JTA 12/21 (September 2010) 81-97 DELAPAN UCAPAN BAHAGIA MATIUS 5:3-12 Melani ABSTRAKSI Setiap orang percaya pasti ingin menjadi orang yang diberkati oleh Tuhan di dalam kehidupannya. Berkat itu dapat diartikan bermacam-macam. Ada yang mengidentikkan berkat dengan hal-hal materi, sehingga menjadi orang yang diberkati oleh Tuhan identik dengan menjadi orang yang kaya secara materi. Ada yang mengidentikkan berkat dengan kesehatan secara fisik, sehingga orang yang kuat dan sehat secara fisik adalah orang yang diberkati oleh Tuhan. Bermacam-macam pendapat dan penafsiran bisa diberikan terhadap “hidup yang diberkati oleh Tuhan.” Apa sebenarnya yang dimaksud dengan hidup yang diberkati oleh Tuhan. Ajaran Yesus di dalam kotbahNya di bukit; khususnya dalam delapan ucapan bahagia ini, Yesus melukiskan gambaran yang menyeluruh tentang seorang murid Kristen. Ternyata ajaran Yesus dalam delapan ucapan bahagia tersebut tidak lasim dan bahkan tampaknya bertentangan dengan pemikiran dan kebudayaan manusia pada umumnya. Namun dengan memahami dan melakukan delapan ucapan bahagia tersebut, orang percaya akan mempunyai kehidupan yang diberkati oleh Tuhan. Melalui pembahasan yang akan penulis lakukan terhadap delapan ucapan bahagia tersebut, kita dapat melihat bahwa menjadi seorang murid Tuhan yang sejati dan anak Tuhan yang benar tidak mudah. Banyak hal yang harus dilakukan dan tantangan yang harus dihadapi. Namun dengan mengingat bahwa Yesus sudah menghadapi semuanya itu dan Dia akan menolong dan menguatkan kita, maka kita akan menaruh pengharapan kita kepadaNya. Dengan demikian, kita akan dihiburkan dan tidak tenggelam dalam keputusasaan. 81 82 JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA Kata kunci: Berkat, ucapan bahagia Yesua, murid sejati dan hidup yang berpengharapan. PENDAHULUAN Ucapan bahagia tidaklah asing bagi mereka yang sudah membaca Alkitab Perjanjian Lama. Ucapan tersebut bisa dijumpai dalam Mazmur 1:1 – Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik… ; Mazmur 32:1,2 – Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya… Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan… Namun apakah sebenarnya yang dimaksud dengan ucapan bahagia tsb? Kata ―berbahagialah‖ berasal dari kata Yunani makarioi. Ada berbagai terjemahan dari kata makarioi, yaitu: ―Diberkatilah, bagaimana diberkati, bagaimana bahagia, bahagia dan beruntung.‖ Bagi siapa yang mempertimbangkan ucapan bahagia berdasarkan latar belakang pemujaan; maka ucapan bahagia merupakan semacam berkat, ekspresi pemujaan dengan segala sifatnya, dan peran yang dinamis tentang akibat dari apa yang sudah diucapkan. Oleh karena itu, terjemahan yang lebih tepat adalah ―diberkatilah.‖ Bagi siapa yang mempertimbangkan ucapan bahagia berdasarkan latar belakang hikmat, maka ucapan bahagia menjadi suatu dorongan bagi seseorang untuk mempraktekkan suatu sikap atau tingkah laku yang khusus. Oleh karena itu, terjemahan yang lebih tepat adalah ―berbahagialah‖ atau ―beruntunglah.‖1 Kata ―berbahagialah‖ berarti ―diberkatilah.‖ ―Berkat‖ merupakan lawan dari ―kutuk,‖ yang mempunyai hubungan erat dengan perjanjian antara Allah dan umatNya. Barang siapa yang taat kepada Taurat Tuhan dan setia kepada perjanjian tersebut, maka ia akan diberkati oleh Allah dan menjadi orang yang berbahagia. Sebaliknya, barang siapa yang tidak taat kepada Taurat Tuhan dan melanggar perjanjian tersebut, maka ia akan 1 Robert Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, (Dallas: Word Publishing, 1982), pp. 66,67. DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 83 menerima kutukan dan hukuman dari Allah dan hidupnya tidak berbahagia. Oleh karena itu, ucapan bahagia tidak berdasarkan pada apa yang kita lakukan; tetapi lebih menekankan pada apa yang akan kita terima, jika kita hidup taat kepada FirmanTuhan dan setia kepadanya, yaitu bahwa Allah akan memberkati hidup kita.2 Selain hal tersebut diatas, kita perlu mengerti bahwa ucapan bahagia menekankan pada delapan tanda yang utama dari karakter dan tingkah laku orang Kristen, khususnya dalam hubungan dengan Allah dan manusia; dan berkat Allah akan diberikan kepada mereka yang memilikinya. Ucapan bahagia menyatakan karakter yang beraneka ragam dan seimbang dari orang Kristen. Hal ini bukan berarti bahwa ada delapan kelompok murid yang terpisah dan berbeda, tetapi semua itu adalah delapan kualitas dari kelompok yang sama. Semua kualitas tersebut menjadi karakteristik dari semua pengikut Kristus.3 Selanjutnya, kita dapat melihat bahwa ucapan bahagia tersebut dibuka dan ditutup dengan kalimat ―karena merekalah yang empunya kerajaan surga‖ (vv3,10). Bagi orang yang percaya, kita disebut sebagai ―yang empunya kerajaan surga.