DELAPAN UCAPAN BAHAGIA MATIUS 5:3-12

advertisement
JTA 12/21 (September 2010) 81-97
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
MATIUS 5:3-12
Melani
ABSTRAKSI
Setiap orang percaya pasti ingin menjadi orang yang
diberkati oleh Tuhan di dalam kehidupannya. Berkat itu dapat
diartikan bermacam-macam. Ada yang mengidentikkan berkat
dengan hal-hal materi, sehingga menjadi orang yang diberkati oleh
Tuhan identik dengan menjadi orang yang kaya secara materi.
Ada yang mengidentikkan berkat dengan kesehatan secara fisik,
sehingga orang yang kuat dan sehat secara fisik adalah orang
yang diberkati oleh Tuhan. Bermacam-macam pendapat dan
penafsiran bisa diberikan terhadap “hidup yang diberkati oleh
Tuhan.” Apa sebenarnya yang dimaksud dengan hidup yang
diberkati oleh Tuhan.
Ajaran Yesus di dalam kotbahNya di bukit; khususnya dalam
delapan ucapan bahagia ini, Yesus melukiskan gambaran yang
menyeluruh tentang seorang murid Kristen. Ternyata ajaran Yesus
dalam delapan ucapan bahagia tersebut tidak lasim dan bahkan
tampaknya bertentangan dengan pemikiran dan kebudayaan
manusia pada umumnya. Namun dengan memahami dan
melakukan delapan ucapan bahagia tersebut, orang percaya akan
mempunyai kehidupan yang diberkati oleh Tuhan.
Melalui pembahasan yang akan penulis lakukan terhadap delapan
ucapan bahagia tersebut, kita dapat melihat bahwa menjadi
seorang murid Tuhan yang sejati dan anak Tuhan yang benar
tidak mudah. Banyak hal yang harus dilakukan dan tantangan
yang harus dihadapi. Namun dengan mengingat bahwa Yesus
sudah menghadapi semuanya itu dan Dia akan menolong dan
menguatkan kita, maka kita akan menaruh pengharapan kita
kepadaNya. Dengan demikian, kita akan dihiburkan dan tidak
tenggelam dalam keputusasaan.
81
82
JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA
Kata kunci: Berkat, ucapan bahagia Yesua, murid sejati dan
hidup yang berpengharapan.
PENDAHULUAN
Ucapan bahagia tidaklah asing bagi mereka yang sudah
membaca Alkitab Perjanjian Lama. Ucapan tersebut bisa dijumpai
dalam Mazmur 1:1 – Berbahagialah orang yang tidak berjalan
menurut nasihat orang fasik… ; Mazmur 32:1,2 – Berbahagialah
orang yang diampuni pelanggarannya… Berbahagialah manusia,
yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan…
Namun apakah sebenarnya yang dimaksud dengan ucapan
bahagia tsb?
Kata ―berbahagialah‖ berasal dari kata Yunani makarioi. Ada
berbagai terjemahan dari kata makarioi, yaitu: ―Diberkatilah,
bagaimana diberkati, bagaimana bahagia, bahagia dan
beruntung.‖ Bagi siapa yang mempertimbangkan ucapan bahagia
berdasarkan latar belakang pemujaan; maka ucapan bahagia
merupakan semacam berkat, ekspresi pemujaan dengan segala
sifatnya, dan peran yang dinamis tentang akibat dari apa yang
sudah diucapkan. Oleh karena itu, terjemahan yang lebih tepat
adalah ―diberkatilah.‖ Bagi siapa yang mempertimbangkan ucapan
bahagia berdasarkan latar belakang hikmat, maka ucapan bahagia
menjadi suatu dorongan bagi seseorang untuk mempraktekkan
suatu sikap atau tingkah laku yang khusus. Oleh karena itu,
terjemahan yang lebih tepat adalah ―berbahagialah‖ atau
―beruntunglah.‖1
Kata ―berbahagialah‖ berarti ―diberkatilah.‖ ―Berkat‖
merupakan lawan dari ―kutuk,‖ yang mempunyai hubungan erat
dengan perjanjian antara Allah dan umatNya. Barang siapa yang
taat kepada Taurat Tuhan dan setia kepada perjanjian tersebut,
maka ia akan diberkati oleh Allah dan menjadi orang yang
berbahagia. Sebaliknya, barang siapa yang tidak taat kepada
Taurat Tuhan dan melanggar perjanjian tersebut, maka ia akan
1
Robert Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount,
(Dallas: Word Publishing, 1982), pp. 66,67.
