teknik penerjemahan lagu-lagu rohani nasrani populer

advertisement
TEKNIK PENERJEMAHAN LAGU-LAGU ROHANI
NASRANI1 POPULER
Oleh Prabu Pramayougha*
Abstrak
Skripsi ini berjudul “Teknik Penerjemahan Lagu-lagu Rohani Nasrani
Populer.” Objek dari penelitian ini adalah lirik dari lagu-lagu rohani Nasrani
populer yang telah diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.Tujuan
penelitian ini adalah untuk menunjukan bagaimana teknik penerjemahan yang
terdeteksi di dalam lirik-lirik lagu tersebut bekerja dan juga menunjukan
bagaimana teknik penerjemahan tersebut berguna dalam memberfungsikan lirik
terjemahannya sebagai lagu setelah diterjemahkan. Metode yang digunakan di
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Teori-teori yang digunakan di
dalam penelitian ini diantaranya teori-teori dari Newmark (1988), Larson (1984),
dan juga teori-teori lain sebagai penunjang penelitian. Teknik adaptation terlihat
dominan pada penerjemahan lagu-lagu tersebut karena menurut Newmark (1988)
teknik ini merupakan teknik yang paling leluasa untuk dilakukan karena merujuk
kepada efektifitas bahasa sasarannya dengan merujuk kepada konteks yang telah
diberikan di teks sumbernya. Lirik-lirik tersebut bisa berfungsi sebagai suatu unit
lagu meski telah diterjemahkan. Tidak mengherankan apabila banyak terdeteksi
penghilangan padanan, perubahan struktur kalimat dan penulisan ulang lirik pada
terjemahannya, karena upaya-upaya tersebut merupakan upaya agar hasil
terjemahannya masih bisa berfungsi dengan baik dan konteks pada lagu awalnya
bisa tersampaikan.
Kata kunci: Penerjemahan, lagu-lagu rohani Nasrani populer, adaptation, suku
kata, penghilangan kata, pergeseran struktur kalimat
*
Penulis adalah mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Univ. Padjadjaran yang lulus pada
tahun 2012
1
Abstract
This thesis is entitled “Translation Methods of Popular Christian Songs”.
The object of this research is translated popular Christian songs‟ lyrics which are
originally in English and have been translated into Bahasa Indonesia. The aim of
this thesis is to show how the translation technique in the translated lyrics works
and also to show how the technique is used to functionalize the translated lyrics
into a song unit after being translated. The methods that are used in this research
are some translation concepts from Newmark (1988), Larson (1984), and some
other concepts that suplement this research. Adaptation is dominant on this
research. According to Newmark (1988), adaptation is the „freest‟ form of
translation and it focuses on the result in the target language. The translated lyrics
still have the function as a complement for a song unit. It is unsurprising that this
study finds word reduction, choices of a certain equivalent and lyrics-rewriting on
the translated lyrics. It is because of the technique itself aims at such a useful and
an easy-to-comprehend translation result.
Keywords: Translation, popular Christian songs, adaptation, syllables, omission,
shifts
Pendahuluan
Ada sejumlah lagu rohani Nasrani yang berasal dari bahasa Inggris dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan
tertentu, seperti untuk memberi pujian kepada Tuhan dari agama Nasrani tersebut
atau ada tujuan komersial tertentu yang berhubungan dengan aspek tersebut. Lirik
dari lagu-lagu tersebut diterjemahkan dengan teknik penerjemahan dan pemilihan
kata yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya agar dapet dipahami oleh
pendengar dari bahasa sasaran. Setelah melalui pembacaan awal saya, lirik lagulagu terjemahan tersebut masih berfungsi sebagai lagu meski telah beralih bahasa
dan pesan dari lagu aslinya masih ada tersirat di hasil terjemahannya meski tidak
secara eksplisit.