‖ Kerajaan surga itu dalam pengertian sudah datang dan yang akan datang; hal ini berarti bahwa kerajaan surga bukan hanya sebagai sesuatu yang akan kita alami berkatnya pada masa yang akan datang, tetapi sudah dan sedang kita alami sekarang. Kita dapat menerima, mewarisi dan memasuki Kerajaan Surga sekarang. Kita dapat memperoleh kemurahan dan penghiburan sekarang. Kita dapat menjadi anak-anak Allah sekarang. Kita yang lapar dan haus akan kebenaran, dapat dikenyangkan dan disegarkan sekarang. Yesus menjanjikan semua berkat tersebut kepada pengikut-pengikutNya di sini dan sekarang. Kita juga dapat melihat Allah secara rohani dalam kehidupan ini. Kita bahkan mulai untuk ―mewarisi dunia‖ dalam kehidupan ini, karena kita adalah milik Kristus; semua adalah milik kita. Oleh karena itu, janji-janji Yesus dalam delapan ucapan bahagia tersebut mempunyai 2 Sinclair B. Ferguson, Khotbah di Bukit, (Surabaya: Penerbit Momentum, 1999), hal. 14-15. 3 John R.W. Stott, The Message of the Sermon on the Mount, (Leicester, England: Inter-Varsity Press, 1978), pp. 24,31. 84 JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA penggenapannya sekarang dan yang akan datang. Kita menikmati buah sulungnya sekarang; hasil panen yang penuh masih akan datang.4 Terlebih lagi, kita yang sudah percaya kepada Tuhan mempunyai kepastian akan hidup yang kekal di surga, sehingga kita harus menjadikan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan kita sekarang. Kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk dipimpin oleh Roh Kudus, sehingga kita taat akan kehendak dan FirmanNya bagi kita; dengan demikian kita menjadi orang yang berbahagia atau diberkati di dalam Tuhan.5 Akhirnya, marilah kita melihat delapan ucapan bahagia tersebut secara lebih mendalam. Berbagai klasifikasi telah dicoba, dan semua itu bukanlah daftar yang sembarangan; tetapi seperti kata-kata Chrysostom, ―semacam rangkaian emas.‖ Mungkin, pembagian yang paling sederhana adalah untuk melihat bahwa empat bagian yang pertama menggambarkan hubungan orang Kristen dengan Allah; dan empat bagian yang kedua menggambarkan hubungan dan kewajiban orang Kristen kepada sesama manusia. Kita akan melihatnya satu persatu dalam bab yang kedua. 6 DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 5:3 – Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Pandangan yang umum adalah demikian: ―Berbahagialah orang yang kaya, karena merekalah yang empunya kerajaan dunia.‖ Tetapi Yesus berkata yang sebaliknya, yaitu: ―Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.‖ Kemiskinan seringkali disalahtafsirkan sebagai kemiskinan secara materi dan psikis, yaitu orang yang tidak mempunyai uang dan mengalami banyak tekanan di dalam hidupnya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ―miskin‖ oleh Yesus? 4 Ibid., pp. 34,35. Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 51-53. 6 Stott, The Message of the Sermon on the Mount, p. 38. 5 DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 85 Dalam Yudaisme, ―miskin‖ menunjuk kepada mereka yang berada dalam kebutuhan yang sangat mendesak, baik secara sosial maupun ekonomi. Keadaan mereka yang tidak berdaya dan tidak ada pertolongan ini akan mendorong mereka untuk bergantung kepada Allah yang akan menyediakan segala kebutuhan mereka dan memulihkan keadaan mereka.7 Dalam Perjanjian Lama, kata ―si miskin‖ menunjuk kepada orang-orang yang tertekan, lemah dan tidak berdaya untuk membela dan menyelamatkan dirinya; mereka membutuhkan pertolongan dan belas kasihan dari pihak lain. Karena mereka tidak mempunyai apa-apa lagi di dunia ini, maka mereka akan berharap kepada Tuhan untuk menolong dan membebaskan mereka (Mazmur 34:7; 40:18; 69:33,34). Mereka akan mempunyai ketergantungan kepada Allah dan kerendahan hati di hadapan Allah8 Oleh karena itu, ―Berbahagialah orang yang miskin…” mempunyai konsep Perjanjian Lama. Akar dari ucapan bahagia kembali kepada pelayanan Yesus yang menggenapi janji Yesaya yang ditujukan kepada ―yang miskin.