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
83
menerima kutukan dan hukuman dari Allah dan hidupnya tidak
berbahagia. Oleh karena itu, ucapan bahagia tidak berdasarkan
pada apa yang kita lakukan; tetapi lebih menekankan pada apa
yang akan kita terima, jika kita hidup taat kepada FirmanTuhan
dan setia kepadanya, yaitu bahwa Allah akan memberkati hidup
kita.2
Selain hal tersebut diatas, kita perlu mengerti bahwa ucapan
bahagia menekankan pada delapan tanda yang utama dari
karakter dan tingkah laku orang Kristen, khususnya dalam
hubungan dengan Allah dan manusia; dan berkat Allah akan
diberikan kepada mereka yang memilikinya. Ucapan bahagia
menyatakan karakter yang beraneka ragam dan seimbang dari
orang Kristen. Hal ini bukan berarti bahwa ada delapan kelompok
murid yang terpisah dan berbeda, tetapi semua itu adalah delapan
kualitas dari kelompok yang sama. Semua kualitas tersebut
menjadi karakteristik dari semua pengikut Kristus.3
Selanjutnya, kita dapat melihat bahwa ucapan bahagia
tersebut dibuka dan ditutup dengan kalimat ―karena merekalah
yang empunya kerajaan surga‖ (vv3,10). Bagi orang yang
percaya, kita disebut sebagai ―yang empunya kerajaan surga.‖
Kerajaan surga itu dalam pengertian sudah datang dan yang akan
datang; hal ini berarti bahwa kerajaan surga bukan hanya sebagai
sesuatu yang akan kita alami berkatnya pada masa yang akan
datang, tetapi sudah dan sedang kita alami sekarang. Kita dapat
menerima, mewarisi dan memasuki Kerajaan Surga sekarang.
Kita dapat memperoleh kemurahan dan penghiburan sekarang.
Kita dapat menjadi anak-anak Allah sekarang. Kita yang lapar dan
haus akan kebenaran, dapat dikenyangkan dan disegarkan
sekarang. Yesus menjanjikan semua berkat tersebut kepada
pengikut-pengikutNya di sini dan sekarang. Kita juga dapat melihat
Allah secara rohani dalam kehidupan ini. Kita bahkan mulai untuk
―mewarisi dunia‖ dalam kehidupan ini, karena kita adalah milik
Kristus; semua adalah milik kita. Oleh karena itu, janji-janji Yesus
dalam
delapan
ucapan
bahagia
tersebut
mempunyai
2
Sinclair B. Ferguson, Khotbah di Bukit, (Surabaya: Penerbit Momentum,
1999), hal. 14-15.
3
John R.W. Stott, The Message of the Sermon on the Mount, (Leicester,
England: Inter-Varsity Press, 1978), pp. 24,31.
84
JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA
penggenapannya sekarang dan yang akan datang. Kita menikmati
buah sulungnya sekarang; hasil panen yang penuh masih akan
datang.4 Terlebih lagi, kita yang sudah percaya kepada Tuhan
mempunyai kepastian akan hidup yang kekal di surga, sehingga
kita harus menjadikan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan kita
sekarang. Kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk
dipimpin oleh Roh Kudus, sehingga kita taat akan kehendak dan
FirmanNya bagi kita; dengan demikian kita menjadi orang yang
berbahagia atau diberkati di dalam Tuhan.5
Akhirnya, marilah kita melihat delapan ucapan bahagia
tersebut secara lebih mendalam. Berbagai klasifikasi telah dicoba,
dan semua itu bukanlah daftar yang sembarangan; tetapi seperti
kata-kata Chrysostom, ―semacam rangkaian emas.‖ Mungkin,
pembagian yang paling sederhana adalah untuk melihat bahwa
empat bagian yang pertama menggambarkan hubungan orang
Kristen dengan Allah; dan empat bagian yang kedua
menggambarkan hubungan dan kewajiban orang Kristen kepada
sesama manusia. Kita akan melihatnya satu persatu dalam bab
yang kedua. 6
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
5:3 – Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya
Kerajaan Sorga.
Pandangan yang umum adalah demikian: ―Berbahagialah
orang yang kaya, karena merekalah yang empunya kerajaan
dunia.‖ Tetapi Yesus berkata yang sebaliknya, yaitu:
―Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.‖ Kemiskinan seringkali
disalahtafsirkan sebagai kemiskinan secara materi dan psikis,
yaitu orang yang tidak mempunyai uang dan mengalami banyak
tekanan di dalam hidupnya. Apa sebenarnya yang dimaksud
dengan ―miskin‖ oleh Yesus?
4
Ibid., pp. 34,35.
Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 51-53.
6
Stott, The Message of the Sermon on the Mount, p. 38.