Pada lagu-lagu tersebut saya melihat ada penghilangan kata dan juga
pergeseran padanan dan struktur pada bahasa sasaran, meski tidak selalu ada pada
2
semua hasil terjemahannya. Namun bila diperhatikan secara seksama konteks
yang terdapat di source language (SL) masih tersirat pada target language (TL).
Alih-alih penghilangan dan penyesuaian padanan kata tersebut, terlihat juga pada
bahasa sasarannya struktur irama nada lagu bahasa sumbernya masih dipatuhi.
Ada beberapa konsep teknik penerjemahan yang diajukan Peter Newmark
(1988) yang saya anggap sesuai dengan penelitian ini. Secara spesifik konsepkonsep tersebut antara lain adaptation dan semantic translation. Konsep-konsep
tersebut merupakan konsep penerjemahan yang berbasis kepada hasil
terjemahannya. Penerjemahan yang menggunakan pendekatan-pendekatan
tersebut akan menyesuaikan konteks dan beberapa hal lainnya, seperti budaya,
pada bahasa sasarannya. Pendekatan-pendekatan tambahan yang menunjang bagi
penelitian ini pun saya gunakan sebagai pelengkap misalnya teori-teori lexical
items yang diajukan oleh Larson (1984). Pendekatan-pendekatan tersebut
digunakan untuk menunjukan cara kerja dan efek yang dihasilkan lirik hasil
terjemahannya pada lirik bahasa sasaran.
Analisis pada penelitian ini terbatas kepada analisis teks saja. Penggunaan
frasering dalam beberapa data di dalamnya hanya untuk menunjukan kesesuaian
suku kata pada lirik bahasa sumber dan bahasa sasarannya semata.
Pembahasan
Beberapa lagu rohani Nasrani memang ada yang diciptakan untuk tujuan
komersil juga dan ada juga yang awalnya memang tidak diciptakan untuk menjadi
populer, alih-alih malah menjadi lagu yang populer. Kata “populer” menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) memilik arti “(1) dikenal dan disukai
orang banyak (umum)”. Merujuk kepada definisi tersebut, lagu-lagu rohani
Nasrani yang menjadi data penelitian skripsi ini adalah lagu-lagu rohani Nasrani
yang dikenal banyak orang tanpa memerhatikan suatu golongan atau denominasi
tertentu. Walaupun beberapa lagu yang dijadikan data untuk penelitian ini muncul
dari suatu denominasi tertentu, lagu-lagu tersebut dikenal oleh banyak orang dari
kalangan publik biasa maupun dari denominasi yang berbeda.
3
Metode penerjemahan yang terdeteksi pada objek penelitian ini didominasi
oleh metode adaptation yang diajukan Newmark (1988), yakni meliputi
penghilangan kata atau Newmark (1988) mengemukakannya dengan istilah
omission dan juga terdeteksi akan perubahan struktur sintaksis atau Newmark
menyebutnya dengan shift. Karena menurut Newmark adaptation merupakan “the
‘freest’ form of translation” (1988), metode ini memiliki keleluasaan untuk
melakukan berbagai upaya agar hasil terjemahannya bisa berfungsi dengan baik
dan dapat dipahami oleh pembaca bahasa sasarannya. Selain adaptation, konsep
semantic translation yang Newmark (1988) ajukan juga terdeteksi pada objek
penelitian ini. Menurut Newmark (1988) metode penerjemahan semantik adalah
metode penerjemahan yang mengutamakan keestetisannya dan juga terjemahan
ini “may translate less important cultural words by culturally neutrally third or
functional terms but not by cultural equivalents.”
Selain konsep yang diajukan Newmark, konsel lexical items yang diajukan
oleh Larson (1984) dianggap sesuai untuk menganalisis objek data penelitian ini.