‖ Dengan mengenali kebutuhan yang mendesak dan ketidakberdayaan secara sosial, serta penolakan iman pada saat itu; maka siapa yang meresponi pelayanan Yesus akan diberkati karena mereka yang empunya kerajaan Allah. Dengan demikian, ―…miskin di hadapan Allah…‖ berarti mengakui ―kebangkrutan‖ kita secara rohani di hadapan Allah. Kita adalah manusia berdosa yang berada di bawah murka Allah yang kudus; kita tidak layak untuk mendapatkan apapun, selain daripada hukuman dari Allah. Tidak ada sesuatupun yang dapat kita tawarkan dan mohonkan untuk membeli hadiah surgawi. Kepada orang-orang yang demikianlah Kerajaan Surga akan diberikan. Oleh karena itu, Yesus berkata bahwa bukan orang Farisi yang merasa diri mereka kaya dan berjasa kepada Allah, akan masuk ke dalam Kerajaan Surga; tetapi orang-orang yang miskin, yang ditolak oleh masyarakat, yang tidak memiliki apapun untuk diberikan dan yang tidak mencapai sesuatu apapun. Semua yang dapat mereka lakukan hanya berseru kepada Allah untuk 7 8 Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, p. 69. Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 17. 86 JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA memohon belas kasihanNya; dan Dia mendengarkan seruan mereka.9 Siapakah kita sebenarnya di hadapan Allah? Secara alami, kita akan dipuaskan dengan diri kita dan merasa layak untuk mendapatkan hal-hal yang baik dari Allah. Akibatnya kita akan menjadi orang yang congkak, sombong dan merasa layak untuk dipuji dan dikagumi; seperti Firaun yang merasa bisa berdiri sendiri, sehingga ia menantang Allah dan menolak untuk menyembah kepada Allah. Hanya dengan anugerah dari Roh Kudus, kita menyadari siapa diri kita di hadapan Allah. Kita menyadari bahwa kita tidak mempunyai apa-apa, bukan siapasiapa, dan tidak dapat melakukan apa-apa. Kita adalah manusia berdosa yang seharusnya binasa dan tidak berpengharapan sama sekali; tetapi karena kasihNya, maka Kristus menyelamatkan kita, memperbaharui hidup kita dan memberikan hidup yang kekal kepada kita, sehingga kita mempunyai pengharapan di dalam Dia. Kalau kita mempunyai kesadaran yang demikian, maka perasaan miskin secara rohani akan lahir di dalam hati kita dan kita akan selalu menjadikan Kristus sebagai satu-satunya pengharapan dan Penolong di dalam hidup kita. Akibatnya kita akan menjadi orang yang rendah hati di hadapan Allah dan mempunyai damai yang sejati di dalam Dia. 5:4 - Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Dukacita adalah sesuatu yang dibenci dan menjengkelkan bagi manusia pada umumnya. Biasanya orang akan mencari masyarakat yang ceria dan penuh sukacita. Ada tiga jenis dukacita yang ditunjuk oleh Alkitab. Yang pertama adalah dukacita alami karena kehilangan sesuatu yang berharga atau disayangi, tidak berpengharapan, kesulitan dalam hal keuangan, dll. Yang kedua adalah dukacita dari orang berdosa yang merasa putus asa dan mempunyai dukacita yang sangat mendalam; ia menolak untuk dihiburkan dan merasakan penyesalan yang amat mendalam, sehingga seolah-olah ia tidak 9 Stott, The Message of the Sermon on the Mount, p. 40. DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 87 mempunyai harapan lagi, seperti halnya Yudas. Yang ketiga adalah dukacita ilahi, di mana ―pengarangnya‖ adalah Roh Kudus. Oleh karena itu, berdukacita adalah suatu perasaan yang timbul karena seseorang kehilangan sesuatu yang disayanginya atau yang dianggap berharga baginya; dan tidak menunjuk kepada kemurungan atau jiwa yang tertekan. Dari konteks, kita dapat melihat dengan jelas bahwa orangorang yang mendapatkan janji di sini bukan mereka yang berduka karena kehilangan orang yang mereka kasihi; tetapi mereka yang berduka karena kehilangan ketidakberdosaan dan kebenaran mereka. Dalam hal ini Kristus tidak menunjuk pada dukacita karena kehilangan, tetapi dukacita karena penyesalan. Pendukapenduka yang demikian akan dihibur dan mendapatkan kelepasan dari keadaan yang sulit, yaitu