5
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
85
Dalam Yudaisme, ―miskin‖ menunjuk kepada mereka yang
berada dalam kebutuhan yang sangat mendesak, baik secara
sosial maupun ekonomi. Keadaan mereka yang tidak berdaya dan
tidak ada pertolongan ini akan mendorong mereka untuk
bergantung kepada Allah yang akan menyediakan segala
kebutuhan mereka dan memulihkan keadaan mereka.7
Dalam Perjanjian Lama, kata ―si miskin‖ menunjuk kepada
orang-orang yang tertekan, lemah dan tidak berdaya untuk
membela dan menyelamatkan dirinya; mereka membutuhkan
pertolongan dan belas kasihan dari pihak lain. Karena mereka
tidak mempunyai apa-apa lagi di dunia ini, maka mereka akan
berharap kepada Tuhan untuk menolong dan membebaskan
mereka (Mazmur 34:7; 40:18; 69:33,34). Mereka akan mempunyai
ketergantungan kepada Allah dan kerendahan hati di hadapan
Allah8 Oleh karena itu, ―Berbahagialah orang yang miskin…”
mempunyai konsep Perjanjian Lama. Akar dari ucapan bahagia
kembali kepada pelayanan Yesus yang menggenapi janji Yesaya
yang ditujukan kepada ―yang miskin.‖ Dengan mengenali
kebutuhan yang mendesak dan ketidakberdayaan secara sosial,
serta penolakan iman pada saat itu; maka siapa yang meresponi
pelayanan Yesus akan diberkati karena mereka yang empunya
kerajaan Allah.
Dengan demikian, ―…miskin di hadapan Allah…‖ berarti
mengakui ―kebangkrutan‖ kita secara rohani di hadapan Allah. Kita
adalah manusia berdosa yang berada di bawah murka Allah yang
kudus; kita tidak layak untuk mendapatkan apapun, selain
daripada hukuman dari Allah. Tidak ada sesuatupun yang dapat
kita tawarkan dan mohonkan untuk membeli hadiah surgawi.
Kepada orang-orang yang demikianlah Kerajaan Surga akan
diberikan. Oleh karena itu, Yesus berkata bahwa bukan orang
Farisi yang merasa diri mereka kaya dan berjasa kepada Allah,
akan masuk ke dalam Kerajaan Surga; tetapi orang-orang yang
miskin, yang ditolak oleh masyarakat, yang tidak memiliki apapun
untuk diberikan dan yang tidak mencapai sesuatu apapun. Semua
yang dapat mereka lakukan hanya berseru kepada Allah untuk
7
8
Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, p. 69.
Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 17.
86
JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA
memohon belas kasihanNya; dan Dia mendengarkan seruan
mereka.9
Siapakah kita sebenarnya di hadapan Allah? Secara alami,
kita akan dipuaskan dengan diri kita dan merasa layak untuk
mendapatkan hal-hal yang baik dari Allah. Akibatnya kita akan
menjadi orang yang congkak, sombong dan merasa layak untuk
dipuji dan dikagumi; seperti Firaun yang merasa bisa berdiri
sendiri, sehingga ia menantang Allah dan menolak untuk
menyembah kepada Allah. Hanya dengan anugerah dari Roh
Kudus, kita menyadari siapa diri kita di hadapan Allah. Kita
menyadari bahwa kita tidak mempunyai apa-apa, bukan siapasiapa, dan tidak dapat melakukan apa-apa. Kita adalah manusia
berdosa yang seharusnya binasa dan tidak berpengharapan sama
sekali; tetapi karena kasihNya, maka Kristus menyelamatkan kita,
memperbaharui hidup kita dan memberikan hidup yang kekal
kepada kita, sehingga kita mempunyai pengharapan di dalam Dia.
Kalau kita mempunyai kesadaran yang demikian, maka perasaan
miskin secara rohani akan lahir di dalam hati kita dan kita akan
selalu menjadikan Kristus sebagai satu-satunya pengharapan dan
Penolong di dalam hidup kita. Akibatnya kita akan menjadi orang
yang rendah hati di hadapan Allah dan mempunyai damai yang
sejati di dalam Dia.
5:4 - Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka
akan dihibur.
Dukacita adalah sesuatu yang dibenci dan menjengkelkan
bagi manusia pada umumnya. Biasanya orang akan mencari
masyarakat yang ceria dan penuh sukacita.
Ada tiga jenis dukacita yang ditunjuk oleh Alkitab. Yang
pertama adalah dukacita alami karena kehilangan sesuatu yang
berharga atau disayangi, tidak berpengharapan, kesulitan dalam
hal keuangan, dll. Yang kedua adalah dukacita dari orang berdosa
yang merasa putus asa dan mempunyai dukacita yang sangat
mendalam; ia menolak untuk dihiburkan dan merasakan
penyesalan yang amat mendalam, sehingga seolah-olah ia tidak
9
Stott, The Message of the Sermon on the Mount, p. 40.
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
87
mempunyai harapan lagi, seperti halnya Yudas. Yang ketiga
adalah dukacita ilahi, di mana ―pengarangnya‖ adalah Roh Kudus.
Oleh karena itu, berdukacita adalah suatu perasaan yang timbul
karena seseorang kehilangan sesuatu yang disayanginya atau
yang dianggap berharga baginya; dan tidak menunjuk kepada
kemurungan atau jiwa yang tertekan.