Konsep lainnya yang diajukan oleh Larson (1984) tersebut adalah konsep multiple
senses of lexical items. Seperti yang dijelaskan Larson bahwa suatu lexical item
“may have several meanings other than that which most readily comes to mind”
(1984). Hal tersebut disebut dengan secondary sense. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa suatu pilihan padanan kata dari suatu terjemahan bisa saja memiliki makna
yang berbeda dari makna yang sebenarnya. Larson pun mengajukan konsep
primary sense apabila suatu “meaning is suggested by the word when it is used
alone” (1984).
Hubungan antar padanan kata dan kalimat pada objek skripsi ini erat kaitannya
dengan kesesuaian konteksnya dengan bahasa sumbernya, sehingga konteks
menjadi salah satu pendekatan di dalam skripsi ini. Menurut Jack C. Richards
(1985: 61) : “context: [is] that which occurs before and/or after a word, a phrase
or even a longer utterance or a text. The context often helps in understanding the
particular meaning of the word, phrase, etc.” Dari konsep yang diajukan tersebut,
konteks adalah sesuatu yang muncul sebelum dan/atau sesudah kata guna untuk
membantu pemahaman dari suatu kata, frase atau lainnya dalam suatu teks.
4
Salah satu contoh data lagu yang dianalisis pada penelitian ini adalah lagu You
Raise Me Up yang ditulis oleh Brendan Graham dan lagu terjemahannya Kau
Angkatku yang dibawakan oleh Gloria Trio.
SL:
When I am down and, oh my soul, so weary
When troubles come and my heart burdened be
Then, I am still and wait here in the silence
Until you come and sit awhile with me
TL:
Saat ku terjatuh dan tak berdaya
Kesesakan menghimpit jiwaku
Namun ku tetap menantikan Yesus
Sampai Dia jawab dan pulihkanku
Lirik pembuka pada lagu ini berbunyi “when I am down and, oh my soul,
so weary” dan diterjemahkan menjadi “saat ku terjatuh dan tak berdaya” pada
lirik terjemahannya. Fokus kata pada lirik bagian ini adalah kata “down” dan
“weary.” Padanan dari kedua kata tersebut bisa ditemukan pada lirik
terjemahannya. Kata “down” diberikan padanan “terjatuh.” Kata “weary”
diterjemahkan menjadi “tak berdaya.” Kata “down” disini terlihat memiliki
various sense. Seperti yang dikemukakan Larson (1984) bahwa sebuah kata bisa
memiliki arti kedua apabila digunakan dalam konteks tertentu. “Down” disini
bukan kata yang berarti “at a lower level or place”, tetapi lebih sesuainya yang
berarti “sad.” Pemilihan padanan “terjatuh” sebagai terjemahannya dianggap
berterima. Karena dalam kultur bahasa sasaran kata tersebut juga memiliki
various sense yang sama dengan kata “down” sehingga pemilihan kata tersebut
sudah bisa diterima.
Kata “weary” yang diterjemahkan menjadi “tak berdaya” bisa dianggap
sudah memberikan perasaan yang sama dengan definisi dari kata “weary”
5
tersebut. Arti dari kata “weary” adalah “very tired” dan pemakaian padanan “tak
berdaya” memberikan efek yang sama seperti arti padanan dari kata “weary”
tersebut sehingga secara pemilihan padanan sudah dianggap dapat diterima.
Penghilangan “oh my soul” pada lirik hasil terjemahannya bisa dianggap
sebagai upaya untuk menyesuaikan lirik terjemahannya kedalam struktur irama
lagu aslinya. Lagu bahasa sumbernya memiliki sebelas suku kata, sehingga lirik
terjemahannya harus mematuhi struktur tersebut agar unit lagunya masih
berfungsi.
When I am down and oh my soul so wea-ry
Sa-at ku ter-ja-tuh dan tak ber-da-ya
Namun penghilangan tersebut tidak merusak konteks lirik yang terdapat pada
bahasa sumber sehingga tidak menimbulkan pergeseran apapun.
