faktor (ekonomi) penentu pemanfaatan lahan

advertisement
FAKTOR (EKONOMI)
PENENTU PEMANFAATAN
LAHAN PERKOTAAN
TANAH DAN PEMBANGUNAN KOTA
• Tanah merupakan wadah/ lokasi kegiatan pembangunan
• Tanah bersama-sama dengan komponen ruang lainnya,
kegiatan sosial – budaya - ekonomi didalamnya,
mempunyai makna tertentu yang merefleksikan ciri,
tingkat perkembangan masyarakat tertentu pada sesuatu
tempat dan waktu.
• Kebijaksanaan dan peraturan pertanahan di Indonesia
diatur menurut UUPA th 1960.
• Upaya revisi, amandemen, reformasi menyiratkan adanya
keinginan untuk melihat apakah UUPA masih relevan, apa
perlu di modifikasi atau ditinggalkan.
PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG FILOSOFI
UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) PADA
KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN
(Sumarjono, M 2001)
•
FILOSOFI UUPA:
Dilandasi oleh pasal 33 ayat 3 UUD 1945, ditujukan untuk tercapainya keadilan sosial bagi
seluruh masyarakat dalam kaitannya dengan perolehan dan pemanfaatan SDA, khususnya
tanah
•
KELOMPOK POPULIS:
Dalam perkembangannya, UUPA (melelui berbagai kebijakan yang ada) dianggap kurang
mampu mengayomi hak-hak masyarakat. Sementara disisi lain, UUPA dianggap makin
memberi peluang atau kemudahan kepada mereka yang mempunyai akses terhadap modal
dan aspek politik dengan segala dampaknya (contoh: debat tentang Perpres 26, 2005 tentang
penguasaan lahan untuk pembangunan)
•
KELOMPOK ALIRAN NEO-KLASIK:
Berpendapat bahwa UUPA kurang tanggap mengantisipasi arus penanaman modal, kurang
mendorong daya saing, kurang terbuka (contoh: Gagasan memberikan HGU & HGB selama
100 th pada warga asing, atau memberi hak milik atas tanah)
PERSEPSI DAN KONSEPSI ATAS
TANAH
• Menganggap tanah sebagai komoditas ekonomi semata, akan
mengakibatkan dikuasainya tanah oleh yang mempunyai modal,
dan mengakibatkan ketimpangan semakin tajam, dan
terpinggirkannya golongan marginal. Jelas tidak sesuai dengan
filosofi UUPA
• Tanah dengan demikian memiliki nilai finansial, sosial, bahkan
spiritual
• Relasi antara orang perseorangan dengan masyarakat
komunitasnya pada kaitannya dengan tanah adalah
kedwitunggalan yang tidak dapat dipisahkan (Notonagoro dalam
Sumarjono, 2001).
ORIENTASI KEBIJAKAN PERTANAHAN
• Pemerintah mempunyai kewenangan intervensi dalam penatagunaan tanah pada kaitannya dengan kegagalan pasar,
externalitas, public goods dan keadilan-pemerataan.
• Taat asas namun dinamis
• Keberpihakan kepada rakyat tidak perlu ditakutkan sebagai
kendala mendorong tingkat pertumbuhan pembangunan
ekonomi
• Kelestarian lingkungan dan peningkatan kualitas hidup
• Didalam penyelenggaraan penata gunaan tanah, pemerintah
bersama-sama dengan masyarakat dan swasta.
The Physical
Zonation of
Banda Aceh
Not suggested to be
developed, maintain as
preserved area, with high
accessibility for escape or
evacuate on tsunami
V
I
III
V
IV
I
II
V
II
Aquatic area, (dyke,
mangrove forrest, and
beach recreation), very low
building density supported
by earthquake proof
building/ traditional building
(stage house)
Low density developed
area, supported by
earthquake proof
building/traditional
builidng, and good
drainage system (canal)
Medium density
developed area, with
earthquake proof
building, drainage
system supported by
down stream
High density developed
area, with earthquake
proof building, and
drainage system
supported by down
stream
AGLOMERASI
PERKOTAAN
YOGYAKARTA
Mengapa di kota
Yogyakarta terjadi
pemanfaatan lahan
seperti ini?
Mengapa terjadi
perubahan dari waktu
kewaktu?
Faktor (ekonomi) apa
yang menentukannya?