Dari konteks, kita dapat melihat dengan jelas bahwa orangorang yang mendapatkan janji di sini bukan mereka yang berduka
karena kehilangan orang yang mereka kasihi; tetapi mereka yang
berduka karena kehilangan ketidakberdosaan dan kebenaran
mereka. Dalam hal ini Kristus tidak menunjuk pada dukacita
karena kehilangan, tetapi dukacita karena penyesalan. Pendukapenduka yang demikian akan dihibur dan mendapatkan kelepasan
dari keadaan yang sulit, yaitu mereka mendapatkan pengampunan
yang cuma-cuma dari Allah. Penghiburan yang terbesar adalah
pengampunan yang diucapkan bagi setiap orang berdosa yang
mempunyai penyesalan yang mendalam atas dosa-dosa mereka.
Menurut nabi-nabi Perjanjian Lama, ―Penghibur‖adalah salah satu
dari jabatan Mesias. Dia adalah ―Penghibur‖ yang akan membalut
mereka yang bersedih/patah hati.10
Jadi orang percaya berdukacita ketika dia menyadari bahwa
dia sudah berdosa di hadapan Allah, kehilangan pengharapan dan
sukacita di dalam Tuhan; sebaliknya ia akan menerima hukuman
maut. Perasaan ini timbul dari kesadaran akan dosa, dari suatu
hati nurani yang lembut dan hati yang hancur. Ini adalah ketakutan
ilahi karena sudah memberontak melawan Allah dan menentang
kehendakNya; dan kesadaran bahwa karena dosa-dosanya yang
telah memakukan Yesus di atas salib. Perasaan ini akan
mengarahkan pandangannya kepada Allah yang kudus, dan
mohon ampun atas segala dosanya. Akibatnya ia akan dihiburkan,
ketika ia mengerti bahwa Allah mengampuni dirinya dan ia
mempunyai pengharapan di dalam Dia.
Mazmur 130:3 – Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat
kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?
10
Stott, The Message of the Sermon on the Mount, pp. 40-42.
88
JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA
Pemazmur di sini bukan merasa takut, tetapi merasa malu ketika
ia menyadari akan keberdosaannya di hadapan Allah. Ia
dihiburkan ketika mengerti bahwa Allah mengampuninya. 11
Selanjutnya, Roh Kudus akan menjadi Penghibur dalam
hidupnya dan ada jaminan bahwa Allah akan mengampuni orang
yang mau mengakui dosanya di hadapan Allah (I Yoh. 1:9).
Semakin seseorang hidup dekat kepada Allah, maka ia akan
semakin berduka atas semua dosa-dosanya. Orang yang
demikian adalah orang yang diberkati, karena Allah tidak
meninggalkan dia dalam keadaan demikian; tetapi ia dihiburkan
karena tahu bahwa Tuhan mengampuninya dan damai sejahtera
Allah yang melampaui segala akal itu akan memenuhi hatinya.
Akhirnya ‖penghiburan terakhir‖ adalah ketika kita meninggalkan
dunia ini, yaitu bahwa semua ketakutan dan masalah akan
lenyap.12
5:5 - Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka
akan memiliki bumi.
‖Lemah lembut tidak sama dengan ‖lemah lunglai.‖ Lemah
lunglai berarti lemas dan tidak berdaya; lemah lembut berarti
lembut, sekaligus kuat. Ferguson berkata:
‖Orang yang lemah lembut adalah orang yang berdiri di depan
pengadilan Allah dan menanggalkan segala sesuatu yang dulu
dianggapnya sebagai haknya. Sambil mengucap syukur atas
anugerah Allah, dia telah belajar untuk menaklukkan diri
kepadaNya dan bersikap lemah lembut terhadap sesamanya
yang berdosa.‖13
Kata sifat Yunani praus berarti lemah lembut, rendah hati,
penuh perhatian dan sopan. Oleh karena itu, lemah lembut berarti
dapat mengontrol diri; karena tanpa kontrol diri, maka tidak
mungkin orang dapat menjadi lemah lembut.14
11
Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 20-22.
Arthur W. Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, (Grand Rapids,
Michigan: Baker Book House, 1997), pp. 18-21.
13
Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 24.
14
Stott, The Message of the Sermon on the Mount, p. 42.
12
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
89
Menurut studi alkitabiah, kelemahlembutan dihubungkan
dengan dan tidak dapat dipisahkan dari kerendahan hati (Mat.
11:29; Efesus 4:1,2), keramahan (Titus 3:2), kebenaran (Yakobus
1:20,21) dan pengajaran/Firman Tuhan (Mzm 25:9). Oleh karena
itu, kelemahlembutan bukan hanya merupakan lawan dari
kesombongan; tetapi juga lawan dari keras kepala, keganasan,
dan pembalasan dendam. Seorang yang lemah lembut akan
menundukkan dirinya di hadapan Allah, kepada FirmanNya, dan
kepada
hajaranNya;
mengikuti
petunjukNya,
mengikuti
rancanganNya dan bersikap lemah lembut terhadap sesama. Dia
bukan orang yang lemah dan berkompromi dengan kejahatan;
melainkan ia akan menegakkan kebenaran dengan sikap hormat
dan lemah lembut terhadap orang yang bersalah.