Baris lirik selanjutnya berbunyi “when troubles come and my heart
burdened be” dan pada bahasa sasarannya diterjemahkan menjadi “kesesakan
menghimpit jiwaku.” Terlihat kembali adanya penghilangan pada lirik hasil
terjemahannya. Bagian “when troubles come” tidak diterjemahkan. Sehingga yang
menjadi fokus kalimat pada bahasa sumbernya adalah bagian “my heart burdened
be”, yang diterjemahkan menjadi “kesesakan menghimpit jiwaku.” Secara
padanan, hasil terjemahan pada bagian ini bisa dianggap berterima. Namun
susunan sintaksis pada lirik terjemahannya berubah. Pada bahasa sumbernya “my
heart” menempati posisi sebagai subjek dan menempati posisi sebelum verb.
Sementara pada hasil terjemahannya, “hatiku” , yang merupakan padanan dari
“my heart”, menempati posisi sebagai objek dan “kesesakan”, yang merupakan
padanan dari “burden”, menempati posisi sebagai subjek. Namun perubahan
susunan sintaksis tersebut tidak mengubah konteks dari lirik bagian ini karena
fokus kata pada bahasa sumbernya masih diterjemahkan dengan jelas, sehingga
dengan adanya fokus kata yang berhasil diterjemahkan konteks lirik awal masih
bisa tersirat pada hasil terjemahannya.
6
Lirik selanjutnya berbunyi “Then, I am still and wait here in the silence”
dan terjemahannya yang berbunyi “Namun ku tetap menantikan Yesus.” Dilihat
dari hasil terjemahannya, fokus kata yang berhasil diterjemahkan dari bahasa
sumbernya adalah “still and wait.” Kata-kata tersebut memiliki padanan “tetap
menantikan” pada hasil terjemahannya. Namun terlihat pada hasil terjemahannya
ada penambahan kata “Yesus” sebagai objek yang “dinantikan” oleh pelaku pada
alur cerita lagu ini.
Baris lirik selanjutnya berbunyi “until you come and sit awhile with me”
dan hasil terjemahannya berbunyi “Sampai Dia jawab dan pulihkanku.” Apabila
dilihat secara keseluruhan, hasil terjemahannya berbeda dengan lirik awalnya.
Terlihat padanan “Dia” yang digunakan sebagai terjemahan kata “you” pada
bahasa sumbernya. Secara literal, memang terlihat tidak bersesuaian. Tetapi dalam
konteks lagu terjemahannya, padanan tersebut menguatkan konteks subjek yang
telah disebutkan pada baris sebelumnya, Yesus. Padanan yang tidak bersesuaian
pun terlihat pada bagian ini. Seperti “come” yang alih-alih diterjemahkan menjadi
“jawab” dan “sit awhile” menjadi “pulihkan.” Hal ini bisa dianggap bahwa
penulisan ulang lirik pada terjemahannya dilakukan guna untuk fokus kepada
output lirik terjemahan yang dihasilkan. Penerjemahan yang tidak literal terlihat
paling signifikan pada dua baris terakhir pada bagian ini. Kedua baris tersebut
menjadi indikasi bahwa lirik terjemahannya memang ada yang ditambahkan dan
ditulis ulang untuk keperluan tertentu.