Kebutuhan
Formal/Legal
Kebutuhan
Fungsional/Material
KEBUTUHAN LAHAN
Kebutuhan
Simbolis
Lahan yang Dibutuhkan
DEMAND
Lahan Tersedia
KELANGKAAN
SUPPLY
KESESUAIAN
LAHAN
KEMAMPUAN
LAHAN
(manfaat)
(daya dukung)
Budidaya Lahan
Kondisi
Lokasi
Lahan
Dimensi
Struktural
(Konfigurasi)
(Konstruksi)
VALUES
BEHAVIOR PATTERNS
NEEDS & WANTS
PROFIT-MAKING
VALUES
PUBLIC INTEREST
VALUES
GOALS
PLAN
CONSEQUENCES
DECISION
ACTIONS IN URBAN LAND MARKET
ACTIONS TAKEN IN THE INTEREST
OF LIVING CONDITIONS
X1
Xn
LAND
USE
PATTERN
X2
SOCIALLY ROOTED
VALUES
ACTIONS TO PRESERVE OR
ADVANCE CUSTOM, TRADITIONS,
BELIEFS
Figure 7. Interrelationship Among Land Use Determinants. Points x1 , x2 … xn represent
points where all side effects of actions seeking changes in land use reach equilibrium,
with a consequence of 1,2 … n changes occurring in the land use pattern
SISTEM-SISTEM POKOK YANG MEMPENGARUHI POLA
PEMANFAATAN LAHAN
ACTIVITY SYSTEM
• Individual/house holds
• Firms
• Lembaga (sekolah, kantor)
LAND DEVELOPMENT SYSTEM
• Land owners
• Developers
TRANSFORMASI/
PERUBAHAN PEMANFAATAN
LAHAN KOTA
• Consumers
• Financial Intermediaries
• Instansi Pemerintah
ENVIRONMENTAL SYSTEM
• Biota (tanaman dan hewan)
• Abiota (Sistem tata air,
sistem geologi)
FEEDBACK
ACTIVITY SYSTEM :
Sistem kegiatan yang mencakup berbagai cara dan usaha orang, kelompok orang
dan institusinya (rumah tangga, sekolah, instansi perkantoran, dan institusi
lainnya) sehari-hari didalam memenuhi kebutuhan hajat hidup dan rohani serta
interaksinya didalam ruang dan waktu. Interaksi tersebut melibatkan proses
komunikasi melalui media atau berhadapan muka serta proses kegiatan
transportasi. Secara garis besar, sistem aktivitas mencakup aktivitas didalam
sesuatu tempat dan pergerakan (orang, informasi, energi, transport) diantara
berbagai tempat.
LAND DEVELOPMENT SYSTEM :
Proses yang merubah ruang (kota atau wilayah) dan mengadaptasikannya
(menyesuaikannya) dengan penggunaan (ruang, termasuk lahan) didalam
mewadahi berbagai aktivitas sebagai disebutkan di atas.
ENVIRONMENTAL SYSTEM :
Mencakup proses yang melibatkan biotic (proses ekosistem : flow energi dan
siklus nutrient melalui sinar matahari, tanaman, food chain/web) dan abiotic
(sistem tata air, sistem geologi dll).
INTERAKSI ANTAR KETIGA SISTEMS YANG
MEMPENGARUHI/MERUBAH TATA GUNA LAHAN
(dilihat dalam kaitan bertemunya antara “Supply & Demand”)
• Apakah supply & demand dapat bertemu?
• Bila ya pada tingkat yang mana
• Bila tidak, apanya yang tidak, seberapa jauh tidak, seberapa
jauh tidak ketemu, apa faktor penyebabnya
BOX
Kesempatan-kesempatan kerja terpusat di kota-kota
karena empat alasan : keuntungan komparatif, skala
ekonomi, skala internal di bidang produksi dan ekonomi
aglomerasi.
Keuntungan komparatif timbul karena perbedaanperbedaan dalam produktivitas. Perdagangan terjadi jika
perbedaan-perbedaan dalam produktivitas cukup besar
untuk mengganti biaya-biaya transport. Perusahaanperusahaan perdagangan (dan daerah-daerah perkotaan)
berkembang jika ada skala ekonomi di bidang
transportasi.
Memahami Perilaku Kegiatan Ekonomi
dalam Pemanfaatan Lahan Kota
• Location Determinant Theory
• Product Cycle Theory
• Product and Profit Cycle Theory
Bahan baku
Transport cost
PASAR
Labours
PROSES
Energi
inputs
produk
Production cost
Modal
Total Cost
PASAR
Teknologi
ORIENTASI LOKASI
(Maksimasi Profit)
Poduction Cost = land rent + Non land cost (labors+raw+tech, etc)
Profit/Pf= Price/Pr - (Prod Cost + Trans Cost)
Pf
500
= Pr – {(Loc rent + labour+etc) + TC)
Profit harus positif atau minimum 0
(total revenue)
(non land cost)
Location rent (Rp)
Kurva bidrent suatu komoditas
Kurva ini sangat sensitif terhadap biaya
transport, karena variasi ongkos angkut
sangat tinggi dengan adanya variasi
jarak
Kurva ini tidak
sensitif terhadap
biaya transport
0
10
20
30 km
Jarak thd pasar
KURVA FUNGSI LINEAR
KOMPETISI DALAM PEMANFAATAN
LAHAN
• Bid land curve untuk wilayah pertanian
• Bid land curve untuk perkotaan
• Kurva (kemampuan) penawaran sewa
lahan, diperhitungkan dari production (land
rent + non land cost) dan transportation
cost dari berbagai kegiatan produktif
pertanian dan aktivitas urban.
Wheat : Transport cost sensitif terhadap jarak
Barley: Transport cost sedikit sensitif terhadap jarak
Oats:
Transport cost hampir tidak terpengaruh oleh jarak
DINAMIKA LINGKUNGAN STRATEGIS
Perdagangan Bebas
GLOBAL
Sistem tarif
Metoda pemasaran
PELUANG
Kualitas Produksi
NASIONAL
Regulasi dan
Kelembagaan
PESAING
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Standardisasi
Skala Ekonomi
Produksi
LOKAL
POTENSI
Teknologi
Dana
KENDALA
Perilaku
SDA
FAKTOR PENENTU
PEMILIHAN LOKASI
Download