Hal ini adalah sulit, karena lebih mudah bagi kita untuk
mengakui segala dosa dan kelemahan kita di hadapan Allah dan
manusia, daripada membiarkan orang lain berkata-kata tentang
hal-hal yang tidak benar dan tidak baik tentang kita. Namun Allah
memberikan janji kepada orang yang lemah lembut yaitu ‖memiliki
bumi.‖ Janji ini diambil dari Mzm 37:11, yang mana dapat
dimengerti dalam tiga cara:
1. Secara rohani, orang yang lemah lembut akan mempunyai
damai sejahtera, karena jiwa yang lemah lembut akan
memampukannya untuk merasa puas dan menikmati berapapun
dan apapun yang dimilikinya di dunia ini (Mzm 37:16).
2. Secara literal, orang yang lemah lembut adalah anggota dari
tubuh Kristus, yang adalah Tuhan atas segala sesuatu; sehingga
ia dikatakan ‖memiliki bumi.‖
3. Secara ajaib, Mzm 37:11 adalah suatu janji Perjanjian Lama
dengan arti Perjanjian Baru: Tanah Kanaan adalah gambaran dari
surga, di mana orang yang lemah lembut adalah pemilik dan
pewaris surga.15
5:6 - Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan
kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Matius di sini menggarisbawahi kebutuhan dasar manusia
untuk makan dan minum; jika keduanya tidak terpenuhi, maka ia
15
Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, pp. 22-24.
90
JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA
akan merasa lapar dan haus. Hal ini mengingatkan kepada
pemeliharaan Allah tentang makanan dan minuman selama
eksodus (Kel. 17:6; Ul. 8:15; Mzm 107:6; Yes. 48:21). Oleh karena
itu, makna theologis dari ‖makan dan minum‖ mempunyai latar
belakang sejarahnya dalam pengharapan Perjanjian Lama.16
Lapar secara rohani adalah karakteristik dari seluruh umat
Allah, di mana ‖ambisi‖ tertinggi mereka bukan hal-hal materi,
tetapi hal-hal rohani. ‖Lapar dan haus akan kebenaran‖ berarti
merindukan akan perkenanan Allah, keserupaan dengan Allah dan
kebahagiaan sejati di dalam Dia. Kebenaran adalah suatu istilah
yang menunjukkan semua berkat rohani. Orang percaya harus
terlebih dahulu mencari kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat.
6:33).17
Kebenaran dalam Alkitab mencakup tiga aspek, yaitu:
legal/hukum, moral dan sosial. Kebenaran secara legal adalah
pembenaran, suatu hubungan yang benar dengan Allah.
Kebenaran secara moral adalah kebenaran tentang karakter dan
tingkah laku yang menyenangkan Allah. Kebenaran secara sosial
adalah mencari kebebasan manusia dari tekanan, bersama-sama
dengan promosi tentang hak-hak orang lain, keadilan dalam
pengadilan, integritas dalam berbisnis dan saling menghormati
dalam keluarga. Jadi sebagai orang yang sudah dibenarkan oleh
Allah, orang Kristen harus mempunyai komitmen untuk hidup
menyenangkan Allah baik dalam hubungannya secara pribadi
dengan Allah, maupun dengan sesama. Dengan demikian, orang
percaya akan merasa puas dan penuh ucapan syukur kepada
Tuhan dalam kehidupannya, dan bukan sebaliknya.18
Selanjutnya dalam setengah bagian kedua dari delapan
ucapan bahagia, tampaknya beralih dari sikap kita kepada Allah,
lebih kepada sikap kita terhadap sesama.
5:7 - Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka
akan beroleh kemurahan.
16
Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, p. 83.
Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, p. 26.
18
Stott, The Message of the Sermon on the Mount, pp. 44-46.
17
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
91
Apakah yang dimaksud dengan kemurahan hati? Apakah
kemurahan hati sama dengan kebaikan? Ferguson mengatakan
demikian:
‖Kemurahan hati juga mencakup kebaikan, tetapi lebih dari
sekedar kebaikan. Seseorang menyatakan perbedaannya
dengan unik, tetapi cukup akurat: Kebaikan adalah seorang
teman pada waktu senang; sedangkan kemurahan hati
adalah seorang teman pada waktu susah. Illustrasi terbaik
dari arti kemurahan hati terdapat dalam perumpamaan
tentang orang Samaria yang murah hati (Lukas 10:30-37).‖19
‖Kemurahan hati‖ adalah belas kasihan kepada orang yang
membutuhkan. Richard Lenski membedakannya dari ‖anugerah.‖
Kata benda eleos (kemurahan hati) selalu menghadapi kesakitan,
kesengsaraan dan kesukaran, di mana semuanya itu adalah
akibat dari dosa; dan charis (anugerah) selalu menghadapi dosa
dan rasa bersalah itu sendiri. Kemurahan hati memberikan
pembebasan/keringanan/pertolongan,
anugerah memberikan
pengampunan. Kemurahan hati mengobati, menyembuhkan dan
menolong; anugerah membersihkan dan mengembalikan lagi ke
posisi asalnya.20
Allah kita adalah Allah yang penuh kemurahan dan
menunjukkan kemurahan hatiNya secara terus menerus; oleh
karena itu, warga kerajaan Allah juga harus menunjukkan
kemurahan hati. Hal ini bukan berarti bahwa dasar dari kemurahan
yang diberikan kepada kita adalah jika kita murah hati; tetapi
karena Allah telah menyatakan kemurahanNya kepada kita, maka
kita harus bersikap murah hati. Orang yang menunjukkan
kemurahan hati adalah bukti bahwa ia sudah mengalami
perubahan di dalam Kristus.