mereka mendapatkan pengampunan yang cuma-cuma dari Allah. Penghiburan yang terbesar adalah pengampunan yang diucapkan bagi setiap orang berdosa yang mempunyai penyesalan yang mendalam atas dosa-dosa mereka. Menurut nabi-nabi Perjanjian Lama, ―Penghibur‖adalah salah satu dari jabatan Mesias. Dia adalah ―Penghibur‖ yang akan membalut mereka yang bersedih/patah hati.10 Jadi orang percaya berdukacita ketika dia menyadari bahwa dia sudah berdosa di hadapan Allah, kehilangan pengharapan dan sukacita di dalam Tuhan; sebaliknya ia akan menerima hukuman maut. Perasaan ini timbul dari kesadaran akan dosa, dari suatu hati nurani yang lembut dan hati yang hancur. Ini adalah ketakutan ilahi karena sudah memberontak melawan Allah dan menentang kehendakNya; dan kesadaran bahwa karena dosa-dosanya yang telah memakukan Yesus di atas salib. Perasaan ini akan mengarahkan pandangannya kepada Allah yang kudus, dan mohon ampun atas segala dosanya. Akibatnya ia akan dihiburkan, ketika ia mengerti bahwa Allah mengampuni dirinya dan ia mempunyai pengharapan di dalam Dia. Mazmur 130:3 – Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? 10 Stott, The Message of the Sermon on the Mount, pp. 40-42. 88 JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA Pemazmur di sini bukan merasa takut, tetapi merasa malu ketika ia menyadari akan keberdosaannya di hadapan Allah. Ia dihiburkan ketika mengerti bahwa Allah mengampuninya. 11 Selanjutnya, Roh Kudus akan menjadi Penghibur dalam hidupnya dan ada jaminan bahwa Allah akan mengampuni orang yang mau mengakui dosanya di hadapan Allah (I Yoh. 1:9). Semakin seseorang hidup dekat kepada Allah, maka ia akan semakin berduka atas semua dosa-dosanya. Orang yang demikian adalah orang yang diberkati, karena Allah tidak meninggalkan dia dalam keadaan demikian; tetapi ia dihiburkan karena tahu bahwa Tuhan mengampuninya dan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal itu akan memenuhi hatinya. Akhirnya ‖penghiburan terakhir‖ adalah ketika kita meninggalkan dunia ini, yaitu bahwa semua ketakutan dan masalah akan lenyap.12 5:5 - Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. ‖Lemah lembut tidak sama dengan ‖lemah lunglai.‖ Lemah lunglai berarti lemas dan tidak berdaya; lemah lembut berarti lembut, sekaligus kuat. Ferguson berkata: ‖Orang yang lemah lembut adalah orang yang berdiri di depan pengadilan Allah dan menanggalkan segala sesuatu yang dulu dianggapnya sebagai haknya. Sambil mengucap syukur atas anugerah Allah, dia telah belajar untuk menaklukkan diri kepadaNya dan bersikap lemah lembut terhadap sesamanya yang berdosa.‖13 Kata sifat Yunani praus berarti lemah lembut, rendah hati, penuh perhatian dan sopan. Oleh karena itu, lemah lembut berarti dapat mengontrol diri; karena tanpa kontrol diri, maka tidak mungkin orang dapat menjadi lemah lembut.14 11 Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 20-22. Arthur W. Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1997), pp. 18-21. 13 Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 24. 14 Stott, The Message of the Sermon on the Mount, p. 42. 12 DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 89 Menurut studi alkitabiah, kelemahlembutan dihubungkan dengan dan tidak dapat dipisahkan dari kerendahan hati (Mat. 11:29; Efesus 4:1,2), keramahan (Titus 3:2), kebenaran (Yakobus 1:20,21) dan pengajaran/Firman Tuhan (Mzm 25:9). Oleh karena itu, kelemahlembutan bukan hanya merupakan lawan dari kesombongan; tetapi juga lawan dari keras kepala, keganasan, dan pembalasan dendam. Seorang yang lemah lembut akan menundukkan dirinya di hadapan Allah, kepada FirmanNya, dan kepada hajaranNya; mengikuti petunjukNya, mengikuti rancanganNya dan bersikap lemah lembut terhadap sesama. Dia bukan orang yang lemah dan berkompromi dengan kejahatan; melainkan ia akan menegakkan kebenaran dengan sikap hormat dan lemah lembut terhadap orang yang bersalah. Hal ini adalah sulit, karena lebih mudah bagi kita untuk mengakui segala dosa dan kelemahan kita di hadapan Allah dan manusia, daripada membiarkan orang lain berkata-kata tentang hal-hal yang tidak benar dan tidak baik tentang kita. Namun Allah memberikan janji kepada orang yang lemah lembut yaitu ‖memiliki bumi.