SL:
You raise me up, so I can stand on mountains
You raise me up, to walk on stormy seas
I am strong, when I am on your shoulders
You raise me up to more than I can be
TL:
Kau angkatku di atas gunung batu
Kau angkatku melewati badai
7
Ku jadi kuat kar’na Kau menopangku
Lebih dari yang dapat ku perbuat
Baris pertama dari bagian ini berbunyi “You raise me up, so I can stand on
mountains” dan lirik terjemahannya berbunyi “Kau angkatku di atas gunung
batu.” Secara susunan sintaksis, tidak terlihat adanya perubahan. Terlihat adanya
penghilangan beberapa kata di lirik hasil terjemahannya. Padanan untuk bagian
“so I can stand” tidak terlihat pada lirik terjemahannya. Saya kembali
beranggapan pemotongan tersebut bisa saja sebagai upaya untuk penyesuaian
tuntutan struktur irama lagu yang harus dipatuhi. Padanan “angkatku” terlihat
dijadikan sebagai lirik terjemahan unitetuk bagian “raise me up”. Kata tersebut
terdengar rancu, karena padanan yang sesuai merupakan “mengangkat”, tapi pada
lirik terjemahannya alih-alih diterjemahkan menjadi “angkatku.” Hal tersebut
berkaitan dengan pemotongan awalan pada padanan tersebut terhadap unsur
tuntutan struktur lagu. Ketukan suku kata pada lirik awalnya berjumlah sebelas
ketukan suku kata. Sehingga lirik hasil terjemahannya pun harus sesuai dengan
suku kata yang terdapat pada lirik awalnya.
You raise me up so I can stand on moun-tains
Kau ang-kat-ku di a-tas gu-nung ba-tu
Pemotongan awalan pada padanan tersebut dianggap tidak merusak konteks
semantik lirik awalnya. Padanan “angkat” merupakan padanan yang dapat
diterima dari kata “raise” di bahasa sasarannya. Sehingga konteks awal “raise”
masih tersampaikan pada lirik terjemahannya. Pemilihan padanan “gunung batu”
sebagai terjemahan untuk kata “mountains” pun dianggap berterima. Karena kata
“mountain” sudah diterjemahkan dengan padanan tepatnya, yaitu “gunung.”
Baris lirik selanjutnya berbunyi “You raise me up, to walk on stormy seas”
dan diterjemahkan menjadi “Kau angkatku melewati badai.” Untuk pembahasan
padanan “angkatku”, sudah saya bahas pada paragraf sebelumnya. Karena
pembahasan akan hal tersebut masih sama pembahasannya. Terlihat meskipun
8
kata “sea” tidak diterjemahkan, kata “stormy” menjadi kata kunci lirik pada
bagian ini. Meski kata “stormy” merupakan sebuah ajektiva, kata tersebut
diterjemahkan menjadi kata benda pada lirik terjemahannya, yaitu “badai”. Walau
begitu, konteks situasi yang mewakili “badai” mampu ditransfer dengan baik
dengan perpindahan kelas kata pada hasil terjemahannya. Kata “stormy” tersebut
memang berawal dari kata “storm” yang merupakan padanan dari kata “badai” di
Bahasa Inggris. Bagian “walk on” yang diterjemahkan menjadi “melewati”
dianggap sudah tepat walaupun tidak diterjemahkan secara literal. Kata “walk”
memiliki arti literal sebagai “move or go somewhere without running.” Dalam
konteks ini, “melewati” terkesan sebagai sebuah gerakan yang tidak mendadak
dan memiliki asosiasi yang sama dengan makna kata “walk”. Sehingga pemilihan
padanan tersebut bisa dianggap berterima karena memberikan efek yang sama
pada lirik asalnya.
Lirik selanjutnya berbunyi “I am strong, when I am on your shoulders”
dan lirik terjemahannya berbunyi “Ku jadi kuat kar’na Kau menopangku”. Katakata yang dianggap sebagai kata kunci pada lirik bagian ini antara lain “strong”
dan “on your shoulders.” Kata “strong” diterjemahkan dengan menggunakan
padanan “kuat”. Bagian “on your shoulders” diterjemahkan menjadi “menopang.”
Padanan “kuat” dianggap sudah berhasil mentransfer konteks lirik awalnya ke
lirik terjemahannya, karena padanan tepat dari “strong” pada bahasa sasarannya
sudah tepat, yakni “kuat.” Bagian “on your shoulder” yang diterjemahkan menjadi
“menopang” pun sudah bisa dianggap tepat. Konteks “menopang” secara umum
adalah “menahan sesuatu atau beban berat.” Sehingga dengan pemilihan padanan
tersebut, konteks tersebut masih bisa tersampaikan dengan baik di lirik
terjemahannya.