Kemurahan hati adalah salah satu dari buah-buah Roh
Kudus dan diperintahkan dalam FirmanNya. Ini adalah hasil dari
Kristus hidup di dalam kita. Kemurahan hati ini adalah lebih dari
sekedar perasaan, ini adalah prinsip yang berlaku. Kemurahan
hati tidak hanya menggerakkan hati, tetapi menggerakkan tangan
untuk
memberikan pertolongan kepada mereka
yang
19
20
Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 35.
Stott, The Message of the Sermon on the Mount, p. 47.
92
JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA
membutuhkan. Orang yang demikian akan memperoleh
kemurahan dari Allah dan merasakan kepuasan di dalam
hatinya.21
Akhirnya dapatlah disimpulkan bahwa perbedaan antara
ucapan bahagia ini dan pengertian Perjanjian Lama dan Yudaisme
bukan dalam kemurahan hati tentang janji, tetapi dalam
kemurahan hati dari pelaku. Seseorang tidak memperoleh upah,
tetapi hanya menerima secara penuh apa yang ia telah dengan
cuma-cuma mengalaminya melalui Yesus Sang Mesias, yaitu
pengampunan yang telah diterimanya dari Allah. Jadi kemurahan
hati Allah yang telah diterimanya dalam bentuk pengampunan
dosa ketika ia bertobat, akan diterimanya secara penuh pada hari
penghakiman.22
5:8 - Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka
akan melihat Allah.
Kesucian hati bukanlah kehidupan yang tanpa dosa. Hal ini
terlihat jelas dari kehidupan orang-orang yang dipakai Allah. Nuh
pernah mabuk, Abraham berbohong dengan sengaja, Musa tidak
taat, Ayub mengutuki hari kelahirannya, Elia melarikan diri dari
ancaman Izebel, Petrus menyangkal Yesus, dll. Bahkan Paulus
berkata bahwa di dalam dirinya ada peperangan antara yang
jasmani dan yang rohani; sebagai orang yang sudah ditebus, ia
ingin melakukan apa yang baik, tetapi ia juga masih dicobai oleh
kedagingannya (Roma 7:21-23). Oleh karena itu, orang yang suci
hatinya bukanlah orang yang hidup tanpa dosa karena sebagai
orang yang masih hidup di dalam darah dan daging, ia masih bisa
berdosa. Orang yang mempunyai kesucian hati adalah orang yang
menjadi sadar akan dan dibebani dengan kenajisan yang masih
tinggal di dalam dirinya. Kesadaran itu akan membuatnya berjagajaga terhadap dosa dan perasaan dibebani itu akan membuatnya
mengejar kekudusan hidup.
Hati orang percaya disucikan melalui empat pekerjaan Roh
Kudus. Pertama, Roh Kudus menanamkan hakekat yang kudus
pada saat seseorang lahir baru. Kedua, Roh Kudus memberikan
21
22
Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, pp. 29-32.
Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, p. 89.
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
93
iman yang menyelamatkan untuk menyatukannya dengan Kristus
yang kudus. Ketiga, Roh Kudus memerciki dia dengan darah
Kristus yang berharga untuk membersihkan hati nuraninya.
Keempat, Roh Kudus menguduskannya secara terus menerus
dengan menolong orang percaya untuk membuat malu
kedagingan dan hidup bagi Tuhan. Akibatnya, orang percaya
mempunyai keinginan yang tulus dan ketetapan hati untuk tidak
berdosa melawan Allah dalam pikiran, perkataan dan perbuatan;
tetapi untuk menyenangkan Dia dalam segala sesuatu.
Beberapa pertanyaan untuk menguji kesucian hati orang
percaya adalah sebagai berikut: Sudahkan saya dibebaskan dari
kemunafikan? Apakah motivasi dan maksudku tulus?Apakah saya
bertemu dengan umat Tuhan untuk bersekutu dengan Dia atau
untuk dilihat manusia? Orang yang suci hatinya akan meratapi
kesombongan, ketidakpuasan, ketidakpercayaan, ketidakkudusan
dan ketiadaan kasih; hati, pikiran dan motivasi mereka adalah
murni; tidak bercampur dengan apapun yang berliku-liku,
tersembunyi, munafik dan tipu muslihat. Jadi jelaslah bahwa orang
yang suci hatinya adalah orang yang mempunyai integritas yang
menyeluruh dan keberadaan yang tulus di hadapan Allah;
keseluruhan hidupnya transparan di hadapan Allah dan manusia.