‖ Janji ini diambil dari Mzm 37:11, yang mana dapat dimengerti dalam tiga cara: 1. Secara rohani, orang yang lemah lembut akan mempunyai damai sejahtera, karena jiwa yang lemah lembut akan memampukannya untuk merasa puas dan menikmati berapapun dan apapun yang dimilikinya di dunia ini (Mzm 37:16). 2. Secara literal, orang yang lemah lembut adalah anggota dari tubuh Kristus, yang adalah Tuhan atas segala sesuatu; sehingga ia dikatakan ‖memiliki bumi.‖ 3. Secara ajaib, Mzm 37:11 adalah suatu janji Perjanjian Lama dengan arti Perjanjian Baru: Tanah Kanaan adalah gambaran dari surga, di mana orang yang lemah lembut adalah pemilik dan pewaris surga.15 5:6 - Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Matius di sini menggarisbawahi kebutuhan dasar manusia untuk makan dan minum; jika keduanya tidak terpenuhi, maka ia 15 Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, pp. 22-24. 90 JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA akan merasa lapar dan haus. Hal ini mengingatkan kepada pemeliharaan Allah tentang makanan dan minuman selama eksodus (Kel. 17:6; Ul. 8:15; Mzm 107:6; Yes. 48:21). Oleh karena itu, makna theologis dari ‖makan dan minum‖ mempunyai latar belakang sejarahnya dalam pengharapan Perjanjian Lama.16 Lapar secara rohani adalah karakteristik dari seluruh umat Allah, di mana ‖ambisi‖ tertinggi mereka bukan hal-hal materi, tetapi hal-hal rohani. ‖Lapar dan haus akan kebenaran‖ berarti merindukan akan perkenanan Allah, keserupaan dengan Allah dan kebahagiaan sejati di dalam Dia. Kebenaran adalah suatu istilah yang menunjukkan semua berkat rohani. Orang percaya harus terlebih dahulu mencari kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat. 6:33).17 Kebenaran dalam Alkitab mencakup tiga aspek, yaitu: legal/hukum, moral dan sosial. Kebenaran secara legal adalah pembenaran, suatu hubungan yang benar dengan Allah. Kebenaran secara moral adalah kebenaran tentang karakter dan tingkah laku yang menyenangkan Allah. Kebenaran secara sosial adalah mencari kebebasan manusia dari tekanan, bersama-sama dengan promosi tentang hak-hak orang lain, keadilan dalam pengadilan, integritas dalam berbisnis dan saling menghormati dalam keluarga. Jadi sebagai orang yang sudah dibenarkan oleh Allah, orang Kristen harus mempunyai komitmen untuk hidup menyenangkan Allah baik dalam hubungannya secara pribadi dengan Allah, maupun dengan sesama. Dengan demikian, orang percaya akan merasa puas dan penuh ucapan syukur kepada Tuhan dalam kehidupannya, dan bukan sebaliknya.18 Selanjutnya dalam setengah bagian kedua dari delapan ucapan bahagia, tampaknya beralih dari sikap kita kepada Allah, lebih kepada sikap kita terhadap sesama. 5:7 - Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 16 Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, p. 83. Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, p. 26. 18 Stott, The Message of the Sermon on the Mount, pp. 44-46. 17 DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 91 Apakah yang dimaksud dengan kemurahan hati? Apakah kemurahan hati sama dengan kebaikan? Ferguson mengatakan demikian: ‖Kemurahan hati juga mencakup kebaikan, tetapi lebih dari sekedar kebaikan. Seseorang menyatakan perbedaannya dengan unik, tetapi cukup akurat: Kebaikan adalah seorang teman pada waktu senang; sedangkan kemurahan hati adalah seorang teman pada waktu susah. Illustrasi terbaik dari arti kemurahan hati terdapat dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:30-37).‖19 ‖Kemurahan hati‖ adalah belas kasihan kepada orang yang membutuhkan. Richard Lenski membedakannya dari ‖anugerah.