
Dalam Gereja Katolik Dalam firman ke-8 dalam dasa (10) firman Allah dikatakan,
“Jangan bersaksi dusta”, Kitab Suci tidak berkata “saksi dusta terhadap sesamamu”,
melainkan “saksi dusta tentang sesamamu”, sebab semula perintah ini menyangkut
kesaksian di pengadilan. Dengan kesaksian palsu orang dicelakakan karena ia
dihukum tidak adil (mungkin malah dihukum mati) dan tata keadilan
dijungkirbalikkan. Sebetulnya masalahnya bukan “bohong”, melainkan tidak
adanya lagi kepastian hukum yang dapat diandalkan. Agama memberikan dorongan
agar perilaku orang semakin baik, bukan hanya baik bagi perkembangan dirinya
sendiri melainkan juga baik bagi semua orang. Hukum dibuat bukan untuk
mempersulit orang sebaliknya hukum dibuat dan dibangun untuk melindungi orang
dari perbuatan tidak semena-mena atau melanggar batas kemanusiaan yang
diperbuat oleh orang lain.
Hal itu diringkas dengan tepat dalam Ul 16:19, “Jangan memutarbalikkan hukum;
jangan memandang bulu; dan jangan menerima suap”. Inilah maksud firman ke-8.
Di dalam pengadilan orang menyatakan kesetiaannya baik terhadap si terdakwa,
sesama manusia, maupun terhadap masyarakat, umat Allah. Pengadilan merupakan
tempat di mana orang menuntut keadilan yang tidak bisa lagi diselesaikan secara
damai. Firman Tuhan kiranya masih relevan untuk kita di jaman ini, bukan hanya di
depan pengadilan, tetapi juga di hadapan masyarakat, kebenaran harus tetap
dipertahankan dan ditegakkan demi kesejahteraan warga dan masyarakat. Setiap
kepalsuan seperti penipuan, dan rekayasa harus dielak karena ia merusak sendisendi kehidupan masyarakat.
Dalam Gereja Katolik dikenal tiga sumber/pedoman hukum dan kehidupan, yakni
Kitab Suci, tradisi dan ajaran magisterium Gereja. Kitab Suci adalah wahyu Allah
yang ditulis dalam bahasa manusia. Tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan suci dalam
Gereja yang diwariskan atau diturun-temurunkan sejak jaman Yesus dan Para rasul.
Ajaran Magisterium Gereja adalah ajaran-ajaran yang dikemukakan oleh para paus
2
dan para uskup tentang moral, iman dan hidup Gereja yang harus diimani oleh
orang Katolik.
Pertanyaan Pendalaman:
1. Terangkanlah pengertian Kitab Suci!
2. Berapa jumlah Kitab dalam Kitab Suci menurut Gereja Katolik? (Berapa
jumlah Kitab Perjanjian Lama dan jumlah Kitab Perjanjian Baru).
3. Sebutkanlah sepuluh (dasa) firman Allah dan buatlah dua pembagian pada
sepuluh firman Allah tersebut!
4. Jelaskanlah makna firman ke-7 dan ke-10!
5. Jelaskanlah makna firman ke-8!
6. Jelaskanlah makna menaati hukum dalam kehidupan!
7. Kemukakanlah beberapa contoh pelanggaran hukum yang terjadi dalam
masyarakat dan negara kita, dan bagaimana pendapatmu cara mengatasinya!
2. Moral
2.1. Agama sebagai Sumber Moral
Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul dan bertumbuh dalam hati
manusia. Dalam hati manusia, sebelum ia bertindak atau berbuat sesuatu, ia sudah
mempunyai suatu kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada
yang buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral ini walaupun berbeda-beda
kadar kesadarannya. Secara sempit hati nurani merupakan penerapan kesadaran
moral itu dalam suatu situasi konkret, yang menilai suatu tindakan manusia atas
buruk baiknya.
Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan
mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Kalau perbuatan itu baik, kata hati
muncul sebagai suara yang menyuruh, tetapi kalau perbuatan itu buruk ia muncul
sebagai suara yang melarang. Sementara suatu tindakan dijalankan kata hati masih
tetap berbicara, menyuruh atau melarang. Sesudah suatu tindakan atau perbuatan
3
maka kata hati muncul sebagai “hakim” yang memberi vonis. Untuk perbuatan yang
baik ia akan memuji sehingga orang merasa bangga dan bahagia. Akan tetapi, untuk
perbuatan yang buruk, ia akan mencela sehingga orang merasa gelisah, malu,
menyesal, putus asa. Agama menjadi sumber pembinaan moral manusia beriman
Katolik, agama mempunyai peran besar dalam pembentukan moralitas masyarakat.
Agama menjadi penentu arah pembangunan kepada jalan yang benar. Berbicara
fungsi agama berarti masuk ke dalam suatu sumber hukum dasar agama itu, yaitu
Kitab Suci. Dalam Kitab Suci, orang beriman Katolik dapat belajar dan mengenal
lebih jauh bagaimana suatu perbuatan dapat berjalan semestinya. Hati nurani perlu
dilatih agar peka, hati nurani perlu diuji agar menjadi tajam dalam melihat situasi,
hati nurani perlu proses agar pembinaannya dapat konsisten terus dijalankan. Meski
demikian pada tahap-tahap pembinaan awal, hati nurani patut ditaati walaupun ia
dapat salah. Oleh karena hati nurani dapat salah maka ia perlu dibina. Santu Paulus
sudah mengatakan kepada kita bahwa dalam diri kita ada dua hukum, yaitu hukum
Allah dan hukum dosa. Kedua hukum itu saling bertentangan; hukum Allah menuju
kepada kebaikan, sedangkan hukum dosa menuju kepada kejahatan, (Baca Rom
7:13-26).
2.2. Akhlak Mulia dalam Kehidupan
Hak asasi manusia merupakan tolok ukur dan pedoman yang tidak dapat diganggu
gugat dan harus ditempatkan di atas segala aturan hukum. Penghargaan terhadap
hak asasi ini merupakan prinsip dalam pengembangan akhlak mulia di dalam
masyarakat majemuk. Tanpa penghargaan terhadap hak asasi tersebut sulit dicapai
mutu kehidupan yang lebih baik. Menjunjung tinggi akhlak mulia berarti harus
merupakan perwujudan terhadap penghargaan terhadap hak asasi manusia Ini
berarti akhlak mulia dibangun di atas dasar hak asasi manusia. Tanpa hal ini,
pengembangan akhlak mulia menjadi tidak berarti.
Gereja senantiasa mendesak supaya hak-hak asasi ditegakkan dan segala bentuk
diskriminasi dihapuskan. Dalam perjuangan ini, Gereja hendaknya mulai dengan
4
dirinya sendiri, lalu mengajak segala orang yang berkehendak baik untuk membela
martabat manusia dengan segala hak yang melekat padanya
Pertanyaan Pendalaman:
1. Jelaskanlah pengertian hati nurani!
2. Terangkanlah peranan hati nurani dalam tindakan etis!
3. Mengapa hati nurani perlu dibentuk dan dilatih!
4. Terangkanlah peranan moral yang baik untuk membangun akhlak mulia
dalam kehidupan!
5. Kemukankanlah beberapa contoh masalah moral dewasa ini yang terjadi
dalam masyarakat, dan bagaimana pendapatmu cara mengatasinya!
5
Download