Berkat yang didapat oleh orang yang suci hatinya adalah
bahwa ia akan melihat Allah. Berkat ini diberikan sebagian
sekarang, di mana orang yang suci hatinya akan memiliki
ketajaman rohani dan dengan mata rohani ia akan melihat dengan
jelas karakter Allah dan memahami kemuliaan dari sifat-sifatNya.
Semuanya akan digenapi secara sempurna, ketika orang percaya
berjumpa dengan Tuhan.23
5:9 - Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah.
Dalam Perjanjian Lama, kata ‖damai‖ berasal dari kata Ibrani
‖shalom.‖ Kata ini mencakup ide keseluruhan, kesehatan dan
kesejahteraan; juga dapat berarti ‖keselamatan,‖ sehingga orang
23
Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, pp. 32-35.
94
JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA
yang membawa damai adalah mereka yang mencari shalom bagi
sesamanya dan menciptakan shalom dengan sesamanya.24
Dalam Perjanjian Lama, Allah adalah sumber damai,
shalom, pernyataan yang mencakup keseluruhan keberadaan.
Mesias, Raja Damai, digambarkan sebagai seseorang yang akan
membawa damai di seluruh dunia (Yes. 9:5,6). Oleh karena itu,
pembawa damai lebih dari sekedar suatu penderitaan yang pasif
untuk memelihara damai atau bahkan mendamaikan kelompokkelompok yang terpisah. Ini adalah demonstrasi dari kasih Allah
melalui Kristus dalam semua kelimpahannya (Yoh. 3:16).
Pembawa damai dalam Mat. 5:9 menunjuk kepada mereka yang
mengalami damai dari Allah dan menjadi perantara-perantaraNya
untuk menegakkan damai di dunia.25
Oleh karena itu, ucapan bahagia yang ketujuh ini lebih
banyak berhubungan dengan tingkah laku daripada dengan
karakter; walaupun harus diakui bahwa pertama-tama seseorang
harus mempunyai jiwa yang mencintai damai, sebelum ia
berusaha dengan aktif untuk menegakkan damai.26
Iblis adalah pengacau; Allah adalah pencinta damai, sumber
damai dan pendamaian. Kristus mendamaikan orang percaya
dengan diriNya (II Kor. 5:19-21). Oleh karena itu, orang percaya
sebagai anak-anak Allah harus menjadi serupa dengan Dia, yaitu
sebagai pembawa damai dalam masyarakat dan gereja; selain itu,
ia juga hidup dalam persahabatan dan mempunyai hubungan
yang baik dengan semua orang. Orang percaya harus selalu
mengingat bahwa salah satu tanda dari pengikut Sang Raja
Damai adalah mencintai dan mengusahakan damai.
‖Disebut sebagai anak-anak Allah‖ berarti ‖dihargai dan
dihormati sebagai anak-anak Allah.‖ Kalimat ini ditulis dalam
bentuk pasif untuk menunjukkan bahwa semua itu adalah tindakan
ilahi. Orang percaya bisa menjadi anak-anak Allah, karena Allah
yang menganugerahkannya.27
24
25
Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 43-46.
Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Mount, pp.
90,91.
26
27
Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, p. 36.
Guelich, A Foundation for Understanding the Sermon on the Moun,t p. 92.
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
95
5:10 - Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab
kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Kehidupan kristiani adalah suatu kehidupan yang penuh
dengan hal-hal yang paradox dan ganjil, yang tidak terjawab oleh
akal manusia, tetapi dengan mudah dimengerti oleh pikiran rohani.
Di satu sisi umat Allah bersorak dengan sukacita yang tidak
terkatakan, namun di sisi lain mereka masih meratap dengan
ratapan yang bagi dunia kelihatannya aneh.
Penganiayaan adalah tanda dari kesejatian, sertifikat dari
keotentikan/keaslian kekristenan. Penganiayaan memberikan
kesempatan bagi orang percaya untuk memuliakan Allah melalui
keteguhannya, keberaniannya dan kesetiaannya kepada
kebenaran. Kita menderita karena kesetiaan kita kepada Kristus
dan kepada standard-standardNya tentang kebenaran. Kondisi
dari keberadaan yang dihina dan ditolak, diumpat dan dianiaya
adalah tanda yang normal dari pemuridan kristiani sebagai orang
yang suci hatinya dan murah hatinya. Setiap orang Kristen adalah
untuk menjadi pendamai, dan setiap orang Kristen adalah untuk
―mengharapkan oposisi.‖28
Ayat 11 dan 12 kembali mengingatkan agar orang percaya
bersukacita dan bergembira, jika mereka dianiaya; karena upah
mereka besar di surga dan karena demikian juga telah dianiaya
nabi-nabi yang sebelumnya. Dalam kata-kata yang demikian,
Tuhan Yesus dengan setia memperingatkan hamba-hambaNya
tentang apa yang mereka harapkan untuk mereka temui,
bagaimana mereka meresponinya dan bagaimana mereka harus
bertindak dibawah aniaya musuh. (Yohanes 15:19,20; Roma
8:18).29
Memang penganiayaan secara fisik terhadap umat Allah dan
pelayan-pelayan Tuhan sekarang jauh lebih ringan daripada
jaman dahulu. Namun orang percaya makin hari menghadapi
tantangan moral yang makin besar untuk mempunyai hidup yang
berintegritas di rumah, di tempat kerja dan di masyarakat sebagai
28
29
Stott, The Message of the Sermon on the Mount, pp. 52,53.