‖ Kata benda eleos (kemurahan hati) selalu menghadapi kesakitan, kesengsaraan dan kesukaran, di mana semuanya itu adalah akibat dari dosa; dan charis (anugerah) selalu menghadapi dosa dan rasa bersalah itu sendiri. Kemurahan hati memberikan pembebasan/keringanan/pertolongan, anugerah memberikan pengampunan. Kemurahan hati mengobati, menyembuhkan dan menolong; anugerah membersihkan dan mengembalikan lagi ke posisi asalnya.20 Allah kita adalah Allah yang penuh kemurahan dan menunjukkan kemurahan hatiNya secara terus menerus; oleh karena itu, warga kerajaan Allah juga harus menunjukkan kemurahan hati. Hal ini bukan berarti bahwa dasar dari kemurahan yang diberikan kepada kita adalah jika kita murah hati; tetapi karena Allah telah menyatakan kemurahanNya kepada kita, maka kita harus bersikap murah hati. Orang yang menunjukkan kemurahan hati adalah bukti bahwa ia sudah mengalami perubahan di dalam Kristus. Kemurahan hati adalah salah satu dari buah-buah Roh Kudus dan diperintahkan dalam FirmanNya. Ini adalah hasil dari Kristus hidup di dalam kita. Kemurahan hati ini adalah lebih dari sekedar perasaan, ini adalah prinsip yang berlaku. Kemurahan hati tidak hanya menggerakkan hati, tetapi menggerakkan tangan untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang 19 20 Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 35. Stott, The Message of the Sermon on the Mount, p. 47. 92 JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA membutuhkan. Orang yang demikian akan memperoleh kemurahan dari Allah dan merasakan kepuasan di dalam hatinya.21 Akhirnya dapatlah disimpulkan bahwa perbedaan antara ucapan bahagia ini dan pengertian Perjanjian Lama dan Yudaisme bukan dalam kemurahan hati tentang janji, tetapi dalam kemurahan hati dari pelaku. Seseorang tidak memperoleh upah, tetapi hanya menerima secara penuh apa yang ia telah dengan cuma-cuma mengalaminya melalui Yesus Sang Mesias, yaitu pengampunan yang telah diterimanya dari Allah. Jadi kemurahan hati Allah yang telah diterimanya dalam bentuk pengampunan dosa ketika ia bertobat, akan diterimanya secara penuh pada hari penghakiman.22 5:8 - Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Kesucian hati bukanlah kehidupan yang tanpa dosa. Hal ini terlihat jelas dari kehidupan orang-orang yang dipakai Allah. Nuh pernah mabuk, Abraham berbohong dengan sengaja, Musa tidak taat, Ayub mengutuki hari kelahirannya, Elia melarikan diri dari ancaman Izebel, Petrus menyangkal Yesus, dll. Bahkan Paulus berkata bahwa di dalam dirinya ada peperangan antara yang jasmani dan yang rohani; sebagai orang yang sudah ditebus, ia ingin melakukan apa yang baik, tetapi ia juga masih dicobai oleh kedagingannya (Roma 7:21-23). Oleh karena itu, orang yang suci hatinya bukanlah orang yang hidup tanpa dosa karena sebagai orang yang masih hidup di dalam darah dan daging, ia masih bisa berdosa. Orang yang mempunyai kesucian hati adalah orang yang menjadi sadar akan dan dibebani dengan kenajisan yang masih tinggal di dalam dirinya. Kesadaran itu akan membuatnya berjagajaga terhadap dosa dan perasaan dibebani itu akan membuatnya mengejar kekudusan hidup. Hati orang percaya disucikan melalui empat pekerjaan Roh Kudus. Pertama, Roh Kudus menanamkan hakekat yang kudus pada saat seseorang lahir baru. Kedua, Roh Kudus memberikan 21 22 Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, pp. 29-32. Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, p. 89. DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 93 iman yang menyelamatkan untuk menyatukannya dengan Kristus yang kudus. Ketiga, Roh Kudus memerciki dia dengan darah Kristus yang berharga untuk membersihkan hati nuraninya. Keempat, Roh Kudus menguduskannya secara terus menerus dengan menolong orang percaya untuk membuat malu kedagingan dan hidup bagi Tuhan. Akibatnya, orang percaya mempunyai keinginan yang tulus dan ketetapan hati untuk tidak berdosa melawan Allah dalam pikiran, perkataan dan perbuatan; tetapi untuk menyenangkan Dia dalam segala sesuatu. Beberapa pertanyaan untuk menguji kesucian hati orang percaya adalah sebagai berikut: Sudahkan saya dibebaskan dari kemunafikan? Apakah motivasi dan maksudku tulus?Apakah saya bertemu dengan umat Tuhan untuk bersekutu dengan Dia atau untuk dilihat manusia? Orang yang suci hatinya akan meratapi kesombongan, ketidakpuasan, ketidakpercayaan, ketidakkudusan dan ketiadaan kasih; hati, pikiran dan motivasi mereka adalah murni; tidak bercampur dengan apapun yang berliku-liku, tersembunyi, munafik dan tipu muslihat. Jadi jelaslah bahwa orang yang suci hatinya adalah orang yang mempunyai integritas yang menyeluruh dan keberadaan yang tulus di hadapan Allah; keseluruhan hidupnya transparan di hadapan Allah dan manusia. Berkat yang didapat oleh orang yang suci hatinya adalah bahwa ia akan melihat Allah. Berkat ini diberikan sebagian sekarang, di mana orang yang suci hatinya akan memiliki ketajaman rohani dan dengan mata rohani ia akan melihat dengan jelas karakter Allah dan memahami kemuliaan dari sifat-sifatNya. Semuanya akan digenapi secara sempurna, ketika orang percaya berjumpa dengan Tuhan.23 5:9 - Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Dalam Perjanjian Lama, kata ‖damai‖ berasal dari kata Ibrani ‖shalom.