Baris selanjutnya berbunyi “You raise me up to more than I can be” dan
lirik terjemahannya berbunyi “Lebih dari yang dapat ku perbuat”. Bagian “You
raise me up” disini terlihat dihilangkan pada lirik terjemahannya. Sehingga fokus
lirik terjemahannya berpusat kepada bagian “more than I can be.” Bagian “more
than I can be” tersebut diterjemahkan menjadi “lebih dari yang dapat ku perbuat.”
Secara konteks semantik, makna yang “more than” yang dituju oleh lirik awalnya
9
tersampaikan pada lirik terjemahannya. Ungkapan “lebih dari yang dapat ku
perbuat” dianggap tepat dalam menyampaikan perasaan memuji dan pengakuan
akan kekuatan dari subjek yang dibicarakan dalam lagu ini.
Hasil dari analisis yang telah dilakukan menunjukan bahwa lirik
terjemahan lagu ini masih berfungsi sebagai sebuah unit lagu dengan baik dan
mampu mengimbangi konteks yang telah ditetapkan oleh lagu awalnya. Sama
seperti data-data yang sebelumnya, banyak indikasi akan penghilangan padanan,
perubahan sense pada makna leksikalnya, dan penulisan ulang lirik lagu pada
terjemahannya. Walau begitu, upaya-upaya tersebut bisa dipahami karena teknik
yang digunakan masih sama, yakni adaptasi. Tidak mengherankan apabila
terdeteksi hal-hal seperti itu di lirik terjemahannya. Semua hal itu dilakukan guna
untuk mendapatkan hasil terjemahan yang bisa mendekati atau bahkan menyamai
sumber teksnya dan bisa mentransfer konteks atau irama yang sama, sejak data
yang digunakan adalah lagu, kepada hasil terjemahannya.
Simpulan
Dari pembahasan diatas bisa dikatakan bahwa metode adaptation dapat
diaplikasikan kepada objek penerjemahan ini. Terlihat dengan banyaknya
penyesuaian yang dilakukan dengan bertujuan agar lirik hasil terjemahannya
masih bisa berfungsi sebagai sebuah unit lagu. Selain itu, karena datanya
berbentuk lagu, yang merupakan sebuah karya non-prosa, metode ini dianggap
sesuai untuk diaplikasikan kepada data yang berbentuk seperti demikian. Karena
metode ini memberikan keleluasaan untuk penerjemahnya untuk menerjemahkan
secara sangat leluasa guna hasil terjemahannya bisa sesuai dengan hasil yang
diharapkan dan hasil terjemahannya masih bisa berfungsi sama seperti objek
awalnya yang belum diterjemahkan. Tuntutan struktur irama lagu pun menjadi
penting dalam objek penerjemahan seperti ini dikarenakan objek
penerjemahannya berbentuk lagu sehingga lirik yang telah diterjemahkan
disesuaikan sedemikian rupa agar masih bisa berfungsi sebagai sebuah unit lagu.
Saya menyadari banyaknya kekurangan di dalam penelitian ini. Saya harap akan
10
muncul penelitian-penelitian lebih lanjut mengenai objek penelitian ini yang lebih
baik dari aspek manapun yang telah saya lakukan dalam penelitian ini.
Daftar Sumber:
http://www.secretgarden.no/lowband/words_music/l_you_raise_me_up.html
http://www.gsn-soeki.com/lagu/terbaru14.php
Larson, Mildred L. 1984. Meaning-based Translation: A Guide to Cross-language
Equivalence. London: University Press of America
Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. United Kingdom:
Prentice Hall International
Richards, Jack C. 1985. Approach and Methods in Language Teaching.
Cambridge: Cambridge University Press
11
Download