Pink, An Exposition of the Sermon on the Mount, pp. 39-42.
96
JURNAL THEOLOGIA ALETHEIA
orang yang menghasilkan buah-buah roh dan menjadikan
kebenaran sebagai gaya hidupnya. Dengan menyadari sejak awal
bahwa inilah tantangan yang harus dihadapi oleh orang percaya,
maka kita tidak akan tenggelam di dalam keputusasaan dan
kekecewaan.30
Biarlah anugerah ilahi memampukan hamba-hamba Tuhan
dan umat Tuhan yang tertindas untuk menarik dari semua katakata Kristus yang berharga ini tentang penghiburan dan kekuatan
yang mereka perlukan. Ingatlah bahwa kita mungkin akan
kehilangan segala sesuatu di dunia, tetapi kita akan mewarisi
segala sesuatu di surga.
KESIMPULAN
Setiap orang di dalam dunia ini pasti ingin hidupnya
berbahagia; segala macam usaha dan cara dilakukan, agar
hidupnya berbahagia. Demikian pula dengan orang yang percaya
kepada Tuhan, pasti setiap mereka ingin hidupnya diberkati oleh
Tuhan. Bagaimana supaya hidup orang percaya diberkati oleh
Tuhan?
Dalam delapan ucapan bahagia tersebut, Yesus melukiskan
gambaran yang menyeluruh tentang seorang murid Kristen; di
mana melalui semuanya itu, ia akan mempunyai kehidupan yang
diberkati oleh Tuhan. Jika hanya dibaca sepintas lalu, maka
delapan ucapan bahagia tersebut kelihatan sebagai sesuatu yang
aneh dan tidak biasa, bahkan bertentangan dengan pemikiran dan
kebudayaan manusia pada umumnya. Bagaimana mungkin orang
yang melakukan semuanya itu menjadi orang yang berbahagia
dan diberkati? Tidak mungkin dan tidak masuk akal; namun
ternyata memang demikianlah yang seharusnya dilakukan oleh
seorang anak Tuhan, supaya hidupnya diberkati oleh Tuhan.
Pembalikan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang demikian
adalah dasar untuk agama yang alkitabiah. Cara-cara Allah dalam
Alkitab tampaknya kacau balau bagi manusia; karena Allah
meninggikan yang rendah hati dan merendahkan yang sombong,
memanggil yang terakhir pertama dan yang pertama terakhir,
30
Ferguson, Khotbah di Bukit, hal. 47,48.
DELAPAN UCAPAN BAHAGIA
97
menganggap keagungan berasal dari hamba, mengirim yang kaya
dengan tangan kosong dan menyatakan yang lemah lembut
sebagai pewarisNya. Hal ini bertentangan dengan kebudayaan
dunia yang meninggikan orang yang kaya dan berkuasa,
menganggap yang pertama sebagai yang paling penting,
menganggap terhormat orang yang mempunyai kedudukan tinggi,
menganggap orang yang kaya memiliki segalanya dan menerima
orang yang kuat sebagai yang berhak atas segala sesuatu.31
Ternyata kebudayaan dunia dan kebudayaan Kristus
memang bertentangan satu sama lain. Seseorang yang berlutut
dihadapan Allah, mengakui kemiskinannya secara rohani dan
meratapinya akan membuat dia lemah lembut dalam semua
hubungannya dengan orang lain. Hal ini mungkin, karena
kejujuran membuat dia mengijinkan orang lain untuk berpikir
tentang dirinya di hadapan Allah, sebagaimana dia sudah
mengakuinya. Oleh karena itu, dia menjadi lapar dan haus akan
kebenaran, rindu untuk bertumbuh dalam anugerah dan kebaikan.
Akhirnya, kita dapat menyimpulkan bahwa Yesus
mengucapkan selamat kepada mereka yang paling kasihan
menurut dunia dan memanggil kepada mereka yang ditolak oleh
dunia sebagai yang ―berbahagialah/diberkatilah.‖
KEPUSTAKAAN
Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2000.
Ferguson, Sinclair F. Khotbah di Bukit. Surabaya: Penerbit
Momentum, 1999.
Guelich, Robert. A Foundation for Understanding the Sermon on
the Mount. Dallas: Word Publishing, 1982.
Pink, Arthur W. An Exposition of the Sermon on the Mount.
Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1997.
Stott, John R.W. The Message of the Sermon on the Mount.
Leicester, England: Inter-Varsity Press, 1978.
31
Stott, pp. 54,56.
Download