‖ Kata ini mencakup ide keseluruhan, kesehatan dan kesejahteraan; juga dapat berarti ‖keselamatan,‖ sehingga orang 23 Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, pp. 32-35. 94 JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA yang membawa damai adalah mereka yang mencari shalom bagi sesamanya dan menciptakan shalom dengan sesamanya.24 Dalam Perjanjian Lama, Allah adalah sumber damai, shalom, pernyataan yang mencakup keseluruhan keberadaan. Mesias, Raja Damai, digambarkan sebagai seseorang yang akan membawa damai di seluruh dunia (Yes. 9:5,6). Oleh karena itu, pembawa damai lebih dari sekedar suatu penderitaan yang pasif untuk memelihara damai atau bahkan mendamaikan kelompokkelompok yang terpisah. Ini adalah demonstrasi dari kasih Allah melalui Kristus dalam semua kelimpahannya (Yoh. 3:16). Pembawa damai dalam Mat. 5:9 menunjuk kepada mereka yang mengalami damai dari Allah dan menjadi perantara-perantaraNya untuk menegakkan damai di dunia.25 Oleh karena itu, ucapan bahagia yang ketujuh ini lebih banyak berhubungan dengan tingkah laku daripada dengan karakter; walaupun harus diakui bahwa pertama-tama seseorang harus mempunyai jiwa yang mencintai damai, sebelum ia berusaha dengan aktif untuk menegakkan damai.26 Iblis adalah pengacau; Allah adalah pencinta damai, sumber damai dan pendamaian. Kristus mendamaikan orang percaya dengan diriNya (II Kor. 5:19-21). Oleh karena itu, orang percaya sebagai anak-anak Allah harus menjadi serupa dengan Dia, yaitu sebagai pembawa damai dalam masyarakat dan gereja; selain itu, ia juga hidup dalam persahabatan dan mempunyai hubungan yang baik dengan semua orang. Orang percaya harus selalu mengingat bahwa salah satu tanda dari pengikut Sang Raja Damai adalah mencintai dan mengusahakan damai. ‖Disebut sebagai anak-anak Allah‖ berarti ‖dihargai dan dihormati sebagai anak-anak Allah.‖ Kalimat ini ditulis dalam bentuk pasif untuk menunjukkan bahwa semua itu adalah tindakan ilahi. Orang percaya bisa menjadi anak-anak Allah, karena Allah yang menganugerahkannya.27 24 25 Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 43-46. Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, pp. 90,91. 26 27 Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, p. 36. Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Moun,t p. 92. DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 95 5:10 - Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Kehidupan kristiani adalah suatu kehidupan yang penuh dengan hal-hal yang paradox dan ganjil, yang tidak terjawab oleh akal manusia, tetapi dengan mudah dimengerti oleh pikiran rohani. Di satu sisi umat Allah bersorak dengan sukacita yang tidak terkatakan, namun di sisi lain mereka masih meratap dengan ratapan yang bagi dunia kelihatannya aneh. Penganiayaan adalah tanda dari kesejatian, sertifikat dari keotentikan/keaslian kekristenan. Penganiayaan memberikan kesempatan bagi orang percaya untuk memuliakan Allah melalui keteguhannya, keberaniannya dan kesetiaannya kepada kebenaran. Kita menderita karena kesetiaan kita kepada Kristus dan kepada standard-standardNya tentang kebenaran. Kondisi dari keberadaan yang dihina dan ditolak, diumpat dan dianiaya adalah tanda yang normal dari pemuridan kristiani sebagai orang yang suci hatinya dan murah hatinya. Setiap orang Kristen adalah untuk menjadi pendamai, dan setiap orang Kristen adalah untuk ―mengharapkan oposisi.‖28 Ayat 11 dan 12 kembali mengingatkan agar orang percaya bersukacita dan bergembira, jika mereka dianiaya; karena upah mereka besar di surga dan karena demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelumnya. Dalam kata-kata yang demikian, Tuhan Yesus dengan setia memperingatkan hamba-hambaNya tentang apa yang mereka harapkan untuk mereka temui, bagaimana mereka meresponinya dan bagaimana mereka harus bertindak dibawah aniaya musuh. (Yohanes 15:19,20; Roma 8:18).29 Memang penganiayaan secara fisik terhadap umat Allah dan pelayan-pelayan Tuhan sekarang jauh lebih ringan daripada jaman dahulu. Namun orang percaya makin hari menghadapi tantangan moral yang makin besar untuk mempunyai hidup yang berintegritas di rumah, di tempat kerja dan di masyarakat sebagai 28 29 Stott, The Message of the Sermon on the Mount, pp. 52,53. Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, pp. 39-42. 96 JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA orang yang menghasilkan buah-buah roh dan menjadikan kebenaran sebagai gaya hidupnya. Dengan menyadari sejak awal bahwa inilah tantangan yang harus dihadapi oleh orang percaya, maka kita tidak akan tenggelam di dalam keputusasaan dan kekecewaan.30 Biarlah anugerah ilahi memampukan hamba-hamba Tuhan dan umat Tuhan yang tertindas untuk menarik dari semua katakata Kristus yang berharga ini tentang penghiburan dan kekuatan yang mereka perlukan. Ingatlah bahwa kita mungkin akan kehilangan segala sesuatu di dunia, tetapi kita akan mewarisi segala sesuatu di surga. KESIMPULAN Setiap orang di dalam dunia ini pasti ingin hidupnya berbahagia; segala macam usaha dan cara dilakukan, agar hidupnya berbahagia. Demikian pula dengan orang yang percaya kepada Tuhan, pasti setiap mereka ingin hidupnya diberkati oleh Tuhan. Bagaimana supaya hidup orang percaya diberkati oleh Tuhan? Dalam delapan ucapan bahagia tersebut, Yesus melukiskan gambaran yang menyeluruh tentang seorang murid Kristen; di mana melalui semuanya itu, ia akan mempunyai kehidupan yang diberkati oleh Tuhan. Jika hanya dibaca sepintas lalu, maka delapan ucapan bahagia tersebut kelihatan sebagai sesuatu yang aneh dan tidak biasa, bahkan bertentangan dengan pemikiran dan kebudayaan manusia pada umumnya. Bagaimana mungkin orang yang melakukan semuanya itu menjadi orang yang berbahagia dan diberkati? Tidak mungkin dan tidak masuk akal; namun ternyata memang demikianlah yang seharusnya dilakukan oleh seorang anak Tuhan, supaya hidupnya diberkati oleh Tuhan. Pembalikan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang demikian adalah dasar untuk agama yang alkitabiah. Cara-cara Allah dalam Alkitab tampaknya kacau balau bagi manusia; karena Allah meninggikan yang rendah hati dan merendahkan yang sombong, memanggil yang terakhir pertama dan yang pertama terakhir, 30 Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 47,48. DELAPAN UCAPAN BAHAGIA 97 menganggap keagungan berasal dari hamba, mengirim yang kaya dengan tangan kosong dan menyatakan yang lemah lembut sebagai pewarisNya. Hal ini bertentangan dengan kebudayaan dunia yang meninggikan orang yang kaya dan berkuasa, menganggap yang pertama sebagai yang paling penting, menganggap terhormat orang yang mempunyai kedudukan tinggi, menganggap orang yang kaya memiliki segalanya dan menerima orang yang kuat sebagai yang berhak atas segala sesuatu.31 Ternyata kebudayaan dunia dan kebudayaan Kristus memang bertentangan satu sama lain. Seseorang yang berlutut dihadapan Allah, mengakui kemiskinannya secara rohani dan meratapinya akan membuat dia lemah lembut dalam semua hubungannya dengan orang lain. Hal ini mungkin, karena kejujuran membuat dia mengijinkan orang lain untuk berpikir tentang dirinya di hadapan Allah, sebagaimana dia sudah mengakuinya. Oleh karena itu, dia menjadi lapar dan haus akan kebenaran, rindu untuk bertumbuh dalam anugerah dan kebaikan. Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa Yesus mengucapkan selamat kepada mereka yang paling kasihan menurut dunia dan memanggil kepada mereka yang ditolak oleh dunia sebagai yang ―berbahagialah/diberkatilah.‖ KEPUSTAKAAN Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2000. Ferguson, Sinclair F. Khotbah di Bukit. Surabaya: Penerbit Momentum, 1999. Guelich, Robert. A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount. Dallas: Word Publishing, 1982. Pink, Arthur W. An Exposition of the Sermon on the Mount. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1997. Stott, John R.W. The Message of the Sermon on the Mount. Leicester, England: Inter-Varsity Press, 1978. 31 Stott, pp. 54,56.